SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
DASAR PEMIKIRAN
Pengukuran dalam bidang geografi adalah pengukuran posisi secara absolut. Dengan
diketahui posisi suatu objek atau titik suatu lokasi, maka dapat diturunkan hingga
informasi jarak ataupun luas baik horizontal ataupun vertikal terhadap objek lainnya.
Selain itu, pengukuran yang dilakukan juga dapat berupa pengukuran intensitas objek,
kerapatan, kapadatan, dan lain sebagainya, bergantung dengan tema kajian yang
diangkat. Pengukuran pada dasarnya menentukan nilai kuantitatif suatu fenomena atau
objek tertentu untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
Survey pemetaan juga berkaitan dengan pengukuran. Survey merupakan teknik riset
untuk mengumpulkan data. Perbedaan antara pengukuran dengan survey pemetaan
yaitu, jika pengukuran bertujuan menentukan nilai dari suatu fenomena atau objek,
sedangkan survey pemetaan adalah kegiatan yang menaungi pengukuran khusus yang
dilakukan dengan cara berinteraksi atau observasi langsung dengan objek. Jadi survei
biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data primer. Pelaksanaan survey juga perlu
persiapan yang cukup rinci, mengingat data primer jauh lebih sulit diperoleh dan
membutuhkan alat survey yang disesuaikan dengan temanya. Ada yang menggunakan
alat ukur tanah ataupun alat ukur berupa kuisioner. Semua bergantung pada informasi
apa yang ingin diperoleh.
Hasil survey dan pengukuran tersebut nantinya akan diolah dan dijadikan peta untuk
mempermudah melakukan pembacaan atau analisis lanjutan. Proses ini disebut dengan
pemetaan, terlebih dengan terus berkembangnya aplikasi dan teknologi pemetaan digital.
Pemetaan memang tidak mudah dilakukan mengingat banyak kaidah yang perlu
dipertimbangkan untuk menjadikan informasi terrepresentasi dengan baik dan informatif. Namun
bukan berarti tidak mungkin untuk dipelajari karena pada dasarnya jika memiliki tekad kuat dan
tekun akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Selain itu, memahami struktur konsep geospasial penting untuk memahami pemahaman konsep
geospasial oleh siswa pemula di SMK Geomatika dan Geospasial dari perspektif peneliti. Para
ahli dan pemula mungkin berbeda dalam konsepsi mereka karena spesifikasi domain
pengetahuan khusus atau pengalaman (Chi, Feltovich, dan Glaser 1981), dan konsepsi siswa
dapat berbeda tergantung pada kemampuan spasial (Ishikawa 2013). Dengan pemahaman
seperti itu, keterampilan berpikir geospasial dapat diajarkan secara efektif, tanpa ketidaksesuaian
antara konseptualisasi oleh orang-orang yang mengajar dan orang-orang yang diajar (Golledge,
Marsh, dan Battersby 2008b). Oleh karena itu penelitian ini, bertujuan untuk menguji konsepsi
konsep geospasial oleh para ahli dan siswadan dengan membandingkan kemampuan visualisasi
spasial tinggi dan rendah siswa.
LANDASAN TEORI
Survey pemetaan merupakan salah satu bidang kompetensi keahlian dalam ilmu
Geodesi yang menjadi dasar teknik geomatika dan geospasial dalam kurikulum sekolah
menengah kejuruan. Dimulai dari Ilmu Ukur Tanah yang mempelajari dasar-dasar
pengukuran elevasi dan posisi menggunakan alat sipat datar (waterpas autolevel). dan
sipat ruang (theodolite), lebih canggih lagi menggunakan Total Station. Dilanjutkan
dengan pemetaan digital (misal, ArcGis, Google Earth, Remote Sansing), dan dengan
konsep satelit menggunakan GPS. Semua terintegrasi dalam sebuah koneksi akademis
yang pada akhirnya mampu memberikan konsep pemetaan terestris secara
komprehensif kepada para calon asisten surveyor. Pengukuran yang akurat sangat
menentukan dimensi, ketelitian, ke-“simetris”-an, dan posisi objek sesuai gambar
rencana. Itulah mengapa surveyor memegang peranan penting, bahkan vital, dalam
menentukan struktur konstruksi seperti, jalan raya, jalan kereta api, bendungan, irigasi
dan lain sebagainya.
Visualisasi Spasial dan Orientasi Spasial
Banyak minat telah dihasilkan, secara teoritis dan pedagogis, dalam masalah pemikiran
spasial, karena pentingnya dalam sains, teknologi, teknik, dan pendidikan matematika
(STEM) dan kegiatan sehari-hari (Hegarty 2010; Newcombe 2010). Laporan National
Research Council (NRC) Learning to Think Spatially (NRC 2006) menunjuk pada
keterlibatan pemikiran spasial yang rumit dalam teorisasi geografi dan visualisasi
geosains. Demikian pula, Kastens dan Ishikawa (2006) membahas tugas-tugas besar
yang memerlukan pemikiran spasial tingkat tinggi dalam geosains. Goodchild (2006)
menyebut pemikiran spasial sebagai "R keempat" untuk menekankan pentingnya dalam
ilmu informasi geografis (GIScience), dan HallWallace dan McAuliffe (2002) menemukan
korelasi positif antara kemampuan spasial siswa dan sistem informasi geografis (GIS)
berbasis geoscience. Solem, Cheung, dan Schlemper (2008) melaporkan bahwa
pemikiran spasial dan GIS adalah salah satu keterampilan geografis teratas yang dicari
oleh pengusaha dalam bisnis, pemerintah, dan pendidikan tinggi.
Definisi pemikiran spasial mensyaratkan bahwa komponen pemikiran spasial harus
diklarifikasi tetapi, seperti yang dikemukakan oleh Golledge, Marsh, dan Battersby
(2008b), memahami struktur konseptual pemikiran geospasial masih terra incognita. Di
antara tiga elemen pemikiran spasial yang dibahas oleh NRC (2006) - konsep ruang, alat
representasi, dan proses penalaran - konsep spasial telah banyak dibahas dalam
kaitannya dengan pemikiran geospasial. Golledge, Marsh, dan Battersby (2008a)
mengklasifikasikan konsep geospasial ke dalam lima tingkatan: primitif, sederhana, sulit,
rumit, dan kompleks.
Meskipun ada tradisi panjang pengujian psikometrik kemampuan spasial, metode formal
untuk menilai pemikiran spasial belum dikembangkan (Lee dan Bednarz 2012).
Akibatnya, persamaan dan perbedaan antara kemampuan spasial dan pemikiran spasial
tidak diklarifikasi, dan pertanyaan tentang apakah dan bagaimana dua konstruksi terkait
masih tetap tidak terjawab. Penelitian terdahulu tentang kemampuan spasial telah
memeriksa struktur faktornya dan mengidentifikasi dua faktor utama: visualisasi spasial
dan orientasi spasial (McGee 1979).
Visualisasi spasial adalah kemampuan untuk memanipulasi gambar secara mental dan
untuk membayangkan rotasi atau gerakan objek dan pola; orientasi spasial adalah
kemampuan untuk memahami pola spasial atau mempertahankan orientasi sehubungan
dengan objek di ruang angkasa. Kedua kemampuan itu penting untuk pembelajaran
geospasial (Kastens dan Ishikawa 2006), tetapi terutama yang pertama telah diperiksa
sehubungan dengan berbagai tugas pemikiran geospasial. Sebagai contoh, tes spasial
diklasifikasikan sebagai visualisasi spasial berkorelasi dengan penggunaan peta di
lapangan (Liben dan Downs 1993), membayangkan struktur geologis (Kali dan Orion
1996), dan berbagai kegiatan pembelajaran berbasis GIS (Hall-Wallace dan McAuliffe
2002). Yang penting, Ishikawa (2013) menunjukkan bahwa, berlawanan dengan struktur
kesatuan dimensi kemampuan visualisasi spasial, tugas geografis yang memerlukan
pemikiran spasial (tugas berpikir geospasial) bervariasi dalam karakteristik mereka dan
kekuatan hubungan dengan kemampuan visualisasi spasial.
Ada beberapa dasar utama dalam survey pengukuran, yaitu:
1. Pemetaan Situasi
Pemetaan situasi (detail) menjadi tahap awal dalam pembangunan sebuah gedung
atau bangunan. Pemetaan situasi ini berfungsi sebagai gambaran rencana awal
medan yang akan dikerjakan dalam proyek. Pada pemetaan itu kita harus terlebih
dahulu mengikatkan ke bench mark terdekat dari lokasi proyek, dan dilansir ke area di
sekitar proyek untuk memudahkan dalam mengikat koordinat-koordinat yang
diperlukan.
2. Posisi Planimetris (Koordinat X,Y)
Posisi merupakan gambaran horizontal dari titik-titik yang ada dalam rencana.
Satuannya sudah pasti dalam bentuk koordinat, baik UTM (Universal Transverse
Mercator) berupa koordinat yang diukur dari bench mark tertentu maupun koordinat
lokal yang merujuk pada titik tertentu di dekat lokasi proyek sebagai titik (0,0).
Koordinat ini pada akhirnya digunakan dalam stake out titik-titik tertentu dari
komponen bangunan seperti titik pancang, batas perubahan elevasi galian dan
timbunan tanah, dan untuk membuat patok-patok yang menjadi as dari pile cap, tie
beam, dan kolom. Sekedar tambahan, untuk menentukan as dari pile cap, tie beam,
dan kolom kita harus berpedoman pada patok “pinjaman” tertentu yang pada akhirnya
di sini digunakan konsep sudut menggunakan teodolit (teori ini akan dijelaskan di
artikel berikutnya dalam blog ini).
3. Elevasi
Jika pada point kedua kita membahas posisi planimetris (X,Y) pada point terakhir ini
kita akan membahas elevasi yang biasa direpresentasikan dalam notasi Z. Elevasi
atau ketinggian juga sangat penting dalam konstruksi bangunan karena menjadi dasar
dalam menentukan eleavasi + 0,000 lantai yang menjadi patokan dalam menentukan
elevasi-elevasi yang lain seperti elevasi bottom dan top pile cap, bottom dan top tie
beam, cut and fill, top stack pancang, top cutter pancang, dll. Elevasi + 0,000 lantai
sendiri ditentukan terhadap elevasi kawasan (elevasi yang diukur dari Mean Sea
Level). Di sini penggunaan waterpass (autolevel) menjadi dasar utama. Tulisan ini
hanyalah dasar teknik survey dalam dunia konstruksi bangunan yang dijabarkan
secara komprehensif. Teknik-teknik yang lebih aplikatif tentunya memerlukan ruang
tulis yang lebih besar dan tidak akan mampu dijelaskan dalam satu artikel blog.
Sehingga saya sampaikan di sini bahwa artikel ini hanyalah sebagai pembuka dari
artikel-artikel selanjutnya mengenai survey konstruksi.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan cara menguji konsepsikonsep geospasialolehpara ahlidan siswa
dan oleh siswa dengan kemampuan visualisasi spasial tinggi dan rendah (Studi 1).
PESERTA
Buku teks sains dan teknologi informasi geografis yang diteliti dalam penelitian ini
Empat puluh empat siswa(dua puluh sembilan laki-lakidan lima belas perempuan) berpartisipasi
dalam percobaan. Mereka adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Geomatika (usia
rata-rata tujuh belas tahun). Mereka mengambil kelas SIG sebanyak 920 jam; topik yang dibahas
di kelas termasuk georeferensi, pembacaan peta dan pembuatan peta.
Tabel 1. Buku teks sains dan teknologi informasi geografis yang diteliti dalam penelitian ini
Aronoff, S. 1991 Sistem informasi geografis: Perspektif manajemen.
Ottawa, Kanada: WDL
Bernhardsen, T. 2002 Sistem informasi geografis: Suatu pengantar. Edisi ke-3. New
York: Wiley.
Burrough, P. A., dan R. A.
McDonnell. 1998
Prinsip-prinsip sistem informasi geografis. Oxford, Inggris:
Oxford University Press.
Chrisman, N. 2002. Menjelajahi sistem informasi geografis. 2nd ed. New York:
Wiley.
Clarke, K. C. 2003. Memulai dengan sistem informasi geografis. 4th ed. Upper
Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Longley, P. A., M. F.
Goodchild, D. J. Maguire,
dan D. W. Rhind. 2005.
Sistem dan ilmu informasi geografis. 2nd ed. Chichester,
Inggris: Wiley.
Obermeyer, N. J., dan J. K.
Pinto. 1994
Mengelola sistem informasi geografis. New York: Guilford.

More Related Content

Similar to Dasar pemikiran

IPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docx
IPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docxIPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docx
IPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docxaderlapono1
 
Tugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometriTugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometridediyansen
 
Tugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometriTugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometridediyansen
 
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptxPowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptxHAITAMY MUHAMMAD HASAN
 
Paper google earth fix
Paper google earth fixPaper google earth fix
Paper google earth fixEKA SUSANTI
 
Paper google earth fix
Paper google earth fixPaper google earth fix
Paper google earth fixEKA SUSANTI
 
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdf
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdfPowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdf
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdfOrangDepok
 
Iuw kontrak belajar iuw 2013
Iuw   kontrak belajar iuw 2013Iuw   kontrak belajar iuw 2013
Iuw kontrak belajar iuw 2013Kharistya Amaru
 
Cara Membuat Laporan Penelitian Geografi
Cara Membuat Laporan Penelitian GeografiCara Membuat Laporan Penelitian Geografi
Cara Membuat Laporan Penelitian GeografiMuhammad Pratama
 
survey toponimi daerah jurang belimbing
survey toponimi daerah jurang belimbingsurvey toponimi daerah jurang belimbing
survey toponimi daerah jurang belimbingRizqi Umi Rahmawati
 
Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)
Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)
Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)Ranny Novitasari
 
X_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdfX_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdfAndiNurulFatma1
 
X_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdfX_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdfYulliaPuTri
 
SAP Ilmu Ukur Tambang
SAP Ilmu Ukur TambangSAP Ilmu Ukur Tambang
SAP Ilmu Ukur Tambangyulika usman
 
Prota (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docx
Prota (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docxProta (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docx
Prota (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docxModul Guruku
 
Aplikom kelompok 1 (belum fix)
Aplikom kelompok 1 (belum fix)Aplikom kelompok 1 (belum fix)
Aplikom kelompok 1 (belum fix)Ana P. Lestari
 
Pembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft Library
Pembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft LibraryPembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft Library
Pembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft Libraryarvin efriani
 
01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docx
01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docx01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docx
01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docxYulliaPuTri
 

Similar to Dasar pemikiran (20)

IPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docx
IPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docxIPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docx
IPS Geografi SMA KELAS X kerangka pembelajaran - ATP.docx
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Tugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometriTugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometri
 
Tugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometriTugas ict dan geometri
Tugas ict dan geometri
 
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptxPowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pptx
 
Paper google earth fix
Paper google earth fixPaper google earth fix
Paper google earth fix
 
Paper google earth fix
Paper google earth fixPaper google earth fix
Paper google earth fix
 
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdf
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdfPowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdf
PowerPoint PR Geografi 10A Ed. 2019.pdf
 
Iuw kontrak belajar iuw 2013
Iuw   kontrak belajar iuw 2013Iuw   kontrak belajar iuw 2013
Iuw kontrak belajar iuw 2013
 
Cara Membuat Laporan Penelitian Geografi
Cara Membuat Laporan Penelitian GeografiCara Membuat Laporan Penelitian Geografi
Cara Membuat Laporan Penelitian Geografi
 
survey toponimi daerah jurang belimbing
survey toponimi daerah jurang belimbingsurvey toponimi daerah jurang belimbing
survey toponimi daerah jurang belimbing
 
Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)
Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)
Uas ict geo (ranny novitasari 06022681620023)
 
X_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdfX_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD-3.3_FINAL.pdf
 
X_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdfX_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdf
X_GEOGRAFI_KD 3.3_FINAL.pdf
 
Konsep Dasar IPS.pptx
Konsep Dasar IPS.pptxKonsep Dasar IPS.pptx
Konsep Dasar IPS.pptx
 
SAP Ilmu Ukur Tambang
SAP Ilmu Ukur TambangSAP Ilmu Ukur Tambang
SAP Ilmu Ukur Tambang
 
Prota (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docx
Prota (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docxProta (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docx
Prota (Program Tahunan) Kelas 10 Geografi Fase E.docx
 
Aplikom kelompok 1 (belum fix)
Aplikom kelompok 1 (belum fix)Aplikom kelompok 1 (belum fix)
Aplikom kelompok 1 (belum fix)
 
Pembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft Library
Pembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft LibraryPembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft Library
Pembelajaran kerucut menggunakan konteks TU Delft Library
 
01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docx
01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docx01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docx
01c. Contoh Format Penjabaran CP menjadi TP dan ATP-SMA.docx
 

More from arya bakri

ASESMEN NASIONAL 2.pptx
ASESMEN NASIONAL 2.pptxASESMEN NASIONAL 2.pptx
ASESMEN NASIONAL 2.pptxarya bakri
 
Eksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptx
Eksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptxEksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptx
Eksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptxarya bakri
 
An interpretation of assessment
An interpretation of assessmentAn interpretation of assessment
An interpretation of assessmentarya bakri
 
Teknik geomatika
Teknik geomatikaTeknik geomatika
Teknik geomatikaarya bakri
 
Teknik kompilasi
Teknik kompilasiTeknik kompilasi
Teknik kompilasiarya bakri
 

More from arya bakri (6)

ASESMEN NASIONAL 2.pptx
ASESMEN NASIONAL 2.pptxASESMEN NASIONAL 2.pptx
ASESMEN NASIONAL 2.pptx
 
Eksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptx
Eksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptxEksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptx
Eksplorasi Konsep - Asesmen Formatif dan Sumatif.pptx.pptx
 
An interpretation of assessment
An interpretation of assessmentAn interpretation of assessment
An interpretation of assessment
 
Teknik geomatika
Teknik geomatikaTeknik geomatika
Teknik geomatika
 
Ipi7548
Ipi7548Ipi7548
Ipi7548
 
Teknik kompilasi
Teknik kompilasiTeknik kompilasi
Teknik kompilasi
 

Recently uploaded

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 

Recently uploaded (20)

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 

Dasar pemikiran

  • 1. DASAR PEMIKIRAN Pengukuran dalam bidang geografi adalah pengukuran posisi secara absolut. Dengan diketahui posisi suatu objek atau titik suatu lokasi, maka dapat diturunkan hingga informasi jarak ataupun luas baik horizontal ataupun vertikal terhadap objek lainnya. Selain itu, pengukuran yang dilakukan juga dapat berupa pengukuran intensitas objek, kerapatan, kapadatan, dan lain sebagainya, bergantung dengan tema kajian yang diangkat. Pengukuran pada dasarnya menentukan nilai kuantitatif suatu fenomena atau objek tertentu untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Survey pemetaan juga berkaitan dengan pengukuran. Survey merupakan teknik riset untuk mengumpulkan data. Perbedaan antara pengukuran dengan survey pemetaan yaitu, jika pengukuran bertujuan menentukan nilai dari suatu fenomena atau objek, sedangkan survey pemetaan adalah kegiatan yang menaungi pengukuran khusus yang dilakukan dengan cara berinteraksi atau observasi langsung dengan objek. Jadi survei biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data primer. Pelaksanaan survey juga perlu persiapan yang cukup rinci, mengingat data primer jauh lebih sulit diperoleh dan membutuhkan alat survey yang disesuaikan dengan temanya. Ada yang menggunakan alat ukur tanah ataupun alat ukur berupa kuisioner. Semua bergantung pada informasi apa yang ingin diperoleh. Hasil survey dan pengukuran tersebut nantinya akan diolah dan dijadikan peta untuk mempermudah melakukan pembacaan atau analisis lanjutan. Proses ini disebut dengan pemetaan, terlebih dengan terus berkembangnya aplikasi dan teknologi pemetaan digital. Pemetaan memang tidak mudah dilakukan mengingat banyak kaidah yang perlu dipertimbangkan untuk menjadikan informasi terrepresentasi dengan baik dan informatif. Namun bukan berarti tidak mungkin untuk dipelajari karena pada dasarnya jika memiliki tekad kuat dan tekun akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, memahami struktur konsep geospasial penting untuk memahami pemahaman konsep geospasial oleh siswa pemula di SMK Geomatika dan Geospasial dari perspektif peneliti. Para ahli dan pemula mungkin berbeda dalam konsepsi mereka karena spesifikasi domain pengetahuan khusus atau pengalaman (Chi, Feltovich, dan Glaser 1981), dan konsepsi siswa dapat berbeda tergantung pada kemampuan spasial (Ishikawa 2013). Dengan pemahaman seperti itu, keterampilan berpikir geospasial dapat diajarkan secara efektif, tanpa ketidaksesuaian antara konseptualisasi oleh orang-orang yang mengajar dan orang-orang yang diajar (Golledge, Marsh, dan Battersby 2008b). Oleh karena itu penelitian ini, bertujuan untuk menguji konsepsi konsep geospasial oleh para ahli dan siswadan dengan membandingkan kemampuan visualisasi spasial tinggi dan rendah siswa.
  • 2. LANDASAN TEORI Survey pemetaan merupakan salah satu bidang kompetensi keahlian dalam ilmu Geodesi yang menjadi dasar teknik geomatika dan geospasial dalam kurikulum sekolah menengah kejuruan. Dimulai dari Ilmu Ukur Tanah yang mempelajari dasar-dasar pengukuran elevasi dan posisi menggunakan alat sipat datar (waterpas autolevel). dan sipat ruang (theodolite), lebih canggih lagi menggunakan Total Station. Dilanjutkan dengan pemetaan digital (misal, ArcGis, Google Earth, Remote Sansing), dan dengan konsep satelit menggunakan GPS. Semua terintegrasi dalam sebuah koneksi akademis yang pada akhirnya mampu memberikan konsep pemetaan terestris secara komprehensif kepada para calon asisten surveyor. Pengukuran yang akurat sangat menentukan dimensi, ketelitian, ke-“simetris”-an, dan posisi objek sesuai gambar rencana. Itulah mengapa surveyor memegang peranan penting, bahkan vital, dalam menentukan struktur konstruksi seperti, jalan raya, jalan kereta api, bendungan, irigasi dan lain sebagainya. Visualisasi Spasial dan Orientasi Spasial Banyak minat telah dihasilkan, secara teoritis dan pedagogis, dalam masalah pemikiran spasial, karena pentingnya dalam sains, teknologi, teknik, dan pendidikan matematika (STEM) dan kegiatan sehari-hari (Hegarty 2010; Newcombe 2010). Laporan National Research Council (NRC) Learning to Think Spatially (NRC 2006) menunjuk pada keterlibatan pemikiran spasial yang rumit dalam teorisasi geografi dan visualisasi geosains. Demikian pula, Kastens dan Ishikawa (2006) membahas tugas-tugas besar yang memerlukan pemikiran spasial tingkat tinggi dalam geosains. Goodchild (2006) menyebut pemikiran spasial sebagai "R keempat" untuk menekankan pentingnya dalam ilmu informasi geografis (GIScience), dan HallWallace dan McAuliffe (2002) menemukan korelasi positif antara kemampuan spasial siswa dan sistem informasi geografis (GIS) berbasis geoscience. Solem, Cheung, dan Schlemper (2008) melaporkan bahwa pemikiran spasial dan GIS adalah salah satu keterampilan geografis teratas yang dicari oleh pengusaha dalam bisnis, pemerintah, dan pendidikan tinggi. Definisi pemikiran spasial mensyaratkan bahwa komponen pemikiran spasial harus diklarifikasi tetapi, seperti yang dikemukakan oleh Golledge, Marsh, dan Battersby (2008b), memahami struktur konseptual pemikiran geospasial masih terra incognita. Di antara tiga elemen pemikiran spasial yang dibahas oleh NRC (2006) - konsep ruang, alat representasi, dan proses penalaran - konsep spasial telah banyak dibahas dalam kaitannya dengan pemikiran geospasial. Golledge, Marsh, dan Battersby (2008a) mengklasifikasikan konsep geospasial ke dalam lima tingkatan: primitif, sederhana, sulit, rumit, dan kompleks. Meskipun ada tradisi panjang pengujian psikometrik kemampuan spasial, metode formal untuk menilai pemikiran spasial belum dikembangkan (Lee dan Bednarz 2012). Akibatnya, persamaan dan perbedaan antara kemampuan spasial dan pemikiran spasial tidak diklarifikasi, dan pertanyaan tentang apakah dan bagaimana dua konstruksi terkait
  • 3. masih tetap tidak terjawab. Penelitian terdahulu tentang kemampuan spasial telah memeriksa struktur faktornya dan mengidentifikasi dua faktor utama: visualisasi spasial dan orientasi spasial (McGee 1979). Visualisasi spasial adalah kemampuan untuk memanipulasi gambar secara mental dan untuk membayangkan rotasi atau gerakan objek dan pola; orientasi spasial adalah kemampuan untuk memahami pola spasial atau mempertahankan orientasi sehubungan dengan objek di ruang angkasa. Kedua kemampuan itu penting untuk pembelajaran geospasial (Kastens dan Ishikawa 2006), tetapi terutama yang pertama telah diperiksa sehubungan dengan berbagai tugas pemikiran geospasial. Sebagai contoh, tes spasial diklasifikasikan sebagai visualisasi spasial berkorelasi dengan penggunaan peta di lapangan (Liben dan Downs 1993), membayangkan struktur geologis (Kali dan Orion 1996), dan berbagai kegiatan pembelajaran berbasis GIS (Hall-Wallace dan McAuliffe 2002). Yang penting, Ishikawa (2013) menunjukkan bahwa, berlawanan dengan struktur kesatuan dimensi kemampuan visualisasi spasial, tugas geografis yang memerlukan pemikiran spasial (tugas berpikir geospasial) bervariasi dalam karakteristik mereka dan kekuatan hubungan dengan kemampuan visualisasi spasial. Ada beberapa dasar utama dalam survey pengukuran, yaitu: 1. Pemetaan Situasi Pemetaan situasi (detail) menjadi tahap awal dalam pembangunan sebuah gedung atau bangunan. Pemetaan situasi ini berfungsi sebagai gambaran rencana awal medan yang akan dikerjakan dalam proyek. Pada pemetaan itu kita harus terlebih dahulu mengikatkan ke bench mark terdekat dari lokasi proyek, dan dilansir ke area di sekitar proyek untuk memudahkan dalam mengikat koordinat-koordinat yang diperlukan. 2. Posisi Planimetris (Koordinat X,Y) Posisi merupakan gambaran horizontal dari titik-titik yang ada dalam rencana. Satuannya sudah pasti dalam bentuk koordinat, baik UTM (Universal Transverse Mercator) berupa koordinat yang diukur dari bench mark tertentu maupun koordinat lokal yang merujuk pada titik tertentu di dekat lokasi proyek sebagai titik (0,0). Koordinat ini pada akhirnya digunakan dalam stake out titik-titik tertentu dari komponen bangunan seperti titik pancang, batas perubahan elevasi galian dan timbunan tanah, dan untuk membuat patok-patok yang menjadi as dari pile cap, tie beam, dan kolom. Sekedar tambahan, untuk menentukan as dari pile cap, tie beam, dan kolom kita harus berpedoman pada patok “pinjaman” tertentu yang pada akhirnya di sini digunakan konsep sudut menggunakan teodolit (teori ini akan dijelaskan di artikel berikutnya dalam blog ini).
  • 4. 3. Elevasi Jika pada point kedua kita membahas posisi planimetris (X,Y) pada point terakhir ini kita akan membahas elevasi yang biasa direpresentasikan dalam notasi Z. Elevasi atau ketinggian juga sangat penting dalam konstruksi bangunan karena menjadi dasar dalam menentukan eleavasi + 0,000 lantai yang menjadi patokan dalam menentukan elevasi-elevasi yang lain seperti elevasi bottom dan top pile cap, bottom dan top tie beam, cut and fill, top stack pancang, top cutter pancang, dll. Elevasi + 0,000 lantai sendiri ditentukan terhadap elevasi kawasan (elevasi yang diukur dari Mean Sea Level). Di sini penggunaan waterpass (autolevel) menjadi dasar utama. Tulisan ini hanyalah dasar teknik survey dalam dunia konstruksi bangunan yang dijabarkan secara komprehensif. Teknik-teknik yang lebih aplikatif tentunya memerlukan ruang tulis yang lebih besar dan tidak akan mampu dijelaskan dalam satu artikel blog. Sehingga saya sampaikan di sini bahwa artikel ini hanyalah sebagai pembuka dari artikel-artikel selanjutnya mengenai survey konstruksi. METODE Penelitian ini dilakukan dengan cara menguji konsepsikonsep geospasialolehpara ahlidan siswa dan oleh siswa dengan kemampuan visualisasi spasial tinggi dan rendah (Studi 1). PESERTA Buku teks sains dan teknologi informasi geografis yang diteliti dalam penelitian ini Empat puluh empat siswa(dua puluh sembilan laki-lakidan lima belas perempuan) berpartisipasi dalam percobaan. Mereka adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Geomatika (usia rata-rata tujuh belas tahun). Mereka mengambil kelas SIG sebanyak 920 jam; topik yang dibahas di kelas termasuk georeferensi, pembacaan peta dan pembuatan peta. Tabel 1. Buku teks sains dan teknologi informasi geografis yang diteliti dalam penelitian ini Aronoff, S. 1991 Sistem informasi geografis: Perspektif manajemen. Ottawa, Kanada: WDL Bernhardsen, T. 2002 Sistem informasi geografis: Suatu pengantar. Edisi ke-3. New York: Wiley. Burrough, P. A., dan R. A. McDonnell. 1998 Prinsip-prinsip sistem informasi geografis. Oxford, Inggris: Oxford University Press. Chrisman, N. 2002. Menjelajahi sistem informasi geografis. 2nd ed. New York: Wiley. Clarke, K. C. 2003. Memulai dengan sistem informasi geografis. 4th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Longley, P. A., M. F. Goodchild, D. J. Maguire, dan D. W. Rhind. 2005. Sistem dan ilmu informasi geografis. 2nd ed. Chichester, Inggris: Wiley. Obermeyer, N. J., dan J. K. Pinto. 1994 Mengelola sistem informasi geografis. New York: Guilford.