Naskah pementasan "Lautan Jilbab" yang dipentaskan oleh Emha dan teman-temannya pada tahun 1988 merupakan pementasan teater dengan jumlah penonton terbesar di Yogyakarta hingga saat itu, dengan lebih dari 3000 penonton pada malam pertama dan 2000 penonton pada malam kedua. Naskah ini mencerminkan semangat zaman akhir 1980-an yang sedang ramai membahas masalah jilbab di sekolah dan berbagai negara."
1. Naskah Pementasan “Lautan Jilbab”
Pengantar
Tahun 1988, Emha telah memberi kejutan baru. Bersama teman-teman UGM (Jamaah
Shalahuddin) ia mementaskan Lautan Jilbab, di samping Sunan Sableng dan Baginda Faruk.
Menurut catatan, pementasan Lautan Jilbab merupakan pementasan yang dari segi penonton
terbesar hingga kini. Menurut perhitungan pementasan ini ditonton tidak kurang dari 3000
penonton pada malam pertama dan sekitar 2000 penonton pada malam kedua.
Belum ada pementasan teater di Yogya yang ditonton dengan jumlah sebesar itu, kecualiu
ketika naskahnya Santri-santri Khidlir dipentaskan di alun-alun Madiun, di mana tak kurang dari
30.000 pentonton menghadirinya.Yakinlah, bukan jumlah penonton yang penting. Lebih dari itu
adalah kemampuannya dalam “merumuskan semangat zaman”, kepiawaiannya dalam
membaca “tanda-tanda zaman”, karena seperti diketahui pada tahun akhir 1980-an itu masalah
jilbab bukan saja masalah masyarakat Indonesia, tetapi telah menjadi masalah masyarakat
dunia. Di Perancis dan Inggris, sejumlah siswi dilarang masuh sekolah karena mengenakan
jilbab.
Di Indonesia terjadi perdebatan yang hangat apakah pelajar Indonesia boleh mengenakan jilbab
di sekolah.Bagi Emha pelarangan tersebut aneh dan melanggar hak asasi manusia, oleh karena
itu harus dilawan. Lautan Jilbab adalah bentuk perlawanan Emha terhadap berbagai keanehan
dan ketidakadilan tersebut.
“Pakai jilbab atau tak berjilbab” kata Emha, “adalah otoritas pribadi setiap wanita. Pilihan atas
otoritas itu silahkan diambil dari manapun: dari studi kebudayaan, atau langsung dari
kepatuhan teologis. Yang saya perjuangkan bukan memakai jilbab atau membuang jilbab,
melainkan hak setiap manusia untuk memilih. Atau kalau meniru Chairil: bukan jilbab itu benar
menusuk kalbu……tapi ketidak-ridhaanmu membiarkan hak manusia untuk memilih”.
Sumber: http://www.ugeem.com/2012/01/shalahuddin-ugm-jilbab-dan-indonesia.html
2. LAUTAN JILBAB (BAGIAN SATU)
Di padang masyhar
Di padang penantian
Di depan pintu gerbang
Janji keabadian
Aku menyaksikan
Beribu-ribu-Berjuta-juta jilbab
Tidak , aku menyaksikan bermiliar-miliar jilbab
Lautan Jilbab
Samudera Putih
Samudera Cinta Kasih
Ujung pengembaraan sejarah yang panjang
Pengembaraan sejarah yang perih
Di Padang Masyhar
Seribu galaxy
Hamparan Jiwa suci
Bersujud
Putih-putih bersujud
Menggeremangkan nyanyian Allah Sang Maha Wujud
Yaa Ayyuhan nafsu lmutmainnah Irji ii ilaa rabbiki roodliyatan
mardiyyah Fa dhulli fii 'ibaadii wa dhullii jannatii
Wahai jiwa yang tentram , kembalilah kepada Tuhanmu
Dengan Rela dan direlakan , Masuklah kepada Pihak-Ku
Masuklah ke surga-Ku
3. Lautan jilbab
samudera putih
Bersujud , bersujud
Bersama-sama rembulan yang jaga
Bersama matahari yang selalu terbit
Tanpa pernah lagi terbenam
Bersama lautan bintang gemilang
Yang menari-nari riang gembira
Menanti lambaian tangan Allah Rabbinya
LAUTAN JILBAB (BAGIAN DUA)
Malaikat pengawas yang duduk di kursi ruang hampa sambil menyandarkan
kepalanya di segumpal satelit , menggamit pundak temannya dan bertanya
"Ini rombongan jilbab dari jaman apa ?"
Rekannya menjawab
"Kalau tidak salah dari sejarah periode asas tunggal"
"Apa?"
"Asas tunggal"
"Apa itu?"
"Ya nggak tau persisnya.Kita mesti tunggu laporan resmi malaikat seksi
Indonesia.Tapi mungkin kalau nggak salah asas tunggal itu sejenis lagu pop"
"O ya , asyik dong , kayak di radio ada racun.. itu? Atau kami makan singkong babe
makan keju.."
He , keliru , kami makan singkong , babe makan babu.."
"Husy ! Malaikat koq saru!ndak tau etika ketimuran!
ndak kultural edukatif!
TERTAWA.............
"Saya ini sekedar menirukan mahasiswa-mahasiswa itu lho.
Mahasiswa itu biasanya nakal-nakal.Nakal politis , nakal intelektual, nakal kultural ,
bahkan ada yang nakal seksual.
4. Kalau mahasiswa nggak nakal koq kurang normal.Kalau yang lurus-lurus saja , pakai
kacamata kuda dan hanya mengurus SKS itu namanya bergaya ternak.Tapi lha wong
sapi aja ada yang nakal , masak mahasiswa nggak ada.Kan rektor dan dekan sebagai
mobilisator musti dikasih tantangan.."
"Sudah , sudah , sudah ! .Ini malaikat koq mbeling!"
"Lho asal mbeling ilmiah kan bagus.Ilmiah berdasar data faktual , pakai metodologi
yang tepat , dan analisis yang cocok , serta biaya penelitian yang dibikin
membengkak"
LAUTAN JILBAB (BAGIAN TIGA)
Ketika itu alam semesta terkesiap
ruang dan waktu membeku
seluruh matahari , seluruh planet dan satelit
Seluruh partikel-partikel dan kehampaan menahan panas
menatapi hamparan Ummat Allah
Wajah bermiliar manusia yang tegang , berdiri ngungun antre di belakang punggung
idolanya masing-masing
para nabi telah menjadi cahaya-cahaya
Karl Max hilang lenyap dari pangkal barisannya
Stalin keberatan kumis
Lenin sibuk dengan spilisnya
Mao Zedong ketlingsut entah kemana
Sementara sekian panutan-panutan manusia tercampak menjadi batu berhala
Sementara lautan jilbab , lautan jubah
Samudera putih berdzikir bergaung
Bagai meruntuhkan bintang-bintang tangkainya
Beristigfar
Memohon ampun atas segala dosa
Astagfirullah
5. Menginsyafi tembok kebodohan
Astagfirullah
Menyesali kekhilafan
Astagfirullah
Mengutuki buta mata dan telinganya
Astagfirullah
Meratapi lubang-lubang keterjebakannya
Astagfirullah
Mengisi lumut-lumut dalam jiwanya
Astagfirullah
Meluluhkan berhala-berhala yang ditumpuknya
Astagfirullah
Astagfirullah
Astagfirullah
LAUTAN JILBAB (BAGIAN EMPAT)
"Aneh" kata sang malaikat
"Apa yang aneh? tanya rekannya
"Mereka itu , komplotan jilbab ini"
"Ya , kenapa?"
"Mereka itu umumnya kan ilmuwan"
"Lantas"
"Yaa , ilmuwan koq percaya Tuhan"
"Lho apa anehnya?"
"Ahh , kamu ini , dalam mata pandang ilmuwan Tuhan itu kan tidak rasional , tidak
nalar , tidak ilmiah .Tuhan itu cuma mitos. Jadi eksistensinya tidak syah menurut
konvensi kelimuan. Dengan kata lain.Tuhan itu tidak eksis. Dus tidak ada"
"Sebentar-sebentar.Ini Tuhan mana yang kamu maksud?"
"Tuhan , God , Allah , Syang Hyang , Gusti ,Pangeran , atau apa?"
6. "akh itu kan urusan rumah tangganya dik Nurcholis Madjid.
Untuk orang banyak bukan itu"
"Kalau begitu sama"
"Maksudmu?"
"Apakah ilmuwan itu percaya Tuhan apa tidak itu tidak penting bahkan seseorang itu
ilmuwan apa bukan , juga tidak penting"
"Lha apa yang penting"
"Yang penting itu seseorang itu Abdullah atau Abdul Gafur , Ehh...Abdullah atau
bukan"
"Keliru yang penting itu Pancasialis atau Apancasialis"
"I see I see...."
Katanya ini sejarah periode azas tunggal , lha azas tunggal itu Pancasila. Pancasila itu
sakti.Sakti itu Mandoguna , Guno itu pelawak Ngayogyakarta......"
LAUTAN JILBAB (BAGIAN LIMA)
"Ah...!Kamu ini memang salah kedaden.Mustinya kamu ini tidak dilahirkan sebagai
malaikat tapi sebagai mahasiswa atau srimulat"
“Sebentar ini serius , jangan main-main dengan Pancasila , wong Tuhan saja bagian
lho dari Pancasila. Tuhan itu anggota pertama atau sila pertama dari lima sila. Bukan
sebaliknya Pancasila bukan anggota dari Tuhan. Nggak ada itu. Seperti agama itu
bagian dari Pancasila.Agama itu salah satu lajur dari administrasi negara dan
masyarakat Pancasila. Jadi Pancasila itu diatas segala-galanya.Lihat saja masjid-
masjid yang baru dibangun. Kan diatas kubahnya ada tulisan Allah yang dikurung
dalam logam segilima...?”
"Wee lha ampuh tenan yoo? Allah koq dikurung"
"Tapi jangan ditanggapi secara dramatis lho.Itu cuma retorika politik yang diartukulir
melalui bahasa visual atau seni rupa. Namanya juga politik.Politik itu khan
substansinya memang benar-benar , tapi cara berpolitik itu mesti opurtunistik. Itu
normal.Kalau tidak opurtunistik berarti gendheng. Seperti iklan-iklan produksi yang
dijual itu harus ngapusi. Dinamika politik juga bohong.Artinya dalam mekanisme
politik tidak ada ungkapan yang tidak pakai topeng.Harus dalam politik tidak ada
kata-kata yang bermakna telanjang.Kalau itu yah saru ah..kamu kayak nggak tau
saja!"
7. "terus...terus , omong terus seenaknya.mentang-mentang polisi nggak bisa nagkap
malaikat ya...!"
"Lho ini bukan soal ditangkap atau tidak.Kalau ada yang berani menagkap malaikat
khan tinggal kita bilang .Kejarlah daku kau kutangkap....!”
"Kita memang tidak bisa ditangkap tapi yang baca ini lho.."
"Ah jangan berlebih-lebihan.Sebuah kekuasaan yang kuat, gagah perkasa dan mapan
tidak ada perlunya berurusan dengan seekor cacing"
"Iya...ya lha tapi kalau hobinya makan cacing , gimana?"
"Kalau toh begitu , maka cacing-cacing itu tidak akan ditangkap. Paling jauh
diamankan.Kamu tahu hari-hari ada tiga ekor cacing dari sebuah masjid dipindahkan
di Nusakambangan, supaya lebih aman. Rakyat harus belajar mengerti hakekat
sebenarnya dari aman.
Rakyat suka goblok sih.Kalau ada tindakan tertentu rakyat bilang itu kenaikan harga ,
padahal itu penyesuaian harga. Rakyat bilang itu pemberangusan , padahal itu
kebijaksanaan, rakyat bilang itu pemaksaan padahal itu kesepakatan , rakyat bilang itu
korupsi padahal itu amal pembagian. Rakyat bilang itu penggembosan padahal itu
deprimordialisasi, rakyat bilang itu pembunuhan aspirasi lokal-lokal, padahal itu
integrasi nasional.
Sudah dibilang ini proyek tinggal landas , rakyat koq merasa tinggal kandas , payah
rakyat suka bilangseenaknya sendiri saja"
LAUTAN JILBAB (BAGIAN ENAM)
Tiba-tiba terdengan beribu-ribu terompet.
Melengking-lengking ditiup ke segala penjuru
Terdengar Qari' dari surga barangkali Daud sang nabi
Mengumandangkan suaranya adalah :
Idzaa waqaa 'ati 'iwaaqi'ah.Laisa liwaq 'aatihaa kaadzibah
Kalau terjadi itu kejadian.
Takkan ada lagi yang bisa didustakan...
8. Wahai ...adakah hari pengadilan telah tiba
Telah harus mandegkah segala kehendak manusia
Beku wajahnya dan bergetar jiwanya
Sampaikan mereka di hari yang tak terhindarkan
Bersimpuh dihadapan kaki Sang Hakim Yang Maha Agung
Mendengarkan dosa-dosanya sendiri yang berbicara
Manusia yang segala amal baiknya menjadi kencana
membawanya ke serambi rumah Allah yang teduh
Manusia yang kebusukan perilakunya menjadi raksasa
mencengkram jiwa mereka dan meludahi muka mereka
Manusia yang tiap hari memuncratkan beribu kata dari mulut
yang setiap kata menjelma menjadi seekor burung
ke batas antara surga dan neraka
Beribu-ribu burung yang marah besar
Karena tidak dihidupi dengan perbuatan nyata
Beribu-ribu burung yang maran , lapar
dan siap mencabik-cabik tubuh kotor tuan-tuannya
Wahai sudah tibakah itu hari
Yang sebagian manusia membayangkannya dengan ngeri
Dan sebagian lagi merindukannya setengah mati
LAUTAN JILBAB (BAGIAN TUJUH)
"O , ternyata belum"kata sang malaikat
"Suara terompet itu hanya tanda pergantian piket"
Sekarang kita beristirahat" berkata rekannya
"Jangan , jangan beristirahat.Istirahat itu tidak produktif"
9. "You have any idea what to do ?"
"Sure , Bagaimana kalau kita ambil manusia jilbab itu untuk menjadi sampel
penelitian kita?"
"Penelitian apaan? memangnya ada biaya dari fondation apaan?"
"Memangnya kamu ahli bikin proposal?"
"Itu soal gampang.Kalau aku mau mendirikan : Biro pembikinan skripsi.Khusus untuk
mahasiswa yang pura-pura nggak bias bikin skripsi. Kalau perlu disertai Doktor ,
pidato Gubernur , Rektor , Ketua ulama , mau pesan fatwa juga bisa"
'Ya , tapi soal penelitian tiga jilbab women tadi itu , apa relevansinya dan
fisibilitasnya?"
"Begini dasar pemikiranku ialah aku memang percaya kepada informasimu mengenai
periode sejarah asas tunggal karena kita semua butuh penelitianku , terutama karena
kita butuh penulisan PSPB yang agak relefan dan jujur.Sekalian hasil penelitian kita
ini bisa kita sumbangkan koperasi informasi antar malaikat di abad teknologi yang
lagi yahud-yahudnya ini"
"Kamu tahu ketertinggalan malaikat dibanding iblis setan didalam memerintah dunia
manusia ini.Antara lain karena penguasaan kita yang rendah terhadap teknologi
informasi.
Padahal suku bangsa iblis sudah memiliki sekian banyak kantor berita , mas media
maupun jaringan-jaringan komunikasi informasi lain yang canggih-canggih ,
sementara malaikat sibuk membangga-banggakan masa silam , dekaden dalam
soal kontemporer , bahkan aku curiga masih banyak malaikat yang buta huruf.."
"Baiklah-baiklah.Cuma aku usul kita jangan terlalu repot benar dengan kerja
penelitian kita , tak usah capek bikin quistioner , memfoto kopi dan membagi-
bagikan. Kalau pakai graunded bisa ngabisin energi. Kita wawancara global saja ,
suruh mereka bikin esai atau video langsung, kamu jangan usil terus , tak usah tanya
apakah mereka pakai jilbab , atau karena patah hati atau apa.
Itu terserah mereka..."
10. LAUTAN JILBAB (BAGIAN DELAPAN)
Tiba-tiba tiga helai jilbab terbang ke angkasa
Terbang dan berkibar di hadapan para malaikat
Jilbab pertama berkata : "Wahai para malaikat kamilah yang datang"
"Sebab manusia tak bisa berbicara , kata-kata manusia kini tinggal gema"
"Barusan aku mendengar gema itu muncul dari wilayah kalian para malaikat ,
sehingga seolah-olah kalianlah yang berbicara"
"Kata-kata manusia kini tinggal gema , maka kamilah yang akan mengucapkan segala
sesuatunya"
Ketiga jilbab itu kemudian mendendangkan suaranya bersama-sama
"Kalian bertanya tentang jilbab ,Ya , kamilah jilbab"
"Wahai para malaikat dengarkanlah baik-baik"
"Jilbab adalah furqan"
"Jilbab adalah batas antara haq dan bathil"
"Jilbab adalah jarak antara keindahan dan kebususkan"
"Jilbab adalah pembeda antara yang baik dan yang buruk"
"Kami , jilbab-jilbab ini bahasa agama kami"
"Jilbab adalah bahasa politik dan jilbab adalah bahasa kebudayaan kami"
"Jilbab adalah sikap kami"
"Keputusan kami , proses perjuangan kami"
"Jilbab adalah pernyataan keyakinan kami"
"Jilbab adalah proses belajar dan pencarian kami"
"Jilbab adalah keberanian kami di tengah ketakutan"
"Jilbab adalah percikan cahaya di tengah-tengah kegelapan"
"Adalah kejujuran di tengah kelicikan"
"Adalah kelembutan ditengah kebrutalan"
"Adalah kebersahajaan ditengah kemunafikan"
11. "adalah perlindungan di tengah sergapan-sergapan"
"Ya...dunia kami meneyergap"
"Sejarah menjaring menyergap kami"
"Kekuasaan menyimprung menyergap kami"
"Penindasan menghadang menyergap kami"
"Menghadang kami di jalanan
"Menghadang kami di buku-buku pelajaran"
"Menghadang kami disetiap tontonan dan siaran malam"
"Menghadang kami di dunia perpolitikan yang semu"
"Menghadang kami di rumah-rumah ibadah yang sebagian
disulap menjadi ladang-ladang peternakan"
"Menyergap kami di lembar-lembar informasi yang mebodoh-bodohkan kami"
"Menghadang kami di mulut pemimpin yang dikebiri dan para ulama yang telah
disuap"
LAUTAN JILBAB (BAGIAN SEMBILAN-HABIS)
"Wahai...."
"Tidak ada perlindungan-perlindungan bagi kepala kami
yang ditaburi hujan-hujan virus"
"Tidak ada perlindungan bagi akar pikiran kami yang di bonsai"
"Tidak ada perlindungan bagu hati nurani kami yang dipanggang
diatas api kekuasaan yang halus , sopan dan kejam"
"Tidak ada perlindungan bagi iman kami yang dicabik-cabik
dengan pisau beracun"
"keputusan-demi keputusan yang sepihak dipaksakan"
"Tidak ada perlindungan bagi aqidah kami yang dimanupulir ,
yang dirajam oleh rumusan-rumusan politik yang memabukkan"
"Tidak ada perlindungan bagi padamnya matahari"
"Hak kehendak kami yang diranjau"
"Tidak ada perlindungan , tidak ada perlindungan"
12. "Dan inilah sumber dan alasan lahirnya jilbab-jilbab kami"
"Kami belajar menyerukan keyakinan iman taqwa di kepala kami"
"Kami belajar menyerukan pilihan , keberanian , iman dan taqwa dan istiqamah di hati
nurani kami , di akal sehat kami , diseluruh jiwa dan kepribadian kami"
"Wahai sejarah dengarkanlah !!! "
"Inilah kami jilbab-jilbab
"Jilbab-jilbab dengan kebudayaan
"Jilbab-jilbab politik
"Jilbab-jilbab kain dan rohani"
"Jilbab-jilbab anugrah Ilahi Rabbi"
"Kamu jangan lagi meremehkan kami"
"Kami tahu batas untuk tidak tergesa-gesa"
"Kami tahu bagaimana tidak melompati waktu dan enyataan"
"Kami mengerti bagaimana setertarikan demi setertarikan"
"Selangkah demi selangkah , hikmah demi hikmah, rahasia demi rahasia, kemenangan
demi kemenangan"
"Wahai................ para malaikat"
"Wahai sejarah , jangan terlalu meremehkan kami"
"Kami sedang menghimpun akal sehat"
"Kami sedang menabung hati yang bersih"
"Kami sedang menapaki langkah yang tepat dipilih"
"Kamilah samudera jilbab"
"Kamilah gelombang perjuangan"
"Gelombang perjuangan yang tidak mungkin dihentikan"
TAMAT
16 Mei 1987
(konon puisi ini dulu dibuat dan dibaca oleh cak Nun untuk menyemangati perjuangan
menentang pelarangan Jilbab di institusi-institusi pendidikan, pemerintahan,swasta di negeri
ini)