SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
Probabilitas & Teorema Bayes
Ketidakpastian
 Dalam menghadapi suatu masalah, sering
ditemukan jawaban yang tidak memiliki
kepastian penuh.
 Ketidakpastian ini bisa berupa probabilitas atau
kebolehjadian yang tergantung dari hasil suatu
kejadian.
 Hasil yang tidak pasti disebabkan oleh dua
faktor yaitu:
 aturan yang tidak pasti
 jawaban pengguna yang tidak pasti atas suatu
pertanyaan yang diajukan oleh sistem
Teori Penyelesaian
Ketidakpastian
 probabilitas klasik (classical probability)
 probabilitas Bayes (Bayesian probability)
 teori Hartley berdasarkan himpunan klasik
(Hartley theory based on classical sets)
 teori Shannon berdasarkan pada probabilitas
(Shanon theory based on probability)
 teori Dempster-Shafer (Dempster-Shafer theory)
 teori fuzzy Zadeh (Zadeh’s fuzzy theory)
 faktor kepastian (certainty factor).
Ketidakpastian Aturan
 Ada tiga penyebab ketidakpastian aturan yaitu
 aturan tunggal
 ketidakcocokan (incompatibility) antar konsekuen dalam
aturan
 penyelesaian konflik
Aturan Tunggal
 Kesalahan
 ambiguitas, sesuatu didefinisikan dengan lebih dari satu cara
 ketidaklengkapan data
 kesalahan informasi
 ketidakpercayaan terhadap suatu alat
 adanya bias
 probabilitas
disebabkan ketidakmampuan seorang pakar
merumuskan suatu aturan secara pasti
 kombinasi gejala (evidence)
Incompability Aturan
 kontradiksi aturan
 subsumpsi aturan
 redundancy aturan
 kehilangan aturan
 penggabungan data
Kontradiksi Aturan
aturan 1 :
JIKA anak demam
MAKA harus dikompres
aturan 2 :
JIKA anak demam
MAKA jangan dikompres
Subsumpsi Aturan
aturan 3 : JIKA E1 MAKA H
aturan 4 : JIKA E1 DAN E2 MAKA H
jika hanya E1 yang muncul, maka masalah tidak
akan timbul karena aturan yang akan digunakan
adalah aturan 3, tetapi apabila E1 dan E2 sama-
sama muncul maka kedua aturan (aturan 3 dan
4) sama-sama akan dijalankan
Redundancy Aturan
aturan 5 : JIKA E1 DAN E2 MAKA H
aturan 6 : JIKA E2 DAN E1 MAKA H
dalam kasus ini ditemui aturan-aturan yang sepertinya
berbeda tetapi memiliki makna yang sama
Kehilangan Aturan
aturan 7 : JIKA E4 MAKA H
ketika E4 diabaikan maka H tidak pernah
tersimpulkan
Probabilitas
 Untuk mengetahui besarnya kemungkinan dihitung
dari prosentase jumlah premis yang dialami
Pilihan User:
Premis1
Premis2
Premis3
Probabilitas berbobot
 Untuk mengetahui besarnya kemungkinan dihitung
dari prosentase jumlah bobot premis yang dialami
Pilihan User:
Premis1
Premis2
Premis3
Teori Probabilitas
probabilitas
 Misalkan sebuah peristiwa E dapat terjadi sebanyak n
kali diantara N peristiwa yang saling eksklusif (saling
asing/terjadinya peristiwa yang satu mencegah terjadinya
peristiwa yang lain) dan masing-masing terjadi dengan
kesempatan yang sama, maka probabilitas terjadinya
peristiwa E adalah :
 Jika P(EP = 0, maka diartikan peristiwa E pasti tidak
terjadi, sedangkan P(E)=1, dapat diartikan peristiwa E
pasti terjadi, apabila E menyatakan buka peristiwa E,
maka diperoleh :
 Atau berlaku hubungan : P(E) + P(E) = 1
Probabilitas bersyarat
 Jika P(A) menyatakan probabilitas kejadian A, P(B)
menyatakan probabilitas kejadian B, dan probabilitas
A dan B terjadi bersama-sama disimbolkan oleh P(A
|B), dan besarnya adalah :
 Dengan cara yang sama, probabilitas bahwa
kejadian B terjadi jika kejadian A terjadi terlebih
dahulu adalah :
 Karena maka diperoleh :
 Contoh :
P(Dila terkena cacar|Dila mempunyai bintik-bintik di
wajah) adalah 0,8
Ini sama dengan rule berikut :
IF Dila mempunyai bintik-bintik di wajah THEN Dila
terkena cacar (0,8)
Rule ini mempunyai arti sbb :
Jika Dila mempunyai bintik-bintik diwajah, maka
probabilitas (kemungkinan) Dila terkena cacar
adalah 0,8
Teorema Bayes
 Ditemukan oleh Reverend Thomas Bayes abad ke
18.
 Dikembangkan secara luas dalam statistik
inferensia.
 Aplikasi banyak untuk : DSS
 Brntuk teorema Bayes untuk evidence tunggal E dan
hipotesis tunggal H adalah :
Dengan
 p(H|E) = probabilitas hipotesis H terjadi jika evidence E
terjadi
 P(E|H) = probabilitas munculnya evidence E, jika
hipotesis H terjadi
 P(H) = probabilitas hipotesis H tanpa memandang
evidence apap pun
 P(E) = probabilitsa evidence E tanpa memandang apa
pun
Contoh :
 Diketahui p(demam)=0,4. p(muntah)=0,3.
p(demam|muntah)=0,75.
 Pertanyaan :
a. Berapa nilai dari p(muntah|demam) ?
b. Berapa nilai dari p(muntah|demam) jika
p(demam)=0,1
JAWAB SOAL A :
 p(muntah|demam)= p(demam|muntah) x p(muntah)
p(demam)
= 0,75 x 0,3
0,4
= 0,56
 JAWAB SOAL B
p(muntah|demam) = p(demam|muntah)xp(muntah)
p(demam)
= (0,75 x 0,3)/0,1 = 2,25
 Jawaban di atas salah. Mengapa ? Karena nilai probabilitas haruslah
antara 0 dan 1. lalu apa yang salah ?
 Perhatikan : p(demam) harus lebih besar atau sama dengan p(demam
n muntah).
 untuk menghitung p(demam n muntah) rumusnya adalah
p(demam n muntah) = p(demam|muntah) x p (muntah)
= 0,75 x 0,3 = 0,225
 Jadi, p(demam) ≥ 0,225
 Untuk nilai p(demam) = 0,1 tidak memenuhi syarat sehingga
menghasilkan perhitungan yang salah.
Bentuk Teorema Bayes untuk evidence tunggal E
dan hipotesis ganda H1, H2, …. Hn
 dengan:
 p(Hi|E) = probabilitas hiposesis Hi benar jika
diberikan evidence E.
 p(E|Hi) = probabilitas munculnya evidence E, jika
diketahui hipotesis Hi benar.
 p(Hi) = probabilitas hipotesis Hi (menurut hasil
sebelumnya) tanpa memandang evidence apapun.
 n = jumlah hipotesis yang mungkin.
 Untuk evidence ganda E1, E2,…., Em dan
hipotesis ganda H1, H2, …., Hn adalah :
untuk mengaplikasikan persamaan di atas, maka
harus diketahui probabilitas bersyarat dari semua
kombinasi yang mungkin dari evidence-evidence
untuk seluruh hipotesis. Secara praktis, ini tidak
mungkin. Oleh karena itu, persamaan di atas, diganti
dengan persamaan :
Contoh kasus
 Tabel berikut menunjukkan tabel probabilitas bersyarat
evidence E1E2E3 dan hipotesis H1H2H3 . Misalkan
pertama kali kita hanya mengamati evidence E3 , hitung
probabilitas terjadinya hipotesis :
a. H1 jika semula hanya evidence E3 yang teramati
b. H2 jika semula hanya evidence E3 yang teramati
c. H3 jika semula hanya evidence E3 yang teramati
 Persoalan ini adalah persoalan teorema bayes untuk
evidence tunggal E dan hipotesis ganda H1H2H3
dengan persamaan berikut :
 Jadi,
 tampak bahwa setelah evidence E3 teramati,
kepercayaan terhadap hipotesis Hi berkurang dan
menjadi sama dengan kepercayaan terhadap H2.
kepercayaan terhadap hipotesis H3 bertambah
bahkan hampir sama dengan H1 dan H2.
 Misalkan setelah kita mengamati evidence E3
kemudian teramati pula adanya evidence E1 hitung
probabilitas terjadinya hipotesis:
a. H1 jika kemudian teramati pula adanya evidence E1
b. H2 jika kemudian teramati pula adanya evidence E1
c. H3 jika kemudian teramati pula adanya evidence E1
 Persoalan ini adalah persoalan teorema bayes untuk
evidence ganda E1 E3 dan hipotesis ganda H1 , H2 ,
H3 dengan persamaan
 Misalkan setelah kita mengamati evidence E1
teramati pula adanya evidence E2 , hitung
probabilitas terjadinya hipotesis :
a. H1 jika kemudian teramati pula adanya evidence E2
b. H2 jika kemudian teramati pula adanya evidence E2
c. H3 jika kemudian teramati pula adanya evidence E2
 Jawab :
Contoh soal lainnya :
 Si Ani mengalami gejala ada bintik-bintik di
wajahnya.
 Dokter menduga bahwa Si Ani terkena:
1. Cacar, dengan:
• Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah,
jika Si Ani terkena cacar; p(Bintik2|Cacar) = 0,8.
• Probabilitas Si Ani terkena cacar tanpa
memandang gejala apapun; p(Cacar) = 0,4
2. Alergi, dengan :
• Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah,
jika Si Ani alergi; p(Bintik2|Alergi) = 0,3.
• Probabilitas Si Ani terkena alergi tanpa
memandang gejala apapun; p(Alergi) = 0,7.
3. Jerawat, dengan
• Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah,
jika Si Ani jerawatan; p(Bintik2|Jerawatan) = 0,9.
• Probabilitas Si Ani jerawatan tanpa memandang
gejala apapun; p(Jerawatan) = 0,5.
 Bintik-bintik di wajah merupakan gejala bahwa
seseorang terkena cacar.
 Observasi baru menunjukkan bahwa selain adanya
bintik-bintik di wajah, panas badan juga merupakan
gejala orang terkena cacar.
 Antara munculnya bintik-bintik di wajah dan panas
badan juga memiliki keterkaitan satu sama lain.
Contoh 2 :
 Seorang dokter
mengetahui bahwa
penyakit maningitis
menyebabkan ”stiff
neck” adalah
 50%. Probabilitas
pasien menderita
maningitis adalah
1/50000 dan
probabilitas pasien
 menderita stiff neck
adalah 1/20 dari nilai-
nilai tersebut
didapatkan :
SOAL LATIHAN 1
 Tabel berikut menunjukkan tabel probabilitas
bersyarat dari gejala penyakit kulit.
Pertanyaan :
A. Bila ada seorang yang menderita gejala gatal-
gatal, demam. Tentukan penyakit yang diderita
oleh orang tersebut menggunakan teorema bayes
!!!!
B. Bila beberapa hari kemudian muncul gejala lainnya
yaitu muncul peradangan folikuler kecil & merah
yang membesar. Tentukan penyakit yang diderita
oleh orang tersebut menggunakan teorema bayes !
SOAL LATIHAN 2
Suatu generator telekomunikasi nirkabel mempunyai 3
pilihan tempat untuk membangun pemancar sinyal yaitu
didaerah tengah kota, daerah kaki bukit dikota itu dan
derah tepi pantai, dengan masing-masing mempunyai
probabilitas 0.4; 0.3 dan 0.5. Bila pemancar dibangun
ditengah kota, probabilitas terjadi ganguan sinyal adalah
0.03. Bila pemancar dibangun dikaki bukit, probabilitas
terjadinya ganguan sinyal adalah 0.05. Bila pemancar
dibangun ditepi pantai, probabilitas gangguan sinyal adalah
0.08.
A. Berapakah probabilitas terjadinya ganguan sinyal.
B. Bila diketahui telah terjadinya gangguan pada sinyal,
berapa probabilitas bahwa operator tsb ternyata telah
membangun pemancar di kaki bukit.

More Related Content

What's hot

Contoh peyelesaian logika fuzzy
Contoh peyelesaian logika fuzzyContoh peyelesaian logika fuzzy
Contoh peyelesaian logika fuzzy
Zaenal Khayat
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Ir. Zakaria, M.M
 
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanBab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Cliquerz Javaneze
 
Studi kelayakan sistem informasi akademik
Studi kelayakan sistem informasi akademikStudi kelayakan sistem informasi akademik
Studi kelayakan sistem informasi akademik
Kania Amalia
 
Crp2 k5 teori probabilitas
Crp2 k5 teori probabilitasCrp2 k5 teori probabilitas
Crp2 k5 teori probabilitas
Jos Sibarani
 
Konsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitasKonsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitas
Christiana Tian
 
variabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluangvariabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluang
Ceria Agnantria
 

What's hot (20)

Contoh Soal Huffman Code
Contoh Soal Huffman CodeContoh Soal Huffman Code
Contoh Soal Huffman Code
 
Contoh peyelesaian logika fuzzy
Contoh peyelesaian logika fuzzyContoh peyelesaian logika fuzzy
Contoh peyelesaian logika fuzzy
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
 
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanBab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
 
Diagram Konteks dan DFD Sistem Informasi Penjualan
Diagram Konteks dan DFD Sistem Informasi PenjualanDiagram Konteks dan DFD Sistem Informasi Penjualan
Diagram Konteks dan DFD Sistem Informasi Penjualan
 
Representasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanRepresentasi Pengetahuan
Representasi Pengetahuan
 
Studi kelayakan sistem informasi akademik
Studi kelayakan sistem informasi akademikStudi kelayakan sistem informasi akademik
Studi kelayakan sistem informasi akademik
 
Crp2 k5 teori probabilitas
Crp2 k5 teori probabilitasCrp2 k5 teori probabilitas
Crp2 k5 teori probabilitas
 
Konsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitasKonsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitas
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
 
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resikoManajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
 
variabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluangvariabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluang
 
Presentasi E- commerce
Presentasi E- commercePresentasi E- commerce
Presentasi E- commerce
 
Statistika Probabilitas
Statistika ProbabilitasStatistika Probabilitas
Statistika Probabilitas
 
Probabilitas 2
Probabilitas 2Probabilitas 2
Probabilitas 2
 
Sim pertemuan 11
Sim pertemuan 11Sim pertemuan 11
Sim pertemuan 11
 
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi RisikoManajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
 
Matematika Diskrit matriks relasi-dan_fungsi
Matematika Diskrit  matriks relasi-dan_fungsiMatematika Diskrit  matriks relasi-dan_fungsi
Matematika Diskrit matriks relasi-dan_fungsi
 
Studi kelayakan
Studi kelayakanStudi kelayakan
Studi kelayakan
 
Aplikasi loop
Aplikasi loop Aplikasi loop
Aplikasi loop
 

Similar to 12017098.ppt

Probabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaProbabilitas by alydya
Probabilitas by alydya
Marlyd Talakua
 
Alan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva Normal
Alan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva NormalAlan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva Normal
Alan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva Normal
Fachran Arifin
 
4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf
4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf
4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf
AmiraSulistya1
 

Similar to 12017098.ppt (16)

PPT.pptx
PPT.pptxPPT.pptx
PPT.pptx
 
Ai 6
Ai 6Ai 6
Ai 6
 
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
 
Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1
 
Probabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaProbabilitas by alydya
Probabilitas by alydya
 
Alan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva Normal
Alan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva NormalAlan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva Normal
Alan Arifin - Pendahuluan, Probabilitas, dan Kurva Normal
 
Uji hipotesis kel.4
Uji hipotesis kel.4Uji hipotesis kel.4
Uji hipotesis kel.4
 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
 
Induksi matematika
Induksi matematikaInduksi matematika
Induksi matematika
 
Hipotesis(11)
Hipotesis(11)Hipotesis(11)
Hipotesis(11)
 
PENGUJIAN HIPOTESIS.pptx
PENGUJIAN HIPOTESIS.pptxPENGUJIAN HIPOTESIS.pptx
PENGUJIAN HIPOTESIS.pptx
 
02.KETIDAKPASTIAN.ppt
02.KETIDAKPASTIAN.ppt02.KETIDAKPASTIAN.ppt
02.KETIDAKPASTIAN.ppt
 
10. statistik 10 teori probabilitas
10. statistik 10   teori probabilitas10. statistik 10   teori probabilitas
10. statistik 10 teori probabilitas
 
4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf
4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf
4. Biostatistika_Hipotesis & Reliabilitas (26 Nov 2022).pdf
 
Uji+hipotesis
Uji+hipotesisUji+hipotesis
Uji+hipotesis
 
07 - Pengujian Hipotesis.pdf
07 - Pengujian Hipotesis.pdf07 - Pengujian Hipotesis.pdf
07 - Pengujian Hipotesis.pdf
 

More from Bernad Bear (11)

Materi Keamanan Siber Prinsip Keamanan Jaringan.pptx
Materi Keamanan Siber Prinsip Keamanan Jaringan.pptxMateri Keamanan Siber Prinsip Keamanan Jaringan.pptx
Materi Keamanan Siber Prinsip Keamanan Jaringan.pptx
 
Lesson 13 - Visualisasi dan Informasi.ppt
Lesson 13 - Visualisasi dan Informasi.pptLesson 13 - Visualisasi dan Informasi.ppt
Lesson 13 - Visualisasi dan Informasi.ppt
 
Pertemuan-7-Proses_Desain interaksi manusia dan komputer.ppt
Pertemuan-7-Proses_Desain interaksi manusia dan komputer.pptPertemuan-7-Proses_Desain interaksi manusia dan komputer.ppt
Pertemuan-7-Proses_Desain interaksi manusia dan komputer.ppt
 
security.ppt
security.pptsecurity.ppt
security.ppt
 
Relasi.ppt
Relasi.pptRelasi.ppt
Relasi.ppt
 
Pengenalan Teknik Komputer.pptx
Pengenalan Teknik Komputer.pptxPengenalan Teknik Komputer.pptx
Pengenalan Teknik Komputer.pptx
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Persentasi SMU9.pptx
Persentasi SMU9.pptxPersentasi SMU9.pptx
Persentasi SMU9.pptx
 
_KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI.ppt
_KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI.ppt_KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI.ppt
_KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI.ppt
 
RPS TIK1072 Komputer dan Masyarakat.doc
RPS TIK1072  Komputer dan Masyarakat.docRPS TIK1072  Komputer dan Masyarakat.doc
RPS TIK1072 Komputer dan Masyarakat.doc
 
slide-11_otomata.pptx
slide-11_otomata.pptxslide-11_otomata.pptx
slide-11_otomata.pptx
 

12017098.ppt

  • 2. Ketidakpastian  Dalam menghadapi suatu masalah, sering ditemukan jawaban yang tidak memiliki kepastian penuh.  Ketidakpastian ini bisa berupa probabilitas atau kebolehjadian yang tergantung dari hasil suatu kejadian.  Hasil yang tidak pasti disebabkan oleh dua faktor yaitu:  aturan yang tidak pasti  jawaban pengguna yang tidak pasti atas suatu pertanyaan yang diajukan oleh sistem
  • 3.
  • 4. Teori Penyelesaian Ketidakpastian  probabilitas klasik (classical probability)  probabilitas Bayes (Bayesian probability)  teori Hartley berdasarkan himpunan klasik (Hartley theory based on classical sets)  teori Shannon berdasarkan pada probabilitas (Shanon theory based on probability)  teori Dempster-Shafer (Dempster-Shafer theory)  teori fuzzy Zadeh (Zadeh’s fuzzy theory)  faktor kepastian (certainty factor).
  • 5. Ketidakpastian Aturan  Ada tiga penyebab ketidakpastian aturan yaitu  aturan tunggal  ketidakcocokan (incompatibility) antar konsekuen dalam aturan  penyelesaian konflik
  • 6. Aturan Tunggal  Kesalahan  ambiguitas, sesuatu didefinisikan dengan lebih dari satu cara  ketidaklengkapan data  kesalahan informasi  ketidakpercayaan terhadap suatu alat  adanya bias  probabilitas disebabkan ketidakmampuan seorang pakar merumuskan suatu aturan secara pasti  kombinasi gejala (evidence)
  • 7. Incompability Aturan  kontradiksi aturan  subsumpsi aturan  redundancy aturan  kehilangan aturan  penggabungan data
  • 8. Kontradiksi Aturan aturan 1 : JIKA anak demam MAKA harus dikompres aturan 2 : JIKA anak demam MAKA jangan dikompres
  • 9. Subsumpsi Aturan aturan 3 : JIKA E1 MAKA H aturan 4 : JIKA E1 DAN E2 MAKA H jika hanya E1 yang muncul, maka masalah tidak akan timbul karena aturan yang akan digunakan adalah aturan 3, tetapi apabila E1 dan E2 sama- sama muncul maka kedua aturan (aturan 3 dan 4) sama-sama akan dijalankan
  • 10. Redundancy Aturan aturan 5 : JIKA E1 DAN E2 MAKA H aturan 6 : JIKA E2 DAN E1 MAKA H dalam kasus ini ditemui aturan-aturan yang sepertinya berbeda tetapi memiliki makna yang sama
  • 11. Kehilangan Aturan aturan 7 : JIKA E4 MAKA H ketika E4 diabaikan maka H tidak pernah tersimpulkan
  • 12. Probabilitas  Untuk mengetahui besarnya kemungkinan dihitung dari prosentase jumlah premis yang dialami
  • 14. Probabilitas berbobot  Untuk mengetahui besarnya kemungkinan dihitung dari prosentase jumlah bobot premis yang dialami
  • 17. probabilitas  Misalkan sebuah peristiwa E dapat terjadi sebanyak n kali diantara N peristiwa yang saling eksklusif (saling asing/terjadinya peristiwa yang satu mencegah terjadinya peristiwa yang lain) dan masing-masing terjadi dengan kesempatan yang sama, maka probabilitas terjadinya peristiwa E adalah :  Jika P(EP = 0, maka diartikan peristiwa E pasti tidak terjadi, sedangkan P(E)=1, dapat diartikan peristiwa E pasti terjadi, apabila E menyatakan buka peristiwa E, maka diperoleh :  Atau berlaku hubungan : P(E) + P(E) = 1
  • 18. Probabilitas bersyarat  Jika P(A) menyatakan probabilitas kejadian A, P(B) menyatakan probabilitas kejadian B, dan probabilitas A dan B terjadi bersama-sama disimbolkan oleh P(A |B), dan besarnya adalah :  Dengan cara yang sama, probabilitas bahwa kejadian B terjadi jika kejadian A terjadi terlebih dahulu adalah :  Karena maka diperoleh :
  • 19.  Contoh : P(Dila terkena cacar|Dila mempunyai bintik-bintik di wajah) adalah 0,8 Ini sama dengan rule berikut : IF Dila mempunyai bintik-bintik di wajah THEN Dila terkena cacar (0,8) Rule ini mempunyai arti sbb : Jika Dila mempunyai bintik-bintik diwajah, maka probabilitas (kemungkinan) Dila terkena cacar adalah 0,8
  • 20. Teorema Bayes  Ditemukan oleh Reverend Thomas Bayes abad ke 18.  Dikembangkan secara luas dalam statistik inferensia.  Aplikasi banyak untuk : DSS
  • 21.  Brntuk teorema Bayes untuk evidence tunggal E dan hipotesis tunggal H adalah : Dengan  p(H|E) = probabilitas hipotesis H terjadi jika evidence E terjadi  P(E|H) = probabilitas munculnya evidence E, jika hipotesis H terjadi  P(H) = probabilitas hipotesis H tanpa memandang evidence apap pun  P(E) = probabilitsa evidence E tanpa memandang apa pun
  • 22. Contoh :  Diketahui p(demam)=0,4. p(muntah)=0,3. p(demam|muntah)=0,75.  Pertanyaan : a. Berapa nilai dari p(muntah|demam) ? b. Berapa nilai dari p(muntah|demam) jika p(demam)=0,1
  • 23. JAWAB SOAL A :  p(muntah|demam)= p(demam|muntah) x p(muntah) p(demam) = 0,75 x 0,3 0,4 = 0,56
  • 24.  JAWAB SOAL B p(muntah|demam) = p(demam|muntah)xp(muntah) p(demam) = (0,75 x 0,3)/0,1 = 2,25  Jawaban di atas salah. Mengapa ? Karena nilai probabilitas haruslah antara 0 dan 1. lalu apa yang salah ?  Perhatikan : p(demam) harus lebih besar atau sama dengan p(demam n muntah).  untuk menghitung p(demam n muntah) rumusnya adalah p(demam n muntah) = p(demam|muntah) x p (muntah) = 0,75 x 0,3 = 0,225  Jadi, p(demam) ≥ 0,225  Untuk nilai p(demam) = 0,1 tidak memenuhi syarat sehingga menghasilkan perhitungan yang salah.
  • 25. Bentuk Teorema Bayes untuk evidence tunggal E dan hipotesis ganda H1, H2, …. Hn  dengan:  p(Hi|E) = probabilitas hiposesis Hi benar jika diberikan evidence E.  p(E|Hi) = probabilitas munculnya evidence E, jika diketahui hipotesis Hi benar.  p(Hi) = probabilitas hipotesis Hi (menurut hasil sebelumnya) tanpa memandang evidence apapun.  n = jumlah hipotesis yang mungkin.
  • 26.  Untuk evidence ganda E1, E2,…., Em dan hipotesis ganda H1, H2, …., Hn adalah : untuk mengaplikasikan persamaan di atas, maka harus diketahui probabilitas bersyarat dari semua kombinasi yang mungkin dari evidence-evidence untuk seluruh hipotesis. Secara praktis, ini tidak mungkin. Oleh karena itu, persamaan di atas, diganti dengan persamaan :
  • 27.
  • 28. Contoh kasus  Tabel berikut menunjukkan tabel probabilitas bersyarat evidence E1E2E3 dan hipotesis H1H2H3 . Misalkan pertama kali kita hanya mengamati evidence E3 , hitung probabilitas terjadinya hipotesis : a. H1 jika semula hanya evidence E3 yang teramati b. H2 jika semula hanya evidence E3 yang teramati c. H3 jika semula hanya evidence E3 yang teramati
  • 29.  Persoalan ini adalah persoalan teorema bayes untuk evidence tunggal E dan hipotesis ganda H1H2H3 dengan persamaan berikut :  Jadi,
  • 30.
  • 31.  tampak bahwa setelah evidence E3 teramati, kepercayaan terhadap hipotesis Hi berkurang dan menjadi sama dengan kepercayaan terhadap H2. kepercayaan terhadap hipotesis H3 bertambah bahkan hampir sama dengan H1 dan H2.
  • 32.  Misalkan setelah kita mengamati evidence E3 kemudian teramati pula adanya evidence E1 hitung probabilitas terjadinya hipotesis: a. H1 jika kemudian teramati pula adanya evidence E1 b. H2 jika kemudian teramati pula adanya evidence E1 c. H3 jika kemudian teramati pula adanya evidence E1
  • 33.  Persoalan ini adalah persoalan teorema bayes untuk evidence ganda E1 E3 dan hipotesis ganda H1 , H2 , H3 dengan persamaan
  • 34.  Misalkan setelah kita mengamati evidence E1 teramati pula adanya evidence E2 , hitung probabilitas terjadinya hipotesis : a. H1 jika kemudian teramati pula adanya evidence E2 b. H2 jika kemudian teramati pula adanya evidence E2 c. H3 jika kemudian teramati pula adanya evidence E2
  • 36. Contoh soal lainnya :  Si Ani mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya.  Dokter menduga bahwa Si Ani terkena: 1. Cacar, dengan: • Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani terkena cacar; p(Bintik2|Cacar) = 0,8. • Probabilitas Si Ani terkena cacar tanpa memandang gejala apapun; p(Cacar) = 0,4 2. Alergi, dengan : • Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani alergi; p(Bintik2|Alergi) = 0,3. • Probabilitas Si Ani terkena alergi tanpa memandang gejala apapun; p(Alergi) = 0,7.
  • 37. 3. Jerawat, dengan • Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani jerawatan; p(Bintik2|Jerawatan) = 0,9. • Probabilitas Si Ani jerawatan tanpa memandang gejala apapun; p(Jerawatan) = 0,5.
  • 38.
  • 39.
  • 40.
  • 41.  Bintik-bintik di wajah merupakan gejala bahwa seseorang terkena cacar.  Observasi baru menunjukkan bahwa selain adanya bintik-bintik di wajah, panas badan juga merupakan gejala orang terkena cacar.  Antara munculnya bintik-bintik di wajah dan panas badan juga memiliki keterkaitan satu sama lain.
  • 42.
  • 43.
  • 44. Contoh 2 :  Seorang dokter mengetahui bahwa penyakit maningitis menyebabkan ”stiff neck” adalah  50%. Probabilitas pasien menderita maningitis adalah 1/50000 dan probabilitas pasien  menderita stiff neck adalah 1/20 dari nilai- nilai tersebut didapatkan :
  • 45. SOAL LATIHAN 1  Tabel berikut menunjukkan tabel probabilitas bersyarat dari gejala penyakit kulit.
  • 46. Pertanyaan : A. Bila ada seorang yang menderita gejala gatal- gatal, demam. Tentukan penyakit yang diderita oleh orang tersebut menggunakan teorema bayes !!!! B. Bila beberapa hari kemudian muncul gejala lainnya yaitu muncul peradangan folikuler kecil & merah yang membesar. Tentukan penyakit yang diderita oleh orang tersebut menggunakan teorema bayes !
  • 47. SOAL LATIHAN 2 Suatu generator telekomunikasi nirkabel mempunyai 3 pilihan tempat untuk membangun pemancar sinyal yaitu didaerah tengah kota, daerah kaki bukit dikota itu dan derah tepi pantai, dengan masing-masing mempunyai probabilitas 0.4; 0.3 dan 0.5. Bila pemancar dibangun ditengah kota, probabilitas terjadi ganguan sinyal adalah 0.03. Bila pemancar dibangun dikaki bukit, probabilitas terjadinya ganguan sinyal adalah 0.05. Bila pemancar dibangun ditepi pantai, probabilitas gangguan sinyal adalah 0.08. A. Berapakah probabilitas terjadinya ganguan sinyal. B. Bila diketahui telah terjadinya gangguan pada sinyal, berapa probabilitas bahwa operator tsb ternyata telah membangun pemancar di kaki bukit.