2. 2
DINASTI IKHSYIDIYAH
A. Pembentukan
Dengan runtuhnya Dinasti Thuluniyah, Mesir kembali berada dalam
kekuasaan Bani Abbas di Baghdad. Namun lahirnya Dinasti Fathimiyah di Thunisia
mendatangkan ancaman baru. Oleh karena itu khalifah al-Radhi mengangkat
Muhammad Bin Taghj menjadi amir di Mesir.
Di Mesir, Muhammad Bin Taghj dapat memulihkan keamanan dan
membangun kembali pemerintahan wilayah. Untuk memberikan penghargaan atas
jasa-jasanya, khalifah memberikan gelar al-Ikhsyid. Apapun alasannya, legalitas
gelar Ikhsyid menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Muhammad Ibnu Taghj di
Mesir.
Dua tahun setelah pengangkatannya sebagai gubernur langkah Muhammad
Ibnu Taghj mengikuti langkah Ahmad Ibnu Thulun, dengan menganeksasi Syam
dan Palestina ke wilayahnya, setahun kemudian menguasai Makkah dan Madinah.
Akhirnya, dengan memanfaatkan lemahnya kekuatan Bani Abbas di Mesir, maka
pada 935 M, Abu Bakar Muhammad Ibnu Taghj memaklumkan dirinya terlepas
dari khalifah Abbasiyah.
Muhammad Ibnu Taghj al-Ikhsyidi setelah wafat diteruskan oleh empat
orang anak cucunya yang menjadi amir yaitu: Abu al-Qasim Naghur Ibnu
Muhammad, Abu Hasan Ali Ibnu Muhammad (960-965 M), Kafour al-Ikhsyidi
(965-967 M), Abu al-Fawaris Ahmad Ibnu Ali (967-972 M). Akan tetapi amir
kedua dan ketiga itu sebenarnya hanya dua pengusaha boneka, penguasa yang
sesungguhnya adalah Kafour. Kehidupan kedua amir itu diatur oleh Kafour, tidak
diberi kesempatan untuk bergaul dengan orang lain dan tidak bisa berbuat
layaknya seorang penguasa tertinggi, keduanya hanya menjadi amir dalam sangkar
istana.
3. 3
B. Kemajuan
A. Kemajuan di bidang pengembangan wilayah
Sebagaimana penguasa sebelumnya untuk menjaga stabilitas
keamanan di Mesir, penguasa Ikhsyidi berusaha menguasai wilayah Suriah
secara keseluruhan utamanya daerah Sugur sebagai benteng dari serangan
Byzantium.
Setelah itu, Ikhsyidi melebarkan sayap hingga ke negeri Hijaz dan
menjadi Musyrif(pengawas) al-Haramain. Kafour sebagai pengganti
Ikhsyidi meneruskan menjaga keutuhan wilayah bahkan meluas hingga ke
pegunungan Taurus.
B. Kemajuan di bidang kebudayaan
Kemajuan di bidang ini tidaklah jauh berbeda dengan kemajuan yang
dicapai oleh dinasti sebelumnya. Di antara hasil budayanya adalah
dibangunnya sebuah istana di Pulau Raudah yaitu Istana al-Mukhtar, istana
ini dikelilingi oleh tanaman yang dinamakan tanaman al-Kafuriy. Di samping
itu pula para penguasa Bani Ikhsyidi juga mencetak mata uang yang
bergambar penguasa-pemguasa Ikhsyidi, di samping nama khalifah
Baghdad.
C. Kemajuan bidang sosial dan politik
Hal ini didasari oleh keinginan rakyat Mesir untuk merasakan
keamanan, maka sebagai politikus ulung, Ikhsyidi menerima tawaran damai
dari penguasa Byzantium dan al-Hamdaniyah. Ia memandang bahwa untuk
menciptakan negara yang aman dan sejahtera, harus menjamin negara dari
ancaman luar, sedangkan Byzantium dan al-Hamdaniyah dapat menjadi
ancaman bagi stabilitas Ikhsyidiyah.
D. Bidang keilmuan
Keadaan sosial internal Ikhsyidiyah memungkinkan perkembangan
ilmu, apalagi Kafour sebagai penguasa yang senang terhadap sastra dan
seni dan sangat mencintai ilmu. Para penyair berdatangan ke Mesir di
antaranya adalah penyair kondang Abu al-Tayyib al-Mutanabbi. Pada masa
Kafour ini pula muncul sejarawan terkenal seperti al-Haddad dan al-Hasan
Bin Zaulaq.
4. 4
C. Kemunduran
Sejak 966 Kafour berkuasa secara resmi, menjadi amir keempat dinasti
Ikhsyidiyah yang sebelumnya dijabat secara ad interim selama 22 tahun. Setelah
Kafour wafat (968 M) diangkatlah Ahmad Bin Ali al-Ikhsyidi yang masih berusia
11 tahun sebagai amir kelima. Lemahnya penguasa ini menimbulkan kondisi
instabilitas yang memicu lahirnya pertentangan antara pembesar di lingkungan
istana.
Suasana perebutan ambisi itu terus mewarnai istana menyebabkan
lemahnya dinasti ini di segala bidang, dan akhirnya pada 358 H. di bawah
panglima Jauhar al-Siqily, tentara Fatimiyah memasuki Fustat menguasai Mesir
dan mengumumkan akhir sejarah Daulah Ikhsyidiyah.