SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 1
MENARA BABEL (KEJADIAN 11 : 1 – 9)
DAN PERKEMBANGANNYA DALAM KITAB PENTATEUKH
(SUATU STUDY EKSEGESIS DAN THEOLOGIS)
I. PENDAHULUAN
Perpisahandari bangsa-bangsamenjadi berkatmelalui satu bangsa
Sesudah air bah, Allah tidak lagi berjalan dengan semua bangsa. Ia membiarkan
mereka untuk sementara waktu dan mulai focus pada satu bangsa saja, yaitu keturunan
Abraham, Ishak dan Yakub. Tetapi tujuan-Nya tidak berubah. Melalui jalan yang
sempit ini, Allah akan memberkati segala bangsa. Tujuan dari Pasal 11 : 1 – 9 adalah
untuk menjamin kelangsungan hidup dari keturunan perempuan (Kej 3 : 15) melalui
Abraham kepada Israel, Tuhan menghancurkan kekuasaan dan kesatuan umat manusia
keturunan ular1.
Cerita menara Babel mengungkapkan secara pasti, bahwa para pendiri menara
ini mempunyai satu tujuan :”marilah kita mencari nama, supaya kita jangan terserak ke
seluruh bumi (Kejv11 :4). Artinya mereka tidak mau mentaati mandat perjanjian Adam
dari Allah : “penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kej 1 :28)2. Jelas bahwa keinginan
mendirikan menara babel adalah sikap pemberontakan terhadap perjanjian Allah dimana
manusia ingin menjadi penguasa yang menggantikan Allah sebagai penguasa tertinggi,
tetapi oleh karena begitu besar kemurahan Allah terhadap pemberontakan manusia,
sehingga Allah mau turun merendahkan diri, bertindak dan memulihkan kembali
(mengintervensi) rencana manusia kepada jalur yang benar sesuai Grand Design Allah
dalam Kejadian 1:28
1 Jasper Klapwijk, Kabar baik dari Perjanjian Lama (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2015), hal 39
2 Roy Roy B. Zuck, A Biblical Theology of The Old Testament (Malang: Penerbit Gandum Mas,
2005), hal 55
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 2
II. TEKS DAN TERJEMAHAN KEJADIAN 11:1-9
A. PemberontakanManusia (Menentang Allah) (Kejadian 11 : 1 – 4)
‫ים׃‬ ִֽ
‫ד‬ָ‫ח‬ֲ‫א‬ ‫ים‬ ָ֖
‫ר‬ ָ‫ב‬ ְ‫ּוד‬ ‫ת‬ָָ֑
‫ח‬ ֶ‫א‬ ‫ָ֣ה‬ָ‫פ‬ ָ‫ש‬ ‫ץ‬ ֶ
‫ר‬ ָָ֖
‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫י‬ ִ֥‫ה‬ ְ‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬
(Gen. 11:1 WTT)
‫ּו‬ ִ֥
‫א‬ ְ‫צ‬ ְ
‫מ‬‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬ ‫ם‬ֶ‫ד‬ ֶָ֑
‫ק‬‫מ‬ ‫ָ֣ם‬ָ‫ע‬ ְ‫ָס‬‫נ‬ ְ‫ב‬ ‫י‬ ָ֖‫ה‬ ְ‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬
‫ָ֖ר‬ָ‫ע‬ְ‫נ‬‫ש‬ ‫ץ‬ ֶ
‫ר‬ ִֶ֥
‫א‬ ְ‫ב‬ ‫ָ֛ה‬ָ‫ע‬ְ‫ק‬‫ב‬
‫ם׃‬ ִָֽ
‫ש‬ ‫בּו‬ ְ
‫ִ֥ש‬‫י‬‫ו‬
(Gen. 11:2 WTT)
‫ָ֖ה‬ָ‫פ‬ ְ
‫ר‬ ְ
‫ש‬‫נ‬ְ‫ו‬ ‫ים‬ִ֔‫נ‬‫ב‬ְ‫ל‬ ‫ָ֣ה‬ָ‫נ‬ ְ‫ב‬ְ‫ל‬‫נ‬ ‫ה‬ ָ‫ב‬ ָָ֚‫ה‬ ‫הּו‬ ֵ֗
‫ע‬‫ל־ר‬ ֶ‫א‬ ‫יש‬ ָ֣‫א‬ ‫ּו‬ ֞
‫ר‬ ְ
‫ֹּאמ‬‫י‬‫ו‬
‫ם‬ֶָ֖
‫ָה‬‫ל‬ ‫ִ֥ה‬ָ‫י‬ָ‫ה‬ ‫ר‬ ִָ֔‫מ‬‫ח‬ָ֣‫ה‬ ְ‫ו‬ ‫בֶן‬ ִָ֔‫א‬ְ‫ל‬ ִ֙‫ָה‬‫נ‬‫ב‬ְ‫ל‬‫ה‬ ‫ם‬ֶֶ֤
‫ָה‬‫ל‬ ‫י‬ִ֙‫ה‬ ְ
‫ת‬‫ו‬ ‫ָ֑ה‬ָ‫פ‬‫ר‬ ְ
‫ש‬‫ל‬
‫ר׃‬ ֶ‫מ‬ ִֹּֽ‫ח‬‫ל‬
(Gen. 11:3 WTT)
‫ם‬‫י‬ ִ֔
‫מ‬ ָ‫ש‬‫ב‬ ‫ֹו‬ ָ֣
‫ֹּאש‬‫ר‬ ְ‫ו‬ ִ֙‫ל‬ָ‫ד‬ְ‫ג‬‫ּומ‬ ‫יר‬ ֵ֗
‫ע‬ ‫ָ֣נּו‬ָ‫ֶה־ל‬‫נ‬ ְ‫ב‬‫נ‬ ‫ה׀‬ ָ‫ב‬ָָ֣
‫ה‬ ‫ּו‬ ֞
‫ר‬ ְ
‫ֹּאמ‬‫י‬‫ו‬
‫ץ׃‬ ֶ
‫ר‬ ִָֽ
‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫ִ֥י‬‫נ‬ ְ‫ל־פ‬‫ע‬ ‫ּוץ‬ ָ֖‫ָפ‬‫נ‬‫פֶן־‬ ‫ם‬ָ֑‫ש‬ ‫ָ֖נּו‬ָ‫ה־ל‬ ֶ‫ֲש‬‫ע‬ִֽ‫נ‬ְ‫ו‬
(Gen. 11:4 WTT)
11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya
dan satu logatnya.
11:2 Maka berangkatlah mereka ke
sebelah timur dan menjumpai tanah datar
di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di
sana.
11:3 Mereka berkata seorang kepada yang
lain: "Marilah kita membuat batu bata dan
membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah
dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-
gala sebagai tanah liat.
11:4 Juga kata mereka: "Marilah kita
dirikan bagi kita sebuah kota dengan
sebuah menara yang puncaknya sampai ke
langit, dan marilah kita cari nama, supaya
kita jangan terserak ke seluruh bumi."
B. Allah merendahkan Diri (Turun melihat) (Kejadian 11 : 5)
‫נָּ֖ו‬ָ‫ב‬ ‫ר‬ ִֶ֥
‫ש‬ֲ‫א‬ ‫ל‬ָָ֑
‫ד‬ְ‫ג‬‫מ‬‫ת־ה‬ ֶ‫א‬ְ‫ו‬ ‫יר‬ָ֖‫ע‬ָ‫ת־ה‬ ֶ‫א‬ ‫ת‬ ִֹּ֥‫א‬ ְ
‫ר‬‫ל‬ ‫ה‬ ִָ֔‫ו‬‫ה‬ ְ‫י‬ ‫ד‬ ֶ
‫ַֽר‬ָ֣‫י‬‫ו‬
‫ם׃‬ ִָֽ
‫ד‬ ָ‫א‬ָ‫ה‬ ‫ִ֥י‬‫נ‬ ְ‫ב‬
(Gen. 11:5 WTT)
11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat
kota dan menara yang didirikan oleh anak-
anak manusia itu,
C. Intervensi Allah (Mengacaubalaukan)(Kejadian 11 : 6 – 9)
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 3
‫ָ֣ם‬ָ‫ל‬‫ח‬‫ה‬ ‫ָ֖ה‬ֶ‫ז‬ְ‫ו‬ ‫ם‬ ִָ֔‫ל‬ֻ‫כ‬ְ‫ל‬ ִ֙‫ת‬‫ח‬‫א‬ ‫ֶ֤ה‬ָ‫פ‬ ָ‫ש‬ְ‫ו‬ ִ֙‫ד‬ָ‫ח‬ ֶ‫א‬ ‫ֶ֤ם‬‫ע‬ ‫ָ֣ן‬‫ה‬ ‫ה‬ ֵָ֗‫ו‬‫ה‬ ְ‫י‬ ‫ר‬ ֶ‫אמ‬ָ֣
ֹּ‫י‬‫ו‬
‫ֹות׃‬ ִֽ
‫ֲש‬‫ע‬ִֽ‫ל‬ ‫ּו‬ ָ֖
‫ְמ‬‫ז‬ָ‫י‬ ‫ר‬ ִֶ֥
‫ש‬ֲ‫א‬ ‫ל‬ ָֹּ֛‫כ‬ ‫ם‬ ִֶ֔‫ה‬‫מ‬ ‫ר‬ ָ֣‫צ‬ָ‫ב‬‫א־י‬ ִֽ
ֹּ‫ל‬ ִ֙‫ה‬ ָ‫ת‬‫ע‬ְ‫ו‬ ‫ֹות‬ ָ֑
‫ֲש‬‫ע‬‫ל‬
(Gen. 11:6 WTT)
‫יש‬ ָ֖‫א‬ ‫ּו‬ ִ֔
‫ע‬ ְ
‫מ‬ ְ
‫ש‬‫י‬ ‫א‬ ָ֣
ֹּ‫ל‬ ִ֙‫ר‬ ֶ‫ש‬ֲ‫א‬ ‫ם‬ָָ֑
‫ת‬ָ‫פ‬ ְ
‫ש‬ ‫ם‬ָָ֖
‫ש‬ ‫ִ֥ה‬ָ‫ל‬ ְ‫ָב‬‫נ‬ְ‫ו‬ ‫ה‬ ִָ֔‫ד‬ ְ
‫ַֽר‬ִֽ‫נ‬ ‫ה‬ ָ‫ב‬ ָָ֚‫ה‬
‫הּו׃‬ ִֽ‫ע‬‫ר‬ ‫ִ֥ת‬‫פ‬ ְ
‫ש‬
(Gen. 11:7 WTT)
‫ּו‬ ָ֖‫ל‬ ְ‫ד‬ ְ‫ח‬‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬ ‫ץ‬ ֶ
‫ר‬ ָָ֑
‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫ָ֣י‬‫נ‬ ְ‫ל־פ‬‫ע‬ ‫ם‬ָָ֖
‫ש‬‫מ‬ ‫ם‬ָָ֛
‫ת‬ֹּ‫א‬ ‫ִ֥ה‬ָ‫הו‬ ְ‫י‬ ‫ץ‬ֶ‫פ‬ִָ֙‫י‬‫ו‬
‫יר׃‬ ִֽ‫ע‬ָ‫ה‬ ‫ת‬ִֹּ֥‫נ‬ ְ‫ב‬‫ל‬
(Gen. 11:8 WTT)
‫ָ֣ת‬‫פ‬ ְ
‫ש‬ ‫ָ֖ה‬ָ‫הו‬ ְ‫י‬ ‫ִ֥ל‬‫ל‬ָ‫ב‬ ‫ם‬ָָ֛
‫י־ש‬‫כ‬ ‫ל‬ ִֶ֔‫ב‬ָ‫ב‬ ִ֙‫ה‬ ָ‫מ‬ ְ
‫ש‬ ‫א‬ ֶָ֤
‫ר‬ ָ‫ק‬ ‫ן‬ ֞‫ל־כ‬‫ע‬
‫פ‬ ‫ץ׃‬ ֶ
‫ר‬ ִָֽ
‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫ָ֖י‬‫נ‬ ְ‫ל־פ‬‫ע‬ ‫ה‬ ִָ֔‫ו‬‫ה‬ ְ‫י‬ ‫ם‬ָָ֣
‫יצ‬‫ֱפ‬‫ה‬ ִ֙‫ם‬ ָ‫ש‬‫ּומ‬ ‫ץ‬ ֶ
‫ר‬ ָָ֑
‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬
(Gen. 11:9 WTT)
11:6 dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa
dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini
barulah permulaan usaha mereka; mulai dari
sekarang apa pun juga yang mereka
rencanakan,tidak ada yang tidak akan dapat
terlaksana.
11:7 Baiklah Kita turun dan
mengacaubalaukan di sana bahasa mereka,
sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa
masing-masing."
11:8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN
dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti
mendirikan kota itu.
11:9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama
kota itu disebut Babel, karena di situlah
dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi
dan dari situlah mereka diserakkan
TUHAN ke seluruh bumi.
III. GARIS BESAR EKSEGESIS
 PEMBERONTAKANMANUSIA (MENENTANG ALLAH)
A. SELURUH BUMI SATU BAHASANYA (1)
* Seluruh bumi satu bahasa dan satu logatnya
B. MAKA BERANGKATLAH MEREKA (2)
* Berangkat kesebelah timur
* menjumpai tanah datar di tanah sinear
*menetap disana
C. BERKATA-KATA TERHADAP YANG LAIN (3)
* Berkata-kata seorang kepada yang lain
D. MARILAH MEMBUAT BATU BATA (3)
* Membuat batu bata dan membakarnya
* dipakai mereka sebagai batu ter gala-gala sebagai tanah liat
E. KITA DIRIKAN BAGI KITA (4)
* mari kita dirikan bagi kita
F. KOTA DAN MENARA (5)
* sebuah kota dengan sebuah menara
* puncaknya sampai ke langit
* kita cari nama
* supaya kita jangan terserak keseluruh bumi
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 4
 ALLAH TURUNMELIHAT(MERENDAHKANDIRI)
X. TUHAN TURUN UNTUK MELIHAT (5-6)
* melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak manusia
* mereka semua satu bangsa dengan satu bahasa
* apapun yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak dapat terlaksana
 INTERVENSIALLAH (MENGACAUBALAUKAN)
F’. KOTA DAN MENARA (5)
E’. YANG DIDIRIKAN OLEH ANAK MANUSIA (5)
D’. MENGACAUBALAUKAN MEREKA (7)
* Baiklah Kita turun mengacaubalaukan bahasa mereka
C’. TIDAK MENGERTI BAHASA MASING-MASING (7)
* mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing
B’ MAKA PERGILAH MEREKA DARI SANA (8)
* mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi
* mereka berhenti mendirikan kota itu
A’. BAHASA BEREBEDA-BEDA (9)
* namanya disebut Babel
* TUHAN mengacaubalaukan bahasa seluruh bumi
* mereka diserakkan TUHAN keseluruh bumi
GARIS BESAR FINAL
Dari struktur teks Kejadian 11 : 1-9 dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu :
A. Pemberontakan Manusia (Kej 11 : 1-4), mengisahkan mengenai usaha
pemberontakan manusia. manusia menentang perintah Allah untuk bertambah
banyak dan memenuhi karena mereka ingin membuat suatu nama untuk diri
mereka sendiri. Mereka bertekad menegakkan nama mereka dengan
membangun sebuah menara yang menjulang tinggi sampai ke langit
B. Allah merendahkan diri, Sifat Allah yang Antropomorfik (Kej 11 : 5). Ketika
seluruh bangsa memiliki tujuan yang sama mengarah ke atas, kecilnya kuasa
bangsa manusia diperlihatkan dalam gerakan antropomorfik yang menurun dari
Allah. Penggunaan ruang narasi yang efektif mempertentangkan puncak
pencapaian mereka sebagai sesuatu yang membuat Allah perlu turun dan
melihat. Dalam kasus ini, titik baliknya adalah bahwa Allah perlu merendahkan
diri ke posisi rendah kepada manusia untuk melihat apa yang mereka sudah
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 5
lakukan. Ini adalah sangat antropomorfis, dan Allah turun sebagai tindakan
Anugerah-Nya kepada manusia (bnd. Kej. 18:21; Kel. 3:8)3.
C. Intervensi TUHAN (Kej 11 : 6-9), mengisahkan intervensi TUHAN yang
mengembalikan manusia pada jalur seharusnya sesuai dengan Grand Design
Allah dalam Kejadian 1 : 28. Allah menghukum manusia dengan mengacaukan
Bahasa mereka, maka mereka terserak. Efek retoris dari membaca teks ini
dalam Bahasa ibrani mencakup cara semi-pemelintiran-lidah yang dengannya
teks ini ditulis. Keseluruhan teks dipadati huruf-huruf b (b), l (l) dan r (r).
permainan kata dalam teks ini mencakup permainan tentang nama Babel dengan
istilah ibrani untuk “dikacaukan” (bā lal). Perhatikan permainan kata yang
menuju klimaks :”baiklah kita turun dan mengacaubalaukan di sana Bahasa
mereka …”. Itulah sebabnya sampai sekarang kota itu disebut Babel, karena
disitulah dikacaubalaukan Tuhan Bahasa seluruh bumi4.
IV. STRUKTUR TEKS
Struktur
Struktur adalah pengaturan atau organisasi dari teks. Ini harus dibedakan dari
structuralism dalam pengertian teknis dari kata itu, karena itu suatu pendekatan yang
berbeda yang membawa penelitian kedimensi yang berbeda. Saat kita mempelajari
struktur dari suatu bagian kita berurusan dengan tingkatan yang lebih tinggi dari suatu
karya. Berikut ini adalah beberapa hal yang digunakan untuk menganalisa struktur.
1. Struktur Teks Inversi (Chiasm)
Struktur Inversi adalah pengaturan materi secara parallelism untuk menunjukkan
cermin setengah cerita awal dengan yang selanjutnya untuk menunjukkan titik balik dari
cerita dimana X merupakan turning pointnya5.
Berdasarkan buku David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry
of Genesis yaitu;6 dapat dilihat struktur teks Inversi.
3 Tafsiran oleh Bob Utley dalambuku KEJADIAN 1 – 11 (Genesis 1 – 11 Bible Commentary,
Indonesian Version yangdikutip dalamtulisannya di BibleCommentary Indonesian Version pada
www.freebiblecommentary.org, hal 116.
4 Gary Edward Schnittjer, The Torah Story (Malang : Penerbit Gandum Mas,2012), hal 108
5 Disadur pada tanggal 12 september 2019, https://bible.org/seriespage/analisa-tulisan.html
6 David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis (Collegeville,
Minnesota:The Liturgical, 2003), hal 70.
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 6
 Versi Lingkaran Berpusat
A: adapun seluruh bumi satu Bahasa (1)
B: Maka berangkatlah mereka (2)
C: Berkata terhadap yang lain (3a)
D: Marilah membuat batu bata (3b)
E: marilah kita dirikan bagi kita (4a)
F: sebuah kota dan sebuah menara (4b)
X: Lalu turunlah Allah (5a)
F’: Kota dan menara (5b)
E’: yang didirikan oleh anak manusia (5c)
D’: mengacaubalaukan mereka (7a)
C’: tidak mengerti bahasa masing-masing (7b)
B’: maka pergilah mereka dari sana (8)
A’: bahasa yang berbeda-beda (9)
Dalam struktur ini Cotter menjelaskan bahwa puncak dari narasi kejadian 11 : 1-
9 ini adalah ketika turunnya Allah. Dengan melihat A-F merupakan Proses dari usaha
aktualisasi oleh bangsa babel yang kemudian dalam puncaknya (X) Allah melihat
bahwa aktualisasi yang dilakukan oleh bangsa babel ini tidaklah berkenan dengan
kehendak-Nya. Jika kita membaca dari Pasal 9 maka kita mendapat kesimpulan sebab
Allah tidak menghendaki bangsa babel, Namun dalam perikop pasal 11 ini dapat
berfokus kepada sifat pencapaian diri yang dilakukan oleh bangsa babel sehingga
dengan melihat F’-A’ Allah sehingga dalam keseluruhan struktur ini dapat mengambil
keputusan bahwa terjadi pembalikan stuasi oleh Allah. Begitu juga dalam buku Cotter
ini juga digambarkan sebuah struktur yang menjelaskan tentang bagaimana persaingan
antara kehendak manusia (Kej 11:1-4) dan kehendak TUHAN (Kej 11:5-9) yang
bersaing untuk mencapai tujuannya masing-masing. Dan jelas dalam bagian ini,
kehendak TUHAN menjadi pemenang dan menggagalkan kehendak manusia.
Dalam bagian ini, fokusnya pada perbandingan alur narative dan struktur
penyusunan yang coba memperlihatkan pertentangan dua kehendak ini. Pertentangan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.7
7 David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis (Collegeville,
Minnesota:The Liturgical, 2003), hal 69
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 7
 Versi Symmetrical Parallels
A. Satu bahasa dan satu logatnya (1)
B. Marilah kita membuat (3)
C. Marilah kita mendirikan (4a)
D. Marilah kita mencari nama (4b)
E. Jangan kita terserak ke seluruh bumi (4c)
A’ Satu bangsa satu bahasa (6)
B’ Marilah kita (7)
C’ Mereka berhenti mendirikan (8)
D’ Namanya Babel (9)
E’ Diserakkan TUHAN ke seluruh bumi (9)
Pada bagian ini Cotter menggambarkan aksi Allah dan Manusia secara paralel,
dimana struktur ini menyoroti pertentangan yang dilakukan Allah kepada bangsa babel.
Sehingga tampak jelas bahwa Allah tidak mendukung perbuatan bangsa babel dalam
membangun menara tersebut. Dan struktur ini mendukung struktur yangpertama dimana
pembalikan situasi terjadi ketika Allah turun dan segala keinginan bangsa babel tidak
2. Struktur Simetris8
Penulis-penulis Perjanjian Lama cenderung menata perikop-perikop tersebut
secara simetris, untuk memahami struktur simetris ini perlu melakukan tiga dasar
pemikiran :
Awal dan akhir (beginning and ending), Pola tiga babak (tripartite design) dan Fase
(phase).untuk melihat simetris dasar dari sebuah kisah, akan sering membantu kita bila
kita memecah teks menjadi unit-unit yang lebih besar menjadi adegan-adegan, bila
mengamati kedinamisan menyeluruh dari sebuah kisah adegan tersebut sering cocok
menjadi satu fase.
Kisah Menara Babel (Kej 11 : 1-9) menunjukkan manfaat mengategorikan adegan-
adegan menjadi fase-fase. Dapat dilihat dari Sembilan episode ini menjadi lima fase :
8 Richard L. Pratt, Ia berikan kisah-Nya (Jakarta: Penerbit Momentum, 2014), hal 216
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 8
Awal (11:1-2)
Tengah (11:3-7)
Akhir (11:8-9)
V. TAFSIRAN KEJADIAN 11:1-9
1. (Kejadian 11:1)
Kej 11:1a dalam septuaginta ada penambahan kata πᾶσιν yang memberi indikasi
“untuk semua”. Dalam hal ini, kata πᾶσιν memiliki arti keseluruhan, bukan sebagian.
Kej 11:1b kata ‫ים‬‫ד‬ָ‫ח‬ֲ‫א‬ lebih merujuk kepada kata “satu dan sama” daripada “beberapa”9.
Kata ‫י‬ְ‫ו‬ ‫הי‬ dalam bagian ini menggunakan bentuk imperfect yang memberikan nuansa
9 Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia, LAI
Fase Satu (11:1-2)
Manusia di satu
tempat dgn satu bahasa
Adegan Satu (11:1)
Manusia menggunakan satu
Bahasa
Adegan Dua (11:2)
Manusia di satu tempat
Fase dua (11:3-4)
Manusia mendirikan
menara
Fase tiga (11:5)
Allah turun melihat
Fase empat (11:6-7)
Allah menghentikan
Adegan tiga (11:3a)
Rencana membuat batu bata
Adegan empat (11:3b)
Bahan material dideskripsikan
Adegan lima (11:4)
Rencana mendirikan
Adegan enam (11:5)
Allah turun melihat
Adegan tujuh (11:6-7)
Allah menghentikan
Fase lima (11:8-9)
Allah mengacaukan
manusia
Adegan delapan (11:8)
Manusia diceraiberaikan
Adegan Dua (11:9)
Menara dan kota di olok-olok
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 9
sebuah kejadian yang pernah terjadi di masa lampau dan sudah diselesaikan di masa
lampau. Kemudian frasa ‫ָש‬ ‫ָפה‬ ‫ֶא‬ ‫ָחת‬ ‫ד‬ְ‫ּו‬ ‫רים‬‫ָב‬ ‫ֲא‬ ‫דים‬‫ָח‬ seringkali dilihat berhubungan
dengan kisah sebelumnya, yaitu kisah Nuh dimana TUHAN menghancurkan seluruh
umat manusia dengan banjir besar dan menyisakan Nuh dan anak-anaknya (Kej 6-10).
Hal ini membuat beberapa penafsir seperti Bruce K. Waltke juga melihat bahwa ada
masa dimana kemungkinan bahwa seluruh dunia memiliki satu bahasa dan
perbendaharaan kata yang sama10. Menambahkan hal ini, Nahum Sarna menunjukkan
bahwa dalam mitologi sumeria ditunjukkan adanya indikasi bahwa pada tahun 2000 SM
ada seluruh dunia menggunakan satu bahasa11. Meski demikian, ada juga pandangan
lain seperti Westermann dan Brodgie yang melihat pada Kejadian 10 yang
menunjukkan bahwa sudah ada pemisahan bahasa dan kemungkinan dalam Kejadian 11
hanyalah sebagian daerah saja atau bahkan Kejadian 11 adalah bagian dari kisah mitos
untuk melengkapi dan menjawab mengapa ada perbedaan bahasa12. Salah satu
pernyataan Westermann adalah pada penelitian kata ‫י‬ְ‫ו‬ ‫הי‬ yang diterjemahkan sebagai
“once upon a time” yang biasa digunakan dalam cerita dongeng yang tidak bisa
dipastikan kapan terjadinya. Meskipun demikian, dapat dilihat dari kesatuan teks baik
antara Kejadian 10 dan 11 menunjukkan bahwa kejadian 11 merupakan kelanjutan dari
keturunan Nuh yang lebih mudah dipahami jika mereka memiliki satu bahasa yang
sama dibandingkan mengembangkan bahasa masing-masing. Sehingga dalam ayat 1 ini
penekanan pada kesamaan bahasa dan logat menjadi pusat dari bagian ini.13
2. (Kejadian 11:2)
Kata ‫ם‬ָ‫ע‬ ְ‫ָס‬‫נ‬ ְ‫ב‬ memiliki parsing Preposisi + Qal infinitive construct + suffix orang
ke-3 maskulin Jamak. Pronoun suffix ini merujuk kepada kolektif noun dari ‫ָל‬‫כ‬ yang
berarti semua (Kej 11:1). Kata ‫ה‬ ָ‫ע‬ְ‫ק‬‫ב‬ jika diparsing memiliki term noun feminin singular,
hal ini memberi nuansa tujuan kepada kata ‫אּו‬ ְ‫צ‬ ְ
‫מ‬‫י‬‫ו‬ yang menggunakan kata kerja 3
10 Bruce K. Waltke with Cathi J. Fredricks, Genesis: A Commentary (Michigan: Zondervan,
3900 Sporks, Grand Rapids, 2001), hal 178
11 Nahum Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History (New
York: Schocken, 1970), hal67
12 Claus Westermann, Genesis 1-11: a Continental Commentary (Minneapolis: Fortress Press,
1994), hal 197
13 Ibid, hal 543.
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 10
maskulin jamak, hal menunjuk pada kegiatan mencari yang dilakukan oleh semua
manusia di dunia (‫ָל‬‫כ‬ ). Sehingga bisa ditafsirkan bahwa semua orang pada waktu itu
memiliki satu tujuan yang sama yaitu ‫ה‬ ָ‫ע‬ְ‫ק‬‫ב‬ . Hal ini menekankan sebuah kesatuan yang
kuat dari semua manusia. Sedangkan kata ‫שבּו‬ְּ‫וי‬ ‫ָשם‬ merujuk kepada ‫רץ‬ ֶ‫א‬ֶ‫ְב‬ּ ‫ָער‬ְ‫שנ‬ yang
menjelaskan penekanan ulang tentang kejadian ini terjadi di bumi, di suatu daerah yang
pasti dan dikenal oleh pembaca. Hal ini memberikan indikasi bahwa diyakini secara
faktual bahwa kejadian ini bukanlah cerita dongeng namun sesuatu yang accessable
untuk dicek kebenarannya sehingga kisah ini layak untuk dipercayai kebenaran dan
pesan teologisnya.
3. (Kejadian 11:3)
Kata ‫בה‬ָ‫ָה‬ yang diikuti dengan bentuk kata kohortatif memberikan nuansa sebuah
“expresses intention or desire.” Mengungkaapkan tujuan dan hasrat14. Yang
menunjukkan sebuah keinginan bersama dari manusia (‫איש‬) untuk merancangkan
sesuatu yang berkaitan dengan bagian selanjutnya di ayat 3b maupun ayat 4. Selain itu,
dalam bagian selanjutnya dari Kejadian 11:3b oleh Word Biblical Commentary yang
melihat adanya chiastik dan permainan kata di bagian ayat 3b ini, Wenham mengatakan
“the whole comment combines a tight chiasm: “for them brick” // “asphalt for them,”
with ingenious word play: lĕbēnāh/lĕ˒aāben//haḥēmār/lahōmer”15. Permainan kata dan
chiastik ini menekankan signifikansi dari n.b.l yang merujuk kepada ayat 7 dan 9.
Selain permainan kata dan chiastik yang ditunjukkan, hal menarik dari bagian ini adalah
perbedaan antara legenda babylonia dan kisah menara Babel yang tercatat dalam
alkitab. Skinner mencatat bahwa “Kisah menara Babel adalah legenda pertama yang
menceritakan mengenai pembuatan batu bata dan pembangunan menara menggunakan
batu bata tersebut. Sebab dalam naskah babilonia tentang penciptaan dikatakan bahwa
waktu itu “no brick was laid, no brick-mould (nalbantu) formed” hal ini menunjukkan
bahwa legenda tersebut dibentuk di jaman yang lebih familiar dengan bangunan dari
14 H.G.M. Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew (London:
T&T Clark, 1986), hal 158
15 Gordon J. Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1 (Dallas, Texas: Word
Books, 2002), hal 239.
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 11
batu16. Hal ini kemungkinan ditulis secara sengaja oleh Musa bukan saja untuk
menjadikan itu familiar dengan kehidupan bangsa Israel yang pada jaman tersebut baru
keluar dari perbudakan di Mesir yang cukup familiar dengan bangunan terbuat dari
batubata (Kel 1:14), namun juga menunjukkan keseriusan manusia dalam perencanaan
serta prosesnya. Oleh karena itu, ini menggambarkan secara mendetail mengenai batu
bata yang dibakar dengan baik (Kej 11:3a) dan pembuatan tergala-gala atau sejenis
aspal sebagai perekat atau semen bagi batu bata tersebut (Kej 11:3b).
4. (Kejadian 11:4)
Dalam bagian ini, kembali muncul bentuk format kata ‫בה‬ָ‫ָה‬ yang diikuti dengan
bentuk kata kohortatif, hal ini mengingatkan kepada ayat 3 yang menggunakan nuansa
yang sama. Pengulangan ini bisa menjadi sebuah bentuk repetition bertingkat, dimana
pada bagian ini menunjukkan sesuatu keinginan dan hasrat yang lebih mendalam. Hal
ini dapat dibuktikan dengan membandingkan ayat 3 dan ayat 4 dimana ayat 3 banyak
berbicara tentang proses pembentukan material, sedang diayat 4 banyak berhubungan
dengan pencarian nama dan keinginan untuk bersatu (Kej 11:4b). Yang menarik dan
menjadi konflik utama dari kisah menara Babel adalah dalam ayat 4b ini. Frasa ‫נ‬‫ְו‬ ‫ֲע‬ ‫ֶשה־‬
‫ָלנּו‬ ‫שם‬ּ ‫ָנפּוץ‬‫־‬‫ֶפן‬ ‫על־‬ ‫ני‬‫ְפ‬ ‫ָכל־‬ ‫ָה‬ ‫רץ‬ ֶ‫ָא‬ dalam ayat 4b menjadi motif utama dari pembangunan
menara Babel. Awalan konjungtif + Imperfek dari kata ‫נ‬‫ְו‬ ‫ֲע‬ ‫ֶשה‬ memiliki nuansa
berbeda daripada Kejadian 11:1. Pada bagian ini awalan konjungtif + Imperfek
menunjukkan nuansa harapan akan sesuatu yang terjadi di waktu yang akan datang,
sifatnya futuristik. Sehingga frasa ‫ָנפּוץ‬‫־‬‫ֶפן‬ cenderung diterjemahkan dengan kata
“supaya” yang menunjukkan adanya harapan akan sesuatu yang terjadi nantinya dari
tindakan yang dikerjakan. Dari sisi lain, Brodie melihat ayat 4b ini merupakan sebuah
gema yang berlawanan dengan perintah TUHAN dalam Kejadian 1:26. Brodie
menyatakan, “The pretentious decision to build to the skies, “Let us bake bricks... Let
us build ourselves... Let us make ourselves a name” (11:3–4) contains a distorted echo
16 J. Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis (New York: Scribner, 1910), hal
225
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 12
of God's original decision tomake humankind (“Let us make humankind in our own
image,” 1:26)”17.
Hal ini mengindikasikan bahwa manusia ingin melawan kehendak TUHAN
dengan menjadikan dirinya yang utama. Hal ini menunjukkan motif yang sama dengan
perlawanan Adam dan Hawa dalam Kejadian 3:5 yang diakibatkan karena keinginan
manusia untuk menjadikan diri mereka sebagai ALLAH bagi diri mereka sendiri.
Keinginan manusia untuk berotoritas dan tidak mau tunduk juga dilihat dari
argumentasi Sarna mengenai kaitan antara nama dan pembuatan menara. Dalam dunia
kuno pembuatan menara(ziggurat) atau bangunan tinggi ini bukan hanya untuk
menyenangkan para dewa namun juga menunjukkan kekuasaan dan keagungan dari raja
yang membangun bangunan tersebut, sebab biasanya nama mereka akan dicatat dalam
lempeng batu bata atau meterai silinder18. Hal ini jelas menunjukkan keinginan untuk
meninggikan diri. Hal ini nampaknya memiliki hubungan dengan janji Allah pada
Abraham dalam Kejadian 12:2-3, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang
besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan
menjadi berkat. Aku akan memberkati orangorang yang memberkati engkau, dan
mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi
akan mendapat berkat." Dalam keterkaitan dengan bagian ini, nampaknya Kejadian
secara sengaja mencatat Kejadian 11:4 dan Kejadian 12:2 dengan penekanan kepada
kata ‫שם‬ּ . Hal ini bertujuan untuk membandingkan usaha manusia dan anugerah
ALLAH. Sehingga bisa disimpulkan bahwa nama atau kemasyuran bukanlah hasil dari
pencapaian usaha manusia, namun anugerah ALLAH, sehingga tidak ada seorangpun
yang boleh meninggikan dirinya. Hal ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam Matius
23:12 “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Jelas bahwa Alkitab menunjukkan bahwa
kesombongan dalam diri manusia adalah musuh utama Allah dan senjata ampuh dari
dosa. Selain itu, kata ‫־‬ menurut Brayford memberikan makna bahwa “the dispersal
17 Thomas L. Brodie, Genesis As Dialogue; Aliterary, Historical and Theological Commentary
(New York: Oxford University Press, 2001), hal 199
18 Nahum Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History (New
York: Schocken, 1970), hal 75
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 13
would be something done to them, rather than something they want to avoid”19. Hal ini
mengindikasikan kepada Kejadian 1:28 dimana manusia dituntut Allah untuk menyebar
dan memenuhi bumi. Dan secara sengaja ini menunjukkan bahwa manusia yang semula
di Kejadian 10 sudah menyebar kini secara sengaja menjadi satu untuk menegakkan
nama mereka sendiri dan menyatakan deklarasi pemberontakan kepada perintah
ALLAH dalam Kejadian 1:28.
5. (Kejadian 11:5)
Dalam nuansa ini, menekankan bagaimana Allah yang ada di atas itu
memberikan perhatian lebih sehingga Ia mau turun dan memperhatikan tingkah laku
dan buah karya manusia (Kej 11:5). Dalam kata ‫ירד‬ memiliki makna “untuk turun” 20
yang secara harafiah menunjuk kepada turun, namun disisi lain juga menunjukkan
nuansa kerendahan hati. Hal ini menjadi permainan makna yang menarik bahwa ketika
manusia mencoba membangun sesuatu untuk meninggikan dirinya, Allah justru
merendahkan dirinya untuk manusia.
Dalam ayat ke 5 ini juga, dengan kata ‫ֶרד‬‫וי‬ yang menggunakan bentuk Qal
imperfek 3 MS dengan nuansa apocopated, dimana dalam Lambdin dijelaskan bahwa
imperfek apocopated biasa digunakan sebagai tanda metaphorical meaning21. Dalam
nuansa ini, ditekankan bagaimana Allah yang ada di atas itu memberikan perhatian
lebih sehingga Ia mau turun dan memperhatikan tingkah laku dan buah karya manusia
(Kej 11:5). Dalam kata ‫ירד‬ memiliki makna “to descend”22, yang secara harafiah
menunjuk kepada turun, namun disisi lain juga menunjukkan nuansa kerendahan hati.
Hal ini menjadi permainan makna yang menarik bahwa ketika manusia mencoba
membangun sesuatu untuk meninggikan dirinya, Allah justru merendahkan dirinya
untuk manusia. Hal ini mengingatkan mengenai kisah Kenosis dalam Filipi 2:6-8,
dimana Paulus mengingatkan jemaat di Filipi agar tidak menjadi sombong dan merasa
19 Susan Brayford, Septuagint Commentary Series: Genesis (Leiden, Netherland: Brill, 2007),
hal 286
20 Francis Brown,dkk, Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,(Oxford:Clarendon
Express,1907). hal. 575
21 Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew, hal 126
22 Ernst Jenni dan Claus Westermann, Theological Lexicon of the Old Testament volume 2
(Peabody, Massachusetts:Hendrickson, 1997), hal 750
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 14
diri paling benar, sebaliknya haruslah mereka mengikuti teladan Kristus yang
merendahkan diriNya. Namun disisi lain, kata turun ini juga menunjukkan sebuah ironi
yang dimana Waltke mengutip komentar dari Sarna yang menyatakan “This figurative
usage implies no limitation on God’s omnipotence, for the divine ‘descent’ presupposes
prior knowledge of human affairs from on high, and God’s subsequent counteraction
unqualifiedly exhibits His absolute sovereignty”23.
Hal ini menunjukkan sebuah bentuk tindakan tandingan Allah yang Maha Kuasa
terhadap tindakan manusia yang tak berharga. Dalam hal ini, penulis kitab Kejadian
ingin menekankan bahwa apa yang paling hebat yang bisa dilakukan manusia tetap
merupakan sesuatu yang kecil dibandingkan kemahakuasaan Allah24.
6. (Kejadian 11:6)
Dalam bagian ini menunjukkan bahwa kata ‫ם‬‫ע‬ muncul pertama kalinya di
Alkitab dan dalam kitab Kejadian ada dalam ayat ini,25 yang memberikan penekanan
kepada satu bangsa. Kata ini merujuk kepada seluruh manusia dalam ayat 1. Sehingga
bisa disimpulkan bahwa tadinya manusia yang tersebar kini sudah berkumpul dan sudah
menjadi satu bangsa yang bertekad bersama untuk melawan Allah. Penekanan pada kata
“satu” juga menjadi sebuah permainan kata yang menarik. Jika dihitung dari kata satu
muncul 4 kali secara literal dengan diwakili kata ‫א‬ sedang di bagian lain
menggunakan kata ‫א‬ yang mewakili seseorang atau satu pribadi. Sehingga bisa dilihat
bahwa penekanan pada keinginan untuk menjadi satu adalah pusat dari berita menara
Babel. Dalam hal ini, penafsiran Brueggemann yang menyatakan bahwa “The unity
willed by God is that all humankind shall be in covenant with him (9:8-11) and with him
only, responding to his purposes, relying on his life-giving power”26. Sehingga bisa
23 Bruce K. Waltke with Cathi J. Fredricks, Genesis: a Commentary (Michigan: Zondervan,3900
Sporks, Grand Rapids, 2001), hal 180
24 Bandingkan dengan Fruchtenbaum, The Book of Genesis, 223-224. Menyatakan “Here the
authoruses anthropomorphic satire,to satirize what puny man is trying to do. No matter how high man
towered, God. Arnold G. Fruchtenbaum; Ariel’s BibleCommentary, The Book of Genesis (Publisher :
Ariel ministries,2009)
25 Francis Brown,dkk, Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,(Oxford:Clarendon
Express,1907), Hal. 132
26 Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor
University, 2008), hal 568
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 15
dikatakan bahwa keinginan menjadi satu bukanlah sebuah kesalahan di dalam dirinya,
namun keinginan menjadi satu harus di dasarkan pada institusi perjanjian yang Allah
sudah tetapkan dengan Allah dan untuk memenuhi tujuan Allah dan bukan untuk
kepentingan dan kemuliaan manusia pribadi. Di bagian selanjutnya, frasa ‫ֲעשֹות‬‫ל‬ ‫תה‬ָ‫ע‬‫ְו‬ּ
‫צר‬‫ָב‬‫ֹּא־י‬‫ל‬ menurut Skinner bagian ini memiliki makna bahwa “The reference is not merely
to the completion of the tower, but to other enterprises which might be undertaken in
the future”27. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebuah kemungkinan pemberontakan-
pemberontakan yang terus menerus akan terjadi dan diciptakan oleh manusia secara
sengaja untuk melawan Allah. Sehingga dalam bagian selanjutnya, Allah secara intensif
dan penuh intervensi mengambil tindakan untuk menghentikan usaha manusia ini agar
manusia tidak semakin jatuh dalam pemberontakan dan semakin menjauh dari rencana
Allah yang Allah telah tetapkan bagi manusia ciptaanNya (bandingkan Kej 11:7-9 dan
Kej 1:28).
7. (Kejadian 11:7)
Dalam ayat ke 7 ini, ada sebuah permainan kata dan pengulangan kata. Diawal
ayat ini muncul kata ‫בה‬ָ‫ָה‬ + cohortative yang merujuk kepada bagian sebelumnya di ayat
3 dan 4, hal ini menunjukkan bahwa ayat 7 merupakan respon Allah terhadap tindakan
manusia di ayat 3 dan 4. Pada ayat 7 juga muncul kata ‫דה‬ ָ
‫ר‬ ְּ‫נ‬ yang berasal dari kata ‫ירד‬
yang mengulang dari ayat 5. Hal ini menunjukkan sebuah penekanan bahwa Allah yang
tadi dari atas kemudian harus turun untuk melihat apa yang manusia lakukan, dan Allah
yang sudah turun ini harus turun sekali lagi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa adanya
jarak yang jauh antara tempat manusia, antara menara yang manusia anggap mencapai
langit, namun dalam kenyataannya Allah harus turun dan kembali perlu lebih turun lagi
untuk dapat lebih dekat dengan manusia. Setelah Allah turun, lalu dikatakan Allah
mengacaukan bahasa mereka agar mereka tidak bisa mendengar satu dengan yang lain.
Jika dilihat dari kata ‫מעּו‬ ְ
‫ְש‬‫י‬ yang memiliki arti mendengar, kata ini unik sebab
menggunakan awalan yigtol 3mp Qal imperfect yang merujuk kepada makna
mendengar yang bukan hanya sekedar mendengar namun mendengar dengan sense of
27
Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis. hal 227
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 16
meaningfully28.27 Hal ini ingin menunjukkan bahwa Allah bukan hanya sekedar
mengacaukan bahasa namun pemahaman mereka dalam berkomunikasi agar manusia
sadar akan keterbatasan mereka untuk memahami sesama mereka, apalagi untuk
memahami atau bahkan ingin menyamai Allah (Kejadian 3:5; 11:4). Selain itu, untuk
pertama kalinya dalam bagian ini muncul kata ‫לה‬ָ‫ְב‬ָ‫נ‬‫ְו‬ּ dari akar kata ‫בלל‬ yang merupakan
pembalikan susunan huruf mati dari kata ‫ָה‬‫נ‬‫ב‬ְ‫ְל‬‫נ‬ dalam ayat 3 yang menunjukkan bahwa
jika manusia ingin membangun namanya sendiri, maka Allah dalam ayat 7 mampu
mengacaukan semua yang Allah tidak kehendaki ada. Menurut Longman, “pembalikan
ini secara sengaja dilakukan untuk menunjukkan pembalikan yang dihasilkan oleh
hukuman Allah terhadap rencana para pemberontak tersebut”29.
Kata ‫ה‬ ָ‫ב‬ָ‫ה‬ yang diikuti dengan bentuk kata kohortatif berarti kata “Marilah”
memberikan nuansa sebuah “mengungkapkan tujuan dan hasrat.” Yang menunjukkan
sebuah keinginan bersama dari manusia (‫יש‬‫א‬ ) untuk merancangkan sesuatu.
Pada ayat 7 juga muncul kata ‫ה‬ ָ‫ד‬ ְ
‫ר‬‫נ‬ yang mengulang dari ayat 5. Hal ini
menunjukkan sebuah penekanan bahwa Allah yang tadi dari atas kemudian harus turun
untuk melihat apa yang manusia lakukan, dan Allah yang sudah turun ini harus turun
sekali lagi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa adanya jarak yang jauh antara tempat
manusia, antara menara yang manusia anggap mencapai langit, namun dalam
kenyataannya Allah harus turun dan kembali perlu lebih turun lagi untuk dapat lebih
dekat dengan manusia.
8. (Kejadian 11:8)
Di ayat 8 diawali dengan penekanan pada kata ‫הָוה‬ ְ‫י‬ yang menunjukkan bahwa
TUHAN adalah aktor utama dibalik kehancuran bahasa dan gagalnya rencana
pemberontakan manusia. Sedangkan kata ‫ֶפץ‬ָ‫י‬‫ו‬ merupakan lawan dari harapan manusia
di ayat 4, hal ini menunjukkan bahwa apa yang ada di ayat 4 bukanlah sesuatu bentuk
kesatuan yang baik. Sehingga, akibat dari dikacaukannya bahasa mereka oleh Allah,
maka dalam ayat ke 8 ini secara sengaja menggunakan frasa " mereka berhenti
28 Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor
University, 2008), hal 573
29 Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah (Jakarta: Yayasan Pancar Pijar
Alkitab,: Scripture Union Indonesia, 2010), hal 148
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 17
mendirikan kota itu”(Kej 11:8b). Hal ini menunjukkan bentuk kegagalan dan frustasi
manusia akibat dari intervensi Allah. Selain itu, penggunaan kata “kota” saja menurut
Wenham memiliki makna tertentu, bahwa “The tower is not mentioned because it is the
name of the city that is the focus of the narrative. To see the cessation of building and
the dispersal of the nations as incompatible motifs is to miss the profound grasp of
culture that this story exhibits. Without mutual communication through a common
language it is impossible for men to cooperate either commercially or socially. Towers
cannot be built nor communities live together unless those concerned can understand
each other”30. Hal ini jelas menunjukkan kegagalan dari perlawanan manusia kepada
Allah. Puncak dari kisah menara Babel ini ada dalam ayat ke 9.
9. (Kejadian 11:9)
Dalam ayat 9 ini, bukan hanya menekankan hukuman Allah namun ada tanda
anugerah. Hal ini menolong pembaca untuk memahami Allah yang adil sekaligus kasih.
Jika kita lihat dari bagian 9a dikatakan disana “Itulah sebabnya sampai sekarang nama
kota itu disebut Babel”. Disana muncul kata ‫ָשם‬ yang diapit dengan permainan suara
dari kata babel dan balal, hal ini mengingatkan kepada keinginan manusia di ayat 4
untuk mencari nama bagi diri mereka. Di ayat 9 ini dinyatakan bahwa nama atau
kemuliaan itu bukanlah hasil usaha manusia dan untuk kemuliaan manusia, namun
merupakan hasil dari anugerah Allah. Hal ini terlihat dari ayat 9a dikatakan secara tidak
langsung bahwa karena Allah mengacaukan sesuatu disana maka nama tempat itu
disebut Babel. Meskipun secara literal bahwa nama Babel menyatakan hukuman Allah,
namun pemberian nama juga menyatakan anugerah Allah31.30 Bahkan, jika dilihat
dalam ayat 9b, akibat dari intervensi Allah terhadap bahasa manusia, akhirnya manusia
itu kembali tersebar dan berhasil kembali kepada track yang benar yang Allah
perintahkan dari Kejadian 1:28. Selain itu, jika diperhatikan dari ayat 2-9 muncul
permainan suara antara kata Shem(nama), Sham(di situ), Shamayim(Langit), dan
30 Gordon John Wenham, dkk, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1 (Michigan:
Zondervan,3900 Sparks Dr,SE, Grand Rapids,1987), hal 241.
31 Bandingkan Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1, hal 241. Dalam
bagian ini Wenham lebih menekankan pemaknaan nama Babel. “The Babylonians understood Babel to
mean “the gate of the god.” The Hebrews liked to suppose it to mean “mixed up, confused.”
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 18
Misham(dari situ). Hal ini menunjukkan ada sebuah penekanan dimana diawal manusia
menetap di situ(sham) dan berusaha untuk menegakkan nama (shem) dengan cara
memberontak kepada Allah yang di langit (Shamayim) dengan mendirikan menara,
namun akhirnya Allah yang ada di langit(shamayim) turun ke tempat manusia tinggal
(sham) dan mengacaukan bahasa mereka sehingga manusia gagal mendapatkan nama
(Shem) dan akhirnya mereka pergi dari situ (Misham). Jelas ada sebuah permainan
suara yang penulis kitab Kejadian ingin tunjukkan di mana diawali dengan usaha
manusia memberontak dan diakhiri dengan kemenangan Allah dan tuntunan Allah agar
manusia kembali ke dalam rencana Allah yang semula. Dalam hal ini, lebih melihat
bukan hanya kepada ironi dari nama Babel atau permainan suara dari kata-kata yang
digunakan, namun melihat bahwa ayat 9 ini menegaskan kembali akan kedaulatan Allah
dan rencana Allah yang selalu berhasil. Meskipun manusia mencoba memberontak,
namun Allah selalu sanggup mengembalikan manusia pada jalur yang benar sesuai
dengan rencananNya. Dan yang menarik, di dalam hukuman Allah penulis kitab
Kejadian secara sengaja menunjukkan adanya anugerah di dalam hukuman Allah.
Seperti dalam Kejadian 3:14-21 di mana di sana jelas ditunjukkan hukuman Allah
namun Hukuman Allah ini justru menjaga manusia agar manusia tidak kembali jatuh
lebih dalam dan bersahabat dengan si ular(3:15). Bahkan hukuman Allah kepada
manusia justru tidak menghilangkan rencana Allah dan tujuan Allah, bahkan sebaliknya
hukuman itu menolong manusia memenuhi rencana Allah dalam untuk bertambah
banyak, untuk memenuhi bumi (3:16), dan untuk mengelola bumi (3:17). Pola ini juga
muncul dalam Kejadian 11:9 dimana Allah bukan hanya menghukum manusia namun
Allah juga mengembalikan manusia untuk dapat memenuhi bumi dan Allah juga
memberikan nama kepada manusia namun dalam sebuah relasi yang benar dengan
Allah, yaitu dalam relasi perjanjian (Kej 9:9; 12:2).
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kisah menara Babel merupakan
gambaran dari pemberontakan total seluruh manusia terhadap Allah. Meskipun
demikian, pemberontakan manusia tidak akan pernah berhasil melawan kedaulatan
Allah. Selain itu, kisah menara Babel juga memberikan penekanan bahwa setiap
pemberontakan selalu menghasilkan hukuman, namun hukuman Allah juga disertai
dengan sebuah anugerah agar manusia dapat hidup lebih baik dan sesuai dengan rencana
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 19
Allah yang semula bagi manusia. Sehingga, sehingga dapat disimpulkan bahwa kisah
menara Babel ini merupakan puncak dari gambaran dunia yang jatuh dalam dosa (Kej
3) yang semakin meluas dan semakin berani untuk secara terus terang melawan Allah,
sekaligus kisah ini juga awal dari tindakan penyelamatan Allah yang telah dimulai di
Kejadian 3 dan semakin nyata nantinya dalam bentuk perjanjian dengan Abraham
dalam Kejadian 12.
VI. TINJAUAN TEOLOGIS
Ada empat tema teologis utama dalam pola yang berulang-ulang dan
berkesinambungan : Pertama, hakekat dan dampak dari kenyataan bahwa Allah adalah
pencipta; Kedua, akibat dosa yang mendalam; Ketiga, cara Allah menjatuhkan hukuman
atas dosa manusia dalam segala hal dan Keempat, anugerah-Nya yang mengherankan
yang memelihara ciptaan-Nya32.
Allah juga tidak mengijinkan pemberontakan manusia terjadi seperti zaman air
bah, tetapi dibalik itu ada rencana Tuhan akan anugerahNya yang besar dalam peristiwa
Pentakosta (Kis 2). Penggunaan berbagai Bahasa secara unik oleh Roh Kudus
memperlihatkan bahwa Injil yang dari segi budaya dan Bahasa tidak terbatas sama
sekali, diperuntukkan bagi semua orang dari segala bangsa. Pengharapan terbesar pada
akhir zaman diungkapkan oleh nabi Zefanya :”tetapi sesudah itu Aku akan memberikan
bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya mereka sekalian
memanggil nama TUHAN, beribadah kepadaNya dengan bahu membahu (3:9)33.
Kisah Menara Babel pada zaman permulaan menunjukkan penghakiman Allah
atas manusia tanpa ada kata anugerah. Apakah ini menunjukkan hubungan Allah
dengan bangsa-bangsa akhirnya terputus ?, apakah Allah telah menolak bangsa-bangsa
dalam kemurkaan-Nya selama-lamanya?. Pada akhirnya anugerah Allah dinyatakan
pada pemilihan dan pemberkatan Abraham. Inilah titik bertemunya sejarah zaman
permulaan dengan sejarah keselamatan dalam seluruh Perjanjian Lama. Namun sejarah
keselamatan itu tidak akan tergenapi sampai mencapai puncaknya dalam diri Putra
Abraham (Mat 1 :1), kematian dan kebangkitan-Nya akan memberikan kemenangan
atas dosa dan maut yang disebabkan oleh pelanggaran dan dosa umat manusia dari
berbagai bangsa didunia berhak memperoleh keselamatan.
Banyak pandangan yang berbeda mengenai mana yang terjadi terlebih dahulu
perserakan manusia atau pengacauan Bahasa. Nats mengatas “baiklah Kita turun dan
32 William Sanford Lasor, Pengantar PL I Taurat dan Sejarah (Jakarta : BPK. Gunung Mulia,
2001), hal 120
33 John J. Davis; Eksposisi Kitab Kejadian (Malang: Penerbit Gandum Mas,2014), hal 160
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 20
mengacaubalaukan di sana Bahasa mereka …,Demikianlah mereka diserakkan Tuhan
(wayyapes YHWH) dari situ ke seluruh bumi…” (ay.7,8). Menurut Jerry A. Grieve
dalam buku Eksposisi kitab Kejadian, oleh John J. Davis34 berpendapat bahwa “untuk
menimbulkan keanekaragaman Bahasa, pertama-tama Tuhan menyebabkan suatu
perserakan, maka peristiwa menara babel bukanlah pengacauan Bahasa, melainkan
perserakan manusia”.
BIBLIOGRAFY
Arnold G. Fruchtenbaum; Ariel’s Bible Commentary, The Book of Genesis (Publisher :
Ariel ministries, 2009)
Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor
University, 2008)
Bruce K. Waltke with Cathi J. Fredricks, Genesis: a Commentary (Michigan:
Zondervan, 3900 Sporks, Grand Rapids, 2001).
Claus Westermann, Genesis 1-11: a Continental Commentary (Minneapolis: Fortress
Press, 1994),
David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis
(Collegeville, Minnesota: The Liturgical, 2003).
Ernst Jenni dan Claus Westermann, Theological Lexicon of the Old Testament volume 2
(Peabody, Massachusetts : Hendrickson, 1997).
Francis Brown,dkk, Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,(Oxford:
Clarendon Express,1907).
Gary Edward Schnittjer, The Torah Story (Malang : Penerbit Gandum Mas, 2012).
Gordon J. Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1 (Dallas, Texas:
Word Books, 2002).
H.G.M. Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew
(London: T&T Clark, 1986).
Jasper Klapwijk, Kabar baik dari Perjanjian Lama (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2015).
John J. Davis; Eksposisi Kitab Kejadian (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2014).
J. Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis (New York: Scribner,
1910).
Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah (Jakarta: Yayasan Pancar Pijar
Alkitab,: Scripture Union Indonesia, 2010).
Nahum Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History
(New York: Schocken, 1970).
Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia, LAI
Richard L. Pratt, Jr; Ia berikan kisah-Nya (Jakarta: Penerbit momentum, 2014)
34 Ibid,hal 158
Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS
PESAT Ministry 21
Roy B. Zuck; A Biblical Theology of The Old Testament (Malang : Penerbit
Gandum Mas, 2005)
Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis.
Susan Brayford, Septuagint Commentary Series: Genesis (Leiden, Netherland:
Brill, 2007).
Thomas L. Brodie, Genesis As Dialogue; Aliterary, Historical and Theological
Commentary (New York: Oxford University Press, 2001).
Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew.
William Sanford Lasor, Pengantar PL I Taurat dan Sejarah (Jakarta : BPK. Gunung
Mulia, 2001).
Internet :
Disadur pada tanggal 12 september 2019,
www.freebiblecommentary.org/indonesian_bible_study.htm.
Disadur ada tanggal 12 september 2019, https://bible.org/seriespage/analisa-tulisan.

More Related Content

What's hot

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3Adam Hiola
 
Bertumbuh dalam kristus
Bertumbuh dalam kristus Bertumbuh dalam kristus
Bertumbuh dalam kristus gmahkjerusalem
 
Doktrin Keselamatan
Doktrin KeselamatanDoktrin Keselamatan
Doktrin KeselamatanSABDA
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2Adam Hiola
 
O tempo da profecia de daniel
O tempo da profecia de danielO tempo da profecia de daniel
O tempo da profecia de danielMoisés Sampaio
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9Adam Hiola
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2Adam Hiola
 
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11Adam Hiola
 
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13Adam Hiola
 
Parousia o arrebatamento da igreja
Parousia   o arrebatamento da igrejaParousia   o arrebatamento da igreja
Parousia o arrebatamento da igrejajonasfreitasdejesus
 
02 a criação dos céus e da terra
02  a criação dos céus e da terra02  a criação dos céus e da terra
02 a criação dos céus e da terraMárcio Martins
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4Adam Hiola
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10Adam Hiola
 

What's hot (20)

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 3
 
Bertumbuh dalam kristus
Bertumbuh dalam kristus Bertumbuh dalam kristus
Bertumbuh dalam kristus
 
Doktrin Keselamatan
Doktrin KeselamatanDoktrin Keselamatan
Doktrin Keselamatan
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 2
 
O tempo da profecia de daniel
O tempo da profecia de danielO tempo da profecia de daniel
O tempo da profecia de daniel
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 9
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2023 - Pelajaran 6
 
Panorama do AT - Oseias
Panorama do AT - OseiasPanorama do AT - Oseias
Panorama do AT - Oseias
 
DOCTRINA DE DIOS
DOCTRINA DE DIOSDOCTRINA DE DIOS
DOCTRINA DE DIOS
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 2
 
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2023 - Pelajaran 11
 
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2024 - Pelajaran 13
 
Panorama do AT - Josué
Panorama do AT - JosuéPanorama do AT - Josué
Panorama do AT - Josué
 
Parousia o arrebatamento da igreja
Parousia   o arrebatamento da igrejaParousia   o arrebatamento da igreja
Parousia o arrebatamento da igreja
 
One God Study
One God StudyOne God Study
One God Study
 
02 a criação dos céus e da terra
02  a criação dos céus e da terra02  a criação dos céus e da terra
02 a criação dos céus e da terra
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2022 - Pelajaran 5
 
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 1 2023 - Pelajaran 4
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2022 - Pelajaran 10
 
Soli Deo Gloria
Soli Deo GloriaSoli Deo Gloria
Soli Deo Gloria
 

More from Daniel Saroengoe

MENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptx
MENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptxMENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptx
MENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptxDaniel Saroengoe
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptxDaniel Saroengoe
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptxDaniel Saroengoe
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptxDaniel Saroengoe
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptxDaniel Saroengoe
 
ESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptx
ESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptxESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptx
ESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptxDaniel Saroengoe
 
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptxPOLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptxDaniel Saroengoe
 
TUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptx
TUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptxTUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptx
TUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptxDaniel Saroengoe
 
INTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptx
INTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptxINTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptx
INTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptxDaniel Saroengoe
 
TINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptx
TINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptxTINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptx
TINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptxDaniel Saroengoe
 
MEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptx
MEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptxMEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptx
MEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptxDaniel Saroengoe
 
Iman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptx
Iman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptxIman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptx
Iman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptxDaniel Saroengoe
 
Dibalik musibah ada berkat
Dibalik musibah ada berkatDibalik musibah ada berkat
Dibalik musibah ada berkatDaniel Saroengoe
 
Hati misi dan panggilan melayani
Hati misi dan panggilan melayaniHati misi dan panggilan melayani
Hati misi dan panggilan melayaniDaniel Saroengoe
 

More from Daniel Saroengoe (20)

MENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptx
MENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptxMENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptx
MENJADI TERANG SEPERTI YESUS BAGI DUNIA.pptx
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
 
ESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptx
ESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptxESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptx
ESENSI INJIL : BERITA INJIL BAGI DUNIA.pptx
 
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptxPOLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
 
TUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptx
TUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptxTUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptx
TUHAN IJINKAN MASALAH DALAM HIDUPMU.pptx
 
INTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptx
INTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptxINTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptx
INTEGRITAS DALAM PERKATAAN MENENTUKAN MASA DEPANMU.pptx
 
TINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptx
TINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptxTINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptx
TINGGALKAN MASA LALUMU, JANGAN MENENGOK KEBELAKANG.pptx
 
Teol Lukas.docx
Teol Lukas.docxTeol Lukas.docx
Teol Lukas.docx
 
METANOIA.pptx
METANOIA.pptxMETANOIA.pptx
METANOIA.pptx
 
PEMULIHAN HATI.pptx
PEMULIHAN HATI.pptxPEMULIHAN HATI.pptx
PEMULIHAN HATI.pptx
 
Agent of Change.pptx
Agent of Change.pptxAgent of Change.pptx
Agent of Change.pptx
 
MEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptx
MEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptxMEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptx
MEMBANGUN MEZBAH ELIA.pptx
 
Iman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptx
Iman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptxIman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptx
Iman Sebiji Sesawi vs Kurang Percaya.pptx
 
Firman menjadi manusia
Firman menjadi manusiaFirman menjadi manusia
Firman menjadi manusia
 
Dibalik musibah ada berkat
Dibalik musibah ada berkatDibalik musibah ada berkat
Dibalik musibah ada berkat
 
Hati misi dan panggilan melayani
Hati misi dan panggilan melayaniHati misi dan panggilan melayani
Hati misi dan panggilan melayani
 
Materi dasar pemuridan
Materi dasar pemuridanMateri dasar pemuridan
Materi dasar pemuridan
 

Recently uploaded

WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.MeidarLamskingBoangm
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 

Recently uploaded (13)

WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 

MENARA BABEL

  • 1. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 1 MENARA BABEL (KEJADIAN 11 : 1 – 9) DAN PERKEMBANGANNYA DALAM KITAB PENTATEUKH (SUATU STUDY EKSEGESIS DAN THEOLOGIS) I. PENDAHULUAN Perpisahandari bangsa-bangsamenjadi berkatmelalui satu bangsa Sesudah air bah, Allah tidak lagi berjalan dengan semua bangsa. Ia membiarkan mereka untuk sementara waktu dan mulai focus pada satu bangsa saja, yaitu keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Tetapi tujuan-Nya tidak berubah. Melalui jalan yang sempit ini, Allah akan memberkati segala bangsa. Tujuan dari Pasal 11 : 1 – 9 adalah untuk menjamin kelangsungan hidup dari keturunan perempuan (Kej 3 : 15) melalui Abraham kepada Israel, Tuhan menghancurkan kekuasaan dan kesatuan umat manusia keturunan ular1. Cerita menara Babel mengungkapkan secara pasti, bahwa para pendiri menara ini mempunyai satu tujuan :”marilah kita mencari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi (Kejv11 :4). Artinya mereka tidak mau mentaati mandat perjanjian Adam dari Allah : “penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kej 1 :28)2. Jelas bahwa keinginan mendirikan menara babel adalah sikap pemberontakan terhadap perjanjian Allah dimana manusia ingin menjadi penguasa yang menggantikan Allah sebagai penguasa tertinggi, tetapi oleh karena begitu besar kemurahan Allah terhadap pemberontakan manusia, sehingga Allah mau turun merendahkan diri, bertindak dan memulihkan kembali (mengintervensi) rencana manusia kepada jalur yang benar sesuai Grand Design Allah dalam Kejadian 1:28 1 Jasper Klapwijk, Kabar baik dari Perjanjian Lama (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015), hal 39 2 Roy Roy B. Zuck, A Biblical Theology of The Old Testament (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2005), hal 55
  • 2. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 2 II. TEKS DAN TERJEMAHAN KEJADIAN 11:1-9 A. PemberontakanManusia (Menentang Allah) (Kejadian 11 : 1 – 4) ‫ים׃‬ ִֽ ‫ד‬ָ‫ח‬ֲ‫א‬ ‫ים‬ ָ֖ ‫ר‬ ָ‫ב‬ ְ‫ּוד‬ ‫ת‬ָָ֑ ‫ח‬ ֶ‫א‬ ‫ָ֣ה‬ָ‫פ‬ ָ‫ש‬ ‫ץ‬ ֶ ‫ר‬ ָָ֖ ‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫י‬ ִ֥‫ה‬ ְ‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬ (Gen. 11:1 WTT) ‫ּו‬ ִ֥ ‫א‬ ְ‫צ‬ ְ ‫מ‬‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬ ‫ם‬ֶ‫ד‬ ֶָ֑ ‫ק‬‫מ‬ ‫ָ֣ם‬ָ‫ע‬ ְ‫ָס‬‫נ‬ ְ‫ב‬ ‫י‬ ָ֖‫ה‬ ְ‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬ ‫ָ֖ר‬ָ‫ע‬ְ‫נ‬‫ש‬ ‫ץ‬ ֶ ‫ר‬ ִֶ֥ ‫א‬ ְ‫ב‬ ‫ָ֛ה‬ָ‫ע‬ְ‫ק‬‫ב‬ ‫ם׃‬ ִָֽ ‫ש‬ ‫בּו‬ ְ ‫ִ֥ש‬‫י‬‫ו‬ (Gen. 11:2 WTT) ‫ָ֖ה‬ָ‫פ‬ ְ ‫ר‬ ְ ‫ש‬‫נ‬ְ‫ו‬ ‫ים‬ִ֔‫נ‬‫ב‬ְ‫ל‬ ‫ָ֣ה‬ָ‫נ‬ ְ‫ב‬ְ‫ל‬‫נ‬ ‫ה‬ ָ‫ב‬ ָָ֚‫ה‬ ‫הּו‬ ֵ֗ ‫ע‬‫ל־ר‬ ֶ‫א‬ ‫יש‬ ָ֣‫א‬ ‫ּו‬ ֞ ‫ר‬ ְ ‫ֹּאמ‬‫י‬‫ו‬ ‫ם‬ֶָ֖ ‫ָה‬‫ל‬ ‫ִ֥ה‬ָ‫י‬ָ‫ה‬ ‫ר‬ ִָ֔‫מ‬‫ח‬ָ֣‫ה‬ ְ‫ו‬ ‫בֶן‬ ִָ֔‫א‬ְ‫ל‬ ִ֙‫ָה‬‫נ‬‫ב‬ְ‫ל‬‫ה‬ ‫ם‬ֶֶ֤ ‫ָה‬‫ל‬ ‫י‬ִ֙‫ה‬ ְ ‫ת‬‫ו‬ ‫ָ֑ה‬ָ‫פ‬‫ר‬ ְ ‫ש‬‫ל‬ ‫ר׃‬ ֶ‫מ‬ ִֹּֽ‫ח‬‫ל‬ (Gen. 11:3 WTT) ‫ם‬‫י‬ ִ֔ ‫מ‬ ָ‫ש‬‫ב‬ ‫ֹו‬ ָ֣ ‫ֹּאש‬‫ר‬ ְ‫ו‬ ִ֙‫ל‬ָ‫ד‬ְ‫ג‬‫ּומ‬ ‫יר‬ ֵ֗ ‫ע‬ ‫ָ֣נּו‬ָ‫ֶה־ל‬‫נ‬ ְ‫ב‬‫נ‬ ‫ה׀‬ ָ‫ב‬ָָ֣ ‫ה‬ ‫ּו‬ ֞ ‫ר‬ ְ ‫ֹּאמ‬‫י‬‫ו‬ ‫ץ׃‬ ֶ ‫ר‬ ִָֽ ‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫ִ֥י‬‫נ‬ ְ‫ל־פ‬‫ע‬ ‫ּוץ‬ ָ֖‫ָפ‬‫נ‬‫פֶן־‬ ‫ם‬ָ֑‫ש‬ ‫ָ֖נּו‬ָ‫ה־ל‬ ֶ‫ֲש‬‫ע‬ִֽ‫נ‬ְ‫ו‬ (Gen. 11:4 WTT) 11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. 11:2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. 11:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala- gala sebagai tanah liat. 11:4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." B. Allah merendahkan Diri (Turun melihat) (Kejadian 11 : 5) ‫נָּ֖ו‬ָ‫ב‬ ‫ר‬ ִֶ֥ ‫ש‬ֲ‫א‬ ‫ל‬ָָ֑ ‫ד‬ְ‫ג‬‫מ‬‫ת־ה‬ ֶ‫א‬ְ‫ו‬ ‫יר‬ָ֖‫ע‬ָ‫ת־ה‬ ֶ‫א‬ ‫ת‬ ִֹּ֥‫א‬ ְ ‫ר‬‫ל‬ ‫ה‬ ִָ֔‫ו‬‫ה‬ ְ‫י‬ ‫ד‬ ֶ ‫ַֽר‬ָ֣‫י‬‫ו‬ ‫ם׃‬ ִָֽ ‫ד‬ ָ‫א‬ָ‫ה‬ ‫ִ֥י‬‫נ‬ ְ‫ב‬ (Gen. 11:5 WTT) 11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak- anak manusia itu, C. Intervensi Allah (Mengacaubalaukan)(Kejadian 11 : 6 – 9)
  • 3. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 3 ‫ָ֣ם‬ָ‫ל‬‫ח‬‫ה‬ ‫ָ֖ה‬ֶ‫ז‬ְ‫ו‬ ‫ם‬ ִָ֔‫ל‬ֻ‫כ‬ְ‫ל‬ ִ֙‫ת‬‫ח‬‫א‬ ‫ֶ֤ה‬ָ‫פ‬ ָ‫ש‬ְ‫ו‬ ִ֙‫ד‬ָ‫ח‬ ֶ‫א‬ ‫ֶ֤ם‬‫ע‬ ‫ָ֣ן‬‫ה‬ ‫ה‬ ֵָ֗‫ו‬‫ה‬ ְ‫י‬ ‫ר‬ ֶ‫אמ‬ָ֣ ֹּ‫י‬‫ו‬ ‫ֹות׃‬ ִֽ ‫ֲש‬‫ע‬ִֽ‫ל‬ ‫ּו‬ ָ֖ ‫ְמ‬‫ז‬ָ‫י‬ ‫ר‬ ִֶ֥ ‫ש‬ֲ‫א‬ ‫ל‬ ָֹּ֛‫כ‬ ‫ם‬ ִֶ֔‫ה‬‫מ‬ ‫ר‬ ָ֣‫צ‬ָ‫ב‬‫א־י‬ ִֽ ֹּ‫ל‬ ִ֙‫ה‬ ָ‫ת‬‫ע‬ְ‫ו‬ ‫ֹות‬ ָ֑ ‫ֲש‬‫ע‬‫ל‬ (Gen. 11:6 WTT) ‫יש‬ ָ֖‫א‬ ‫ּו‬ ִ֔ ‫ע‬ ְ ‫מ‬ ְ ‫ש‬‫י‬ ‫א‬ ָ֣ ֹּ‫ל‬ ִ֙‫ר‬ ֶ‫ש‬ֲ‫א‬ ‫ם‬ָָ֑ ‫ת‬ָ‫פ‬ ְ ‫ש‬ ‫ם‬ָָ֖ ‫ש‬ ‫ִ֥ה‬ָ‫ל‬ ְ‫ָב‬‫נ‬ְ‫ו‬ ‫ה‬ ִָ֔‫ד‬ ְ ‫ַֽר‬ִֽ‫נ‬ ‫ה‬ ָ‫ב‬ ָָ֚‫ה‬ ‫הּו׃‬ ִֽ‫ע‬‫ר‬ ‫ִ֥ת‬‫פ‬ ְ ‫ש‬ (Gen. 11:7 WTT) ‫ּו‬ ָ֖‫ל‬ ְ‫ד‬ ְ‫ח‬‫ַֽי‬ִֽ‫ו‬ ‫ץ‬ ֶ ‫ר‬ ָָ֑ ‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫ָ֣י‬‫נ‬ ְ‫ל־פ‬‫ע‬ ‫ם‬ָָ֖ ‫ש‬‫מ‬ ‫ם‬ָָ֛ ‫ת‬ֹּ‫א‬ ‫ִ֥ה‬ָ‫הו‬ ְ‫י‬ ‫ץ‬ֶ‫פ‬ִָ֙‫י‬‫ו‬ ‫יר׃‬ ִֽ‫ע‬ָ‫ה‬ ‫ת‬ִֹּ֥‫נ‬ ְ‫ב‬‫ל‬ (Gen. 11:8 WTT) ‫ָ֣ת‬‫פ‬ ְ ‫ש‬ ‫ָ֖ה‬ָ‫הו‬ ְ‫י‬ ‫ִ֥ל‬‫ל‬ָ‫ב‬ ‫ם‬ָָ֛ ‫י־ש‬‫כ‬ ‫ל‬ ִֶ֔‫ב‬ָ‫ב‬ ִ֙‫ה‬ ָ‫מ‬ ְ ‫ש‬ ‫א‬ ֶָ֤ ‫ר‬ ָ‫ק‬ ‫ן‬ ֞‫ל־כ‬‫ע‬ ‫פ‬ ‫ץ׃‬ ֶ ‫ר‬ ִָֽ ‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ ‫ָ֖י‬‫נ‬ ְ‫ל־פ‬‫ע‬ ‫ה‬ ִָ֔‫ו‬‫ה‬ ְ‫י‬ ‫ם‬ָָ֣ ‫יצ‬‫ֱפ‬‫ה‬ ִ֙‫ם‬ ָ‫ש‬‫ּומ‬ ‫ץ‬ ֶ ‫ר‬ ָָ֑ ‫א‬ָ‫ָל־ה‬‫כ‬ (Gen. 11:9 WTT) 11:6 dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan,tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. 11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." 11:8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. 11:9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi. III. GARIS BESAR EKSEGESIS  PEMBERONTAKANMANUSIA (MENENTANG ALLAH) A. SELURUH BUMI SATU BAHASANYA (1) * Seluruh bumi satu bahasa dan satu logatnya B. MAKA BERANGKATLAH MEREKA (2) * Berangkat kesebelah timur * menjumpai tanah datar di tanah sinear *menetap disana C. BERKATA-KATA TERHADAP YANG LAIN (3) * Berkata-kata seorang kepada yang lain D. MARILAH MEMBUAT BATU BATA (3) * Membuat batu bata dan membakarnya * dipakai mereka sebagai batu ter gala-gala sebagai tanah liat E. KITA DIRIKAN BAGI KITA (4) * mari kita dirikan bagi kita F. KOTA DAN MENARA (5) * sebuah kota dengan sebuah menara * puncaknya sampai ke langit * kita cari nama * supaya kita jangan terserak keseluruh bumi
  • 4. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 4  ALLAH TURUNMELIHAT(MERENDAHKANDIRI) X. TUHAN TURUN UNTUK MELIHAT (5-6) * melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak manusia * mereka semua satu bangsa dengan satu bahasa * apapun yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak dapat terlaksana  INTERVENSIALLAH (MENGACAUBALAUKAN) F’. KOTA DAN MENARA (5) E’. YANG DIDIRIKAN OLEH ANAK MANUSIA (5) D’. MENGACAUBALAUKAN MEREKA (7) * Baiklah Kita turun mengacaubalaukan bahasa mereka C’. TIDAK MENGERTI BAHASA MASING-MASING (7) * mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing B’ MAKA PERGILAH MEREKA DARI SANA (8) * mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi * mereka berhenti mendirikan kota itu A’. BAHASA BEREBEDA-BEDA (9) * namanya disebut Babel * TUHAN mengacaubalaukan bahasa seluruh bumi * mereka diserakkan TUHAN keseluruh bumi GARIS BESAR FINAL Dari struktur teks Kejadian 11 : 1-9 dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu : A. Pemberontakan Manusia (Kej 11 : 1-4), mengisahkan mengenai usaha pemberontakan manusia. manusia menentang perintah Allah untuk bertambah banyak dan memenuhi karena mereka ingin membuat suatu nama untuk diri mereka sendiri. Mereka bertekad menegakkan nama mereka dengan membangun sebuah menara yang menjulang tinggi sampai ke langit B. Allah merendahkan diri, Sifat Allah yang Antropomorfik (Kej 11 : 5). Ketika seluruh bangsa memiliki tujuan yang sama mengarah ke atas, kecilnya kuasa bangsa manusia diperlihatkan dalam gerakan antropomorfik yang menurun dari Allah. Penggunaan ruang narasi yang efektif mempertentangkan puncak pencapaian mereka sebagai sesuatu yang membuat Allah perlu turun dan melihat. Dalam kasus ini, titik baliknya adalah bahwa Allah perlu merendahkan diri ke posisi rendah kepada manusia untuk melihat apa yang mereka sudah
  • 5. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 5 lakukan. Ini adalah sangat antropomorfis, dan Allah turun sebagai tindakan Anugerah-Nya kepada manusia (bnd. Kej. 18:21; Kel. 3:8)3. C. Intervensi TUHAN (Kej 11 : 6-9), mengisahkan intervensi TUHAN yang mengembalikan manusia pada jalur seharusnya sesuai dengan Grand Design Allah dalam Kejadian 1 : 28. Allah menghukum manusia dengan mengacaukan Bahasa mereka, maka mereka terserak. Efek retoris dari membaca teks ini dalam Bahasa ibrani mencakup cara semi-pemelintiran-lidah yang dengannya teks ini ditulis. Keseluruhan teks dipadati huruf-huruf b (b), l (l) dan r (r). permainan kata dalam teks ini mencakup permainan tentang nama Babel dengan istilah ibrani untuk “dikacaukan” (bā lal). Perhatikan permainan kata yang menuju klimaks :”baiklah kita turun dan mengacaubalaukan di sana Bahasa mereka …”. Itulah sebabnya sampai sekarang kota itu disebut Babel, karena disitulah dikacaubalaukan Tuhan Bahasa seluruh bumi4. IV. STRUKTUR TEKS Struktur Struktur adalah pengaturan atau organisasi dari teks. Ini harus dibedakan dari structuralism dalam pengertian teknis dari kata itu, karena itu suatu pendekatan yang berbeda yang membawa penelitian kedimensi yang berbeda. Saat kita mempelajari struktur dari suatu bagian kita berurusan dengan tingkatan yang lebih tinggi dari suatu karya. Berikut ini adalah beberapa hal yang digunakan untuk menganalisa struktur. 1. Struktur Teks Inversi (Chiasm) Struktur Inversi adalah pengaturan materi secara parallelism untuk menunjukkan cermin setengah cerita awal dengan yang selanjutnya untuk menunjukkan titik balik dari cerita dimana X merupakan turning pointnya5. Berdasarkan buku David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis yaitu;6 dapat dilihat struktur teks Inversi. 3 Tafsiran oleh Bob Utley dalambuku KEJADIAN 1 – 11 (Genesis 1 – 11 Bible Commentary, Indonesian Version yangdikutip dalamtulisannya di BibleCommentary Indonesian Version pada www.freebiblecommentary.org, hal 116. 4 Gary Edward Schnittjer, The Torah Story (Malang : Penerbit Gandum Mas,2012), hal 108 5 Disadur pada tanggal 12 september 2019, https://bible.org/seriespage/analisa-tulisan.html 6 David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis (Collegeville, Minnesota:The Liturgical, 2003), hal 70.
  • 6. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 6  Versi Lingkaran Berpusat A: adapun seluruh bumi satu Bahasa (1) B: Maka berangkatlah mereka (2) C: Berkata terhadap yang lain (3a) D: Marilah membuat batu bata (3b) E: marilah kita dirikan bagi kita (4a) F: sebuah kota dan sebuah menara (4b) X: Lalu turunlah Allah (5a) F’: Kota dan menara (5b) E’: yang didirikan oleh anak manusia (5c) D’: mengacaubalaukan mereka (7a) C’: tidak mengerti bahasa masing-masing (7b) B’: maka pergilah mereka dari sana (8) A’: bahasa yang berbeda-beda (9) Dalam struktur ini Cotter menjelaskan bahwa puncak dari narasi kejadian 11 : 1- 9 ini adalah ketika turunnya Allah. Dengan melihat A-F merupakan Proses dari usaha aktualisasi oleh bangsa babel yang kemudian dalam puncaknya (X) Allah melihat bahwa aktualisasi yang dilakukan oleh bangsa babel ini tidaklah berkenan dengan kehendak-Nya. Jika kita membaca dari Pasal 9 maka kita mendapat kesimpulan sebab Allah tidak menghendaki bangsa babel, Namun dalam perikop pasal 11 ini dapat berfokus kepada sifat pencapaian diri yang dilakukan oleh bangsa babel sehingga dengan melihat F’-A’ Allah sehingga dalam keseluruhan struktur ini dapat mengambil keputusan bahwa terjadi pembalikan stuasi oleh Allah. Begitu juga dalam buku Cotter ini juga digambarkan sebuah struktur yang menjelaskan tentang bagaimana persaingan antara kehendak manusia (Kej 11:1-4) dan kehendak TUHAN (Kej 11:5-9) yang bersaing untuk mencapai tujuannya masing-masing. Dan jelas dalam bagian ini, kehendak TUHAN menjadi pemenang dan menggagalkan kehendak manusia. Dalam bagian ini, fokusnya pada perbandingan alur narative dan struktur penyusunan yang coba memperlihatkan pertentangan dua kehendak ini. Pertentangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.7 7 David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis (Collegeville, Minnesota:The Liturgical, 2003), hal 69
  • 7. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 7  Versi Symmetrical Parallels A. Satu bahasa dan satu logatnya (1) B. Marilah kita membuat (3) C. Marilah kita mendirikan (4a) D. Marilah kita mencari nama (4b) E. Jangan kita terserak ke seluruh bumi (4c) A’ Satu bangsa satu bahasa (6) B’ Marilah kita (7) C’ Mereka berhenti mendirikan (8) D’ Namanya Babel (9) E’ Diserakkan TUHAN ke seluruh bumi (9) Pada bagian ini Cotter menggambarkan aksi Allah dan Manusia secara paralel, dimana struktur ini menyoroti pertentangan yang dilakukan Allah kepada bangsa babel. Sehingga tampak jelas bahwa Allah tidak mendukung perbuatan bangsa babel dalam membangun menara tersebut. Dan struktur ini mendukung struktur yangpertama dimana pembalikan situasi terjadi ketika Allah turun dan segala keinginan bangsa babel tidak 2. Struktur Simetris8 Penulis-penulis Perjanjian Lama cenderung menata perikop-perikop tersebut secara simetris, untuk memahami struktur simetris ini perlu melakukan tiga dasar pemikiran : Awal dan akhir (beginning and ending), Pola tiga babak (tripartite design) dan Fase (phase).untuk melihat simetris dasar dari sebuah kisah, akan sering membantu kita bila kita memecah teks menjadi unit-unit yang lebih besar menjadi adegan-adegan, bila mengamati kedinamisan menyeluruh dari sebuah kisah adegan tersebut sering cocok menjadi satu fase. Kisah Menara Babel (Kej 11 : 1-9) menunjukkan manfaat mengategorikan adegan- adegan menjadi fase-fase. Dapat dilihat dari Sembilan episode ini menjadi lima fase : 8 Richard L. Pratt, Ia berikan kisah-Nya (Jakarta: Penerbit Momentum, 2014), hal 216
  • 8. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 8 Awal (11:1-2) Tengah (11:3-7) Akhir (11:8-9) V. TAFSIRAN KEJADIAN 11:1-9 1. (Kejadian 11:1) Kej 11:1a dalam septuaginta ada penambahan kata πᾶσιν yang memberi indikasi “untuk semua”. Dalam hal ini, kata πᾶσιν memiliki arti keseluruhan, bukan sebagian. Kej 11:1b kata ‫ים‬‫ד‬ָ‫ח‬ֲ‫א‬ lebih merujuk kepada kata “satu dan sama” daripada “beberapa”9. Kata ‫י‬ְ‫ו‬ ‫הי‬ dalam bagian ini menggunakan bentuk imperfect yang memberikan nuansa 9 Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia, LAI Fase Satu (11:1-2) Manusia di satu tempat dgn satu bahasa Adegan Satu (11:1) Manusia menggunakan satu Bahasa Adegan Dua (11:2) Manusia di satu tempat Fase dua (11:3-4) Manusia mendirikan menara Fase tiga (11:5) Allah turun melihat Fase empat (11:6-7) Allah menghentikan Adegan tiga (11:3a) Rencana membuat batu bata Adegan empat (11:3b) Bahan material dideskripsikan Adegan lima (11:4) Rencana mendirikan Adegan enam (11:5) Allah turun melihat Adegan tujuh (11:6-7) Allah menghentikan Fase lima (11:8-9) Allah mengacaukan manusia Adegan delapan (11:8) Manusia diceraiberaikan Adegan Dua (11:9) Menara dan kota di olok-olok
  • 9. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 9 sebuah kejadian yang pernah terjadi di masa lampau dan sudah diselesaikan di masa lampau. Kemudian frasa ‫ָש‬ ‫ָפה‬ ‫ֶא‬ ‫ָחת‬ ‫ד‬ְ‫ּו‬ ‫רים‬‫ָב‬ ‫ֲא‬ ‫דים‬‫ָח‬ seringkali dilihat berhubungan dengan kisah sebelumnya, yaitu kisah Nuh dimana TUHAN menghancurkan seluruh umat manusia dengan banjir besar dan menyisakan Nuh dan anak-anaknya (Kej 6-10). Hal ini membuat beberapa penafsir seperti Bruce K. Waltke juga melihat bahwa ada masa dimana kemungkinan bahwa seluruh dunia memiliki satu bahasa dan perbendaharaan kata yang sama10. Menambahkan hal ini, Nahum Sarna menunjukkan bahwa dalam mitologi sumeria ditunjukkan adanya indikasi bahwa pada tahun 2000 SM ada seluruh dunia menggunakan satu bahasa11. Meski demikian, ada juga pandangan lain seperti Westermann dan Brodgie yang melihat pada Kejadian 10 yang menunjukkan bahwa sudah ada pemisahan bahasa dan kemungkinan dalam Kejadian 11 hanyalah sebagian daerah saja atau bahkan Kejadian 11 adalah bagian dari kisah mitos untuk melengkapi dan menjawab mengapa ada perbedaan bahasa12. Salah satu pernyataan Westermann adalah pada penelitian kata ‫י‬ְ‫ו‬ ‫הי‬ yang diterjemahkan sebagai “once upon a time” yang biasa digunakan dalam cerita dongeng yang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. Meskipun demikian, dapat dilihat dari kesatuan teks baik antara Kejadian 10 dan 11 menunjukkan bahwa kejadian 11 merupakan kelanjutan dari keturunan Nuh yang lebih mudah dipahami jika mereka memiliki satu bahasa yang sama dibandingkan mengembangkan bahasa masing-masing. Sehingga dalam ayat 1 ini penekanan pada kesamaan bahasa dan logat menjadi pusat dari bagian ini.13 2. (Kejadian 11:2) Kata ‫ם‬ָ‫ע‬ ְ‫ָס‬‫נ‬ ְ‫ב‬ memiliki parsing Preposisi + Qal infinitive construct + suffix orang ke-3 maskulin Jamak. Pronoun suffix ini merujuk kepada kolektif noun dari ‫ָל‬‫כ‬ yang berarti semua (Kej 11:1). Kata ‫ה‬ ָ‫ע‬ְ‫ק‬‫ב‬ jika diparsing memiliki term noun feminin singular, hal ini memberi nuansa tujuan kepada kata ‫אּו‬ ְ‫צ‬ ְ ‫מ‬‫י‬‫ו‬ yang menggunakan kata kerja 3 10 Bruce K. Waltke with Cathi J. Fredricks, Genesis: A Commentary (Michigan: Zondervan, 3900 Sporks, Grand Rapids, 2001), hal 178 11 Nahum Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History (New York: Schocken, 1970), hal67 12 Claus Westermann, Genesis 1-11: a Continental Commentary (Minneapolis: Fortress Press, 1994), hal 197 13 Ibid, hal 543.
  • 10. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 10 maskulin jamak, hal menunjuk pada kegiatan mencari yang dilakukan oleh semua manusia di dunia (‫ָל‬‫כ‬ ). Sehingga bisa ditafsirkan bahwa semua orang pada waktu itu memiliki satu tujuan yang sama yaitu ‫ה‬ ָ‫ע‬ְ‫ק‬‫ב‬ . Hal ini menekankan sebuah kesatuan yang kuat dari semua manusia. Sedangkan kata ‫שבּו‬ְּ‫וי‬ ‫ָשם‬ merujuk kepada ‫רץ‬ ֶ‫א‬ֶ‫ְב‬ּ ‫ָער‬ְ‫שנ‬ yang menjelaskan penekanan ulang tentang kejadian ini terjadi di bumi, di suatu daerah yang pasti dan dikenal oleh pembaca. Hal ini memberikan indikasi bahwa diyakini secara faktual bahwa kejadian ini bukanlah cerita dongeng namun sesuatu yang accessable untuk dicek kebenarannya sehingga kisah ini layak untuk dipercayai kebenaran dan pesan teologisnya. 3. (Kejadian 11:3) Kata ‫בה‬ָ‫ָה‬ yang diikuti dengan bentuk kata kohortatif memberikan nuansa sebuah “expresses intention or desire.” Mengungkaapkan tujuan dan hasrat14. Yang menunjukkan sebuah keinginan bersama dari manusia (‫איש‬) untuk merancangkan sesuatu yang berkaitan dengan bagian selanjutnya di ayat 3b maupun ayat 4. Selain itu, dalam bagian selanjutnya dari Kejadian 11:3b oleh Word Biblical Commentary yang melihat adanya chiastik dan permainan kata di bagian ayat 3b ini, Wenham mengatakan “the whole comment combines a tight chiasm: “for them brick” // “asphalt for them,” with ingenious word play: lĕbēnāh/lĕ˒aāben//haḥēmār/lahōmer”15. Permainan kata dan chiastik ini menekankan signifikansi dari n.b.l yang merujuk kepada ayat 7 dan 9. Selain permainan kata dan chiastik yang ditunjukkan, hal menarik dari bagian ini adalah perbedaan antara legenda babylonia dan kisah menara Babel yang tercatat dalam alkitab. Skinner mencatat bahwa “Kisah menara Babel adalah legenda pertama yang menceritakan mengenai pembuatan batu bata dan pembangunan menara menggunakan batu bata tersebut. Sebab dalam naskah babilonia tentang penciptaan dikatakan bahwa waktu itu “no brick was laid, no brick-mould (nalbantu) formed” hal ini menunjukkan bahwa legenda tersebut dibentuk di jaman yang lebih familiar dengan bangunan dari 14 H.G.M. Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew (London: T&T Clark, 1986), hal 158 15 Gordon J. Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1 (Dallas, Texas: Word Books, 2002), hal 239.
  • 11. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 11 batu16. Hal ini kemungkinan ditulis secara sengaja oleh Musa bukan saja untuk menjadikan itu familiar dengan kehidupan bangsa Israel yang pada jaman tersebut baru keluar dari perbudakan di Mesir yang cukup familiar dengan bangunan terbuat dari batubata (Kel 1:14), namun juga menunjukkan keseriusan manusia dalam perencanaan serta prosesnya. Oleh karena itu, ini menggambarkan secara mendetail mengenai batu bata yang dibakar dengan baik (Kej 11:3a) dan pembuatan tergala-gala atau sejenis aspal sebagai perekat atau semen bagi batu bata tersebut (Kej 11:3b). 4. (Kejadian 11:4) Dalam bagian ini, kembali muncul bentuk format kata ‫בה‬ָ‫ָה‬ yang diikuti dengan bentuk kata kohortatif, hal ini mengingatkan kepada ayat 3 yang menggunakan nuansa yang sama. Pengulangan ini bisa menjadi sebuah bentuk repetition bertingkat, dimana pada bagian ini menunjukkan sesuatu keinginan dan hasrat yang lebih mendalam. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan ayat 3 dan ayat 4 dimana ayat 3 banyak berbicara tentang proses pembentukan material, sedang diayat 4 banyak berhubungan dengan pencarian nama dan keinginan untuk bersatu (Kej 11:4b). Yang menarik dan menjadi konflik utama dari kisah menara Babel adalah dalam ayat 4b ini. Frasa ‫נ‬‫ְו‬ ‫ֲע‬ ‫ֶשה־‬ ‫ָלנּו‬ ‫שם‬ּ ‫ָנפּוץ‬‫־‬‫ֶפן‬ ‫על־‬ ‫ני‬‫ְפ‬ ‫ָכל־‬ ‫ָה‬ ‫רץ‬ ֶ‫ָא‬ dalam ayat 4b menjadi motif utama dari pembangunan menara Babel. Awalan konjungtif + Imperfek dari kata ‫נ‬‫ְו‬ ‫ֲע‬ ‫ֶשה‬ memiliki nuansa berbeda daripada Kejadian 11:1. Pada bagian ini awalan konjungtif + Imperfek menunjukkan nuansa harapan akan sesuatu yang terjadi di waktu yang akan datang, sifatnya futuristik. Sehingga frasa ‫ָנפּוץ‬‫־‬‫ֶפן‬ cenderung diterjemahkan dengan kata “supaya” yang menunjukkan adanya harapan akan sesuatu yang terjadi nantinya dari tindakan yang dikerjakan. Dari sisi lain, Brodie melihat ayat 4b ini merupakan sebuah gema yang berlawanan dengan perintah TUHAN dalam Kejadian 1:26. Brodie menyatakan, “The pretentious decision to build to the skies, “Let us bake bricks... Let us build ourselves... Let us make ourselves a name” (11:3–4) contains a distorted echo 16 J. Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis (New York: Scribner, 1910), hal 225
  • 12. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 12 of God's original decision tomake humankind (“Let us make humankind in our own image,” 1:26)”17. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia ingin melawan kehendak TUHAN dengan menjadikan dirinya yang utama. Hal ini menunjukkan motif yang sama dengan perlawanan Adam dan Hawa dalam Kejadian 3:5 yang diakibatkan karena keinginan manusia untuk menjadikan diri mereka sebagai ALLAH bagi diri mereka sendiri. Keinginan manusia untuk berotoritas dan tidak mau tunduk juga dilihat dari argumentasi Sarna mengenai kaitan antara nama dan pembuatan menara. Dalam dunia kuno pembuatan menara(ziggurat) atau bangunan tinggi ini bukan hanya untuk menyenangkan para dewa namun juga menunjukkan kekuasaan dan keagungan dari raja yang membangun bangunan tersebut, sebab biasanya nama mereka akan dicatat dalam lempeng batu bata atau meterai silinder18. Hal ini jelas menunjukkan keinginan untuk meninggikan diri. Hal ini nampaknya memiliki hubungan dengan janji Allah pada Abraham dalam Kejadian 12:2-3, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orangorang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Dalam keterkaitan dengan bagian ini, nampaknya Kejadian secara sengaja mencatat Kejadian 11:4 dan Kejadian 12:2 dengan penekanan kepada kata ‫שם‬ּ . Hal ini bertujuan untuk membandingkan usaha manusia dan anugerah ALLAH. Sehingga bisa disimpulkan bahwa nama atau kemasyuran bukanlah hasil dari pencapaian usaha manusia, namun anugerah ALLAH, sehingga tidak ada seorangpun yang boleh meninggikan dirinya. Hal ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam Matius 23:12 “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Jelas bahwa Alkitab menunjukkan bahwa kesombongan dalam diri manusia adalah musuh utama Allah dan senjata ampuh dari dosa. Selain itu, kata ‫־‬ menurut Brayford memberikan makna bahwa “the dispersal 17 Thomas L. Brodie, Genesis As Dialogue; Aliterary, Historical and Theological Commentary (New York: Oxford University Press, 2001), hal 199 18 Nahum Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History (New York: Schocken, 1970), hal 75
  • 13. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 13 would be something done to them, rather than something they want to avoid”19. Hal ini mengindikasikan kepada Kejadian 1:28 dimana manusia dituntut Allah untuk menyebar dan memenuhi bumi. Dan secara sengaja ini menunjukkan bahwa manusia yang semula di Kejadian 10 sudah menyebar kini secara sengaja menjadi satu untuk menegakkan nama mereka sendiri dan menyatakan deklarasi pemberontakan kepada perintah ALLAH dalam Kejadian 1:28. 5. (Kejadian 11:5) Dalam nuansa ini, menekankan bagaimana Allah yang ada di atas itu memberikan perhatian lebih sehingga Ia mau turun dan memperhatikan tingkah laku dan buah karya manusia (Kej 11:5). Dalam kata ‫ירד‬ memiliki makna “untuk turun” 20 yang secara harafiah menunjuk kepada turun, namun disisi lain juga menunjukkan nuansa kerendahan hati. Hal ini menjadi permainan makna yang menarik bahwa ketika manusia mencoba membangun sesuatu untuk meninggikan dirinya, Allah justru merendahkan dirinya untuk manusia. Dalam ayat ke 5 ini juga, dengan kata ‫ֶרד‬‫וי‬ yang menggunakan bentuk Qal imperfek 3 MS dengan nuansa apocopated, dimana dalam Lambdin dijelaskan bahwa imperfek apocopated biasa digunakan sebagai tanda metaphorical meaning21. Dalam nuansa ini, ditekankan bagaimana Allah yang ada di atas itu memberikan perhatian lebih sehingga Ia mau turun dan memperhatikan tingkah laku dan buah karya manusia (Kej 11:5). Dalam kata ‫ירד‬ memiliki makna “to descend”22, yang secara harafiah menunjuk kepada turun, namun disisi lain juga menunjukkan nuansa kerendahan hati. Hal ini menjadi permainan makna yang menarik bahwa ketika manusia mencoba membangun sesuatu untuk meninggikan dirinya, Allah justru merendahkan dirinya untuk manusia. Hal ini mengingatkan mengenai kisah Kenosis dalam Filipi 2:6-8, dimana Paulus mengingatkan jemaat di Filipi agar tidak menjadi sombong dan merasa 19 Susan Brayford, Septuagint Commentary Series: Genesis (Leiden, Netherland: Brill, 2007), hal 286 20 Francis Brown,dkk, Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,(Oxford:Clarendon Express,1907). hal. 575 21 Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew, hal 126 22 Ernst Jenni dan Claus Westermann, Theological Lexicon of the Old Testament volume 2 (Peabody, Massachusetts:Hendrickson, 1997), hal 750
  • 14. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 14 diri paling benar, sebaliknya haruslah mereka mengikuti teladan Kristus yang merendahkan diriNya. Namun disisi lain, kata turun ini juga menunjukkan sebuah ironi yang dimana Waltke mengutip komentar dari Sarna yang menyatakan “This figurative usage implies no limitation on God’s omnipotence, for the divine ‘descent’ presupposes prior knowledge of human affairs from on high, and God’s subsequent counteraction unqualifiedly exhibits His absolute sovereignty”23. Hal ini menunjukkan sebuah bentuk tindakan tandingan Allah yang Maha Kuasa terhadap tindakan manusia yang tak berharga. Dalam hal ini, penulis kitab Kejadian ingin menekankan bahwa apa yang paling hebat yang bisa dilakukan manusia tetap merupakan sesuatu yang kecil dibandingkan kemahakuasaan Allah24. 6. (Kejadian 11:6) Dalam bagian ini menunjukkan bahwa kata ‫ם‬‫ע‬ muncul pertama kalinya di Alkitab dan dalam kitab Kejadian ada dalam ayat ini,25 yang memberikan penekanan kepada satu bangsa. Kata ini merujuk kepada seluruh manusia dalam ayat 1. Sehingga bisa disimpulkan bahwa tadinya manusia yang tersebar kini sudah berkumpul dan sudah menjadi satu bangsa yang bertekad bersama untuk melawan Allah. Penekanan pada kata “satu” juga menjadi sebuah permainan kata yang menarik. Jika dihitung dari kata satu muncul 4 kali secara literal dengan diwakili kata ‫א‬ sedang di bagian lain menggunakan kata ‫א‬ yang mewakili seseorang atau satu pribadi. Sehingga bisa dilihat bahwa penekanan pada keinginan untuk menjadi satu adalah pusat dari berita menara Babel. Dalam hal ini, penafsiran Brueggemann yang menyatakan bahwa “The unity willed by God is that all humankind shall be in covenant with him (9:8-11) and with him only, responding to his purposes, relying on his life-giving power”26. Sehingga bisa 23 Bruce K. Waltke with Cathi J. Fredricks, Genesis: a Commentary (Michigan: Zondervan,3900 Sporks, Grand Rapids, 2001), hal 180 24 Bandingkan dengan Fruchtenbaum, The Book of Genesis, 223-224. Menyatakan “Here the authoruses anthropomorphic satire,to satirize what puny man is trying to do. No matter how high man towered, God. Arnold G. Fruchtenbaum; Ariel’s BibleCommentary, The Book of Genesis (Publisher : Ariel ministries,2009) 25 Francis Brown,dkk, Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,(Oxford:Clarendon Express,1907), Hal. 132 26 Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor University, 2008), hal 568
  • 15. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 15 dikatakan bahwa keinginan menjadi satu bukanlah sebuah kesalahan di dalam dirinya, namun keinginan menjadi satu harus di dasarkan pada institusi perjanjian yang Allah sudah tetapkan dengan Allah dan untuk memenuhi tujuan Allah dan bukan untuk kepentingan dan kemuliaan manusia pribadi. Di bagian selanjutnya, frasa ‫ֲעשֹות‬‫ל‬ ‫תה‬ָ‫ע‬‫ְו‬ּ ‫צר‬‫ָב‬‫ֹּא־י‬‫ל‬ menurut Skinner bagian ini memiliki makna bahwa “The reference is not merely to the completion of the tower, but to other enterprises which might be undertaken in the future”27. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebuah kemungkinan pemberontakan- pemberontakan yang terus menerus akan terjadi dan diciptakan oleh manusia secara sengaja untuk melawan Allah. Sehingga dalam bagian selanjutnya, Allah secara intensif dan penuh intervensi mengambil tindakan untuk menghentikan usaha manusia ini agar manusia tidak semakin jatuh dalam pemberontakan dan semakin menjauh dari rencana Allah yang Allah telah tetapkan bagi manusia ciptaanNya (bandingkan Kej 11:7-9 dan Kej 1:28). 7. (Kejadian 11:7) Dalam ayat ke 7 ini, ada sebuah permainan kata dan pengulangan kata. Diawal ayat ini muncul kata ‫בה‬ָ‫ָה‬ + cohortative yang merujuk kepada bagian sebelumnya di ayat 3 dan 4, hal ini menunjukkan bahwa ayat 7 merupakan respon Allah terhadap tindakan manusia di ayat 3 dan 4. Pada ayat 7 juga muncul kata ‫דה‬ ָ ‫ר‬ ְּ‫נ‬ yang berasal dari kata ‫ירד‬ yang mengulang dari ayat 5. Hal ini menunjukkan sebuah penekanan bahwa Allah yang tadi dari atas kemudian harus turun untuk melihat apa yang manusia lakukan, dan Allah yang sudah turun ini harus turun sekali lagi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa adanya jarak yang jauh antara tempat manusia, antara menara yang manusia anggap mencapai langit, namun dalam kenyataannya Allah harus turun dan kembali perlu lebih turun lagi untuk dapat lebih dekat dengan manusia. Setelah Allah turun, lalu dikatakan Allah mengacaukan bahasa mereka agar mereka tidak bisa mendengar satu dengan yang lain. Jika dilihat dari kata ‫מעּו‬ ְ ‫ְש‬‫י‬ yang memiliki arti mendengar, kata ini unik sebab menggunakan awalan yigtol 3mp Qal imperfect yang merujuk kepada makna mendengar yang bukan hanya sekedar mendengar namun mendengar dengan sense of 27 Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis. hal 227
  • 16. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 16 meaningfully28.27 Hal ini ingin menunjukkan bahwa Allah bukan hanya sekedar mengacaukan bahasa namun pemahaman mereka dalam berkomunikasi agar manusia sadar akan keterbatasan mereka untuk memahami sesama mereka, apalagi untuk memahami atau bahkan ingin menyamai Allah (Kejadian 3:5; 11:4). Selain itu, untuk pertama kalinya dalam bagian ini muncul kata ‫לה‬ָ‫ְב‬ָ‫נ‬‫ְו‬ּ dari akar kata ‫בלל‬ yang merupakan pembalikan susunan huruf mati dari kata ‫ָה‬‫נ‬‫ב‬ְ‫ְל‬‫נ‬ dalam ayat 3 yang menunjukkan bahwa jika manusia ingin membangun namanya sendiri, maka Allah dalam ayat 7 mampu mengacaukan semua yang Allah tidak kehendaki ada. Menurut Longman, “pembalikan ini secara sengaja dilakukan untuk menunjukkan pembalikan yang dihasilkan oleh hukuman Allah terhadap rencana para pemberontak tersebut”29. Kata ‫ה‬ ָ‫ב‬ָ‫ה‬ yang diikuti dengan bentuk kata kohortatif berarti kata “Marilah” memberikan nuansa sebuah “mengungkapkan tujuan dan hasrat.” Yang menunjukkan sebuah keinginan bersama dari manusia (‫יש‬‫א‬ ) untuk merancangkan sesuatu. Pada ayat 7 juga muncul kata ‫ה‬ ָ‫ד‬ ְ ‫ר‬‫נ‬ yang mengulang dari ayat 5. Hal ini menunjukkan sebuah penekanan bahwa Allah yang tadi dari atas kemudian harus turun untuk melihat apa yang manusia lakukan, dan Allah yang sudah turun ini harus turun sekali lagi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa adanya jarak yang jauh antara tempat manusia, antara menara yang manusia anggap mencapai langit, namun dalam kenyataannya Allah harus turun dan kembali perlu lebih turun lagi untuk dapat lebih dekat dengan manusia. 8. (Kejadian 11:8) Di ayat 8 diawali dengan penekanan pada kata ‫הָוה‬ ְ‫י‬ yang menunjukkan bahwa TUHAN adalah aktor utama dibalik kehancuran bahasa dan gagalnya rencana pemberontakan manusia. Sedangkan kata ‫ֶפץ‬ָ‫י‬‫ו‬ merupakan lawan dari harapan manusia di ayat 4, hal ini menunjukkan bahwa apa yang ada di ayat 4 bukanlah sesuatu bentuk kesatuan yang baik. Sehingga, akibat dari dikacaukannya bahasa mereka oleh Allah, maka dalam ayat ke 8 ini secara sengaja menggunakan frasa " mereka berhenti 28 Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor University, 2008), hal 573 29 Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah (Jakarta: Yayasan Pancar Pijar Alkitab,: Scripture Union Indonesia, 2010), hal 148
  • 17. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 17 mendirikan kota itu”(Kej 11:8b). Hal ini menunjukkan bentuk kegagalan dan frustasi manusia akibat dari intervensi Allah. Selain itu, penggunaan kata “kota” saja menurut Wenham memiliki makna tertentu, bahwa “The tower is not mentioned because it is the name of the city that is the focus of the narrative. To see the cessation of building and the dispersal of the nations as incompatible motifs is to miss the profound grasp of culture that this story exhibits. Without mutual communication through a common language it is impossible for men to cooperate either commercially or socially. Towers cannot be built nor communities live together unless those concerned can understand each other”30. Hal ini jelas menunjukkan kegagalan dari perlawanan manusia kepada Allah. Puncak dari kisah menara Babel ini ada dalam ayat ke 9. 9. (Kejadian 11:9) Dalam ayat 9 ini, bukan hanya menekankan hukuman Allah namun ada tanda anugerah. Hal ini menolong pembaca untuk memahami Allah yang adil sekaligus kasih. Jika kita lihat dari bagian 9a dikatakan disana “Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel”. Disana muncul kata ‫ָשם‬ yang diapit dengan permainan suara dari kata babel dan balal, hal ini mengingatkan kepada keinginan manusia di ayat 4 untuk mencari nama bagi diri mereka. Di ayat 9 ini dinyatakan bahwa nama atau kemuliaan itu bukanlah hasil usaha manusia dan untuk kemuliaan manusia, namun merupakan hasil dari anugerah Allah. Hal ini terlihat dari ayat 9a dikatakan secara tidak langsung bahwa karena Allah mengacaukan sesuatu disana maka nama tempat itu disebut Babel. Meskipun secara literal bahwa nama Babel menyatakan hukuman Allah, namun pemberian nama juga menyatakan anugerah Allah31.30 Bahkan, jika dilihat dalam ayat 9b, akibat dari intervensi Allah terhadap bahasa manusia, akhirnya manusia itu kembali tersebar dan berhasil kembali kepada track yang benar yang Allah perintahkan dari Kejadian 1:28. Selain itu, jika diperhatikan dari ayat 2-9 muncul permainan suara antara kata Shem(nama), Sham(di situ), Shamayim(Langit), dan 30 Gordon John Wenham, dkk, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1 (Michigan: Zondervan,3900 Sparks Dr,SE, Grand Rapids,1987), hal 241. 31 Bandingkan Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1, hal 241. Dalam bagian ini Wenham lebih menekankan pemaknaan nama Babel. “The Babylonians understood Babel to mean “the gate of the god.” The Hebrews liked to suppose it to mean “mixed up, confused.”
  • 18. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 18 Misham(dari situ). Hal ini menunjukkan ada sebuah penekanan dimana diawal manusia menetap di situ(sham) dan berusaha untuk menegakkan nama (shem) dengan cara memberontak kepada Allah yang di langit (Shamayim) dengan mendirikan menara, namun akhirnya Allah yang ada di langit(shamayim) turun ke tempat manusia tinggal (sham) dan mengacaukan bahasa mereka sehingga manusia gagal mendapatkan nama (Shem) dan akhirnya mereka pergi dari situ (Misham). Jelas ada sebuah permainan suara yang penulis kitab Kejadian ingin tunjukkan di mana diawali dengan usaha manusia memberontak dan diakhiri dengan kemenangan Allah dan tuntunan Allah agar manusia kembali ke dalam rencana Allah yang semula. Dalam hal ini, lebih melihat bukan hanya kepada ironi dari nama Babel atau permainan suara dari kata-kata yang digunakan, namun melihat bahwa ayat 9 ini menegaskan kembali akan kedaulatan Allah dan rencana Allah yang selalu berhasil. Meskipun manusia mencoba memberontak, namun Allah selalu sanggup mengembalikan manusia pada jalur yang benar sesuai dengan rencananNya. Dan yang menarik, di dalam hukuman Allah penulis kitab Kejadian secara sengaja menunjukkan adanya anugerah di dalam hukuman Allah. Seperti dalam Kejadian 3:14-21 di mana di sana jelas ditunjukkan hukuman Allah namun Hukuman Allah ini justru menjaga manusia agar manusia tidak kembali jatuh lebih dalam dan bersahabat dengan si ular(3:15). Bahkan hukuman Allah kepada manusia justru tidak menghilangkan rencana Allah dan tujuan Allah, bahkan sebaliknya hukuman itu menolong manusia memenuhi rencana Allah dalam untuk bertambah banyak, untuk memenuhi bumi (3:16), dan untuk mengelola bumi (3:17). Pola ini juga muncul dalam Kejadian 11:9 dimana Allah bukan hanya menghukum manusia namun Allah juga mengembalikan manusia untuk dapat memenuhi bumi dan Allah juga memberikan nama kepada manusia namun dalam sebuah relasi yang benar dengan Allah, yaitu dalam relasi perjanjian (Kej 9:9; 12:2). Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kisah menara Babel merupakan gambaran dari pemberontakan total seluruh manusia terhadap Allah. Meskipun demikian, pemberontakan manusia tidak akan pernah berhasil melawan kedaulatan Allah. Selain itu, kisah menara Babel juga memberikan penekanan bahwa setiap pemberontakan selalu menghasilkan hukuman, namun hukuman Allah juga disertai dengan sebuah anugerah agar manusia dapat hidup lebih baik dan sesuai dengan rencana
  • 19. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 19 Allah yang semula bagi manusia. Sehingga, sehingga dapat disimpulkan bahwa kisah menara Babel ini merupakan puncak dari gambaran dunia yang jatuh dalam dosa (Kej 3) yang semakin meluas dan semakin berani untuk secara terus terang melawan Allah, sekaligus kisah ini juga awal dari tindakan penyelamatan Allah yang telah dimulai di Kejadian 3 dan semakin nyata nantinya dalam bentuk perjanjian dengan Abraham dalam Kejadian 12. VI. TINJAUAN TEOLOGIS Ada empat tema teologis utama dalam pola yang berulang-ulang dan berkesinambungan : Pertama, hakekat dan dampak dari kenyataan bahwa Allah adalah pencipta; Kedua, akibat dosa yang mendalam; Ketiga, cara Allah menjatuhkan hukuman atas dosa manusia dalam segala hal dan Keempat, anugerah-Nya yang mengherankan yang memelihara ciptaan-Nya32. Allah juga tidak mengijinkan pemberontakan manusia terjadi seperti zaman air bah, tetapi dibalik itu ada rencana Tuhan akan anugerahNya yang besar dalam peristiwa Pentakosta (Kis 2). Penggunaan berbagai Bahasa secara unik oleh Roh Kudus memperlihatkan bahwa Injil yang dari segi budaya dan Bahasa tidak terbatas sama sekali, diperuntukkan bagi semua orang dari segala bangsa. Pengharapan terbesar pada akhir zaman diungkapkan oleh nabi Zefanya :”tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya mereka sekalian memanggil nama TUHAN, beribadah kepadaNya dengan bahu membahu (3:9)33. Kisah Menara Babel pada zaman permulaan menunjukkan penghakiman Allah atas manusia tanpa ada kata anugerah. Apakah ini menunjukkan hubungan Allah dengan bangsa-bangsa akhirnya terputus ?, apakah Allah telah menolak bangsa-bangsa dalam kemurkaan-Nya selama-lamanya?. Pada akhirnya anugerah Allah dinyatakan pada pemilihan dan pemberkatan Abraham. Inilah titik bertemunya sejarah zaman permulaan dengan sejarah keselamatan dalam seluruh Perjanjian Lama. Namun sejarah keselamatan itu tidak akan tergenapi sampai mencapai puncaknya dalam diri Putra Abraham (Mat 1 :1), kematian dan kebangkitan-Nya akan memberikan kemenangan atas dosa dan maut yang disebabkan oleh pelanggaran dan dosa umat manusia dari berbagai bangsa didunia berhak memperoleh keselamatan. Banyak pandangan yang berbeda mengenai mana yang terjadi terlebih dahulu perserakan manusia atau pengacauan Bahasa. Nats mengatas “baiklah Kita turun dan 32 William Sanford Lasor, Pengantar PL I Taurat dan Sejarah (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2001), hal 120 33 John J. Davis; Eksposisi Kitab Kejadian (Malang: Penerbit Gandum Mas,2014), hal 160
  • 20. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 20 mengacaubalaukan di sana Bahasa mereka …,Demikianlah mereka diserakkan Tuhan (wayyapes YHWH) dari situ ke seluruh bumi…” (ay.7,8). Menurut Jerry A. Grieve dalam buku Eksposisi kitab Kejadian, oleh John J. Davis34 berpendapat bahwa “untuk menimbulkan keanekaragaman Bahasa, pertama-tama Tuhan menyebabkan suatu perserakan, maka peristiwa menara babel bukanlah pengacauan Bahasa, melainkan perserakan manusia”. BIBLIOGRAFY Arnold G. Fruchtenbaum; Ariel’s Bible Commentary, The Book of Genesis (Publisher : Ariel ministries, 2009) Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor University, 2008) Bruce K. Waltke with Cathi J. Fredricks, Genesis: a Commentary (Michigan: Zondervan, 3900 Sporks, Grand Rapids, 2001). Claus Westermann, Genesis 1-11: a Continental Commentary (Minneapolis: Fortress Press, 1994), David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis (Collegeville, Minnesota: The Liturgical, 2003). Ernst Jenni dan Claus Westermann, Theological Lexicon of the Old Testament volume 2 (Peabody, Massachusetts : Hendrickson, 1997). Francis Brown,dkk, Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,(Oxford: Clarendon Express,1907). Gary Edward Schnittjer, The Torah Story (Malang : Penerbit Gandum Mas, 2012). Gordon J. Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1 (Dallas, Texas: Word Books, 2002). H.G.M. Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew (London: T&T Clark, 1986). Jasper Klapwijk, Kabar baik dari Perjanjian Lama (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015). John J. Davis; Eksposisi Kitab Kejadian (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2014). J. Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis (New York: Scribner, 1910). Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah (Jakarta: Yayasan Pancar Pijar Alkitab,: Scripture Union Indonesia, 2010). Nahum Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History (New York: Schocken, 1970). Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia, LAI Richard L. Pratt, Jr; Ia berikan kisah-Nya (Jakarta: Penerbit momentum, 2014) 34 Ibid,hal 158
  • 21. Ir. DanielSaroengoe, M.Th – STUDIEKSEGESIS PESAT Ministry 21 Roy B. Zuck; A Biblical Theology of The Old Testament (Malang : Penerbit Gandum Mas, 2005) Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis. Susan Brayford, Septuagint Commentary Series: Genesis (Leiden, Netherland: Brill, 2007). Thomas L. Brodie, Genesis As Dialogue; Aliterary, Historical and Theological Commentary (New York: Oxford University Press, 2001). Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew. William Sanford Lasor, Pengantar PL I Taurat dan Sejarah (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2001). Internet : Disadur pada tanggal 12 september 2019, www.freebiblecommentary.org/indonesian_bible_study.htm. Disadur ada tanggal 12 september 2019, https://bible.org/seriespage/analisa-tulisan.