1. B. Eksistensi Pengetahuan Metafisika
Filsafat tentang ada dan yang mungkin ada adalah unjuk giginya filsafat
tentang tidak adanya sesuatu pun yang terlewatkan dari filsafat. Phylosophy of being
atau filsafat mengunyah lembut-lembut tiga hal penting yaitu: metafisika, manusia,
dan tuhan. Filsafat metafisika menguraikan segala yang ada di luar eksisten yang
nyata ada menurut pengalaman indrawi. Istilah metafisika pertama dikenlakan oleh
Andronicos dari Rhodes sekitar tahun 70 SM. Menurutnya filsafat metafisik adalah
kajian filsafat yang mengkaji hal-hal nonfisikal, setelah kajian atas segala kajian yang
bersifat fisik habis.
Istilah metafisika berasal dari bahasa Yunani. Meta artinya di balik sesuatu
setelah yang fisik, sedangkan fisik artinya nyata dan terjangkau pancaindra.. Menurut
M.J. Langeveld (Cecep Sumarna, 2006:61), metafisika adalah ilmu yang mengkaji
tentang teori keadaan. Metafisika diartikan pula sebagai pangkalan bagi sistem-
sistemspekulatif, teori-teori dan tanggapan dunia terhadap sesuatu yang abstrak.
Metafisika dapat diartikan dengan keajaiban realitas atau realitas yang gaib.
Gaib maksudnya sesuatu yang tersembunyi di balik tabir, yaitu sesuatu yang tidak
dapat ditanggkap indra dan berada di luar jangkauan nalar yang empiris.
Metafisika sebenarnya berkaitan dengan filosofika keberadaanya segala
sesuatu, sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa jika sesuatu itu ada, tidak ada
yang tidak ada karena tidak ada adalah arti lain dari keberadaan yang lain di luar
keberadaan yang inderawi. Oleh karena itu, segala hal yang berhubungan dengan
metafisika hanya terjangkau oleh logika.