SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
1
MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN
“Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan”
Disusun Oleh :
Heru Winoto (1102413105)
Dwi Eti Awaliatun (1102415003)
Dedy Wiranto (1102415010)
Fuji Astuti (1102415014)
Anisah Nurul K (1102415035)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Pendidikan “Pengambilan
Keputusan dalam Pendidikan” dengan baik. Makalah ini dibuat untuk keperluan
tugas Manajemen Pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
manambah wawasan pembaca sehingga pembaca dapat mengetahui apa itu
pemrosesan informasi.
Semoga isi makalah ini dapat mudah dipahami, kami mengucapkan
terimakasih mengucapkan mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat
kata-kata yang salah, kami menyadari makalah ini kurang sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik sangat diharapkan sehingga pembuatan makalah yang akan
datang lebih baik lagi
Semarang, Mei 2016
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................2
1.3 TUJUAN PEMBELAJARAN............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 PANDANGAN ROBERT M GAGNE................................................3
2.2 PENGERTIAN PEMROSESAN INFORMASI..................................4
2.3 KARAKTERISTIK PEMROSESAN INFORMASI...........................4
2.3.1 PROSES BERFIKIR...................................................................4
2.3.2 MEKANISME PENGUBAH......................................................5
2.3.3 MODIFIKASI DIRI....................................................................6
2.4 TEORI PEMROSESAN INFORMASI ROBERT M GAGNE...........6
2.5 CIRI-CIRI MODEL PEMBELAJARAN .............................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1 SIMPULAN.........................................................................................15
3.2 SARAN................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Permasalahan Pendidikan
Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai
kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan,
namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu
bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontibusinya pendidikan. Shane
(1984: 39), misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat
memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Dengan demikian,
sebagai institusi, pendidikan pada prinsipnya memikul amanah “etika masa
depan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap
anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama
dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu
pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung
jawab atas konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya sekarang ini.
Sementara itu pihak lain, manusia ditutut untuk mampu mengantisipasi,
merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana
yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari
proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari
(Joesoef, 2001: 198-199). Dalam konteks etika masa depan tersebut, karenanya
visi pendidikan seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan
menanti apapun dari masa depan, karena sesungguhnya masa depan itulah
mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya
menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198). Visi ini tentu saja mensyaratkan bahwa,
sebagai institusi, pendidikan harus solid. Idealnya, pendidikan yang solid
adalah pendidikan yang steril dari berbagai permasalahan. Namun hal ini
adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan akan selalu ada
di manapun dan kapanpun, termasuk dalam institusi pendidikan.
Oleh karena itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari
permasalahah, tetapi justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara
6
cerdas dengan mengidentifikasi dan memahami substansinya untuk kemudian
dicari solusinya.
Makalah ini berusaha mengidentifikasi dan memahami permasalahan-
permasalahan pendidikan di Indonesia. Permasalahan - permasalahan
pendidikan dimaksud dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
permasalahan eksternal dan permasalahan internal. Perlu pula dikemukakan
bahwa permasalahan pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas
pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan
permasalahan eksternal dan internal tersebut, terlebih dahulu disajikan uraian
singkat tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap
penting, karena permasalahan pendidikan pada hakekatnya terkait erat dengan
realisasi fungsi pendidikan.
Fungsi Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini terkandung
empat fungsi yang harus diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1) fungsi
mengembangkan kemampuan peserta didik, (2) fungsi membentuk watak
bangsa yang bermartabat, (3) fungsi mengembangkan peradaban bangsa yang
bermartabat, dan (4) fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Noeng Muhadjir (1987: 20-25) menyebutkan bahwa, sebagai institusi
pendidikan mengemban tiga fungsi. Pertama, pendidikan berfungsi
menumbuhkan kreativitas peserta didik. Kedua, pendidikan berfungsi
mewariskan nilai-nilai kepada peserta didik; dan Ketiga, pendidikan berfungsi
meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta didik. Kalau dibandingkan
dengan fungsi pendidikan yang termaktup dalam rumusan pasal 3 UU No.
20/2003 di atas, fungsi pertama yang dikemukakan Noeng Muhadjir secara
substantive sama dengan fungsi keempat menurut UU No. 20/2003.
Sedangkan fungsi pendidikan ketiga yang dikemukakan Noeng Muhadjir pada
dasarnya sama dengan fungsi pertama menurut UU No. 20/2003. Sementara
itu, Vebrianto, seperti dikutip M. Rusli Karim (1991: 28) menyebutkan empat
fungsi pendidikan. Keempat fungsi dimaksud adalah: (1) transmisi kultural,
7
pengetahuan, sikap, nilai dan norma ; (2) memilih dan menyiapkan peran sosial
bagi peserta didik; (3) menjamin intergrasi nasional; dan (4) mengadakan
inovasi-inovasi sosial.
Terlepas dari adanya perbedaan rincian dalam perumusan fungsi
pendidikan seperti tersebut di atas, namun satu hal yang pasti ialah bahwa
fungsi utama pendidikan adalah membantu manusia untuk meningkatkan taraf
hidup dan martabat kemanusiaannya.
Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini Permasalahan eksternal
pendidikan di Indonesia dewasa ini sesungguhnya sangat komplek. Hal ini
dikarenakan oleh kenyataan kompleksnya dimensi-dimensei eksternal
pendidikan itu sendiri. Dimensi-dimensi eksternal pendidikan meliputi dimensi
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan juga dimensi global. Dari
berbagai permasalahan pada dimensi eksternal pendidikan di Indonesia dewasa
ini, makalah ini hanya akan menyoroti dua permasalahan, yaitu permasalahan
globalisasi dan permasalahan perubahan sosial.
Permasalahan globalisasi menjadi penting untuk disoroti, karena ia
merupakan trend abad ke-21 yang sangat kuat pengaruhnya pada segenap
sektor kehidupan, termasuk pada sektor pendidikan. Sedangakan permasalah
perubahan sosial adalah masalah “klasik” bagi pendidikan, dalam arti ia selalu
hadir sebagai permasalahan eksternal pendidikan, dan karenya perlu dicermati.
Kedua permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh
dunia pendidikan, jika pendidikan ingin berhasil mengemban misi (amanah)
dan fungsinya berdasarkan paradigma etika masa depan.
a. Permasalahan globalisasi
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke
dalam kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi
ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia
atau global (Fakih, 2003: 182). Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan,
globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam
pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan
kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu
sudah mulai Nampak.
8
Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah
menerapkan sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang
berlaku secara internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah
mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah
menerima sertifikat ISO. Oleh karena itu, dewasa ini globalisasi sudah
mulai menjadi permasalahan actual pendidikan. Permasalahan globalisasi
dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti
diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma
tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif
(Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive
advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber
daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122).
Dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan
nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena
harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan
erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat
cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih
sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama
jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-
quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai terlihat pada
tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada tingkat
sekolah menengah. Bila persoalannya hanya sebatas tantangan kompetitif,
maka masalahnya tidak menjadi sangat krusial (gawat). Tetapi salah satu
ciri globalisasi ialah adanya “regulasi-regulasi”. Dalam bidang pendidikan
hal itu tampak pada batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tentang
sekolah berstandar internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah
berstandar internasional tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi
berstandar internasional ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi
output pendidikan untuk memperolah akses ke bursa tenaga kerja global,
maka hal ini pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan
nasional.
9
Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional,
tetapi pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan
permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada
prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus
mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari
permasalahan pendidikan masa kini.
b. Permasalahan perubahan social
Ada sebuah adegium yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada
yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang abadi adalah perubahan
itu sendiri. Itu artinya, perubahan social merupakan peristiwa yang tidak
bisa dielakkan, meskipun ada perubahan social yang berjalan lambat dan
ada pula yang berjalan cepat. Bahkan salah satu fungsi pendidikan,
sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi
social, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan social.
Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini
ternyata justru melahirkan paradoks.
Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari
perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat
dewasa ini, perubahan social berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya
pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi
pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak
mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28).
Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan timbal balik antar
pendidikan dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas, patut kiranya
dicatat peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa Negara-
negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan
ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan kedudukannya sebagai Negara merdeka. Dengan kata
lain, ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial
sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan
perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam
pemikiran dan praksis pendidikan nasional.
10
Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini Seperti halnya
permasalahan eksternal, permasalahan internal pendidikan di Indonesia
masa kini adalah sangat kompleks. Daoed Joefoef (2001: 210-225)
misalnya, mencatat permasalahan internal pendidikan meliputi
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan strategi
pembelajaran, peran guru, dan kurikulum. Selain ketiga permasalahan
tersebut sebenarnya masih ada jumlah permasalahan lain, seperti
permasalahan yang berhubungan dengan sistem kelembagaan, sarana dan
prasarana, manajemen, anggaran operasional, dan peserta didik. Dari
berbagai permasalahan internal pendidikan dimaksud, makalah ini hanya
akan membahas tiga permasalahan internal yang di pandang cukup
menonjol, yaitu permasalahan sistem kelembagaan, profesionalisme guru,
dan strategi pembelajaran.
a. Permasalahan Sistem Kelembagaan
Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan
uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar
pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme atau dikotomi antara
pendidikan umum dan pendidikan agama ini agaknya merupakan warisan
dari pemikiran Islam klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu
agama atau ilmu ghairuh syariah dan ilmu syariah, seperti yang terlihat
dalam konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981: 182).
Dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan yang berlaku di negeri
ini kita anggap sebagai permasalahan serius, bukan saja karena hal itu
belum bisa ditemukan solusinya hingga sekarang, melainkan juga karena
ia, menurut Ahmad Syafii Maarif (1987:3) hanya mampu melahirkan sosok
manusia yang “pincang”. Jenis pendidikan yang pertama melahirkan sosok
manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya sebagai
urusan pribadi.
Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok manusia yang
taat, tetapi miskim wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme dikotomi
sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat
melahirkan sosok manusia Indonesia “seutuhnya”. Oleh karena itu, Ahmad
11
Syafii Maarif (1996: 10-12) menyarankan perlunya modal pendidikan yang
integrative, suatu gagasan yang berada di luar ruang lingkup pembahasan
makalah ini.
b. Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses
pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi
telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan
efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat
tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan
pendidikan.
Menurut Suyanto (2007: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk
mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang
yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun funfsional yang
kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan
bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan
guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi,
sehingga bisa “digugu lan ditiru”.
Lebih jauh Suyanto (2007: 3-4) menjelaskan bahwa guru yang profesional
harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri
dimaksud adalah: (a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b)
harus berdasarkan atas kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi
dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat,
(e) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik
(kide etik), (g) memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi
individual, dan (i) memiliki organisasi profesi.
Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas
jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem
pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak
bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai
moon-lighter (usaha objekan) Suyanto (2007: 4). Namun kenyataan
dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang
12
tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan
sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia
pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak,
guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang
harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini.
c. Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2007: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu
memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah
paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke
paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma
pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal,
berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian
informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini
sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak
lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut:
berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam
bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa
pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta
pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model
pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi
pembelajaran “hadap masalah” (problem posing).
Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa
ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model
tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional
dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat
dengan rendahnya professionalisme guru.
B. Rumusan Masalah
13
Untuk memudahkan dalam penulisan makalah ini, kami menfokuskan pada
pembahasan tertentu yang kami rumuskan ke dalam tiga pertanyaan berikut
ini:
1. Apa yang dimasksud Permasalahan Internal dan Eksternal Pendidikan
masa kini?
2. Bagaimana cara yang tepat mengambil keputusan dalam Pendidikan?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Memahami dengan baik Permasalahan Internal dan Eksternal pendidikan
masa kini
2. Menemukan solusi Permasalahan Internal dan Eksternal pendidikan
masa kini
3. Menambah Khazanah keilmuan
4. Memenuhi tugas Mata Kuliah manajemen sumber daya manusia
5. Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan makalah ini adalah research library yang kami
lakukan dengan menela’ah buku-buku yang berkaitan dengan Manajemen
Sumber Daya Manusia.
BAB II
KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN
PENDIDIKAN
Sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan atau
alternatif dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori real life
choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan
atau membuat pilihan-pilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan
14
tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah
yakni upaya untuk menutup terjadinya kesenjangan antara keadaan saat ini
dan keadaan yang diinginkan.
Pengambilan keputusan adalah akhir proses panjang tentang identifikasi
masalah, penetapan peersyaratan pemecahan masalah, identifikasi
alternative dan penilaian strategi penyelesaian masalah, (Roger Kaufman).
Begitu pula Baron, (1985) menyatakan bahwa pengambilan keputusan
merupakan proses pemilihan alternative.
Matlin(1998) menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang
dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan
keputusan. Setelah seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan
maka selanjutnya dia akan melakukan tindakan untuk mempertimbangkan,
menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap
alternatif yang ada.
Dalam tahap ini reaksi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda
sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada individu yang dapat
segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan,
namun ada juga individu lain yang tampaknya mengalami kesulitan untuk
menentukan sikapnya.
Dalam praktiknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Arroba (1998) menyebutkan 5 faktor faktor yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan, yaitu: (1) informasi yang
diketahui perihal permasalahan yang dihadapi; (2) tingkat pendidikan; (3)
personality; (4) coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang
terkait dengan permasalahan (proses adaptasi); dan (5) culture. Hal senada
dikemukakan Siagian (1991) bahwa terdapat aspek-aspek tertentu bersifat
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan.
Adapun aspek internal tersebut antara lain :
• Pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin
15
mempermudah pengambilan keputusan.
• Aspek kepribadian. Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi
besar peranannya bagi pengambilan keputusan.
Sementara aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :
• Kultur. Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi
perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan
keputusan.
• Orang lain. Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu
melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat ) dalam
melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain
dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada
perilkau individu dalam mengambil keputusan.
Dengan demikian, seseorang yang telah mengambil keputusan, pada
dasarnya dia telah melakukan pemilihan terhadap alternatif-alternatif yang
ditawarkan kepadanya. Kendati demikian, hal yang tidak dapat dipungkiri
adalah kemungkinan atau pilihan yang tersedia bagi tindakan itu akan
dibatasi oleh kondisi dan kemampuan individu yang bersangkuran,
lingkungan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik dan aspek psikologis.
Seorang pemimpin pendidikan harus mampu menjadi pemecah masalah
bagi dirinya dan orang lain. Ini merupakan konsekuensi logis sebagai
seorang pemimpin, karena mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus berani
mengambil keputusan. Karena posisinya sebagai problem solver, ia harus
benar-benar memiliki daya analisis yang tinggi, sehingga keputusan yang
diambilnya sudah dipertimbangkan secara matang, yang dapat dilakukan
melalui studi kasus, pengamatan, maupun wawancara terfokus.
Pemimpin pendidikan sebagai problem solver dituntut untuk memiliki
kreativitas dalam memecahkan masalah dan mengembangkan alternatif
penyelesaiannya. Berpikir kreatif untiuk memecahkan masalah dapat
dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Tahap orientasi masalah, yaitu merumuskan masalah dan
mengindentifikasi aspek aspek masalah tersebut. dalam prospeknya, si
pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
16
masalahyang dipikirkan.
• Tahap preparasi. Pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi
yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi.
• Tahap inkubasi. Ketika pemecahan masalah mengalami kebuntuan maka
biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar
kita akan bekerja secara otomatis untuk mencari pemecahan masalah.
• Tahap iluminasi. Proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai
mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian (insight) yang dianggap
dapat memecahkan masalah.
• Tahap verifikasi, yaitu melakukan pengujian atas pemecahan masalah
tersebut, apabila gagal maka tahapan sebelummnya harus di ulangi lagi.
Dalam hal mengambil keputusan, antar individu yang satu dengan individu
yang lain melakukan pendekatan dengan cara yang tidak sama. Setiap
orang mempunyai cara unik dalam mengambil keputusan. Jadi ada gaya
yang berbeda-beda antar individu yang satu dengan yang lain dalam
melakukan pengambilan keputusan. Harren (1980) menyebutkan gaya
pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan seseorang di
dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.
Gaya pengambilan keputusan bersifat melekat pada kondisi seseorang.
Gaya pengambilan keputusan dipelajari dan dibiasakan oleh individu
dalam kehidupannya, sehingga menjadi bagian dan miliknya serta menjadi
pola respon saat individu menghadapi situasi pengambilan keputusan. Gaya
pengambilan keputusan juga menjadi ciri atau bagian unik dari individu
(Phillips, dkk. 1984).
Harren, dkk. membedakan pengambilan keputusan ke dalam 2 (dua) gaya
pengambilan yang berseberangan yaitu gaya rasional dan intuitif.
Penggolongan dua gaya ini didasarkan atas:
• Tingkat individu menggunakan strategi pengambilan keputusan yang
bersifat emosional.
• Cara individu mengolah dan menanggapi informasi serta melakukan
evaluasi dalam situasi pengambilan keputusan.
17
10 LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN SEBELUM
MENGAMBIL SUATU KEPUTUSAN
1. Ketika kelesuan anda sedang memuncak dari celah-celah gunung
tekanan kerja, maka terimalah pemikiran/ pendapat pertama yang
ditawarkan kepada anda.
2. Kumplkanlah berbagai informasi yang cocok dengan keinginan anda dan
berusahalah selalu untuk menetapkan benarnya keinginan anda yang
bertentangan dengan realitas
3. Jadikanlah sebagian khayal negatif anda sebagai penjara bagi pemikiran
anda, dan jadikanlah para sipir (penjaga penjara) anda sebagai pengalaman
kegagalan anda yang lalu. Ingat!! "Tidak ada yang paling menakutkan
selain rasa takut itu sendiri (Francois Bacon)"
4. Perhatikanlah berbagai realitas yang menumpuk ketika anda sedang
marah karena "Kemarahan itu kesempatan kecil dari kegilaan" (Hawaris)
5. Permohonanmu ditolak, hubunganmu dengan orang-orang sekitar pun
tidak harmonis. Bahkan anda pun telah kehilangan para pendukungmu.
Sekarang mulailah untuk melakukan perjalanan penuh frustasi, perjalanan
penuh lika-liku karena anda hidup di dunia ini, bukan disurga.
6. Jangan memperhatikan segala informasi dan keluarkanlah keputusan
yang cepat sekarang juga! Karena banyaknya informasi akan membuat
mungkin saja keputusan anda akan semakin matang, namun tidak tepat
pada waktunya.
7. Janganlah anda merasa puas kecuali dengan sesuatu yang ideal.
Tunggulah, disana banyak informasi yang belum engkau dapatkan.
Bukalah seluruh jiwa ragamu untuk menghadapi kelesuan, karena waktu
anda untuk menyelesaikannya sangat terbatas. "Ketika kita berhenti
sejenak untuk berpikir, maka kesempatan biasanya segera meninggalkan
kita" (Paplelius)
8. Esok anda akan memulai untuk membuat keputusan, dan esok, anda
harus mengatakan. Apapun yang akan terjadi nantinya lakukan dan
hadapilah karena sesunggunhya untuk menyelesaikan segala anda hanya
18
memutuhkan keberanian untuk menghadapi. "Celakalah orang-orang yang
suka menunda-nunda pekerjaan" (Al-Hadits)
9. Bukalah lebih banyak dari satu dokumen dan pelajarilah lebih banyak
lagi dari satu masalah. Jangan hanya memperhatikan hal-hal yang paling
utama, karena dalam hidup anda akan menghadapi berbagai macam
masalah pada masa, tempat dan waktu yang berbeda-beda. Perbanyak
pengalaman anda.
10. Keputusanmu itu sebagai respon atas apa yang kamu dengar. Oleh
sebab itu, mulailah mebuat ribuan keputusan.
C. PENDEKATAN KUANTITATIF
Dalam penelitian kualitatif, peneliti mencoba memusatkan perhatiannya
pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan
gejala yang adadalam kehidupan manusia, sedangkan pendekatan
kuantitatif memusatkan perhatianpada gejala-gejala yang mempunyai
karakteristik tertentu di dalam kehidupanmanusia yang dinamakannya
sebagai variabel.
Dalam pendekatan kuantitatif hakekat hubungan di antara variabel-variabel
dianalisis dengan menggunakan teori yang obyektif, sedangkan di dalam
pendekatan kualitatif yang dianalisa bukannya variabelvariabel,yang
sebetulnya adalah gejala sosial, tetapi prinsip-prinsip umum yang paling
mendasar yang menjadi landasan dari perwujudan satuan-satuan gejala
tersebut, yang dianalisis dalam kaitan hubungan dengan prinsip-prinsip
umum dari satuan-satuan gejala lainnya dengan menggunakan kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan, dan dari hasil analisis tersebut dianalisis
lagi dengan menggunakan seperangkat teori yang berlaku.
19
Dengan demikian, jelas perbedaan sasaran kajian antara pendekatan
kuantitatif dan kualitatif, di mana sasaran kajian kuantitatif adalah gejala,
sedangkan sasaran kajian pendekatan kualitatif adalah prinsip-prinsip
umum dari perwujudangejala-gejala. karena gejala-gejala yang ada di
dalam kehidupan manusia itu terbatas banyaknya, dan tidak terbatas pula
kemungkinan-kemungkinan variasi dan hierarkinya, maka juga diperlukan
pengetahuan statistik, yang secara kuantitatif berguna untuk menggolong-
golongkan dan menyederhanakan variasi dan hierarki yang ada dengan
ketepatan yang dapat diukur secara kuantitatif, dan begitu juga dalam hal
penganalisaan data yang telah dikumpulkan. Sedangkan di dalam
pendekatan kualitatif pengukuran dari makna dan peranan gejala-gejala
yang menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku di dalam kebudayaannya
tidak dapat dilakukannya secara obyektif dengan menggunakan ketepatan
perhitungan kuantitati
BAB III
PENUTUP
Permasalahan pendidikan di Indonesia masa kini sesungguhnya sangat
kompleks. Makalah ini dengan segala keterbatasannya, hanya sempat
menyoroti beberapa di antaranya yang dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu permasalahan eksternal dan internal. Dalam permasalahan
eksternal dibahas masalah globalisasi dan masalah perubahan sosial
sebagai lingkungan pendidikan.
Sedangkan menyangkut permasalahan internal disoroti masalah sistem
kelemahan (dialisme dikotomi), profesionalisme guru, dan strategi
pembelajaran. Dari pemahaman terhadap sejumlah permasalahan
dimaksud di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai permasalahan
pendidikan yang komplek itu, baik eksternal maupun internal adalah saling
terkait.
Hal ini tentu saja menyarankan bahwa pemecahan terhadap permasalahan-
permasalahan pendidikan tidak bisa dilakukan secara parsial; yang
20
merupakan pendekatan terpadu. Bagaimanapun, permasalahan-
permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita
hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan
solusinya, maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu
bersaing secara terhormat di era globalisasi dewasa ini.
KESIMPULAN
1. Permasalahan pendidikan di Inonesia dapat dikelompokkan dalam dua
permasalan yaitu;
a. Internal dan eksternal*
b. Pembelajaran dan kurikulum
c. Sarana dan globalisasi
2. Salah satu permasalahan pendidikan sebagai sebuah system adalah…
a. adanya system ekonomi kafitalis
b. pemerataan pendidikan*
c. berlangsungnya pendidikan yang sekularis
3. Permasalan pendidikan sebagai sebuah subsistem di antaranya adalah..
a. sarana dan prasarana yang rusak
b. proses pembelajaran yang konvensional
c. pendidikan dijadikan sebagai jasa komoditas yang dapat diakses oleh
masyarakt pemilik modal saja*
4. Salah satu yang merupakan pemerataan pendidikan adalah…..
a. kesejahteraan guru belum optimal
b. keterbatasan aksebilitas dan daya tampung*
c. jumlah dan mutu guru yang belum memadai
5. Salah satu fungsi manajemen yang melekat dalam pengambilan
keputusan adalah….
a. perencanaan*
b. pengawan
c. pengorganisasian
6. Pang pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang berjalan
dengan dipengaruhi oleh berbagai aspek eksternal, hal tersebut merupakan
21
gambaran pendidikan sebagai …
a. subsistem*
b. fenomena
c. sistem
7. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 53-54 tentang
tanggaungjawab pendidikan nasional…
a. Pemerintah
b. Dialihkan dari Negara kepada masyarakat dengan mekanisme Badan
Hukum Pendidikan (BHP)*
c. Diaatur oleh pemerintah dan masyarakat tanpa BHP
8. Pengambilan keputusan menurut S.P. Siagian adalah…
a. pemilihan alternative prilaku tertentu dari dua atau lebih alternative yang
ada.
b. Suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat alternative yang
dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat*
c. Proses yang digunakan untuk memilih tindakan yang tepat
9. Pengambilan keputusan adalah akhir proses panjang tentang identifikasi
masalah, penetapan persyaratan pemecahan masalah, identifikasi
alternative dan penilaian strategi penyelesaian masalah, Definisi tersebut
adalah pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh…
a. Matlin
b. Baron
c. Roger Kaufman*
10. Aspek internal dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan
adalah….
a. Pengetahuan*
b. Kultur
c. Orang lain
11. Harren (1980) menyebutkan gaya pengambilan keputusan adalah …
a. Cara yang selalu dilakukan untuk menilai
b. Kepastian menyeleksi ketentuan
22
12. Cara-cara unik yang dilakukan seseorang di dalam membuat keputusan
13. 3 prinsip pengambilan keputusan adalah….
a. Intlegence, design, choice*
b. Choice, design, emotion
c. Design, emotion, intlegence
14. Salah satu unsure teori rasional komrehensif adalah…
a. Memperbaiki dan melengkapi kepuutusan
b. Perbuatan keputusan
c. Pendekatan rasional
15. Langkah-langkah pengambilan keputusan….
a. Planning, organizing, actuating, controlling
b. Identifikasi masalah,membuat alternative, mengimplementasikan,
mengevaluasi*
c. Mengawasi, identifikasi, merencanakan
16. Permasalahan professional guru merupakan masalah pendidikan dalam
kategori…
a. Ekternal
b. Internal*
c. Strategi pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
 Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi,
Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar.
 Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo
Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES.
 Joesoef, Daoed, 2001. “Pembaharuan Pendidikan dan Pikiran”, dalam
Sularto ( ed .). Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi: Antara Cita
dan Fakta. Jakarta: Kompas.
 Karis, M. Rusli. 1991, “Pendidikan Islam sebai Upaya Pembebasan
Manusia”, dalam Muslih Usa (ed.). Pendidikan Islam di Indonesia: Antara
Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana.
 Kuntowijoyo, 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya,
dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental,Bandung:Mizan.
23
 Maarif, Ahmad Syafii, 1987. “Masalah Pembaharuan Pendidikan Islam”,
dalam Ahmad Busyairi dan Azharudin Sahil ( ed .). Tantangan Pendidikan
Islam. Yogyakarta: LPM UII.
 Maarif. Ahmad Syafii, 1996. “Pendidikan Islam dan Proses
Pemberdayaan Umat”. Jurnal Pendidikan Islam, No. 2 Th.I/Oktober 1996.
 Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu
Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih
 Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu
Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih.
 Othman, Ali Issa, 1981. Manusia Menurut al-Ghazali, alih bahasa Johan
Smit dkk. Bandung: Pustaka.
 Shane, Harlod G., 1984. Arti Pendidikan bagi Masa Depan. Jakarta:
Rajawali Pers.
 Soedjatmoko, 1991. “Nasionalisme sebagai Prospek Belajar”, Prisma,
No. 2 Th. XX, Februari.
 Suyanto, 2007, “Tantangan Profesionalisme Guru di Era Global”, Pidato
Dies Natalis ke-43 Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei.

More Related Content

What's hot

Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasDedy Wiranto
 
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHSTRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHAnggi F. Jayanti
 
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDPenalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDRosyidah L
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1Jihan Hidayah Putri
 
Kriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen EvaluasiKriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen EvaluasiRofiani Intan
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifUniversitas Negeri Semarang
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahWARGA SALAPAN
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Arif Winahyu
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Dedi Yulianto
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran Dwi Karyani
 
Makalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaanMakalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaandesmitaratriana1
 
PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1
PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1
PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1astrioktawahyuni
 
Ppt seminar nasional Yayan Eryandi
Ppt seminar nasional Yayan EryandiPpt seminar nasional Yayan Eryandi
Ppt seminar nasional Yayan EryandiYayan Eryandi
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasaraudiasls
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 
Daftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi FrekuensiDaftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi Frekuensimaudya09
 
Kko indikator HOTS
Kko indikator HOTSKko indikator HOTS
Kko indikator HOTSumirosidah5
 

What's hot (20)

Rpp ctl SD
Rpp ctl SDRpp ctl SD
Rpp ctl SD
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip Fleksibilitas
 
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHSTRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
 
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDPenalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
 
Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
 
Kriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen EvaluasiKriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen Evaluasi
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen Sekolah
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran
 
Makalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaanMakalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaan
 
PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1
PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1
PPT Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX Semester 1
 
Ppt seminar nasional Yayan Eryandi
Ppt seminar nasional Yayan EryandiPpt seminar nasional Yayan Eryandi
Ppt seminar nasional Yayan Eryandi
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Daftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi FrekuensiDaftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi Frekuensi
 
Kko indikator HOTS
Kko indikator HOTSKko indikator HOTS
Kko indikator HOTS
 

Similar to Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan

LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANharjunode
 
Pendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skypePendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skypesahronzulkepli
 
Isu pendidikan
Isu pendidikanIsu pendidikan
Isu pendidikanVJ Asenk
 
Permasalahan pendidikan - Muhammad Habibie Ramadhan
Permasalahan pendidikan - Muhammad Habibie RamadhanPermasalahan pendidikan - Muhammad Habibie Ramadhan
Permasalahan pendidikan - Muhammad Habibie RamadhanMuhammad Habibie Ramadhan
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANIDadang DjokoKaryanto
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikanfenty_febriani
 
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAMISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAMLiseu Taqillah
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanHariyatunnisa Ahmad
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI imam shofwan
 
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarMeningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarrizkywibowopambudi
 
ilmu pendidikan
ilmu pendidikanilmu pendidikan
ilmu pendidikanWidia Wati
 

Similar to Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan (20)

Teori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikanTeori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikan
 
Permasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikanPermasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikan
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
 
Pendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skypePendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skype
 
Isu pendidikan
Isu pendidikanIsu pendidikan
Isu pendidikan
 
Permasalahan pendidikan - Muhammad Habibie Ramadhan
Permasalahan pendidikan - Muhammad Habibie RamadhanPermasalahan pendidikan - Muhammad Habibie Ramadhan
Permasalahan pendidikan - Muhammad Habibie Ramadhan
 
Tugas topik 5
Tugas topik 5Tugas topik 5
Tugas topik 5
 
Tik tugas 4
Tik tugas 4Tik tugas 4
Tik tugas 4
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikan
 
Hhhh
HhhhHhhh
Hhhh
 
Lala
LalaLala
Lala
 
Peran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraanPeran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraan
 
Pengantar Pendidikan
Pengantar PendidikanPengantar Pendidikan
Pengantar Pendidikan
 
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAMISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
 
Bowo
BowoBowo
Bowo
 
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarMeningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
 
ilmu pendidikan
ilmu pendidikanilmu pendidikan
ilmu pendidikan
 

More from Dedy Wiranto

Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Dedy Wiranto
 
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Dedy Wiranto
 
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Dedy Wiranto
 
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiMakalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiDedy Wiranto
 
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Dedy Wiranto
 
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalMakalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalDedy Wiranto
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
 
Karakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media PembelajaranKarakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media PembelajaranDedy Wiranto
 
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
 
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieMakalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Dedy Wiranto
 
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanMakalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDedy Wiranto
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususDedy Wiranto
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususMakalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususDedy Wiranto
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususMakalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
 
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumMakalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumDedy Wiranto
 
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususMakalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
 
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiMakalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
 

More from Dedy Wiranto (20)

Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
 
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
 
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
 
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiMakalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
 
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
 
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalMakalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
 
Karakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media PembelajaranKarakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media Pembelajaran
 
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
 
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieMakalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
 
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanMakalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian Moral
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususMakalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususMakalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
 
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumMakalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
 
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususMakalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
 
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiMakalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
 

Recently uploaded

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan

  • 1. 1 MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN “Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan” Disusun Oleh : Heru Winoto (1102413105) Dwi Eti Awaliatun (1102415003) Dedy Wiranto (1102415010) Fuji Astuti (1102415014) Anisah Nurul K (1102415035) FAKULTAS ILMU PENDIDIKN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
  • 2. 2
  • 3. 3 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Pendidikan “Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan” dengan baik. Makalah ini dibuat untuk keperluan tugas Manajemen Pendidikan. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan manambah wawasan pembaca sehingga pembaca dapat mengetahui apa itu pemrosesan informasi. Semoga isi makalah ini dapat mudah dipahami, kami mengucapkan terimakasih mengucapkan mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat kata-kata yang salah, kami menyadari makalah ini kurang sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan sehingga pembuatan makalah yang akan datang lebih baik lagi Semarang, Mei 2016
  • 4. 4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................1 1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................2 1.3 TUJUAN PEMBELAJARAN............................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3 2.1 PANDANGAN ROBERT M GAGNE................................................3 2.2 PENGERTIAN PEMROSESAN INFORMASI..................................4 2.3 KARAKTERISTIK PEMROSESAN INFORMASI...........................4 2.3.1 PROSES BERFIKIR...................................................................4 2.3.2 MEKANISME PENGUBAH......................................................5 2.3.3 MODIFIKASI DIRI....................................................................6 2.4 TEORI PEMROSESAN INFORMASI ROBERT M GAGNE...........6 2.5 CIRI-CIRI MODEL PEMBELAJARAN .............................................14 BAB III PENUTUP..............................................................................................15 3.1 SIMPULAN.........................................................................................15 3.2 SARAN................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA
  • 5. 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Permasalahan Pendidikan Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontibusinya pendidikan. Shane (1984: 39), misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Dengan demikian, sebagai institusi, pendidikan pada prinsipnya memikul amanah “etika masa depan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya sekarang ini. Sementara itu pihak lain, manusia ditutut untuk mampu mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari (Joesoef, 2001: 198-199). Dalam konteks etika masa depan tersebut, karenanya visi pendidikan seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan, karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198). Visi ini tentu saja mensyaratkan bahwa, sebagai institusi, pendidikan harus solid. Idealnya, pendidikan yang solid adalah pendidikan yang steril dari berbagai permasalahan. Namun hal ini adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan akan selalu ada di manapun dan kapanpun, termasuk dalam institusi pendidikan. Oleh karena itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari permasalahah, tetapi justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara
  • 6. 6 cerdas dengan mengidentifikasi dan memahami substansinya untuk kemudian dicari solusinya. Makalah ini berusaha mengidentifikasi dan memahami permasalahan- permasalahan pendidikan di Indonesia. Permasalahan - permasalahan pendidikan dimaksud dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan permasalahan internal. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalahan pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan permasalahan eksternal dan internal tersebut, terlebih dahulu disajikan uraian singkat tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting, karena permasalahan pendidikan pada hakekatnya terkait erat dengan realisasi fungsi pendidikan. Fungsi Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini terkandung empat fungsi yang harus diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1) fungsi mengembangkan kemampuan peserta didik, (2) fungsi membentuk watak bangsa yang bermartabat, (3) fungsi mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat, dan (4) fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa. Noeng Muhadjir (1987: 20-25) menyebutkan bahwa, sebagai institusi pendidikan mengemban tiga fungsi. Pertama, pendidikan berfungsi menumbuhkan kreativitas peserta didik. Kedua, pendidikan berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada peserta didik; dan Ketiga, pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta didik. Kalau dibandingkan dengan fungsi pendidikan yang termaktup dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 di atas, fungsi pertama yang dikemukakan Noeng Muhadjir secara substantive sama dengan fungsi keempat menurut UU No. 20/2003. Sedangkan fungsi pendidikan ketiga yang dikemukakan Noeng Muhadjir pada dasarnya sama dengan fungsi pertama menurut UU No. 20/2003. Sementara itu, Vebrianto, seperti dikutip M. Rusli Karim (1991: 28) menyebutkan empat fungsi pendidikan. Keempat fungsi dimaksud adalah: (1) transmisi kultural,
  • 7. 7 pengetahuan, sikap, nilai dan norma ; (2) memilih dan menyiapkan peran sosial bagi peserta didik; (3) menjamin intergrasi nasional; dan (4) mengadakan inovasi-inovasi sosial. Terlepas dari adanya perbedaan rincian dalam perumusan fungsi pendidikan seperti tersebut di atas, namun satu hal yang pasti ialah bahwa fungsi utama pendidikan adalah membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup dan martabat kemanusiaannya. Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini Permasalahan eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini sesungguhnya sangat komplek. Hal ini dikarenakan oleh kenyataan kompleksnya dimensi-dimensei eksternal pendidikan itu sendiri. Dimensi-dimensi eksternal pendidikan meliputi dimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan juga dimensi global. Dari berbagai permasalahan pada dimensi eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini, makalah ini hanya akan menyoroti dua permasalahan, yaitu permasalahan globalisasi dan permasalahan perubahan sosial. Permasalahan globalisasi menjadi penting untuk disoroti, karena ia merupakan trend abad ke-21 yang sangat kuat pengaruhnya pada segenap sektor kehidupan, termasuk pada sektor pendidikan. Sedangakan permasalah perubahan sosial adalah masalah “klasik” bagi pendidikan, dalam arti ia selalu hadir sebagai permasalahan eksternal pendidikan, dan karenya perlu dicermati. Kedua permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, jika pendidikan ingin berhasil mengemban misi (amanah) dan fungsinya berdasarkan paradigma etika masa depan. a. Permasalahan globalisasi Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global (Fakih, 2003: 182). Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu sudah mulai Nampak.
  • 8. 8 Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang berlaku secara internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah menerima sertifikat ISO. Oleh karena itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan actual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122). Dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under- quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai terlihat pada tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada tingkat sekolah menengah. Bila persoalannya hanya sebatas tantangan kompetitif, maka masalahnya tidak menjadi sangat krusial (gawat). Tetapi salah satu ciri globalisasi ialah adanya “regulasi-regulasi”. Dalam bidang pendidikan hal itu tampak pada batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tentang sekolah berstandar internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah berstandar internasional tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi berstandar internasional ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi output pendidikan untuk memperolah akses ke bursa tenaga kerja global, maka hal ini pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan nasional.
  • 9. 9 Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini. b. Permasalahan perubahan social Ada sebuah adegium yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan social merupakan peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan social yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat. Bahkan salah satu fungsi pendidikan, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi social, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan social. Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini ternyata justru melahirkan paradoks. Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan social berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28). Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan timbal balik antar pendidikan dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas, patut kiranya dicatat peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa Negara- negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Negara merdeka. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional.
  • 10. 10 Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini Seperti halnya permasalahan eksternal, permasalahan internal pendidikan di Indonesia masa kini adalah sangat kompleks. Daoed Joefoef (2001: 210-225) misalnya, mencatat permasalahan internal pendidikan meliputi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan strategi pembelajaran, peran guru, dan kurikulum. Selain ketiga permasalahan tersebut sebenarnya masih ada jumlah permasalahan lain, seperti permasalahan yang berhubungan dengan sistem kelembagaan, sarana dan prasarana, manajemen, anggaran operasional, dan peserta didik. Dari berbagai permasalahan internal pendidikan dimaksud, makalah ini hanya akan membahas tiga permasalahan internal yang di pandang cukup menonjol, yaitu permasalahan sistem kelembagaan, profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. a. Permasalahan Sistem Kelembagaan Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme atau dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama ini agaknya merupakan warisan dari pemikiran Islam klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu ghairuh syariah dan ilmu syariah, seperti yang terlihat dalam konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981: 182). Dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan yang berlaku di negeri ini kita anggap sebagai permasalahan serius, bukan saja karena hal itu belum bisa ditemukan solusinya hingga sekarang, melainkan juga karena ia, menurut Ahmad Syafii Maarif (1987:3) hanya mampu melahirkan sosok manusia yang “pincang”. Jenis pendidikan yang pertama melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya sebagai urusan pribadi. Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok manusia yang taat, tetapi miskim wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat melahirkan sosok manusia Indonesia “seutuhnya”. Oleh karena itu, Ahmad
  • 11. 11 Syafii Maarif (1996: 10-12) menyarankan perlunya modal pendidikan yang integrative, suatu gagasan yang berada di luar ruang lingkup pembahasan makalah ini. b. Permasalahan Profesionalisme Guru Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Menurut Suyanto (2007: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun funfsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu lan ditiru”. Lebih jauh Suyanto (2007: 3-4) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah: (a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kide etik), (g) memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i) memiliki organisasi profesi. Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan) Suyanto (2007: 4). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang
  • 12. 12 tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini. c. Permasalahan Strategi Pembelajaran Menurut Suyanto (2007: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan. Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing). Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru. B. Rumusan Masalah
  • 13. 13 Untuk memudahkan dalam penulisan makalah ini, kami menfokuskan pada pembahasan tertentu yang kami rumuskan ke dalam tiga pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang dimasksud Permasalahan Internal dan Eksternal Pendidikan masa kini? 2. Bagaimana cara yang tepat mengambil keputusan dalam Pendidikan? C. Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan: 1. Memahami dengan baik Permasalahan Internal dan Eksternal pendidikan masa kini 2. Menemukan solusi Permasalahan Internal dan Eksternal pendidikan masa kini 3. Menambah Khazanah keilmuan 4. Memenuhi tugas Mata Kuliah manajemen sumber daya manusia 5. Metodologi Penulisan Metodologi penulisan makalah ini adalah research library yang kami lakukan dengan menela’ah buku-buku yang berkaitan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia. BAB II KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN Sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan atau alternatif dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori real life choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan atau membuat pilihan-pilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan
  • 14. 14 tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah yakni upaya untuk menutup terjadinya kesenjangan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diinginkan. Pengambilan keputusan adalah akhir proses panjang tentang identifikasi masalah, penetapan peersyaratan pemecahan masalah, identifikasi alternative dan penilaian strategi penyelesaian masalah, (Roger Kaufman). Begitu pula Baron, (1985) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternative. Matlin(1998) menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan keputusan. Setelah seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan maka selanjutnya dia akan melakukan tindakan untuk mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada. Dalam tahap ini reaksi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada individu yang dapat segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan, namun ada juga individu lain yang tampaknya mengalami kesulitan untuk menentukan sikapnya. Dalam praktiknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Arroba (1998) menyebutkan 5 faktor faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan, yaitu: (1) informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi; (2) tingkat pendidikan; (3) personality; (4) coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi); dan (5) culture. Hal senada dikemukakan Siagian (1991) bahwa terdapat aspek-aspek tertentu bersifat internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Adapun aspek internal tersebut antara lain : • Pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin
  • 15. 15 mempermudah pengambilan keputusan. • Aspek kepribadian. Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan. Sementara aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain : • Kultur. Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan. • Orang lain. Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, seseorang yang telah mengambil keputusan, pada dasarnya dia telah melakukan pemilihan terhadap alternatif-alternatif yang ditawarkan kepadanya. Kendati demikian, hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kemungkinan atau pilihan yang tersedia bagi tindakan itu akan dibatasi oleh kondisi dan kemampuan individu yang bersangkuran, lingkungan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik dan aspek psikologis. Seorang pemimpin pendidikan harus mampu menjadi pemecah masalah bagi dirinya dan orang lain. Ini merupakan konsekuensi logis sebagai seorang pemimpin, karena mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus berani mengambil keputusan. Karena posisinya sebagai problem solver, ia harus benar-benar memiliki daya analisis yang tinggi, sehingga keputusan yang diambilnya sudah dipertimbangkan secara matang, yang dapat dilakukan melalui studi kasus, pengamatan, maupun wawancara terfokus. Pemimpin pendidikan sebagai problem solver dituntut untuk memiliki kreativitas dalam memecahkan masalah dan mengembangkan alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif untiuk memecahkan masalah dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: • Tahap orientasi masalah, yaitu merumuskan masalah dan mengindentifikasi aspek aspek masalah tersebut. dalam prospeknya, si pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
  • 16. 16 masalahyang dipikirkan. • Tahap preparasi. Pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi. • Tahap inkubasi. Ketika pemecahan masalah mengalami kebuntuan maka biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan bekerja secara otomatis untuk mencari pemecahan masalah. • Tahap iluminasi. Proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian (insight) yang dianggap dapat memecahkan masalah. • Tahap verifikasi, yaitu melakukan pengujian atas pemecahan masalah tersebut, apabila gagal maka tahapan sebelummnya harus di ulangi lagi. Dalam hal mengambil keputusan, antar individu yang satu dengan individu yang lain melakukan pendekatan dengan cara yang tidak sama. Setiap orang mempunyai cara unik dalam mengambil keputusan. Jadi ada gaya yang berbeda-beda antar individu yang satu dengan yang lain dalam melakukan pengambilan keputusan. Harren (1980) menyebutkan gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan seseorang di dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Gaya pengambilan keputusan bersifat melekat pada kondisi seseorang. Gaya pengambilan keputusan dipelajari dan dibiasakan oleh individu dalam kehidupannya, sehingga menjadi bagian dan miliknya serta menjadi pola respon saat individu menghadapi situasi pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan juga menjadi ciri atau bagian unik dari individu (Phillips, dkk. 1984). Harren, dkk. membedakan pengambilan keputusan ke dalam 2 (dua) gaya pengambilan yang berseberangan yaitu gaya rasional dan intuitif. Penggolongan dua gaya ini didasarkan atas: • Tingkat individu menggunakan strategi pengambilan keputusan yang bersifat emosional. • Cara individu mengolah dan menanggapi informasi serta melakukan evaluasi dalam situasi pengambilan keputusan.
  • 17. 17 10 LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN SEBELUM MENGAMBIL SUATU KEPUTUSAN 1. Ketika kelesuan anda sedang memuncak dari celah-celah gunung tekanan kerja, maka terimalah pemikiran/ pendapat pertama yang ditawarkan kepada anda. 2. Kumplkanlah berbagai informasi yang cocok dengan keinginan anda dan berusahalah selalu untuk menetapkan benarnya keinginan anda yang bertentangan dengan realitas 3. Jadikanlah sebagian khayal negatif anda sebagai penjara bagi pemikiran anda, dan jadikanlah para sipir (penjaga penjara) anda sebagai pengalaman kegagalan anda yang lalu. Ingat!! "Tidak ada yang paling menakutkan selain rasa takut itu sendiri (Francois Bacon)" 4. Perhatikanlah berbagai realitas yang menumpuk ketika anda sedang marah karena "Kemarahan itu kesempatan kecil dari kegilaan" (Hawaris) 5. Permohonanmu ditolak, hubunganmu dengan orang-orang sekitar pun tidak harmonis. Bahkan anda pun telah kehilangan para pendukungmu. Sekarang mulailah untuk melakukan perjalanan penuh frustasi, perjalanan penuh lika-liku karena anda hidup di dunia ini, bukan disurga. 6. Jangan memperhatikan segala informasi dan keluarkanlah keputusan yang cepat sekarang juga! Karena banyaknya informasi akan membuat mungkin saja keputusan anda akan semakin matang, namun tidak tepat pada waktunya. 7. Janganlah anda merasa puas kecuali dengan sesuatu yang ideal. Tunggulah, disana banyak informasi yang belum engkau dapatkan. Bukalah seluruh jiwa ragamu untuk menghadapi kelesuan, karena waktu anda untuk menyelesaikannya sangat terbatas. "Ketika kita berhenti sejenak untuk berpikir, maka kesempatan biasanya segera meninggalkan kita" (Paplelius) 8. Esok anda akan memulai untuk membuat keputusan, dan esok, anda harus mengatakan. Apapun yang akan terjadi nantinya lakukan dan hadapilah karena sesunggunhya untuk menyelesaikan segala anda hanya
  • 18. 18 memutuhkan keberanian untuk menghadapi. "Celakalah orang-orang yang suka menunda-nunda pekerjaan" (Al-Hadits) 9. Bukalah lebih banyak dari satu dokumen dan pelajarilah lebih banyak lagi dari satu masalah. Jangan hanya memperhatikan hal-hal yang paling utama, karena dalam hidup anda akan menghadapi berbagai macam masalah pada masa, tempat dan waktu yang berbeda-beda. Perbanyak pengalaman anda. 10. Keputusanmu itu sebagai respon atas apa yang kamu dengar. Oleh sebab itu, mulailah mebuat ribuan keputusan. C. PENDEKATAN KUANTITATIF Dalam penelitian kualitatif, peneliti mencoba memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang adadalam kehidupan manusia, sedangkan pendekatan kuantitatif memusatkan perhatianpada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu di dalam kehidupanmanusia yang dinamakannya sebagai variabel. Dalam pendekatan kuantitatif hakekat hubungan di antara variabel-variabel dianalisis dengan menggunakan teori yang obyektif, sedangkan di dalam pendekatan kualitatif yang dianalisa bukannya variabelvariabel,yang sebetulnya adalah gejala sosial, tetapi prinsip-prinsip umum yang paling mendasar yang menjadi landasan dari perwujudan satuan-satuan gejala tersebut, yang dianalisis dalam kaitan hubungan dengan prinsip-prinsip umum dari satuan-satuan gejala lainnya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, dan dari hasil analisis tersebut dianalisis lagi dengan menggunakan seperangkat teori yang berlaku.
  • 19. 19 Dengan demikian, jelas perbedaan sasaran kajian antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, di mana sasaran kajian kuantitatif adalah gejala, sedangkan sasaran kajian pendekatan kualitatif adalah prinsip-prinsip umum dari perwujudangejala-gejala. karena gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan manusia itu terbatas banyaknya, dan tidak terbatas pula kemungkinan-kemungkinan variasi dan hierarkinya, maka juga diperlukan pengetahuan statistik, yang secara kuantitatif berguna untuk menggolong- golongkan dan menyederhanakan variasi dan hierarki yang ada dengan ketepatan yang dapat diukur secara kuantitatif, dan begitu juga dalam hal penganalisaan data yang telah dikumpulkan. Sedangkan di dalam pendekatan kualitatif pengukuran dari makna dan peranan gejala-gejala yang menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku di dalam kebudayaannya tidak dapat dilakukannya secara obyektif dengan menggunakan ketepatan perhitungan kuantitati BAB III PENUTUP Permasalahan pendidikan di Indonesia masa kini sesungguhnya sangat kompleks. Makalah ini dengan segala keterbatasannya, hanya sempat menyoroti beberapa di antaranya yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan internal. Dalam permasalahan eksternal dibahas masalah globalisasi dan masalah perubahan sosial sebagai lingkungan pendidikan. Sedangkan menyangkut permasalahan internal disoroti masalah sistem kelemahan (dialisme dikotomi), profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. Dari pemahaman terhadap sejumlah permasalahan dimaksud di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai permasalahan pendidikan yang komplek itu, baik eksternal maupun internal adalah saling terkait. Hal ini tentu saja menyarankan bahwa pemecahan terhadap permasalahan- permasalahan pendidikan tidak bisa dilakukan secara parsial; yang
  • 20. 20 merupakan pendekatan terpadu. Bagaimanapun, permasalahan- permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan solusinya, maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu bersaing secara terhormat di era globalisasi dewasa ini. KESIMPULAN 1. Permasalahan pendidikan di Inonesia dapat dikelompokkan dalam dua permasalan yaitu; a. Internal dan eksternal* b. Pembelajaran dan kurikulum c. Sarana dan globalisasi 2. Salah satu permasalahan pendidikan sebagai sebuah system adalah… a. adanya system ekonomi kafitalis b. pemerataan pendidikan* c. berlangsungnya pendidikan yang sekularis 3. Permasalan pendidikan sebagai sebuah subsistem di antaranya adalah.. a. sarana dan prasarana yang rusak b. proses pembelajaran yang konvensional c. pendidikan dijadikan sebagai jasa komoditas yang dapat diakses oleh masyarakt pemilik modal saja* 4. Salah satu yang merupakan pemerataan pendidikan adalah….. a. kesejahteraan guru belum optimal b. keterbatasan aksebilitas dan daya tampung* c. jumlah dan mutu guru yang belum memadai 5. Salah satu fungsi manajemen yang melekat dalam pengambilan keputusan adalah…. a. perencanaan* b. pengawan c. pengorganisasian 6. Pang pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang berjalan dengan dipengaruhi oleh berbagai aspek eksternal, hal tersebut merupakan
  • 21. 21 gambaran pendidikan sebagai … a. subsistem* b. fenomena c. sistem 7. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 53-54 tentang tanggaungjawab pendidikan nasional… a. Pemerintah b. Dialihkan dari Negara kepada masyarakat dengan mekanisme Badan Hukum Pendidikan (BHP)* c. Diaatur oleh pemerintah dan masyarakat tanpa BHP 8. Pengambilan keputusan menurut S.P. Siagian adalah… a. pemilihan alternative prilaku tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. b. Suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat* c. Proses yang digunakan untuk memilih tindakan yang tepat 9. Pengambilan keputusan adalah akhir proses panjang tentang identifikasi masalah, penetapan persyaratan pemecahan masalah, identifikasi alternative dan penilaian strategi penyelesaian masalah, Definisi tersebut adalah pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh… a. Matlin b. Baron c. Roger Kaufman* 10. Aspek internal dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan adalah…. a. Pengetahuan* b. Kultur c. Orang lain 11. Harren (1980) menyebutkan gaya pengambilan keputusan adalah … a. Cara yang selalu dilakukan untuk menilai b. Kepastian menyeleksi ketentuan
  • 22. 22 12. Cara-cara unik yang dilakukan seseorang di dalam membuat keputusan 13. 3 prinsip pengambilan keputusan adalah…. a. Intlegence, design, choice* b. Choice, design, emotion c. Design, emotion, intlegence 14. Salah satu unsure teori rasional komrehensif adalah… a. Memperbaiki dan melengkapi kepuutusan b. Perbuatan keputusan c. Pendekatan rasional 15. Langkah-langkah pengambilan keputusan…. a. Planning, organizing, actuating, controlling b. Identifikasi masalah,membuat alternative, mengimplementasikan, mengevaluasi* c. Mengawasi, identifikasi, merencanakan 16. Permasalahan professional guru merupakan masalah pendidikan dalam kategori… a. Ekternal b. Internal* c. Strategi pembelajaran DAFTAR PUSTAKA  Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar.  Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES.  Joesoef, Daoed, 2001. “Pembaharuan Pendidikan dan Pikiran”, dalam Sularto ( ed .). Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi: Antara Cita dan Fakta. Jakarta: Kompas.  Karis, M. Rusli. 1991, “Pendidikan Islam sebai Upaya Pembebasan Manusia”, dalam Muslih Usa (ed.). Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana.  Kuntowijoyo, 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental,Bandung:Mizan.
  • 23. 23  Maarif, Ahmad Syafii, 1987. “Masalah Pembaharuan Pendidikan Islam”, dalam Ahmad Busyairi dan Azharudin Sahil ( ed .). Tantangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: LPM UII.  Maarif. Ahmad Syafii, 1996. “Pendidikan Islam dan Proses Pemberdayaan Umat”. Jurnal Pendidikan Islam, No. 2 Th.I/Oktober 1996.  Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih  Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih.  Othman, Ali Issa, 1981. Manusia Menurut al-Ghazali, alih bahasa Johan Smit dkk. Bandung: Pustaka.  Shane, Harlod G., 1984. Arti Pendidikan bagi Masa Depan. Jakarta: Rajawali Pers.  Soedjatmoko, 1991. “Nasionalisme sebagai Prospek Belajar”, Prisma, No. 2 Th. XX, Februari.  Suyanto, 2007, “Tantangan Profesionalisme Guru di Era Global”, Pidato Dies Natalis ke-43 Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei.