SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Judul :SHAREHOLDER AND THE MARKET FOR
CORPORATE CONTROL (CASE INDOSAT AND
FREEPORT)
Tugas :Forum 6 BE & GG
Nama Mahasiswa :Rachmad Hidayat
Nomor Induk Mahasiswa :55117110127
Dosen Pengampu :Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
=============================================================
Mengenai penguasaan aset strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak oleh
pihak asing terkait kasus privatisasi Indosat dan kontrak karya Freeport dapat
dijelaskan mengenai latar belakang, alasan terjadi, kritik dan solusinya sebagai
berikut:
Kasus Indosat
Sejarah Singkat dan Privatisasi
1967 : PT. Indosat didirikan sebagai perusahaan asing yang menyediakan layanan
telekomunikasi internasional di Indonesia.
1980 : Pemerintah mengambil alih kepemilikan PT. Indosat dan menjadikan Indosat
sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga dimiliki 100%
oleh Indonesia.
1994 : Menjadi perusahaan publik dengan mendaftarkan sahamnya pada Bursa Efek
Jakarta (JSX: ISAT), Bursa Efek Surabaya, dan pada New York Stock
Exchange melalui American Depositary Receipts (NYSE: IIT). Dengan
komposisi pemerintah Indonesia dan publik masing-masing memiliki 65%
saham dan 35% saham.
2001 : Dibangun PT Indosat Multi Media Mobile (IM3), diikuti dengan perolehan
pengawasan penuh dari PT. Satelit Palapa Indonesia, hingga membuat Indosat
Group sebagai operator seluler terbesar kedua di Indonesia.
2002 : Pemerintah masih menguasai 65% saham Indosat dan 35% dimiliki oleh
publik, namun pada akhir tahun 2002 pemerintah Indonesia melakukan
privatisasi terhadap PT. Indosat Tbk dengan melepaskan saham sebesar
41,94% untuk membantu memenuhi komitmen anggaran tahun 2002.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara menetapkan Singapore
Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) sebagai pemenang divestasi
(pelepasan) 434.250.000 saham Seri B Persero PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk (Indosat) yang merupakan 41,94 persen dari modal yang
telah ditempatkan dan disetorkan penuh dalam Indosat. Sehingga kepemilikan
pemerintah Indonesia terhadap Indosat mengalami penurunan yang signifikan.
2003 : Pada awal tahun, pemerintah Indonesia hanya memiliki 15% kepemilikan
terhadap Indosat. Jumlah kepemilikan terhadap Indosat lebih didominasi oleh
perusahaan – perusahaan asing dan publik.
2008 : Qtel membeli saham seri B sebanyak 24,19% dari publik sehingga menjadi
pemegang saham mayoritas Indosat dengan kepemilikan sebesar 65%.
Selanjutnya Indosat dimiliki oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (Qtel) atas
nama Ooredoo Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd. (65%), pemerintah
Indonesia (14,29%) dan publik (20,71%).
2015 : Indosat resmi berganti nama menjadi Indosat Ooredoo.
Langkah privatisasi yang dilakukan pada tahun 2002 merupakan langkah kebijakan
yang diambil oleh pemerintah untuk mendapatkan devisa bagi negara dengan menjual
sebagian saham milik negara ke pihak lain. Kebijakan privatisasi sendiri mengacu pada
perundangan sebagai berikut:
 TAP MPR No. IV/MPR/1999, Bab IV Tentang Kebijakan Ekonomi (poin B
butir 12 dan 28) - BUMN/BUMD harus efisien, transparan, dan professional.
Bagi BUMN yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum
didorong untuk privatisasi melalui pasar modal. 2.
 TAP MPR No. VIII/MPR/2000, Tentang Laporan Tahunan Lembaga Tinggi
Negara - Melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan transparan program
restrukturisasi dan privatisasi BUMN sesuai target yang ditetapkan melalui
APBN Tahun 2000. Privatisasi agar dilakukan secaraa sangat selektif dan
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan DPR. 3.
 TAP MPR No. X/MPR/2001, Tentang Laporan Tahunan Lembaga Tinggi
Negara (butir 2, a, 1) - Penyusunan action plan yang komprehensif termasuk
kerangka regulasi sektoral yang disepakati bersama DPR. - Privatisasi
dilakukan secara selektif dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan DPR. -
Sosialisasi privatisasi secara sistematis 4.
 TAP MPR No. VI/MPR/2002, Tentang Laporan Tahunan LembagaTinggi
Negara (butir 3 Ekonomi, 4d) - Melaksanakan privatisasi BUMN secara sangat
selektif, transparan, dan hati-hati setelah berkonsultasi dengan DPR, sedangkan
UU tentang BUMN yang sedang dibahas oleh pemerintah dan DPR agar segera
diselesaikan.
 UU No. 25/2000, Tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) -
Kriteria: kegiatan usaha bukan merupakan kepentingan umum yang sangat
strategis. - Prinsip pelepasan: sederhana, transparan, dan akuntabel. - Metode:
melalui pasar modal, pembentukan unit trust (reksadana) dan likuidasi. -
Sektor : telekomunikasi, transportasi, perkebunan, hotel dan turisme,
infrastruktur, minyak dan gas.
 UU APBN Tahun 2002
Sebagaimana fungsinya, sebuah kebijakan privatisasi merupakan kebijakan yang
diberikan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menstabilkan kondisi keuangan dan
untuk meningkatkan devisa atau penerimaan negara, dan tentunya harus mendapat
persetujuan dari DPR RI terlebih dahulu. Oleh karena itu kebijakan privatisasi
merupakan salah satu kebijakan ekonomi politik Indonesia yang diharapkan dapat
membawa manfaat yang besar bagi Indonesia.
Kasus Freeport
Sejarah Singkat dan Kontrak Karya
1936 : Jacques Dozy dkk menemukan gunung bijih (Ertsberg) yang mengandung
banyak tembaga dan emas.
1960 : Ekspedisi Forbers Wilson untuk menemukan kembali Ertsberg.
1967 : Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) Kontrak ini berlaku selama 30
tahun sejak mulai beroperasi 1973.
1988 : Freeport menemukan cadangan di Grasberg. Investasi berisiko tinggi dan
besar sehingga memerlukan investasi jangka panjang.
1991 : Kontrak Karya II PT Freeport Indonesia (PT FI) berlaku 30 tahun dan akan
berakhir 2021 serta kemungkinan perpanjangan 2 kali 10 tahun (sampai 2041).
2012 : Pemerintah membahas enam isu strategis yaitu renegosiasi amandemen
kontrak karya: luas wilayah, kelanjutan operasi pemurnian, penggunaan
barang, jasa dan tenaga dalam negeri.
2014 : Renegoisasi kontrak karya PT FI dengan pemerintah Indonesia kembali
dibahas.
2015 : MOU tahap I pemerintah dan PT FI berakhir. Pemerintah dan PT FI sepakat
menandatangani MOU tahap II. Tambahan adalah kontribusi PT FI lebih
besar bagi rakyat Papua, peningkatan aspek keselamatan kerja, peningkatan
pemanfaatan kandungan lokal dalam operasional Freeport. Pemerintah
menjamin perpanjangan operasi PT FI di Papua dengan merevisi peraturan
pemerintah soal perpanjangan kontrak. Pemerintah akan mengontrol penuh
PT FI setelah perubahan kontrak dari kontrak kerja sama menjadi izin usaha
pertambahan khusus (IUPK)
2017 : PT FI tidak lagi mendapatkan izin export konsentrat.
Pimpinan tertinggi Freeport pada masa itu yang bernama Langbourne Williams melihat
peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg. Dia bertemu Julius Tahija yang pada
zaman Presiden Soekarno memimpin perusahaan Texaco dan dilanjutkan pertemuan
dengan Jenderal Ibnu Sutowo, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri
Pertambangan dan Perminyakan Indonesia. Inti dalam pertemuan tersebut adalah
permohonan agar Freeport dapat meneruskan proyek Ertsberg. Akhirnya dari hasil
pertemuan demi pertemuan yang panjang Freeport mendapatkan izin dari pemerintah
untuk meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967. Itulah Kontrak Karya Pertama
Freeport (KK-I).
Alasan terjadi
Kasus Indosat
Langkah privatisasi tersebut ditujukan bukan hanya untuk mendapatkan penerimaan
negara dengan maksud untuk menambal defisit APBN saja. Namun juga untuk
meningkatkan kinerja BUMN itu sendiri, selain mempercepat penerapan prinsip-
prinsip good corporate governance, membuat akses ke pasar internasional, juga transfer
pengetahuan dan transfer base practise kepada BUMN, serta transfer etos kerja dari
kultur lama ke kultur baru.
Kasus Freeport
Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk
segera melakukan berbagai langkah nyata untuk meningkatkan pembanguan ekonomi.
Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan,
pemerintah segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan Undang-undang
Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967) serta Undang-undang
Dengan keluarnya undang-undang tersebut maka diperolehlah izin dari pemerintah
untuk menerukan proyek Ertsberg. Izin itulah yang menjadi Kontak Karya I Freeport.
Kontrak karya tersebut merupakan bahan promosi yang dibawa Julius Tahija untuk
memperkenalkan dan mempromosikan Kebijakan Penanaman Modal Asing ke
Australia.
Pada awal Freeport mulai beroperasi, banyak penduduk berdatangan ke wilayah sekitar
tambang Freeport sehingga pertumbuhan penduduk di Timika meningkat. Tahun 1970
pemerintah dan Freeport secara bersama-sama membangun rumah-rumah penduduk
yang layak di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di sekitar
selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika.
Pada tahun 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan,
kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang dan juga jalan-
jalan di daerah terpencil sebagai akses ke desa-desa Tahun 1972, Presiden Soeharto
menamakan kota yang dibangun secara bertahap oleh Freeport tersebut dengan nama
Tembagapura. Pada tahun 1973 Freeport menunjuk kepala perwakilannya untuk
Indonesia sekaligus sebagai presiden direktur pertama Freeport Indonesia yaitu Ali
Budiarjo.
Kritik atas Kasus Indosat dan Kasus Freeport
Kasus Indosat
1. Pelanggaran UUD 1945 pasal 33 ayat 2.
PT. Indosat Tbk merupakan penyedia telekomunikasi terbesar di Indonesia yang
cakupan pasarnya sekitar 80 persen dibandingkan dengan penyedia telekomunikasi
yang lain sehingga bisa dikatakan bahwa PT Indosat Tbk merupakan perusahaan
vital karena berhubungan langsung dengan hajat hidup orang banyak. Bila mengacu
pada UUD 1945 pasal 33 ayat 2, kepemilikan saham yang begitu besar ini jelas akan
mengurangi peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya publik pada
masyarakat karena semakin besar pemegang saham membeli saham suatu
perusahaan, maka akan semakin besar pula intervensi yang dapat ia lakukan dalam
menentukan kebijakan perusahaan tersebut.
2. Indikasi melakukan praktik monopoli.
Adanya indikasi bahwa adanya monopoli pasar yang dilakukan oleh perusahaan
induk dari Singtel dan dan STT Singapore yaitu PT Temasek Singapura. Kondisi
monopoli pasar ini merupakan kondisi yang tidak diinginkan dalam suatu
lingkungan industri yang dapat merusak iklim bisnis di Indonesia. Walaupun tidak
menguasai seluruh saham kedua perusahaan tersebut, tetapi lebih dari sepertiga
sahamnya dikuasainya dan secara langsung Temasek mempunyai kewenangan yang
sangat besar dalam mengatur kebijaksanaan, strategi dan profit yang didapatkannya.
Selain itu pemerintah akan mengalami kesulitan untuk mengintervensi dan
mengatur perusahaan-perusahaan ini secara langsung, karena selain berhadapan
dengan Temasek, pemerintah juga akan berhadapan dengan hukum Internasional.
3. Mengurangi kedaulatan negara Indonesia.
Pelepasan sejumlah BUMN adalah sama saja mengurangi kedaulatan dan
kemandirian perekonomian secara langsung maupun tak langsung. Penguasaan
cabang produksi yang strategis oleh perusahaan asing hanya akan merugikan
Negara dan rakyat.
Kasus Freeport
1. Bertambah luasnya konsesi wilayah penambangan berlipat-lipat.
Berdasarkan Kontrak Karya I (KK I), Freeport memperoleh konsesi wilayah
penambangan +/- 1,000 ha. Masa berlaku KK I ini adalah 30 tahun. Yang
diperpanjang pada tahun 1991 selama 30 tahun lagi, dengan Kontrak Karya II (KK
II). Dalam KK II, Freeport memperoleh tambaha wilayah konsesi seluas 2.6 juta ha
(2,600 kali konsesi wilayah penambangan KK I).
2. Negara tidak memiliki kontrol sama sekali kecuali memperoleh royalti.
Dalam persepektif umum, dengan Kontak Karya, seluruh urusan manajemen dan
operasional diserahkan kepada penambang. Negara tidak memiliki kontrol sama
sekali atas kegiatan operasional perusahaan. Negara hanya memperoleh royalty
yang besarnya ditentukan dalam Kontak Karya tersebut. yang besarnya sekian
persen dari hasil produksi. Seluruh biaya menjadi tanggungan kontraktor.
3. Kecilnya Royalti yang diterima Indonesia.
Kecilnya royalty yang diterima oleh Indonesia. Untuk tembaga, royalty sebesar
1,5% dari harga jual (jika harga tembaga kurang dari US$ 0.9/pound) sampai 3.5%
dari harga jual (jika harga US$ 1.1/pound). Sedangkan untuk emas dan perak
ditetapkan sebesar 1% dari harga jual.
4. Bertentangan dengan UU NO. 5/1960.
Kontrak Karya I Freeport bertentangan dengan UU No 5/1960 tentang Ketentuan
Pokok Agraria. Dalam UU tersebut, Negara mengakui hak adat sedangkan Kontak
Karya I, memberikan konsesi yang terletak di atas tanah adat. Bahkan dalam satu
klausul Kontak Karyanya, Freeport diperkenankan untuk memindahkan penduduk
yang berada dalam area Kontrak Karya tersebut.
5. Permasalahan lingkungan.
Terkait masalah lingkungan, tanah adat 7 suku, diantaranya Amungme, diambil dan
dihancurkan pada saat awal beroperasi Freeport.
Limbah tailing yang dihasilkan telah menimbun sekitar 110 km2
wilayah Estuari
dan berakibat tercemar, sedangkan 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan
133 km2
lahan subur terkubur. Dan saat periode banjir datang, kawasan-kawasan
subur pun tercemar. Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, dimana
kehancuran hutan hujan tropis (21 km2
) dan menyebabkan daerah yang semula
kering menjadi rawa.
Para ibu tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber
protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar
ke Papua. Timika, kota tambang Freeport, adalah kota dengan penderita HIV AIDS
tertinggi di Indonesia”
6. Pelanggaran HAM
Masalah lain adalah masalah HAM. Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi
di wilayah kerja Freeport yang ditengarai dilakukan untuk menjamin
keberlangsungan operasional perusahaan.
Solusi
Kasus Indosat
1. Untuk mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa Indoensia, pemerintah sebaiknya
melakukan program pemberdayaan ekonomi rakyat secara maksimal dalam
pengelolaan BUMN. Karena privatisasi bukanlah solusi yang tepat dalam
pembangunan ekonomi bangsa tetapi merupakan ancaman dalam pembangunan
perekonomian bangsa pada tahun-tahun yang akan datang. Upaya ini harus menjadi
prioritas dengan memanfaatkan berbagai kemampuan sumber daya dan peluang
yang dimiliki. Bergantung kepada bangsa asing hanya membuat bangsa ini menjadi
bangsa yang kerdil.
2. Privatisasi BUMN harus dikembalikan dalam semangat Pasal 33 UUD 1945 agar
privatisasi BUMN tidak selalu kontroversial dan dianggap menjual aset negara ke
asing. Menetapkan sebanyak tiga jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Pertama, saham A (A-shares) yaitu saham yang diperuntukkan khusus bagi investor
ritel dan institusi domestik dan diperdagangkan di pasar sekunder. Kedua, saham B
(B-shares) yaitu saham yang diperdagangkan dalam mata uang asing (US$ di
Shanghai Stock Exchange dan Dollar Hongkong di Shenzen Stock Exchange)
kepada investor domestik dan asing. Ketiga, saham H (H-shares) yaitu saham yang
khusus diperuntukkan bagi investor asing melalui IPO di Hongkong Exchange.
3. Pemerintah mengambil alih PT Indosat dari kepemilikan oleh pihak asing untuk
kemudian ditetapkan sebagai BUMN murni.
Kasus Freeport
1. Berdasarkan Kontrak Kerja I, tidak ada kewajiban Freeport untuk melakukan
divestasi saham ke pihak nasional. Baru di Kontrak Kerja II, Freeport diwajibkan
untuk melakukan divestasi saham ke pihak nasional hingga 51% dalam jangka
waktu 20 tahun. Namun dalam kenyataannya, Freeport tidak pernah menjalankan
kewajiban tersebut dengan alasan PP 20/1994 yang mengatur bahwa asing boleh
menguasai 100% saham perusahaan tambang. Padahal ketentuan ini bertentangan
dengan Kontrak Kerja yang mengharuskan divestasi hingga 51%. Sehingga perlu
dengan upaya yang legal agar Freeport melakukan divestasi saham pada pihak
nasional hingga 51%.
2. Freeport harus beralih dari Kontrak Kerja (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan
Khusus (IUPK) apabila ingin tetap melakukan usaha di pertambangan di Indonesia
sesuai ketentuan IUPK, seperti
a. negara bisa mencabut jika dianggap merugikan negara.
b. besarnya pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dipungut
dari pemegang IUPK ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. hanya diperbolehkan seluas 25.000 hektar (Ha).
d. diwajibkan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter.
e. pemegang IUPK yangg berbentuk PMA harus divestasi sampai sebesar
51 %, Sehingga dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan, perusahaan
akan jadi milik nasional.
3. Tidak memperpanjang Kontrak Karya apabila Freeport menolak beralih kepada Izin
Usaha Pertambangan Khusus.
Daftar Pustaka
Anonim. 2017. Sejarah Indosat Ooredoo. 2017. Diakses pada 3 Oktober 2017 pukul
10:45. https://indosatooredoo.com/id/about-indosat/com pany-profile/history
Anonim. 2017. Freeport Indonesia. Diposting pada tanggal 14 September 2017.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 21:10. https://id.wikipedia.org/wiki/Free
port_Indonesia
Anonim. 2017. Sejarah Kontrak Karya. Diposting pada tanggal 21 Februari 2017.
Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 16:17. https://www.pressreader.com/indo
nesia/kompas/20170221 /282518658265420.
Isnani Ayunia. 2017. Privatisasi PT Indosat Tbk dan PT Telekomunikasi Seluler Tbk.
Diposting pada tanggal 25 Januari 2017. Diakses pada 3 Oktober 2017 pukul 11:00.
http://isnaniayuniaa. blogspot.co.id/2017/01/privatisasi-pt-indosat-tbk-dan-pt.html.
Iswahyudi Sondi. 2011. Data Dan Fakta: Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia
Bentuk Penjajahan ‘VOC Modern’ (1967-2041). Diposting pada tanggal 20 Desember
2011. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 21:37. https://saripedia.wordpress.
com/tag/kontrak-karya-freeport/
Joko Suryanto. 2010. Dibalik Kebijakan Privatisasi BUMN: Sebuah Catatan Kritis.
Diposting pada tanggal 28 Mei 2010. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 10:40.
https://joksur.wordpress.com/2010/05/28/dibalik-kebijakan-privatisasi-bumn-sebuah-
catatan-kritis/
Mukhsin N. 2017. Analisa Kasus Penjualan Saham Telkomsel dan Indosat ke Sintel.
Diposting pada tanggal 11 Juni 2012. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 12:38.
http://fredy-purnama.blogspot.co.id/2012/06/analisa-kasus-penjualan-saham-
telkomsel.html
Ratna Puspita Dwipa Nugrahhani. 2008. Peran Negara dan Pasar dalam Kasus
Privatisasi PT. Indosat. Diposting pada tanggal 11 Desember 2008. Diakses pada
tanggal 3 Oktober 2017 pukul 15:31. http://ratnadwipa.blogspot.co.id/2008/12/peran-
negara-dan-pasar-dalam-kasus.html.
Riska Ega Wardani. 2015. Tinjauan Yuridis Mengenai Privatisasi BUMN Terkait
Pemenuhan Pasal 33 UUD 1945 (Studi Kasus Kepemilikan saham PT Telkom dan PT
Indonesia oleh Temasek Singapore. Diposting pada tanggal 29 Januari 2015. Diakses
pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 15:49.
http://riskaegawardani.blogspot.co.id/2015/01/tinjauan-yuridis-mengenai-
privatisasi.html.
Sunarsip. 2011. Mencari Format Privatisasi BUMN Yang Tepat Bagi Indonesia.
Diposting pada tanggal 27 Februari 2011. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul
22:49.
http://sunarsip.com/index.php?option=com_content&view=article&id=83&catid=37:
bumn&Itemid=129
Judul :HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM
SERTA PENGENDALIANNYA
Tugas :Forum 6 BE & GG
Nama Mahasiswa :Rachmad Hidayat
Nomor Induk Mahasiswa :55117110127
Dosen Pengampu :Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
=============================================================
a. Pemegang Saham:
Adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham
pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut.
Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga
sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya
memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan
seharusnya bekerja demi keuntungan mereka
b1. Hak Pemegang Saham:
1. Hak khusus tergantung dari jenis saham yang dimilikinya.
2. Hak memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki) dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam hal seperti pemilihan dewan direksi
dan/atau Komisaris.
3. Hak untuk mendapatkan pembagian dividen dari pendapatan perusahaan.
4. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan.
5. Hak terhadap aset perusahaan pada saat likuidasi perusahaan.
6. Hak - hak lainnya yang tercatat di Anggaran Dasar.
7. Hak untuk memperoleh informasi material mengenai perusahaan secara tepat waktu
dan teratur.
b2. Kewajiban Pemegang Saham:
1. Memberikan pengesahan dalam RUPS atas hal-hal berikut: Business Plan, Rencana
Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan
(RKAP), Rencana Kerja Program Kemitraan, serta Laporan Tahunan sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan
2. Melakukan pembinaan kepada perusahaan sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku berdasarkan, namun tidak terbatas pada, prinsip-prinsip
GCG, yaitu Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, Fairness
(TARIF).
c. Bagaimana Pemegang Saham Mengendalikan Perusahaan
Sesuai pengertian diatas bahwa pemegang saham adalah juga sebagai pemilik
perusahaan maka pemegang saham dapat mengendalikan terhadap perusahaan yang
dilakukan secara tidak langsung berdasarkan persentase kepemilikan saham.
Ada pun bentuk pengendalian berupa penetapan dan pengesahan rencana kerja, laporan
tahunan dan penggunaan laba, penunjukan direksi yang dilakukan saat rapat umum
pemegang saham (RUPS). Adapun penunjukan direksi oleh dewan komisaris bertujuan
memastikan rencana kerja yang telah ditetapkan saat RUPS serta jalannya perusahaan
sesuai dengan kepentingan mayoritas pemegang saham.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham
http://www.gresnews.com/berita/tips/1035299-hak-dan-kewajiban-pemegang-saham-
perusahaan/0/
http://www.apb-group.com/hak-dan-kewajiban-pemegang-saham/

More Related Content

Similar to BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Shareholders and the markets for corporate control, Universitas Mercu Buana, 2017

SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT Indosat Ooredoo, Universitas ...
SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT  Indosat Ooredoo, Universitas ...SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT  Indosat Ooredoo, Universitas ...
SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT Indosat Ooredoo, Universitas ...SukrasnoSukrasno
 
11, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
11, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 201911, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
11, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019riskiariyani2976
 
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...maya indrawati
 
Kawasan Industri dan Kawasan Berikat
Kawasan Industri dan Kawasan BerikatKawasan Industri dan Kawasan Berikat
Kawasan Industri dan Kawasan BerikatWinny Sanjaya
 
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahan
Kritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahanKritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahan
Kritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahanKafi Hidonis
 
PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)
PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)
PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)febriluthfiana iswari
 
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaIr. Soekarno
 
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...Ely Goro Leba
 
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptx
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptxSosialiasi HKI_Ria DA.pptx
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptxAdhySugara2
 
Dampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesia
Dampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesiaDampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesia
Dampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesiaUmar Azmar MF
 
Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...
Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...
Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...Dyana Anggraini
 
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014fraksi balkon
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikLBH Masyarakat
 
Manajemen BUMN
Manajemen BUMNManajemen BUMN
Manajemen BUMNAry Efendi
 
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...Hefti Juliza
 
perijinan reklamasi.docx
perijinan reklamasi.docxperijinan reklamasi.docx
perijinan reklamasi.docxPASARIBU5
 

Similar to BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Shareholders and the markets for corporate control, Universitas Mercu Buana, 2017 (20)

Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITISurat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
 
SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT Indosat Ooredoo, Universitas ...
SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT  Indosat Ooredoo, Universitas ...SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT  Indosat Ooredoo, Universitas ...
SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Analisis SWOT pada PT Indosat Ooredoo, Universitas ...
 
11, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
11, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 201911, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
11, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
 
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpora...
 
Kawasan Industri dan Kawasan Berikat
Kawasan Industri dan Kawasan BerikatKawasan Industri dan Kawasan Berikat
Kawasan Industri dan Kawasan Berikat
 
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Kritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahan
Kritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahanKritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahan
Kritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahan
 
PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)
PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)
PEREKONOMIAN INDONESIA - PASAR MODAL (SOFTSKILL)
 
Konsep dasar ekonomi
Konsep dasar ekonomiKonsep dasar ekonomi
Konsep dasar ekonomi
 
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
 
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
 
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptx
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptxSosialiasi HKI_Ria DA.pptx
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptx
 
Dampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesia
Dampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesiaDampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesia
Dampak penerapan trips agreement terhadap masyarakat komunal indonesia
 
Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...
Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...
Hbl 3, dyana anggraini, hapzi ali, aspek hukum bentuk badan usaha, universita...
 
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
 
Manajemen BUMN
Manajemen BUMNManajemen BUMN
Manajemen BUMN
 
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
 
Haki
HakiHaki
Haki
 
perijinan reklamasi.docx
perijinan reklamasi.docxperijinan reklamasi.docx
perijinan reklamasi.docx
 

More from Rachmad Hidayat

BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...Rachmad Hidayat
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...Rachmad Hidayat
 

More from Rachmad Hidayat (9)

BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Ethics and Conflic...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corruption & Fraud...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Audit & Internal C...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - The Corporate Cult...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Philosophical Ethi...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Concept and Theory...
 

BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Shareholders and the markets for corporate control, Universitas Mercu Buana, 2017

  • 1. Judul :SHAREHOLDER AND THE MARKET FOR CORPORATE CONTROL (CASE INDOSAT AND FREEPORT) Tugas :Forum 6 BE & GG Nama Mahasiswa :Rachmad Hidayat Nomor Induk Mahasiswa :55117110127 Dosen Pengampu :Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA ============================================================= Mengenai penguasaan aset strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak oleh pihak asing terkait kasus privatisasi Indosat dan kontrak karya Freeport dapat dijelaskan mengenai latar belakang, alasan terjadi, kritik dan solusinya sebagai berikut: Kasus Indosat Sejarah Singkat dan Privatisasi 1967 : PT. Indosat didirikan sebagai perusahaan asing yang menyediakan layanan telekomunikasi internasional di Indonesia. 1980 : Pemerintah mengambil alih kepemilikan PT. Indosat dan menjadikan Indosat sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga dimiliki 100% oleh Indonesia. 1994 : Menjadi perusahaan publik dengan mendaftarkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta (JSX: ISAT), Bursa Efek Surabaya, dan pada New York Stock Exchange melalui American Depositary Receipts (NYSE: IIT). Dengan komposisi pemerintah Indonesia dan publik masing-masing memiliki 65% saham dan 35% saham. 2001 : Dibangun PT Indosat Multi Media Mobile (IM3), diikuti dengan perolehan pengawasan penuh dari PT. Satelit Palapa Indonesia, hingga membuat Indosat Group sebagai operator seluler terbesar kedua di Indonesia. 2002 : Pemerintah masih menguasai 65% saham Indosat dan 35% dimiliki oleh publik, namun pada akhir tahun 2002 pemerintah Indonesia melakukan privatisasi terhadap PT. Indosat Tbk dengan melepaskan saham sebesar 41,94% untuk membantu memenuhi komitmen anggaran tahun 2002. Kementerian Badan Usaha Milik Negara menetapkan Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) sebagai pemenang divestasi (pelepasan) 434.250.000 saham Seri B Persero PT Indonesian Satellite Corporation Tbk (Indosat) yang merupakan 41,94 persen dari modal yang telah ditempatkan dan disetorkan penuh dalam Indosat. Sehingga kepemilikan pemerintah Indonesia terhadap Indosat mengalami penurunan yang signifikan. 2003 : Pada awal tahun, pemerintah Indonesia hanya memiliki 15% kepemilikan terhadap Indosat. Jumlah kepemilikan terhadap Indosat lebih didominasi oleh perusahaan – perusahaan asing dan publik. 2008 : Qtel membeli saham seri B sebanyak 24,19% dari publik sehingga menjadi pemegang saham mayoritas Indosat dengan kepemilikan sebesar 65%.
  • 2. Selanjutnya Indosat dimiliki oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (Qtel) atas nama Ooredoo Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd. (65%), pemerintah Indonesia (14,29%) dan publik (20,71%). 2015 : Indosat resmi berganti nama menjadi Indosat Ooredoo. Langkah privatisasi yang dilakukan pada tahun 2002 merupakan langkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mendapatkan devisa bagi negara dengan menjual sebagian saham milik negara ke pihak lain. Kebijakan privatisasi sendiri mengacu pada perundangan sebagai berikut:  TAP MPR No. IV/MPR/1999, Bab IV Tentang Kebijakan Ekonomi (poin B butir 12 dan 28) - BUMN/BUMD harus efisien, transparan, dan professional. Bagi BUMN yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal. 2.  TAP MPR No. VIII/MPR/2000, Tentang Laporan Tahunan Lembaga Tinggi Negara - Melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan transparan program restrukturisasi dan privatisasi BUMN sesuai target yang ditetapkan melalui APBN Tahun 2000. Privatisasi agar dilakukan secaraa sangat selektif dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan DPR. 3.  TAP MPR No. X/MPR/2001, Tentang Laporan Tahunan Lembaga Tinggi Negara (butir 2, a, 1) - Penyusunan action plan yang komprehensif termasuk kerangka regulasi sektoral yang disepakati bersama DPR. - Privatisasi dilakukan secara selektif dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan DPR. - Sosialisasi privatisasi secara sistematis 4.  TAP MPR No. VI/MPR/2002, Tentang Laporan Tahunan LembagaTinggi Negara (butir 3 Ekonomi, 4d) - Melaksanakan privatisasi BUMN secara sangat selektif, transparan, dan hati-hati setelah berkonsultasi dengan DPR, sedangkan UU tentang BUMN yang sedang dibahas oleh pemerintah dan DPR agar segera diselesaikan.  UU No. 25/2000, Tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) - Kriteria: kegiatan usaha bukan merupakan kepentingan umum yang sangat strategis. - Prinsip pelepasan: sederhana, transparan, dan akuntabel. - Metode: melalui pasar modal, pembentukan unit trust (reksadana) dan likuidasi. - Sektor : telekomunikasi, transportasi, perkebunan, hotel dan turisme, infrastruktur, minyak dan gas.  UU APBN Tahun 2002 Sebagaimana fungsinya, sebuah kebijakan privatisasi merupakan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menstabilkan kondisi keuangan dan untuk meningkatkan devisa atau penerimaan negara, dan tentunya harus mendapat persetujuan dari DPR RI terlebih dahulu. Oleh karena itu kebijakan privatisasi merupakan salah satu kebijakan ekonomi politik Indonesia yang diharapkan dapat membawa manfaat yang besar bagi Indonesia.
  • 3. Kasus Freeport Sejarah Singkat dan Kontrak Karya 1936 : Jacques Dozy dkk menemukan gunung bijih (Ertsberg) yang mengandung banyak tembaga dan emas. 1960 : Ekspedisi Forbers Wilson untuk menemukan kembali Ertsberg. 1967 : Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) Kontrak ini berlaku selama 30 tahun sejak mulai beroperasi 1973. 1988 : Freeport menemukan cadangan di Grasberg. Investasi berisiko tinggi dan besar sehingga memerlukan investasi jangka panjang. 1991 : Kontrak Karya II PT Freeport Indonesia (PT FI) berlaku 30 tahun dan akan berakhir 2021 serta kemungkinan perpanjangan 2 kali 10 tahun (sampai 2041). 2012 : Pemerintah membahas enam isu strategis yaitu renegosiasi amandemen kontrak karya: luas wilayah, kelanjutan operasi pemurnian, penggunaan barang, jasa dan tenaga dalam negeri. 2014 : Renegoisasi kontrak karya PT FI dengan pemerintah Indonesia kembali dibahas. 2015 : MOU tahap I pemerintah dan PT FI berakhir. Pemerintah dan PT FI sepakat menandatangani MOU tahap II. Tambahan adalah kontribusi PT FI lebih besar bagi rakyat Papua, peningkatan aspek keselamatan kerja, peningkatan pemanfaatan kandungan lokal dalam operasional Freeport. Pemerintah menjamin perpanjangan operasi PT FI di Papua dengan merevisi peraturan pemerintah soal perpanjangan kontrak. Pemerintah akan mengontrol penuh PT FI setelah perubahan kontrak dari kontrak kerja sama menjadi izin usaha pertambahan khusus (IUPK) 2017 : PT FI tidak lagi mendapatkan izin export konsentrat. Pimpinan tertinggi Freeport pada masa itu yang bernama Langbourne Williams melihat peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg. Dia bertemu Julius Tahija yang pada zaman Presiden Soekarno memimpin perusahaan Texaco dan dilanjutkan pertemuan dengan Jenderal Ibnu Sutowo, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan Indonesia. Inti dalam pertemuan tersebut adalah permohonan agar Freeport dapat meneruskan proyek Ertsberg. Akhirnya dari hasil pertemuan demi pertemuan yang panjang Freeport mendapatkan izin dari pemerintah untuk meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967. Itulah Kontrak Karya Pertama Freeport (KK-I).
  • 4. Alasan terjadi Kasus Indosat Langkah privatisasi tersebut ditujukan bukan hanya untuk mendapatkan penerimaan negara dengan maksud untuk menambal defisit APBN saja. Namun juga untuk meningkatkan kinerja BUMN itu sendiri, selain mempercepat penerapan prinsip- prinsip good corporate governance, membuat akses ke pasar internasional, juga transfer pengetahuan dan transfer base practise kepada BUMN, serta transfer etos kerja dari kultur lama ke kultur baru. Kasus Freeport Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk segera melakukan berbagai langkah nyata untuk meningkatkan pembanguan ekonomi. Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan, pemerintah segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967) serta Undang-undang Dengan keluarnya undang-undang tersebut maka diperolehlah izin dari pemerintah untuk menerukan proyek Ertsberg. Izin itulah yang menjadi Kontak Karya I Freeport. Kontrak karya tersebut merupakan bahan promosi yang dibawa Julius Tahija untuk memperkenalkan dan mempromosikan Kebijakan Penanaman Modal Asing ke Australia. Pada awal Freeport mulai beroperasi, banyak penduduk berdatangan ke wilayah sekitar tambang Freeport sehingga pertumbuhan penduduk di Timika meningkat. Tahun 1970 pemerintah dan Freeport secara bersama-sama membangun rumah-rumah penduduk yang layak di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika. Pada tahun 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan, kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang dan juga jalan- jalan di daerah terpencil sebagai akses ke desa-desa Tahun 1972, Presiden Soeharto menamakan kota yang dibangun secara bertahap oleh Freeport tersebut dengan nama Tembagapura. Pada tahun 1973 Freeport menunjuk kepala perwakilannya untuk Indonesia sekaligus sebagai presiden direktur pertama Freeport Indonesia yaitu Ali Budiarjo. Kritik atas Kasus Indosat dan Kasus Freeport Kasus Indosat 1. Pelanggaran UUD 1945 pasal 33 ayat 2. PT. Indosat Tbk merupakan penyedia telekomunikasi terbesar di Indonesia yang cakupan pasarnya sekitar 80 persen dibandingkan dengan penyedia telekomunikasi yang lain sehingga bisa dikatakan bahwa PT Indosat Tbk merupakan perusahaan
  • 5. vital karena berhubungan langsung dengan hajat hidup orang banyak. Bila mengacu pada UUD 1945 pasal 33 ayat 2, kepemilikan saham yang begitu besar ini jelas akan mengurangi peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya publik pada masyarakat karena semakin besar pemegang saham membeli saham suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula intervensi yang dapat ia lakukan dalam menentukan kebijakan perusahaan tersebut. 2. Indikasi melakukan praktik monopoli. Adanya indikasi bahwa adanya monopoli pasar yang dilakukan oleh perusahaan induk dari Singtel dan dan STT Singapore yaitu PT Temasek Singapura. Kondisi monopoli pasar ini merupakan kondisi yang tidak diinginkan dalam suatu lingkungan industri yang dapat merusak iklim bisnis di Indonesia. Walaupun tidak menguasai seluruh saham kedua perusahaan tersebut, tetapi lebih dari sepertiga sahamnya dikuasainya dan secara langsung Temasek mempunyai kewenangan yang sangat besar dalam mengatur kebijaksanaan, strategi dan profit yang didapatkannya. Selain itu pemerintah akan mengalami kesulitan untuk mengintervensi dan mengatur perusahaan-perusahaan ini secara langsung, karena selain berhadapan dengan Temasek, pemerintah juga akan berhadapan dengan hukum Internasional. 3. Mengurangi kedaulatan negara Indonesia. Pelepasan sejumlah BUMN adalah sama saja mengurangi kedaulatan dan kemandirian perekonomian secara langsung maupun tak langsung. Penguasaan cabang produksi yang strategis oleh perusahaan asing hanya akan merugikan Negara dan rakyat. Kasus Freeport 1. Bertambah luasnya konsesi wilayah penambangan berlipat-lipat. Berdasarkan Kontrak Karya I (KK I), Freeport memperoleh konsesi wilayah penambangan +/- 1,000 ha. Masa berlaku KK I ini adalah 30 tahun. Yang diperpanjang pada tahun 1991 selama 30 tahun lagi, dengan Kontrak Karya II (KK II). Dalam KK II, Freeport memperoleh tambaha wilayah konsesi seluas 2.6 juta ha (2,600 kali konsesi wilayah penambangan KK I). 2. Negara tidak memiliki kontrol sama sekali kecuali memperoleh royalti. Dalam persepektif umum, dengan Kontak Karya, seluruh urusan manajemen dan operasional diserahkan kepada penambang. Negara tidak memiliki kontrol sama sekali atas kegiatan operasional perusahaan. Negara hanya memperoleh royalty yang besarnya ditentukan dalam Kontak Karya tersebut. yang besarnya sekian persen dari hasil produksi. Seluruh biaya menjadi tanggungan kontraktor. 3. Kecilnya Royalti yang diterima Indonesia. Kecilnya royalty yang diterima oleh Indonesia. Untuk tembaga, royalty sebesar 1,5% dari harga jual (jika harga tembaga kurang dari US$ 0.9/pound) sampai 3.5%
  • 6. dari harga jual (jika harga US$ 1.1/pound). Sedangkan untuk emas dan perak ditetapkan sebesar 1% dari harga jual. 4. Bertentangan dengan UU NO. 5/1960. Kontrak Karya I Freeport bertentangan dengan UU No 5/1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria. Dalam UU tersebut, Negara mengakui hak adat sedangkan Kontak Karya I, memberikan konsesi yang terletak di atas tanah adat. Bahkan dalam satu klausul Kontak Karyanya, Freeport diperkenankan untuk memindahkan penduduk yang berada dalam area Kontrak Karya tersebut. 5. Permasalahan lingkungan. Terkait masalah lingkungan, tanah adat 7 suku, diantaranya Amungme, diambil dan dihancurkan pada saat awal beroperasi Freeport. Limbah tailing yang dihasilkan telah menimbun sekitar 110 km2 wilayah Estuari dan berakibat tercemar, sedangkan 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur. Dan saat periode banjir datang, kawasan-kawasan subur pun tercemar. Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, dimana kehancuran hutan hujan tropis (21 km2 ) dan menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa. Para ibu tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar ke Papua. Timika, kota tambang Freeport, adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia” 6. Pelanggaran HAM Masalah lain adalah masalah HAM. Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah kerja Freeport yang ditengarai dilakukan untuk menjamin keberlangsungan operasional perusahaan. Solusi Kasus Indosat 1. Untuk mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa Indoensia, pemerintah sebaiknya melakukan program pemberdayaan ekonomi rakyat secara maksimal dalam pengelolaan BUMN. Karena privatisasi bukanlah solusi yang tepat dalam pembangunan ekonomi bangsa tetapi merupakan ancaman dalam pembangunan perekonomian bangsa pada tahun-tahun yang akan datang. Upaya ini harus menjadi prioritas dengan memanfaatkan berbagai kemampuan sumber daya dan peluang yang dimiliki. Bergantung kepada bangsa asing hanya membuat bangsa ini menjadi bangsa yang kerdil. 2. Privatisasi BUMN harus dikembalikan dalam semangat Pasal 33 UUD 1945 agar privatisasi BUMN tidak selalu kontroversial dan dianggap menjual aset negara ke
  • 7. asing. Menetapkan sebanyak tiga jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal. Pertama, saham A (A-shares) yaitu saham yang diperuntukkan khusus bagi investor ritel dan institusi domestik dan diperdagangkan di pasar sekunder. Kedua, saham B (B-shares) yaitu saham yang diperdagangkan dalam mata uang asing (US$ di Shanghai Stock Exchange dan Dollar Hongkong di Shenzen Stock Exchange) kepada investor domestik dan asing. Ketiga, saham H (H-shares) yaitu saham yang khusus diperuntukkan bagi investor asing melalui IPO di Hongkong Exchange. 3. Pemerintah mengambil alih PT Indosat dari kepemilikan oleh pihak asing untuk kemudian ditetapkan sebagai BUMN murni. Kasus Freeport 1. Berdasarkan Kontrak Kerja I, tidak ada kewajiban Freeport untuk melakukan divestasi saham ke pihak nasional. Baru di Kontrak Kerja II, Freeport diwajibkan untuk melakukan divestasi saham ke pihak nasional hingga 51% dalam jangka waktu 20 tahun. Namun dalam kenyataannya, Freeport tidak pernah menjalankan kewajiban tersebut dengan alasan PP 20/1994 yang mengatur bahwa asing boleh menguasai 100% saham perusahaan tambang. Padahal ketentuan ini bertentangan dengan Kontrak Kerja yang mengharuskan divestasi hingga 51%. Sehingga perlu dengan upaya yang legal agar Freeport melakukan divestasi saham pada pihak nasional hingga 51%. 2. Freeport harus beralih dari Kontrak Kerja (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) apabila ingin tetap melakukan usaha di pertambangan di Indonesia sesuai ketentuan IUPK, seperti a. negara bisa mencabut jika dianggap merugikan negara. b. besarnya pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dipungut dari pemegang IUPK ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. hanya diperbolehkan seluas 25.000 hektar (Ha). d. diwajibkan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter. e. pemegang IUPK yangg berbentuk PMA harus divestasi sampai sebesar 51 %, Sehingga dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan, perusahaan akan jadi milik nasional. 3. Tidak memperpanjang Kontrak Karya apabila Freeport menolak beralih kepada Izin Usaha Pertambangan Khusus. Daftar Pustaka Anonim. 2017. Sejarah Indosat Ooredoo. 2017. Diakses pada 3 Oktober 2017 pukul 10:45. https://indosatooredoo.com/id/about-indosat/com pany-profile/history
  • 8. Anonim. 2017. Freeport Indonesia. Diposting pada tanggal 14 September 2017. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 21:10. https://id.wikipedia.org/wiki/Free port_Indonesia Anonim. 2017. Sejarah Kontrak Karya. Diposting pada tanggal 21 Februari 2017. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 16:17. https://www.pressreader.com/indo nesia/kompas/20170221 /282518658265420. Isnani Ayunia. 2017. Privatisasi PT Indosat Tbk dan PT Telekomunikasi Seluler Tbk. Diposting pada tanggal 25 Januari 2017. Diakses pada 3 Oktober 2017 pukul 11:00. http://isnaniayuniaa. blogspot.co.id/2017/01/privatisasi-pt-indosat-tbk-dan-pt.html. Iswahyudi Sondi. 2011. Data Dan Fakta: Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia Bentuk Penjajahan ‘VOC Modern’ (1967-2041). Diposting pada tanggal 20 Desember 2011. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 21:37. https://saripedia.wordpress. com/tag/kontrak-karya-freeport/ Joko Suryanto. 2010. Dibalik Kebijakan Privatisasi BUMN: Sebuah Catatan Kritis. Diposting pada tanggal 28 Mei 2010. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 10:40. https://joksur.wordpress.com/2010/05/28/dibalik-kebijakan-privatisasi-bumn-sebuah- catatan-kritis/ Mukhsin N. 2017. Analisa Kasus Penjualan Saham Telkomsel dan Indosat ke Sintel. Diposting pada tanggal 11 Juni 2012. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 12:38. http://fredy-purnama.blogspot.co.id/2012/06/analisa-kasus-penjualan-saham- telkomsel.html Ratna Puspita Dwipa Nugrahhani. 2008. Peran Negara dan Pasar dalam Kasus Privatisasi PT. Indosat. Diposting pada tanggal 11 Desember 2008. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 15:31. http://ratnadwipa.blogspot.co.id/2008/12/peran- negara-dan-pasar-dalam-kasus.html. Riska Ega Wardani. 2015. Tinjauan Yuridis Mengenai Privatisasi BUMN Terkait Pemenuhan Pasal 33 UUD 1945 (Studi Kasus Kepemilikan saham PT Telkom dan PT Indonesia oleh Temasek Singapore. Diposting pada tanggal 29 Januari 2015. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 15:49. http://riskaegawardani.blogspot.co.id/2015/01/tinjauan-yuridis-mengenai- privatisasi.html. Sunarsip. 2011. Mencari Format Privatisasi BUMN Yang Tepat Bagi Indonesia. Diposting pada tanggal 27 Februari 2011. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 22:49. http://sunarsip.com/index.php?option=com_content&view=article&id=83&catid=37: bumn&Itemid=129
  • 9. Judul :HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM SERTA PENGENDALIANNYA Tugas :Forum 6 BE & GG Nama Mahasiswa :Rachmad Hidayat Nomor Induk Mahasiswa :55117110127 Dosen Pengampu :Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA ============================================================= a. Pemegang Saham: Adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka b1. Hak Pemegang Saham: 1. Hak khusus tergantung dari jenis saham yang dimilikinya. 2. Hak memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam hal seperti pemilihan dewan direksi dan/atau Komisaris. 3. Hak untuk mendapatkan pembagian dividen dari pendapatan perusahaan. 4. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan. 5. Hak terhadap aset perusahaan pada saat likuidasi perusahaan. 6. Hak - hak lainnya yang tercatat di Anggaran Dasar. 7. Hak untuk memperoleh informasi material mengenai perusahaan secara tepat waktu dan teratur. b2. Kewajiban Pemegang Saham: 1. Memberikan pengesahan dalam RUPS atas hal-hal berikut: Business Plan, Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP), Rencana Kerja Program Kemitraan, serta Laporan Tahunan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan 2. Melakukan pembinaan kepada perusahaan sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku berdasarkan, namun tidak terbatas pada, prinsip-prinsip GCG, yaitu Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, Fairness (TARIF).
  • 10. c. Bagaimana Pemegang Saham Mengendalikan Perusahaan Sesuai pengertian diatas bahwa pemegang saham adalah juga sebagai pemilik perusahaan maka pemegang saham dapat mengendalikan terhadap perusahaan yang dilakukan secara tidak langsung berdasarkan persentase kepemilikan saham. Ada pun bentuk pengendalian berupa penetapan dan pengesahan rencana kerja, laporan tahunan dan penggunaan laba, penunjukan direksi yang dilakukan saat rapat umum pemegang saham (RUPS). Adapun penunjukan direksi oleh dewan komisaris bertujuan memastikan rencana kerja yang telah ditetapkan saat RUPS serta jalannya perusahaan sesuai dengan kepentingan mayoritas pemegang saham. Daftar Pustaka https://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham http://www.gresnews.com/berita/tips/1035299-hak-dan-kewajiban-pemegang-saham- perusahaan/0/ http://www.apb-group.com/hak-dan-kewajiban-pemegang-saham/