SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
erangka pengeluaran jangka menengah
(KPJM) dalam APBD
FEBRUARI 8, 2010
     tags: apbd, APBN, dana cadangan, kegiatan, Kerangka pengeluaran
           jangka menengah, kesinambungan, KPJM, MTEF, multi-term
                                       expenditure framework, multi-
   years, pembiayaan, pemda,pendanaan, Permendagri No.13/2006., PP
                      No.58/2005, program,proyek, Public Expenditure
                                    Management, RKPD, RPJM, RPJP
by syukriy
Kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) atau multi-term
expenditure framework (MTEF) merupakan konsep terbaik dalam
pengelolaan keuangan publik (public expenditure
management/PEM) saat ini, khususnya di negara berkembang yang
memiliki kelemahan dalam manajemen keuangan publiknya. MTEF
mengintegrasikan kebijakan ekonomi makro dan fiskal dalam
beberapa tahun anggaran, dan menghubungkan antara kebijakan
(policy), perencanaan (planning), dan penganggaran (budgeting)
secara komprehensif.
A. Tujuan KPJM/MTEF
Secara umum, tujuan MTEF adalah
1. Memperbaiki situasi fiskal secara makro, sehingga dapat
   menurunkan defisit anggaran, meningkatkan pertumbuhan
   ekonomi, dan lebih rasional dalam menjaga stabilitas ekonomi.
2. Meningkatkan dampak kebijakan pemerintah dengan cara
   mengaitkan prioritsa dan kebijakan pemerintah dengan
   program-program yang dilaksanakan
3. Meningkatkan kinerja dan dampak program, salah satunya
   dengan cara mengubah kultur birokrasi dari administratif ke
   manajerial
4. Menciptakan fleksibilitas manajerial dan inovasi sehingga
   tercapai rasio cost/output yang lebih rendah, peningkatan
efektifitas program/kebijakan, dan meningkatkan prediktabilitas
  sumberdaya.
Menurut World Bank (1998) tujuan MTEF adalah:
1. Mengembangkan keseimbangan dalam kebijakan ekonomi
   makro dan penegakan disiplin fiskal;
2. Mengalokasikan sumberdaya sektoral secara lebih baik;
3. Prediktabilitas anggaran yang lebih baik untuk setiap urusan
   atau kewenangan;
4. Akuntabilitas politik yang lebih baik untuk outcome pengeluaran
   publik dalam suatu proses pembuatan keputusan
   yang legitimate;
5. Menghasilkan pengambilan keputusan penganggaran yang lebih
   kredibel.
World Bank (1998: 47-51) menyebutkan enam tahapan dalam
MTEF, yakni:
1. Pembentukan kerangka ekonomi makro dan fiscal: Tahap ini
   dicirikan dengan pembentukan model ekonomi kamro yang
   dapat pemproyeksi pendapatan dan pengeluaran dalam jangka
   menengah (multi-year);
2. Pengembangan program-program sektoral, yang dilaksanakan
   dengan melakukan: (a) kesepakatan atas objectives, outputs,
   dan activities setiap sektor, (b) mereviu dan mengembangkan
   program dan sub-program, dan (c) membuat estimasi kebutuhan
   biaya untuk masing-masing program.
3. Pengembangan kerangka pengeluaran sektoral, yakni dengan
   menganalisis trade-off yang terjadi antar-sektor dan di dalam
   sektor sendiri dan membangun konsensus terkait dengan
   pengalokasian sumberdaya dalam jangka panjang (stratejik).
4. Mendefinisikan alokasi-alokasi sumberdaya sektoral dengan
   cara menentukan budgetceilings sektor untuk jangka menengah
   (3-5 tahun).
5. Penyiapan anggaran sektoral: program-program sektoral yang
   bersifat jangka menengah didasarkan pada budget ceilings.
 6. Pengesahan MTEF secara politik, yakni melalui pemaparan
    estimasi anggaran ke kabinet dan parlemen untuk disahkan.
B. KPJM/MTEF dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di
Indonesia
Pasal 1 angka 33 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 dan
pasal 1 angka 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri No13/2006
menyatakan: Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah
pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan
pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan
dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang
bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam
prakiraan maju.
Prakiraan maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan
dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang
direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan
kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan
anggaran tahun berikutnya.[i]Konsep yang juga tidak dapat
dipisahkan adalah anggaran terpadu (unified budgeting), yang
didefinisikan sebagai penyusunan rencana keuangan tahunan yang
dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip
pencapaian efisiensi alokasi dana.
Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat ditemukan beberapa hal
penting dalam KPJM, yakni:
1. Penggunaan pendekatan penganggaran berdasarkan
   kebijakan. Kebijakan dibuat untuk memecahkan masalah atau
   memenuhi suatu kebutuhan yang teridentifikasi dan disepakati
   oleh pelaksana (eksekutif) dan lembaga perwakilan (legislatif).
   Dalam pengelolaan keuangan daerah di Indonesia, kebijakan ini
   disebut Kebijakan Umum APBD (KUA), yang dilengkapi dengan
   Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dan harus
disepakati dulu dalam bentuk penandatanganan Nota
  Kesepakatan antara kepala daerah dan pimpinan Dewan
  Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam persepktif lebih luas,
  klausul kebijakan tentang pelaksanaan suatu program/kegiatan
  yang melebihi satu tahun anggaran dicantumkan dalam
  Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
2. Pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan
   dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran. Tahun
   anggaran dengan menggunakan durasi satu tahun kalender,
   yakni 1 Januari sampai 31 Desember, dipandang tidak selalu
   memadai untuk menampung kebutuhan daerah dalam
   mencapai outcome dari suatu program/kegiatan. Untuk itu
   dimungkinkan suatu program/kegiatan dilaksanakan melebihi
   waktu satu tahun anggaran.
3. Implikasi biaya atau kebutuhan dana. Kebutuhan biaya untuk
   pelaksanaan program/kegiatan yang melebihi waktu satu tahun
   harus diestimasi sejak awal (bersifat indikatif). Hal ini secara
   implisit telah diprediksi ketika target kinerja (outcome) yang
   hendak dicapai pada akhir priode jangka menengah (multi-year)
   telah dapat ditentukan, baik untuk akhir periode program
   maupun untuk masing-masing tahun pelaksanaan.
4. Memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah
   disetujui. Hakikat dari penganggaran berbasis kinerja bukanlah
   periode pelaksanaan anggaran, tetapi hasil (outcome) yang
   hendak dicapai. Outcome merupakan solusi atas
   masalah/kebutuhan yang dihadapi pemerintah dan/atau
   masyarakat, sementara periode anggaran adalah mekanisme
   untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan, dan
   pertanggungjawaban anggaran. Dengan demikian,
   kesinambungan pelaksanaan program/kegiatan selama
   beberapa tahun anggaran merupakan keniscayaan untuk
   mencapai hasil (outcome) yang telah ditetapkan.
5. Menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
   Besaran alokasi anggaran yang telah diestimasi sejak awal akan
   memudahkan dalam penyusunan anggaran periode selanjutnya.
Pencapaian tahun berjalan akan menjadi dasar pengalokasian
     tahun mendatang.
6. Terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
   kegiatan pemerintahan. Hal ini bermakna bahwa pelaksanaan
   program/kegiatan dapat mencakup semua jenis belanja, yakni
   belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal,
   yang dianggarkan dalam satu dokumen yang sama. Pemda
   membuat aturan khusus terkait besaran, komposisi dan proporsi
   jenis belanja yang dibutuhkan dalam suatu program/kegiatan.
C. KPJM/MTEF dalam RKA-SKPD
Format RKA-SKPD telah mengakomodasi konsep KPJM ini. Dalam
format Formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) 2.2.1, yakni dokumen yang memuat
rencana kegiatan (dengan menggunakan anggaran belanja
langsung), dapat ditemukan anggaran untuk tahun sebelumnya (n-
1), tahun berjalan/yang akan dilaksanakan (n), dan tahun yang akan
datang (n + 1)
Dokumen RKA-SKPD 2.2.1 bisa dibuat oleh SKPD apabila telah ada:

 Perda tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah yang memuat pasal KPJM/MTEF.

 Perda atau peraturan kepala daerah yang mengatur tentang KPJM/MTEF (karakteristik/persyaratan,
 mekanisme, penatausahaan, pertanggungjawaban, pengukuran kinerja).

 Sumber pendanaan yang sudah “terjamin”, misalnya dari dana cadangan atau pinjaman daerah.

 Nama program/kegiatan sudah tercantum dalam RKPD, KUA, dan PPAS.

 Sesuai dengan Tupoksi SKPD yang bersangkutan.
Referensi

World Bank. 1998. Public Expenditure Management Handbook. Washington, DC: The World Bank.
Allen, Richard and Daniel Tommasi. 2001. Managing Public Expenditre: A Reference Book for
Transition Countries. Paris: OECD.
Le Houerou, Philippe and Robert Taliercio. 2002. Medium Term Expenditure Frameworks: From
Concept to Practice. Preliminary Lessons from Africa. The World Bank, African Region Working Paper
Series No. 28.
Peraturan Pemerintah No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
[i] Pasal 1 angka 34 PP No.58/2005 dan Pasal 1 angka 36 Permendagri No.13/2006.

More Related Content

What's hot

Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahAditya Arisandi
 
Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara Tatang Suwandi
 
Pro kontra penyusunan anggaran
Pro kontra penyusunan anggaranPro kontra penyusunan anggaran
Pro kontra penyusunan anggaranDGT
 
Penyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaranPenyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaraniyonZ
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPSEKP - UGM
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatDanny Akbar
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANTri Damri
 
50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publik
50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publik50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publik
50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publikresig jeflin
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikAry Efendi
 
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdfCoachArbain
 
Perencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikPerencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikSujatmiko Wibowo
 
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Jogo Hera
 

What's hot (19)

Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintah
 
4 penganggaran-berbasis-kinerja
4 penganggaran-berbasis-kinerja4 penganggaran-berbasis-kinerja
4 penganggaran-berbasis-kinerja
 
Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara
 
APBN
APBNAPBN
APBN
 
Pro kontra penyusunan anggaran
Pro kontra penyusunan anggaranPro kontra penyusunan anggaran
Pro kontra penyusunan anggaran
 
Penganggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran Berbasis KinerjaPenganggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran Berbasis Kinerja
 
Penyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaranPenyusunan Anggaran
Penyusunan Anggaran
 
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeuPaparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
 
50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publik
50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publik50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publik
50482790 konsep-anggaran-penyusunan-anggaran-organisasi-sektor-publik
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publik
 
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
 
anggaran pemerintah
anggaran pemerintahanggaran pemerintah
anggaran pemerintah
 
Perencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikPerencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran Publik
 
Penganggaran sektor publik
Penganggaran sektor publikPenganggaran sektor publik
Penganggaran sektor publik
 
APBN 2015
APBN 2015APBN 2015
APBN 2015
 
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
 

Similar to KPJM dalam APBD

Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran PemerintahSujatmiko Wibowo
 
Dinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdf
Dinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdfDinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdf
Dinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdfUniversitas Esa Unggul
 
06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negararajapontar
 
Manajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerahManajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerahMaylana Febrina
 
Sistem penganggaran
Sistem penganggaran Sistem penganggaran
Sistem penganggaran Arfan Fahmi
 
Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...
Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...
Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...Dadang Solihin
 
Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Dadang Solihin
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerahEfry Ghani
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi  PembangunanAdministrasi  Pembangunan
Administrasi PembangunanDadang Solihin
 
Konsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Konsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan DaerahKonsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Konsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan DaerahDadang Solihin
 

Similar to KPJM dalam APBD (20)

Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
 
Dinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdf
Dinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdfDinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdf
Dinamika Penyusunan Anggaran - DSB.pdf
 
Konsep Dasar Penyusunan Anggaran
Konsep Dasar Penyusunan Anggaran Konsep Dasar Penyusunan Anggaran
Konsep Dasar Penyusunan Anggaran
 
06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara
 
Manajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerahManajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerah
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
 
Sistem penganggaran
Sistem penganggaran Sistem penganggaran
Sistem penganggaran
 
Anggaran berbasisi kinerja OK
Anggaran berbasisi kinerja OKAnggaran berbasisi kinerja OK
Anggaran berbasisi kinerja OK
 
Anggaran berbasisi kinerja
Anggaran berbasisi kinerjaAnggaran berbasisi kinerja
Anggaran berbasisi kinerja
 
Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...
Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...
Konsep Strategis Perencanaan Pembangunan dalam rangka Mendukung Perencanaan P...
 
Teori Anggaran Berbasis Kinerja
Teori Anggaran Berbasis KinerjaTeori Anggaran Berbasis Kinerja
Teori Anggaran Berbasis Kinerja
 
11857336.ppt
11857336.ppt11857336.ppt
11857336.ppt
 
Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Revitalisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
 
5ANGGA~2 (1).pptx
5ANGGA~2 (1).pptx5ANGGA~2 (1).pptx
5ANGGA~2 (1).pptx
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi  PembangunanAdministrasi  Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Redesign sistem penganggaran pemerintah
Redesign sistem penganggaran pemerintahRedesign sistem penganggaran pemerintah
Redesign sistem penganggaran pemerintah
 
anggaran tradisional versus new public management
anggaran tradisional versus new public managementanggaran tradisional versus new public management
anggaran tradisional versus new public management
 
02.ABK.pptx
02.ABK.pptx02.ABK.pptx
02.ABK.pptx
 
Konsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Konsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan DaerahKonsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Konsep dan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
 

KPJM dalam APBD

  • 1. erangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) dalam APBD FEBRUARI 8, 2010 tags: apbd, APBN, dana cadangan, kegiatan, Kerangka pengeluaran jangka menengah, kesinambungan, KPJM, MTEF, multi-term expenditure framework, multi- years, pembiayaan, pemda,pendanaan, Permendagri No.13/2006., PP No.58/2005, program,proyek, Public Expenditure Management, RKPD, RPJM, RPJP by syukriy Kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) atau multi-term expenditure framework (MTEF) merupakan konsep terbaik dalam pengelolaan keuangan publik (public expenditure management/PEM) saat ini, khususnya di negara berkembang yang memiliki kelemahan dalam manajemen keuangan publiknya. MTEF mengintegrasikan kebijakan ekonomi makro dan fiskal dalam beberapa tahun anggaran, dan menghubungkan antara kebijakan (policy), perencanaan (planning), dan penganggaran (budgeting) secara komprehensif. A. Tujuan KPJM/MTEF Secara umum, tujuan MTEF adalah 1. Memperbaiki situasi fiskal secara makro, sehingga dapat menurunkan defisit anggaran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan lebih rasional dalam menjaga stabilitas ekonomi. 2. Meningkatkan dampak kebijakan pemerintah dengan cara mengaitkan prioritsa dan kebijakan pemerintah dengan program-program yang dilaksanakan 3. Meningkatkan kinerja dan dampak program, salah satunya dengan cara mengubah kultur birokrasi dari administratif ke manajerial 4. Menciptakan fleksibilitas manajerial dan inovasi sehingga tercapai rasio cost/output yang lebih rendah, peningkatan
  • 2. efektifitas program/kebijakan, dan meningkatkan prediktabilitas sumberdaya. Menurut World Bank (1998) tujuan MTEF adalah: 1. Mengembangkan keseimbangan dalam kebijakan ekonomi makro dan penegakan disiplin fiskal; 2. Mengalokasikan sumberdaya sektoral secara lebih baik; 3. Prediktabilitas anggaran yang lebih baik untuk setiap urusan atau kewenangan; 4. Akuntabilitas politik yang lebih baik untuk outcome pengeluaran publik dalam suatu proses pembuatan keputusan yang legitimate; 5. Menghasilkan pengambilan keputusan penganggaran yang lebih kredibel. World Bank (1998: 47-51) menyebutkan enam tahapan dalam MTEF, yakni: 1. Pembentukan kerangka ekonomi makro dan fiscal: Tahap ini dicirikan dengan pembentukan model ekonomi kamro yang dapat pemproyeksi pendapatan dan pengeluaran dalam jangka menengah (multi-year); 2. Pengembangan program-program sektoral, yang dilaksanakan dengan melakukan: (a) kesepakatan atas objectives, outputs, dan activities setiap sektor, (b) mereviu dan mengembangkan program dan sub-program, dan (c) membuat estimasi kebutuhan biaya untuk masing-masing program. 3. Pengembangan kerangka pengeluaran sektoral, yakni dengan menganalisis trade-off yang terjadi antar-sektor dan di dalam sektor sendiri dan membangun konsensus terkait dengan pengalokasian sumberdaya dalam jangka panjang (stratejik). 4. Mendefinisikan alokasi-alokasi sumberdaya sektoral dengan cara menentukan budgetceilings sektor untuk jangka menengah (3-5 tahun).
  • 3. 5. Penyiapan anggaran sektoral: program-program sektoral yang bersifat jangka menengah didasarkan pada budget ceilings. 6. Pengesahan MTEF secara politik, yakni melalui pemaparan estimasi anggaran ke kabinet dan parlemen untuk disahkan. B. KPJM/MTEF dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di Indonesia Pasal 1 angka 33 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 dan pasal 1 angka 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri No13/2006 menyatakan: Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Prakiraan maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.[i]Konsep yang juga tidak dapat dipisahkan adalah anggaran terpadu (unified budgeting), yang didefinisikan sebagai penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat ditemukan beberapa hal penting dalam KPJM, yakni: 1. Penggunaan pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan. Kebijakan dibuat untuk memecahkan masalah atau memenuhi suatu kebutuhan yang teridentifikasi dan disepakati oleh pelaksana (eksekutif) dan lembaga perwakilan (legislatif). Dalam pengelolaan keuangan daerah di Indonesia, kebijakan ini disebut Kebijakan Umum APBD (KUA), yang dilengkapi dengan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dan harus
  • 4. disepakati dulu dalam bentuk penandatanganan Nota Kesepakatan antara kepala daerah dan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam persepktif lebih luas, klausul kebijakan tentang pelaksanaan suatu program/kegiatan yang melebihi satu tahun anggaran dicantumkan dalam Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 2. Pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran. Tahun anggaran dengan menggunakan durasi satu tahun kalender, yakni 1 Januari sampai 31 Desember, dipandang tidak selalu memadai untuk menampung kebutuhan daerah dalam mencapai outcome dari suatu program/kegiatan. Untuk itu dimungkinkan suatu program/kegiatan dilaksanakan melebihi waktu satu tahun anggaran. 3. Implikasi biaya atau kebutuhan dana. Kebutuhan biaya untuk pelaksanaan program/kegiatan yang melebihi waktu satu tahun harus diestimasi sejak awal (bersifat indikatif). Hal ini secara implisit telah diprediksi ketika target kinerja (outcome) yang hendak dicapai pada akhir priode jangka menengah (multi-year) telah dapat ditentukan, baik untuk akhir periode program maupun untuk masing-masing tahun pelaksanaan. 4. Memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui. Hakikat dari penganggaran berbasis kinerja bukanlah periode pelaksanaan anggaran, tetapi hasil (outcome) yang hendak dicapai. Outcome merupakan solusi atas masalah/kebutuhan yang dihadapi pemerintah dan/atau masyarakat, sementara periode anggaran adalah mekanisme untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. Dengan demikian, kesinambungan pelaksanaan program/kegiatan selama beberapa tahun anggaran merupakan keniscayaan untuk mencapai hasil (outcome) yang telah ditetapkan. 5. Menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya. Besaran alokasi anggaran yang telah diestimasi sejak awal akan memudahkan dalam penyusunan anggaran periode selanjutnya.
  • 5. Pencapaian tahun berjalan akan menjadi dasar pengalokasian tahun mendatang. 6. Terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan. Hal ini bermakna bahwa pelaksanaan program/kegiatan dapat mencakup semua jenis belanja, yakni belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal, yang dianggarkan dalam satu dokumen yang sama. Pemda membuat aturan khusus terkait besaran, komposisi dan proporsi jenis belanja yang dibutuhkan dalam suatu program/kegiatan. C. KPJM/MTEF dalam RKA-SKPD Format RKA-SKPD telah mengakomodasi konsep KPJM ini. Dalam format Formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) 2.2.1, yakni dokumen yang memuat rencana kegiatan (dengan menggunakan anggaran belanja langsung), dapat ditemukan anggaran untuk tahun sebelumnya (n- 1), tahun berjalan/yang akan dilaksanakan (n), dan tahun yang akan datang (n + 1) Dokumen RKA-SKPD 2.2.1 bisa dibuat oleh SKPD apabila telah ada: Perda tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah yang memuat pasal KPJM/MTEF. Perda atau peraturan kepala daerah yang mengatur tentang KPJM/MTEF (karakteristik/persyaratan, mekanisme, penatausahaan, pertanggungjawaban, pengukuran kinerja). Sumber pendanaan yang sudah “terjamin”, misalnya dari dana cadangan atau pinjaman daerah. Nama program/kegiatan sudah tercantum dalam RKPD, KUA, dan PPAS. Sesuai dengan Tupoksi SKPD yang bersangkutan. Referensi World Bank. 1998. Public Expenditure Management Handbook. Washington, DC: The World Bank. Allen, Richard and Daniel Tommasi. 2001. Managing Public Expenditre: A Reference Book for Transition Countries. Paris: OECD. Le Houerou, Philippe and Robert Taliercio. 2002. Medium Term Expenditure Frameworks: From Concept to Practice. Preliminary Lessons from Africa. The World Bank, African Region Working Paper Series No. 28. Peraturan Pemerintah No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
  • 6. [i] Pasal 1 angka 34 PP No.58/2005 dan Pasal 1 angka 36 Permendagri No.13/2006.