Advertisement
Advertisement

More Related Content

Advertisement

DINASTI THULUNIYAH DAN DINASTI HAMDANIYAH SERTA PERADABANNYA.pdf

  1. Disusun oleh: Kelompok 10 : Rantau Wijaya ( 2010402001 ) Rindi Atika ( 2020402012 ) Sinta Karisma ( 2020402025 ) DINASTI THULUNIYAH DAN DINASTI HAMDANIYAH SERTA PERADABANNYA
  2. A. Munculnya Dinasti Thuluniyah Dinasti Thuluniyah adalah dinasti bebas pertama yang memerintah Mesir Islam. Mereka memerintah Mesir dan juga Suriah, sejak tahun 868 M, ketika mereka melepaskan diri dari kekuasaan terpusat Kekhalifahan Abbasiyah yang memerintah Khilafah Islam pada waktu itu. Dinasti ini bertahan hingga tahun 905 M, ketika Abbasiyah mengembalikan kekuasaan Thuluniyah ke dalam kuasa mereka. Dinasti Thuluniyah merupakan dinasti yang memperoleh hak otonom dari pemerintahan dinasti Abbasiyah. Dinasti ini didirikan oleh Ahmad bin Thulun tahun 868 M. Dengan bantuan Babak, Ahmad bin Thulun diangkat menjadi wali daerah Mesir dan Libya. Setelah beberapa lama menduduki jabatan itu, dimulailah memperteguh kedudukannya itu. Dibelinya beberapa orang budak bangsa Dailam dan bangsa Zanji (Negro), mulailah ia menyatakan maksudnya dengan terang- terangan, yaitu memutuskan hubungan dengan khalifah di Baghdad. Di atas mimbar pada hari Jum’at ia menggantikan ucapan pujian kepada khalifah dengan ucapan pujian kepada Ahmad bin Thulun sendiri, sebagai Raja Mesir. Hasil pajak pun tidak dikirimkan lagi ke Baghdad. Akhirnya dikirimlah pasukan untuk menaklukkannya, tetapi tidak berhasil karena kedudukan Ahmad bin Thulun telah kuat, ditambah dengan simpati rakyat Mesir kepadanya. Sebab selama ini mereka membayar pajak yang amat tinggi kepada Baghdad, padahal tidak ada yang tinggal buat Mesir sendiri. Setelah kedudukannya kuat di Mesir, tahun 868 memproklamirkan berdirinya Dinasti Thuluniyah.
  3. B. Para Pemimpin Dinasti Thuluniyah 1) Ahmad bin Thulun (254-270H/868-883M) 2) Abu Al-Jaisy Khumarawaih bin Ahmad bin Thulun (270-282 H/883-890 M) 3) Abu al-Asakir bin Khumarawih (284-292 H/897-905 M) 4) Abu Musa Harun bin Khumarawaih 5) Syaiban bin Ahmad bin Thulun C. Kemajuan Dinasti Thuluniyah 1. Berhasil membawa Mesir kepada kemajuan, sehingga Mesir menjadi pusat kebudayaan Islam yang dikunjungi para ilmuan dari plosok dunia Islam. 2. Dalam bidang kesehatan, pada masa dinasti ini telah dibangun rumah sakit yang menelan biaya 80.000 dinar. 3. Dalam bidang pertanian, perbaikan air di pulau Raudah (dekat Kairo) yang pertama kali dibangun pada tahun 716 M. Dengan berfungsinya kembali alat ini, irigasi Mesir menjadi lancar dan pada gilirannya sangat membantu dalam meningkatkan hasil pertanian. 4. Kemajuan dibidang militer terutama pasukan perang dan angkatan laut. Dengan pasukan yang berkekuatan 100.000 orang dan 100 kapal perang.
  4. D. Kemunduran Dinasti Thuluniyah Kematian Khumarawaih pada tahun 895 M (282 H) merupakan awal kemunduran dinasti itu. Persaingan yang hebat antara unsur-unsur pembesar dinasti telah memecah persatuan dalam dinasti. Amir yang ketiga, Abu al-Asakir bin Khumarawaih dilawan oleh sebagian pasukannya dan dapat disingkirkan (896 M/283 H). Adiknya yang baru berusia 14 tahun, Harun bin Khumarawaih diangkat sebagai Amir yang keempat. Akan tetapi, kelemahan sudah sedemikian rupa sehingga wilayah Syam dapat direbut oleh pasukan Qaramitah. Amirnya yang kelima, Syaiban bin Ahmad bin Thulun, hanya 12 hari saja memerintah, karena ia menyerah ke tangan pasukan Bani Abbas yang menyerang Mesir pada tahun 905 M (292 H), dan dengan demikian berakhirlah riwayat dinasti Thuluniah. E. Munculnya Dinasti Hamdaniyah Dinasti ini yang didirikan pada 293 H/ 905 M oleh Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abul Haija, seorang Amir dari suku Taghlib. , yang masa kekuasaanya tidak terlalu lama, hanya berlangsung selama 73 tahun. Kekuasaan yang berlangsung singkat ini tidak sedikit memberikan sumbangsi, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. .Wilayah kekuasaan dinasti Hamdaniyah terbagi menjadi dua, yaitu wilayah kekuasaan di Mosul, Irak dan wilayah kekuasaan di Halb, Aleppo. Setelah meninggal Haija, tahta kerajaan di Mosul beralih kepada putranya, yaitu Hassan bin Abu Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai Nashir ad-Daulah dan Alibin Abu Haija yang bergelar Syaif ad-Daulah. Syaifad-Daulah inilah yang berhasil menguasai daerah Halb dan Hims dari kekuasaan dinasti Ikhsidiyah yang kemudian menjadi pendiri dinasti Hamdaniyah di Halb. Dalam konteks ini, watt mencatat bahwa para penguasa Hamdaniyah dianggap bersimpati pada ideologi Syiah, tetapi Syi’ah Moderat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kebijakan yang dikeluarkan oleh khalifah Hamdaniyah.Jauh sebelum pembentukan dinasti Hamdaniyah, pada masa khalifahal Mu’tamid, sebenarnya kelompok ini telah melakukan beberapa pemberontakan dan makar namun selalu gagal. Usaha mereka berhasil ketika kekhalifahan jatuh ke tangan al-Muqtadir.
  5. F. Kemajuan Dinasti Hamdaniyah Kemajuan dalam bidang sastra, yang memunculkan muncul ilmuwan- ilmuwan muslim terkenal, seperti Abi al-Fath dan Usman bin Jinny yang menggeluti bidang nahwu, Abu Thayyib al-Mutannabi Abu Firas Husain bin Nashr ad-Daulah, Abu A’la al-Ma’ari, al-Isfahani, dan Syaif ad-Daulah. G. Kemunduran Dinasti Hamdaniyah 1) Setelah wafatnya Abu Muhammad dan Husein, para penggantinya selalu berebut kekuasaan sehingga mereka hanya terfokus pada perebutan kekuasaan saja. Inilah yang menyebabkan melemahnya struktur pemerintahan dan sendi- sendi kekuatan militer Hamdaniyah. 2) Bangkitnya kembali dinasti Bizantium di bawah kekuasaan Macedonia yang bersamaan dengan berdirinya dinasti Hamdaniyah di Suriah menyebabkan dinasti Hamdaniyah tak bisa menghindar dari invasi wilayah yang dilancarkan oleh Bizantium. 3) Kebijakan ekspansionis Fathimiyah ke Suriah bagian selatan, juga melumpuhkan dinasti ini. Bahkan sampai terbunuhnya Syaid ad-Daulah yang sedang memegang kekuasaan dinasti Hamdaniah. Akhirnya dinasti ini takluk kepada dinasti Fatimiah pada tahun 394 H/1004 M.
  6. Terima Kasih…
Advertisement