Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
BERPACARAN YANG BENAR
1. BERPACARAN YANG BENAR
Oleh Betsy Edith Christie, 0906521713
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Arkeologi
Nama Sumber:
1. Materi Rancangan Pembelajaran MPK Agama Kristen
2. Memulai Hidup Baru
3. God’s Answers For Your Every Question for Students
Disusun Oleh:
1. Tim Pengajar MPK Agama Kristen Universitas Indonesia
2. Lea Santoso, Jimmy Kuswadi, dan Tim Staf Perkantas
3. Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer
Istilah berpacaran sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Berpacaran tidak terbatas dengan umur, semua kalangan dapat melakukannya. Namun, bukan
berarti berpacaran dapat berbuat sesuka hati atau melakukan hal-hal duniawi saja yang identik
dengan seks. Akan tetapi, berpacaran harus dibawa ke arah positif yaitu menjalani proses
berpacaran yang sesuai dengan firman Tuhan dan mengarahkan proses berpacaran itu menuju
jenjang yang serius yaitu ikatan pernikahan kudus.
Berpacaran memang tidak ada di dalam konsep alkitab karena di dalam alkitab yang
tercatat hanya pertunangan dan pernikahan. Berpacaran memiliki banyak definisi antara lain
suatu masa saling mengenal antara seorang laki-laki dan perempuan, masa persiapan sebelum
masuk dalam ikatan pertunangan, suatu komitmen untuk memulai hidup bersama kelak dalam
ikatan pernikahan, masa-masa melakukan sesuatu secara bersama-sama, dan merupakan tahapan
untuk mengenal pasangan.
Dapat disimpulkan definisi berpacaran adalah masa di mana seorang laki-laki dan
perempuan yang saling mencintai membangun suatu hubungan persahabatan yang lebih khusus
dibandingkan dengan pergaulan umumnya, untuk membentuk harmonisasi antara satu dengan
yang lainnya dan menjajaki kemungkinan dapat dipersatukannya hubungan itu ke dalam ikatan
pernikahan kudus.
2. Berpacaran diarahkan menuju jenjang pernikahan yang kudus, namun berpacaran tetap
mengenal istilah putus. Hal ini dikarenakan berpacaran merupakan proses penjajakan.
Berpacaran identik dengan cinta. Cinta terhadap seseorang merupakan hal yang wajar. Namun,
cinta tidak hanya sekedar kecantikan fisik tetapi melibatkan keseluruhan diri seseorang, yaitu
tubuh, jiwa, dan rohnya. Cinta mencakup kepercayaan dan kesetiaan, persahabatan dan
pengorbanan diri, kesabaran dan saling melayani. Cinta tidak mencari keuntungan atau kepuasan
diri sendiri (1 Korintus 13). Cinta yang murni tetap mengikat dua kekasih, meskipun tubuh yang
indah dan wajah yang tampan sudah menjadi kenangan masa lalu.
Selain identik dengan cinta, berpacaran juga erat kaitannya dengan seks. Namun, dalam
berpacaran firman Allah tidak memperkenankan adanya unsur seks. Janganlah lagi hidup seperti
orang yang belum diselamatkan, sebab mereka itu dibutakan dan bingung. Hati mereka yang
tertutup penuh dengan kegelapan; mereka jauh dari hidup persekutuan dengan Allah sebab
mereka telah menutup pikiran mereka terhadap-Nya dan tidak memahami jalan-Nya. Mereka
tidak peduli lagi terhadap mana yang benar dan yang salah, dan telah menyerahkan diri mereka
pada jalan yang tidak murni. Mereka tidak menghasilkan apa-apa, dikendalikan oleh pikiran
jahat mereka dan nafsu yang ceroboh (Efesus 4:17-19). Tuhan tidak memperkenankan umat-Nya
berjalan di jalan yang sesat misalnya saat berpacaran tidak diperkenankan adanya unsur seks
yang dapat menjerumuskan ke hal-hal yang negatif.
Bersikaplah sopan dan benar dalam segala hal yang kamu lakukan sehingga semua orang
dapat menyetujui perilakumu. Janganlah menghabiskan waktumu di pesta liar, dan mabukmabukan, atau dalam perzinaan dan nafsu, atau perkelahian, atau kecemburuan (Roma 13:13).
Tuhan terus mengingatkan kita untuk tidak mengikuti arus dunia ini, misalnya dalam berpacaran
tidak semata-mata kontak fisik namun lebih kepada proses penjajakan untuk mengenal satu sama
lain lebih dekat. Tuhan selalu mengingatkan umat-Nya untuk terus bersandar kepadanya bukan
kepada pengertian manusia itu sendiri. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan
janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akui Dia dalam segala lakumu maka Dia akan
meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak; takutlah akan Tuhan
dan jauhi kejahatan (Amsal 3: 5-7).
Dalam berpacaran harus dilandasi visi dan misi yang jelas. hal ini diperlukan agar dalam
berpacaran tidak menjadi sia-sia, namun membawa hal yang positif bagi masing-masing pribadi,
sehingga setiap pribadi dapat bertumbuh dalam Tuhan lewat proses berpacaran. Oleh karena itu,
ada beberapa prinsip berpacaran yang baik yaitu:
1. Berpacaran dengan orang yang seiman
2. Tingkat kedewasaan yang cukup. Kedewasaan secara usia, mental, karakter, maupun
kerohanian.
3. Pasangan yang sepadan. Kesepadanan dalam hal usia, pendidikan, ekonomi, rohani,
dan lain sebagainya.
3. 4. Praktek berpacaran yang benar. Adanya komunikasi yang positif, melakukan
kegiatan-kegiatan positif secara bersama-sama, masalah diselesaikan dengan cara
yang baik dan tidak egois.
5. Berpacaran dengan tujuan untuk menikah. Berpacaran bukan sekedar coba-coba, ikutikutan (trend dan gaya hidup orang muda), tidak untuk memanfaatkan pasangan atau
melampiaskan hawa nafsu.
6. Berpacaran bukanlah lembaga pernikahan. Pasangan bukanlah suami atau isteri,
sehingga setiap orang masih memiliki hak-hak pribadi yang tidak boleh dibatasi dan
dihambat.
7. Berpacaran dilandasi oleh cinta sejati. Cinta sejati adalah menagsihi dan menjaga
pasangan, bukan merusak dan menghancurkan.
8. Berpacaran tidak boleh melakukan seks.
9. Memperkenalkan pacar kepada saudara, teman, dan keluarga.
Kiranya Allah sumber damai sejahtera sendiri membuatmu sepenuhnya murni dan setia
kepada Allah; dan semoga roh dan jiwa dan tubuhmu tetap dijaga kuat dan tak bersalah hingga
hari ketika Tuhan kita Yesus Kristus datang kembali lagi (1 Tesalonika 5:23). Tuhan terus
mengingatkan umat-Nya untuk terus menjaga roh dan jiwa hingga kedatangan-Nya yang kedua
kali. Oleh karena itu, dalam berpacaran harus tetap menjalankan sesuai dengan visi dan misi
yang jelas. Selain itu, dalam berpacaran tidak diperkenankan hanya berorientasi terhadap cinta
dan seks, namun orientasinya lebih kepada makna dari berpacaran itu sendiri yaitu proses
penjajakan untuk lebih mengenal satu sama lain. Berpacaran tetap berpegang teguh kepada
firman Tuhan sehingga berpacaran tidak hanya asal sekedar saja namun berpacaran juga untuk
memuliakan nama Tuhan sehingga setiap pribadi semakin bertumbuh di dalam Tuhan.