Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)
Tipus pkm
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alga (Rumput Laut)
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat
pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi
hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Makroalga (Rumput laut), hidup di
laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umumnya hidup di
dasar perairan dan menempel pada substrat (benda lain). Fungsi akar (holdfas)
pada rumput laut bukan sebagai penyerap makan melainkan saebagai alat pelekat
pada substrat. Ekstrak dari hasil metabolisme primer pada umumnya bersifat
hidrofilik koloid atau hidrokoloid, antara lain agar, karaginan, alginat, dan
furcelaran. Hasil metabolisme primer rumput laut merupakan senyawa kompleks
polisakarida yang penggunaannya sangat bervariasi di dalam berbagai industri,
seperti industri makanan, industri farmasi dan kosmetika, industri tekstil dan
industri cat (Anggadiredjo, 2006; Taurino, 2006; Agustina, 2010).
2.2 Alga Coklat
Phaeophyceae atau alga coklat adalah salah satu kelas dari alga berdasarkan
zat warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen
xantofil yang menyebabkan alga berwarna coklat. Pigmen lain yang terdapat
dalam Phaeophyceae adalah klorofil A dan C serta karoten. Keberadaan klorofil a
pada alga coklat dilengkapi dengan pigmen aksesoris yaitu klorofil c dan
karotenoid yang berfungsi melindungi klorofil a dari fotooksidasi. Umumnya
ganggang coklat bersifat makroskopis,dan dapat mencapai ukuran lebih dari 30
meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai
pelampung. Dan phaeophyta sendiri mempunyai peranan penting bagi kehidupan
manusia di antaranya: Sebagai bahan makanan, penghasil alginate di
laboratorium, dalam industri sebagai bahan kosmetik, farmasi, dan penyusun fosil.
Hampir semua jenis alga coklat hidup diperairan laut dan melekat pada substrat
keras dan dapat tumbuh dengan subur dilautan bersuhu dingin pada pinggiran
pantai dengan kedalaman tidak lebih dari 20 meter (Atmaja, 1996; Winarno,
1996).
2.3 β-Karoten
Karotenoid merupakan pigmen alami dan dikenal secara luas dari warnanya
terutama warna kuning, oranye dan merah. Pigmen ini ditemukan pada tumbuhan
besar, ganggang, jamur dan bakteri dalam jaringan fotosintesis maupun jaringan
non fotosintesis. Selain pada tumbuhan, karoten juga ditemukan pada hewan,
misalnya sebagai pigmen warna pada burung, ikan dan beberapa hewan
invertebrata. Karotenoid merupakan lipid sehingga pigmen ini bersifat liposoluble
(larut dalam lemak) dan larut dalam pelarut nonpolar. Secara struktur, karotenoid
merupakan poliena dengan rantai terkonjugasi linier dari atom-atom karbon yang
2. berhubungan dengan ikatan rangkap dua dan tunggal. Karotenoid tersusun atas 8
unit isoprene (C5) yang terhubung satu sama lain dengan bentuk geometris jika
diputus pada tengah strukturnya. Pada β-karoten, pemecahan pada pusat molekul
yang dikatalisis oleh enzim 15-15’-dioksigenase membentuk 2 molekul retinal
yang kemudian direduksi menjadi molekul retinol yang merupakan vitamin A.
Sebagai antioksidan β-karotenoid bekerja dengan cara memperlambat fase
inisiasi. β-karotenoid merupakan salah satu provitamin A. Pemberian vitamin A
dalam dosis tinggi dapat bersifat toksis. Akan tetapi, β-karotenoid dalam jumlah
banyak mampu memenuhi kebutuhan vitamin A, dan selebihnya tetap sebagai β-
karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan (Glover, 1960; Kosasih, 2004).
2.4 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas bertendensi kuat memperoleh
elektron dari atom lain, sehingga atom lain yang kekurangan satu elektron ini
menjadi radikal bebas pula yang disebut radikal bebas sekunder. Radikal bebas
memiliki reaktivitas yang sangat tinggi dan mudah bereaksi dengan molekul lain
yaitu DNA, protein, karbohidrat dan lainnya. Radikal bebas tidak dapat
mempertahankan bentuk asli dalam waktu yang lama dan berusaha untuk
berikatan dengan molekul yang bersifat stabil dan mengambil elektronnya.
Namun, bila ada dua senyawa radikal bebas bertemu, elektron-elektron yang tidak
berpasangan dari kedua senyawa tersebut akan bergabung dan membentuk ikatan
kovalen yang stabil (Kosasih, 2004; Winarsih, 2007).
2.5 Antioksidan
Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi
atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan
hidrogen dan atau elektron. Vitamin C berkhasiat sebagai antiskorbut maka
dinamakan asam skorbut atau vitamin C. Vitamin C berkerja sebagai suatu
koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin
C berperan juga dalam proses pembentukan kolagen. Angka Kecukupan Gizi
(AKG) vitamin C adalah sekitar 35 mg untuk bayi dan 60 mg pada orang dewasa
(Tjay, 2002; Silalahi, 2006).
2.6 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan beberapa zat atau senyawa
dengan pelarut tertentu. Pemisahan terjadi berdasarkan kemampuan yang berbeda
dari komponen dalam campuran. Pelarut yang digunakan adalah pelarut dengan
kemampuan menjerap bahan yang dibutuhkan. Proses ekstraksi terdiri dari
beberapa tahapan yaitu pencampuran bahan dengan pelarut, pemisahan dan isolasi
ekstrak. Pada pencampuran bahan ekstrak dengan pelarut dibiarkan saling
berkontrak sehingga terjadi perpindahan massa. Setelah terjadi penjerapan, maka
pemisahan dilakukan dengan alat pemisah. Pemisahan bertujuan untuk
memisahkan larutan ekstrak dan pelarut. Setelah didapatkan fase ekstrak pelarut,
maka pelarut diuapkan (Dirjen POM 2000; Purba, 2011).
3. A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Andi Ashillah Riskah
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Kimia
4. NIM H311 13 011
5. Tempat dan Tanggal Lahir Enrekang, 23 Agustus 1995
6. E-mail ashillahriskah@yahoo.co.id
7. Nomor Telepon/HP 085396411276
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 1 Enrekang SMPN 1 Enrekang SMAN 1
Enrekang
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013