SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
1
KKPMT I (TERMINOLOGI MEDIS)
EMPHYSEMA
NAMA : ANNISAA WAFA SYAHIDA
NPM : 15303090
KELAS : RMIK-R31/15
POLITEKNIK PIKSI GANESHA
BANDUNG
2015-2016
2
LEMBAR PENILAIAN
Makalah ini telah diperiksa pada :
Tanggal :
Dengan nilai :
Dosen Mata Kuliah
KKPMT 1 (Terminologi Medis)
Gloria Asmarani, S. Kep, M.H. Kes,
NIDN : 0430118601
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENILAIAN ..........................................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1.1.1. Struktur Pernapasan Manusia
1.1.2. Mekanisme Pernapasan ..........................................................................................6
1.1.3. Proses Masuk dan Keluarnya Udara Pernapasan..................................................10
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................................11
1.3. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................12
2.1. DEFINISI EMPHYSEMA ............................................................................................12
2.1.1. Pengertian
2.2. GEJALA-GEJALAE MPHYSEMA .............................................................................13
2.3. FAKTOR PEMICU EMPHYSEMA.............................................................................14
2.3.1. Penyebab Emphysema ..........................................................................................14
2.3.2. Faktor Resiko Emphysema ...................................................................................15
2.3.3. Komplikasi Akibat Emphysema ...........................................................................16
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................17
3.1. KEJADIAN EMPHYSEMA .........................................................................................17
3.1.1. Asuhan Keperawatan Emphysema
3.1.2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik .........................................................................18
3.1.3. Review of System .................................................................................................18
3.1.4. Pengkajian Psikologi dan Spiritual .......................................................................19
3.1.5. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................19
3.1.6. Diagnosa Keperawatan .........................................................................................21
3.1.7. Intervensi...............................................................................................................22
3.1.8. Implementasi.........................................................................................................25
3.1.9. Evaluasi.................................................................................................................25
3.2. PEMBAHASAN............................................................................................................25
BAB IV PENUTUP............................................................................................................29
4.1. KESIMPULAN .............................................................................................................29
4.2. SARAN..........................................................................................................................29
DAFATR PUSTAKA.............................................................................................................31
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG (SISTEM RESPIRASI/ PERNAPASAN)
1.1.1. Stuktur Pernafasan Manusia
a. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun
atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang
oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh
septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum
ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh
tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah rongga
hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi
oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis
inferior, dan ethmoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum
nasalis.
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis
superior, konka media dan inferior. Melalui celah-celah pada ketiga
tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam
kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet.
Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian
atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung
sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama
(nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm, udara yang akan masuk
ke dalam paru-paru pertamakali akan masuk melalui hidung terlebih
dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.
b. Faring
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan
(nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring)
pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring.
Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga
hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi
sebgai jalannya udara dan makanan.
c. Laring
5
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau
disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang
membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup
tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang
tulang rawan. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak
melipat ke bawah, dan bertemu dengan katup pangkal tenggorokan
sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan,
katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup
tersebut akan membuka. Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara
yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita
berbicara.
d. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian
di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam
rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk kesaluran pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri.
Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih
vertikal daripada bronkus kiri. Karena strukturnya ini, sehingga
bronkus kanan akan mudah masuk benda asing. Itulah sebabnya paru-
paru kanan seseorang lebih mudah terserang bronkhitis.
f. Paru-paru
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-
paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada,
tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan
yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas
dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan
memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru
sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.Paru-paru dibungkus oleh dua
lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di
dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut
6
alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah.
Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas.
Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2
. Dengan kata
lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas
daripada luas permukaan tubuh. Dinding alveolus mengandung kapiler
darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus
dinding alveolus, lalu menembus dinding kapiler darah yang
mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah
dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah
sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel
tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi
hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi. Karbon dioksida
yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui
pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2
menembus dinding pembuluh darah dan dinding alveolus. Dari
alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk
dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di
alveolus.
1.1.2. Mekanisme Pernapasan Manusia
Paru-paru tidak mempunyai jalan untuk menarik udara melalui hidung.
Tetapi udara dapat dibawa masuk kedalam paru-paru melalui kegiatan otot
tertentu. Otot-otot ini menambah ukuran dada setiap seorang benapas.
Sementara ukuran dada seseorang bertambah, paru-paru bertambah luas
dan udara akan segera mengisi ruangan yang telah tersedia. Dengan
demikian saat otot menjadi rileks, dada kembali kepada ukurannya semula,
dan udara dipaksakan untuk keluar melalui jalan masuknya.
Otot yang menambah ukuran dada (otot pernapasan) adalah diafragma,
otot yang terletak di antara tulang iga dan otot tertentu di leher. Otot-otot
inilah yang digunakan pada saat memasukan udara ke dalam pparu-paru.
Diafragma adalah otot yang berbentuk kubah (dome) terletak pada
tingkatan bawah dari tulang iga, yang memisahkan dada dari abdomen
(perut). Jantung dan paru-paru terletak di atas diafragma, sedangkan hati,
perut, dan limfa kecil dan organ abdomen lainnya terletak dibawah
7
diafragma.bila diafragma berkontraksi, ia akan menarik kebawah
menentang organ yang ada di abdomen, ini akan menyebabkan paru-paru
menjadi lebih luas. Otot antara tulang iga juga akan berkontraksi pada saat
yang sama dengan kontraksinya diafragma, sebab itu menolong untuk
lebih memperluas paru-paru.
Otot yang berada di dinding abdomen bila berkontraksi akan
menghasilkan akibat yang berlawanan yang dilakukan oleh diafragmadan
otot di antara tulang iga. Bila otot di dinding abdomen berkon-traksi,
organ-organ abdomen dan diafragma akan merapat ke atas. Ini akan
menyebabkan udara terdorong ke atas untuk meninggalkan paru-paru
dengan cepat. Bilamana hal ini tidak terjadi mengakibatkan timbulnya
suatu tekanan di dalam dada. Sama seperti seluruh otot dalam tubuh
manusia, aksi dari otot pernapasan dikontrol oleh urat saraf. Sebagai mana
anda ketahui, Anda dapat bernafas lebih cepat, lebih dalam atau menahan
napas untuk sementara. Hal ini disebabkan oleh saraf pengontrol sadar
yang Anda miliki dan otot yang berhubungan dengan pernapasan.
Akan tetapi umumnya proses pernapasan dikontrol secara otmatis oleh
saraf pusat yang berada disebelah bawah dari otak. Saraf pusat ini
mengirimkan getaran saraf ke otot-otot pernapasan hingga mereka dapat
berkontraksi dan mengendor-kan secara bergantian. Pusat syaraf tersebut
bahkan dapat mengontrol seberapa cepat dan seberapa dalam anda
bernafas. Ketika Anda berolahraga, saraf pusat Pernapasan mengirimkan
getaran-nya dengan irama yang lebih cepat daripada saat Anda beristirahat.
1. Pernafasan Dada
Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan
pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot antartulang rusuk.
Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk luar
dan otot antartulang rusuk dalam.Saat terjadi inspirasi, otot antartulang
rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk menjadi terangkat.
Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya volume
rongga dada menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi
kecil/berkurang, padahal tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian,
udara bebas akan mengalir menuju paru-paru melewati saluran
8
pernapasan.Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk
dalam berkontraksi (mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk
dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil.
Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada
menjadimeningkat, sedangkan tekanan udara di luar tetap. Dengan
demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru menjadi
terdorong keluar.
2. Pernafasan Perut
Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma
(sekat rongga dada) mendatar dan volume rongga dada membesar,
sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil daripada
udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi
apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume
rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada
lebih besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam
terdorong ke luar.
3. Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (O2)dan Karbondioksida (CO2)
Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup
melalui dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan
tak langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan
oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang
dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan
pernapasan tidak langsung.Saat kita bernapas, udara diambil dan
dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan lain kata, kita melakukan
pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu,
proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru.
Bagian paru-paru yang mengalamiproses difusi dengan udara yaitu
gelembung halus kecil atau alveolus.Oleh karena itu, berdasarkan
proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan
internal.
a) Pernafasan Eksternal
9
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan
masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen
tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah
yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran
oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam
paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.Saat sel darah merah
(eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang
diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim
karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang tinggal
sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut. Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang
disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga
hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan
berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat
HbO2).Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena
adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus.
Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida
pada darah dan udara berbeda.Tekanan parsial oksigen yang kita hirup
akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus
paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih
tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu,
oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-
paru.Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih
besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara.
Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di
bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya,
karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa
keluar tubuh lewat hidung.
b) Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas
pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses
pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut
berlangsung dalam respirasi seluler.Setelah oksihemoglobin (HbO2)
dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya
10
menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam
proses metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut.Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga
melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan
jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah
dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi
oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen
dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah
daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung
dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang
diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama
hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya
sebagai berikut.Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk
ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam
karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera
terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat
(HCO- Persamaan reaksinya sebagai berikut.CO2 yang diangkut darah
ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan
tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat
yang tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah
berfungsi sebagai bu. er atau larutan penyangga atau Lebih tepatnya,
ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat
keasaman) darah.
1.1.3. Proses Masuk dan Keluarnya Udara Pernapsan
Proses pertukaran gas dari atsmosfer ke paru-paru dan sebaliknya
karena adanya pergerakan tulang-tulang rusuk dan otot diafragma yang
diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak. Pada mulanya, otot-
otot antar tulang rusuk menegang (kontraksi) sehingga menarik tulang
rusuk ke atas dan pada saat yang bersamaan otot diafragma juga menegang
sehingga diafragma menjadi datar. Akibatnya, rongga dada membesar,
paru-paru mengembang, tekanan udara dalam kantung-kantung paru-paru
turun menjadi lebih rendah daripada tekanan udara atmosfer sehingga
11
udara mengalir masuk ke paru-paru. Peristiwa masuknya udara pernapasan
ke paru-paru disebut inspirasi. Setelah inspirasi, otot-otot antar tulang
rusuk mengendor (relaksasi) sehingga tulang rusuk kembali pada posisi
semula dan pada saat yang bersamaan otot diafragma juga mengendor
sehingga diafragma melengkung ke rongga dada. Akibatnya, rongga dada
menyempit, paru-paru terdesak mengecil sehingga tekanan udara dalam
paru-paru naiklebih tinggi dari tekanan udara atmosfer dan akibatnya
udara mengalir keluar dari paru-paru. Proses menghembuskan udara
pernapasan dari paru-paru disebut ekspirasi.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas yang dapat didefinisikan bahwa
Sistem Respirasi/Pernapasan Manusia adalah bagian penting dalam kehidupan
manusia. Dalam Sistem Respirasi/Pernapasan Manusia biasanya memiliki
situasi tidak normal atau beberapa kasus penyakit yang disebabkan oleh
beberapa faktor internal (genetik/keturunan) ataupun eksternal (virus, bakteri,
kelainan struktur sel, dan lain-lain), yang akan penulis spesifikasikan
mengenai gangguan/penyakit Emphysema di paru-paru.
1.3. TUJUAN PENULISAN
A. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan makalah ini semata-mata adalah untuk memenuhi
tugas makalah yang diberikan dosen KKPMT I (Terminologi Medis), serta
untuk menegtahui persoalan penyakit yang teradi pada Sistem
Respirasi/Pernapasan Manusia terutama ganguan/penyakit Emphysema di
paru-paru.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi Emphysema.
2. Mengetahui dan memahami gejala Emphysema.
3. Mengtahui dan memahami faktor pemicu Emphysema.
4. Mengtahui dan memahami penanganan/pengobatan Emphysema.
BAB II
12
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI EMPHYSEMA
2.1.1. Pengertian
Emphysema adalah kondisi dimana kantung udara di paru-paru secara
bertahap hancur, membuat napas lebih pendek. Emphysema adalah salah
satu dari beberapa penyakit yang secara kolektif dikenal sebagai kolektif
dikenal sebgai penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Merokok adalah
penyebab utama emphysema.
Emphysema membuat kantung udara yang terdiri dari balon-balon
yang bergerombol seperti tandan buah anggur menadi kantung udara
dengan lubang-lubang menganga di dindingnya. Hal ini mengurangi luas
permukaan paru-paru dan, pada gilirannya jumlah oksigen yang mencapai
aliran darah. Emphysema juga perlahan-lahan menghancurkan serat-serat
elastis yang membuka saluran udara kecil yang mengarah ke kantung
udara. Hal ini memungkinkan saluran udara tersebut runtuh ketika
mengeluarkan napas sehingga udara dalam paru-paru tidak dapat keluar.
Emphysema adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai
dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk
menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena tekanan udara
yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli).
Normalnya ketika menarik nafas, alveoli mengembang ketika udara
masuk untuk pertukaran gas antara alveoli dan darah. Sewaktu
menghembuskan nafas, jaringan elastis di alveoli menyebabkan alveoli
kembali menguncup, memaksa udara untuk keluar dari paru-paru melalui
saluran pernafasan. Pada emphysema, hilangnya elastisitas yang demikian
karena kerusakan akibat bahan kimia dari asap tembakau atau polutan
yang menyebabkan alveoli berekspansi terus menerus dan udara tidak
dapat keluar sama sekali. Ketika jaringan kehilangan elastisitasnya pada
saluran pernafasan kecil di atas alveoli, hal ini menyebabkan terjadinya
pengempisan saluran pernafasan, yang lebih lanjut lagi dapat membatasi
udara mengalir keluar.
Definisi emfisema menurut Kus Irianto, Robbins, Corwin, dan The
American Thorack society:
13
1. Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku
mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah
ekspirasi.(Kus Irianto.2004.216).
2. Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran
abnormal ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan
desruksi dindingnya.(Robbins.1994.253).
3. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas
paru dan luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435).
4. Suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang
disertai kerusakan dinding alveolus. (The American Thorack society
1962).
Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang
ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi
jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa,
jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa
disertai adanya destruksi jaringan, maka itu “bukan termasuk emfisema”.
Namun, keadaan tersebut hanya sebagai „overinflation‟.
2.2. GEJALA-GEALA EMPHYSEMA
Kebanyakan orang yang mengidap penyakit ini adalah pria yang sudah
berumur lebih dari 50 tahun, yang telah menjadi perokok berat untuk sebagian
besar hidup mereka. Namun, sekrang yang merokok bukan hanya pria, tetapi
wanita juga sudah banyak yang merokok, dari sinilah penyakit ini dapat
menyerang pada wanita juga. Perkembangan pada penyakit emphysema bisa
dikatakan sangat lambat, karen biasanya penderi akan merasakan sesak napas
selama kegiatan atau latihan. (http://www.gejalapenyakit.xyz/gejala-penyakit-emfisema/)
Emphysema dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa disadari.
Gejala utamanya adalah napas pendek. Pada kondisi yang sangat parah,
gealanya dapat terjadi bahkan saat beristirahat :
1. Sesak napas,
2. Batuk kronis,
3. Sering merasa gelisah,
4. Penurunan berat badan,
14
5. Sering merasa kelelahan,
6. Berkurangnya nafsu makan,
7. Pembengkakan pada mata kaki dan kaki,
8. Penurunan kemampuan untuk berolahraga.
9. Napas pendek hingga berbicara pun sulit,
10. Bibir atau kuku berubah menadi biru arau abu-abu,
11. Reaksi spontan berkurang,
12. Antung berdetak sangat kencang.
Orang yang menderita emfisema biasanya bernafas dengan
mengerutkan bibir karena bibir hanya sedikit terbuka ketika mereka
menghembuskan nafas, meningkatkan tekanan pada saluran pernafasan yang
mengempis dan membukanya, membiarkan udara yang terperangkap agar
dapat dikosongkan. Pengobatan seperti bronkoldilator dan kortikosteroid,
tersedia untuk membantu mengurangi gejala. Berhenti merokok adalah satu-
satunya cara untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari kondisi ini.
2.3.FAKTOR PEMICU EMPHYSEMA
2.3.1. Penyebab Emphysema
a. Faktor Genetik
Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit emfisema. Faktor
genetik diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya
eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum,
adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru
pada keluarga, dan defisiensi protein alfa – 1 anti tripsin.
b. Hipotesis Elastase-Anti Elastase
Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik
elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan
jaringan.Perubahan keseimbangan menimbulkan jaringan elastik
paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.
c. Rokok
Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Rokok
secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia
pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar,
15
menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bronkus
dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.
d. Infeksi
Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih
hebat sehingga gejalanya lebih berat. Penyakit infeksi saluran
nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale,
dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya emfisema. Infeksi pernapasan
bagian atas pasien bronkitis kronik selalu menyebabkan infeksi
paru bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.
Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus
influenzae dan streptococcus pneumoniae.
e. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema.
Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih
tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti
halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia
menghambat fungsi makrofag alveolar. Sebagai faktor penyebab
penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.
f. Faktor Sosial Ekonomi
Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih
jelek.
g. Pengaruh usia
2.3.2. Faktor Resiko Emphysema
a. Merokok;
b. Umur, sebagian besar perokok menderita geala emphysema di
umur 40-60 tahun;
c. Terpapar asap sekunder, perokok pasif uga memiliki resiko terkena
emphysema;
d. Terpapar asap, debu, dan bahan kimia di tempat kerja, misalnya
pabrik;
16
e. Tepapar polusi udara, baik di dalam ruangan maupun di luar
ruangan.
2.3.3. Komplikasi Akibat Emphysema
Emphysema memiliki kemungkinan menimbulkan penyakit lain,
seperti :
a. Pneumothorax atau Collapsed lung,
b. Penyakit Jantung,
c. Lubang besar di paru-paru (giant bullae).
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.KEJADIAN EMPHYSEMA
3.1.1. Asuhan Keperawatan Emphysema
Di sebuah Rumah Sakit di Surabaya
Tanggal pengkajian : 12 November 2010
Jam 11.30 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Tuan A
TTL : 17/11/1970
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 40 tahun, 5 hari
Pekerjaan : Buruh bangunan
Nama Ayah / Ibu : Tn. M (Alm) / Ny. M
Pekerjaan Istri : Ibu Rumah tangga
Alamat : Jl. Kedinding 78, Surabaya
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Pendidikan Terakhir Istri : SD
Diagnosa : Emfisema
2. Riwayat sakit dan Kesehatan
1.1. Keluhan Utama : sesak napas
1.2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tuan A tinggal bersama istri dan dua anaknya. Tuah A
mengeluh sesak napas, batuk, dan nyeri di daerah dada
sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak sekret keluar
ketika batuk, berwarna kuning kental. Tuan A merasakan
sedikit nyeri pada dada. Tuan A cepat merasa lelah saat
melakukan aktivitas.
3. Riwayat Penyakit dahulu :
18
Tuan A selama 3 tahun terkhir mengalami batuk
produktif dan pernah menderita pneumonia.
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada.
3.1.2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Kompos Mentis
2. Tanda-tanda Vital :
S : C
N : 102×/mnt
TD : 130/80 mmHg
RR : 30 ×/mnt
3.1.3. Review of System
1. Pernapasan B1 (breath)
Bentuk dada : barrel chest
Pola napas : tidak teratur
Suara napas : mengi
Batuk : ya, ada sekret
Retraksi otot bantu napas : ada
Alat bantu pernapasan : O2 masker 6 lpm
2. Kardiovaskular B2 (blood)
Irama jantung : regular; S1 , S2 tunggal.
Nyeri dada : ada, skala 6
Akral : lembab
Tekanan darah: 130/80 mmHg (hipertensi)
Saturasi Hb O2: hipoksia
3. Persyarafan B3 (brain)
Keluhan pusiing (-)
Gangguan tidur (-)
4. Perkemihan B4 (bladder)
Kebersihan : normal
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan : anoreksi disertai mual
19
BB : menurum
Porsi makan : tidak habis, 3 kali sehari
Mulut : bersih
Mukosa : lembab
6. Moskuloskeletal / integument B6 (bone)
Turgor kulit : berkeringat
Massa otot : menurun
3.1.4. Pengkajian Psikologi dan Spiritual
Klien kooperatif, tetap rajin beribadah dan memohon agar
penyakitnya bisa disembuhkan.
3.1.5. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X dada : Xray tanggal 12 November dengan hiperinflasi
paru-paru; mendatarnya diafragma; peningkatan area udara
retrosteral; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema);
peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkhitis), hasil normal
selama periode remisi (asma).
Kesimpulan : emfisema paru
b. pO2 : 75 mmHg (b)
c. pCO2 : 50 mmHg (Z)
d. SO3 : 100%
No Data Etiologi Masalah
1. DS:
Klien mengeluh sesak napas
DO:
a) pO2 : 75 mmHg (↓)
b) pCO2 : 50 mmHg (↑)
c) SO3 : 100%
-Infeksi / pneumonia
- Polusi
-Usia
-Ekonomi rendah
- Merokok
Defisiensi enzim alfa-1-
antitripsin, enzim protease
Inflamasi
- Elastisitas paru menurun
- Destruksi jaringan paru
Pelebaran ruang udara di dalam
paru (bronkus terminal
menggembung)
Gangguan
pertukaran gas
20
2.
3.
4.
DS :
Klien mengeluh berat saat
bernapas
DO :
- Retraksi otot bantu napas
- RR : 30 x/menit
DS :
Klien mengeluh adanya rasa
penuh di tenggorokan
DO :
- Produksi sekret meningkat
karena klien tidak bisa batuk
efektif.
- Ditemukan suara napas
ronchi
DS :
Klien selalu mengeluh
kelelahan dan lemas
DO ;
- RR meningkat setelah
melakukan aktivitas
- Cepat lelah saat beraktivitas
CO2 meningkat / udara
terperangkap dalam paru
- Sesak
- RR > 20 x/menit
- CO2 à hiperkapnia
- O2 à hipoksia
Gangguan pertukaran gas
Destruktif kapiler paru
-Penurunan perfusi O2
-Sianosis
Penurunan perfusi jaringan
perifer
Penurunan ventilasi
Peningkatan upaya menangkap
O2
Peningkatan RR
Retraksi otot bantu napas
Pola napas tidak efektif
Sesak (dyspnea)
Nyeri dyspnea
Reflek batuk menurun
Sekret tertahan
Ronchi
Perfusi jaringan perifer menurun
Ventilasi menurun
Upaya menangkap O2 meningkat
RR meningkat
Retraksi otot bantu napas
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
Pola napas tidak
efektif
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
Intoleransi
aktivitas
21
3.1.6. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
alveoli yang reversible.
2. Pola pernapasan berhubungan dengan ventilasi alveoli.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
sekret.
4. Intoleransi aktivitas bernubungan dengan ketidak seimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen,
22
3.1.7. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan pertukaran
gas berhubungan
dengan kerusakan
alveoli yang
reversible
1. Pertukaran gas pasien
kembali normal
2. Tidak terjadi perubahan
fungsi pernapasan.
3. Pasien bisa bernapas
normal tanpa
menggunakan otot
tambahan pernapasan.
4. Pasien tidak mengatakan
nyeri saat bernapas.
5. PCO2 , PO2, dan SO2
normal
6. Lakukan latihan
pernapasan dalam dan
tahan sebentar untuk
membiarkan diafragma
mengembangkan secara
optimal.
7. Posisikan pasien dengan
posisi semi fowler agar
pasien bisa melakukan
respirasi dengan
sempurna.
8. Kaji adanya nyeri dan
tanda vital berhubungan
dengan latihan yang
diberikan.
1. Ajari pasien tentang teknik
penghematan energi.
2. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tugas-tugas
yang bisa diselesaikan.
1. Kolaborasi:
 Berikan oksigen sesuai indikasi
 Berikan penekan SSP (anti
ansietas sedatif atau narkotik)
dengan hati-hati sesuai indikasi
1. Pasien dapat bernapas
dengan lancar.
1. Membantu ekspansi paru
yang optimal.
1. Evaluasi tingkat
kemapuan pasien dan
mempermudah perawat
dalam merencanakan
kriteria latihan lanjutan.
2. Meningkatkan
keadekuatan jalan napas.
3. Menjaga komunikasi
dengan pasien dan
mampu bekerjasama
dalam memprioritaskan
tugas.
4. Mempercepat proses
pemulihan dengan kerja
sam yang baik dengan
dokter.
2. Pola pernapasan
tidak
1. Tidak terjadi perubahan
dalam frekuensi pola 1. Latih pasien napas perlahan-
1. Ventilasi alveoli normal.
23
efektif berhubungan
dengan ventilasi
alveoli
pernapasan.
2. Tekanan nadi (frekuensi,
irama, kwalitas) normal.
3. Pasien memperlihatkan
frekuensi pernapasan yang
efektif dan mengalami
perbaikan pertukaran gas
pada paru.
4. Pasien menyatakan faktor
penyebab, jika
mengetahui.
5. Pastikan pasien bahwa
tindakan tersebut
dilakukan untuk menjamin
keamanan.
6. Alihkan perhatian pasien
dari pemikiran tentang
keadaan ansietas (cemas)
dengan meminta pasien
mempertahankan kontak
mata dengan perawat.
lahan, bernapas lebih efektif.
1. Jelaskan pada pasien bahwa dia
dapat mengatasi hiperventilasi
melalui kontrol pernapasan
secara sadar.
2. Kolaborasi:
Pemberian obat-obatan sesuai
indikasi dokter (ex. bronkodilator)
1. Tidak terjadi gangguan
perubuhan fungsi
pernapasan.
1. Untuk melatih ketahanan
jalan napas. Serta
memungkinkan untuk
melatih batuk efektif.
2. Mampu mengurangi
ansietas pasien dalam
menghadapihiperventilas
i.
1. Usaha untuk
menstabilkan pola napas
pasien.
3. Bersihan jalan nafas
tidak efektif
berhubungan dengan
meningkatnya sekret
atau produksi mukus.
Mengatasi masalah
ketidakefektifan jalan napas
Sekret encer
dan jalan napas
bersih
1. Berikan posisi yang nyaman
(fowler/ semi fowler)
1. Anjurkan untuk minum air
hangat
2. Bantu klien untuk melakukan
latihan batuk efektif bila
memungkinkan
3. Lakukan suction bila diperlukan,
batasi lamanya suction kurang
dari 15 detik dan lakukan
24
pemberian oksigen 100%
sebelum melakukan suction
4. Pasien lebih nyaman, karena
dapat membantu kelancaran pola
nafasnya
5. Air hangat dapat mengencerkan
sekret
6. Batuk efektif akan membantu
mengeluarkan sekret.
7. Jalan nafas bersih.
4. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara kebutuhan
dan suplai
oksigen.
1. Pasien bernafas dengan
efektif.
2. Mengatasi masalah
intoleransi aktivitas pada
pasien
1. Pasien bisa
mengidentifikasikan
faktor-faktor yang
Menurunkan toleransi
aktivitas.
2. Pasien memperlihatkan
kemajuan, khususnya
dalam hal mobilitas.
1. Ukur tanda vital saat istirahat
dan segera setelah aktivitas serta
frekuensi, irama dan kualitas.
2. Hentikan aktifitas bila respon
klien : nyeri dada, dyspnea,
vertigo/konvusi, frekuensi nadi,
pernapasan, tekanan darah
sistolik menurun.
3. Meningkatkan aktifitas secara
bertahap.
1. Ajarkan klien metode
penghematan energi untuk
aktifitas. Ubah posisi setiap 2
sampai 4 jam
2. Mengakaji periode istirahat
3. Mendapatkan tanda vital pasien
normal, baik saat istirahat
ataupun setelah beraktifitas.
4. Masalah intoleransi aktivitas
pada pasien dapat teratasi untuk
mengukur tingkat/kualitas nyeri
guna intervensi selanjutnya
1. Untuk melatih ketahanan
muskuloskeletal klien,
agar tidak terjadi syok.
2. Penghematan
energi seperti bed-rest
sangat membantu
meningkatkan
keadekuatan pernapasan
klien.
3. Mengetahui kebiasaan
klien dalam beristirahat
serta membantu
menentukan langkah
yang tepat untuk
mengoptimalkan periode
istirahat klien.
25
3.1.8. Implementasi
Lakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang akan diberikan.
3.1.9. Evaluasi
1. Diagnosa 1 :
a. Pasien bisa bernapas normal tanpa menggunakan otot
tambahan pernapasan.
b. Pasien tidak mengatakan nyeri saat bernapas.
2. Diagnosa 2 :
a. Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif
dan mengalami perbaikan pertukaran gas pada paru.
b. Pasien menyatakan faktor penyebab, ika mengetahui.
3. Diagnosa 3 : sekret encer dan jalan napas bersih.
4. Diagnosa 4 :
a. Pasien bisa mengidentifikasikan faktor-faktor yang
menurunkan toleran aktivitas.
b. Pasien memperhatikan kemajuan khususnya dalam hal
mobilitas.
c. Pasien memperhatikan turunnya tanda-tanda.
3.2. PEMBAHASAN
Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh
kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya.
Gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena
kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.Definisi emfisema menurut Kus Irianto, Robbins,
Corwin, dan The American Thorack society:
1. Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku
mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah
ekspirasi.(Kus Irianto.2004.216).
2. Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran
abnormal ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan
desruksi dindingnya.(Robbins.1994.253).
3. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas
paru dan luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435).
26
4. Suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang
disertai kerusakan dinding alveolus. (The American Thorack society
1962).
5. Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang
ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai
destruksi jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi jaringan, maka itu
“bukan termasuk emfisema”. Namun, keadaan tersebut hanya sebagai
‘overinflation’.
6. Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang
melibatkan kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru.
Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan.
Emfisema membuat penderita sulit bernafas. Penderita mengalami
batuk kronis dan sesak napas. Penyebab paling umum adalah merokok.
7. Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus
sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru.
Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan
dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya
dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan
kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan
elastisitas pada paru-paru ini
Terdapat 3 (tiga) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan
perubahan yang terjadi dalam paru-paru :
a. PLE (Panlobular Emphysema/panacinar)
Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan umumnya juga
merusak paru-paru bagian bawah. Terjadi kerusakan bronkus
pernapasan, duktus alveolar, dan alveoli. Merupakan bentuk
morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal
dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan
secara merata. PLE ini mempunyai gambaran khas yaitu tersebar
27
merata diseluruh paru-paru. PLE juga ditemukan pada sekelompok
kecil penderita emfisema primer, Tetapi dapat juga dikaitkan dengan
emfisema akibat usia tua dan bronchitis kronik.Penyebab emfisema
primer ini tidak diketahui, tetapi telah diketahui adanya devisiensi
enzim alfa 1-antitripsin. Alfa-antitripsin adalah anti protease.
Diperkirakan alfa-antitripsin sangat penting untuk perlindungan
terhadap protease yang terbentuk secara alami (Cherniack dan
cherniack, 1983). Semua ruang udara di dalam lobus sedikit banyak
membesar, dengan sedikit penyakit inflamasi. Ciri khasnya yaitu
memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat
aktivitas, dan penurunan berat badan. Tipe ini sering disebut
centriacinar emfisema, sering kali timbul pada perokok.
b. CLE (Sentrilobular Emphysema/sentroacinar)
Perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus sekunder,
dan perifer dari asinus tetap baik. Merupakan tipe yang sering
muncul dan memperlihatkan kerusakan bronkhiolus, biasanya pada
daerah paru-paru atas. Inflamasi merambah sampai bronkhiolus
tetapi biasanya kantung alveolus tetap bersisa. CLE ini secara
selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus respiratorius.
Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan
akhirnya cenderung menjadi satu ruang.
Penyakit ini sering kali lebih berat menyerang bagian atas paru-paru,
tapi cenderung menyebar tidak merata. Seringkali terjadi kekacauan
rasio perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia, hiperkapnia
(peningkatan CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode
gagal jantung sebelah kanan. Kondisi mengarah pada sianosis,
edema perifer, dan gagal napas. CLE lebih banyak ditemukan pada
pria, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok (Sylvia
A. Price 1995).
c. Emfisema Paraseptal
Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan
isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru.
Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak
spontan.PLE dan CLE sering kali ditandai dengan adanya bula tetapi
28
dapat juga tidak. Biasanya bula timbul akibat adanya penyumbatan
katup pengatur bronkiolus. Pada waktu inspirasi lumen bronkiolus
melebar sehingga udara dapat melewati penyumbatan akibat
penebalan mukosa dan banyaknya mukus. Tetapi sewaktu ekspirasi,
lumen bronkiolus tersebut kembali menyempit, sehingga sumbatan
dapat menghalangi keluarnya udara.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas
adalah sebagai berikut :
1. Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh
kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya.
Gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena
kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.
2. Terdapat 3 (tiga) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan
perubahan yang terjadi dalam paru-paru : PLE (Panlobular
Emphysema/panacinar), CLE (Sentrilobular Emphysema/sentroacinar),
Emfisema Paraseptal.
4.2. SARAN
Emphysema tidak dapat disembuhkan, tetapi pengobatan dapat
membantu meringankan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit.
1. Pencegahan
Emphysema dapat dicegah dengan tidak merokok dan
menghindari menghirup asap sekunder. Gunakan masker untuk
melindungi paru-paru dari asap atau debu di tempat kerja.
2. Obat-obatan :
 Obat berhenti merokok
Obat resep seperti bupropion hydrochloride (Zyban) dan
varenicline (Chantix), dapat membantu berhenti merokok.
 Bronkodilator
Obat ini dapat membantu meringankan batuk, sesak napas dan
kesulitan bernapas dengan melebarkan konstruksi saluran napas,
tapi tidak efektif delam mengobati emfisema karena fungsinya
untuk mengatasi asma atau bronkitis kronis.
 Steroid Inhalasi
30
Obat kortikosteroid inhalasi dalam bentuk semprotan aerosol
yang dapat membantu meringankan sesak napas. Namun
penggunaan jangka panjang dapat melemahkan tulang dan
meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, katarak dan diabetes.
3. Terapi :
 Rehabilitas Paru
Program rehabilitasi paru berupa latihan pernapasan dan teknik
yang dapat membantu mengurangi sesak napas dan
meningkatkan kemampuan untuk berolahraga. Pasien/Penderita
juga akan menerima informasi tentang nutrisi yang tepat. Pada
tahap awal emfisema, perlu menurunkan berat badan,
sementara orang dengan stadium emfisema perlu untuk
menambah berat badan.
 Oksigen tambahan
Jika pasien/penderita memiliki emfisema barat dengan kadar
oksigen darah yang rendah, gunakan oksigen secara teratur di
rumah dan ketika pasien/penderita berolahraga sehingga dapat
memberikan beberapa bantuan. Banyak orang menggunakan
oksigen 24 jam sehari. Ini biasanya diberikan melalui tabung
sempit yang cocok dengan lubang hidung pasien/penderita.
4. Operasi
Tergantung pada beratnya emfisema pasien/penderita dokter
mungkin menyarankan satu atau lebih jenis pembedahan, seperti:
 Operasi pengurangan volume paru-paru
Dalam prosedur ini, ahli bedah menghilangkan jaringan yang
sakit sehingga membantu jaringan paru-paru yang tersisa
bekerja lebih efisien dan meningkatkan pernapasan.
 Paru-paru transplantasi
Transplantasi paru adalah pilihan terakhir jika pasien/penderita
memiliki emfisema berat dan pilihan lainnya telah gagal.
31
DAFTAR PUSTAKA
https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasi-manusia/
Dr. Setiadi Budiyono (2013), Anatomi Tubuh Manusia, Bekasi, Laskar Aksara
https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasi-manusia/
Dr. Setiadi Budiyono (2013), Anatomi Tubuh Manusia, Bekasi, Laskar Aksara
https://id.wikipedia.org/wiki/Emfisem
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/emfisema-_-
9510001031114
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35528-Kep%20Respirasi-
Askep%20Emfisema.html
http://meetdoctor.com/mobile/topic/emphysema
http://www.gejalapenyakit.xyz/gejala-penyakit-emfisema/
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35528-Kep%20Respirasi-
Askep%20Emfisema.html
http://meetdoctor.com/mobile/topic/emphysema
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35528-Kep%20Respirasi-
Askep%20Emfisema.html
http://meetdoctor.com/mobile/topic/emphysema
www.jevuska.com/2012/12/28/emfisema-pengertian-sebab-pengobatan/

More Related Content

What's hot (20)

KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (anatomi pernapasan)
KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (anatomi pernapasan)KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (anatomi pernapasan)
KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (anatomi pernapasan)
 
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
ANATOMI SISTEM RESPIRASIANATOMI SISTEM RESPIRASI
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
 
Makalah sistem pernapasan 11
Makalah sistem pernapasan 11Makalah sistem pernapasan 11
Makalah sistem pernapasan 11
 
Bab 1,2,3
Bab 1,2,3Bab 1,2,3
Bab 1,2,3
 
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
 
Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
Sistem pernapasan pada manusia
Sistem pernapasan pada manusiaSistem pernapasan pada manusia
Sistem pernapasan pada manusia
 
Makalah sistem pernapasan 12
Makalah sistem pernapasan 12Makalah sistem pernapasan 12
Makalah sistem pernapasan 12
 
Ipa biologi sistem pernafasan manusia
Ipa biologi sistem pernafasan manusiaIpa biologi sistem pernafasan manusia
Ipa biologi sistem pernafasan manusia
 
Sistem respirasi
Sistem respirasiSistem respirasi
Sistem respirasi
 
Sistem pernafasan pada manusia dr lelyyy
Sistem pernafasan pada manusia   dr lelyyySistem pernafasan pada manusia   dr lelyyy
Sistem pernafasan pada manusia dr lelyyy
 
Fisiologi Pernafasan
Fisiologi PernafasanFisiologi Pernafasan
Fisiologi Pernafasan
 
Sistem respirasi-manusia
Sistem respirasi-manusiaSistem respirasi-manusia
Sistem respirasi-manusia
 
sistem pernafasan manusia dan hewan
sistem pernafasan manusia dan hewansistem pernafasan manusia dan hewan
sistem pernafasan manusia dan hewan
 
Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
 
Ppt pernapasan
Ppt pernapasanPpt pernapasan
Ppt pernapasan
 
Tugas makalah anatomi cardiovaskular natasya
Tugas makalah anatomi cardiovaskular natasyaTugas makalah anatomi cardiovaskular natasya
Tugas makalah anatomi cardiovaskular natasya
 
Makalah sistem pernapasan 13
Makalah sistem pernapasan 13Makalah sistem pernapasan 13
Makalah sistem pernapasan 13
 
Anatomi sistem respirasi
Anatomi sistem respirasiAnatomi sistem respirasi
Anatomi sistem respirasi
 

Similar to yg ini KKPMT I tugas makalah termin respirasi

Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)Muhammad Badar
 
ASKEP Flu Burung & Babi
ASKEP Flu Burung & BabiASKEP Flu Burung & Babi
ASKEP Flu Burung & Babivjdova
 
Askep flu burung dan flu babi,,
Askep flu burung dan flu babi,,Askep flu burung dan flu babi,,
Askep flu burung dan flu babi,,vjdova
 
Askep Flu Burung & Babi
Askep Flu Burung & BabiAskep Flu Burung & Babi
Askep Flu Burung & Babivjdova
 
pernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organpernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organkisworodwiaprian
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxEdwinFransiari
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptxArfelDariijstihar
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologinurasita
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologinurasita
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxRahayuLv1
 
Makalah sistem pernafasan
Makalah sistem pernafasanMakalah sistem pernafasan
Makalah sistem pernafasanAvc Subang
 
8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusia8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusiaMahda Leni
 

Similar to yg ini KKPMT I tugas makalah termin respirasi (20)

Makalah respirasi
Makalah respirasiMakalah respirasi
Makalah respirasi
 
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
 
Sistem Respirasi Pada Manusia
Sistem Respirasi Pada Manusia Sistem Respirasi Pada Manusia
Sistem Respirasi Pada Manusia
 
ASKEP Flu Burung & Babi
ASKEP Flu Burung & BabiASKEP Flu Burung & Babi
ASKEP Flu Burung & Babi
 
Askep flu burung dan flu babi,,
Askep flu burung dan flu babi,,Askep flu burung dan flu babi,,
Askep flu burung dan flu babi,,
 
Askep Flu Burung & Babi
Askep Flu Burung & BabiAskep Flu Burung & Babi
Askep Flu Burung & Babi
 
Sistem Respirasi
Sistem Respirasi Sistem Respirasi
Sistem Respirasi
 
Makalah respirasi
Makalah respirasiMakalah respirasi
Makalah respirasi
 
pernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organpernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organ
 
Makalah sistem pernapasan 4
Makalah sistem pernapasan 4Makalah sistem pernapasan 4
Makalah sistem pernapasan 4
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new (1).pptx
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Nota bab 1 ting 3
Nota bab 1 ting 3Nota bab 1 ting 3
Nota bab 1 ting 3
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
 
Makalah sistem pernafasan
Makalah sistem pernafasanMakalah sistem pernafasan
Makalah sistem pernafasan
 
Makalah sistem pernapasan 10
Makalah sistem pernapasan 10Makalah sistem pernapasan 10
Makalah sistem pernapasan 10
 
8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusia8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusia
 
8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusia8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusia
 

yg ini KKPMT I tugas makalah termin respirasi

  • 1. 1 KKPMT I (TERMINOLOGI MEDIS) EMPHYSEMA NAMA : ANNISAA WAFA SYAHIDA NPM : 15303090 KELAS : RMIK-R31/15 POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG 2015-2016
  • 2. 2 LEMBAR PENILAIAN Makalah ini telah diperiksa pada : Tanggal : Dengan nilai : Dosen Mata Kuliah KKPMT 1 (Terminologi Medis) Gloria Asmarani, S. Kep, M.H. Kes, NIDN : 0430118601
  • 3. 3 DAFTAR ISI LEMBAR PENILAIAN ..........................................................................................................2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4 1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4 1.1.1. Struktur Pernapasan Manusia 1.1.2. Mekanisme Pernapasan ..........................................................................................6 1.1.3. Proses Masuk dan Keluarnya Udara Pernapasan..................................................10 1.2. IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................................11 1.3. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................12 2.1. DEFINISI EMPHYSEMA ............................................................................................12 2.1.1. Pengertian 2.2. GEJALA-GEJALAE MPHYSEMA .............................................................................13 2.3. FAKTOR PEMICU EMPHYSEMA.............................................................................14 2.3.1. Penyebab Emphysema ..........................................................................................14 2.3.2. Faktor Resiko Emphysema ...................................................................................15 2.3.3. Komplikasi Akibat Emphysema ...........................................................................16 BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................17 3.1. KEJADIAN EMPHYSEMA .........................................................................................17 3.1.1. Asuhan Keperawatan Emphysema 3.1.2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik .........................................................................18 3.1.3. Review of System .................................................................................................18 3.1.4. Pengkajian Psikologi dan Spiritual .......................................................................19 3.1.5. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................19 3.1.6. Diagnosa Keperawatan .........................................................................................21 3.1.7. Intervensi...............................................................................................................22 3.1.8. Implementasi.........................................................................................................25 3.1.9. Evaluasi.................................................................................................................25 3.2. PEMBAHASAN............................................................................................................25 BAB IV PENUTUP............................................................................................................29 4.1. KESIMPULAN .............................................................................................................29 4.2. SARAN..........................................................................................................................29 DAFATR PUSTAKA.............................................................................................................31
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (SISTEM RESPIRASI/ PERNAPASAN) 1.1.1. Stuktur Pernafasan Manusia a. Hidung Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethmoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis. Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm, udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertamakali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung. b. Faring Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi sebgai jalannya udara dan makanan. c. Laring
  • 5. 5 Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan bertemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka. Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara. d. Trakea Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk kesaluran pernapasan. e. Bronkus Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada bronkus kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah masuk benda asing. Itulah sebabnya paru- paru kanan seseorang lebih mudah terserang bronkhitis. f. Paru-paru Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru- paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut
  • 6. 6 alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2 . Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh. Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menembus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi. Karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan dinding alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus. 1.1.2. Mekanisme Pernapasan Manusia Paru-paru tidak mempunyai jalan untuk menarik udara melalui hidung. Tetapi udara dapat dibawa masuk kedalam paru-paru melalui kegiatan otot tertentu. Otot-otot ini menambah ukuran dada setiap seorang benapas. Sementara ukuran dada seseorang bertambah, paru-paru bertambah luas dan udara akan segera mengisi ruangan yang telah tersedia. Dengan demikian saat otot menjadi rileks, dada kembali kepada ukurannya semula, dan udara dipaksakan untuk keluar melalui jalan masuknya. Otot yang menambah ukuran dada (otot pernapasan) adalah diafragma, otot yang terletak di antara tulang iga dan otot tertentu di leher. Otot-otot inilah yang digunakan pada saat memasukan udara ke dalam pparu-paru. Diafragma adalah otot yang berbentuk kubah (dome) terletak pada tingkatan bawah dari tulang iga, yang memisahkan dada dari abdomen (perut). Jantung dan paru-paru terletak di atas diafragma, sedangkan hati, perut, dan limfa kecil dan organ abdomen lainnya terletak dibawah
  • 7. 7 diafragma.bila diafragma berkontraksi, ia akan menarik kebawah menentang organ yang ada di abdomen, ini akan menyebabkan paru-paru menjadi lebih luas. Otot antara tulang iga juga akan berkontraksi pada saat yang sama dengan kontraksinya diafragma, sebab itu menolong untuk lebih memperluas paru-paru. Otot yang berada di dinding abdomen bila berkontraksi akan menghasilkan akibat yang berlawanan yang dilakukan oleh diafragmadan otot di antara tulang iga. Bila otot di dinding abdomen berkon-traksi, organ-organ abdomen dan diafragma akan merapat ke atas. Ini akan menyebabkan udara terdorong ke atas untuk meninggalkan paru-paru dengan cepat. Bilamana hal ini tidak terjadi mengakibatkan timbulnya suatu tekanan di dalam dada. Sama seperti seluruh otot dalam tubuh manusia, aksi dari otot pernapasan dikontrol oleh urat saraf. Sebagai mana anda ketahui, Anda dapat bernafas lebih cepat, lebih dalam atau menahan napas untuk sementara. Hal ini disebabkan oleh saraf pengontrol sadar yang Anda miliki dan otot yang berhubungan dengan pernapasan. Akan tetapi umumnya proses pernapasan dikontrol secara otmatis oleh saraf pusat yang berada disebelah bawah dari otak. Saraf pusat ini mengirimkan getaran saraf ke otot-otot pernapasan hingga mereka dapat berkontraksi dan mengendor-kan secara bergantian. Pusat syaraf tersebut bahkan dapat mengontrol seberapa cepat dan seberapa dalam anda bernafas. Ketika Anda berolahraga, saraf pusat Pernapasan mengirimkan getaran-nya dengan irama yang lebih cepat daripada saat Anda beristirahat. 1. Pernafasan Dada Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot antartulang rusuk. Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam.Saat terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk menjadi terangkat. Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya volume rongga dada menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan mengalir menuju paru-paru melewati saluran
  • 8. 8 pernapasan.Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam berkontraksi (mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil. Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada menjadimeningkat, sedangkan tekanan udara di luar tetap. Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru menjadi terdorong keluar. 2. Pernafasan Perut Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga dada) mendatar dan volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar. 3. Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (O2)dan Karbondioksida (CO2) Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang mengalamiproses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal. a) Pernafasan Eksternal
  • 9. 9 Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut. Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda.Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru- paru.Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung. b) Pernafasan Internal Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya
  • 10. 10 menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan. Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- Persamaan reaksinya sebagai berikut.CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan penyangga atau Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah. 1.1.3. Proses Masuk dan Keluarnya Udara Pernapsan Proses pertukaran gas dari atsmosfer ke paru-paru dan sebaliknya karena adanya pergerakan tulang-tulang rusuk dan otot diafragma yang diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak. Pada mulanya, otot- otot antar tulang rusuk menegang (kontraksi) sehingga menarik tulang rusuk ke atas dan pada saat yang bersamaan otot diafragma juga menegang sehingga diafragma menjadi datar. Akibatnya, rongga dada membesar, paru-paru mengembang, tekanan udara dalam kantung-kantung paru-paru turun menjadi lebih rendah daripada tekanan udara atmosfer sehingga
  • 11. 11 udara mengalir masuk ke paru-paru. Peristiwa masuknya udara pernapasan ke paru-paru disebut inspirasi. Setelah inspirasi, otot-otot antar tulang rusuk mengendor (relaksasi) sehingga tulang rusuk kembali pada posisi semula dan pada saat yang bersamaan otot diafragma juga mengendor sehingga diafragma melengkung ke rongga dada. Akibatnya, rongga dada menyempit, paru-paru terdesak mengecil sehingga tekanan udara dalam paru-paru naiklebih tinggi dari tekanan udara atmosfer dan akibatnya udara mengalir keluar dari paru-paru. Proses menghembuskan udara pernapasan dari paru-paru disebut ekspirasi. 1.2. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas yang dapat didefinisikan bahwa Sistem Respirasi/Pernapasan Manusia adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Dalam Sistem Respirasi/Pernapasan Manusia biasanya memiliki situasi tidak normal atau beberapa kasus penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor internal (genetik/keturunan) ataupun eksternal (virus, bakteri, kelainan struktur sel, dan lain-lain), yang akan penulis spesifikasikan mengenai gangguan/penyakit Emphysema di paru-paru. 1.3. TUJUAN PENULISAN A. Tujuan Umum Tujuan penyusunan makalah ini semata-mata adalah untuk memenuhi tugas makalah yang diberikan dosen KKPMT I (Terminologi Medis), serta untuk menegtahui persoalan penyakit yang teradi pada Sistem Respirasi/Pernapasan Manusia terutama ganguan/penyakit Emphysema di paru-paru. B. Tujuan Khusus 1. Mengetahui dan memahami definisi Emphysema. 2. Mengetahui dan memahami gejala Emphysema. 3. Mengtahui dan memahami faktor pemicu Emphysema. 4. Mengtahui dan memahami penanganan/pengobatan Emphysema. BAB II
  • 12. 12 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI EMPHYSEMA 2.1.1. Pengertian Emphysema adalah kondisi dimana kantung udara di paru-paru secara bertahap hancur, membuat napas lebih pendek. Emphysema adalah salah satu dari beberapa penyakit yang secara kolektif dikenal sebagai kolektif dikenal sebgai penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Merokok adalah penyebab utama emphysema. Emphysema membuat kantung udara yang terdiri dari balon-balon yang bergerombol seperti tandan buah anggur menadi kantung udara dengan lubang-lubang menganga di dindingnya. Hal ini mengurangi luas permukaan paru-paru dan, pada gilirannya jumlah oksigen yang mencapai aliran darah. Emphysema juga perlahan-lahan menghancurkan serat-serat elastis yang membuka saluran udara kecil yang mengarah ke kantung udara. Hal ini memungkinkan saluran udara tersebut runtuh ketika mengeluarkan napas sehingga udara dalam paru-paru tidak dapat keluar. Emphysema adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli). Normalnya ketika menarik nafas, alveoli mengembang ketika udara masuk untuk pertukaran gas antara alveoli dan darah. Sewaktu menghembuskan nafas, jaringan elastis di alveoli menyebabkan alveoli kembali menguncup, memaksa udara untuk keluar dari paru-paru melalui saluran pernafasan. Pada emphysema, hilangnya elastisitas yang demikian karena kerusakan akibat bahan kimia dari asap tembakau atau polutan yang menyebabkan alveoli berekspansi terus menerus dan udara tidak dapat keluar sama sekali. Ketika jaringan kehilangan elastisitasnya pada saluran pernafasan kecil di atas alveoli, hal ini menyebabkan terjadinya pengempisan saluran pernafasan, yang lebih lanjut lagi dapat membatasi udara mengalir keluar. Definisi emfisema menurut Kus Irianto, Robbins, Corwin, dan The American Thorack society:
  • 13. 13 1. Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi.(Kus Irianto.2004.216). 2. Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran abnormal ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan desruksi dindingnya.(Robbins.1994.253). 3. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435). 4. Suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. (The American Thorack society 1962). Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi jaringan, maka itu “bukan termasuk emfisema”. Namun, keadaan tersebut hanya sebagai „overinflation‟. 2.2. GEJALA-GEALA EMPHYSEMA Kebanyakan orang yang mengidap penyakit ini adalah pria yang sudah berumur lebih dari 50 tahun, yang telah menjadi perokok berat untuk sebagian besar hidup mereka. Namun, sekrang yang merokok bukan hanya pria, tetapi wanita juga sudah banyak yang merokok, dari sinilah penyakit ini dapat menyerang pada wanita juga. Perkembangan pada penyakit emphysema bisa dikatakan sangat lambat, karen biasanya penderi akan merasakan sesak napas selama kegiatan atau latihan. (http://www.gejalapenyakit.xyz/gejala-penyakit-emfisema/) Emphysema dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa disadari. Gejala utamanya adalah napas pendek. Pada kondisi yang sangat parah, gealanya dapat terjadi bahkan saat beristirahat : 1. Sesak napas, 2. Batuk kronis, 3. Sering merasa gelisah, 4. Penurunan berat badan,
  • 14. 14 5. Sering merasa kelelahan, 6. Berkurangnya nafsu makan, 7. Pembengkakan pada mata kaki dan kaki, 8. Penurunan kemampuan untuk berolahraga. 9. Napas pendek hingga berbicara pun sulit, 10. Bibir atau kuku berubah menadi biru arau abu-abu, 11. Reaksi spontan berkurang, 12. Antung berdetak sangat kencang. Orang yang menderita emfisema biasanya bernafas dengan mengerutkan bibir karena bibir hanya sedikit terbuka ketika mereka menghembuskan nafas, meningkatkan tekanan pada saluran pernafasan yang mengempis dan membukanya, membiarkan udara yang terperangkap agar dapat dikosongkan. Pengobatan seperti bronkoldilator dan kortikosteroid, tersedia untuk membantu mengurangi gejala. Berhenti merokok adalah satu- satunya cara untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari kondisi ini. 2.3.FAKTOR PEMICU EMPHYSEMA 2.3.1. Penyebab Emphysema a. Faktor Genetik Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit emfisema. Faktor genetik diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa – 1 anti tripsin. b. Hipotesis Elastase-Anti Elastase Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan.Perubahan keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema. c. Rokok Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar,
  • 15. 15 menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan. d. Infeksi Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronkitis kronik selalu menyebabkan infeksi paru bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae. e. Polusi Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar. Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. f. Faktor Sosial Ekonomi Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek. g. Pengaruh usia 2.3.2. Faktor Resiko Emphysema a. Merokok; b. Umur, sebagian besar perokok menderita geala emphysema di umur 40-60 tahun; c. Terpapar asap sekunder, perokok pasif uga memiliki resiko terkena emphysema; d. Terpapar asap, debu, dan bahan kimia di tempat kerja, misalnya pabrik;
  • 16. 16 e. Tepapar polusi udara, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. 2.3.3. Komplikasi Akibat Emphysema Emphysema memiliki kemungkinan menimbulkan penyakit lain, seperti : a. Pneumothorax atau Collapsed lung, b. Penyakit Jantung, c. Lubang besar di paru-paru (giant bullae).
  • 17. 17 BAB III PEMBAHASAN 3.1.KEJADIAN EMPHYSEMA 3.1.1. Asuhan Keperawatan Emphysema Di sebuah Rumah Sakit di Surabaya Tanggal pengkajian : 12 November 2010 Jam 11.30 WIB 1. Identitas Pasien Nama : Tuan A TTL : 17/11/1970 Jenis Kelamin : laki-laki Umur : 40 tahun, 5 hari Pekerjaan : Buruh bangunan Nama Ayah / Ibu : Tn. M (Alm) / Ny. M Pekerjaan Istri : Ibu Rumah tangga Alamat : Jl. Kedinding 78, Surabaya Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Pendidikan Terakhir : SD Pendidikan Terakhir Istri : SD Diagnosa : Emfisema 2. Riwayat sakit dan Kesehatan 1.1. Keluhan Utama : sesak napas 1.2. Riwayat Penyakit Sekarang : Tuan A tinggal bersama istri dan dua anaknya. Tuah A mengeluh sesak napas, batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak sekret keluar ketika batuk, berwarna kuning kental. Tuan A merasakan sedikit nyeri pada dada. Tuan A cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas. 3. Riwayat Penyakit dahulu :
  • 18. 18 Tuan A selama 3 tahun terkhir mengalami batuk produktif dan pernah menderita pneumonia. 4. Riwayat Keluarga : Tidak ada. 3.1.2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Kompos Mentis 2. Tanda-tanda Vital : S : C N : 102×/mnt TD : 130/80 mmHg RR : 30 ×/mnt 3.1.3. Review of System 1. Pernapasan B1 (breath) Bentuk dada : barrel chest Pola napas : tidak teratur Suara napas : mengi Batuk : ya, ada sekret Retraksi otot bantu napas : ada Alat bantu pernapasan : O2 masker 6 lpm 2. Kardiovaskular B2 (blood) Irama jantung : regular; S1 , S2 tunggal. Nyeri dada : ada, skala 6 Akral : lembab Tekanan darah: 130/80 mmHg (hipertensi) Saturasi Hb O2: hipoksia 3. Persyarafan B3 (brain) Keluhan pusiing (-) Gangguan tidur (-) 4. Perkemihan B4 (bladder) Kebersihan : normal Bentuk alat kelamin : normal Uretra : normal 5. Pencernaan B5 (bowel) Nafsu makan : anoreksi disertai mual
  • 19. 19 BB : menurum Porsi makan : tidak habis, 3 kali sehari Mulut : bersih Mukosa : lembab 6. Moskuloskeletal / integument B6 (bone) Turgor kulit : berkeringat Massa otot : menurun 3.1.4. Pengkajian Psikologi dan Spiritual Klien kooperatif, tetap rajin beribadah dan memohon agar penyakitnya bisa disembuhkan. 3.1.5. Pemeriksaan Penunjang a. Sinar X dada : Xray tanggal 12 November dengan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosteral; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkhitis), hasil normal selama periode remisi (asma). Kesimpulan : emfisema paru b. pO2 : 75 mmHg (b) c. pCO2 : 50 mmHg (Z) d. SO3 : 100% No Data Etiologi Masalah 1. DS: Klien mengeluh sesak napas DO: a) pO2 : 75 mmHg (↓) b) pCO2 : 50 mmHg (↑) c) SO3 : 100% -Infeksi / pneumonia - Polusi -Usia -Ekonomi rendah - Merokok Defisiensi enzim alfa-1- antitripsin, enzim protease Inflamasi - Elastisitas paru menurun - Destruksi jaringan paru Pelebaran ruang udara di dalam paru (bronkus terminal menggembung) Gangguan pertukaran gas
  • 20. 20 2. 3. 4. DS : Klien mengeluh berat saat bernapas DO : - Retraksi otot bantu napas - RR : 30 x/menit DS : Klien mengeluh adanya rasa penuh di tenggorokan DO : - Produksi sekret meningkat karena klien tidak bisa batuk efektif. - Ditemukan suara napas ronchi DS : Klien selalu mengeluh kelelahan dan lemas DO ; - RR meningkat setelah melakukan aktivitas - Cepat lelah saat beraktivitas CO2 meningkat / udara terperangkap dalam paru - Sesak - RR > 20 x/menit - CO2 à hiperkapnia - O2 à hipoksia Gangguan pertukaran gas Destruktif kapiler paru -Penurunan perfusi O2 -Sianosis Penurunan perfusi jaringan perifer Penurunan ventilasi Peningkatan upaya menangkap O2 Peningkatan RR Retraksi otot bantu napas Pola napas tidak efektif Sesak (dyspnea) Nyeri dyspnea Reflek batuk menurun Sekret tertahan Ronchi Perfusi jaringan perifer menurun Ventilasi menurun Upaya menangkap O2 meningkat RR meningkat Retraksi otot bantu napas Kelelahan Intoleransi aktivitas Pola napas tidak efektif Bersihan jalan napas tidak efektif Intoleransi aktivitas
  • 21. 21 3.1.6. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli yang reversible. 2. Pola pernapasan berhubungan dengan ventilasi alveoli. 3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret. 4. Intoleransi aktivitas bernubungan dengan ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen,
  • 22. 22 3.1.7. Intervensi No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli yang reversible 1. Pertukaran gas pasien kembali normal 2. Tidak terjadi perubahan fungsi pernapasan. 3. Pasien bisa bernapas normal tanpa menggunakan otot tambahan pernapasan. 4. Pasien tidak mengatakan nyeri saat bernapas. 5. PCO2 , PO2, dan SO2 normal 6. Lakukan latihan pernapasan dalam dan tahan sebentar untuk membiarkan diafragma mengembangkan secara optimal. 7. Posisikan pasien dengan posisi semi fowler agar pasien bisa melakukan respirasi dengan sempurna. 8. Kaji adanya nyeri dan tanda vital berhubungan dengan latihan yang diberikan. 1. Ajari pasien tentang teknik penghematan energi. 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang bisa diselesaikan. 1. Kolaborasi:  Berikan oksigen sesuai indikasi  Berikan penekan SSP (anti ansietas sedatif atau narkotik) dengan hati-hati sesuai indikasi 1. Pasien dapat bernapas dengan lancar. 1. Membantu ekspansi paru yang optimal. 1. Evaluasi tingkat kemapuan pasien dan mempermudah perawat dalam merencanakan kriteria latihan lanjutan. 2. Meningkatkan keadekuatan jalan napas. 3. Menjaga komunikasi dengan pasien dan mampu bekerjasama dalam memprioritaskan tugas. 4. Mempercepat proses pemulihan dengan kerja sam yang baik dengan dokter. 2. Pola pernapasan tidak 1. Tidak terjadi perubahan dalam frekuensi pola 1. Latih pasien napas perlahan- 1. Ventilasi alveoli normal.
  • 23. 23 efektif berhubungan dengan ventilasi alveoli pernapasan. 2. Tekanan nadi (frekuensi, irama, kwalitas) normal. 3. Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif dan mengalami perbaikan pertukaran gas pada paru. 4. Pasien menyatakan faktor penyebab, jika mengetahui. 5. Pastikan pasien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan. 6. Alihkan perhatian pasien dari pemikiran tentang keadaan ansietas (cemas) dengan meminta pasien mempertahankan kontak mata dengan perawat. lahan, bernapas lebih efektif. 1. Jelaskan pada pasien bahwa dia dapat mengatasi hiperventilasi melalui kontrol pernapasan secara sadar. 2. Kolaborasi: Pemberian obat-obatan sesuai indikasi dokter (ex. bronkodilator) 1. Tidak terjadi gangguan perubuhan fungsi pernapasan. 1. Untuk melatih ketahanan jalan napas. Serta memungkinkan untuk melatih batuk efektif. 2. Mampu mengurangi ansietas pasien dalam menghadapihiperventilas i. 1. Usaha untuk menstabilkan pola napas pasien. 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan meningkatnya sekret atau produksi mukus. Mengatasi masalah ketidakefektifan jalan napas Sekret encer dan jalan napas bersih 1. Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler) 1. Anjurkan untuk minum air hangat 2. Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkan 3. Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15 detik dan lakukan
  • 24. 24 pemberian oksigen 100% sebelum melakukan suction 4. Pasien lebih nyaman, karena dapat membantu kelancaran pola nafasnya 5. Air hangat dapat mengencerkan sekret 6. Batuk efektif akan membantu mengeluarkan sekret. 7. Jalan nafas bersih. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen. 1. Pasien bernafas dengan efektif. 2. Mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada pasien 1. Pasien bisa mengidentifikasikan faktor-faktor yang Menurunkan toleransi aktivitas. 2. Pasien memperlihatkan kemajuan, khususnya dalam hal mobilitas. 1. Ukur tanda vital saat istirahat dan segera setelah aktivitas serta frekuensi, irama dan kualitas. 2. Hentikan aktifitas bila respon klien : nyeri dada, dyspnea, vertigo/konvusi, frekuensi nadi, pernapasan, tekanan darah sistolik menurun. 3. Meningkatkan aktifitas secara bertahap. 1. Ajarkan klien metode penghematan energi untuk aktifitas. Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam 2. Mengakaji periode istirahat 3. Mendapatkan tanda vital pasien normal, baik saat istirahat ataupun setelah beraktifitas. 4. Masalah intoleransi aktivitas pada pasien dapat teratasi untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya 1. Untuk melatih ketahanan muskuloskeletal klien, agar tidak terjadi syok. 2. Penghematan energi seperti bed-rest sangat membantu meningkatkan keadekuatan pernapasan klien. 3. Mengetahui kebiasaan klien dalam beristirahat serta membantu menentukan langkah yang tepat untuk mengoptimalkan periode istirahat klien.
  • 25. 25 3.1.8. Implementasi Lakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang akan diberikan. 3.1.9. Evaluasi 1. Diagnosa 1 : a. Pasien bisa bernapas normal tanpa menggunakan otot tambahan pernapasan. b. Pasien tidak mengatakan nyeri saat bernapas. 2. Diagnosa 2 : a. Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif dan mengalami perbaikan pertukaran gas pada paru. b. Pasien menyatakan faktor penyebab, ika mengetahui. 3. Diagnosa 3 : sekret encer dan jalan napas bersih. 4. Diagnosa 4 : a. Pasien bisa mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleran aktivitas. b. Pasien memperhatikan kemajuan khususnya dalam hal mobilitas. c. Pasien memperhatikan turunnya tanda-tanda. 3.2. PEMBAHASAN Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya. Gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.Definisi emfisema menurut Kus Irianto, Robbins, Corwin, dan The American Thorack society: 1. Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi.(Kus Irianto.2004.216). 2. Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran abnormal ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan desruksi dindingnya.(Robbins.1994.253). 3. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435).
  • 26. 26 4. Suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. (The American Thorack society 1962). 5. Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi jaringan, maka itu “bukan termasuk emfisema”. Namun, keadaan tersebut hanya sebagai ‘overinflation’. 6. Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas. Penyebab paling umum adalah merokok. 7. Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini Terdapat 3 (tiga) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru : a. PLE (Panlobular Emphysema/panacinar) Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan umumnya juga merusak paru-paru bagian bawah. Terjadi kerusakan bronkus pernapasan, duktus alveolar, dan alveoli. Merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata. PLE ini mempunyai gambaran khas yaitu tersebar
  • 27. 27 merata diseluruh paru-paru. PLE juga ditemukan pada sekelompok kecil penderita emfisema primer, Tetapi dapat juga dikaitkan dengan emfisema akibat usia tua dan bronchitis kronik.Penyebab emfisema primer ini tidak diketahui, tetapi telah diketahui adanya devisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Alfa-antitripsin adalah anti protease. Diperkirakan alfa-antitripsin sangat penting untuk perlindungan terhadap protease yang terbentuk secara alami (Cherniack dan cherniack, 1983). Semua ruang udara di dalam lobus sedikit banyak membesar, dengan sedikit penyakit inflamasi. Ciri khasnya yaitu memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat aktivitas, dan penurunan berat badan. Tipe ini sering disebut centriacinar emfisema, sering kali timbul pada perokok. b. CLE (Sentrilobular Emphysema/sentroacinar) Perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus sekunder, dan perifer dari asinus tetap baik. Merupakan tipe yang sering muncul dan memperlihatkan kerusakan bronkhiolus, biasanya pada daerah paru-paru atas. Inflamasi merambah sampai bronkhiolus tetapi biasanya kantung alveolus tetap bersisa. CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus respiratorius. Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang. Penyakit ini sering kali lebih berat menyerang bagian atas paru-paru, tapi cenderung menyebar tidak merata. Seringkali terjadi kekacauan rasio perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia, hiperkapnia (peningkatan CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode gagal jantung sebelah kanan. Kondisi mengarah pada sianosis, edema perifer, dan gagal napas. CLE lebih banyak ditemukan pada pria, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok (Sylvia A. Price 1995). c. Emfisema Paraseptal Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak spontan.PLE dan CLE sering kali ditandai dengan adanya bula tetapi
  • 28. 28 dapat juga tidak. Biasanya bula timbul akibat adanya penyumbatan katup pengatur bronkiolus. Pada waktu inspirasi lumen bronkiolus melebar sehingga udara dapat melewati penyumbatan akibat penebalan mukosa dan banyaknya mukus. Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen bronkiolus tersebut kembali menyempit, sehingga sumbatan dapat menghalangi keluarnya udara.
  • 29. 29 BAB IV PENUTUP 4.1. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas adalah sebagai berikut : 1. Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya. Gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. 2. Terdapat 3 (tiga) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru : PLE (Panlobular Emphysema/panacinar), CLE (Sentrilobular Emphysema/sentroacinar), Emfisema Paraseptal. 4.2. SARAN Emphysema tidak dapat disembuhkan, tetapi pengobatan dapat membantu meringankan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. 1. Pencegahan Emphysema dapat dicegah dengan tidak merokok dan menghindari menghirup asap sekunder. Gunakan masker untuk melindungi paru-paru dari asap atau debu di tempat kerja. 2. Obat-obatan :  Obat berhenti merokok Obat resep seperti bupropion hydrochloride (Zyban) dan varenicline (Chantix), dapat membantu berhenti merokok.  Bronkodilator Obat ini dapat membantu meringankan batuk, sesak napas dan kesulitan bernapas dengan melebarkan konstruksi saluran napas, tapi tidak efektif delam mengobati emfisema karena fungsinya untuk mengatasi asma atau bronkitis kronis.  Steroid Inhalasi
  • 30. 30 Obat kortikosteroid inhalasi dalam bentuk semprotan aerosol yang dapat membantu meringankan sesak napas. Namun penggunaan jangka panjang dapat melemahkan tulang dan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, katarak dan diabetes. 3. Terapi :  Rehabilitas Paru Program rehabilitasi paru berupa latihan pernapasan dan teknik yang dapat membantu mengurangi sesak napas dan meningkatkan kemampuan untuk berolahraga. Pasien/Penderita juga akan menerima informasi tentang nutrisi yang tepat. Pada tahap awal emfisema, perlu menurunkan berat badan, sementara orang dengan stadium emfisema perlu untuk menambah berat badan.  Oksigen tambahan Jika pasien/penderita memiliki emfisema barat dengan kadar oksigen darah yang rendah, gunakan oksigen secara teratur di rumah dan ketika pasien/penderita berolahraga sehingga dapat memberikan beberapa bantuan. Banyak orang menggunakan oksigen 24 jam sehari. Ini biasanya diberikan melalui tabung sempit yang cocok dengan lubang hidung pasien/penderita. 4. Operasi Tergantung pada beratnya emfisema pasien/penderita dokter mungkin menyarankan satu atau lebih jenis pembedahan, seperti:  Operasi pengurangan volume paru-paru Dalam prosedur ini, ahli bedah menghilangkan jaringan yang sakit sehingga membantu jaringan paru-paru yang tersisa bekerja lebih efisien dan meningkatkan pernapasan.  Paru-paru transplantasi Transplantasi paru adalah pilihan terakhir jika pasien/penderita memiliki emfisema berat dan pilihan lainnya telah gagal.
  • 31. 31 DAFTAR PUSTAKA https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasi-manusia/ Dr. Setiadi Budiyono (2013), Anatomi Tubuh Manusia, Bekasi, Laskar Aksara https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasi-manusia/ Dr. Setiadi Budiyono (2013), Anatomi Tubuh Manusia, Bekasi, Laskar Aksara https://id.wikipedia.org/wiki/Emfisem http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/emfisema-_- 9510001031114 http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35528-Kep%20Respirasi- Askep%20Emfisema.html http://meetdoctor.com/mobile/topic/emphysema http://www.gejalapenyakit.xyz/gejala-penyakit-emfisema/ http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35528-Kep%20Respirasi- Askep%20Emfisema.html http://meetdoctor.com/mobile/topic/emphysema http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35528-Kep%20Respirasi- Askep%20Emfisema.html http://meetdoctor.com/mobile/topic/emphysema www.jevuska.com/2012/12/28/emfisema-pengertian-sebab-pengobatan/