SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI
NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995
TENTANG
TATA CARA TINDAKAN KEIMIGRASIAN
I. PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan.
1. Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman tentang pelaksanaan
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. M.02-PW.09.02 tanggal 14
Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing
dan Tindakan Keimigrasian.
2. Petunjuk pelaksanaan ini bertujuan agar dapat dicapai keseragaman, efektifitas dan
efesiensi dalam pelaksanaan Tindakan Keimigrasian.
B. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan ini meliputi :
1. Umum;
2. Jenis Tindakan Keimigrasian;
3. Wewenang melakukan Tindakan Keimigrasian;
4. Tata Cara Penyelenggaraan Tindakan Keimigrasian;
5. Penutup.
II. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;
2. Peraturan pemerintah No.31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan
Keimigrasian;
3. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian;
4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PR.07.10 Tahun 1989
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman;
5. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi;
6. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman;
7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PW.09.02 tanggal 14
Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan
Tindakan Keimigrasian;
III. PELAKSANAAN
A. Umum.
1. Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif di bidang
Keimigrasian yang dilakukan oleh pejabat Imigrasi berupa:
a. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan;
b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia;
c. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia;
d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah
Indonesia.
2. Tindakan Keimigrasian dilakukan sebagai sanksi administratif terhadap
orang asing yang melanggar peraturan Keimigrasian dan ketentuanketentuan lainnya
mengenai orang asing sesuai dengan dimaksud dalam pasal 19 Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995
tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan
Keimigrasian.
3. Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang asing
pemegang izin Keimigrasian atau tanpa izin Keimigrasian, mulai saat masuk, berada dan
akan meninggalkan wilayah Indonesia.
4. Jenis Tindakan Keimigrasian :
a. Penolakan masuk Indonesia terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan
17 Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;
b. Penolakan pemberian tanda bertolak terhadap orang asing yang dikenakan tindakan
pencegahan sebagaimana dalam pasal 11 Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang
Keimigrasian dan penjelasannya;
c. Tindakan Keimigrasian terhadap orang asing sebagaimana tersebut dalam pasal 42
ayat (1) Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.
B. Khusus.
1. Pejabat yang berwenang.
a. Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi sepanjang menyangkut penolakan
masuk terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan 17 Undang-Undang
No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, serta penangguhan pemberian tanda bertolak
bagi orang asing yang dikenakan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian;
b. Kepala Kantor Imigrasi (Kakanim), terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian
sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang No.9
tahun 1992 tentang Keimigrasian di wilayah kerjanya.
c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan
Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi, terhadap orang asing pemegang izin
Keimigrasian sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, b, dan c Undang-
Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, di wilayah kerjanya.
d. Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian sebagaimana disebut
dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, b, c dan d Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang
Keimigrasian, di seluruh wilayah Indonesia.
2. Pertimbangan dan alasan dalam menetapkan Tindakan Keimigrasian, antara lain ;
a. Tergolong orang-orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995
tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan
Keimigrasian, yang ditemukan berada di wilayah Indonesia.
b. Terdapat cukup bukti, bahwa yang bersangkutan bermaksud untuk berada di Indonesia,
dan bila diajukan ke pengadilan, akan menggunakan upaya hukum mulai dari
Banding, Kasasi dan jika perlu Grasi, dan atau akan digunakan kesempatan oleh
orang asing yang menjadi buronan dari Negara sendiri (terlihat kasus-kasus berat atau
pelarian dari Negara-negara yang sedang bergolak).
c. Menurut pertimbangan politis, ekonomis, sosial dan budaya serta keamanan dipandang
lebih efektif dilakukan tindakan keimigrasian.
d. Atas pertimbangan dari pejabat yang berwenang memutuskan tindakan keimigrasian,
bahwa akan lebih efisien dan efektif dilakukan tindakan keimigrasian dari pada
tindakan pro Justisia.
3. Tata Cara Penyelenggaraan Tindakan Keimigrasian terdiri dari :
a. Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
1) Penolakan masuk ke wilayah Indonesia terhadap Orang asing yang tergolong
dalam pasal 8 dan pasal 17 Undang - Undang No. 9 Tahun 1992 tentang
Keimigrasian, ditolak masuk wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
(a) Pejabat Imigrasi meneliti tentang kemungkinan adanya Orang Asing yang
memenuhi unsur-unsur pasal 8 dan 17 Undang undang No.9 Tahun 1992
tentang Keimigrasian.
2
(b) Sebagai pelaksanaannya Pejabat Imigrasi menerakan cap tertentu pada surat
perjalanan orang asing tersebut. (lampiran 1)
(c) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan
Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir
rangkap 3 (tiga) kepada atasan langsung/Kepala Kantor Imigrasi yang
membawahi. (lampiran 2)
(d) Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi
melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam
hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/ Kepala Bidang Imigrasi dengan
tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian. (lampiran 3)
2) Penolakan/Penangguhan tanda bertolak terhadap orang asing yang dikenakan
tindakan pencegahan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 11 Undang-
undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian dan penjelasannya, ditolak
keberangkatannya keluar wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
(a) Pejabat Imigrasi wajib menolak keberangkatan setiap orang yang tercantum
dalam Daftar Cegah dan setiap orang yang mendapatkan petunjuk Direktur
Jenderal Imigrasi untuk ditangguhkan bertolak.
(b) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan
Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir
rangkap 3 ( tiga ) kepada atasan langsung/Kepala Kantor Imigrasi yang
membawahi. (lampiran 4)
(c) Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi
melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam
hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi dengan
tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian. (lampiran 3)
b. Kantor Imigrasi
1) Pejabat Imigrasi yang berwenang wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan
yang di terima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari
masyarakat, mass media maupun Instansi Pemerintah yang dituangkan dalam
Berita Acara Interogasi dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan
tersebut.
2) Kepala Kantor Imigrasi setelah mempelajari resume serta segala alat bukti
memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing pemegang izin
singgah dan izin kunjungan.
Sedangkan Tindakan Keimigrasian bagi pemegang Izin Tinggal Terbatas diajukan
kepada Kakanwil Depkeh dalam hal ini Korim/Kabidim untuk mendapat
persetujuan, dan izin Tinggal tetap diajukan kepada Direktur Jenderal Imigrasi
dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan untuk mendapat keputusan.
Keputusan tersebut dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi
serta tembusan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. Surat Keputusan Tindakan
Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan
Keimigrasian paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan
ditetapkan (lampiran 5).
3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak
diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau
sponsornya.
4) Kepala Kantor Imigrasi apabila mendapatkan pelanggaran Keimigrasian oleh
Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas dan Izin Tinggal Tetap diajukan
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator
3
Urusan Keimigrasian / Kepala Bidang Imigrasi untuk mendapatkan keputusan
dengan tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan
dan Penindakan Keimigrasian.
c. Kantor Wilayah Departemen Kehakiman.
1) Pejabat Imigrasi yang berwenang wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan
yang diterima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari
masyarakat, mass media maupun instansi Pemerintah yang dituangkan dalam
Berita Acara Interogasi dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan
tersebut.
2) Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan
Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi setelah mempelajari resume serta segala
alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing
pemegang izin singgah, izin kunjungan, dan izin tinggal terbatas.
Keputusan tersebut dilaporkan kepada Direktur Jenderal imigrasi dalam hal ini
Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. Surat Keputusan Tindakan
Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan
Keimigrasian paling lama 7(tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan
ditetapkan. (lampiran 6).
3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak
diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau
sponsornya.
4) Kepala Kantor Departemen Kehakiman Tindakan Keimigrasian dalam hal ini
Koordinator urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi apabila mendapatkan
pelanggaran Keimigrasian oleh Orang Asing pemegang Izin Tinggal Tetap
diajukan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan
dan Penindakan Keimigrasian untuk mendapatkan keputusan.
d. Direktorat Jenderal Imigrasi.
1) Pejabat Imigrasi yang berwenang di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Imigrasi
wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan yang diterima tentang setiap
pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari masyarakat, mass media maupun
instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan
kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan.
2) Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian setelah mempelajari resume
serta segala alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang
Asing pemegang Izin Singgah, Izin Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas dan Izin
Tinggal Tetap.
Keputusan tersebut dilaporkan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dan
menginformasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam
hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi di mana orang
asing itu berada. Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian disampaikan kepada
Orang Asing yang dikenakan tindakan Keimigrasian paling lama 7 (tujuh) hari
terhitung tanggal Surat Keputusan ditetapkan. (lampiran 7)
3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak
diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau
sponsornya.
e. Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian tetap berlaku, walaupun orang
asing yang bersangkutan mengajukan keberatan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
f. Setiap Orang Asing yang dikenakan Tindakan Keimigrasian berupa pengusiran
dilakukan dengan menerakan tanda pengusiran pada Surat Perjalanannya. (lampiran
8)
g. Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian menghimpun laporan penolakan
secara periodik dan diinformasikan kepada Direktur Konsuler Departemen Luar
Negeri.
4
h. Setiap pengusiran atau deportasi harus tetap dilakukan di bawah pengawasan Pejabat
Imigrasi, dan pelaksanaan Tindakan Keimigrasian dilaporkan kepada Direktur
Jenderal Imigrasi.
4. Administrasi Tindakan Keimigrasian.
a. Proses Penerbitan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berupa Surat
Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen dalam hal ini
Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi atau dari Kepala Wilayah
Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala
Bidang Imigrasi kepada Direktur Jenderal imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan
dan Penindakan Keimigrasian, dilampiri antara lain :
1) Berita Acara Pemeriksaan (Interogasi);
2) Resume;
3) Lampiran-lampiran yang diperlukan.
b. Kelengkapan administrasi yang bukan merupakan isi berkas kasus
tindakan Keimigrasian, berupa :
1) Buku register surat perintah memuat :
a) Nomor dan tanggal;
b) Nama Petugas yang diperintah;
c) Nama Orang Asing yang terkena tindakan keimigrasian;
d) Kebangsaan orang asing yang terkena tindakan Keimigrasian;
e) Uraian singkat pelanggaran;
f) Keterangan.
2) Buku register tindakan Keimigrasian memuat :
a) Nomor dan tanggal;
b) Nama Orang Asing yang terkena tindakan keimigrasian;
c) Tempat dan tanggal lahir;
d) Kebangsaan orang asing yang terkena tindakan Keimigrasian;
e) Nomor Paspor;
f) Jenis Dokumen Keimigrasian;
g) Jenis tindakan Keimigrasian;
h) Nomor Surat keputusan tindakan Keimigrasian;
i) Keterangan.
IV. PENUTUP
1. Segala ketentuan yang bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan ini dinyatakan tidak
berlaku.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini akan diatur lebih lanjut.
3. Petunjuk Pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal 01 April 1995.
Ditetapkan di : Jakarta.
Pada tanggal : 15 Maret 1995.
DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI
ttd
RONI SIKAP SINURAYA
5
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI
NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995
TANGGAL : 15 Maret 1995.
KETERANGAN :
1. Cap penolakan izin masuk diterakan dengan tinta warna merah
2. Isilah nomor pasal di samping article :.............. sesuai dengan masalah penolakan.
3. Isilah tanggal penolakan dengan tulisan tangan pada garis titik-titik di bawah article.
4. Isilah nomor penolakan di bawah tanggal, misalnya 001 atau 017
5. Cap penolakan izin masuk agar dibubuhi paraf oleh pejabat yang menolak.
6. Jika di tempat pemeriksaan imigrasi terdapat beberapa unit pendaratan, maka di tengah-tengah
tulisan Immigration of Indonesia dan Soekarno-Hatta Airport diberi kode unit.
6
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI
NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995
TANGGAL : 15 Maret 1995.
KETERANGAN :
1. Cap penolakan izin masuk diterakan dengan tinta warna merah
2. Isilah nomor pasal di samping article :.............. sesuai dengan masalah penolakan.
3. Isilah tanggal penolakan dengan tulisan tangan pada garis titik-titik di bawah article.
4. Isilah nomor penolakan di bawah tanggal, misalnya 001 atau 017
5. Cap penolakan izin masuk agar dibubuhi paraf oleh pejabat yang menolak.
6. Jika di tempat pemeriksaan imigrasi terdapat beberapa unit pendaratan, maka di tengah-tengah
tulisan Immigration of Indonesia dan Soekarno-Hatta Airport diberi kode unit.
6

More Related Content

What's hot

PP no 31_2013 keimigrasian
PP no 31_2013 keimigrasianPP no 31_2013 keimigrasian
PP no 31_2013 keimigrasiantnt-akpar
 
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 HumasRudenimKupang
 
Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995angga223
 
Sop pemindahan deteni antar rudenim
Sop pemindahan deteni antar rudenimSop pemindahan deteni antar rudenim
Sop pemindahan deteni antar rudenimHumasRudenimKupang
 
Imigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantinaImigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantinaVedo Yudistira
 
UU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
UU No 6 Tahun 2011 Tentang KeimigrasianUU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
UU No 6 Tahun 2011 Tentang KeimigrasianRoy Pangkey
 
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasianUu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasianAdi Kuntarto
 
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)Hendie Cahya Maladewa
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020CIkumparan
 

What's hot (20)

Perpres Nomor 125 Tahun 2016
Perpres Nomor 125 Tahun 2016Perpres Nomor 125 Tahun 2016
Perpres Nomor 125 Tahun 2016
 
PP no 31_2013 keimigrasian
PP no 31_2013 keimigrasianPP no 31_2013 keimigrasian
PP no 31_2013 keimigrasian
 
Sosialisasi
SosialisasiSosialisasi
Sosialisasi
 
Keppres Nomor 111 Tahun 2001
Keppres Nomor 111 Tahun 2001Keppres Nomor 111 Tahun 2001
Keppres Nomor 111 Tahun 2001
 
Draft tupoksi
Draft tupoksiDraft tupoksi
Draft tupoksi
 
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
 
Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995
 
Sop pemindahan deteni antar rudenim
Sop pemindahan deteni antar rudenimSop pemindahan deteni antar rudenim
Sop pemindahan deteni antar rudenim
 
Imigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantinaImigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantina
 
UU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
UU No 6 Tahun 2011 Tentang KeimigrasianUU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
UU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
 
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasianUu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
 
PABEAN - CIQ
PABEAN - CIQ PABEAN - CIQ
PABEAN - CIQ
 
Sop Inovasi Laru
Sop Inovasi LaruSop Inovasi Laru
Sop Inovasi Laru
 
Sop Inovasi D'CAR
Sop Inovasi D'CARSop Inovasi D'CAR
Sop Inovasi D'CAR
 
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020
 
Sop pendetensian
Sop pendetensianSop pendetensian
Sop pendetensian
 
Uu 21 1952
Uu 21 1952Uu 21 1952
Uu 21 1952
 
Uu 03 1951
Uu 03 1951Uu 03 1951
Uu 03 1951
 
Sop kunjungan
Sop kunjunganSop kunjungan
Sop kunjungan
 

Similar to Imigrasi

Edaran Larangan Masuk WNA
Edaran Larangan Masuk WNAEdaran Larangan Masuk WNA
Edaran Larangan Masuk WNACIkumparan
 
2022 jan pembatasan sementara orang asing imported case
2022 jan pembatasan sementara orang asing imported case2022 jan pembatasan sementara orang asing imported case
2022 jan pembatasan sementara orang asing imported casebewedja
 
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021CIkumparan
 
Pemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdf
Pemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdfPemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdf
Pemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdfHumasRudenimKupang
 
PP Nomor 51 Tahun 2020
PP Nomor 51 Tahun 2020PP Nomor 51 Tahun 2020
PP Nomor 51 Tahun 2020CIkumparan
 
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...Awallokita Mayangsari
 
Perluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah Indonesia
Perluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah IndonesiaPerluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah Indonesia
Perluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah IndonesiaIqbal Maulana
 
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesiaCara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesiaBung Fhadhil
 
EL5216 Manajemen Risiko Keamanan Informasi
EL5216 Manajemen Risiko Keamanan InformasiEL5216 Manajemen Risiko Keamanan Informasi
EL5216 Manajemen Risiko Keamanan InformasiRamses Sidabutar
 
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporProsedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporIerwhan Nurdiyanto
 
Bahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptx
Bahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptxBahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptx
Bahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptxawliakamil
 
Konvensi 6-
Konvensi 6-Konvensi 6-
Konvensi 6-derinta7
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
BN 996-2022 (kumham).pdf
BN 996-2022 (kumham).pdfBN 996-2022 (kumham).pdf
BN 996-2022 (kumham).pdfCIkumparan
 
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]Azka Aldrich
 
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...Penataan Ruang
 
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinasPmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinasrazitakhalyla
 

Similar to Imigrasi (20)

Edaran Larangan Masuk WNA
Edaran Larangan Masuk WNAEdaran Larangan Masuk WNA
Edaran Larangan Masuk WNA
 
2022 jan pembatasan sementara orang asing imported case
2022 jan pembatasan sementara orang asing imported case2022 jan pembatasan sementara orang asing imported case
2022 jan pembatasan sementara orang asing imported case
 
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
 
Pemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdf
Pemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdfPemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdf
Pemberian Visa dan Izin Tinggal Terbatas Rumah Kedua.pdf
 
PP Nomor 51 Tahun 2020
PP Nomor 51 Tahun 2020PP Nomor 51 Tahun 2020
PP Nomor 51 Tahun 2020
 
Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010
 
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
 
Perluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah Indonesia
Perluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah IndonesiaPerluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah Indonesia
Perluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah Indonesia
 
66
6666
66
 
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesiaCara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
 
EL5216 Manajemen Risiko Keamanan Informasi
EL5216 Manajemen Risiko Keamanan InformasiEL5216 Manajemen Risiko Keamanan Informasi
EL5216 Manajemen Risiko Keamanan Informasi
 
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporProsedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
 
Bahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptx
Bahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptxBahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptx
Bahan Tayang Teknik Pemeriksaan Keimigrasian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.pptx
 
Konvensi 6-
Konvensi 6-Konvensi 6-
Konvensi 6-
 
Pp74 b3
Pp74 b3Pp74 b3
Pp74 b3
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
BN 996-2022 (kumham).pdf
BN 996-2022 (kumham).pdfBN 996-2022 (kumham).pdf
BN 996-2022 (kumham).pdf
 
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
 
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
 
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinasPmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
 

Imigrasi

  • 1. PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA TINDAKAN KEIMIGRASIAN I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan. 1. Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian. 2. Petunjuk pelaksanaan ini bertujuan agar dapat dicapai keseragaman, efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaan Tindakan Keimigrasian. B. Ruang Lingkup. Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan ini meliputi : 1. Umum; 2. Jenis Tindakan Keimigrasian; 3. Wewenang melakukan Tindakan Keimigrasian; 4. Tata Cara Penyelenggaraan Tindakan Keimigrasian; 5. Penutup. II. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian; 2. Peraturan pemerintah No.31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian; 3. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian; 4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PR.07.10 Tahun 1989 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman; 5. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi; 6. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman; 7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian; III. PELAKSANAAN A. Umum. 1. Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif di bidang Keimigrasian yang dilakukan oleh pejabat Imigrasi berupa: a. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan; b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia; c. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia; d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia. 2. Tindakan Keimigrasian dilakukan sebagai sanksi administratif terhadap orang asing yang melanggar peraturan Keimigrasian dan ketentuanketentuan lainnya mengenai orang asing sesuai dengan dimaksud dalam pasal 19 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.
  • 2. 3. Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian atau tanpa izin Keimigrasian, mulai saat masuk, berada dan akan meninggalkan wilayah Indonesia. 4. Jenis Tindakan Keimigrasian : a. Penolakan masuk Indonesia terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan 17 Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian; b. Penolakan pemberian tanda bertolak terhadap orang asing yang dikenakan tindakan pencegahan sebagaimana dalam pasal 11 Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian dan penjelasannya; c. Tindakan Keimigrasian terhadap orang asing sebagaimana tersebut dalam pasal 42 ayat (1) Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian. B. Khusus. 1. Pejabat yang berwenang. a. Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi sepanjang menyangkut penolakan masuk terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan 17 Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, serta penangguhan pemberian tanda bertolak bagi orang asing yang dikenakan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian; b. Kepala Kantor Imigrasi (Kakanim), terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian di wilayah kerjanya. c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi, terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, b, dan c Undang- Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, di wilayah kerjanya. d. Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, b, c dan d Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, di seluruh wilayah Indonesia. 2. Pertimbangan dan alasan dalam menetapkan Tindakan Keimigrasian, antara lain ; a. Tergolong orang-orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian, yang ditemukan berada di wilayah Indonesia. b. Terdapat cukup bukti, bahwa yang bersangkutan bermaksud untuk berada di Indonesia, dan bila diajukan ke pengadilan, akan menggunakan upaya hukum mulai dari Banding, Kasasi dan jika perlu Grasi, dan atau akan digunakan kesempatan oleh orang asing yang menjadi buronan dari Negara sendiri (terlihat kasus-kasus berat atau pelarian dari Negara-negara yang sedang bergolak). c. Menurut pertimbangan politis, ekonomis, sosial dan budaya serta keamanan dipandang lebih efektif dilakukan tindakan keimigrasian. d. Atas pertimbangan dari pejabat yang berwenang memutuskan tindakan keimigrasian, bahwa akan lebih efisien dan efektif dilakukan tindakan keimigrasian dari pada tindakan pro Justisia. 3. Tata Cara Penyelenggaraan Tindakan Keimigrasian terdiri dari : a. Tempat Pemeriksaan Imigrasi. 1) Penolakan masuk ke wilayah Indonesia terhadap Orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan pasal 17 Undang - Undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, ditolak masuk wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : (a) Pejabat Imigrasi meneliti tentang kemungkinan adanya Orang Asing yang memenuhi unsur-unsur pasal 8 dan 17 Undang undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. 2
  • 3. (b) Sebagai pelaksanaannya Pejabat Imigrasi menerakan cap tertentu pada surat perjalanan orang asing tersebut. (lampiran 1) (c) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir rangkap 3 (tiga) kepada atasan langsung/Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi. (lampiran 2) (d) Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/ Kepala Bidang Imigrasi dengan tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. (lampiran 3) 2) Penolakan/Penangguhan tanda bertolak terhadap orang asing yang dikenakan tindakan pencegahan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 11 Undang- undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian dan penjelasannya, ditolak keberangkatannya keluar wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : (a) Pejabat Imigrasi wajib menolak keberangkatan setiap orang yang tercantum dalam Daftar Cegah dan setiap orang yang mendapatkan petunjuk Direktur Jenderal Imigrasi untuk ditangguhkan bertolak. (b) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir rangkap 3 ( tiga ) kepada atasan langsung/Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi. (lampiran 4) (c) Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi dengan tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. (lampiran 3) b. Kantor Imigrasi 1) Pejabat Imigrasi yang berwenang wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan yang di terima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari masyarakat, mass media maupun Instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Berita Acara Interogasi dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan tersebut. 2) Kepala Kantor Imigrasi setelah mempelajari resume serta segala alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing pemegang izin singgah dan izin kunjungan. Sedangkan Tindakan Keimigrasian bagi pemegang Izin Tinggal Terbatas diajukan kepada Kakanwil Depkeh dalam hal ini Korim/Kabidim untuk mendapat persetujuan, dan izin Tinggal tetap diajukan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan untuk mendapat keputusan. Keputusan tersebut dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi serta tembusan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan Keimigrasian paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan ditetapkan (lampiran 5). 3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau sponsornya. 4) Kepala Kantor Imigrasi apabila mendapatkan pelanggaran Keimigrasian oleh Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas dan Izin Tinggal Tetap diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator 3
  • 4. Urusan Keimigrasian / Kepala Bidang Imigrasi untuk mendapatkan keputusan dengan tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. c. Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. 1) Pejabat Imigrasi yang berwenang wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan yang diterima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari masyarakat, mass media maupun instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Berita Acara Interogasi dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan tersebut. 2) Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi setelah mempelajari resume serta segala alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing pemegang izin singgah, izin kunjungan, dan izin tinggal terbatas. Keputusan tersebut dilaporkan kepada Direktur Jenderal imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan Keimigrasian paling lama 7(tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan ditetapkan. (lampiran 6). 3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau sponsornya. 4) Kepala Kantor Departemen Kehakiman Tindakan Keimigrasian dalam hal ini Koordinator urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi apabila mendapatkan pelanggaran Keimigrasian oleh Orang Asing pemegang Izin Tinggal Tetap diajukan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian untuk mendapatkan keputusan. d. Direktorat Jenderal Imigrasi. 1) Pejabat Imigrasi yang berwenang di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Imigrasi wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan yang diterima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari masyarakat, mass media maupun instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan. 2) Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian setelah mempelajari resume serta segala alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing pemegang Izin Singgah, Izin Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas dan Izin Tinggal Tetap. Keputusan tersebut dilaporkan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dan menginformasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi di mana orang asing itu berada. Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan Keimigrasian paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan ditetapkan. (lampiran 7) 3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau sponsornya. e. Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian tetap berlaku, walaupun orang asing yang bersangkutan mengajukan keberatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f. Setiap Orang Asing yang dikenakan Tindakan Keimigrasian berupa pengusiran dilakukan dengan menerakan tanda pengusiran pada Surat Perjalanannya. (lampiran 8) g. Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian menghimpun laporan penolakan secara periodik dan diinformasikan kepada Direktur Konsuler Departemen Luar Negeri. 4
  • 5. h. Setiap pengusiran atau deportasi harus tetap dilakukan di bawah pengawasan Pejabat Imigrasi, dan pelaksanaan Tindakan Keimigrasian dilaporkan kepada Direktur Jenderal Imigrasi. 4. Administrasi Tindakan Keimigrasian. a. Proses Penerbitan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berupa Surat Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi atau dari Kepala Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi kepada Direktur Jenderal imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, dilampiri antara lain : 1) Berita Acara Pemeriksaan (Interogasi); 2) Resume; 3) Lampiran-lampiran yang diperlukan. b. Kelengkapan administrasi yang bukan merupakan isi berkas kasus tindakan Keimigrasian, berupa : 1) Buku register surat perintah memuat : a) Nomor dan tanggal; b) Nama Petugas yang diperintah; c) Nama Orang Asing yang terkena tindakan keimigrasian; d) Kebangsaan orang asing yang terkena tindakan Keimigrasian; e) Uraian singkat pelanggaran; f) Keterangan. 2) Buku register tindakan Keimigrasian memuat : a) Nomor dan tanggal; b) Nama Orang Asing yang terkena tindakan keimigrasian; c) Tempat dan tanggal lahir; d) Kebangsaan orang asing yang terkena tindakan Keimigrasian; e) Nomor Paspor; f) Jenis Dokumen Keimigrasian; g) Jenis tindakan Keimigrasian; h) Nomor Surat keputusan tindakan Keimigrasian; i) Keterangan. IV. PENUTUP 1. Segala ketentuan yang bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan ini dinyatakan tidak berlaku. 2. Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini akan diatur lebih lanjut. 3. Petunjuk Pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal 01 April 1995. Ditetapkan di : Jakarta. Pada tanggal : 15 Maret 1995. DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI ttd RONI SIKAP SINURAYA 5
  • 6. LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995 TANGGAL : 15 Maret 1995. KETERANGAN : 1. Cap penolakan izin masuk diterakan dengan tinta warna merah 2. Isilah nomor pasal di samping article :.............. sesuai dengan masalah penolakan. 3. Isilah tanggal penolakan dengan tulisan tangan pada garis titik-titik di bawah article. 4. Isilah nomor penolakan di bawah tanggal, misalnya 001 atau 017 5. Cap penolakan izin masuk agar dibubuhi paraf oleh pejabat yang menolak. 6. Jika di tempat pemeriksaan imigrasi terdapat beberapa unit pendaratan, maka di tengah-tengah tulisan Immigration of Indonesia dan Soekarno-Hatta Airport diberi kode unit. 6
  • 7. LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995 TANGGAL : 15 Maret 1995. KETERANGAN : 1. Cap penolakan izin masuk diterakan dengan tinta warna merah 2. Isilah nomor pasal di samping article :.............. sesuai dengan masalah penolakan. 3. Isilah tanggal penolakan dengan tulisan tangan pada garis titik-titik di bawah article. 4. Isilah nomor penolakan di bawah tanggal, misalnya 001 atau 017 5. Cap penolakan izin masuk agar dibubuhi paraf oleh pejabat yang menolak. 6. Jika di tempat pemeriksaan imigrasi terdapat beberapa unit pendaratan, maka di tengah-tengah tulisan Immigration of Indonesia dan Soekarno-Hatta Airport diberi kode unit. 6