1. Asuhan Keperawatan Typoid
Alasan memilih kasus
Fenomena di RS Advent Bandung
Demam Thypoid merupakan masalah kesehatan terpenting di sebagian besar negara berkembang
didunia (Irianto, 2014). Deman thypoid akan sangat berbahaya jika tidak segera diatasi secara baik
dan benar, dan bisa saja menyebabkan kematian. Deman thypoid merupakan infeksi bakteri
Salmonella paratyphi A, B dan C yang menyerang usus halus (Mustofa dkk, 2020). Penyakit ini
bisa ditularkan melalui makanan yang sudah terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Yang ditandai
dengan adanya demam berkepanjangan, nyeri kepala, mual, kurang nafsu makan, sembelit atau
biasanya diare seringkali gejala tidak spesifik dan secara klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit
demam lainnya (WHO, 2018).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyakit demam thypoid diseluruh dunia
mencapai 11-20 juta per tahunnya yang dapat menyebabkan sekitar 128.000 -161.000 kematian
setiap tahunnya dan pada dasarnya di negara maju demam thypoid itu sendiri disebabkan oleh
traveler yang baru saja bepergian dari daerah endemik dengan masalah demam thypoid (WHO,
2018). Sedangkan di negara berkembang, Salmonella typhi bisa ditularkan melalui makanan yang
berasal dari sinitasi makanan yang tidak atau kurang baik yaitu di warung pinggir jalan yang
menginfeksi berbagai jenis bahan makanan yaitu seperti air, sayuran mentah maupun buah-buahan
(Crump JA et al, 2015).
Di Negara Indonesia, demam thypoid dikatakan sebagai penyakit endemik atau penyakit yang
selalu ada sepanjang waktu di kalangan masyarakat baik itu dengan angka kejadian terkecil yang
dimana penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 6
Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini adalah penyakit yang mudah menular
dan dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah (Setiati, 2015). Maka dari itu
diperlukannya perhatian serius dari berbagai pihak, dikarenakan mengancam kesehatan
masyarakat. Angka kesakitan demam tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7/100.000
penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun),
148,7/100.000 penduduk (2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun).
Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun. Hasil
kajian kasus di rumah sakit besar di Indonesia 19 menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan jumlah kasus thypoid dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000
penduduk dan kematian diperkirakan sekitar 0,6–5% (Elisabeth Purba et al, 2016).
Angka kejadian demam thypoid berdasarkan data dari 14 provinsi di Indonesia yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam (2,96%), Bengkulu (1,60%), Jawa Barat (2,14%), Jawa Tengah (1,61%), Banten
(2,24%), NTB (1,93%), NTT (2,33%), Kalimantan Selatan (1,95%), Kalimantan Timur (1,80%),
Sulawesi Selatan (1,80%), Sulawesi Tengah (1,65%), Gorontalo (2,25%), Papua Barat
(2,39%),dan Papua (2,11%), kemudian Prevalensi nasional untuk demam 3 thypoid (berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan) adalah sebanyak 1,60% (Riskesdas, 2013).
2. Definisi
Demam typhoid adalah sebuah penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistematik yang disebabkan oleh ―Salmonella Typhosa‖, atau disebut Salmonella paratyphi A, B,
dan C. Penularannya secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh
nasi. Sumber infeksi terutama ―Carrier‖ yang dimana penderita mungkin sedang sakit (―Carrier
akut‖), selanjutnya ―Carrier‖ menahun yang dimana terus mengeluarkan kuman atau ―Carrier‖
pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui eksketa tetapi tak pernah sakit, dan penyakit
ini termasuk penyakit endemik di Indonesia (Andra & Yessie, 2013). Perjalanan awal demam
thypoid ini, dimana biasanya pasien tidak merasakan keluhan atau gejala apapun, namun berberapa
hari kemudian akan timbul beberapa gejala khas misalnya demam disore hari dan gejala infeksi
umum yang dirasakan yaitu disaluran pencernaan (Saputra, 2021).
Demam thyoid di Indonesia dikatakan sebagai penyakit endemik. Yang dimana penyakit ini masuk
dalam golongan penyakit menular seperti yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 6 Tahun
1962 yang membahas tentang wabah. Penyakit menular merupakan penyakit 9 mudah menular
dan bisa saja menyerang banyak orang sehingga menimbulkan terjadinya wabah (Setiati, 2015)
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik,
2016).
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan
kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
Fisiologi
3. Fisiologi
Penyebab dari demam thypoid yaitu infeksi organisme Salmonella Enterica Serovar Typhi yang
umumnya dikenal dengan nama Salmonella Typhi. Cara penularannya melalui jalur fekal-oral dari
konsumsi makanan maupun minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri Salmonella Typhi.
Bakteri tersebut hanya bisa menyebar melalui manusia ke manusia karena hanya manusia yang
mampu menjadi inangnya (Bhandari, 2020).
Pada Temperatur 57oC selama beberapa menit bakteri Salmonella Typhi akan mati. Kuman ini
mempunyai tiga antigen penting di dalam pemeriksaan laboratorium, yaitu seperti: Antigen O
(Somatik), Antigen H (Flagela) dan Antigen K (Selaput) (Widoyono, 2011).
Patofisiologi
Cara penularan Salmonella thypi bisa terjadi melalui beberapa cara, yang biasanya dikenal dengan
istilah 5 F ialah Food diartikan sebagai makanan, Fingers yang artinya jari tangan/kuku, Fomitus
dikenal sevagai muntah, Fly artinya lalat, dan terakhir melalui Feses. Penderita typhoid dapat
menularkan Salmonella thypi melalui feses atau muntahan dari orang lain (Akhsin Zulkoni, 2010).
4.
5. Kuman yang mati karena ada suasana asam dalam lambung dengan pH <2.
Pada usus halus, bakteri tersebut akan menempel di sel-sel mukosa dan biasanya menginvasi
mukosa dan menembus dinding yang ada diusus, yang bertempat di ileum dan jejunum
Ada periode masa inkubasi yang lamanya akan ditentukan berdasarkan jumlah kuman yang masuk
serta respon imun disetiap individu lalu Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui
duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik kemudian akan bersarang di plak peyeri, limpa,
hati, dan bagianbagian lain sistem retikuloendotrlial.
Endotoksin Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman
tersebut berkembang biak. Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan
6. zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam, (Andra & Yessie,
2013).
Jurnal Pendukung
Apriyadi dan Sarwili. (2018). Perilaku Higiene Perseorangan dengan Kejadian Demam Tyfoid.
Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 8 No. 1.
Bahar, dkk. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Paien Penderita
Demam Typoid Di Ruang Perawatan Interna RSUD Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis Volume 5 Nomor 6.
Kallo, dkk. (2015). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Demam Typoid Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tumaratas ejournal Keperawatan (eKp) Volume 3. Nomor 2. Lestari Titik.
(2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.
Mutiarasari dan Handayani. (2017). Karakteristik Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Demam, Kadar
Hemoglobin, Leukosit dan Trombosit Penderita Demam tipoid Pada Pasien Anak Di RSU
Anutapura Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
7. ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. X
DENGAN TYPHOID FEVER DI RUANG PERAWATAN PAVILIUN RSA BANDUNG
Data diri pasien
Nama : Tn. Dedi Setiadi
No. RM : 00899815
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
DPJP : dr. Ruddy Satigi, SpPD
Diagnosa Awal : Typhoid+DHF perawatan tgl 4 dan 5. Masuk tgl 4, plg tgl 9
Diagnosa Akhir : Typhoid
Keluhan dan Riwayat Penyakit
Keluhan utama : Demam, Mual badan Linu-linu, sakit kepala, BAB cair, tidak selera
makan
Alasan di rawat : NT abdomen +
Plat: 87.000
Salmonela tubex +
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Pengobatan :
Riwayat Alergi :
Pengkajian
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15
TTV Awal Masuk
Suhu : 36,5
8. Nadi : 89X/menit
Pernafasan : 20X/menit
Tekanan Darah : 110/70
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normal
Rambut : Normal
Muka : Normal
Mata : Normal
Telinga : Normal
Hidung : Normal
Mulut : Normal
Gigi : Normal
Lidah : Normal
Tenggorokan : Normal
Leher : Normal
Dada : Simetris
Abdomen : Normal (Bising Usus 12X/menit)
Kulit : Pink
Jenis Kelamin : Perempuan
Eksremitas Atas : Normal (CRT < 2 detik)
Eksremitas Bawah : Normal
Muskuloskeletal : Normal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal: 24-01-2024
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
9. WBC 3,950 5,000-11,000 /µL
Hemoglobin 14,0 10,85 -14,9 g/dl
Hematrokrit 39,8 37-47 %
Platelet 113,000 150,000-
440,000
/µL
Tanggal: 25-01-2024
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
WBC 3,910 5,000-11,000 /µL
Hemoglobin 14,8 10,85 -14,9 g/dl
Hematrokrit 42,0 37-47 %
Platelet 64,000 150,000-
440,000
/µL
Tanggal: 26-01-2024
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
WBC 13,050 5,000 - 11,000 /µL
Hemoglobin 14,3 10,85 - 14,9 g/dl
Hematrokrit 40,8 37-47 %
Platelet 69,000 150,000-
440,000
/µL
Tanggal: 27-01-2024
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
WBC 10,890 5,000-11,000 /µL
Hemoglobin 14,5 10,85 -14,9 g/dl
Hematrokrit 41,3 37-47 %
Platelet 94,000 150,000 -
440,000
/µL
Tanggal: 28-01-2024
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
WBC 10,940 5,000 - 11,000 /µL
Hemoglobin 15,1 10,85 -14,9 g/dl
Hematrokrit 43,3 37-47 %
Platelet 171,000 150,000-
440,000
/µL
Diagnosa Keperawatan
- Hipertermia b/d proses penyakit
- Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis inflamasi
11. ASKEP
Tanggal
dan
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
Intervensi Implementasi Evaluasi
23-01-
2024
At 15
Nyeri akut b/d
agen
pencedera
fisiologis
(inflamasi)
DS: ps
mengeluh
nyeri kepala
P:Inflamasi
Q:seperti
ditusuk-tusuk
R:Nyeri
kepala
S:Skala nyeri
2(0-10)
T:Hilang
timbul
DO: ps
tampak
meringis
Tingkat
nyeri
menurun
1X7 jam
setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
dengan
kriteria
hasil:
-keluhan
nyeri
menurun
-meringis
menurun
- Idetifikasi nyeri
dengan PQRST secara
berkala
- Identifikasi respon
nyeri non verbal
- Berikan tehnik
fermatologis untuk
mengurangi nyeri
(mis: TENS,
akupresur, terapi
musik, pijat, aroma
terapi, kompres
hangat/dingin
- Ciptakan lingjungan
nyaman (suhu, suara,
cahaya)
- Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
mengurangi nyeri
- Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
- Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
BP dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
relaksasi
- Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
- Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
-Mengkaji skala nyeri
Dengan pqrst, skala
nyeri 2(0-10)
-Mengajarkan ps tehnik
relaksasi tarik napas
dalam, dengan cara
tarik napas dari hidung
dan keluarkan dari
mulut
-Mengompres kepala
dengan air hangat
-Mengtur pencahayaan
ruangan
-Mengkaji ps pemicu
terjadinya nyeri
-Mengedukasi ps
memonitor nyeri secara
mandiri dengan
mengatur posisi
senyaman mungkin
sesuai yang di inginkan
ps
-Mengukur vital sign
ps T. 39.1.c, P 93x/m,
Bp 120/80 mmhg
-Mengedukasi ps untuk
mendengarkan musik
relaksasi saat merasa
nyeri, untuk
mengurangi rasa nyeri
-Memberi ps terapi
obat sumagesik 1 tab,
sesuai dengan order
dokter
AT 21:00
S: Sakit kepala, badan
pegal-pegal dan demam
O: KU ps sedang,
kesadaran CM, ps
masih sakit kepala
skala nyeri NRS 2(0-
10) T 39,1C, terpasang
inf RL at 20 gtt/m
A: Masalah belum
teratasi
P: Tingkatkan
intervensi
Hipertermia
b/d proses
penyakit
Termogulasi
membaik
setelah
- Identifikasi
penyebab hipertermia
(mis: dehidrasi,
-Mengukur vital sign
ps, T 38,1, P: 88x/m,
RR 20x/m, Bp 120/70
S: Demam naik turun
O: KU pasien lemah,
kesadaran CM, GCS 15,
12. DS: demam
DO: suhu
tubuh di atas
normal, T
39,1C
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 1x7
jam dengan
kriteria
hasil:
-suhu tubuh
membaik
terpapar lingkungan
panas
- Monitor suhu tubuh
- Monitor pengeluaran
urine
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Anjurkan tirah
baring
- Monitor BP, nadi
dan respirasi
- Kaloborasi untuk
pemberian anti piretik
jika perlu
-Mengatur tetesan infus
RL 30gtt/m
-Menganjurkan ps
badrest
-Memberi ps terapi
obat sumagesik 1 tab
sesuai dengan order
dokter
-Memberi ps minum air
hangat 200 cc
-Ps dikompres dengan
menggunakan air
hangat
-Membuat lingkungan
yang nyaman dan aman
dengan mengganti
linen yang basah, dan
merapikan lingkungan
sekitar
infus terpasang RL
30gtt/m ps masih
demam T 38,2 C
A:masalah belum
teratasi
P: Tingkatkan
intervensi