1. Pelajaran 9 Triwulan III 2020
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai
Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk
memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang
yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan
lemah lembut dan hormat,” (1 Petrus 3:15).
2. Mencari orang yang mau membuka hati
Menyampaikan ucapan-ucapan yang membangun
Menekankan hal-hal positif
Menerima semua orang
Mengajar dengan kasih
Yesus menghormati setiap orang yang Ia temui
dan memperlakukan mereka dengan penuh rasa
hormat. Ia memberi pengaruh pada mereka, saat
Ia mendorong mereka untuk menerima Kerajaan
ALLAH.
Kita dapat belajar bagaimana memperlakukan
orang seperti yang Yesus lakukan dengan
mengikuti teladan-Nya serta ajaran para rasul.
Bagaimana kita dapat mengembangkan sebuah sikap
yang memenangkan ketika mengkhotbahkan injil?
3. MENCARI ORANG-ORANG YANG
MAU MEBUKA HATI
“Ia harus melintasi
daerah Samaria.”
(Yohanes 4:4)
Orang Yahudi biasanya mengikuti rute lain untuk pergi
dari Yerusalem ke Galilea agar tidak melalui Samaria.
Lalu mengapa Yesus sengaja melewati daerah itu?
Orang Samaria mencampur adukkan
kebenaran dan penyembahan berhala. Itu
sebabnya orang Israel tidak mengizinkan
mereka bekerja sama dalam membangun
Bait Suci (Ezra 4: 1-4).
Murid-murid berpendapat, mengabar injil di
negeri yang tidak bersahabat itu adalah
pekerjaan yang sia-sia. Namun, ROH KUDUS
telah bekerja dalam hati orang Samaria di
Sikhar sehingga membuat mereka menerima
pekabaran tersebut.
Karena itu, Yesus perlu menanamkan kebenaran di sana. Penaburan firman itu
segera menghasilkan buah pertamanya, dan kemudian panen yang melimpapun
terjadi (Yohanes 4:39-41; Kisah Para Rasul 8:5-25).
4. MENYAMPAIKAN
UCAPAN-UCAPAN YANG
MEMBANGUN
“Ia telah melakukan apa yang dapat
dilakukannya. Tubuh-Ku telah
diminyakinya sebagai persiapan untuk
penguburan-Ku.” (Markus 14:8)
Sebaliknya, ucapan-ucapan yang membangun justru akan
menguatkan dan menolong bertumbuhnya iman mereka.
Dalam Matius 15: 21-28, seorang
wanita Kanaan datang kepada Yesus
dengan sebuah permintaan, dan dia
tidak mau menerima jawaban “tidak”
dari YESUS. Ia memberi ucapan yang
membangun padanya di depan para
murid-Nya; Ia berkata kepada
perempuan itu, "Besar imanmu!"
Yesus juga memberi ucapan membangun
kepada Maria setelah dia dikritik dengan keras
atas tindakannya terhadap-YESUS: “Tubuh-Ku
telah diminyakinya sebagai persiapan untuk
penguburan-Ku.” (Mark 14:8)
Sikap yang kasar dan
mengkritik akan
membuat orang
menjauh dari kita.
Mereka tidak akan mau
mendengarkan
kesaksian kita.
5. “Kami wajib selalu mengucap syukur kepada
Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan
memang patutlah demikian, karena imanmu
makin bertambah dan kasihmu seorang akan
yang lain makin kuat di antara kamu,”
(2Tesalonika 1:3)
MENEKANKAN
HAL-HAL
POSITIF
Paulus menulis suratnya untuk
mendorong dan menguatkan gereja-
gereja lokal.
Terkadang dia harus menegur mereka
atas kesalahan mereka, tetapi
terlebih dahulu dia selalu
menekankan hal-hal positif di dalam
suratnya tersebut.
Sangat penting bagi kita untuk
menumbuhkan kebiasaan mencari hal-
hal positif dalam diri seseorang.
Melalui cara ini kita akan menciptakan
ikatan persahabatan yang dalam dan
kita akan membawa mereka lebih
dekat kepada Kristus.
6. MENERIMA SEMUA ORANG
“Sebab itu
terimalah satu akan
yang lain, sama
seperti Kristus juga
telah menerima
kita, untuk
kemuliaan Allah.”
(Roma 15:7)
Siapa yang mengenal kita lebih baik
daripada Kristus?
Ia tahu hal baik dan buruk dalam diri
kita. Meskipun demikian, Ia tetap
menerima kita, mengampuni kita,
dan mengasihi kita.
Kita tidak pantas menerima-Nya,
tetapi Ia menerima kita dalam
kebaikan-Nya.
Bukankah kita harus menerima orang
lain sebagaimana Ia menerima kita?
Kita harus menerima semua orang.
Bukan karena seberapa baik atau
jahatnya mereka, tetapi karena
Kristus telah menerima kita terlebih
dahulu (meskipun kita sangat jahat).
Sikap penerimaan dan kasih akan
membuka hati dan mengubah
kehidupan orang-orang di sekitar kita.
7. MENGAJAR
DENGAN
KASIH
“Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi
pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang
meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah
dengan lemah lembut dan hormat,” (1 Petrus 3:15)
Mengajarkan kebenaran
tanpa kasih mengarah pada
legalisme yang menghakimi
sikap acuh tak acuh.
Mengajarkan kebenaran
dengan kasih akan membuka
hati dan menuntun
seseorang kepada hubungan
yang menyelamatkan
bersama Yesus.
Kita harus siap mempertahankan apa yang kita yakini.
Namun, kita harus selalu melakukannya dengan kerendahan
hati, rasa hormat, dan kasih.
Tunjukkan kepada orang lain kasih yang sama yang telah
ditunjukkan Kristus kepada kita.
Mintalah ROH KUDUS untuk memimpin kita kepada orang-
orang dengan hati yang terbuka. Kemudian tekankan hal-hal
baik yang kita lihat dalam diri mereka, terimalah mereka
tanpa mengkritiknya, dan ajari mereka dengan penuh kasih.
8. “Walaupun kita masih belum penuh kasih dan belum baik dalam
tabiat, merasa benci, saling membenci,” Bapa kita yang di surga
berkemurahan hati kepada kita. […] Kasih-Nya yang diterima, akan
membuat kita, dalam sikap yang sama, baik dan lemah-lembut,
bukan hanya kepada orang-orang yang menyenangkan kita, tetapi
kepada orang-orang yang paling bersalah dan berdosa[…]
Walaupun orang-orang berdosa yang hatinya sama sekali tidak
tertutup kepada Roh Allah, akan bersaksi kepada kebaikan;
sementara mereka bisa membalas kebencian dengan kebencian,
mereka juga akan membalas kasih dengan kasih. Tetapi hanya Roh
Allah yang membalas kebencian dengan kasih. Menjadi baik
kepada orang-orang yang tidak berterima kasih dan orang-orang
jahat, berbuat baik tanpa mengharapkan apa-apa kembali, adalah
lencana keluarga surga, tanda yang pasti yang olehnya anak-anak
dari Yang Mahatinggi menyatakan tingkat hidup mereka yang
tinggi.”
E.G.W. (Thoughts From the Mount of Blessing, cp. 3, p. 75)