SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
M
A
TERI
DIKLA
T
JENJANG2
No Jenis Kompetensi
DurasiWaktu (Menit)
Teori Praktek
1 Menerapkan K3 di Lokasi Kerja 15
2 Kode Etik/ Pedoman Perilaku Surveyor 30 -
3 Orientasi lokasi pengukuran 30 20
4 Identifikasi Batas Bidang Tanah 30 30
5
Membuat rintisan jalur pengukuran dan pembebasan sudut
pandang ke segala arah
15 30
6 Mengatur target ukur terestris 20 50
7 Membuat BM 20 50
8 PostTest 20 -
Total Waktu (Menit) 180 180
TotalWaktu (Jam) 3 3
Menerapkan K3L di Lokasi Kerja
1.Wajib MenggunakanAPD (Alat Pelindung Diri)
Helm
Kaca Mata
Rompi
SepatuSafety
Masker
KaosTangan
PenutupTelinga
(TidakWajib)
Selain memakaiAPD, surveyor harus selalu mempunyai alat penanganan
darurat yaitu,APAR dan P3K
Jumlah dan Penyimpanannya:
1. P3K  Camp & Selalu dibawa  minimal 2 2.APAR  Camp
Selalu dibawa
Camp
Upaya mengurangi
resiko/ kerusakan pada
alat, manusia dan
lingkungan:
1. Selalu menggunakan
APD
2.Membawa jas hujan
dan paying saat di
lapangan
3. Berhenti mengukur
saat hujan deras
4.Memasukkan alat ukur
dalam box saat
berpindah
5.Tidak sembarangan
menebang pohon
6.Tidak membuang
sampah sembarangan
7. Ijin kepada pejabat
setempat
Orientasi Lokasi
Pengukuran
Orientasi lokasi pengukuran adalah sebuah kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui atau memahami
bagaimana kondisi lokasi yang akan dilaksanakan
pengukuran. Orientasi lokasi pengukuran dilaksanakan
untuk mengindentifikasi atau mengumpulkan data-data
yang nantinya akan berhubungan dengan kebutuhan titik
kontrol/titik ikat untuk pengukuran dan mengidentifikasi
posisi dan kondisinya di lapangan, serta melakukan
penelusuran rencana jalur pengukuran dan pengambilan
gambar/foto lokasi pengukuran. Pokok bahasan dalam
pembahasan ini ada dua (2), yaitu menyiapkan kegiatan
orientasi lokasi pengukuran dan melakukan identifikasi
pengukuran
1. Menyiapkan kegiatan orientasi lokasi pengukuran
Dalam kegiatan orientasi lokasi pengukuran, diperlukan beberapa bahan dan alat yang harus dipersiapkan
serta hal yang harus dilakukan, diantaranya adalah menyiapkan peta kerja dan melakukan inventarisasi
lokasi, koordinat dan jumlah titik kontrol/titik ikat/titik kerangka yang akan digunakan
a. Menyiapkan Peta Kerja (Dasar,Topografi, Citra) Lokasi Pengukuran
Penyiapan Peta Kerja bertujuan untuk menggambarkan wilayah pekerjaan pengukuran dan pemetaan. Peta
kerja yang disiapkan bisa sesuai kebutuhan. Peta Kerja dapat berupa Peta Citra, Peta Topografi, atau Peta
lainnya sebagai acuan Pekerjaan.
Manfaat peta kerja secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
letak lokasi yang diinginkan
a. Menunjukkan sebaran bidang tanah beserta koordinat lokasinya
b. Menjadi pijakan untuk berbagai kegiatan survei terutama menyangkut
c.Menjadi dasar untuk memuat berbagai informasi/ atribut lain
d. Menjadi bagian input data untuk penyusunan sistem informasi pertanahan
ContohGambar Peta Kerja
Lanjutan..
b. Melakukan inventarisasi lokasi, koordinat dan jumlah titik kontrol/titik
ikat/titik kerangka yang akan digunakan
Lokasi yang dipilih sebagai lokasi kegiatan pertanahan pada umumnya adalah
wilayah administrasi desa. Khusus untuk kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL), lokasi yang menjadi tujuan adalah desa yang mana yang menjadi
target pemetaan dan seluruh bidang harus terpetakan. Untuk itu lokasi-lokasi yang
terpilih harus memiliki batas wilayah administrasi desa yang utuh.
Setelah diperoleh gambaran wilayah desa utuh pada peta kerja, langkah berikutnya
adalah membuat daftar (dicatat) untuk masing-masing lokasi berisi informasi:
a. Titik koordinat pada setiap sudut batas wilayah desa
b. Jumlah titik kontrol/titik ikat/titik kerangka yang akan digunakan
c. Catatan lain yang diperlukan
Lanjutan..
ContohGambar Peta Rencana Pengukuran
c. Menyiapkan PetaRencana Pengukuran
Peta rencana pengukuran adalah peta kerja yang ditambah dengan informasi jalur rencana
pengukuran, titik pengamatan pertama, pengikatan titik-titik pengukuran dan sebagainya. Peta
rencana pengukuran ini bertujuan untuk mempermudah operasional pekerjaan di lapangan
Lanjutan..
2. Melakukan identifikasi pengukuran
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melakukan
identifikasi pengukuran, diantaranya adalah:
a. Mengidentifikasi posisi dan kondisi fisik titik
kontrol/titik ikat di lapangan
Titik kontrol atau titik ikat yang sudah
diperoleh harus dicek keberadaannya di
lapangan apakah masih dalam keadaan baik
atau tidak, kemudian dicatat. Dalam keadaan
baik artinya adalah masih terdapt informasi
koordinat, kondisi fisik masih utuh tidak ada
yang berkurang atau rusak, dan posisinya tetap
atau tidak ada tanda bergeser.
b. Melakukan pengambilan foto/gambar titik
kontrol/titik ikat dan kondisi disekitarnya
Pada saat melakukan identifikasi posisi dan
kondisi fisik titik kontrol/titik ikat di lapangan
harus dilakukan pengambilan foto/gambar titik
kontrol/titik ikat dan kondisi disekitarnya yang
bertujuan untuk mendokumentasikan
keadaan/ kondisi titik-titik tersebut sesuai
dengan yang diidentifikasikan atau tidak.
ContohGambar Identifikasi titik Kontol/Titik Ikat
ContohGambar Identifikasi titik Kontol/Titik Ikat
c. Melakukan penelusuran pada rencana jalur
pengukuran
Penelusuran pada rencana jalur pengukuran
dilakukan menggunakan Peta Rencana
Pengukuran yang sudah disiapkan. Penelusuran
pada rencana jalur pengukuran ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi medan dan bentuk
topografi lokasi yang selanjutnya hasilnya dapat
direncanakan untuk pekerjaan selanjutnya.
Penelusuran pada rencana jalur pengukuran
dilakukan dengan menggunakan GNSS pada HP
Android dan kompas.
d. Melakukan pengambilan foto/gambar di sekitar
lokasi dan rencana jalur pengukuran
Pada saat melakukan penelusuran pada rencana
jalur pengukuran di lapangan harus dilakukan
pengambilan foto/gambar medan dan kondisi
bertujuan untuk
keadaan/ kondisi nyata
disekitarnya yang
mendokumentasikan
pada lokasi tersebut.
Lanjutan..
Melakukan penelusuran pada rencana jalur
pengukuran
Identifikasi Batas Bidang
Tanah
Identifikasi Batas BidangTanah
Identifikasi batas bidang tanah  Proses menentukan atau menetapkan identitas
batas bidang tanah.
Acuan  1. Peraturan Pemerintah Nomor 24Tahun 1997 tentang PendaftaranTanah
2. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24Tahun 1997 tentang PendaftaranTanah
3. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran
TanahSistematis Lengkap
Dalam mengidentifikasi batas bidang tanah, pengidentfikasi harus mengetahui apa saja yang
harus ditentukan dan dipersipakan.
Berdasarkan Pasal 17 PP No 24Tahun1997:
 Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah  bidang-bidang tanah yang akan
dipetakan, diukur setelah ditetapkan letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan
tanda-tanda batas di setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan.
 Dalam penetapan batas bidang tanah pada pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah
secara sporadik  diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang
berkepentingan. Penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaannya, wajib dilakukan oleh
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 19 PP No 24Tahun 1997:
 Jika pemohon pengukuran atau pemegang hak atas tanah tidak dapat hadir pada waktu yang ditentukan
untuk menunjukan batas-batas bidang tanahnya  penunjukan batas itu dapat dikuasakan dengan kuasa
tertulis kepada orang lain .
Berdasarkan Pasal 21 PP No 24Tahun 1997:
 Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan apabila dianggap perlu
dipasang juga pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut.
 Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-benda yang
terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu/patok penguat pagar
kawat, tidak harus dipasang batas.
Spesifikasi patok tanda batas bidang tanah mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Agraria No. 3Tahun 1997 Pasal 22:
1. Untuk bidang tanah yang luasnya kurang dari 10 ha, dipergunakan tanda batas sebagai
berikut:
a. Pipa besi atau batang besi, panjang sekurang-kurangnya 100 cm dan bergaris tengah
sekurang-kurangnya 5 cm, dimasuukan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, sedang
selebihnya 20 cm diberi tutup dan dicat merah, atau
b. Pipa paralon yang diisi dengan beton (pasir campur kerikil dan semen) panjdng sekurang-
kurangnya 100 cm dan bergaris tengah sekurang-kurangnya 5 cm, dimasukan ke dalam
tanah sepanjang 80 cm, sedang selebihnya 20 cm dicat merah, atau
c. Kayu besi, bengkirai, jati dan kayu lain yang kuat dengan panjang sekurang-kurangnya 100
cm, lebar kayu sekurangkurangnya 7,5 cm dimasukan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, dan
selebihnya 20 cm di permukaan tanah dicat warna merah, dengan ketentuan bahwa untuk
di daerah rawa panjangnya kayu tersebut sekurang-kurangnya 1,5 m dan lebar
sekurangkurangnya 10 cm, yang 1 meter dimasukkan ke dalam tanah dan yang muncul ke
permukaan tanah dicat merah, atau
d. Tugu dari batu bata atau batako yang dilapis dengan semen yang besarnya sekurang-
kurangnya 20 cm x 20 cm dan tinggi sekurang-kurangnya 40 cm yang setengahnya
dimasukan ke dalam tanah, atau
e. Tugu dari beton, batu kali atau granit dipahat sekurangkurangnya sebesar 10 cm persegi
dan panjang 50 cm, yang 40 cm dimasukan ke dalam tanah dengan ketentuan bahwa
apabila tanda batas itu terbuat dari beton ditengah-tengahnya dipasang paku atau besi.
2.Untuk bidang tanah yang luasnya 10 ha atau lebih dipergunakantanda batas sebagai
berikut :
a. Pipa besi panjang sekurang-kurangnya 1,5 m dan bergaris tengah sekurang-
kurangnya 10 cm, dimasuukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang selebihnya
diberi tutup dan dicat merah, atau
b. Besi balok dengan panjang sekurang-kurangnya 1,5 m dan bergaris tengah sekurang-
kurangnya 10 cm, dimasukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang selebihnya
diberi tutup dan dicat merah, atau
c. Kayu besi, bengkirai, jati dan kayu lain yang kuat dengan panjang sekurang-kurangnya 1,5
m, lebar kayu sekurangkurangnya 10 cm dimasukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, dan
selebihnya dipermukaan tanah dicat warna merah, atau
d. Tugu dari batu bata atau batako yang dilapis dengan semen yang besarnya sekurang-
kurangnya 30 cm x 30 cm dan tinggi sekurang-kurangnya 60 cm yang setengahnya
dimasukan ke dalam tanah, atau
e. Pipa paralon yang diisi dengan beton panjang sekurangkurangnya 1,5 m dan bergaris
tengah sekurang-kurangnya 10 cm, dimasukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang
selebihnya dicat merah.
Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997  Dalam menetapkan batas-batas bidang tanah
dengan memperhatikan batas-batas bidang atau bidang-bidang tanah yang telah
terdaftar dan surat ukur atau gambar situasi yang bersangkutan. Persetujuan dituangkan
dalam suatu berita acara yang ditandatangani oleh mereka yang memberikan persetujuan
Berdasarkan Pasal 26 PP No 24Tahun 1997:
 Pengukuran bidang tanah di daerah yang telah tersedia peta dasar pendaftaran yang berupa peta foto
dilaksanakan dengan cara identifikasi bidang tanah yang batasnya telah ditetapkan sesuai ketentuan
yang berlaku.
 Batas-batas bidang tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan.
 Apabila titik titik batas tidak dapat diidentifikasi pada peta foto karena tumbuhan atau halangan
pandangan lain, maka dilakukan pengukuran dari titik-titik batas yang berdekatan atau titik-titik lain
yang dapat diidentifikasi pada peta foto, sehingga titik batas yang tidak terlihat tersebut dapat
ditandai di peta foto dengan cara pemotongan kemuka.
 Peta foto sebagaimana yang dimaksud digunakan sebagai dasar untuk memetakan letak batas bidang-
bidang tanah dan mencatat data ukuran bidang bidang tanah.
Prosedur Pengidetifikasian Batas BidangTanah
1. Menyiapkan dokumen
pendaftaran hak atas tanah.
2. Menyiapkan Surat
Pemberitahuan Penunjukan
Batas BidangTanah dibuat
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Surat tertulis yang ditujukan
kepada pemohon untuk
menunjukkan batas dan
menghadirkan para pihak yang
berkepentingan dalam
penetapan batas bidang yang
berisi waktu penetapan batas
dan pengukuran.
3. Melakukan identifikasi tanda-
tanda batas bidang tanah
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
5. Menentukan tanda-tanda batas
bidang tanah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
4. Memverifikasi natas-batas bidang tanah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan (yang
mempunyai tanah dan tetangga berbatasan)
Membuat Rintisan Jalur Pengukuran
dan Pembebasan Sudut Pandang ke
Segala Arah
I. Membuat Rintisan Jalur Pengukuran
Rintisan jalur pengukuran dilakukan untuk memenuhi syarat
jarak pandang (line of sight). Titik-titik yang akan dilakukan
pengukuran harus mempunyai akses jalur yang memadai, misalnya
tidak boleh terhalang sesuatu benda atau semak-semak atau
pepohonan, dll. Oleh karena itu diperlukan pembuatan rintisan
jalur pengukuran. Membuat rintisan jalur pengukuran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menentukan jalur pengukuran
dengan cara memberi petunjuk arah sesuai kebutuhan.
Lanjutan
Setelah ditentukan jalurnya, kemudian dilakukan
pemasangan patok/ tanda titik ukur dan diberikan
keterangan sesuai ketentuan sebagai berikut:
1. Pembuatan tanda ukur dan keterangan pilar
disiapkan sesuai dengan spesifikasi teknis yang
diminta.
2. Tanda ukur dan keterangan pilar dibuat sesuai
spesifikasi teknis yang ditentukan.
3. Koordinat pendekatan patok dan/atau tanda ukur
dicatat pada formulir pengukuran.
4. Patok dan/atau tanda ukur diberi nomor sesuai
ketentuan penomoran patok.
5. Patok dan/atau tanda ukur diberi deskripsi sesuai
kondisi lapangan.
6. Lokasi patok dan/atau tanda ukur difoto dari arah
utara, timur, selatan dan barat. ContohGambarTanda ukur
Lanjutan
Penentuan jalur tersebut juga harus
dibuat:
1.Sketsa dengan rinci
2.Letak titik-titik yang sudah
ditentukan dan juga objek-objek
yang mudah dikenali wajib
digambarkan
Titik-titik yang sudah ditentukan
pada jalur pengukuran juga harus
dicatat sesuai dengan ketentuan
penomoran.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk mempermudah kegiatan
pengukuran yang berhubungan
dengan akses dan terjangkaunya
jarak pandang terhadap lokasi yang
akan di ukur. ContohGambarSketsa
Digital/ denganAplikasi
ContohGambarSketsa
Analog
II. Pembebasan Sudut Pandang ke Segala Arah
Dalam melakukan pengukuran menggunakan metode terestris (total station
dan GNSS) tidak selalu mudah dilakukan. Hal tersebut karena kendala posisi
titik yang akan diukur pandangannya terhalang, untuk itu sebelum dilakukan
pengukuran perlu dilakukan kegiatan pembebasan sudut pandang ke segala
arah.
Pembebasan sudut pandang ke segala arah adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk membebaskan objek yang menghalangi pandangan alat ukur.
III. Langkah Kerja
1. Menyiapkan Buku Petunjuk
sebagai acuan untuk penentuan
pekerjaan rintisan jalur
pengukuran dan pembebasan
sudut pandang ke segala arah.
2. Menentukan persyaratan Lokasi
penempatan jalur pengukuran dan
pembebasan sudut pandang
3. Menentukan Peralatan serta
perlengkapan Pembuatan rintisan
jalur pengukuran dan
pembebasan sudut pandang
ContohGambar buku petunjuk
4. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan, seperti Golok/ parang, HT,
HandphoneAndroid, Patok, Pilox. Serta diperiksa fungsinya.
5. Membuat sketsa jalur pengukuran
dengan rinci menggunakan HP
android kemudian mencatat nomor
titik-titik pada jalur pengukuran
sesuai ketentuan penomoran.
6. Melakukan identifikasi keberadaan
objek yang menghalangi, setelah itu
melakukan tindakan/ permbersihan
segala obejk yang menghalangi alat.
7. Melakukan pencatatan dan
mendokumentasikan sekitaran lokasi.
ContohGambarSketsa Jalur
Pengukuran
MengaturTargetUkur
Terestris dan Kesalahan
AkibatTargetUkurTidak Baik
Posisinya
Mengatur Target UkurTerestris
Metode pengukuran terestris merupakan rangkaian pengukuran menggunakan alat ukur sudut, jarak dan
beda tinggi di atas permukaan bumi sehingga diperoleh hubungan posisi suatu tempat terhadap tempat
lainnya.
Untuk memperoleh pengukuran yang hasilnya baik, maka diperlukan posisi, letak, dan arah yang baik dari
target ukur ke arah alat. Untuk mencapai hal tersebut, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh Surveyor dalam mengatur target ukur terestris. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Kriteria Lokasi Target Ukur
2. Memberi Penomoran Target Ukur
3. Mengetahui Jenis dan Kegunaan Target Ukur Terestris
4. Mengetahui Bagian-bagian dan Fungsi Target Ukur
5. Mampu Melakukan Centering Target Ukur
6. Mengetahui Pengaturan Target Ukur Terestris
1. Kriteria Lokasi Target Ukur
Penentuan Lokasi Target juga
diperlukan beberapa
kriteria/ketentuan, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Target Ukur Harus Terlihat
Jelas
Yang dimaksud target dapat
terlihat jelas berarti target
dapat terlihat langsung dari
tempat berdirinya alat ukur
atau dengan kata lain tidak
ada hambatan yang
menghalangi terlihatnya
target ukur dari tempat
berdirinya alat.
Lanjutan
b. Target dapat terjangkau oleh kemampuan
alat
Masing- masing alat ukur terstris
mempunyai spesifikasi limit jarak ukur yang
berbeda-beda, oleh karena itu memilih
posisi target ukur harus disesuaikan dengan
spesifikasi alat yang diberikan, dan tidak
boleh melebihinya.
c. Lokasi target tetap
Lokasi target ukur merupakan lokasi yang
tetap atau permanen dan tidak mudah
untuk dipindah-pindahkan atau dihilangkan.
Lokasi target ukur tetap seperti, benchmark,
patok besi, pohon, dan lain sebagianya.
Contoh Lokasi target ukur merupakan
lokasi yang tetap atau permanen
Lanjutan
d. Lokasi yang relatif datar
Untuk menghasilkan hasil ukuran yang akurat, maka dalam pemasangan target ukur harus
stabil.
Lokasi target ukur terestris yang ideal merupakan lokasi yang relatif datar.
Tidak disarankan meletakkan target ukur terestris pada lokasi terjal dengan kemiringan yang
curam dan berbahaya seperti ujung tebing, pinggir jurang, daerah lembah dan lain sebagainya
 Pengukuran di lapangan biasanya melibatkan lebih dari satu detil atau target yang akan
diukur, maka diperlukan sistem penamaan atau penomoran untuk membedakan suatu
target dengan target lainnya.
 Untuk membedakan suatu target dengan target lainnya, maka nomor target ukur harus
unik dan mampu menggambarkan atau mendeskripsikan target yang diukur.
 Unik artinya setiap target ukur mempunyai nomornya masing-masing dan tidak boleh
duplikat dengan target ukur lainnya.
 Nomor target ukur harus mampu menggambarkan target yang diukur, misal BM untuk titik
benchmark, JLN untuk titik jalan, BGN untuk titik bangunan, dan lain sebagainya.
 Nomor target ukur biasanya terdiri dari kombinasi angka dan huruf. Misal : BM0001 yang
berarti target berupa titik benchmark dengan nomor urut 0001, JLN1005 yang berarti target
merupakan bagian jalan dengan nomor urut 1005, BGN0099 yang berarti bahwa target
merupakan titik pada bangunan dengan nomor urut 0099, dan seterusnya.
 Penomoran target ukur seharusnya dilakukan secara urut mengikuti sketsa lokasi
pengukuran.
2. Penomoran Target Ukur
Jenis target ukur terestris dibedakan berdasarkan
alat ukur terestris yang digunakan. Berikut
merupakan jenis target ukur terestris berdasarkan
alat ukurnya:
a. Rambu/ Bak Ukur
Rambu Ukur adalah target ukur yang digunakan
pada alat ukur terestris berupa Waterpass.
Rambu Ukur atau Bak Ukur atau Mistar ukur
adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal
dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal
antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang
berada di atas atau di bawah garis bidik.
Rambu terbuat dari bahan kayu atau aluminium.
Panjang rambu ukur bervariasi, mulai dari 3 m,
4m, hingga 5 m sesuai kebutuhan.
3. Jenis dan Kegunaan Target Ukur
ContohGambar Rambu/
Bak Ukur
b. Target untuk Pengukuran Sudut Horizontal
 Dalam kegiatan pengukuran terestris
menggunakan theodolit, dimana hasil
ukurannya merupakan sudut horizontal,
maka digunakan target ukur.
 Target ini dapat dipasang di pole ataupun
statif sesuai kebutuhan.
 Pada pusat target terdapat satu titik yang
menjadi target bidik theodolite
 Titik tersebut biasanya ditandai dengan
garis silang
 Target ukur untuk pengukuran sudut
horizontal ini mempunyai bentuk yang
bermacam- macam.
Lanjutan
ContohGambarTarget
PengukuranSudut Horizontal
C. Prisma atau Reflektor
 Prisma adalah target ukur alat Total
Station.
 Target ini dapat dipasang di pole ataupun
statif sesuai kebutuhan.
 Cara kerja Prisma adalah dengan
mengirimkan sinyal berupa gelombang
elektromagnetik ke target (prisma atau
reflektor), yang selanjutnya dipantulkan
kembali keTotalStation.
 Reflektor berupa prisma kubus yang
permukaan tegaknya dibuat irisan-irisan
tertentu, sehingga bidang-bidang irisan
tersebut saling tegak lurus.
 Posisi prisma harus selalu centering
Lanjutan
ContohGambar prisma yang
sudah berdiri diatas statif
a. Rambu/ Bak Ukur
 Rambu ukur terdiri dari skala rambu
atau interval jarak dalam satuan cm.
 Satu garis pada Rambu Ukur bernilai 1
cm
 Tiap 5 garis pada Rambu Ukur
membentuk huruf E yang berarti
memiliki nilai 5 cm.
 Sehingga, tiap 2 huruf E bernilai 10 cm
atau 1 dm yang dilambangkan dengan
angka.
4. Bagian-bagian dan Fungsi Target Ukur
ContohGambar Bacaan Rambu Ukur
b. Target untuk Pengukuran Sudut Horizontal
 Target ini terdiri dari 2 bagian, yaitu
tanda titik tengah (center) dan bingkai
target
Targetuntuk Pengukuran Sudut Horizontal
c. Prisma/ Reflektor
 Prisma yang
menggunakan pole
dipasang
biasanya
disebut dengan prisma detil,
sedangkan prisma yang
statif
dipasang menggunakan
biasanya disebut dengan
prisma polygon
 Prisma yang dipasangkan pada
statif memerlukan tribrach
 Tribach
tempat
adalah landasan
target ukur yang
menghubungkan target dengan
statif.
 Pada tribrach terdapat nivo
kotak yang befungsi untuk
pedoman penyetalan sumbu I
vertikal.
Lanjutan
5. Prosedur Centering Target Ukur
Untuk menghasilkan data ukuran yang akurat dan presisi, maka target ukur harus berdiri di atas titik ukur secara
tepat dan tegak.
Untuk meletakkan target ukut di atas titik ukur secara tepat dan tegak diperlukan proses centering.
Centering adalah keadaan dimana sumbu I (sumbu vertikal) target ukur segaris dengan garis gaya berat yang
melalui titik tempat berdiri alat (paku atau titik silang di atas patok di tanah).
Hal yang harus diperhatikan dalam proses centering adalah:
a. Memastikan target ukur berdiri tepat di atas titik yang akan diukur
b. Memastikan nivo kotak seimbang atau sumbu I vertikal
Tahapan centering pada prisma target menggunakan statif, sebagai berikut;
1. Pemasangan Statif
a. Mengendorkan skrup kaki-kaki statif.
b. Menyiapkan ujung kaki-kaki statif di permukaan tanah dan angkat kepala statif kurang lebih setinggi
dagu. Mengencangkan skrup kaki-kaki statif.
c. Melebarkan statif sedemikian rupa, sehingga kepala statif berasa tepat di atas titik ukur.
d. Memastikan kepala statif mendekati datar
Lanjutan
2. Levelling
a. Memasang prisma target dengan tribrach, lalu menguncinya menggunakan skrup pengunci
pada tribrach.
b. Memasang tribrach beserta prisma target pada statif. Mengaitkan pengait pada statif pada
lubang yang terdapat pada tribrach. Memastikan bahwa tribrach sudah terkait dengan sempurna.
c. Mengatur eyepiece plummet untuk memfokuskan titik ukur. Lalu putar skrup penyetel (ABC) untuk
menyetering reticle tepat pada titik ukur.
d. Mengatur gelembung nivo kotak agar berada tepat di tengah lingkarang dengan menyesuaikan panjang
kaki-kaki statif. Merendahkan kaki yang terdekat dengan gelembung atau panjangkan kaki yang terjauh
dengan gelembung.
e. Setelah nivo kotak terpusat, lihat kembali melalu plummet apakah reticle masih berhimpit dengan titik
ukur. Jika bergeser, maka geser kembali tribrach secara perlahan dengan membuka pengait statif.
f. Namun jika sudah, maka target ukur siap digunakan
6. Ketentuan Pengaturan Target Ukur
Setelah target ukur center pada titik
ukur, maka tahap selanjutnya adalah
pengaturan target ukur terestris, baik
menggunakan Jalon atau statif.
Pengaturan target ukur ini sebagai
berikut:
a. Posisi target ukur harus
menghadap alat ukur
b. Tinggi target ukur harus diukur dan
dicatat
c. Dokumentasi tinggi target ukur
sesuai prosedur
Contoh Gambar Posisi target ukur
harus menghadap alat ukur
6.1. Prosedur MenyiapkanTarget Ukur
Menggunakan Jalon
Langkah 1.
Langkah 1.
SiapkanJalon dan Prisma, kemudian Pasang prisma padaJalon
Langkah 2.
Atur tinggi Prisma padaJalon sesuai
Kenutuhan di lokasi
Langkah 2.
Lanjutan
Langkah 3
Langkah 3
Posisikan Jalon pada titik yang akan diambil, kemudian
arahkan prisma ke posisi alatTotal
Langkah 4
Sentringkan nivo kotak pada Jalon, Jika nivo suda
sentring beri kode pada surveyor yang mengoperasikan
alatTotalStation bahwa pengukuran siap dilakukan.
Langkah 4
6.2. Prosedur MenyiapkanTarget Ukur
Menggunakan Statif
Langkah 1.
SiapkanStatif dan Prisma
Langkah 1.
Langkah 2.
Berdirikan statif diatas patok setinggi dagu surveyor yang
akan mengoperasikan alat, dan pastikan titik pada patok
terlihat dari atasStatif, kemudian kunci masing masing kaki
statif
Langkah 2.
Lanjutan
Langkah 3
Langkah 3
Pasang tribrach pada statif, lalu kunci menggukan klem pengunci pada
statif, agar tribrach tidak bergeser atau jatuh
Langkah 4
Lakukan sentring optis dengan cara mengamati posisi
paku terhadap alat melalui optical plummet. Posisikan
target pada optical plummet berasa tepat diatas paku atau
titik pada patok
Langkah 4
Langkah 5
Sentringkan nivo kotak dan nivo tabung pada tribrach dengan cara
menggerakkan sekrupABC secara halus.Untuk nivo tabung lakukan pada
ketiga sisi tribrach.Untuk nivo kotak dapat dilakukan dengan menaik-
turunkan kaki statif.
Lanjutan
Langkah 5 Menyenteringkan
nivo kotak
Langkah 6
Jika proses sentring optis, nivo kotak dan nivo tabung telah selesai, pasang
prisma pada bagian atas tribrach, lalu kunci dengan skrup pengunci prisma pada
tribrach.Ukur tinggi prisma dari patok lalu arahkan prisma ke posisi alatTotal
Station
Lanjutan
Langkah 6
Kesalahan AkibatTarget UkurTidak Baik Posisinya
Prinsip penentuan posisi
menggunakan Theodolite, Total
dengan
Station
adalah menggunakan sudut dan jarak
sedangkan waterpass, adalah menggunakan
jarak saja.
1. Prinsip Penentuan Posisi Menggunakan
Theodolite dan Total Station
Untuk penentuan posisi menggunakan
Theodolite dan total station
menggunakan rumus:
Ket : Posisi yang di cari, i (Xi ; Yi)
Posisi yang di ketahui,a (Xa ; Ya)
dai = Jarak antar titik i dan a
αai = sudut jurudan/azimut a ke I
Xi = Xa + dai . sin αai
Yi = Ya + dai . cos αai
Kesalalahan akibat posisi target ukur
yang tidak baik atau tidak centering akan
berakibat perhitungan posisi yang
diproses akan berbeda, hal tersebut
dapat dilihat pada Sketsa Gambar
disamping.
Prisma 1 adalah prisma yang centering
centering
Dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan
jarak. Apabila prisma tersebut
kemiringannya tidak hanya ke
depan/belakang sejajar dengan ,
melainkan ke depan atau ke belakang
sudah dipastikan bahwa jarak dan
sudut antar kedua titik tersebut akan
berbeda dengan yang centering.
Hal tersebut maka akan berpengaruh
terhadap perhitungan koordinat
nantinya.
Hal tersebut berlaku juga untuk
pengukuran tinggi menggunakan
Waterpass.
U Prisma 2 adalah prisma yang tidak
a
(Xa ; Ya)
Berdiri alat
Total station
i(Xi ; Yi)
αai
dai
1
2
Membuat Benchmark (BM)/
Hydro Pilar/Titik Dasar
Teknik (TDT)
Benchmark (BM)/Hydro Pilar atau diistilahkan dengan Titik Dasar Teknik (TDT) yaitu titik yang
mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem
tertentu. BM/Hydro Pilar merupakan Jaring Kontrol Horisontal. Jaring Kontrol Horisontal adalah
sekumpulan titik kontrol horizontal yang satu sama lainnya dikaitkan dengan data ukuran jarak
dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu
dalam suatu sistem referensi koordinat horisontal tertentu.
Contoh Bentuk BM
1. Klasifikasi Benchmark/Hydro Pilar
Pembuatan Benchmark yang selanjutnya disebut BM tidak boleh dilakukan sembarang karena BM inilah
yang nantinya akan menjadi acuan segala pengukuran. Pembuatan BM memiliki ketentuannya masing-
masing. BM diklasifikasikan dalam kelas dan orde. Klasifikasi berdasarkan kelas dan orde.
Tabel 1. Kelas JaringKontrol Horizontal
Yang dimaksud kelas dalam tabel 1 adalah atribut yang mengkarakteristikan ketelitian internal (tingkat presisi) dari
jaringan, yang pada prinsipnya bergantung pada tiga faktor utama, yaitu kualitas data, geometri jaringan, sertametode
pengolahan data
Lanjutan
Yang dimaksut orde dalam tabel diatas adalah atribut yang mengkarakterisasi tingkat ketelitian (akurasi)
jaring, yaitu tingkat kedekatan jaring tersebut terhadap jaring titik kontrol yang sudah ada yang
digunakan sebagai referensi; dan orde jaringan ini akan bergantung pada kelasnya, tingkat presisi dari
titik- titiknya terhadap titik-titik ikat yang digunakan, serta tingkat presisi dari proses transformasi yang
diperlukan untuk mentransformasikan koordinat dari suatu ke datum ke datum lainnya.
Tabel 2. Orde Jaring Kontrol Horizontal
2. Penentuan Lokasi BM
 Dalam pembuatan BM, tidak bisa dilakukan disembarang tempat.
 Lokasi BM harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang ada, mengacu pada SNI 19-6724-2002.
 Lokasi titik-titik kontrol yang dipilih diusahakan sesuai dengan desain jaringan yang dibuat
sebelumnya, dan apabila memungkinkan, selain untuk jaring Orde-4, titik-titik tersebut dipilih pada
halaman instansi pemerintah ataupun institusi pendidikan dengan persetujuan pihak-pihak yang
bersangkutan.
 Lokasi titik-titik kontrol yang dipilih sebaiknya memenuhi persyaratan berikut:
1. Distribusinya sesuai dengan desain jaringan yang telah dibuat;
2. Kondisi dan struktur tanahnya yang stabil ;
3. Mudah dicapai (lebih baik dengan kendaraan bermotor) dan ditemukan kembali;
4. Sebaiknya ditempatkan di tanah milik negara;
Lanjutan
5. Tidak mengganggu (terganggu oleh) fasilitas dan utilitas umum;
6. Ditempatkan pada lokasi sehingga monumen tidak mudah terganggu atau rusak, baik akibat
gangguan, manusia, binatang, ataupun alam;
7. Penempatan titik pada suatu lokasi juga harus memperhatikan rencana penggunaan lokasi
yang bersangkutan pada masa depan;
8. Titik-titik harus dapat diikatkan ke beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya dari orde
yang lebih tinggi, untuk keperluan perhitungan, pendefinisian datum, serta penjagaan
konsistensi dan homogenitas dari datum dan ketelitian titik-titik dalam jaringan.
Untuk pengamatan dengan satelit GPS, yaitu untuk jaring Orde-0 s/d Orde-3 dan jaring orde-
4 (GPS), persyaratan berikut juga harus diperhatikan yaitu :
1. Mempunyai ruang pandang langit yang bebas ke segala arah di atas elevasi 15
2. Jauh dari objek-objek reflektif yang mudah memantulkan sinyal gps, untuk meminimalkan
atau mencegah terjadinya multipath;
3. Jauh dari objek-objek yang dapat menimbulkan interferensi elektris terhadap penerimaan
sinyalGPS
3. Prosedur Pembuatan BM
Lokasi pemasangan serta pilihan jenis orde tugu benchmark/hydro pilar atau TDT harus direncanakan
dengan baik, dengan memperhitungkan banyak faktor. Tugas ini tentu saja menjadi bagian pemikiran
serta pertimbangan pada level Surveyor bukan Asisten Surveyor. Asisten bertugas dalam pelaksanaan
pemasangannya saja sekaligus pengawasannya jika menggunakan pekerja bangunan/tukang. Secara
umum tahapan kegiatan pemasangan benchmark/hydro pilar atauTDT adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi
Pengumpulan peta-peta (topografi, rupa bumi,dasar teknik, peta dasar pendaftaran, dll) dimana
benchmark/hydro pilar tersebut direncanakan akan dipasang. Dalam peta-peta tersebut kita dapat
melihat data kondisi geografis, batas wilayah, dan lain-lain.
2. Perencanaan
Diperhitungkan pemasangannya tersebar merata dengan kerapatan yang optimal mudah dijangkau
untuk keperluan pengukuran-pengukuran bidang tanah. Selanjutnya dilakukan penomoran TDT
berdasarkan pedoman wilayah setempat.
3. Survei Pendahuluan
Survai Pendahuluan adalah
tahapan kegiatan yang
dilakukan untuk memastikan
lokasi pemasangan
benchmark/hydro pilar atau
TDT sesuai dengan
perencanaan, dengan
mengamati kesesuaian
dengan kondisi nyata
dilapangan.
4. Monumentasi
Monumentasi berupa
pemasangan konstruksi fisik
benchmark/hydro pilar atau
TDT.
Lanjutan
4. Pembuatan BM
Setelah lokasi titik di lapangan ditentukan, maka proses monumentasi (pembuatan BM) selanjutnya
dilaksanakan. Dalam monumentasi ini ada beberapa hal yang perlu di spesifikasikan yaitu sebagai
berikut :
1. Setiap monumen pada setiap titik harus dilengkapi dengan tablet logam dan marmer yang
dipasang pada tugu beton;
2. Monumen harus dibuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil (1:2:3), sesuai dengan desain dan
ukuran yang dispesifikasikan. Desain dan spesifikasi BM sesuai SNI 19-6724-2002 adalah sebagai
berikut:
Gambar Desain KeteranganTugu Dalam Bentuk Kuningan yang
Ditempelkan Pada BadanTugu
Brass-tablet dan nomor pilar tampak atas
Diamter 10 cm
Desain dan spesifikasi BMOrde 1
Lanjutan
Desain dan spesifikasi BMOrde 2
Lanjutan
Marmer
Marmer Warna Biru
Permukaan
Tanah
Desain dan spesifikasi BMOrde 3
Lanjutan
Warna Biru
Permukaan
Tanah
Desain dan spesifikasi BMOrde 4
Lanjutan
Dalam monumentasi ini ada beberapa hal yang perlu di spesifikasikan yaitu sebagai berikut :
3. Untuk membedakan jenis monumen dari setiap orde jaring titik kontrol dan untuk sistemisasi
pengarsipan, titik-titik kontrol harus diberi nomor berdasarkan suatu sistem yang baku.
Nomor titik harus merefleksikan orde jaringan serta lokasi (propinsi dan kabupaten) dari titik
tersebut;
4. Untuk setiap monumen yang dibangun harus dibuatkan sketsa lapangan dan deskripsinya.
Foto dari empat arah (utara, timur, selatan, dan barat) juga harus dibuat sehingga bisa
didapatkan gambaran latar belakang lokasi dari setiap arah. Spesifikasi untuk formulir-
formulir deskripsi titik, sketsa lokasi serta foto monumen diberikan.
Lanjutan
Peralatan dan perlengkapan yang harus
dipersiapkan untuk melaksanakan pembuatan
tugu benchmark/hydro pilar, berupa:
1. Peralatan:
a. Cangkul
b. Linggis
c. Papan
d. Sendok semen
e. Pita ukur
f. Alat tulis
2. Perlengkapan:
a. Papan kayu
b. Rangka besi
c. Semen, kerikil, pasir, dan air tawar
d. Brasstablet (tanda untuk membuat
benchmark/hydro pilar)
e. Cat dan kuas
f. Alat pelindung diri di tempat kerja
Step Pembuatan BM
1. MempersiapkanAlat dan Bahan
2. Menentukan Lokasi BM
3. MenggaliTanah 2X ukuran BM
4. Mengatur kedalaman galian,Sedalam 100m
5. BM dimunculkan dari PermukaanTanah setinggi 15cm
6. Proses memasukkan batu koral
7. Memasukan KerangkaBesi
8. Memasukan Bekisting
9. Membuat adukan semen 1:2Semen,
2:2 Pasir, 3:2 Batu.
10. Masukan adukan semen, sampai ke atas permukaan tanah setinggi 15cm.
11. Memasukan baut ditengah.
12. Pengecatan BM
1. Melakukan penggalian tanah 2 X ukuran BM
2. Mengatur kedalaman galian, Sedalam 100m
dan BM dimunculkan dari Permukaan Tanah setinggi
15cm
3. Proses memasukkan Kerangka Besi, Batu Koral, dan Bekisting
4. Proses pembuatan adukan semen 1:2Semen, 2:2 Pasir, 3:2 Batu.
5.Adukan semen yang telah dimasukkan, sampai ke atas permukaan tanah setinggi
15cm.
6. Baut yang telah dipasang ditengah ditengah
7. Dilakukan pengecatan.

More Related Content

Similar to Jenjang 2 - Materi Diklat SKKNI Kadastral.pptx

Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
yonolino
 
PRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptx
PRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptxPRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptx
PRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptx
sodieqkuyt89
 
Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...
Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...
Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...
IsnaOktianaRahma
 
0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc
0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc
0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc
Baehaqi10
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Erwangga1
 

Similar to Jenjang 2 - Materi Diklat SKKNI Kadastral.pptx (20)

Bab 2 pendahuluan halsel 2017
Bab 2 pendahuluan halsel 2017Bab 2 pendahuluan halsel 2017
Bab 2 pendahuluan halsel 2017
 
Teknik navigasi darat
Teknik navigasi daratTeknik navigasi darat
Teknik navigasi darat
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
 
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan PemetaanTugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
 
Permen no01-2006 lampiran-
Permen no01-2006 lampiran-Permen no01-2006 lampiran-
Permen no01-2006 lampiran-
 
PRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptx
PRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptxPRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptx
PRESENTASI ANTARA KOLAM RETENSI 06242020.pptx
 
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
 
Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...
Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...
Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Ek...
 
0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc
0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc
0. Metode Kerja Perkerasan Jalan Beton Rev 3.doc
 
Bab i jalan raya
Bab i jalan rayaBab i jalan raya
Bab i jalan raya
 
Kak tim gps
Kak tim gpsKak tim gps
Kak tim gps
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
 
Spesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desaSpesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desa
 
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desaSpesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja
 
Rks jembatan 1
Rks jembatan 1Rks jembatan 1
Rks jembatan 1
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Spek jalan
Spek jalanSpek jalan
Spek jalan
 

Recently uploaded

Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di DepokKlinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953
 
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
arisvanrush
 
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) Samarinda
 
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxMetode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
HeriGeologist
 
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Obat Aborsi Jakarta ( Ampuh _ No. 1 ) Kandungan Jakarta
 
Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...
Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...
Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...
Obat Cytotec Aborsi Jual Obat Aborsi 082223109953
 
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Obat Aborsi Jakarta ( Ampuh _ No. 1 ) Kandungan Jakarta
 

Recently uploaded (11)

Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di DepokKlinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
 
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
 
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
 
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptxPerencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
 
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptxPROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
 
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxMetode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
 
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
 
Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...
Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...
Jual Obat Aborsi Bandar Lampung ( Asli Ampuh No.1 ) 0822 2310 9953 Tempat Kli...
 
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
 
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptxSTRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
 
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS GeodetikPengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
 

Jenjang 2 - Materi Diklat SKKNI Kadastral.pptx

  • 2. No Jenis Kompetensi DurasiWaktu (Menit) Teori Praktek 1 Menerapkan K3 di Lokasi Kerja 15 2 Kode Etik/ Pedoman Perilaku Surveyor 30 - 3 Orientasi lokasi pengukuran 30 20 4 Identifikasi Batas Bidang Tanah 30 30 5 Membuat rintisan jalur pengukuran dan pembebasan sudut pandang ke segala arah 15 30 6 Mengatur target ukur terestris 20 50 7 Membuat BM 20 50 8 PostTest 20 - Total Waktu (Menit) 180 180 TotalWaktu (Jam) 3 3
  • 3. Menerapkan K3L di Lokasi Kerja 1.Wajib MenggunakanAPD (Alat Pelindung Diri) Helm Kaca Mata Rompi SepatuSafety Masker KaosTangan PenutupTelinga (TidakWajib)
  • 4. Selain memakaiAPD, surveyor harus selalu mempunyai alat penanganan darurat yaitu,APAR dan P3K Jumlah dan Penyimpanannya: 1. P3K  Camp & Selalu dibawa  minimal 2 2.APAR  Camp Selalu dibawa Camp
  • 5. Upaya mengurangi resiko/ kerusakan pada alat, manusia dan lingkungan: 1. Selalu menggunakan APD 2.Membawa jas hujan dan paying saat di lapangan 3. Berhenti mengukur saat hujan deras 4.Memasukkan alat ukur dalam box saat berpindah 5.Tidak sembarangan menebang pohon 6.Tidak membuang sampah sembarangan 7. Ijin kepada pejabat setempat
  • 7. Orientasi lokasi pengukuran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui atau memahami bagaimana kondisi lokasi yang akan dilaksanakan pengukuran. Orientasi lokasi pengukuran dilaksanakan untuk mengindentifikasi atau mengumpulkan data-data yang nantinya akan berhubungan dengan kebutuhan titik kontrol/titik ikat untuk pengukuran dan mengidentifikasi posisi dan kondisinya di lapangan, serta melakukan penelusuran rencana jalur pengukuran dan pengambilan gambar/foto lokasi pengukuran. Pokok bahasan dalam pembahasan ini ada dua (2), yaitu menyiapkan kegiatan orientasi lokasi pengukuran dan melakukan identifikasi pengukuran
  • 8. 1. Menyiapkan kegiatan orientasi lokasi pengukuran Dalam kegiatan orientasi lokasi pengukuran, diperlukan beberapa bahan dan alat yang harus dipersiapkan serta hal yang harus dilakukan, diantaranya adalah menyiapkan peta kerja dan melakukan inventarisasi lokasi, koordinat dan jumlah titik kontrol/titik ikat/titik kerangka yang akan digunakan a. Menyiapkan Peta Kerja (Dasar,Topografi, Citra) Lokasi Pengukuran Penyiapan Peta Kerja bertujuan untuk menggambarkan wilayah pekerjaan pengukuran dan pemetaan. Peta kerja yang disiapkan bisa sesuai kebutuhan. Peta Kerja dapat berupa Peta Citra, Peta Topografi, atau Peta lainnya sebagai acuan Pekerjaan. Manfaat peta kerja secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: letak lokasi yang diinginkan a. Menunjukkan sebaran bidang tanah beserta koordinat lokasinya b. Menjadi pijakan untuk berbagai kegiatan survei terutama menyangkut c.Menjadi dasar untuk memuat berbagai informasi/ atribut lain d. Menjadi bagian input data untuk penyusunan sistem informasi pertanahan
  • 10. b. Melakukan inventarisasi lokasi, koordinat dan jumlah titik kontrol/titik ikat/titik kerangka yang akan digunakan Lokasi yang dipilih sebagai lokasi kegiatan pertanahan pada umumnya adalah wilayah administrasi desa. Khusus untuk kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), lokasi yang menjadi tujuan adalah desa yang mana yang menjadi target pemetaan dan seluruh bidang harus terpetakan. Untuk itu lokasi-lokasi yang terpilih harus memiliki batas wilayah administrasi desa yang utuh. Setelah diperoleh gambaran wilayah desa utuh pada peta kerja, langkah berikutnya adalah membuat daftar (dicatat) untuk masing-masing lokasi berisi informasi: a. Titik koordinat pada setiap sudut batas wilayah desa b. Jumlah titik kontrol/titik ikat/titik kerangka yang akan digunakan c. Catatan lain yang diperlukan Lanjutan..
  • 11. ContohGambar Peta Rencana Pengukuran c. Menyiapkan PetaRencana Pengukuran Peta rencana pengukuran adalah peta kerja yang ditambah dengan informasi jalur rencana pengukuran, titik pengamatan pertama, pengikatan titik-titik pengukuran dan sebagainya. Peta rencana pengukuran ini bertujuan untuk mempermudah operasional pekerjaan di lapangan Lanjutan..
  • 12. 2. Melakukan identifikasi pengukuran Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melakukan identifikasi pengukuran, diantaranya adalah: a. Mengidentifikasi posisi dan kondisi fisik titik kontrol/titik ikat di lapangan Titik kontrol atau titik ikat yang sudah diperoleh harus dicek keberadaannya di lapangan apakah masih dalam keadaan baik atau tidak, kemudian dicatat. Dalam keadaan baik artinya adalah masih terdapt informasi koordinat, kondisi fisik masih utuh tidak ada yang berkurang atau rusak, dan posisinya tetap atau tidak ada tanda bergeser. b. Melakukan pengambilan foto/gambar titik kontrol/titik ikat dan kondisi disekitarnya Pada saat melakukan identifikasi posisi dan kondisi fisik titik kontrol/titik ikat di lapangan harus dilakukan pengambilan foto/gambar titik kontrol/titik ikat dan kondisi disekitarnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan keadaan/ kondisi titik-titik tersebut sesuai dengan yang diidentifikasikan atau tidak. ContohGambar Identifikasi titik Kontol/Titik Ikat ContohGambar Identifikasi titik Kontol/Titik Ikat
  • 13. c. Melakukan penelusuran pada rencana jalur pengukuran Penelusuran pada rencana jalur pengukuran dilakukan menggunakan Peta Rencana Pengukuran yang sudah disiapkan. Penelusuran pada rencana jalur pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi medan dan bentuk topografi lokasi yang selanjutnya hasilnya dapat direncanakan untuk pekerjaan selanjutnya. Penelusuran pada rencana jalur pengukuran dilakukan dengan menggunakan GNSS pada HP Android dan kompas. d. Melakukan pengambilan foto/gambar di sekitar lokasi dan rencana jalur pengukuran Pada saat melakukan penelusuran pada rencana jalur pengukuran di lapangan harus dilakukan pengambilan foto/gambar medan dan kondisi bertujuan untuk keadaan/ kondisi nyata disekitarnya yang mendokumentasikan pada lokasi tersebut. Lanjutan.. Melakukan penelusuran pada rencana jalur pengukuran
  • 15. Identifikasi Batas BidangTanah Identifikasi batas bidang tanah  Proses menentukan atau menetapkan identitas batas bidang tanah. Acuan  1. Peraturan Pemerintah Nomor 24Tahun 1997 tentang PendaftaranTanah 2. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24Tahun 1997 tentang PendaftaranTanah 3. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran TanahSistematis Lengkap
  • 16. Dalam mengidentifikasi batas bidang tanah, pengidentfikasi harus mengetahui apa saja yang harus ditentukan dan dipersipakan. Berdasarkan Pasal 17 PP No 24Tahun1997:  Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah  bidang-bidang tanah yang akan dipetakan, diukur setelah ditetapkan letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas di setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan.  Dalam penetapan batas bidang tanah pada pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik  diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaannya, wajib dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Berdasarkan Pasal 19 PP No 24Tahun 1997:  Jika pemohon pengukuran atau pemegang hak atas tanah tidak dapat hadir pada waktu yang ditentukan untuk menunjukan batas-batas bidang tanahnya  penunjukan batas itu dapat dikuasakan dengan kuasa tertulis kepada orang lain .
  • 17. Berdasarkan Pasal 21 PP No 24Tahun 1997:  Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan apabila dianggap perlu dipasang juga pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut.  Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu/patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang batas. Spesifikasi patok tanda batas bidang tanah mengacu pada Peraturan Menteri Negara Agraria No. 3Tahun 1997 Pasal 22: 1. Untuk bidang tanah yang luasnya kurang dari 10 ha, dipergunakan tanda batas sebagai berikut: a. Pipa besi atau batang besi, panjang sekurang-kurangnya 100 cm dan bergaris tengah sekurang-kurangnya 5 cm, dimasuukan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, sedang selebihnya 20 cm diberi tutup dan dicat merah, atau
  • 18. b. Pipa paralon yang diisi dengan beton (pasir campur kerikil dan semen) panjdng sekurang- kurangnya 100 cm dan bergaris tengah sekurang-kurangnya 5 cm, dimasukan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, sedang selebihnya 20 cm dicat merah, atau c. Kayu besi, bengkirai, jati dan kayu lain yang kuat dengan panjang sekurang-kurangnya 100 cm, lebar kayu sekurangkurangnya 7,5 cm dimasukan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, dan selebihnya 20 cm di permukaan tanah dicat warna merah, dengan ketentuan bahwa untuk di daerah rawa panjangnya kayu tersebut sekurang-kurangnya 1,5 m dan lebar sekurangkurangnya 10 cm, yang 1 meter dimasukkan ke dalam tanah dan yang muncul ke permukaan tanah dicat merah, atau
  • 19. d. Tugu dari batu bata atau batako yang dilapis dengan semen yang besarnya sekurang- kurangnya 20 cm x 20 cm dan tinggi sekurang-kurangnya 40 cm yang setengahnya dimasukan ke dalam tanah, atau e. Tugu dari beton, batu kali atau granit dipahat sekurangkurangnya sebesar 10 cm persegi dan panjang 50 cm, yang 40 cm dimasukan ke dalam tanah dengan ketentuan bahwa apabila tanda batas itu terbuat dari beton ditengah-tengahnya dipasang paku atau besi.
  • 20. 2.Untuk bidang tanah yang luasnya 10 ha atau lebih dipergunakantanda batas sebagai berikut : a. Pipa besi panjang sekurang-kurangnya 1,5 m dan bergaris tengah sekurang- kurangnya 10 cm, dimasuukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang selebihnya diberi tutup dan dicat merah, atau b. Besi balok dengan panjang sekurang-kurangnya 1,5 m dan bergaris tengah sekurang- kurangnya 10 cm, dimasukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang selebihnya diberi tutup dan dicat merah, atau
  • 21. c. Kayu besi, bengkirai, jati dan kayu lain yang kuat dengan panjang sekurang-kurangnya 1,5 m, lebar kayu sekurangkurangnya 10 cm dimasukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, dan selebihnya dipermukaan tanah dicat warna merah, atau d. Tugu dari batu bata atau batako yang dilapis dengan semen yang besarnya sekurang- kurangnya 30 cm x 30 cm dan tinggi sekurang-kurangnya 60 cm yang setengahnya dimasukan ke dalam tanah, atau e. Pipa paralon yang diisi dengan beton panjang sekurangkurangnya 1,5 m dan bergaris tengah sekurang-kurangnya 10 cm, dimasukan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang selebihnya dicat merah. Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997  Dalam menetapkan batas-batas bidang tanah dengan memperhatikan batas-batas bidang atau bidang-bidang tanah yang telah terdaftar dan surat ukur atau gambar situasi yang bersangkutan. Persetujuan dituangkan dalam suatu berita acara yang ditandatangani oleh mereka yang memberikan persetujuan
  • 22. Berdasarkan Pasal 26 PP No 24Tahun 1997:  Pengukuran bidang tanah di daerah yang telah tersedia peta dasar pendaftaran yang berupa peta foto dilaksanakan dengan cara identifikasi bidang tanah yang batasnya telah ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.  Batas-batas bidang tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan.  Apabila titik titik batas tidak dapat diidentifikasi pada peta foto karena tumbuhan atau halangan pandangan lain, maka dilakukan pengukuran dari titik-titik batas yang berdekatan atau titik-titik lain yang dapat diidentifikasi pada peta foto, sehingga titik batas yang tidak terlihat tersebut dapat ditandai di peta foto dengan cara pemotongan kemuka.  Peta foto sebagaimana yang dimaksud digunakan sebagai dasar untuk memetakan letak batas bidang- bidang tanah dan mencatat data ukuran bidang bidang tanah.
  • 23. Prosedur Pengidetifikasian Batas BidangTanah 1. Menyiapkan dokumen pendaftaran hak atas tanah. 2. Menyiapkan Surat Pemberitahuan Penunjukan Batas BidangTanah dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Surat tertulis yang ditujukan kepada pemohon untuk menunjukkan batas dan menghadirkan para pihak yang berkepentingan dalam penetapan batas bidang yang berisi waktu penetapan batas dan pengukuran.
  • 24. 3. Melakukan identifikasi tanda- tanda batas bidang tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku 5. Menentukan tanda-tanda batas bidang tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku 4. Memverifikasi natas-batas bidang tanah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (yang mempunyai tanah dan tetangga berbatasan)
  • 25. Membuat Rintisan Jalur Pengukuran dan Pembebasan Sudut Pandang ke Segala Arah
  • 26. I. Membuat Rintisan Jalur Pengukuran Rintisan jalur pengukuran dilakukan untuk memenuhi syarat jarak pandang (line of sight). Titik-titik yang akan dilakukan pengukuran harus mempunyai akses jalur yang memadai, misalnya tidak boleh terhalang sesuatu benda atau semak-semak atau pepohonan, dll. Oleh karena itu diperlukan pembuatan rintisan jalur pengukuran. Membuat rintisan jalur pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan jalur pengukuran dengan cara memberi petunjuk arah sesuai kebutuhan.
  • 27. Lanjutan Setelah ditentukan jalurnya, kemudian dilakukan pemasangan patok/ tanda titik ukur dan diberikan keterangan sesuai ketentuan sebagai berikut: 1. Pembuatan tanda ukur dan keterangan pilar disiapkan sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta. 2. Tanda ukur dan keterangan pilar dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan. 3. Koordinat pendekatan patok dan/atau tanda ukur dicatat pada formulir pengukuran. 4. Patok dan/atau tanda ukur diberi nomor sesuai ketentuan penomoran patok. 5. Patok dan/atau tanda ukur diberi deskripsi sesuai kondisi lapangan. 6. Lokasi patok dan/atau tanda ukur difoto dari arah utara, timur, selatan dan barat. ContohGambarTanda ukur
  • 28. Lanjutan Penentuan jalur tersebut juga harus dibuat: 1.Sketsa dengan rinci 2.Letak titik-titik yang sudah ditentukan dan juga objek-objek yang mudah dikenali wajib digambarkan Titik-titik yang sudah ditentukan pada jalur pengukuran juga harus dicatat sesuai dengan ketentuan penomoran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempermudah kegiatan pengukuran yang berhubungan dengan akses dan terjangkaunya jarak pandang terhadap lokasi yang akan di ukur. ContohGambarSketsa Digital/ denganAplikasi ContohGambarSketsa Analog
  • 29. II. Pembebasan Sudut Pandang ke Segala Arah Dalam melakukan pengukuran menggunakan metode terestris (total station dan GNSS) tidak selalu mudah dilakukan. Hal tersebut karena kendala posisi titik yang akan diukur pandangannya terhalang, untuk itu sebelum dilakukan pengukuran perlu dilakukan kegiatan pembebasan sudut pandang ke segala arah. Pembebasan sudut pandang ke segala arah adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membebaskan objek yang menghalangi pandangan alat ukur.
  • 30. III. Langkah Kerja 1. Menyiapkan Buku Petunjuk sebagai acuan untuk penentuan pekerjaan rintisan jalur pengukuran dan pembebasan sudut pandang ke segala arah. 2. Menentukan persyaratan Lokasi penempatan jalur pengukuran dan pembebasan sudut pandang 3. Menentukan Peralatan serta perlengkapan Pembuatan rintisan jalur pengukuran dan pembebasan sudut pandang ContohGambar buku petunjuk
  • 31. 4. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan, seperti Golok/ parang, HT, HandphoneAndroid, Patok, Pilox. Serta diperiksa fungsinya.
  • 32. 5. Membuat sketsa jalur pengukuran dengan rinci menggunakan HP android kemudian mencatat nomor titik-titik pada jalur pengukuran sesuai ketentuan penomoran. 6. Melakukan identifikasi keberadaan objek yang menghalangi, setelah itu melakukan tindakan/ permbersihan segala obejk yang menghalangi alat. 7. Melakukan pencatatan dan mendokumentasikan sekitaran lokasi. ContohGambarSketsa Jalur Pengukuran
  • 34. Mengatur Target UkurTerestris Metode pengukuran terestris merupakan rangkaian pengukuran menggunakan alat ukur sudut, jarak dan beda tinggi di atas permukaan bumi sehingga diperoleh hubungan posisi suatu tempat terhadap tempat lainnya. Untuk memperoleh pengukuran yang hasilnya baik, maka diperlukan posisi, letak, dan arah yang baik dari target ukur ke arah alat. Untuk mencapai hal tersebut, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Surveyor dalam mengatur target ukur terestris. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui Kriteria Lokasi Target Ukur 2. Memberi Penomoran Target Ukur 3. Mengetahui Jenis dan Kegunaan Target Ukur Terestris 4. Mengetahui Bagian-bagian dan Fungsi Target Ukur 5. Mampu Melakukan Centering Target Ukur 6. Mengetahui Pengaturan Target Ukur Terestris
  • 35. 1. Kriteria Lokasi Target Ukur Penentuan Lokasi Target juga diperlukan beberapa kriteria/ketentuan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Target Ukur Harus Terlihat Jelas Yang dimaksud target dapat terlihat jelas berarti target dapat terlihat langsung dari tempat berdirinya alat ukur atau dengan kata lain tidak ada hambatan yang menghalangi terlihatnya target ukur dari tempat berdirinya alat.
  • 36. Lanjutan b. Target dapat terjangkau oleh kemampuan alat Masing- masing alat ukur terstris mempunyai spesifikasi limit jarak ukur yang berbeda-beda, oleh karena itu memilih posisi target ukur harus disesuaikan dengan spesifikasi alat yang diberikan, dan tidak boleh melebihinya. c. Lokasi target tetap Lokasi target ukur merupakan lokasi yang tetap atau permanen dan tidak mudah untuk dipindah-pindahkan atau dihilangkan. Lokasi target ukur tetap seperti, benchmark, patok besi, pohon, dan lain sebagianya. Contoh Lokasi target ukur merupakan lokasi yang tetap atau permanen
  • 37. Lanjutan d. Lokasi yang relatif datar Untuk menghasilkan hasil ukuran yang akurat, maka dalam pemasangan target ukur harus stabil. Lokasi target ukur terestris yang ideal merupakan lokasi yang relatif datar. Tidak disarankan meletakkan target ukur terestris pada lokasi terjal dengan kemiringan yang curam dan berbahaya seperti ujung tebing, pinggir jurang, daerah lembah dan lain sebagainya
  • 38.  Pengukuran di lapangan biasanya melibatkan lebih dari satu detil atau target yang akan diukur, maka diperlukan sistem penamaan atau penomoran untuk membedakan suatu target dengan target lainnya.  Untuk membedakan suatu target dengan target lainnya, maka nomor target ukur harus unik dan mampu menggambarkan atau mendeskripsikan target yang diukur.  Unik artinya setiap target ukur mempunyai nomornya masing-masing dan tidak boleh duplikat dengan target ukur lainnya.  Nomor target ukur harus mampu menggambarkan target yang diukur, misal BM untuk titik benchmark, JLN untuk titik jalan, BGN untuk titik bangunan, dan lain sebagainya.  Nomor target ukur biasanya terdiri dari kombinasi angka dan huruf. Misal : BM0001 yang berarti target berupa titik benchmark dengan nomor urut 0001, JLN1005 yang berarti target merupakan bagian jalan dengan nomor urut 1005, BGN0099 yang berarti bahwa target merupakan titik pada bangunan dengan nomor urut 0099, dan seterusnya.  Penomoran target ukur seharusnya dilakukan secara urut mengikuti sketsa lokasi pengukuran. 2. Penomoran Target Ukur
  • 39. Jenis target ukur terestris dibedakan berdasarkan alat ukur terestris yang digunakan. Berikut merupakan jenis target ukur terestris berdasarkan alat ukurnya: a. Rambu/ Bak Ukur Rambu Ukur adalah target ukur yang digunakan pada alat ukur terestris berupa Waterpass. Rambu Ukur atau Bak Ukur atau Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada di atas atau di bawah garis bidik. Rambu terbuat dari bahan kayu atau aluminium. Panjang rambu ukur bervariasi, mulai dari 3 m, 4m, hingga 5 m sesuai kebutuhan. 3. Jenis dan Kegunaan Target Ukur ContohGambar Rambu/ Bak Ukur
  • 40. b. Target untuk Pengukuran Sudut Horizontal  Dalam kegiatan pengukuran terestris menggunakan theodolit, dimana hasil ukurannya merupakan sudut horizontal, maka digunakan target ukur.  Target ini dapat dipasang di pole ataupun statif sesuai kebutuhan.  Pada pusat target terdapat satu titik yang menjadi target bidik theodolite  Titik tersebut biasanya ditandai dengan garis silang  Target ukur untuk pengukuran sudut horizontal ini mempunyai bentuk yang bermacam- macam. Lanjutan ContohGambarTarget PengukuranSudut Horizontal
  • 41. C. Prisma atau Reflektor  Prisma adalah target ukur alat Total Station.  Target ini dapat dipasang di pole ataupun statif sesuai kebutuhan.  Cara kerja Prisma adalah dengan mengirimkan sinyal berupa gelombang elektromagnetik ke target (prisma atau reflektor), yang selanjutnya dipantulkan kembali keTotalStation.  Reflektor berupa prisma kubus yang permukaan tegaknya dibuat irisan-irisan tertentu, sehingga bidang-bidang irisan tersebut saling tegak lurus.  Posisi prisma harus selalu centering Lanjutan ContohGambar prisma yang sudah berdiri diatas statif
  • 42. a. Rambu/ Bak Ukur  Rambu ukur terdiri dari skala rambu atau interval jarak dalam satuan cm.  Satu garis pada Rambu Ukur bernilai 1 cm  Tiap 5 garis pada Rambu Ukur membentuk huruf E yang berarti memiliki nilai 5 cm.  Sehingga, tiap 2 huruf E bernilai 10 cm atau 1 dm yang dilambangkan dengan angka. 4. Bagian-bagian dan Fungsi Target Ukur ContohGambar Bacaan Rambu Ukur b. Target untuk Pengukuran Sudut Horizontal  Target ini terdiri dari 2 bagian, yaitu tanda titik tengah (center) dan bingkai target Targetuntuk Pengukuran Sudut Horizontal
  • 43. c. Prisma/ Reflektor  Prisma yang menggunakan pole dipasang biasanya disebut dengan prisma detil, sedangkan prisma yang statif dipasang menggunakan biasanya disebut dengan prisma polygon  Prisma yang dipasangkan pada statif memerlukan tribrach  Tribach tempat adalah landasan target ukur yang menghubungkan target dengan statif.  Pada tribrach terdapat nivo kotak yang befungsi untuk pedoman penyetalan sumbu I vertikal. Lanjutan
  • 44. 5. Prosedur Centering Target Ukur Untuk menghasilkan data ukuran yang akurat dan presisi, maka target ukur harus berdiri di atas titik ukur secara tepat dan tegak. Untuk meletakkan target ukut di atas titik ukur secara tepat dan tegak diperlukan proses centering. Centering adalah keadaan dimana sumbu I (sumbu vertikal) target ukur segaris dengan garis gaya berat yang melalui titik tempat berdiri alat (paku atau titik silang di atas patok di tanah). Hal yang harus diperhatikan dalam proses centering adalah: a. Memastikan target ukur berdiri tepat di atas titik yang akan diukur b. Memastikan nivo kotak seimbang atau sumbu I vertikal Tahapan centering pada prisma target menggunakan statif, sebagai berikut; 1. Pemasangan Statif a. Mengendorkan skrup kaki-kaki statif. b. Menyiapkan ujung kaki-kaki statif di permukaan tanah dan angkat kepala statif kurang lebih setinggi dagu. Mengencangkan skrup kaki-kaki statif. c. Melebarkan statif sedemikian rupa, sehingga kepala statif berasa tepat di atas titik ukur. d. Memastikan kepala statif mendekati datar
  • 45. Lanjutan 2. Levelling a. Memasang prisma target dengan tribrach, lalu menguncinya menggunakan skrup pengunci pada tribrach. b. Memasang tribrach beserta prisma target pada statif. Mengaitkan pengait pada statif pada lubang yang terdapat pada tribrach. Memastikan bahwa tribrach sudah terkait dengan sempurna. c. Mengatur eyepiece plummet untuk memfokuskan titik ukur. Lalu putar skrup penyetel (ABC) untuk menyetering reticle tepat pada titik ukur. d. Mengatur gelembung nivo kotak agar berada tepat di tengah lingkarang dengan menyesuaikan panjang kaki-kaki statif. Merendahkan kaki yang terdekat dengan gelembung atau panjangkan kaki yang terjauh dengan gelembung. e. Setelah nivo kotak terpusat, lihat kembali melalu plummet apakah reticle masih berhimpit dengan titik ukur. Jika bergeser, maka geser kembali tribrach secara perlahan dengan membuka pengait statif. f. Namun jika sudah, maka target ukur siap digunakan
  • 46. 6. Ketentuan Pengaturan Target Ukur Setelah target ukur center pada titik ukur, maka tahap selanjutnya adalah pengaturan target ukur terestris, baik menggunakan Jalon atau statif. Pengaturan target ukur ini sebagai berikut: a. Posisi target ukur harus menghadap alat ukur b. Tinggi target ukur harus diukur dan dicatat c. Dokumentasi tinggi target ukur sesuai prosedur Contoh Gambar Posisi target ukur harus menghadap alat ukur
  • 47. 6.1. Prosedur MenyiapkanTarget Ukur Menggunakan Jalon Langkah 1. Langkah 1. SiapkanJalon dan Prisma, kemudian Pasang prisma padaJalon Langkah 2. Atur tinggi Prisma padaJalon sesuai Kenutuhan di lokasi Langkah 2.
  • 48. Lanjutan Langkah 3 Langkah 3 Posisikan Jalon pada titik yang akan diambil, kemudian arahkan prisma ke posisi alatTotal Langkah 4 Sentringkan nivo kotak pada Jalon, Jika nivo suda sentring beri kode pada surveyor yang mengoperasikan alatTotalStation bahwa pengukuran siap dilakukan. Langkah 4
  • 49. 6.2. Prosedur MenyiapkanTarget Ukur Menggunakan Statif Langkah 1. SiapkanStatif dan Prisma Langkah 1. Langkah 2. Berdirikan statif diatas patok setinggi dagu surveyor yang akan mengoperasikan alat, dan pastikan titik pada patok terlihat dari atasStatif, kemudian kunci masing masing kaki statif Langkah 2.
  • 50. Lanjutan Langkah 3 Langkah 3 Pasang tribrach pada statif, lalu kunci menggukan klem pengunci pada statif, agar tribrach tidak bergeser atau jatuh Langkah 4 Lakukan sentring optis dengan cara mengamati posisi paku terhadap alat melalui optical plummet. Posisikan target pada optical plummet berasa tepat diatas paku atau titik pada patok Langkah 4
  • 51. Langkah 5 Sentringkan nivo kotak dan nivo tabung pada tribrach dengan cara menggerakkan sekrupABC secara halus.Untuk nivo tabung lakukan pada ketiga sisi tribrach.Untuk nivo kotak dapat dilakukan dengan menaik- turunkan kaki statif. Lanjutan Langkah 5 Menyenteringkan nivo kotak
  • 52. Langkah 6 Jika proses sentring optis, nivo kotak dan nivo tabung telah selesai, pasang prisma pada bagian atas tribrach, lalu kunci dengan skrup pengunci prisma pada tribrach.Ukur tinggi prisma dari patok lalu arahkan prisma ke posisi alatTotal Station Lanjutan Langkah 6
  • 53. Kesalahan AkibatTarget UkurTidak Baik Posisinya Prinsip penentuan posisi menggunakan Theodolite, Total dengan Station adalah menggunakan sudut dan jarak sedangkan waterpass, adalah menggunakan jarak saja. 1. Prinsip Penentuan Posisi Menggunakan Theodolite dan Total Station Untuk penentuan posisi menggunakan Theodolite dan total station menggunakan rumus: Ket : Posisi yang di cari, i (Xi ; Yi) Posisi yang di ketahui,a (Xa ; Ya) dai = Jarak antar titik i dan a αai = sudut jurudan/azimut a ke I Xi = Xa + dai . sin αai Yi = Ya + dai . cos αai Kesalalahan akibat posisi target ukur yang tidak baik atau tidak centering akan berakibat perhitungan posisi yang diproses akan berbeda, hal tersebut dapat dilihat pada Sketsa Gambar disamping. Prisma 1 adalah prisma yang centering centering Dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan jarak. Apabila prisma tersebut kemiringannya tidak hanya ke depan/belakang sejajar dengan , melainkan ke depan atau ke belakang sudah dipastikan bahwa jarak dan sudut antar kedua titik tersebut akan berbeda dengan yang centering. Hal tersebut maka akan berpengaruh terhadap perhitungan koordinat nantinya. Hal tersebut berlaku juga untuk pengukuran tinggi menggunakan Waterpass. U Prisma 2 adalah prisma yang tidak a (Xa ; Ya) Berdiri alat Total station i(Xi ; Yi) αai dai 1 2
  • 54. Membuat Benchmark (BM)/ Hydro Pilar/Titik Dasar Teknik (TDT)
  • 55. Benchmark (BM)/Hydro Pilar atau diistilahkan dengan Titik Dasar Teknik (TDT) yaitu titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu. BM/Hydro Pilar merupakan Jaring Kontrol Horisontal. Jaring Kontrol Horisontal adalah sekumpulan titik kontrol horizontal yang satu sama lainnya dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi koordinat horisontal tertentu. Contoh Bentuk BM
  • 56. 1. Klasifikasi Benchmark/Hydro Pilar Pembuatan Benchmark yang selanjutnya disebut BM tidak boleh dilakukan sembarang karena BM inilah yang nantinya akan menjadi acuan segala pengukuran. Pembuatan BM memiliki ketentuannya masing- masing. BM diklasifikasikan dalam kelas dan orde. Klasifikasi berdasarkan kelas dan orde. Tabel 1. Kelas JaringKontrol Horizontal Yang dimaksud kelas dalam tabel 1 adalah atribut yang mengkarakteristikan ketelitian internal (tingkat presisi) dari jaringan, yang pada prinsipnya bergantung pada tiga faktor utama, yaitu kualitas data, geometri jaringan, sertametode pengolahan data
  • 57. Lanjutan Yang dimaksut orde dalam tabel diatas adalah atribut yang mengkarakterisasi tingkat ketelitian (akurasi) jaring, yaitu tingkat kedekatan jaring tersebut terhadap jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan sebagai referensi; dan orde jaringan ini akan bergantung pada kelasnya, tingkat presisi dari titik- titiknya terhadap titik-titik ikat yang digunakan, serta tingkat presisi dari proses transformasi yang diperlukan untuk mentransformasikan koordinat dari suatu ke datum ke datum lainnya. Tabel 2. Orde Jaring Kontrol Horizontal
  • 58. 2. Penentuan Lokasi BM  Dalam pembuatan BM, tidak bisa dilakukan disembarang tempat.  Lokasi BM harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang ada, mengacu pada SNI 19-6724-2002.  Lokasi titik-titik kontrol yang dipilih diusahakan sesuai dengan desain jaringan yang dibuat sebelumnya, dan apabila memungkinkan, selain untuk jaring Orde-4, titik-titik tersebut dipilih pada halaman instansi pemerintah ataupun institusi pendidikan dengan persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan.  Lokasi titik-titik kontrol yang dipilih sebaiknya memenuhi persyaratan berikut: 1. Distribusinya sesuai dengan desain jaringan yang telah dibuat; 2. Kondisi dan struktur tanahnya yang stabil ; 3. Mudah dicapai (lebih baik dengan kendaraan bermotor) dan ditemukan kembali; 4. Sebaiknya ditempatkan di tanah milik negara;
  • 59. Lanjutan 5. Tidak mengganggu (terganggu oleh) fasilitas dan utilitas umum; 6. Ditempatkan pada lokasi sehingga monumen tidak mudah terganggu atau rusak, baik akibat gangguan, manusia, binatang, ataupun alam; 7. Penempatan titik pada suatu lokasi juga harus memperhatikan rencana penggunaan lokasi yang bersangkutan pada masa depan; 8. Titik-titik harus dapat diikatkan ke beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya dari orde yang lebih tinggi, untuk keperluan perhitungan, pendefinisian datum, serta penjagaan konsistensi dan homogenitas dari datum dan ketelitian titik-titik dalam jaringan. Untuk pengamatan dengan satelit GPS, yaitu untuk jaring Orde-0 s/d Orde-3 dan jaring orde- 4 (GPS), persyaratan berikut juga harus diperhatikan yaitu : 1. Mempunyai ruang pandang langit yang bebas ke segala arah di atas elevasi 15 2. Jauh dari objek-objek reflektif yang mudah memantulkan sinyal gps, untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya multipath; 3. Jauh dari objek-objek yang dapat menimbulkan interferensi elektris terhadap penerimaan sinyalGPS
  • 60. 3. Prosedur Pembuatan BM Lokasi pemasangan serta pilihan jenis orde tugu benchmark/hydro pilar atau TDT harus direncanakan dengan baik, dengan memperhitungkan banyak faktor. Tugas ini tentu saja menjadi bagian pemikiran serta pertimbangan pada level Surveyor bukan Asisten Surveyor. Asisten bertugas dalam pelaksanaan pemasangannya saja sekaligus pengawasannya jika menggunakan pekerja bangunan/tukang. Secara umum tahapan kegiatan pemasangan benchmark/hydro pilar atauTDT adalah sebagai berikut: 1. Inventarisasi Pengumpulan peta-peta (topografi, rupa bumi,dasar teknik, peta dasar pendaftaran, dll) dimana benchmark/hydro pilar tersebut direncanakan akan dipasang. Dalam peta-peta tersebut kita dapat melihat data kondisi geografis, batas wilayah, dan lain-lain. 2. Perencanaan Diperhitungkan pemasangannya tersebar merata dengan kerapatan yang optimal mudah dijangkau untuk keperluan pengukuran-pengukuran bidang tanah. Selanjutnya dilakukan penomoran TDT berdasarkan pedoman wilayah setempat.
  • 61. 3. Survei Pendahuluan Survai Pendahuluan adalah tahapan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan lokasi pemasangan benchmark/hydro pilar atau TDT sesuai dengan perencanaan, dengan mengamati kesesuaian dengan kondisi nyata dilapangan. 4. Monumentasi Monumentasi berupa pemasangan konstruksi fisik benchmark/hydro pilar atau TDT. Lanjutan
  • 62. 4. Pembuatan BM Setelah lokasi titik di lapangan ditentukan, maka proses monumentasi (pembuatan BM) selanjutnya dilaksanakan. Dalam monumentasi ini ada beberapa hal yang perlu di spesifikasikan yaitu sebagai berikut : 1. Setiap monumen pada setiap titik harus dilengkapi dengan tablet logam dan marmer yang dipasang pada tugu beton; 2. Monumen harus dibuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil (1:2:3), sesuai dengan desain dan ukuran yang dispesifikasikan. Desain dan spesifikasi BM sesuai SNI 19-6724-2002 adalah sebagai berikut: Gambar Desain KeteranganTugu Dalam Bentuk Kuningan yang Ditempelkan Pada BadanTugu
  • 63. Brass-tablet dan nomor pilar tampak atas Diamter 10 cm Desain dan spesifikasi BMOrde 1 Lanjutan
  • 64. Desain dan spesifikasi BMOrde 2 Lanjutan Marmer Marmer Warna Biru Permukaan Tanah
  • 65. Desain dan spesifikasi BMOrde 3 Lanjutan Warna Biru Permukaan Tanah
  • 66. Desain dan spesifikasi BMOrde 4 Lanjutan
  • 67. Dalam monumentasi ini ada beberapa hal yang perlu di spesifikasikan yaitu sebagai berikut : 3. Untuk membedakan jenis monumen dari setiap orde jaring titik kontrol dan untuk sistemisasi pengarsipan, titik-titik kontrol harus diberi nomor berdasarkan suatu sistem yang baku. Nomor titik harus merefleksikan orde jaringan serta lokasi (propinsi dan kabupaten) dari titik tersebut; 4. Untuk setiap monumen yang dibangun harus dibuatkan sketsa lapangan dan deskripsinya. Foto dari empat arah (utara, timur, selatan, dan barat) juga harus dibuat sehingga bisa didapatkan gambaran latar belakang lokasi dari setiap arah. Spesifikasi untuk formulir- formulir deskripsi titik, sketsa lokasi serta foto monumen diberikan. Lanjutan
  • 68. Peralatan dan perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan pembuatan tugu benchmark/hydro pilar, berupa: 1. Peralatan: a. Cangkul b. Linggis c. Papan d. Sendok semen e. Pita ukur f. Alat tulis 2. Perlengkapan: a. Papan kayu b. Rangka besi c. Semen, kerikil, pasir, dan air tawar d. Brasstablet (tanda untuk membuat benchmark/hydro pilar) e. Cat dan kuas f. Alat pelindung diri di tempat kerja
  • 69. Step Pembuatan BM 1. MempersiapkanAlat dan Bahan 2. Menentukan Lokasi BM 3. MenggaliTanah 2X ukuran BM 4. Mengatur kedalaman galian,Sedalam 100m 5. BM dimunculkan dari PermukaanTanah setinggi 15cm 6. Proses memasukkan batu koral 7. Memasukan KerangkaBesi 8. Memasukan Bekisting 9. Membuat adukan semen 1:2Semen, 2:2 Pasir, 3:2 Batu. 10. Masukan adukan semen, sampai ke atas permukaan tanah setinggi 15cm. 11. Memasukan baut ditengah. 12. Pengecatan BM
  • 70. 1. Melakukan penggalian tanah 2 X ukuran BM
  • 71. 2. Mengatur kedalaman galian, Sedalam 100m dan BM dimunculkan dari Permukaan Tanah setinggi 15cm
  • 72. 3. Proses memasukkan Kerangka Besi, Batu Koral, dan Bekisting
  • 73. 4. Proses pembuatan adukan semen 1:2Semen, 2:2 Pasir, 3:2 Batu. 5.Adukan semen yang telah dimasukkan, sampai ke atas permukaan tanah setinggi 15cm. 6. Baut yang telah dipasang ditengah ditengah