Bakso, sosis, pizza, dan burger dapat mengandung zat berbahaya seperti boraks, formalin, nitrit, dan garam dalam jumlah tinggi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker dan penyakit jantung. Pasta mengandung gluten yang dapat memicu sensitivitas pada beberapa orang yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan.
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
MAKANAN BERBAHAYA
1. Kandungan Berbahaya pada Makanan
1. Bakso
Bahan tambahan makanan (food additives) adalah senyawa atau campuran senyawa
kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan (non bahan tambahan makanan)
namun oleh masyarakat dijadikan bahan tambahan makanan. Dan ini merupakan salah
satu masalah mental masyarakat.
Saat membeli bakso mentah ataupun siap santap, perhatikan warnanya. Bakso yang baik
umumnya berwarna coklat muda cerah ataupun sedikit kemerahan dan warnanya merata.
Bakso yang baik juga tak berbau aneh seperti tengik, asam, basi, ataupun busuk.
Berikut Ciri-Ciri Bakso Yang Mengandung Boraks Dan Formalin :
Bakso lebih kenyal.
Bakso menjadi lebih awet dan tahan lama meski disimpan hingga beberapa hari.
Memiliki warna putih pucat baik dari luar maupun bagian dalamnya.
Apabila digigit maka bakso kembali ke tekstur semula.
Ambillah bakso yang belum tercampur dengan kuah, ciumlah baunya. Bakso yang
mengandung kedua zat tersebut memiliki bau yang yang tidak seperti bau daging
pada umumnya.
Bakso yang mengandung ke2 zat berbahaya tersebut bila jatuh kelantai maka akan
memantul tinggi seperti bola bekel.
Boraks merupakan kristal lunak lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan
mudah larut dalam air. Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak
digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet
kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk
gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”.
Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie
basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.
2. Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun
sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis.
Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih
dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzimenzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret,
kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.
Pemakaian boraks untuk memperbaiki mutu bakso sebagai pengawet telah diteliti pada
tahun 1993. Di DKI Jakarta ditemukan 26% bakso mengandung boraks baik di swalayan,
pasar tradisional dan pedagang makanan jajanan. Pada pedagang bakso dorongan
ditemukan 7 dari 13 pedagang menggunakan boraks dengan kandungan boraks antara 0,01
– 0,6 %
Selain itu digunakan tawas yang dilarutkan dalam 2 gram/liter air tersebut digunakan untuk
merebus bakso untuk mengeringkan dan mengeraskan permukaan bakso. Beberapa
pengolah bakso menggunakan TiO2 yaitu zat kimia yang disebut Titanium dioksida untuk
menghindari warna bakso yang gelap.
“Sedangkan formalin” adalah nama dagang formaldehida yang dilarutkan dalam air
dengan kadar 36 – 40 %. Formalin biasa juga mengandung alkohol 10 –15 % yang berfungsi
sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi.
Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia,
dengan gejala : sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan
syaraf dan gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram
dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam.
Selain bakso ,Tahu merupakan produk pangan yang sering direndam formalin. Tahu yang
tidak direndam formalin hanya bertahan 1 – 2 hari saja kemudian berlendir. Sedangkan
yang direndam formalin akan bertahan 4 – 5 hari bahkan bisa sampai 1 bulan dalam kadar
tertentu.
Formalin juga bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan
dalam industri tekstil serta kayu lapis. Kedua zat kimia ini sering salah dimanfaatkan oleh
para penjual bakso untuk mendapatkan kentungan yang lebih.
Boraks dan formalin bila dikonsumsi manusia bisa menyebabkan gangguan pada susunan
syaraf, gangguan pencernaan, konvulsi, depresi, rambut rontok dan yang paling berbahaya
adalah bisa menyebabkan kanker.
3. 2. Sosis
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa makan satu sosis ataupun dua iris daging asap bisa
meningkatkan resiko kanker pankreas. Peneliti mengemukakan, walaupun hanya makan
sosis dalam jumlah sedikit, tetap beresiko terkena penyakit mematikan tersebut sekitar 20
persen.
Penyebabnya adalah carcinogenic precursor atau sodium nitrit yang sering digunakan dalam
daging olahan. Bahan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker. Sebuah
badan pengawas makanan di Amerika pernah melarang penggunaan sodium nitrite, namun
ditolak oleh pihak produsen daging olahan dengan alasan kualitas dan cita rasa yang
berbeda.
Kanker pankreas disebut sebagai 'the silent killer' yang merusak organ tubuh perlahan-lahan
tanpa adanya gejala yang berarti. Kalaupun ada gejala, biasanya tidak secara langsung,
seperti sakit punggung, hilang nafsu makan, dan berat badan turun. Gejala-gejala tersebut
sering dianggap ringan dan biasa terjadi.
Banyaknya bukti jika daging merah dan daging olahan dapat meningkatkan resiko kanker
usus membuat konsumen harus lebih waspada. Pemerintah Inggris pun menyarankan
warganya untuk mengurangi konsumsi daging, dan dibatasi hanya 500 gram daging merah
dan daging olahan per minggunya.
Ahli nutrisi sekaligus penulis “Grocery Warning”, Mike Adams, menyarankan untuk
mengkonsumsi antioksidan sebelum makan makanan yang mengandung sodium nitrite. Hal
itu sebenarnya tidak sepenuhnya melindungi tubuh dari bahaya sodium nitrite, namun
setidaknya bisa mengurangi resiko.
Adams juga memperingatkan para ibu menyusui untuk tidak makan makanan yang
mengandung sodium nitrite. Juga pada para ibu untuk tidak memberi anaknya makanan
dengan kandungan berbahaya
4. 3. Pizza
Consensus Action on Salt and Health (CASH) dan Association of London Environmental
Health Managers (ALEHM) mengadakan survei tentang kandungan garam dalam pizza di
Inggris. Peneliti menganalisis 199 buah pizza margherita dan pepperoni takeaway, dari
restoran, dan yang dijual di pasar swalayan.
Angka mengejutkan pun diperoleh. Berdasarkan berita yang dilansir The Telegraph,
pepperoni pizza dari restoran Adam & Eve di London mengandung 2.73 gram garam per 100
gram pizza. Sebagai perbandingan, per 100 gram air laut Atlantik saja hanya terdiri dari 2.5
gram garam.
Kandungan garam tertinggi terdapat pada pizza takeaway. Setengah dari jumlah pizza
yang disurvei mengandung garam sebanyak jumlah rekomendasi harian, yaitu 6 gram.
Dibanding pizza yang dijual di supermarket, pizza takeaway mengandung garam 2.5 kali
lebih banyak. Tak hanya itu, sebanyak 84% pizza takeaway juga mengandung lemak trans.
Departemen kesehatan Inggris membuat target untuk dicapai pada akhir 2012 ini, yaitu
maksimal 1.25 gram garam per 100 gram pizza. Sayang, hanya 16% pizza takeaway yang
sesuai aturan tersebut. Sementara itu, tiga dari empat pizza supermarket telah mematuhi
kebijakan ini.
Meski kadar garamnya lebih sedikit dibanding pizza takeaway, pizza dari supermarket
masih dianggap tidak sehat. Berdasarkan survei, tidak ada pizza swalayan yang rendah
garam, lemak, atau lemak jenuh.
“Perbandingan pizza dengan air laut digunakan agar konsumen sadar akan jumlah garam
yang sangat besar dalam makanan,” ujar Profesor Graham MacGregor, ketua CASH.
Menurut pria ini, pemerintah kurang memerhatikan jumlah garam dalam sektor takeaway.
“Garam bisa mempertinggi tekanan darah dan menyebabkan stroke. Mengurangi asupan
garam dapat menyelamatkan ribuan orang dari bahaya penyakit tersebut,” jelas Profesor
Graham.
Menanggapi temuan ini, pihak restoran Adam & Eve berterima kasih kepada CASH. “Kami
tidak sadar akan tingginya kadar garam dalam pizza kami akibat kombinasi bahan-bahan
tradisional tertentu,” tutur Gareth Leakey, manajer restoran tersebut. Merekapun mengubah
resep dan meminta pemasok mengurangi kadar garam agar sesuai dengan jumlah yang
disarankan.
5. Survei ini diselenggarakan setiap tahun sebagai bagian dari Salt Awareness Week. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya asupan garam yang
berlebihan.
4. Burger
Resiko mengkonsumsi Burger terlalu banyak :
:: Kemungkinan Terkena Kanker
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, makanan cepat saji akan tersaji dengan cepat karena
adanya bantuan dari bahan kimia, baik itu pengawet, ataupun bahan lainnya. Zat kimia ini
tentu saja tidak akan dipergunakan oleh tubuh, namun, jika tubuh kita terlalu banyak
mengonsumsi zat kimia tersebut, dapat mengakibatkan penyakit yang berbahaya seperti
kanker.
:: Radang Otak
Zat kimia yang terkandung dalam makan cepat saji juga sangat berpengaruh pada otak.
Terlalu banyak kandungan zat kimia pada tubuh kita dapat menyebabkan radang otak.
:: Obesitas
Kandungan lemak pada makanan cepat saji umumnya sangat tinggi, sehingga sangat buruk
bagi kamu yang ingin mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Bahkan fakta mengatakan
bahwa orang yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji adalah orang yang sudah
terkena obesitas, mulai dari sedang sampai parah. 85% kasus obesitas di dunia disebabkan
oleh makanan cepat saji.
:: Penyakit Jantung
Kandungan kolesterol pada makanan cepat saji juga sangat tinggi sehingga sangat
memperbesar angka kemungkinan terkena penyakit jantung. Orang yang sering maka di
restoran cepat saji memilki kemungkinan terkena penyakit jantung tiga kali lebih besar dari
orang yang jarang.
6. :: Kurangnya Asupan Nutrisi
Makanan cepat saji tidak pernah mementingkan gizi. Asalkan rasanya sudah enak,
makanan cepat saji pasti laku keras. Kandungan nutrisi dang gizi pada makanan cepat saji
tidaklah seimbang dengan yang dibutuhkan oleh tubuh, oleh sebab itu, tubuh menjadi lebih
mudah lelah dan lemas.
:: Masalah Tulang
Jarang makanan cepat saji yang mengandung kalsium. Sungguh sangat ironi, 50% kasus
osteoporosis adalah disebabkan oleh makanan cepat saji. Perhatikan kandungan nutrisi
pada makanan kamu dan jangan sampai kamu kekurangan kalsium!
5. Pasta
Apa pun jenis olahannya, semua makanan yang terbuat dari pasta pasti terbuat dari
gandum. Makanan Italia seperti makaroni, spageti, dan fettucine adalah jenis makanan
yang berbahan dasar pasta.
Semua bahan makanan tersebut mengandung zat reaktif yang disebut gluten. Gluten
adalah suatu protein, zat mirip lem yang menyatukan bulir-bulir gandum dan padi-padian
tertentu. (Gluten juga melekat di dinding usus seperti lem.) Sensitivitas gluten dapat muncul
sebagai gejala ringan seperti kembung, rasa tidak enak di perut, dan pilek, hingga gejala
berat seperti sindrom iritasi usus, sakit kepala, migrain, nyeri sendi dan otot, asma, eksem,
dan gangguan suasana hati. Mungkin juga timbul gangguan pencernaan yang serius, antara
lain penyakit celiac sprue. Pada celiac, vilus (jonjot) usus halus rusak, sehingga
mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi yang parah. Hal ini kemudian menyebabkan
melemahnya sistem kekebalan tubuh, penurunan berat badan, diare, lesu kronis. [Wied
Harry: Beberapa gangguan kesehatan akibat gangguan sistem metabolisme, seperti lupus,
autisme, ADHD, juga diduga akibat asupan tinggi gluten.]
Sensitivitas gluten tampaknya semakin banyak dijumpai , karena semakin banyak orang
"tercemari" oleh bahan makanan dan makanan olahan dari terigu yang telah diubah,
dimurnikan, dan direduksi secara kimiawi. Bahkan, pada orang tertentu, jumlah sedikit saja
terasup gluten sudah menimbulkan reaksi.
7. Alergi gluten memang dapat dideteksi melalui tes alergi, namun sensitivitas terhadap gluten
sulit dideteksi dengan pemeriksaan biasa. Walaupun dokter dapat melakukan uji antibodi
alergi atau biopsi usus, cara paling mudah dan paling tidak invasif adalah menyingkirkan
semua makanan dan produk makanan terbuat dari bahan utama terigu/gandum maupun
yang menggunakan campuran terigu/gandum. Menggantinya dengan bahan tepung tanpa
gluten, seperti tepung beras, tepung jagung, tepung kedelai, dll."