SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
1

PEDOMAN PENGKAJIAN FENOTIP KUALITATIF
DALAM UNIT PEMBENIHAN IKAN

Oleh: Bruri Melky Laimeheriwa, S.Pi., M.Si
(Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura,
Jl. Mr. Chr. Soplanit – Ambon; email: akbsei@gmail.com )
(Materi dipublikasikan pada website Masyarakat Akuakultur Indonesia
www.aquaculture-mai.org Mulai tanggal 28 Januari sampai dengan
10 Pebruari 2012)

1. Pendahuluan
Dalam suatu unit perbenihan ikan berlangsung suatu proses untuk
menghasilkan benih ikan untuk keperluan akuakultur. Dalam proses tersebut,
benih ikan merupakan hasil perkawinan antara tetua ikan betina (induk) dan
tetua ikan jantan. Pada dasarnya perkawinan itu adalah untuk menentukan
waktu yang paling tepat dalam pembuahan telur oleh spermatozoa (sperma).
Pada proses pembuahan inilah terbentuk pasangan kromosom pada
individu ikan yang baru (keturunannya). Setiap pasang kromosom berasal dari
induk betina dan dari tetua jantan. Jumlah kromosom ikan bervariasi sesuai
spesimennya, demikian pula dengan karyotipnya adalah tetap. Kromosom
berada di dalam inti sel.
Di dalam kromosom tersebut terdapat apa yang biasa disebut gen (genes:
jamak). Satu gen atau suatu set gen berisi cetak biru (blue prints) atau
instruksi-instruksi kimiawi untuk memproduksi suatu potensi tertentu, yang
nantinya akan menghasilkan berbagai fenotipe seperti warna, jenis kelamin,
Jumlah jari-jari sirip, pola sisik, panjang sirip, panjang badan dan sebagainya. Di
dalam ilmu genetik, proses tersebut dapat dikatakan bahwa suatu genotipe
menentukan suatu fenotipe. Yang dimaksud dengan genotipe disini adalah satu
atau lebih gen yang mengendalikan pembentukan fenotipe tertentu.
2

Suatu gen dapat terdiri atas lebih dari satu bentuk. Macam-macam bentuk
tersebut adalah yang biasa sebagai allel. Pada suatu kelompok atau populasi
ikan, satu gen dapat berada dalam satu bentuk saja yang berarti bahwa gen itu
hanya terdiri atas satu allel dalam lokus tertentu (lokus gen) atau dapat juga
satu gen itu terdiri atas beberapa bahkan belasan allel dalam satu lokusnya.
Pada ikan diploid, kromosom selalu dalam bentuk berpasangan. Bila
pasangan allel dalam satu lokus adalah identik, maka dapat dikatakan bahwa
individu ikan itu sebagai homozigot (homo zygous) pada lokus tersebut. Apabila
pasangan atau allel pada lokus tersebut tidak identik maka disebut heterozigot
(hetero zygous) pada lokusnya.
Alasan yang utama perbedaan individu atas homozigot dan heterozigot,
karena bentuk gen yang berbeda (allel) akan menghasilkan bentuk-bentuk yang
berbeda pula protein dari gennya. Umpamanya beragam warna ikan dihasilkan
juga oleh beragam allel yang mengendalikan warna tersebut. Perbedaanperbedaan ini bila dipahami dengan baik akan dapat dimanfaatkan untuk suatu
program seleksi dalam hal warna atau bahkan kecepatan tumbuh atau sifat-sifat
lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Dalam makalah ini hanya akan diuraikan bagaimana pengelola suatu unit
perbenihan dapat mengkaji dan memahami tentang genetik fenotip kualitatif.
Fenotipe kualitatif adalah sifat-sifat yang dikendalikan hanya oleh satu atau
beberapa gen saja, yaitu seperti warna, pola sisik, dan jenis kelamin.

2. Genetika Mengenai Fenotipe Kualitatif

2.1. Gen autozome tunggal
Gambar 1 menunjukkan contoh fenotipe kualitatif yang dikendalikan oleh
gen autozome tunggal. Contoh yang paling umum untuk fenotipe ini adalah
3

warna pada ikan konsumsi atau ikan hias (kecuali ikan koi).

Gambar 1. Contoh Fenotipe Kualitatif yang dikendalikan
oleh gen autosome tunggal
Gambar 1 menunjukkan bahwa gen A mengendalikan warna hitam yang
bersifat dominan lengkap, sedangkan gen (x yang menentukan warna putih
sebagai gen yang positif. Dengan demikian bila ikan dengan genotipe AA
tersebut dikawinkan dengan ikan genotipe aa, keturunnya adalah semua
berwarna hitam dengan genotipe Act (heterozigot).
Pada gen B (genetipe B hitam) yang disini dikatakan sebagai bersifat
dominan tidak lengkap, biia dikawinkan dengan ikan memiliki gen b (genotipe
bb, resesif), maka keturunannya adalah bergenotif Bb yang berwarna agak
hitam (warna hitam Bb lebih lernah dari warna hitam genotipe BB).
Gen C dan gen c' mengendalikan warna hitam dan putih yang bersifat
aditif. Kedua-duanya tidak ada yang dominan, karena itu genetipe Cc'
4

menghasilkan warna baru yang intermediet dari warna hitam dan putih, yaitu
abu-abu, atau warna yang lain dari warna kedua tetuanya.

Gambar 2. Warna pada tipe lain atau pigmen normal dan warna merah ungu
(pink) pada ikan nila (Wile tilapie).

Gambar 2 menunjukkan tentang warna pada tipe lain atau pigmen normal
dan warna merah ungu (pink) pada ikan nila (Wile tilapie). Fenotipe ini
dikendalikan oleh gen autozome tunggal yang bersifat dominan lengkap
(sempurna) yang disini disebutsebagai gen B. Gen B menghasilkan warna
pigmen normal, sedangkan gen b yang resesif mengendalikan warna merah
ungu (pink). Karena gen B bersifat dominan lengkap terhadap gen b, maka
keturunannya yang semua bergenotipe Bb adalah fenotipe pigmen normal.
5

Warna merah MUda hanya akan muncul pada ikan nila homosigot resesif (bb).

Gambar 3. Kejadian warna hitam, hitam kuning (bronze) dan warna keemasan
(golden) pada ikan mujair (Tilepie. mossambica),

Gambar 3 memperlihatkan tentang kejadian warna hitam, hitam kuning
(bronze) dan warna keemasan (golden) pada ikan mujair (Tilepie. mossambica),
Warna ini dikendalikan oleh gen autozome tunggal juga, tapi adalah gen
dominan tidak lengkap yaitu gen G. Karena allel g yang resesif, maka genotype
6

heterosigot (Gg) menghasilkan warna yang tidak seperti genotipe GG yang
berwarna hitam, tetapi warna hitam kekuningan (Gg). Dan genotipe gg (resesif)
menghasilkan fenottipe keemasan.

2.2. Gen Autozome Ganda
Contoh yang paling populer mengenai gen autozome ganda adalah pola
sisik pada ikan mas. Pola sisik ditentukan oleh interaksi epistatis antara gen S
clan gen N. Gen S adalah gen yang menentukan bahwa ikan rnas itu bersisik
penuh (genotipe SS clan genotipe Ss) ataukah bersisik jarang (genotipe ss).
Kemudian keberadaan sisik itu ditentukan juga oleh gen N. Gen N merupakan
gen yang memodifikasi fenotipe bersisik menjadi kurang atau bahkan telanjang
(tanpa sisik sama sekali). Genotipe pola sisik yang mengandung genotipe NN
menyebabkan genotipe yang letal atau kematian pada fase awal (embrio atau
larva), misalnya genotipe SS, NN, Ss NN, ss, NN. Selanjutnya genotipe Nn
merubah fenotipe pola sisik menjadi pola sisik garis yaitu genotipe SS, Nn, Ss,
Nn. Genotipe Nn merubah pola sisik jarang/menyebar (ss, nn) menjadi pola
tanpa sisik sama sekali (nude, leather) yaitu genotipe ss, Nn. Dalam bentuk
gambar untuk genotipe-genotipe tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
7

Gambar 4. Pola sisik pada ikan Mas sebagai contoh gen autosome ganda

2.3. Populasi Ikan Galur Murni (Breeds true)
Yang dimaksud dengan populasi galur murni disini adalah populasi yang
dapat menghasilkan keturunan (offsprings), memiliki karakteristik tertentu yang
mana fenotipe sama seperti induknya, umpamanya dapat dilihat dalam hal
warna atau pola sisik. Dengan bekal pemahaman mengenai fenotipe dan
genotipe maka dapat dibuat suatu program untuk membuat galur murni untuk
fenotipe tertentu. Beberapa contoh dikemukakan berikut ini.
8

(1) Ikan nila merah muda (pink)
Bila pigmen yang terdapat pada populasi ikan nila, terdiri dari yang
berpigmen normal dan yang merah muda (pink), kemudian ingin membuat
populasi yang merah muda semua, maka dapat dilakukan hal-hal berikut. Ikanikan yang berpigmen normal (allel B dominan) disisihkan dari populasi. Ini
berarti semua ikan yang memiliki allel B dikeluarkan dari populasi. Sisanya
adalah ikan yang berwarna merah muda (fenotipe resesif) yaitu ikan-ikan yang
resesif homozigot (bb). Karena itu ikan nila merah muda hasil seleksi tersebut
bila dipijahkan di antara mereka akan memberikan keturunan yang semuanya
berwarna merah muda (pink) (Gambar 5).
9

Gambar 5. Pemilihan Populasi Galur Murni

Cara yang sama dapat dilakukan juga pada ikan warna lain, misalnya
untuk ikan mujair berwarna keemasan (gold mozambique tilapie) atau yang
berpigmen normal (genotipe BB). Dengan demikian populasi galur murni hanya
dapat dibuat dari populasi yang memiliki genotipe homozigot dominan atau
homozigot resesif (Gambar 6) seperti genotipe GG yang berwarna hitam, tetapi
warna hitam kekuningan (Gg) dan genotipe gg (resesif) menghasilkan fenotipe
keemasan.
10

Gambar 6.

Populasi galur murni dari genotipe homozigot doninan atau
homozigot resesif

Contoh lain adalah untuk ikan mas galur murni pola sisik jarang
(menyebar,

mirror,

scattered)

atau

pola

sisik

penuh

(scaled)

yang

bergenotipe homozigot (SS, nn, ss, nn) yang dapat dilihat pada gambar 6
dan 7.
11

Gambar 7. Galur murni dari pola sisik jarang
Dengan demikian, ini berarti bahwa fenotipe yang dikendalikan oleh
genotipe yang heterozigot tidak dapat dijadikan sebagai galur murni (cannot
breed true), dapat dilihat pada gambar 8 dan 9.
12

Gambar 8. Pemilihan populasi galur murni dari Genotipe heterozigot

Gambar 9. Pemilihan populasi galur murni dari Genotipe heterozigot
13

3. Genetika Fenotipe Kuantitatif
Yang dimaksud dengan fenotipe kuantitatif adalah fenotipe yang dapat
diukur atau dihitung seperti bobot, panjang, jumlah jari-jari sirip, jumlah
vertebrae dan sebagainya. Fenotipe kuantitatif biasanya dikendalikan oleh
banyak gene

(poligenik). Karena itu

strategi pengkajian

untuk fenotipe

kuantitatif tidak dapat dianalisis secara sederhana seperti fenotipe kualitatif
yang hanya dikendalikan oleh satu atau dua gen.
Fenotipe

kuantitatif

pada

ikan

yang

penting

di

antaranya

adalah

pertambahan bobot atau kecepatan tumbuh. Fenotipe ini biasanya merupakan
karakter yang menjadi tujuan utama program seleksi atau peuliaan ikan, baik
seleksi individu maupun seleksi famili.
4. Indikator-indikator genetik
Di dalam suatu unit perbenihan yang memperhatikan secara baik kualitas
benih yang dihasilkannya harus memperhatikan beberapa indikator terjadinya
inbreeding.
Indikator-indikator terjadinya inbreeding dalam suatu pembenihan di
antaranya adalah munculnya fenotipe yang resesif dan fenotipe abnormal.
Fenotipe resesif yang muncul karena terjadinya inbreeding diantaranya adalah
warna albino atau putih. Munculnya sejumlah benih yang albino merupakan
indikator telah terjadinya inbreeding yang terus menerus. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas benih, khususnya penurunan
kualitas tumbuh dan melemahnya daya tahan terhadap penyakit atau perubahan
lingkungan. Indikator lain adalah abnormalitas morfologis yang dapat berupa
munculnya sebagian sirip punggung atau sirip lainnya. Kemudian abnormalitas
dapat diukur juga dengan asimetri, artinya adalah bila makin tinggi jumlah
14

individu yang asimetri dalam populasi ikan, maka makin kuat indikasi terjadinya
inbreeding dalam unit pembenihan tersebut.

5. Penutup
Demikianlah pokok-pokok pikiran yang sederhana mengenai strategi
pengkajian genetika dalam unit pembenihan ikan. Kiranya dapat bermanfaat
bagi pengelola atau pihak manajemen dalam mengatasi berbagai permasalahan
genetika yang sering terjadi dalam unit pembenihan ikan.

DAFTAR RUJUKAN

Ayala,

F. and J.A. Kiger. 1984. Modern Genetics.
Cummings, Menlo Park. 923 p. (tidak ada)

The Benjamin

Falconer, D.S. 1981. Introduction to quantitative genetics. John Wiley and
Sons, 438 p. (tidak ada)
King, R.C. and W.D. Stansfield. 2002. A dictionary of genetics. 6th Ed..
Oxford University Press Inc., New York. 530 p.
Ryman, N. and F. Utter (Eds.). 1987. Population genetics anf fishery
management. University of Washington Press, Seatlle. 420 p.
(ada)
Stansfield, W.D. 1989. Schum’s outline of genetics. McGraw-Hill, New
York. 392 p.
Strickberger, M.W. 1985. Genetics. Macmillan Publisher Co. Inc, New
York.
Tave, D. 1993. Genetics for fish hatchery managers. Van Nostrand
Reinhold, New York. 415 p.

More Related Content

What's hot

6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktorEmi Suhaemi
 
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Ade Setiawan
 
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanaLaporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanagita Ta
 
Kurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarKurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarRestu Frodo
 
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalPraktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalSyscha Lumempouw
 
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Arning Susilawati
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airTidar University
 
UJI PROPORSI DUA SAMPEL
UJI PROPORSI DUA SAMPELUJI PROPORSI DUA SAMPEL
UJI PROPORSI DUA SAMPELAroon Siregar
 
Anti virus present
Anti virus presentAnti virus present
Anti virus presentfikri asyura
 
Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentTaofik Rusdiana
 
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatikPengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatikanandajpz
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKen Ken
 

What's hot (20)

6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
 
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
 
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanaLaporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
 
Kurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarKurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standar
 
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalPraktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
 
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 
RANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOKRANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOK
 
Uji BNT
Uji BNTUji BNT
Uji BNT
 
UJI PROPORSI DUA SAMPEL
UJI PROPORSI DUA SAMPELUJI PROPORSI DUA SAMPEL
UJI PROPORSI DUA SAMPEL
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
Anti virus present
Anti virus presentAnti virus present
Anti virus present
 
Perbandingan ortogonal kontras
Perbandingan ortogonal kontrasPerbandingan ortogonal kontras
Perbandingan ortogonal kontras
 
Vaksin rekombinan
Vaksin rekombinanVaksin rekombinan
Vaksin rekombinan
 
Uji ketakaditifan
Uji ketakaditifanUji ketakaditifan
Uji ketakaditifan
 
Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose Adjustment
 
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatikPengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
 

Viewers also liked

Rekayasa genetika hewan
Rekayasa genetika hewanRekayasa genetika hewan
Rekayasa genetika hewanWinda Zufri
 
Pemuliaan dan bioteknologi ikan
Pemuliaan dan bioteknologi ikanPemuliaan dan bioteknologi ikan
Pemuliaan dan bioteknologi ikanNurfitri Rahim
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan12luthfi
 
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFATMAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFATMuhammad Rustan
 
De vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenter
De vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenterDe vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenter
De vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenterJakob Hausgaard Lyngs
 
Large graph analysis using g mine system
Large graph analysis using g mine systemLarge graph analysis using g mine system
Large graph analysis using g mine systemsaujog
 
価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿
価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿
価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿Hagimoto Junzo
 
Dan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - Presentation
Dan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - PresentationDan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - Presentation
Dan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - PresentationDan Brown
 
Laceration Cessation
Laceration CessationLaceration Cessation
Laceration CessationMagid
 
Internet browser and search engines
Internet browser and search enginesInternet browser and search engines
Internet browser and search enginesJoshua Pasion
 
7 anti aging tips for men
7 anti aging tips for men7 anti aging tips for men
7 anti aging tips for mendeborahrice766
 
2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場
2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場
2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場Hagimoto Junzo
 

Viewers also liked (20)

Rekayasa genetika
Rekayasa genetikaRekayasa genetika
Rekayasa genetika
 
Rekayasa genetika hewan
Rekayasa genetika hewanRekayasa genetika hewan
Rekayasa genetika hewan
 
Mutasi kromosom
Mutasi kromosomMutasi kromosom
Mutasi kromosom
 
Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5
Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5
Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5
 
Pemuliaan dan bioteknologi ikan
Pemuliaan dan bioteknologi ikanPemuliaan dan bioteknologi ikan
Pemuliaan dan bioteknologi ikan
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan
 
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFATMAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
 
Compu
CompuCompu
Compu
 
De vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenter
De vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenterDe vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenter
De vigtigste dimensioneringsprincipper for gravitationsfundamenter
 
Large graph analysis using g mine system
Large graph analysis using g mine systemLarge graph analysis using g mine system
Large graph analysis using g mine system
 
Mao
MaoMao
Mao
 
価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿
価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿
価値デザインと並行して進めるエンタープライズアジャイルの姿
 
Dan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - Presentation
Dan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - PresentationDan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - Presentation
Dan Brown Jr - "Do our words Unite or Divide" - Presentation
 
Triet hoc
Triet hocTriet hoc
Triet hoc
 
Laceration Cessation
Laceration CessationLaceration Cessation
Laceration Cessation
 
Internet browser and search engines
Internet browser and search enginesInternet browser and search engines
Internet browser and search engines
 
7 anti aging tips for men
7 anti aging tips for men7 anti aging tips for men
7 anti aging tips for men
 
MVC
MVCMVC
MVC
 
2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場
2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場
2013 10-16 第9回、第10回萩本匠道場
 
Rain org
Rain orgRain org
Rain org
 

Similar to Pedoman pengkajian fenotip kualitatif

PPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdf
PPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdfPPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdf
PPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdfShafrinaLee
 
Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9Mokh Alamsyah
 
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen LetalGagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen LetalMuhamad Dzaki Albiruni
 
pertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengah
pertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengahpertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengah
pertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengaheningyuningsih
 
Pewarisan Sifat
Pewarisan SifatPewarisan Sifat
Pewarisan SifatIsma Jihan
 
Biodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptx
Biodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptxBiodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptx
Biodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptxZulfatulAliyah
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanfisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanPutra putra
 
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptxBab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptxNairaParsa
 
Populasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptx
Populasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptxPopulasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptx
Populasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptxNhelafitrahsari
 
Pola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas IsmailPola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas Ismailismail fizh
 
Mitosis miosis bagus
Mitosis miosis bagusMitosis miosis bagus
Mitosis miosis bagusGigin Sandria
 
Hereditas r001.
Hereditas r001.Hereditas r001.
Hereditas r001.ArrijalMaf
 
dokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.ppt
dokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.pptdokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.ppt
dokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.pptRahmaniUsman
 

Similar to Pedoman pengkajian fenotip kualitatif (20)

Hukum mendel
Hukum mendelHukum mendel
Hukum mendel
 
Hukum mendel
Hukum mendel Hukum mendel
Hukum mendel
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
PPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdf
PPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdfPPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdf
PPT BIOLOGI POLA-POLA HEREDITAS KELOMPOK 5.pdf
 
hereditas pada manusia.pptx
hereditas pada manusia.pptxhereditas pada manusia.pptx
hereditas pada manusia.pptx
 
Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9
 
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen LetalGagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
 
pertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengah
pertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengahpertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengah
pertemuan 6 reproduksi hewan smpn 3 karangtengah
 
Pewarisan Sifat
Pewarisan SifatPewarisan Sifat
Pewarisan Sifat
 
Biodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptx
Biodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptxBiodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptx
Biodiversitas Tingkat Gen (Keanekaragaman Tingkat Gen).pptx
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanfisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
 
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptxBab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
 
Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1
 
Populasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptx
Populasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptxPopulasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptx
Populasi Gen- Nela Fitrah Sari Nunu (A20222002).pptx
 
5.1 Evolusi -.pptx
5.1 Evolusi -.pptx5.1 Evolusi -.pptx
5.1 Evolusi -.pptx
 
Pola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas IsmailPola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas Ismail
 
Mitosis miosis bagus
Mitosis miosis bagusMitosis miosis bagus
Mitosis miosis bagus
 
Rasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan GuppyRasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan Guppy
 
Hereditas r001.
Hereditas r001.Hereditas r001.
Hereditas r001.
 
dokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.ppt
dokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.pptdokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.ppt
dokumen.tips_ppt-penyakit-genetik-slide-kuliah.ppt
 

More from Dr. Bruri Melky Laimeheriwa (7)

Template surat-rekomendasi-pimpinan
Template surat-rekomendasi-pimpinanTemplate surat-rekomendasi-pimpinan
Template surat-rekomendasi-pimpinan
 
Publikasi jurnal ilmiah
Publikasi jurnal ilmiahPublikasi jurnal ilmiah
Publikasi jurnal ilmiah
 
Sitogenetika tiram mutiara
Sitogenetika tiram mutiaraSitogenetika tiram mutiara
Sitogenetika tiram mutiara
 
Kariotipe dan rumus kromosom tiram mutaiara
Kariotipe dan rumus kromosom tiram mutaiaraKariotipe dan rumus kromosom tiram mutaiara
Kariotipe dan rumus kromosom tiram mutaiara
 
Kuliah Biologi Dasar: KEHATI
Kuliah Biologi Dasar: KEHATIKuliah Biologi Dasar: KEHATI
Kuliah Biologi Dasar: KEHATI
 
12 pas uniknya penabur
12 pas uniknya penabur12 pas uniknya penabur
12 pas uniknya penabur
 
Filosofi Hidup untuk berhasil
Filosofi Hidup untuk berhasilFilosofi Hidup untuk berhasil
Filosofi Hidup untuk berhasil
 

Pedoman pengkajian fenotip kualitatif

  • 1. 1 PEDOMAN PENGKAJIAN FENOTIP KUALITATIF DALAM UNIT PEMBENIHAN IKAN Oleh: Bruri Melky Laimeheriwa, S.Pi., M.Si (Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Jl. Mr. Chr. Soplanit – Ambon; email: akbsei@gmail.com ) (Materi dipublikasikan pada website Masyarakat Akuakultur Indonesia www.aquaculture-mai.org Mulai tanggal 28 Januari sampai dengan 10 Pebruari 2012) 1. Pendahuluan Dalam suatu unit perbenihan ikan berlangsung suatu proses untuk menghasilkan benih ikan untuk keperluan akuakultur. Dalam proses tersebut, benih ikan merupakan hasil perkawinan antara tetua ikan betina (induk) dan tetua ikan jantan. Pada dasarnya perkawinan itu adalah untuk menentukan waktu yang paling tepat dalam pembuahan telur oleh spermatozoa (sperma). Pada proses pembuahan inilah terbentuk pasangan kromosom pada individu ikan yang baru (keturunannya). Setiap pasang kromosom berasal dari induk betina dan dari tetua jantan. Jumlah kromosom ikan bervariasi sesuai spesimennya, demikian pula dengan karyotipnya adalah tetap. Kromosom berada di dalam inti sel. Di dalam kromosom tersebut terdapat apa yang biasa disebut gen (genes: jamak). Satu gen atau suatu set gen berisi cetak biru (blue prints) atau instruksi-instruksi kimiawi untuk memproduksi suatu potensi tertentu, yang nantinya akan menghasilkan berbagai fenotipe seperti warna, jenis kelamin, Jumlah jari-jari sirip, pola sisik, panjang sirip, panjang badan dan sebagainya. Di dalam ilmu genetik, proses tersebut dapat dikatakan bahwa suatu genotipe menentukan suatu fenotipe. Yang dimaksud dengan genotipe disini adalah satu atau lebih gen yang mengendalikan pembentukan fenotipe tertentu.
  • 2. 2 Suatu gen dapat terdiri atas lebih dari satu bentuk. Macam-macam bentuk tersebut adalah yang biasa sebagai allel. Pada suatu kelompok atau populasi ikan, satu gen dapat berada dalam satu bentuk saja yang berarti bahwa gen itu hanya terdiri atas satu allel dalam lokus tertentu (lokus gen) atau dapat juga satu gen itu terdiri atas beberapa bahkan belasan allel dalam satu lokusnya. Pada ikan diploid, kromosom selalu dalam bentuk berpasangan. Bila pasangan allel dalam satu lokus adalah identik, maka dapat dikatakan bahwa individu ikan itu sebagai homozigot (homo zygous) pada lokus tersebut. Apabila pasangan atau allel pada lokus tersebut tidak identik maka disebut heterozigot (hetero zygous) pada lokusnya. Alasan yang utama perbedaan individu atas homozigot dan heterozigot, karena bentuk gen yang berbeda (allel) akan menghasilkan bentuk-bentuk yang berbeda pula protein dari gennya. Umpamanya beragam warna ikan dihasilkan juga oleh beragam allel yang mengendalikan warna tersebut. Perbedaanperbedaan ini bila dipahami dengan baik akan dapat dimanfaatkan untuk suatu program seleksi dalam hal warna atau bahkan kecepatan tumbuh atau sifat-sifat lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dalam makalah ini hanya akan diuraikan bagaimana pengelola suatu unit perbenihan dapat mengkaji dan memahami tentang genetik fenotip kualitatif. Fenotipe kualitatif adalah sifat-sifat yang dikendalikan hanya oleh satu atau beberapa gen saja, yaitu seperti warna, pola sisik, dan jenis kelamin. 2. Genetika Mengenai Fenotipe Kualitatif 2.1. Gen autozome tunggal Gambar 1 menunjukkan contoh fenotipe kualitatif yang dikendalikan oleh gen autozome tunggal. Contoh yang paling umum untuk fenotipe ini adalah
  • 3. 3 warna pada ikan konsumsi atau ikan hias (kecuali ikan koi). Gambar 1. Contoh Fenotipe Kualitatif yang dikendalikan oleh gen autosome tunggal Gambar 1 menunjukkan bahwa gen A mengendalikan warna hitam yang bersifat dominan lengkap, sedangkan gen (x yang menentukan warna putih sebagai gen yang positif. Dengan demikian bila ikan dengan genotipe AA tersebut dikawinkan dengan ikan genotipe aa, keturunnya adalah semua berwarna hitam dengan genotipe Act (heterozigot). Pada gen B (genetipe B hitam) yang disini dikatakan sebagai bersifat dominan tidak lengkap, biia dikawinkan dengan ikan memiliki gen b (genotipe bb, resesif), maka keturunannya adalah bergenotif Bb yang berwarna agak hitam (warna hitam Bb lebih lernah dari warna hitam genotipe BB). Gen C dan gen c' mengendalikan warna hitam dan putih yang bersifat aditif. Kedua-duanya tidak ada yang dominan, karena itu genetipe Cc'
  • 4. 4 menghasilkan warna baru yang intermediet dari warna hitam dan putih, yaitu abu-abu, atau warna yang lain dari warna kedua tetuanya. Gambar 2. Warna pada tipe lain atau pigmen normal dan warna merah ungu (pink) pada ikan nila (Wile tilapie). Gambar 2 menunjukkan tentang warna pada tipe lain atau pigmen normal dan warna merah ungu (pink) pada ikan nila (Wile tilapie). Fenotipe ini dikendalikan oleh gen autozome tunggal yang bersifat dominan lengkap (sempurna) yang disini disebutsebagai gen B. Gen B menghasilkan warna pigmen normal, sedangkan gen b yang resesif mengendalikan warna merah ungu (pink). Karena gen B bersifat dominan lengkap terhadap gen b, maka keturunannya yang semua bergenotipe Bb adalah fenotipe pigmen normal.
  • 5. 5 Warna merah MUda hanya akan muncul pada ikan nila homosigot resesif (bb). Gambar 3. Kejadian warna hitam, hitam kuning (bronze) dan warna keemasan (golden) pada ikan mujair (Tilepie. mossambica), Gambar 3 memperlihatkan tentang kejadian warna hitam, hitam kuning (bronze) dan warna keemasan (golden) pada ikan mujair (Tilepie. mossambica), Warna ini dikendalikan oleh gen autozome tunggal juga, tapi adalah gen dominan tidak lengkap yaitu gen G. Karena allel g yang resesif, maka genotype
  • 6. 6 heterosigot (Gg) menghasilkan warna yang tidak seperti genotipe GG yang berwarna hitam, tetapi warna hitam kekuningan (Gg). Dan genotipe gg (resesif) menghasilkan fenottipe keemasan. 2.2. Gen Autozome Ganda Contoh yang paling populer mengenai gen autozome ganda adalah pola sisik pada ikan mas. Pola sisik ditentukan oleh interaksi epistatis antara gen S clan gen N. Gen S adalah gen yang menentukan bahwa ikan rnas itu bersisik penuh (genotipe SS clan genotipe Ss) ataukah bersisik jarang (genotipe ss). Kemudian keberadaan sisik itu ditentukan juga oleh gen N. Gen N merupakan gen yang memodifikasi fenotipe bersisik menjadi kurang atau bahkan telanjang (tanpa sisik sama sekali). Genotipe pola sisik yang mengandung genotipe NN menyebabkan genotipe yang letal atau kematian pada fase awal (embrio atau larva), misalnya genotipe SS, NN, Ss NN, ss, NN. Selanjutnya genotipe Nn merubah fenotipe pola sisik menjadi pola sisik garis yaitu genotipe SS, Nn, Ss, Nn. Genotipe Nn merubah pola sisik jarang/menyebar (ss, nn) menjadi pola tanpa sisik sama sekali (nude, leather) yaitu genotipe ss, Nn. Dalam bentuk gambar untuk genotipe-genotipe tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
  • 7. 7 Gambar 4. Pola sisik pada ikan Mas sebagai contoh gen autosome ganda 2.3. Populasi Ikan Galur Murni (Breeds true) Yang dimaksud dengan populasi galur murni disini adalah populasi yang dapat menghasilkan keturunan (offsprings), memiliki karakteristik tertentu yang mana fenotipe sama seperti induknya, umpamanya dapat dilihat dalam hal warna atau pola sisik. Dengan bekal pemahaman mengenai fenotipe dan genotipe maka dapat dibuat suatu program untuk membuat galur murni untuk fenotipe tertentu. Beberapa contoh dikemukakan berikut ini.
  • 8. 8 (1) Ikan nila merah muda (pink) Bila pigmen yang terdapat pada populasi ikan nila, terdiri dari yang berpigmen normal dan yang merah muda (pink), kemudian ingin membuat populasi yang merah muda semua, maka dapat dilakukan hal-hal berikut. Ikanikan yang berpigmen normal (allel B dominan) disisihkan dari populasi. Ini berarti semua ikan yang memiliki allel B dikeluarkan dari populasi. Sisanya adalah ikan yang berwarna merah muda (fenotipe resesif) yaitu ikan-ikan yang resesif homozigot (bb). Karena itu ikan nila merah muda hasil seleksi tersebut bila dipijahkan di antara mereka akan memberikan keturunan yang semuanya berwarna merah muda (pink) (Gambar 5).
  • 9. 9 Gambar 5. Pemilihan Populasi Galur Murni Cara yang sama dapat dilakukan juga pada ikan warna lain, misalnya untuk ikan mujair berwarna keemasan (gold mozambique tilapie) atau yang berpigmen normal (genotipe BB). Dengan demikian populasi galur murni hanya dapat dibuat dari populasi yang memiliki genotipe homozigot dominan atau homozigot resesif (Gambar 6) seperti genotipe GG yang berwarna hitam, tetapi warna hitam kekuningan (Gg) dan genotipe gg (resesif) menghasilkan fenotipe keemasan.
  • 10. 10 Gambar 6. Populasi galur murni dari genotipe homozigot doninan atau homozigot resesif Contoh lain adalah untuk ikan mas galur murni pola sisik jarang (menyebar, mirror, scattered) atau pola sisik penuh (scaled) yang bergenotipe homozigot (SS, nn, ss, nn) yang dapat dilihat pada gambar 6 dan 7.
  • 11. 11 Gambar 7. Galur murni dari pola sisik jarang Dengan demikian, ini berarti bahwa fenotipe yang dikendalikan oleh genotipe yang heterozigot tidak dapat dijadikan sebagai galur murni (cannot breed true), dapat dilihat pada gambar 8 dan 9.
  • 12. 12 Gambar 8. Pemilihan populasi galur murni dari Genotipe heterozigot Gambar 9. Pemilihan populasi galur murni dari Genotipe heterozigot
  • 13. 13 3. Genetika Fenotipe Kuantitatif Yang dimaksud dengan fenotipe kuantitatif adalah fenotipe yang dapat diukur atau dihitung seperti bobot, panjang, jumlah jari-jari sirip, jumlah vertebrae dan sebagainya. Fenotipe kuantitatif biasanya dikendalikan oleh banyak gene (poligenik). Karena itu strategi pengkajian untuk fenotipe kuantitatif tidak dapat dianalisis secara sederhana seperti fenotipe kualitatif yang hanya dikendalikan oleh satu atau dua gen. Fenotipe kuantitatif pada ikan yang penting di antaranya adalah pertambahan bobot atau kecepatan tumbuh. Fenotipe ini biasanya merupakan karakter yang menjadi tujuan utama program seleksi atau peuliaan ikan, baik seleksi individu maupun seleksi famili. 4. Indikator-indikator genetik Di dalam suatu unit perbenihan yang memperhatikan secara baik kualitas benih yang dihasilkannya harus memperhatikan beberapa indikator terjadinya inbreeding. Indikator-indikator terjadinya inbreeding dalam suatu pembenihan di antaranya adalah munculnya fenotipe yang resesif dan fenotipe abnormal. Fenotipe resesif yang muncul karena terjadinya inbreeding diantaranya adalah warna albino atau putih. Munculnya sejumlah benih yang albino merupakan indikator telah terjadinya inbreeding yang terus menerus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas benih, khususnya penurunan kualitas tumbuh dan melemahnya daya tahan terhadap penyakit atau perubahan lingkungan. Indikator lain adalah abnormalitas morfologis yang dapat berupa munculnya sebagian sirip punggung atau sirip lainnya. Kemudian abnormalitas dapat diukur juga dengan asimetri, artinya adalah bila makin tinggi jumlah
  • 14. 14 individu yang asimetri dalam populasi ikan, maka makin kuat indikasi terjadinya inbreeding dalam unit pembenihan tersebut. 5. Penutup Demikianlah pokok-pokok pikiran yang sederhana mengenai strategi pengkajian genetika dalam unit pembenihan ikan. Kiranya dapat bermanfaat bagi pengelola atau pihak manajemen dalam mengatasi berbagai permasalahan genetika yang sering terjadi dalam unit pembenihan ikan. DAFTAR RUJUKAN Ayala, F. and J.A. Kiger. 1984. Modern Genetics. Cummings, Menlo Park. 923 p. (tidak ada) The Benjamin Falconer, D.S. 1981. Introduction to quantitative genetics. John Wiley and Sons, 438 p. (tidak ada) King, R.C. and W.D. Stansfield. 2002. A dictionary of genetics. 6th Ed.. Oxford University Press Inc., New York. 530 p. Ryman, N. and F. Utter (Eds.). 1987. Population genetics anf fishery management. University of Washington Press, Seatlle. 420 p. (ada) Stansfield, W.D. 1989. Schum’s outline of genetics. McGraw-Hill, New York. 392 p. Strickberger, M.W. 1985. Genetics. Macmillan Publisher Co. Inc, New York. Tave, D. 1993. Genetics for fish hatchery managers. Van Nostrand Reinhold, New York. 415 p.