SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
PENGGUNAAN METODE MATRIKS IMPEDANS BUS
BERBASIS PROGRAM APLIKASI MATLAB
UNTUK SIMULASI FENOMENA GANGGUAN TAKSIMETRI
DI SISTEM TENAGA LISTRIK
Arief Goeritno
Dosen Tetap Jurusan Teknik Elektro – Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor
Jl. K.H. Sholeh Iskandar km.2, Kedung Badak, Tanah Sareal, Kota Bogor
E-mail: arief.goeritno@ft.uika-bogor.ac.id
Rito Hadi
PT Unggul Indah Cahaya, Tbk.
Jl. Raya Merak km.117,5 Desa Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon
E-mail: rito.hadi@uic.co.id
ABSTRAK
Telah dilakukan simulasi berbasis program aplikasi MATLAB menggunakan metode matriks impedans bus untuk
gangguan taksimetri di sistem tenaga listrik. Program-program komputer untuk simulasi gangguan yang diterapkan ke
komputer digital pada sistem tenaga listrik, biasanya dibuat berdasarkan matriks impedans bus-nya. Gangguan taksimetri
saluran tunggal ke tanah adalah gangguan yang sering terjadi (sekitar 86%). Penerapan pemutus rangkaian telah
disesuaikan ke arus hubung singkat yang harus disela. Arus gangguan tersebut, dihitung untuk kedua jenis gangguan
tersebut. Hasil hitungan dari program komputer, meliputi arus gangguan keseluruhan dan sumbangan-sumbangan dari
masing-masing saluran. Hasil tersebut juga memberikan daftar parameter-parameter itu, apabila setiap saluran yang
terhubung pada bus yang mengalami gangguan dibuka secara bergantian, sedangkan saluran-saluran yang lain tetap
beroperasi. Salah satu program aplikasi yang dapat digunakan untuk perhitungan arus gangguan pada sistem tenaga listrik,
adalah program aplikasi MATLAB. Program aplikasi MATLAB yang telah dibuat, dapat digunakan untuk menghitung nilai
arus gangguan pada simulasi ini. Simpulan pada simulasi ini, yaitu: (a) nilai reaktans urutan positif dan negatif bernilai sama
(
negpos
XX ), sehingga dalam perhitungan semua nilai impedans dan admitans urutan negatif akan sama dengan urutan
positif dan (b) program aplikasi yang dibuat untuk simulasi ini hanya digunakan untuk suatu simulasi gangguan taksimetri
pada sistem tenaga listrik dengan suatu bentuk jaringan interkoneksi seperti pada Jaringan Interkoneksi Jawa-Bali Area IV,
sehingga data yang dimasukkan disesuaikan dengan kondisi sebenarnya dari sistem, baik meliputi tegangan generator,
panjang saluran transmisi, juga impedans dari transmisi untuk ketiga bus.
Kata-kata kunci: metode matrik impedans bus, program aplikasi MATLAB, simulasi fenomena gangguan taksimetri
di sistem tenaga listrik.
ABSTRACT
The simulation for phenomena of nonsymmetrical fault on the electrical power system using the method of bus
impedance matrix based on the MATLAB application program have been performanced. The modern programs for
simulation of fault that applied to digital computer usually made that based on matriks of its bus impedance. Faults of the
three phases symmetrical to ground and non symmetrical of single phase to ground are kinds of fault that learned. Non
symmetrical fault of the single phase to ground is the phenomena that often occur. Application of the circuit breaker has
been fitted toward the short circuit current that has to interrupt. The fault current afore said, calculated for both of kinds.
Calculation result from the computer, involve to all of the fault current and contribution from each line. The other result gives
the list of parameters if each line that connected on the bus that undergo of fault was opened alternately, while the other lines
was operated inveterately. Either of the application program that can use for calculation of the fault current on electrical
power system is MATLAB. The application program of MATLAB that have been made, can be used to calculate the value of
fault current at this simulation. The conclusions in this simulation, namely: (a) the value of positive and negative sequence
reactance are equal (), so that in the calculation of all the negative sequence impedance and admitans will be equal to the
positive sequence and (b) an application program created for this simulation is only used for a simulation taksimetri disorders
of the power system with a form of interconnection networks such as the Java-Bali interconnection network Area IV, so that
data entered adapted to the actual condition of the system, covering both the voltage generator, the length of transmission
line, as well as the impedance of the transmission for the three bus.
Keywords: matrix method of bus impedance, MATLAB application program, simulation for nonsymmetrical faulted
on the electrical power system.
1 PENDAHULUAN
Studi gangguan taksimetris di sistem tenaga listrik bertujuan untuk menentukan dan menghitung
besar arus gangguan pada sistem tenaga listrik. Gangguan yang timbul pada sistem daya didominasi
oleh gangguan taksimetri yang dapat terdiri atas hubung singkat taksimetri melalui impedans atau
penghantar-penghantar terbuka[1]. Gangguan taksimetri yang timbul dapat berupa gangguan saluran
tunggal ke tanah, gangguan antar saluran, atau gangguan saluran ganda ke tanah. Jalur arus
gangguan saluran ke saluran atau saluran ke tanah dapat atau tidak mengandung impedans. Satu atau
dua saluran terbuka dapat menimbulkan gangguan taksimetri, baik karena putusnya satu atau dua
penghantar maupun karena sekering melebur dan peralatan-peralatan lainnya yang tidak membuka
ketiga fase saluran tersebut secara serentak[2,3,4,5].
Setiap gangguan taksimetri menyebabkan arus-arus tidak setimbang dalam sistem. Penggunaan
komponen-komponen simetri sangat berguna dalam suatu analisis untuk menentukan arus dan
tegangan dalam sistem setelah terjadinya gangguan dimaksud[2,3,4,5]. Bahasan tentang gangguan
tersebut dapat terjadi saat kutub-kutub suatu generator tidak berbeban atau melalui penerapan teorema
Thevenin yang memungkinkan kita untuk mencari arus dalam gangguan dengan menggantikan sistem
itu secara keseluruhan dengan sebuah generator tunggal dengan impedans seri[5]. Lebih lanjut,
digunakan matriks impedans bus yang diterapkan terhadap analisis gangguan-gangguan taksimetri
menggunakan bahasa pemrograman MATLAB[6].
Tujuan simulasi ini, adalah: (i) memperoleh tahapan penyerdehanaan struktur jaringan dan (ii)
memperoleh program komputer untuk simualsi dan perolehan nilai arus dan tegangan gangguan
berdasarkan struktur yang diasumsikan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyelesaian Gangguan Taksimetri dengan Matriks Impedans Bus
Di dalam jaringan seimbang, impedans komponen simetri adalah diagonal, sehingga hal itu
dimungkinkan untuk penghitungan impedans bus ( ) secara terpisah untuk jaringan urutan nol,
positif, dan negatif. Untuk kondisi dimana gangguan di bus k, elemen diagonal dari sumbu (axis) dari
matriks impedans bus, adalah impedans Thevenin pada titik gangguan. Hal itu bertujuan untuk mencari
penyelesaian gangguan tidak seimbang, matriks impedans bus tiap urutan jaringan diperoleh secara
terpisah, dan kemudian nilai impedans .
2.1.1 Gangguan saluran tunggal ke tanah dengan matriks impedans bus
Dalam kondisi dimisalkan terdapat gangguan fase ke tanah melalui sebuah impedans
gangguan di bus ke- , maka perlu dibuat diagram skematis untuk penggambaran keperluan
tersebut. Diagram skematis gangguan saluran tunggal ke tanah pada bus ke- , seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.
Zf
a b c
bus ke-k dari jaringan transmisi
Gambar 1 Diagram skematis gangguan saluran tunggal ke tanah pada bus ke-
Gangguan saluran tunggal ke tanah memerlukan jaringan urutan positif, negatif, dan nol untuk fase a
yang ditempatkan secara seri, dengan tujuan untuk menghitung besar arus gangguan urutan nol. Untuk
gangguan di bus k, arus gangguan komponen simetrinya[3,4,5] dihitung dengan persamaan (1).
. ..... (1),
dengan:
, , dan = diagonal pada sumbu dari matriks impedans bus;
= tegangan gangguan awal di bus ke- .
Nilai arus masing-masing fase[3,4,5], dihitung dengan persamaan (2).
…..(2),
dengan = matriks impedans jaringan transmisi sistem tenaga listrik.
2.1.2 Gangguan antar saluran dengan matriks impedans bus
Dalam kondisi dimisalkan terjadi gangguan hubung singkat antar saluran fase dan melalui
sebuah impedans gangguan di bus ke- , maka perlu dibuat diagram skematis untuk penggambaran
keperluan tersebut. Diagram skematis gangguan antar saluran fase dan ke tanah pada bus ke- ,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Zf
a b c
bus ke-k dari jaringan transmisi
Gambar 2 Diagram skematis gangguan antar saluran fase dan ke tanah pada bus ke-
Nilai arus gangguan dari komponen simetri positif, negatif, dan nol pada gangguan antar saluran[3,4,5],
dihitung dengan persamaan (3) dan (4).
.....(3)
.....(4).
2.1.3 Gangguan dua saluran ke tanah dengan matriks impedans bus
Dalam kondisi dimisalkan terjadi gangguan hubung singkat fase dan ke tanah melalui sebuah
impedans gangguan di bus ke- , maka perlu dibuat diagram skematis untuk penggambaran
keperluan tersebut. Diagram skematis gangguan hubung singkat fase dan ke tanah pada bus ke- ,
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Zf
a b c
bus ke-i dari jaringan transmisi
Gambar 3 Diagram skematis gangguan hubung singkat fase dan ke tanah pada bus ke-
Arus gangguan komponen simetri urutan positif, negatif, dan nol[3,4,5], dihitung dengan persamaan (5),
(6), (7).
.....(5),
.....( (6),
..... (7).
Nilai arus gangguan fase, dihitung dengan persamaan (8).
.....(8).
2.2 Tegangan Bus dan Arus Transmisi Saat Kondisi Gangguan
Penggunaan komponen simetris urutan untuk nilai tegangan gangguan di bus ke- , dihitung
dengan persamaaan (9), (10), dan (11).
.....(9),
.....(10),
.....(11),
dengan = tegangan fase (urutan positif) pada gangguan awal di bus ke- .
Nilai gangguan untuk tegangan fase pada saat terjadi gangguan[3,4,5], dihitung dengan persamaan
(12).
.....(12).
Untuk nilai arus gangguan di saluran transmisi dari bus ke- ke bus ke- [3,4,5] dihitung dengan
persamaan (13), (14), dan (15).
.....(13),
.....(14),
.....(15),
dengan , , dan = komponen impedans urutan positif, negatif, dan nol pada impedans
jaringan transmisi antara bus i dan bus j. Mengacu ke besar nilai arus komponen simetri pada transmisi,
maka besar nilai arus gangguan pada transmisi antara bus ke- dan bus ke- [3,4,5] dihitung dengan
persamaan (16).
..... (16).
3 TATA KERJA
3.1 Bahan dan Alat
Diagram skematis struktur sistem tenaga listrik untuk simulasi, seperti ditunjukkan pada Gambar
4.
Gambar 4 Diagram skematis struktur sistem tenaga listrik untuk simulasi
Struktur sistem tenaga listrik untuk simulasi didasarkan kepada struktur yang terdapat di Area IV Jawa-
Bali (saat itu, tahun 2004 pertengahan). Alat simulasi berupa seperangkat komputer yang dilengkapi
dengan program aplikasi MATLAB.
3.2 Metode
3.2.1 Penyederhanaan struktur jaringan dan hitungan manual
Dilakukan penyerderhaan secara seri maupun paralel sampai diperoleh dalam hubungan simpul
untuk menghitung sumber-sumber arus. Diperoleh juga nilai-nilai impedans urutan positif, negatif, dan
nol.
3.2.2 Program komputer untuk simualsi dan perolehan nilai arus dan tegangan gangguan
berdasarkan struktur yang diasumsikan
Tahapan-tahapan pembuatan program komputer untuk simulasi dan perolehan nilai arus dan
tegangan, yaitu:
G2
SISTEM
BALI
G1
1 2
3
PLTU
GRESIK
KRIAN
L12a
L12b
L13a
L13b
T1
T2
T3
T4
T5
L4 L5 L6
Beban 1 Beban 2 Beban 3
L1 L2 L3
GRESIK
Tie Bus Line
ke Ungaran
PLTU
PAITON
PAITON
(a) Pembuatan program untuk pembentukan matriks impedans bus pada urutan positif, negatif, dan
urutan nol. Nilai urutan negatif sama dengan urutan positif, sehingga matriks impedans bus urutan
positif sama dengan matriks impedans bus urutan negatif;
(b) Setelah pembuatan program untuk pembentukan matriks impedans bus pada urutan positif, negatif,
dan nol, selanjutnya dibuat program untuk penyelesaian gangguan taksimetri pada sistem tenaga listrik;
dan
(c) Untuk pembuktian apakah program yang telah dibuat dapat dioperasikan dan berhasil dengan baik,
maka dilakukan perbandingan terhadap perhitungan secara manual.
4 HASIL DAN BAHASAN
4.1 Penyederhanaan Struktur Jaringan dan Hasil Hitungan Manual
Berdasarkan Gambar 4, dilakukan penyederhanaan seri maupun pararel sampai ditemukan
dalam hubungan simpul untuk menghitung sumber-sumber arus. Langkah-langkah dalam
penyederhanaan rangkaian, adalah melakukan perhitungan hubungan seri dan paralel.
- Hubungan seri:
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
- Hubungan pararel: (i) dan (ii)
Berdasarkan Gambar 4, diperoleh data nilai impedans:
1) Reaktans urutan positif dan negatif (positive and negative sequence)
Data line:
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
Dalam perhitungan arus gamgguan line, karena nilai impedansnya adalah pararel dari
hubungan dan , maka nilai arus gangguan pada masing-masing line di
dan sebesar setengah dari nilai . Demikian juga untuk nilai-nilai line di line di
dan sebesar setengah dari nilai dan untuk urutan nol, nilai-nilai line di
dan sebesar setengah dari nilai .
Data lain adalah data transformator:
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
Data beban dan generator:
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
2) Reaktans urutan nol (zero sequence)
Data line untuk urutan nol:
(i)
(ii)
(iii)
Data transformator untuk urutan nol:
Data beban dan generator urutan nol:
(i)
(ii)
Penyederhanaan terhadap rangkaian pada Gambar 4, diperoleh rangkaian ekivalen satu garis
sistem untuk simulasi. Rangkaian ekivalen untuk simualsi, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Rangakain ekivalen untuk simulasi
Penggunaan persamaan-persamaan yang bersesuaian, maka disederhanakan kembali untuk rangkaian
seri dan pararel dari Gambar 5, sehingga persamaannya akan menjadi persamaan-persamaan baru,
yaitu:
Nilai reaktans urutan positif dan negatif nilainya sama, sehingga dalam perhitungan semua nilai
reaktans urutan negatif sama dengan urutan positif.
Rangkaian-rangkaian seri dan paralel disederhanakan, sehingga hanya berbentuk diagram satu
garis yang merupakan rangkaian yang dicari nilai-nilai reaktans baik reaktans simpang, reaktans
sendiri, maupun reaktans bersama. Setelah diperoleh nilai-nilai reaktans, maka dengan menggunakan
aturan matriks pembalikan (invers), akan dicari matriks impedans bus untuk dimasukkan dalam
perhitungan guna mencari besar nialai arus dan tegangan gangguan pada bus tertentu, demikian juga
dapat digunakan untuk mencari besar nilai arus dan tegangan gangguan pada line tergantung jenis
gangguan yang terjadi. Nilai-nilai yang terbentuk dari matriks impedans bus merupakan kunci untuk
perhitungan nilai arus dan tegangan gangguan dengan memasukkan ke dalam persamaan baku dari
beberapa tipe gangguan yang berbeda.
4.2 Program Komputer Untuk Simulasi dan Perolehan Nilai Arus dan Tegangan Gangguan
Berdasarkan Struktur yang Diasumsikan
Menggunakan program paket pembentuk matriks impedans bus, dapat dibentuk suatu formasi
dari suatu jaringan tertentu menjadi matriks impedans bus dengan aturan tertentu menggunakan
program MATLAB. Program yang telah dibuat untuk pembentukan matriks impedans bus diberi nama
zbuild positif dan zbuild nol. Hasil perhitungan arus dan tegangan gangguan yang telah diperoleh, akan
dibandingkan terhadap penggunaan program MATLAB yang mempunyai tiga pilihan jenis gangguan
berbeda pada bus. Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-1, seperti ditunjukkan pada
Gambar 6; Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-2, seperti ditunjukkan pada Gambar 7;
Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-3, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 6 Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-1
Gambar 7 Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-2
Gambar 8 Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-3
Berdasarkan menu yang ada, dapat dipilih apakah gangguan yang terjadi di bus ke-1 jenis gangguan
saluran tunggal ke tanah, jenis gangguan antar saluran, atau gangguan dua saluran ke tanah.
Demikian juga untuk gangguan di bus ke-2 dan ke-3, mempunyai pilihan jenis gangguan yang sama
seperti pada bus ke-1, semua nilai yang dihasilkan mempunyai satuan per unit (p.u.) sama seperti
masukan data. Tampilan menu seperti ditunjukkan pada Gambar 6 terjadi setelah eksekusi program
simulasi dengan masukan nilai asumsi untuk . Hasil eksekusi simulasi gangguan pada bus-1 dengan
nilai asumsi untuk sebesar , seperti ditunjukkan pada LAMPIRAN 1. Struktur program
simulasi gangguan hubung singkat, seperti ditunjukkan pada LAMPIRAN 2.
5 SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan bahasan, maka dapat ditarik simpulan sesuai tujuan simulasi.
(1) Nilai reaktans urutan positif dan negatif mempunyai nilainya sama ( sama dengan ),
sehingga dalam perhitungan, semua nilai reaktans dan suseptans urutan negatif akan sama
dengan urutan positif. Nilai-nilai yang terbentuk dari matriks impedans bus merupakan kunci
untuk perhitungan nilai arus dan tegangan gangguan dengan memasukkan ke dalam persamaan
dari beberapa tipe gangguan yang berbeda.
(2) Program yang dibuat untuk simulasi ini hanya digunakan untuk suatu simulasi gangguan
taksimetri pada sistem tenaga listrik dengan suatu bentuk jaringan interkoneksi seperti pada
Jaringan Interkoneksi Jawa-Bali Area IV (saat itu), sehingga data yang dimasukkan disesuaikan
dengan kondisi sebenarnya dari sistem, baik meliputi tegangan generator, panjang saluran
transmisi, juga reaktans transmisi yang terhubung untuk ketiga bus.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab ”Wawasan
TRIDHARMA” (Majalah Ilmiah Bulanan Kopertis Wilayah IV; Informasi, Komunikasi, dan Pengkajian
IPTEK) atas penerbitan makalah ini di ”Wawasan TRIDHARMA” No. 4 Tahun XXV November 2012.
DAFTAR PUSTAKA
[1] RAVINDRANATH, B. and M. Chander, Power System Protection and Switchgear, Wiley Eastern
Limited, New Delhi, 1977.
[2] ANDERSON, Paul M., Analysis of Faulted Power Systems, IEEE Press, New York, 1995
[3] SAADAT, Hadi, Power System Analysis, McGraw-Hill (International Edition), Singapore, 1999.
[4] STEVENSON, William D., Analisa Sistem Tenaga Listrik (penerjemah: Kamal Idris), Edisi
Keempat, Erlangga, Jakarta, 1983.
[5] EL-HAWARY, Mohamed E., Electrical Power Systems: Design and Analysis (Revised Printing),
IEEE Press, New York, 1995.
[6] DUANE, Hanselman and Bruce Littlefield, MATLAB: Bahasa Komputasi Teknis (penerjemah:
Josep Edyanto), Andi, Yogyakarta, 2001.
Daftar Riwayat Hidup Penulis:
1) Arief Goeritno, S.T., M.T.
Jabatan Fungsional: Lektor Kepala.
Sarjana Teknik dari Jurusan/Prodi Teknik Elektro (Peminatan: Teknik Energi
Listrik), Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta (STTJ), lulus 18 November 1996.
Magister Teknik dari Prodi Ilmu Teknik Elektro (Peminatan: Teknik Tenaga
Listrik), Program Pascasarjana Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (UI),
lulus 14 Desember 2000.
Sejak April 1997 sampai saat ini sebagai Dosen Tetap Jurusan/Prodi Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor. Mobile Phone:
+6281808630130.
Email: arief.goeritno@ft.uika-bogor.ac.id
2) Rito Hadi, S.T.
Sarjana Teknik dari Jurusan/Prodi Teknik Elektro (Peminatan: Teknik Energi
Listrik), Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor, lulus 21
September 2004.
Saat ini bekerja sebagai Senior Electrical & Instrumentation Engineer PT
Unggul Indah Cahaya, Tbk. Jl. Raya Merak km.117,5 Desa Gerem, Kecamatan
Grogol, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Mobile Phone: +6281318115466.
Email: rito.hadi@uic.co.id www.uic.co.id
LAMPIRAN 1
zf =
0.1000
Ybuspos =
0 -31.4493i 0 +13.3333i 0 +16.6667i
0 +13.3333i 0 -16.5370i 0
0 +16.6667i 0 0 -19.8703i
Zbuspos =
0 + 0.1488i 0 + 0.1200i 0 + 0.1248i
0 + 0.1200i 0 + 0.1572i 0 + 0.1006i
0 + 0.1248i 0 + 0.1006i 0 + 0.1550i
Zbusneg =
0 + 0.1488i 0 + 0.1200i 0 + 0.1248i
0 + 0.1200i 0 + 0.1572i 0 + 0.1006i
0 + 0.1248i 0 + 0.1006i 0 + 0.1550i
Ybus0 =
0 - 8.2609i 0 + 2.2222i 0 + 5.5556i
0 + 2.2222i 0 - 3.2901i 0
0 + 5.5556i 0 0 - 6.6234i
Zbus0 =
0 + 0.4762i 0 + 0.3216i 0 + 0.3994i
0 + 0.3216i 0 + 0.5212i 0 + 0.2698i
0 + 0.3994i 0 + 0.2698i 0 + 0.4860i
LAMPIRAN 2
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
% PROGRAM ANALISIS GANGGUAN TAK SIMETRI %
% PADA SISTEM TENAGA LISTRIK %
% "Arief Goeritno dan Rito Hadi" %
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
% %
% 1.INPUT DATA %
% %
%-----------------------------------------------------%
%------------ DATA IMPEDANSI URUTAN POSITIF ----------%
L12apos=input('masukkan impedansi Line12a= ')
L12bpos=input('masukkan impedansi Line12b= ')
L13apos=input('masukkan impedansi Line13a= ')
L13bpos=input('masukkan impedansi Line13b= ')
L4pos=input('masukkan impedansi Line4= ')
L5pos=input('masukkan impedansi Line5= ')
L6pos=input('masukkan impedansi Line6= ')
T1pos=input('masukkan impedansi Transformator1= ')
T2pos=input('masukkan impedansi Transformator2= ')
T3pos=input('masukkan impedansi Transformator3= ')
T4pos=input('masukkan impedansi Transformator4= ')
T5pos=input('masukkan impedansi Transformator5= ')
L1pos=input('masukkan impedansi Beban1= ')
L2pos=input('masukkan impedansi Beban2= ')
L3pos=input('masukkan impedansi Beban3= ')
G1pos=input('masukkan impedansi Generator1= ')
G2pos=input('masukkan impedansi Generator2= ')
%=====================================================%
% impedansi line
L12pos=(L12apos*L12bpos)/(L12apos+L12bpos)
L21pos=L12pos;
L13pos=(L13apos*L13bpos)/(L13apos+L13bpos)
L31pos=L13pos;
L23pos=0+0i;
L32pos=L23pos;
%=====================================================%
% hubungan seri beban,transformator,kawat transmisi
x1pos=G1pos+T1pos;
x2pos=G2pos+T2pos;
x3pos=L4pos+T3pos+L1pos;
x4pos=L5pos+T4pos+L2pos;
x5pos=L6pos+T5pos+L3pos;
%---- hubungan pararel -------------------------------%
x6pos=(x4pos*x2pos)/(x4pos+x2pos);
x7pos=(x5pos*x1pos)/(x5pos+x1pos);
%-----------------------------------------------------%
%--------- DATA IMPEDANSI URUTAN NEGATIF ------------%
L12neg=L12pos;
L21neg=L12neg;
L13neg=L13pos;
L31neg=L13neg;
L23neg=L23pos;
L32neg=L23neg;
x1neg=x1pos;
x2neg=x2pos;
x3neg=x3pos;
x4neg=x4pos;
x5neg=x5pos;
x6neg=x6pos;
x7neg=x7pos;
%-----------------------------------------------------%
%---------- DATA IMPEDANSI URUTAN NOL (ZERO) -------%
L12a0=input('masukkan nilai impedansi Line12a0= ')
L12b0=input('masukkan nilai impedansi Line12b0= ')
L13a0=input('masukkan nilai impedansi Line13a0= ')
L13b0=input('masukkan nilai impedansi Line13b0= ')
L40=input('masukkan nilai impedansi Line40= ')
L50=input('masukkan nilai impedansi Line50= ')
L60=input('masukkan nilai impedansi Line60= ')
T10=input('masukkan nilai impedansi Transformator10= ')
T20=input('masukkan nilai impedansi Transformator20= ')
T30=input('masukkan nilai impedansi Transformator30= ')
T40=input('masukkan nilai impedansi Transformator40= ')
T50=input('masukkan nilai impedansi Transformator50= ')
L10=input('masukkan nilai impedansi Beban01= ')
L20=input('masukkan nilai impedansi Beban20= ')
L30=input('masukkan nilai impedansi Beban30= ')
G10=input('masukkan nilai impedansi Generator10= ')
G20=input('masukkan nilai impedansi Generator20= ')
%=====================================================%
L120=(L12a0*L12b0)/(L12a0+L12b0);
L210=L120;
L130=(L13a0*L13b0)/(L13a0+L13b0);
L310=L130;
L230=0+0i;
L320=L230;
%=====================================================%
% hubungan seri beban,transformator,kawat transmisi
x10=G10+T10;
x20=G20+T20;
x30=L40+T30+L10;
x40=L50+T40+L20;
x50=L60+T50+L30;
%---- hubungan pararel -------------------------------%
x60=(x40*x20)/(x40+x20);
x70=(x50*x10)/(x50+x10);
% Tegangan gangguan awal tiap bus diperoleh dari
% perhitungan power flow, dan untuk analisis gangguan
% besarnya diasumsikan untuk tiap bus adalah 1 pu.
v1_0=1; % Tegangan gangguan awal pada bus1
v2_0=1; % Tegangan gangguan awal pada bus2
v3_0=1; % Tegangan gangguan awal pada bus3
%------impedansi gangguan tiap bus -------------------%
disp('misal zf=0.1')
zf=input('masukkan nilai impedansi gangguan tiap bus= ')
%-----------------------------------------------------%
%-----------------------------------------------------%
% Formasi SCTM:
a= cos(2*pi/3)+j*sin(2*pi/3);
A=[1 1 1;
1 a^2 a;
1 a a^2];
%-----------------------------------------------------%
%-----------------------------------------------------%
% %
% 2.Pembentukan Matrix Impedansi Bus: %
% %
%-----------------------------------------------------%
%-----------------------------------------------------%
%-----------------------------------------------------%
% 2.1. Formasi data impedansi urutan positif:
% From To R X
zdatapos=[ 0 1 0 x3pos
0 2 0 x1pos
0 2 0 x5pos
0 3 0 x2pos
0 3 0 x4pos
1 2 0 L12apos
1 2 0 L12bpos
1 3 0 L13apos
1 3 0 L13bpos];
%-----------------------------------------------------%
Ybuspos=zbuildpos(zdatapos)
Zbuspos=inv(Ybuspos)
%-----------------------------------------------------%
Zbusneg=Zbuspos
%-----------------------------------------------------%
% From To R X
zdata0=[ 0 1 0 x30
0 2 0 x10
0 2 0 x50
0 3 0 x20
0 3 0 x40
1 2 0 L12a0
1 2 0 L12b0
1 3 0 L13a0
1 3 0 L13b0];
Ybus0=zbuild0(zdata0)
Zbus0=inv(Ybus0)
%-----------------------------------------------------%
%-----------------------------------------------------%
% Hasil output Impedansi bus positif:
z11pos=Zbuspos(1,1);
z12pos=Zbuspos(1,2);
z13pos=Zbuspos(1,3);
z21pos=Zbuspos(2,1);
z22pos=Zbuspos(2,2);
z23pos=Zbuspos(2,3);
z31pos=Zbuspos(3,1);
z32pos=Zbuspos(3,2);
z33pos=Zbuspos(3,3);
% Hasil output Impedansi bus negatif:
z11neg=Zbusneg(1,1);
z12neg=Zbusneg(1,2);
z13neg=Zbusneg(1,3);
z21neg=Zbusneg(2,1);
z22neg=Zbusneg(2,2);
z23neg=Zbusneg(2,3);
z31neg=Zbusneg(3,1);
z32neg=Zbusneg(3,2);
z33neg=Zbusneg(3,3);
% Hasil output Impedansi bus zero:
z110=Zbus0(1,1);
z120=Zbus0(1,2);
z130=Zbus0(1,3);
z210=Zbus0(2,1);
z220=Zbus0(2,2);
z230=Zbus0(2,3);
z310=Zbus0(3,1);
z320=Zbus0(3,2);
z330=Zbus0(3,3);
%=====================================================%
%=====================================================%
%=====================================================%
% %
% PROGRAM UTAMA MENCARI ARUS DAN TEGANGAN %
% GANGGUAN PADA BUS KE-1 %
% %
%=====================================================%
MENU1=menu('" PILIHAN JENIS GANGGUAN PADA BUS 1 "',...
'1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH',...
'2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ',...
'3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ')
if MENU1==1
%-----------------------------------------------------%
%==== 1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH ============%
%-----------------------------------------------------%
%--- A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI -------%
% Arus gangguan di bus1 urutan nol
i10f=v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf))
% Arus gangguan di bus1 urutan positif
i11f=i10f
% arus gangguan di bus1 urutan negatif
i12f=i10f
%-----------------------------------------------------%
%---- B.BESARNYA ARUS GANGGUAN ----------------------%
% besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa a, b, dan c
I1abcf=A*[v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf));
v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf));
v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf))]
% besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa a
I1af=I1abcf(1,1);
% besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa b
I1bf=I1abcf(2,1);
% besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa c
I1cf=I1abcf(3,1);
%----------------------------------------------------%
% C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS
% PADA KOMPONEN SIMETRI --------------------------%
% tegangan gangguan bus1 urutan nol,positif, negatif
v1012f=[0-(z110*i10f);
v1_0-(z11pos*i11f);
0-(z11neg*i12f)]
% tegangan gangguan bus1 pada urutan nol
v10f=v1012f(1,1);
% tegangan gangguan bus1 pada urutan positif
v11f=v1012f(2,1);
% tegangan gangguan bus1 pada urutan negatif
v12f=v1012f(3,1);
% tegangan gangguan bus2 urutan nol,positif, negatif
v2012f=[0-(z210*i10f);
v2_0-(z21pos*i11f);
0-(z21neg*i12f)]
% tegangan gangguan bus2 pada urutan nol
v20f=v2012f(1,1);
% tegangan gangguan bus2 pada urutan positif
v21f=v2012f(2,1);
% tegangan gangguan bus2 pada urutan negatif
v22f=v2012f(3,1);
% tegangan gangguan bus3 urutan nol,positif, negatif
v3012f=[0-(z310*i10f);
v3_0-(z31pos*i11f);
0-(z31neg*i12f)]
% tegangan gangguan bus3 pada urutan nol
v30f=v3012f(1,1);
% tegangan gangguan bus3 pada urutan positif
v31f=v3012f(2,1);
% tegangan gangguan bus3 pada urutan negatif
v32f=v3012f(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%-- D.BESARNYA TEGANGAN BUS SAAT GANGGUAN ----------%
% tegangan gangguan bus1 pada fasa a, b, dan c
v1abcf=A*v1012f
% tegangan gangguan bus1 pada fasa a
v1af=v1abcf(1,1);
% tegangan gangguan bus1 pada fasa b
v1bf=v1abcf(2,1);
% tegangan gangguan bus1 pada fasa c
v1cf=v1abcf(3,1);
% tegangan gangguan bus2 pada fasa a, b, dan c
v2abcf=A*v2012f
% tegangan gangguan bus2 pada fasa a
v2af=v2abcf(1,1);
% tegangan gangguan bus2 pada fasa b
v2bf=v2abcf(2,1);
% tegangan gangguan bus2 pada fasa c
v2cf=v2abcf(3,1);
% tegangan gangguan bus3 pada fasa a,b, dan c
v3abcf=A*v3012f
% tegangan gangguan bus3 pada fasa a
v3af=v3abcf(1,1);
% tegangan gangguan bus3 pada fasa b
v3bf=v3abcf(2,1);
% tegangan gangguan bus3 pada fasa c
v3cf=v3abcf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%-E.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE FASA A
% PADA KOMPONEN SIMETRI ----------------------------%
i21012=[(v20f-v10f)/L120;
(v21f-v11f)/L12pos;
(v22f-v12f)/L12neg;]
% arus di line12 pada urutan nol
i210=i21012(1,1);
% arus di line12 pada urutan positif
i211=i21012(2,1);
% arus di line12 pada urutan negatif
i212=i21012(3,1);
i13012=[(v10f-v30f)/L130;
(v11f-v31f)/L13pos;
(v12f-v32f)/L13neg;]
% arus di line13 pada urutan nol
i130=i13012(1,1);
% arus di line13 pada urutan positif
i131=i13012(2,1);
% arus di line13 pada urutan negatif
i132=i13012(3,1);
% Karena bus 2 dan 3 tidak terhubung,maka
% nilainya nol, atau:
i23012=[0;
0;
0]
% arus di line23 pada urutan nol
i230=i23012(1,1);
% arus di line23 pada urutan positif
i231=i23012(2,1);
% arus di line23 pada urutan negatif
i232=i23012(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%---- F.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE ------------------%
% arus gangguan line21 pada fasa a, b, dan c
i21abcf=A*i21012
% arus gangguan line21 pada fasa a
i21af=i21abcf(1,1);
% arus gangguan line21 pada fasa b
i21bf=i21abcf(2,1);
% arus gangguan line21 pada fasa c
i21cf=i21abcf(3,1);
% arus gangguan line13 pada fasa a, b, dan c
i13abcf=A*i13012
% arus gangguan line13 pada fasa a
i13af=i13abcf(1,1);
% arus gangguan line13 pada fasa b
i13bf=i13abcf(2,1);
% arus gangguan line13 pada fasa c
i13cf=i13abcf(3,1);
% arus gangguan line23 pada fasa a,b, dan c
i23abcf=A*i23012
% arus gangguan line23 pada fasa a
i23af=i23abcf(1,1);
% arus gangguan line23 pada fasa b
i23bf=i23abcf(2,1);
% arus gangguan line23 pada fasa c
i23cf=i23abcf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
elseif MENU1==2
%-----------------------------------------------------%
%==== 2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ====================%
%------A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI----------%
% arus gangguan di bus1 pada urutan nol
i10LL=0
% arus gangguan di bus1 pada urutan positif
i11LL=v1_0/(z11pos+z11neg+zf)
% arus gangguan di bus1 pada urutan negatif
i12LL = -i11LL
%-----------------------------------------------------%
%------ B.BESARNYA GANGGUAN ARUS FASA --------------%
% arus gangguan di bus1 pada fasa a, b, dan c
i1abcLLf=A*[i10LL;
v1_0/(z11pos+z11neg+zf);
-((v1_0)/(z11pos+z11neg+zf))]
% arus gangguan di bus1 pada fasa a
i1aLLf=i1abcLLf(1,1);
% arus gangguan di bus1 pada fasa b
i1bLLf=i1abcLLf(2,1);
% arus gangguan di bus1 pada fasa c
i1cLLf=i1abcLLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%- C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS KOMPONEN SIMETRI -%
% tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif
v1012LLf=[0-(z110*i10LL);
v1_0-(z11pos*i11LL);
0-(z11neg*i12LL);]
% tegangan bus1 urutan nol
v10LLf=v1012LLf(1,1);
% tegangan bus1 urutan positif
v11LLf=v1012LLf(2,1);
% tegangan bus1 urutan negatif
v12LLf=v1012LLf(3,1);
% tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif
v2012LLf=[0-(z210*i10LL);
v2_0-(z21pos*i11LL);
0-(z21neg*i12LL)]
% tegangan bus2 urutan nol
v20LLf=v2012LLf(1,1);
% tegangan bus2 urutan positif
v21LLf=v2012LLf(2,1);
% tegangan bus2 urutan negatif
v22LLf=v2012LLf(3,1);
% tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif
v3012LLf=[0-(z310*i10LL);
v3_0-(z31pos*i11LL);
0-(z31neg*i12LL)]
% tegangan bus3 urutan nol
v30LLf=v3012LLf(1,1);
% tegangan bus3 urutan positif
v31LLf=v3012LLf(2,1);
% tegangan bus3 urutan negatif
v32LLf=v3012LLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%-- D.Tegangan bus fasa a,b,c pada saat gangguan:
% tegangan bus1 fasa a,b,c
v1abcLLf=A*v1012LLf
% tegangan bus2 fasa a,b,c
v2abcLLf=A*v2012LLf
% tegangan bus3 fasa a,b,c
v3abcLLf=A*v3012LLf
%-----------------------------------------------------%
%---E.Arus gangguan tiap line untuk fasa a pada komponen simetri:
%arus line L12 urutan nol, positif dan negatif
i21012LL=[(v20LLf-v10LLf)/L120;
(v21LLf-v11LLf)/L12pos;
(v22LLf-v12LLf)/L12neg]
%arus line L13 urutan nol, positif dan negatif
i13012LL=[(v10LLf-v30LLf)/L130;
(v11LLf-v31LLf)/L13pos;
(v12LLf-v32LLf)/L13neg]
%arus line L23 urutan nol, positif dan negatif
i23012LL= [0;
0;
0]
% Arus gangguan line L23 nilainya nol sebab bus 2 dan 3
% tidak terhubung
%-----------------------------------------------------%
%-F.Besarnya arus gangguan di tiap Line fasa a,b,c ---%
% arus gangguan line L21 fasa a,b,c
i21abcLLf=A*i21012LL
% arus gangguan line L13 fasa a,b,c
i13abcLLf=A*i13012LL
% arus gangguan line L23 fasa a,b,c
i23abcLLf=A*i23012LL
%-----------------------------------------------------%
elseif MENU1==3
%-----------------------------------------------------%
% ----3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ------------------%
%-----A.Arus gangguan komponen simetri
% arus di bus1 urutan positif:
i11DL=v1_0/((z11pos)+((z11neg)*(z110+3*zf))/(z11neg+z110+3*zf))
% arus di bus1 urutan negatif:
i12DL=-((v1_0-(z11pos*i11DL))/(z11neg))
% arus di bus1 urutan nol:
i10DL=-((v1_0-(z11pos*i11DL))/(z110+3*zf))
%-----------------------------------------------------%
%-- B.Arus fasa pada bus gangguan -------------------%
%arus gangguan di bus1 fasa a, b, c
i1abcDLf=A*[i10DL;
i11DL;
i12DL]
i1aDLf=i1abcDLf(1,1);
i1bDLf=i1abcDLf(2,1);
i1cDLf=i1abcDLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
% Total arus gangguan:
% Penjumlahan arus bus1 pada fasa b dan c
I1totalDLf=i1bDLf+i1cDLf
%-----------------------------------------------------%
%C.Komponen simetri tegangan bus saat terjadi gangguan:
%tegangan bus1 urutan nol,positif, negatif
v1012DLf=[0-(z110*i10DL);
v1_0-(z11pos*i11DL) %
0-(z11neg*i12DL)]
v10DLf=v1012DLf(1,1);
v11DLf=v1012DLf(2,1);
v12DLf=v1012DLf(3,1);
%tegangan bus2 urutan nol,positif,negatif
v2012DLf=[0-(z210*i10DL);
v2_0-(z21pos*i11DL)
0-(z21neg*i12DL)]
v20DLf=v2012DLf(1,1);
v21DLf=v2012DLf(2,1);
v22DLf=v2012DLf(3,1);
%tegangan bus3 urutan nol,positif, negatif
v3012DLf=[0-(z310*i10DL);
v3_0-(z31pos*i11DL)
0-(z31neg*i12DL)]
v30DLf=v3012DLf(1,1);
v31DLf=v3012DLf(2,1);
v32DLf=v3012DLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%---D.Tegangan bus saat gangguan untuk tiap fasa:
% tegangan bus1 saat gangguan fasa a,b,c
v1abcDLf=A*v1012DLf
% tegangan bus2 saat gangguan fasa a,b,c
v2abcDLf=A*v2012DLf
% tegangan bus3 saat gangguan fasa a,b,c
v3abcDLf=A*v3012DLf
%-----------------------------------------------------%
%E.Komponen simetri dari arus gangguan di line fasa a:
%arus line L12 urutan nol, positif, negatif
i12012DL=[((v10DLf-v20DLf))/(L120);
(v11DLf-v21DLf)/(L12pos);
(v12DLf-v22DLf)/(L12neg)]
%arus line L13 urutan nol,positif, negatif
i13012DL=[((v10DLf-v30DLf))/(L130);
(v11DLf-v31DLf)/(L13pos);
(v12DLf-v32DLf)/(L13neg)]
% Karena tidak ada hubungan antara bus 2 dan bus 3
% Maka arus line L23 urutan nol,positif dan negatif besarnya nol
i23012DL=[0;
0;
0]
%-----------------------------------------------------%
%----- F.Arus gangguan line tiap fasa adalah:
% arus gangguan line L12 fasa a,b,c i12abcDLf=A*i12012DL
% arus gangguan line L13 fasa a,b,c
i13abcDLf=A*i13012DL
% arus gangguan line L23 fasa a,b,c
i23abcDLf=A*i23012DL
end
disp('Untuk melanjutkan perhitungan di bus 2 tekan "ENTER"')
pause
%=====================================================%
%=====================================================%
%=====================================================%
% %
% PROGRAM UTAMA MENCARI ARUS DAN TEGANGAN %
% GANGGUAN PADA BUS KE-2 %
% %
%=====================================================%
MENU2 = menu('" PILIHAN JENIS GANGGUAN PADA BUS2 "',...
'1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH',...
'2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ',...
'3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ')
if MENU2==1
%-----------------------------------------------------%
%==== 1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH ==========%
%-----------------------------------------------------%
%-----A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI
% arus gangguan di bus2 urutan nol
i20f=v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf))
% arus gangguan di bus2 urutan positif
i21f=i20f
% arus gangguan di bus2 urutan negatif
i22f=i20f
%----------------------------------------------------%
%----B.BESARNYA ARUS GANGGUAN------------------------%
% besarnya arus gangguan di bus2 pada fasa a, b dan c
I2abcf=A*[v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf));
v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf));
v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf))]
%-----------------------------------------------------%
%C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS PADA KOMPONEN SIMETRI
% tegangan bus1 pada urutan nol, positif dan negatif
v1012f=[0-(z120*i20f);
v1_0-(z12pos*i21f);
0-(z12neg*i22f)]
% tegangan bus2 pada urutan nol,positif dan negatif
v2012f=[0-(z220*i20f);
v2_0-(z22pos*i21f);
0-(z22neg*i22f)]
% tegangan bus3 pada urutan nol,positif dan negatif
v3012f=[0-(z320*i20f);
v3_0-(z32pos*i21f);
0-(z32neg*i22f)]
%-----------------------------------------------------%
%----D.BESARNYA TEGANGAN BUS SAAT GANGGUAN------------%
% tegangan gangguan bus1 pada fasa a, b dan c
v1abcf=A*v1012f
v1af=v1abcf(1,1);
v1bf=v1abcf(2,1);
v1cf=v1abcf(3,1);
% tegangan gangguan bus2 pada fasa a,b dan c
v2abcf=A*v2012f
v2af=v2abcf(1,1);
v2bf=v2abcf(2,1);
v2cf=v2abcf(3,1);
% tegangan gangguan bus3 pada fasa a,b dan c
v3abcf=A*v3012f
v3af=v3abcf(1,1);
v3bf=v3abcf(2,1);
v3cf=v3abcf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%-E.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE FASA A PADA KOMPONEN
% SIMETRI ------------------------------------------%
% arus di line12 pada urutan nol, positif dan negatif
i21012=[(v20f-v10f)/L120;
(v21f-v11f)/L12pos;
(v22f-v12f)/L12neg;]
% arus di line13 pada urutan nol, positif dan negatif
i13012=[(v10f-v30f)/L130;
(v11f-v31f)/L13pos;
(v12f-v32f)/L13neg;]
% Karena bus 2 dan 3 tidak terhubung,maka
% nilainya nol, atau arus line23 pada urutan
% nol,positif dan negatif:
i23012=[0;
0;
0]
%-----------------------------------------------------%
%----F.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE--------------------%
% arus gangguan line21 pada fasa a, b, dan c
i21abcf=A*i21012
% arus gangguan line13 pada fasa a, b, dan c
i13abcf=A*i13012
% arus gangguan line23 pada fasa a, b, dan c
i23abcf=A*i23012
%----------------------------------------------------%
elseif MENU2==2
%----------------------------------------------------%
%======2.GANGGUAN ANTAR SALURAN =====================%
%------A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI---------%
% arus gangguan di bus2 pada urutan nol
i20LL=0
% arus gangguan di bus2 pada urutan positif
i21LL=v2_0/(z22pos+z22neg+zf)
% arus gangguan di bus2 pada urutan negatif
i22LL = -i21LL
%-----------------------------------------------------%
%------ B.BESARNYA GANGGUAN ARUS FASA -------------%
% arus gangguan di bus2 pada fasa a, b, dan c
i2abcLLf=A*[i20LL;
v2_0/(z22pos+z22neg+zf);
-((v2_0)/(z22pos+z22neg+zf))]
%-----------------------------------------------------%
% C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS KOMPONEN SIMETRI -%
% tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif
v1012LLf=[0-(z120*i20LL);
v1_0-(z12pos*i21LL);
0-(z12neg*i22LL);]
v10LLf=v1012LLf(1,1);
v11LLf=v1012LLf(2,1);
v12LLf=v1012LLf(3,1);
% tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif
v2012LLf=[0-(z220*i20LL);
v2_0-(z22pos*i21LL);
0-(z22neg*i22LL)]
v20LLf=v2012LLf(1,1);
v21LLf=v2012LLf(2,1);
v22LLf=v2012LLf(3,1);
% tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif
v3012LLf=[0-(z320*i20LL);
v1_0-(z32pos*i21LL);
0-(z32neg*i22LL)]
v30LLf=v3012LLf(1,1);
v31LLf=v3012LLf(2,1);
v32LLf=v3012LLf(3,1);
%----------------------------------------------------%
%-- D.Tegangan bus fasa a,b,c pada saat gangguan:
% tegangan bus1 fasa a,b,c
v1abcLLf=A*v1012LLf
% tegangan bus2 fasa a,b,c
v2abcLLf=A*v2012LLf
% tegangan bus3 fasa a,b,c
v3abcLLf=A*v3012LLf
%----------------------------------------------------%
%---E.Arus gangguan tiap line untuk
%- fasa a pada komponen simetri: ----------------%
%arus line L12 urutan nol, positif, dan negatif
i21012LL=[(v20LLf-v10LLf)/L120;
(v21LLf-v11LLf)/L12pos;
(v22LLf-v12LLf)/L12neg]
%arus line L13 urutan nol, positif, dan negatif
i13012LL=[(v10LLf-v30LLf)/L130;
(v11LLf-v31LLf)/L13pos;
(v12LLf-v32LLf)/L13neg]
%arus line L23 urutan nol, positif, dan negatif
i23012LL= [0;
0;
0]
% Arus gangguan line 23 nilainya nol karena bus 2 dan 3
% tidak terhubung
%-----------------------------------------------------%
%--F.Besarnya arus gangguan di tiap Line phasa a,b,c -%
% arus gangguan line L21 phasa a,b,c
i21abcLLf=A*i21012LL
% arus gangguan line L13 phasa a,b,c
i13abcLLf=A*i13012LL
% arus gangguan line L23 phasa a,b,c
i23abcLLf=A*i23012LL
%-----------------------------------------------------%
elseif MENU2==3
%-----------------------------------------------------%
%---- 3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ----------------%
%-----A.Arus gangguan komponen simetri
% arus di bus2 urutan positif:
i21DL=v2_0/((z22pos)+((z22neg)*(z220+3*zf))/(z22neg+z220+3*zf))
% arus di bus2 urutan negatif:
i22DL=-((v2_0-(z22pos*i21DL))/(z22neg))
% arus di bus2 urutan nol:
i20DL=-((v2_0-(z22pos*i21DL))/(z220+3*zf))
%-----------------------------------------------------%
%-- B.Arus fasa pada bus gangguan -------------------%
%arus gangguan di bus3 fasa a, b, dan c
i2abcDLf=A*[i20DL;
i21DL;
i22DL]
i2aDLf=i2abcDLf(1,1);
i2bDLf=i2abcDLf(1,1);
i2cDLf=i2abcDLf(1,1);
%-----------------------------------------------------%
%--Total arus gangguan:
% Merupakan penjumlahan arus bus3 pada fasa b dan c
I2totalDLf=i2bDLf+i2cDLf
%-----------------------------------------------------%
%C.Komponen simetri tegangan bus saat terjadi gangguan:
%tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif
v1012DLf=[0-(z120*i20DL);
v1_0-(z12pos*i21DL)
0-(z12neg*i22DL)]
v10DLf=v1012DLf(1,1);
v11DLf=v1012DLf(2,1);
v12DLf=v1012DLf(3,1);
%tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif
v2012DLf=[0-(z220*i20DL);
v2_0-(z22pos*i21DL)
0-(z22neg*i22DL)]
v20DLf=v2012DLf(1,1);
v21DLf=v2012DLf(2,1);
v22DLf=v2012DLf(3,1);
%tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif
v3012DLf=[0-(z320*i20DL);
v3_0-(z32pos*i21DL)
0-(z32neg*i22DL)]
v30DLf=v3012DLf(1,1);
v31DLf=v3012DLf(2,1);
v32DLf=v3012DLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%---D.Tegangan bus saat gangguan untuk tiap fasa:
% tegangan bus1 saat gangguan fasa a,b,c
v1abcDLf=A*v1012DLf
% tegangan bus2 saat gangguan fasa a,b,c
v2abcDLf=A*v2012DLf
% tegangan bus3 saat gangguan fasa a,b,c
v3abcDLf=A*v3012DLf
%-----------------------------------------------------%
%E.Komponen simetri dari arus gangguan di line fasa a:
%arus line L12 urutan nol,positif, dan negatif
i12012DL=[((v10DLf-v20DLf))/(L120);
(v11DLf-v21DLf)/(L12pos);
(v12DLf-v22DLf)/(L12neg)]
%arus line L13 urutan nol,positif, dan negatif
i13012DL=[((v10DLf-v30DLf))/(L130);
(v11DLf-v31DLf)/(L13pos);
(v12DLf-v32DLf)/(L13neg)]
% Karena tidak ada hubungan antara bus 2 dan bus 3
% Maka arus line L23 urutan nol,positif dan negatif besarnya nol
i23012DL=[0;
0;
0]
%-----------------------------------------------------%
%----- F.Arus gangguan line tiap fasa adalah:
% arus gangguan line L12 fasa a,b,c
i12abcDLf=A*i12012DL
% arus gangguan line L13 fasa a,b,c
i13abcDLf=A*i13012DL
% arus gangguan line L23 fasa a,b,c
i23abcDLf=A*i23012DL
end
disp('Untuk melanjutkan gangguan di bus 3 tekan "ENTER"')
pause
%=====================================================%
%=====================================================%
%=====================================================%
% %
% PROGRAM UTAMA MENCARI ARUS DAN TEGANGAN %
% GANGGUAN PADA BUS KE-3 %
% %
%=====================================================%
MENU3 = menu('" PILIHAN JENIS GANGGUAN PADA BUS3 "',...
'1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH',...
'2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ',...
'3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ')
if MENU3==1
%-----------------------------------------------------%
%=== 1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH ============%
%-----------------------------------------------------%
%-----A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI
%arus gangguan di bus3 urutan nol
i30f=v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf))
% arus gangguan di bus3 urutan positif
i31f=i30f
% arus gangguan di bus3 urutan negatif
i32f=i30f
%-----------------------------------------------------%
%---- B.BESARNYA ARUS GANGGUAN -----------------------%
% besarnya arus gangguan di bus3 pada fasa a, b, dan c
I3abcf=A*[v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf));
v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf));
v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf))]
%-----------------------------------------------------%
%C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS PADA KOMPONEN SIMETRI
%tegangan gangguan bus1 urutan nol,positif, dan negatif
v1012f=[0-(z130*i30f);
v1_0-(z13pos*i31f);
0-(z13neg*i32f)]
%tegangan gangguan bus2 urutan nol,positif, dan negatif
v2012f=[0-(z230*i30f);
v2_0-(z23pos*i31f);
0-(z23neg*i32f)]
%tegangan gangguan bu31 urutan nol,positif, dan negatif
v3012f=[0-(z330*i30f);
v3_0-(z33pos*i31f);
0-(z33neg*i32f)]
%-----------------------------------------------------%
%-- D.BESARNYA TEGANGAN BUS SAAT GANGGUAN -----------%
% tegangan gangguan bus1 pada phasa a, b, dan c
v1abcf=A*v1012f
% tegangan gangguan bus2 pada phasa a, b, dan c
v2abcf=A*v2012f
% tegangan gangguan bus3 pada phasa a, b, dan c
v3abcf=A*v3012f
%-----------------------------------------------------%
%-- E.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE FASA A ------------%
% PADA KOMPONEN SIMETRI -------------------------%
% arus di line12 pada urutan nol, positif dan negatif
i21012=[(v20f-v10f)/L120;
(v21f-v11f)/L12pos;
(v22f-v12f)/L12neg;]
% arus di line13 pada urutan nol, positif dan negatif
i13012=[(v10f-v30f)/L130;
(v11f-v31f)/L13pos;
(v12f-v32f)/L13neg;]
% Karena bus 2 dan 3 tidak terhubung,maka nilainya nol
% arus di line23 pada urutan nol, positif dan negatif
i23012=[0;
0;
0]
%-----------------------------------------------------%
%----F.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE--------------------%
% arus gangguan line21 pada fasa a, b, dan c
i21abcf=A*i21012
% arus gangguan line13 pada fasa a, b, dan c
i13abcf=A*i13012
% arus gangguan line23 pada fasa a, b, dan c
i23abcf=A*i23012
%----------------------------------------------------%
elseif MENU3==2
%----------------------------------------------------%
%======2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ====================%
%------A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI---------%
% arus gangguan di bus3 pada urutan nol
i30LL=0
% arus gangguan di bus3 pada urutan positif
i31LL=v3_0/(z33pos+z33neg+zf)
% arus gangguan di bus3 pada urutan negatif
i32LL = -i31LL
%-----------------------------------------------------%
%------ B.BESARNYA GANGGUAN ARUS FASA --------------%
% arus gangguan di bus3 pada phasa a, b, dan c
i3abcLLf=A*[i30LL;
v3_0/(z33pos+z33neg+zf);
-((v3_0)/(z33pos+z33neg+zf))]
%-----------------------------------------------------%
% C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS KOMPONEN SIMETRI --%
% tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif
v1012LLf=[0-(z130*i30LL);
v1_0-(z13pos*i31LL);
0-(z13neg*i32LL);]
v10LLf=v1012LLf(1,1);
v11LLf=v1012LLf(2,1);
v12LLf=v1012LLf(3,1);
% tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif
v2012LLf=[0-(z230*i30LL);
v2_0-(z23pos*i31LL);
0-(z23neg*i32LL)]
v20LLf=v2012LLf(1,1);
v21LLf=v2012LLf(2,1);
v22LLf=v2012LLf(3,1);
% tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif
v3012LLf=[0-(z330*i30LL);
v1_0-(z33pos*i31LL);
0-(z33neg*i32LL)]
v30LLf=v3012LLf(1,1);
v31LLf=v3012LLf(2,1);
v32LLf=v3012LLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%-- D.Tegangan bus fasa a,b,c pada saat gangguan:
% tegangan bus1 fasa a,b,c
v1abcLLf=A*v1012LLf
% tegangan bus2 fasa a,b,c
v2abcLLf=A*v2012LLf
% tegangan bus3 fasa a,b,c
v3abcLLf=A*v3012LLf
%-----------------------------------------------------%
%--- E.Arus gangguan tiap line untuk
% fasa a pada komponen simetri: -----------------%
% arus line L12 urutan nol, positif, dan negatif
i21012LL=[(v20LLf-v10LLf)/L120;
(v21LLf-v11LLf)/L12pos;
(v22LLf-v12LLf)/L12neg]
% arus line L13 urutan nol, positif, dan negatif
i13012LL=[(v10LLf-v30LLf)/L120;
(v11LLf-v31LLf)/L13pos;
(v12LLf-v32LLf)/L13neg]
% arus line L23 urutan nol, positif, dan negatif
i23012LL= [0;
0;
0]
% Arus gangguan line 23 nilainya nol karena bus 2 dan 3
% tidak terhubung
%-----------------------------------------------------%
%F.Besarnya arus gangguan di tiap Line fasa a,b,c ---%
% arus gangguan line L21 fasa a,b,c
i21abcLLf=A*i21012LL
% arus gangguan line L13 fasa a,b,c
i13abcLLf=A*i13012LL
% arus gangguan line L23 fasa a,b,c
i23abcLLf=A*i23012LL
%-----------------------------------------------------%
elseif MENU3==3
%-----------------------------------------------------%
% ----3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ----------------%
%-----A.Arus gangguan komponen simetri
% arus di bus3 urutan positif:
i31DL=v3_0/((z33pos)+((z33neg)*(z330+3*zf))/(z33neg+z330+3*zf))
% arus di bus3 urutan negatif:
i32DL=-((v3_0-(z33pos*i31DL))/(z33neg))
% arus di bus3 urutan nol:
i30DL=-((v3_0-(z33pos*i31DL))/(z330+3*zf))
%-----------------------------------------------------%
%-- B.Arus fasa pada bus gangguan -------------------%
%arus gangguan di bus3 fasa a, b, dan c
i3abcDLf=A*[i30DL;
i31DL;
i32DL]
i3aDLf=i3abcDLf(1,1);
i3bDLf=i3abcDLf(2,1);
i3cDLf=i3abcDLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%--Total arus gangguan:
%penjumlahan arus bus3 pada fasa b dan c
I3totalDLf=i3bDLf+i3cDLf
%-----------------------------------------------------%
%C.Komponen simetri tegangan bus saat terjadi gangguan:
%tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif
v1012DLf=[0-(z130*i30DL);
v1_0-(z13pos*i31DL)
0-(z13neg*i32DL)]
v10DLf=v1012DLf(1,1);
v11DLf=v1012DLf(2,1);
v12DLf=v1012DLf(3,1);
%tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif
v2012DLf=[0-(z230*i30DL);
v2_0-(z23pos*i31DL)
0-(z23neg*i32DL)]
v20DLf=v2012DLf(1,1);
v21DLf=v2012DLf(2,1);
v22DLf=v2012DLf(3,1);
%tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif
v3012DLf=[0-(z330*i30DL);
v3_0-(z33pos*i31DL)
0-(z33neg*i32DL)]
v30DLf=v3012DLf(1,1);
v31DLf=v3012DLf(2,1);
v32DLf=v3012DLf(3,1);
%-----------------------------------------------------%
%---D.Tegangan bus saat gangguan untuk tiap fasa:
% tegangan bus1 saat gangguan fasa a,b,c
v1abcDLf=A*v1012DLf
% tegangan bus2 saat gangguan fasa a,b,c
v2abcDLf=A*v2012DLf
% tegangan bus3 saat gangguan fasa a,b,c
v3abcDLf=A*v3012DLf
%-----------------------------------------------------%
%E.Komponen simetri dari arus gangguan di line fasa a:
%arus line L12 urutan nol,positif, dan negatif
i12012DL=[((v10DLf-v20DLf))/(L120);
(v11DLf-v21DLf)/(L12pos);
(v12DLf-v22DLf)/(L12neg)]
%arus line L13 urutan nol,positif,dan negatif
i13012DL=[((v10DLf-v30DLf))/(L130);
(v11DLf-v31DLf)/(L13pos);
(v12DLf-v32DLf)/(L13neg)]
% Karena tidak ada hubungan antara bus 2 dan bus 3
% Maka arus line L23 urutan nol,positif dan negatif
% besarnya nol
i23012DL=[0;
0;
0]
%-----------------------------------------------------%
%----- F.Arus gangguan line tiap fasa adalah:
% arus gangguan line L12 fasa a,b,c
i12abcDLf=A*i12012DL
% arus gangguan line L13 fasa a,b,c
i13abcDLf=A*i13012DL
% arus gangguan line L23 fasa a,b,c
i23abcDLf=A*i23012DL
end
disp('UNTUK MELANJUTKAN PERHITUNGAN, RUN MATLAB EDITOR ')
Penggunaan metode matriks impedans bus

More Related Content

What's hot

Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikMulia Damanik
 
Jenis jenis gardu induk
Jenis jenis gardu indukJenis jenis gardu induk
Jenis jenis gardu indukIrfan Nurhadi
 
Tugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan Tinggi
Tugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan TinggiTugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan Tinggi
Tugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan TinggiNurFauziPamungkas
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbangSimon Patabang
 
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikJohari Zhou Hao Li
 
Gangguan pada gardu induk
Gangguan pada gardu induk Gangguan pada gardu induk
Gangguan pada gardu induk odhimay
 
Tegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi ACTegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi ACGredi Arga
 
Jenis gangguan generator
Jenis gangguan generatorJenis gangguan generator
Jenis gangguan generatorZhaqir Husein
 
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)Kevin Adit
 
Dasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan TinggiDasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan Tinggiedofredika
 
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Faizin Pass
 
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Rio Afdhala
 

What's hot (20)

Filosofi proteksi
Filosofi proteksiFilosofi proteksi
Filosofi proteksi
 
Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya Listrik
 
Jenis jenis gardu induk
Jenis jenis gardu indukJenis jenis gardu induk
Jenis jenis gardu induk
 
Tugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan Tinggi
Tugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan TinggiTugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan Tinggi
Tugas Kelompok 1 Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan Tinggi
 
TEMBUS ZAT PADAT
TEMBUS ZAT PADATTEMBUS ZAT PADAT
TEMBUS ZAT PADAT
 
TEMBUS PADA GAS
TEMBUS PADA GASTEMBUS PADA GAS
TEMBUS PADA GAS
 
6 faktor daya
6  faktor daya6  faktor daya
6 faktor daya
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbang
 
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrik
 
Gangguan pada gardu induk
Gangguan pada gardu induk Gangguan pada gardu induk
Gangguan pada gardu induk
 
Tegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi ACTegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi AC
 
Jenis gangguan generator
Jenis gangguan generatorJenis gangguan generator
Jenis gangguan generator
 
Prakiraan beban
Prakiraan bebanPrakiraan beban
Prakiraan beban
 
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)
 
Dasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan TinggiDasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan Tinggi
 
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
 
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK
SISTEM  OPERASI  TENAGA  LISTRIKSISTEM  OPERASI  TENAGA  LISTRIK
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK
 
Proteksi Tenaga Listrik
Proteksi Tenaga Listrik Proteksi Tenaga Listrik
Proteksi Tenaga Listrik
 
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
 
TRANSFORMATOR DAYA
TRANSFORMATOR DAYA TRANSFORMATOR DAYA
TRANSFORMATOR DAYA
 

Similar to Penggunaan metode matriks impedans bus

Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAdam Superman
 
Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...
Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...
Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...Institut Teknologi Medan
 
Isi makalah TTL
Isi makalah TTLIsi makalah TTL
Isi makalah TTLOBOR 2
 
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdfHartoyo Mp
 
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptxKelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptxMuhammadRiovanza
 
rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1
rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1
rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1mkazree
 
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhAnalisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhSimon Patabang
 
Tugas kelustrikan (autosaved)
Tugas kelustrikan (autosaved)Tugas kelustrikan (autosaved)
Tugas kelustrikan (autosaved)OktavianusHeru
 
Jembatan wheatstone-l3 (3)
Jembatan wheatstone-l3 (3)Jembatan wheatstone-l3 (3)
Jembatan wheatstone-l3 (3)andreas127
 
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Fathan Hakim
 

Similar to Penggunaan metode matriks impedans bus (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Paper Seminar Final
Paper Seminar FinalPaper Seminar Final
Paper Seminar Final
 
tranformator
tranformatortranformator
tranformator
 
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
 
Percobaan i copy
Percobaan i   copyPercobaan i   copy
Percobaan i copy
 
Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...
Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...
Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PL...
 
Isi makalah TTL
Isi makalah TTLIsi makalah TTL
Isi makalah TTL
 
Penyeimbangan trafo
Penyeimbangan trafoPenyeimbangan trafo
Penyeimbangan trafo
 
Elk01010106
Elk01010106Elk01010106
Elk01010106
 
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
 
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptxKelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
 
rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1
rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1
rekabentuk berbantu komputer-kuliah 1
 
Heri_Irawan
Heri_IrawanHeri_Irawan
Heri_Irawan
 
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhAnalisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
 
Tugas kelustrikan (autosaved)
Tugas kelustrikan (autosaved)Tugas kelustrikan (autosaved)
Tugas kelustrikan (autosaved)
 
Jembatan wheatstone-l3 (3)
Jembatan wheatstone-l3 (3)Jembatan wheatstone-l3 (3)
Jembatan wheatstone-l3 (3)
 
Its undergraduate-22973-2210105029-chapter1
Its undergraduate-22973-2210105029-chapter1Its undergraduate-22973-2210105029-chapter1
Its undergraduate-22973-2210105029-chapter1
 
Black out
Black outBlack out
Black out
 
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
 
Medan Magnet Konstan
Medan Magnet KonstanMedan Magnet Konstan
Medan Magnet Konstan
 

More from Bogor

sintesis jaringan
sintesis jaringansintesis jaringan
sintesis jaringanBogor
 
partial fraction expansion (foster first form)
partial fraction expansion (foster first form)partial fraction expansion (foster first form)
partial fraction expansion (foster first form)Bogor
 
Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...
Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...
Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...Bogor
 
Persamaan Diferensial [orde-2]
Persamaan Diferensial [orde-2]Persamaan Diferensial [orde-2]
Persamaan Diferensial [orde-2]Bogor
 
Persamaan Diferensial orde 1
Persamaan Diferensial orde 1Persamaan Diferensial orde 1
Persamaan Diferensial orde 1Bogor
 
Kriteria(kinerja)
Kriteria(kinerja)Kriteria(kinerja)
Kriteria(kinerja)Bogor
 
Pemanfaatan Potensi Gas Bio
Pemanfaatan Potensi Gas BioPemanfaatan Potensi Gas Bio
Pemanfaatan Potensi Gas BioBogor
 
Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)
Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)
Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)Bogor
 
Sekilas tentang Fuel Cell
Sekilas tentang Fuel CellSekilas tentang Fuel Cell
Sekilas tentang Fuel CellBogor
 
Sel.Surya_Solar.Cell_Solar.Photovoltaic
Sel.Surya_Solar.Cell_Solar.PhotovoltaicSel.Surya_Solar.Cell_Solar.Photovoltaic
Sel.Surya_Solar.Cell_Solar.PhotovoltaicBogor
 
Ringkasan tentang Solar Cell
Ringkasan tentang Solar CellRingkasan tentang Solar Cell
Ringkasan tentang Solar CellBogor
 
PV =contoh.soal&penyelesaiannya=
PV =contoh.soal&penyelesaiannya=PV =contoh.soal&penyelesaiannya=
PV =contoh.soal&penyelesaiannya=Bogor
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBogor
 
Tulisan ilmiah vs tulisan sastra
Tulisan ilmiah vs tulisan sastraTulisan ilmiah vs tulisan sastra
Tulisan ilmiah vs tulisan sastraBogor
 

More from Bogor (14)

sintesis jaringan
sintesis jaringansintesis jaringan
sintesis jaringan
 
partial fraction expansion (foster first form)
partial fraction expansion (foster first form)partial fraction expansion (foster first form)
partial fraction expansion (foster first form)
 
Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...
Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...
Implementasi Automatic Packet Reporting System (APRS) Untuk Paket Data Pemant...
 
Persamaan Diferensial [orde-2]
Persamaan Diferensial [orde-2]Persamaan Diferensial [orde-2]
Persamaan Diferensial [orde-2]
 
Persamaan Diferensial orde 1
Persamaan Diferensial orde 1Persamaan Diferensial orde 1
Persamaan Diferensial orde 1
 
Kriteria(kinerja)
Kriteria(kinerja)Kriteria(kinerja)
Kriteria(kinerja)
 
Pemanfaatan Potensi Gas Bio
Pemanfaatan Potensi Gas BioPemanfaatan Potensi Gas Bio
Pemanfaatan Potensi Gas Bio
 
Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)
Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)
Hydrothermal Coordination (scheduling_problem)
 
Sekilas tentang Fuel Cell
Sekilas tentang Fuel CellSekilas tentang Fuel Cell
Sekilas tentang Fuel Cell
 
Sel.Surya_Solar.Cell_Solar.Photovoltaic
Sel.Surya_Solar.Cell_Solar.PhotovoltaicSel.Surya_Solar.Cell_Solar.Photovoltaic
Sel.Surya_Solar.Cell_Solar.Photovoltaic
 
Ringkasan tentang Solar Cell
Ringkasan tentang Solar CellRingkasan tentang Solar Cell
Ringkasan tentang Solar Cell
 
PV =contoh.soal&penyelesaiannya=
PV =contoh.soal&penyelesaiannya=PV =contoh.soal&penyelesaiannya=
PV =contoh.soal&penyelesaiannya=
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiah
 
Tulisan ilmiah vs tulisan sastra
Tulisan ilmiah vs tulisan sastraTulisan ilmiah vs tulisan sastra
Tulisan ilmiah vs tulisan sastra
 

Penggunaan metode matriks impedans bus

  • 1. PENGGUNAAN METODE MATRIKS IMPEDANS BUS BERBASIS PROGRAM APLIKASI MATLAB UNTUK SIMULASI FENOMENA GANGGUAN TAKSIMETRI DI SISTEM TENAGA LISTRIK Arief Goeritno Dosen Tetap Jurusan Teknik Elektro – Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. K.H. Sholeh Iskandar km.2, Kedung Badak, Tanah Sareal, Kota Bogor E-mail: arief.goeritno@ft.uika-bogor.ac.id Rito Hadi PT Unggul Indah Cahaya, Tbk. Jl. Raya Merak km.117,5 Desa Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon E-mail: rito.hadi@uic.co.id ABSTRAK Telah dilakukan simulasi berbasis program aplikasi MATLAB menggunakan metode matriks impedans bus untuk gangguan taksimetri di sistem tenaga listrik. Program-program komputer untuk simulasi gangguan yang diterapkan ke komputer digital pada sistem tenaga listrik, biasanya dibuat berdasarkan matriks impedans bus-nya. Gangguan taksimetri saluran tunggal ke tanah adalah gangguan yang sering terjadi (sekitar 86%). Penerapan pemutus rangkaian telah disesuaikan ke arus hubung singkat yang harus disela. Arus gangguan tersebut, dihitung untuk kedua jenis gangguan tersebut. Hasil hitungan dari program komputer, meliputi arus gangguan keseluruhan dan sumbangan-sumbangan dari masing-masing saluran. Hasil tersebut juga memberikan daftar parameter-parameter itu, apabila setiap saluran yang terhubung pada bus yang mengalami gangguan dibuka secara bergantian, sedangkan saluran-saluran yang lain tetap beroperasi. Salah satu program aplikasi yang dapat digunakan untuk perhitungan arus gangguan pada sistem tenaga listrik, adalah program aplikasi MATLAB. Program aplikasi MATLAB yang telah dibuat, dapat digunakan untuk menghitung nilai arus gangguan pada simulasi ini. Simpulan pada simulasi ini, yaitu: (a) nilai reaktans urutan positif dan negatif bernilai sama ( negpos XX ), sehingga dalam perhitungan semua nilai impedans dan admitans urutan negatif akan sama dengan urutan positif dan (b) program aplikasi yang dibuat untuk simulasi ini hanya digunakan untuk suatu simulasi gangguan taksimetri pada sistem tenaga listrik dengan suatu bentuk jaringan interkoneksi seperti pada Jaringan Interkoneksi Jawa-Bali Area IV, sehingga data yang dimasukkan disesuaikan dengan kondisi sebenarnya dari sistem, baik meliputi tegangan generator, panjang saluran transmisi, juga impedans dari transmisi untuk ketiga bus. Kata-kata kunci: metode matrik impedans bus, program aplikasi MATLAB, simulasi fenomena gangguan taksimetri di sistem tenaga listrik. ABSTRACT The simulation for phenomena of nonsymmetrical fault on the electrical power system using the method of bus impedance matrix based on the MATLAB application program have been performanced. The modern programs for simulation of fault that applied to digital computer usually made that based on matriks of its bus impedance. Faults of the three phases symmetrical to ground and non symmetrical of single phase to ground are kinds of fault that learned. Non symmetrical fault of the single phase to ground is the phenomena that often occur. Application of the circuit breaker has been fitted toward the short circuit current that has to interrupt. The fault current afore said, calculated for both of kinds. Calculation result from the computer, involve to all of the fault current and contribution from each line. The other result gives the list of parameters if each line that connected on the bus that undergo of fault was opened alternately, while the other lines was operated inveterately. Either of the application program that can use for calculation of the fault current on electrical power system is MATLAB. The application program of MATLAB that have been made, can be used to calculate the value of fault current at this simulation. The conclusions in this simulation, namely: (a) the value of positive and negative sequence reactance are equal (), so that in the calculation of all the negative sequence impedance and admitans will be equal to the positive sequence and (b) an application program created for this simulation is only used for a simulation taksimetri disorders of the power system with a form of interconnection networks such as the Java-Bali interconnection network Area IV, so that data entered adapted to the actual condition of the system, covering both the voltage generator, the length of transmission line, as well as the impedance of the transmission for the three bus. Keywords: matrix method of bus impedance, MATLAB application program, simulation for nonsymmetrical faulted on the electrical power system.
  • 2. 1 PENDAHULUAN Studi gangguan taksimetris di sistem tenaga listrik bertujuan untuk menentukan dan menghitung besar arus gangguan pada sistem tenaga listrik. Gangguan yang timbul pada sistem daya didominasi oleh gangguan taksimetri yang dapat terdiri atas hubung singkat taksimetri melalui impedans atau penghantar-penghantar terbuka[1]. Gangguan taksimetri yang timbul dapat berupa gangguan saluran tunggal ke tanah, gangguan antar saluran, atau gangguan saluran ganda ke tanah. Jalur arus gangguan saluran ke saluran atau saluran ke tanah dapat atau tidak mengandung impedans. Satu atau dua saluran terbuka dapat menimbulkan gangguan taksimetri, baik karena putusnya satu atau dua penghantar maupun karena sekering melebur dan peralatan-peralatan lainnya yang tidak membuka ketiga fase saluran tersebut secara serentak[2,3,4,5]. Setiap gangguan taksimetri menyebabkan arus-arus tidak setimbang dalam sistem. Penggunaan komponen-komponen simetri sangat berguna dalam suatu analisis untuk menentukan arus dan tegangan dalam sistem setelah terjadinya gangguan dimaksud[2,3,4,5]. Bahasan tentang gangguan tersebut dapat terjadi saat kutub-kutub suatu generator tidak berbeban atau melalui penerapan teorema Thevenin yang memungkinkan kita untuk mencari arus dalam gangguan dengan menggantikan sistem itu secara keseluruhan dengan sebuah generator tunggal dengan impedans seri[5]. Lebih lanjut, digunakan matriks impedans bus yang diterapkan terhadap analisis gangguan-gangguan taksimetri menggunakan bahasa pemrograman MATLAB[6]. Tujuan simulasi ini, adalah: (i) memperoleh tahapan penyerdehanaan struktur jaringan dan (ii) memperoleh program komputer untuk simualsi dan perolehan nilai arus dan tegangan gangguan berdasarkan struktur yang diasumsikan. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyelesaian Gangguan Taksimetri dengan Matriks Impedans Bus Di dalam jaringan seimbang, impedans komponen simetri adalah diagonal, sehingga hal itu dimungkinkan untuk penghitungan impedans bus ( ) secara terpisah untuk jaringan urutan nol, positif, dan negatif. Untuk kondisi dimana gangguan di bus k, elemen diagonal dari sumbu (axis) dari matriks impedans bus, adalah impedans Thevenin pada titik gangguan. Hal itu bertujuan untuk mencari penyelesaian gangguan tidak seimbang, matriks impedans bus tiap urutan jaringan diperoleh secara terpisah, dan kemudian nilai impedans .
  • 3. 2.1.1 Gangguan saluran tunggal ke tanah dengan matriks impedans bus Dalam kondisi dimisalkan terdapat gangguan fase ke tanah melalui sebuah impedans gangguan di bus ke- , maka perlu dibuat diagram skematis untuk penggambaran keperluan tersebut. Diagram skematis gangguan saluran tunggal ke tanah pada bus ke- , seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Zf a b c bus ke-k dari jaringan transmisi Gambar 1 Diagram skematis gangguan saluran tunggal ke tanah pada bus ke- Gangguan saluran tunggal ke tanah memerlukan jaringan urutan positif, negatif, dan nol untuk fase a yang ditempatkan secara seri, dengan tujuan untuk menghitung besar arus gangguan urutan nol. Untuk gangguan di bus k, arus gangguan komponen simetrinya[3,4,5] dihitung dengan persamaan (1). . ..... (1), dengan: , , dan = diagonal pada sumbu dari matriks impedans bus; = tegangan gangguan awal di bus ke- . Nilai arus masing-masing fase[3,4,5], dihitung dengan persamaan (2). …..(2), dengan = matriks impedans jaringan transmisi sistem tenaga listrik. 2.1.2 Gangguan antar saluran dengan matriks impedans bus Dalam kondisi dimisalkan terjadi gangguan hubung singkat antar saluran fase dan melalui sebuah impedans gangguan di bus ke- , maka perlu dibuat diagram skematis untuk penggambaran keperluan tersebut. Diagram skematis gangguan antar saluran fase dan ke tanah pada bus ke- , seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
  • 4. Zf a b c bus ke-k dari jaringan transmisi Gambar 2 Diagram skematis gangguan antar saluran fase dan ke tanah pada bus ke- Nilai arus gangguan dari komponen simetri positif, negatif, dan nol pada gangguan antar saluran[3,4,5], dihitung dengan persamaan (3) dan (4). .....(3) .....(4). 2.1.3 Gangguan dua saluran ke tanah dengan matriks impedans bus Dalam kondisi dimisalkan terjadi gangguan hubung singkat fase dan ke tanah melalui sebuah impedans gangguan di bus ke- , maka perlu dibuat diagram skematis untuk penggambaran keperluan tersebut. Diagram skematis gangguan hubung singkat fase dan ke tanah pada bus ke- , seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Zf a b c bus ke-i dari jaringan transmisi Gambar 3 Diagram skematis gangguan hubung singkat fase dan ke tanah pada bus ke- Arus gangguan komponen simetri urutan positif, negatif, dan nol[3,4,5], dihitung dengan persamaan (5), (6), (7). .....(5),
  • 5. .....( (6), ..... (7). Nilai arus gangguan fase, dihitung dengan persamaan (8). .....(8). 2.2 Tegangan Bus dan Arus Transmisi Saat Kondisi Gangguan Penggunaan komponen simetris urutan untuk nilai tegangan gangguan di bus ke- , dihitung dengan persamaaan (9), (10), dan (11). .....(9), .....(10), .....(11), dengan = tegangan fase (urutan positif) pada gangguan awal di bus ke- . Nilai gangguan untuk tegangan fase pada saat terjadi gangguan[3,4,5], dihitung dengan persamaan (12). .....(12). Untuk nilai arus gangguan di saluran transmisi dari bus ke- ke bus ke- [3,4,5] dihitung dengan persamaan (13), (14), dan (15). .....(13), .....(14), .....(15), dengan , , dan = komponen impedans urutan positif, negatif, dan nol pada impedans jaringan transmisi antara bus i dan bus j. Mengacu ke besar nilai arus komponen simetri pada transmisi, maka besar nilai arus gangguan pada transmisi antara bus ke- dan bus ke- [3,4,5] dihitung dengan persamaan (16). ..... (16).
  • 6. 3 TATA KERJA 3.1 Bahan dan Alat Diagram skematis struktur sistem tenaga listrik untuk simulasi, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Diagram skematis struktur sistem tenaga listrik untuk simulasi Struktur sistem tenaga listrik untuk simulasi didasarkan kepada struktur yang terdapat di Area IV Jawa- Bali (saat itu, tahun 2004 pertengahan). Alat simulasi berupa seperangkat komputer yang dilengkapi dengan program aplikasi MATLAB. 3.2 Metode 3.2.1 Penyederhanaan struktur jaringan dan hitungan manual Dilakukan penyerderhaan secara seri maupun paralel sampai diperoleh dalam hubungan simpul untuk menghitung sumber-sumber arus. Diperoleh juga nilai-nilai impedans urutan positif, negatif, dan nol. 3.2.2 Program komputer untuk simualsi dan perolehan nilai arus dan tegangan gangguan berdasarkan struktur yang diasumsikan Tahapan-tahapan pembuatan program komputer untuk simulasi dan perolehan nilai arus dan tegangan, yaitu: G2 SISTEM BALI G1 1 2 3 PLTU GRESIK KRIAN L12a L12b L13a L13b T1 T2 T3 T4 T5 L4 L5 L6 Beban 1 Beban 2 Beban 3 L1 L2 L3 GRESIK Tie Bus Line ke Ungaran PLTU PAITON PAITON
  • 7. (a) Pembuatan program untuk pembentukan matriks impedans bus pada urutan positif, negatif, dan urutan nol. Nilai urutan negatif sama dengan urutan positif, sehingga matriks impedans bus urutan positif sama dengan matriks impedans bus urutan negatif; (b) Setelah pembuatan program untuk pembentukan matriks impedans bus pada urutan positif, negatif, dan nol, selanjutnya dibuat program untuk penyelesaian gangguan taksimetri pada sistem tenaga listrik; dan (c) Untuk pembuktian apakah program yang telah dibuat dapat dioperasikan dan berhasil dengan baik, maka dilakukan perbandingan terhadap perhitungan secara manual. 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Penyederhanaan Struktur Jaringan dan Hasil Hitungan Manual Berdasarkan Gambar 4, dilakukan penyederhanaan seri maupun pararel sampai ditemukan dalam hubungan simpul untuk menghitung sumber-sumber arus. Langkah-langkah dalam penyederhanaan rangkaian, adalah melakukan perhitungan hubungan seri dan paralel. - Hubungan seri: (i) (ii) (iii) (iv) (v) - Hubungan pararel: (i) dan (ii) Berdasarkan Gambar 4, diperoleh data nilai impedans: 1) Reaktans urutan positif dan negatif (positive and negative sequence) Data line: (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi)
  • 8. (vii) Dalam perhitungan arus gamgguan line, karena nilai impedansnya adalah pararel dari hubungan dan , maka nilai arus gangguan pada masing-masing line di dan sebesar setengah dari nilai . Demikian juga untuk nilai-nilai line di line di dan sebesar setengah dari nilai dan untuk urutan nol, nilai-nilai line di dan sebesar setengah dari nilai . Data lain adalah data transformator: (i) (ii) (iii) (iv) (v) Data beban dan generator: (i) (ii) (iii) (iv) (v) 2) Reaktans urutan nol (zero sequence) Data line untuk urutan nol: (i) (ii) (iii) Data transformator untuk urutan nol: Data beban dan generator urutan nol: (i) (ii) Penyederhanaan terhadap rangkaian pada Gambar 4, diperoleh rangkaian ekivalen satu garis sistem untuk simulasi. Rangkaian ekivalen untuk simualsi, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
  • 9. Gambar 5 Rangakain ekivalen untuk simulasi Penggunaan persamaan-persamaan yang bersesuaian, maka disederhanakan kembali untuk rangkaian seri dan pararel dari Gambar 5, sehingga persamaannya akan menjadi persamaan-persamaan baru, yaitu: Nilai reaktans urutan positif dan negatif nilainya sama, sehingga dalam perhitungan semua nilai reaktans urutan negatif sama dengan urutan positif. Rangkaian-rangkaian seri dan paralel disederhanakan, sehingga hanya berbentuk diagram satu garis yang merupakan rangkaian yang dicari nilai-nilai reaktans baik reaktans simpang, reaktans sendiri, maupun reaktans bersama. Setelah diperoleh nilai-nilai reaktans, maka dengan menggunakan aturan matriks pembalikan (invers), akan dicari matriks impedans bus untuk dimasukkan dalam perhitungan guna mencari besar nialai arus dan tegangan gangguan pada bus tertentu, demikian juga
  • 10. dapat digunakan untuk mencari besar nilai arus dan tegangan gangguan pada line tergantung jenis gangguan yang terjadi. Nilai-nilai yang terbentuk dari matriks impedans bus merupakan kunci untuk perhitungan nilai arus dan tegangan gangguan dengan memasukkan ke dalam persamaan baku dari beberapa tipe gangguan yang berbeda. 4.2 Program Komputer Untuk Simulasi dan Perolehan Nilai Arus dan Tegangan Gangguan Berdasarkan Struktur yang Diasumsikan Menggunakan program paket pembentuk matriks impedans bus, dapat dibentuk suatu formasi dari suatu jaringan tertentu menjadi matriks impedans bus dengan aturan tertentu menggunakan program MATLAB. Program yang telah dibuat untuk pembentukan matriks impedans bus diberi nama zbuild positif dan zbuild nol. Hasil perhitungan arus dan tegangan gangguan yang telah diperoleh, akan dibandingkan terhadap penggunaan program MATLAB yang mempunyai tiga pilihan jenis gangguan berbeda pada bus. Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-1, seperti ditunjukkan pada Gambar 6; Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-2, seperti ditunjukkan pada Gambar 7; Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-3, seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 6 Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-1 Gambar 7 Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-2
  • 11. Gambar 8 Menu pilihan jenis gangguan taksimetri di bus ke-3 Berdasarkan menu yang ada, dapat dipilih apakah gangguan yang terjadi di bus ke-1 jenis gangguan saluran tunggal ke tanah, jenis gangguan antar saluran, atau gangguan dua saluran ke tanah. Demikian juga untuk gangguan di bus ke-2 dan ke-3, mempunyai pilihan jenis gangguan yang sama seperti pada bus ke-1, semua nilai yang dihasilkan mempunyai satuan per unit (p.u.) sama seperti masukan data. Tampilan menu seperti ditunjukkan pada Gambar 6 terjadi setelah eksekusi program simulasi dengan masukan nilai asumsi untuk . Hasil eksekusi simulasi gangguan pada bus-1 dengan nilai asumsi untuk sebesar , seperti ditunjukkan pada LAMPIRAN 1. Struktur program simulasi gangguan hubung singkat, seperti ditunjukkan pada LAMPIRAN 2. 5 SIMPULAN Berdasarkan hasil dan bahasan, maka dapat ditarik simpulan sesuai tujuan simulasi. (1) Nilai reaktans urutan positif dan negatif mempunyai nilainya sama ( sama dengan ), sehingga dalam perhitungan, semua nilai reaktans dan suseptans urutan negatif akan sama dengan urutan positif. Nilai-nilai yang terbentuk dari matriks impedans bus merupakan kunci untuk perhitungan nilai arus dan tegangan gangguan dengan memasukkan ke dalam persamaan dari beberapa tipe gangguan yang berbeda. (2) Program yang dibuat untuk simulasi ini hanya digunakan untuk suatu simulasi gangguan taksimetri pada sistem tenaga listrik dengan suatu bentuk jaringan interkoneksi seperti pada Jaringan Interkoneksi Jawa-Bali Area IV (saat itu), sehingga data yang dimasukkan disesuaikan dengan kondisi sebenarnya dari sistem, baik meliputi tegangan generator, panjang saluran transmisi, juga reaktans transmisi yang terhubung untuk ketiga bus. UCAPAN TERIMA KASIH
  • 12. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab ”Wawasan TRIDHARMA” (Majalah Ilmiah Bulanan Kopertis Wilayah IV; Informasi, Komunikasi, dan Pengkajian IPTEK) atas penerbitan makalah ini di ”Wawasan TRIDHARMA” No. 4 Tahun XXV November 2012. DAFTAR PUSTAKA [1] RAVINDRANATH, B. and M. Chander, Power System Protection and Switchgear, Wiley Eastern Limited, New Delhi, 1977. [2] ANDERSON, Paul M., Analysis of Faulted Power Systems, IEEE Press, New York, 1995 [3] SAADAT, Hadi, Power System Analysis, McGraw-Hill (International Edition), Singapore, 1999. [4] STEVENSON, William D., Analisa Sistem Tenaga Listrik (penerjemah: Kamal Idris), Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, 1983. [5] EL-HAWARY, Mohamed E., Electrical Power Systems: Design and Analysis (Revised Printing), IEEE Press, New York, 1995. [6] DUANE, Hanselman and Bruce Littlefield, MATLAB: Bahasa Komputasi Teknis (penerjemah: Josep Edyanto), Andi, Yogyakarta, 2001. Daftar Riwayat Hidup Penulis: 1) Arief Goeritno, S.T., M.T. Jabatan Fungsional: Lektor Kepala. Sarjana Teknik dari Jurusan/Prodi Teknik Elektro (Peminatan: Teknik Energi Listrik), Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta (STTJ), lulus 18 November 1996. Magister Teknik dari Prodi Ilmu Teknik Elektro (Peminatan: Teknik Tenaga Listrik), Program Pascasarjana Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (UI), lulus 14 Desember 2000. Sejak April 1997 sampai saat ini sebagai Dosen Tetap Jurusan/Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor. Mobile Phone: +6281808630130. Email: arief.goeritno@ft.uika-bogor.ac.id 2) Rito Hadi, S.T. Sarjana Teknik dari Jurusan/Prodi Teknik Elektro (Peminatan: Teknik Energi Listrik), Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor, lulus 21 September 2004. Saat ini bekerja sebagai Senior Electrical & Instrumentation Engineer PT Unggul Indah Cahaya, Tbk. Jl. Raya Merak km.117,5 Desa Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Mobile Phone: +6281318115466. Email: rito.hadi@uic.co.id www.uic.co.id LAMPIRAN 1 zf = 0.1000 Ybuspos = 0 -31.4493i 0 +13.3333i 0 +16.6667i 0 +13.3333i 0 -16.5370i 0 0 +16.6667i 0 0 -19.8703i
  • 13. Zbuspos = 0 + 0.1488i 0 + 0.1200i 0 + 0.1248i 0 + 0.1200i 0 + 0.1572i 0 + 0.1006i 0 + 0.1248i 0 + 0.1006i 0 + 0.1550i Zbusneg = 0 + 0.1488i 0 + 0.1200i 0 + 0.1248i 0 + 0.1200i 0 + 0.1572i 0 + 0.1006i 0 + 0.1248i 0 + 0.1006i 0 + 0.1550i Ybus0 = 0 - 8.2609i 0 + 2.2222i 0 + 5.5556i 0 + 2.2222i 0 - 3.2901i 0 0 + 5.5556i 0 0 - 6.6234i Zbus0 = 0 + 0.4762i 0 + 0.3216i 0 + 0.3994i 0 + 0.3216i 0 + 0.5212i 0 + 0.2698i 0 + 0.3994i 0 + 0.2698i 0 + 0.4860i LAMPIRAN 2 %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% % PROGRAM ANALISIS GANGGUAN TAK SIMETRI % % PADA SISTEM TENAGA LISTRIK % % "Arief Goeritno dan Rito Hadi" % %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% % % % 1.INPUT DATA % % % %-----------------------------------------------------% %------------ DATA IMPEDANSI URUTAN POSITIF ----------% L12apos=input('masukkan impedansi Line12a= ') L12bpos=input('masukkan impedansi Line12b= ') L13apos=input('masukkan impedansi Line13a= ') L13bpos=input('masukkan impedansi Line13b= ') L4pos=input('masukkan impedansi Line4= ') L5pos=input('masukkan impedansi Line5= ') L6pos=input('masukkan impedansi Line6= ') T1pos=input('masukkan impedansi Transformator1= ') T2pos=input('masukkan impedansi Transformator2= ') T3pos=input('masukkan impedansi Transformator3= ') T4pos=input('masukkan impedansi Transformator4= ') T5pos=input('masukkan impedansi Transformator5= ') L1pos=input('masukkan impedansi Beban1= ') L2pos=input('masukkan impedansi Beban2= ') L3pos=input('masukkan impedansi Beban3= ') G1pos=input('masukkan impedansi Generator1= ') G2pos=input('masukkan impedansi Generator2= ') %=====================================================% % impedansi line L12pos=(L12apos*L12bpos)/(L12apos+L12bpos) L21pos=L12pos; L13pos=(L13apos*L13bpos)/(L13apos+L13bpos) L31pos=L13pos; L23pos=0+0i; L32pos=L23pos; %=====================================================%
  • 14. % hubungan seri beban,transformator,kawat transmisi x1pos=G1pos+T1pos; x2pos=G2pos+T2pos; x3pos=L4pos+T3pos+L1pos; x4pos=L5pos+T4pos+L2pos; x5pos=L6pos+T5pos+L3pos; %---- hubungan pararel -------------------------------% x6pos=(x4pos*x2pos)/(x4pos+x2pos); x7pos=(x5pos*x1pos)/(x5pos+x1pos); %-----------------------------------------------------% %--------- DATA IMPEDANSI URUTAN NEGATIF ------------% L12neg=L12pos; L21neg=L12neg; L13neg=L13pos; L31neg=L13neg; L23neg=L23pos; L32neg=L23neg; x1neg=x1pos; x2neg=x2pos; x3neg=x3pos; x4neg=x4pos; x5neg=x5pos; x6neg=x6pos; x7neg=x7pos; %-----------------------------------------------------% %---------- DATA IMPEDANSI URUTAN NOL (ZERO) -------% L12a0=input('masukkan nilai impedansi Line12a0= ') L12b0=input('masukkan nilai impedansi Line12b0= ') L13a0=input('masukkan nilai impedansi Line13a0= ') L13b0=input('masukkan nilai impedansi Line13b0= ') L40=input('masukkan nilai impedansi Line40= ') L50=input('masukkan nilai impedansi Line50= ') L60=input('masukkan nilai impedansi Line60= ') T10=input('masukkan nilai impedansi Transformator10= ') T20=input('masukkan nilai impedansi Transformator20= ') T30=input('masukkan nilai impedansi Transformator30= ') T40=input('masukkan nilai impedansi Transformator40= ') T50=input('masukkan nilai impedansi Transformator50= ') L10=input('masukkan nilai impedansi Beban01= ') L20=input('masukkan nilai impedansi Beban20= ') L30=input('masukkan nilai impedansi Beban30= ') G10=input('masukkan nilai impedansi Generator10= ') G20=input('masukkan nilai impedansi Generator20= ') %=====================================================% L120=(L12a0*L12b0)/(L12a0+L12b0); L210=L120; L130=(L13a0*L13b0)/(L13a0+L13b0); L310=L130; L230=0+0i; L320=L230; %=====================================================% % hubungan seri beban,transformator,kawat transmisi x10=G10+T10; x20=G20+T20; x30=L40+T30+L10;
  • 15. x40=L50+T40+L20; x50=L60+T50+L30; %---- hubungan pararel -------------------------------% x60=(x40*x20)/(x40+x20); x70=(x50*x10)/(x50+x10); % Tegangan gangguan awal tiap bus diperoleh dari % perhitungan power flow, dan untuk analisis gangguan % besarnya diasumsikan untuk tiap bus adalah 1 pu. v1_0=1; % Tegangan gangguan awal pada bus1 v2_0=1; % Tegangan gangguan awal pada bus2 v3_0=1; % Tegangan gangguan awal pada bus3 %------impedansi gangguan tiap bus -------------------% disp('misal zf=0.1') zf=input('masukkan nilai impedansi gangguan tiap bus= ') %-----------------------------------------------------% %-----------------------------------------------------% % Formasi SCTM: a= cos(2*pi/3)+j*sin(2*pi/3); A=[1 1 1; 1 a^2 a; 1 a a^2]; %-----------------------------------------------------% %-----------------------------------------------------% % % % 2.Pembentukan Matrix Impedansi Bus: % % % %-----------------------------------------------------% %-----------------------------------------------------% %-----------------------------------------------------% % 2.1. Formasi data impedansi urutan positif: % From To R X zdatapos=[ 0 1 0 x3pos 0 2 0 x1pos 0 2 0 x5pos 0 3 0 x2pos 0 3 0 x4pos 1 2 0 L12apos 1 2 0 L12bpos 1 3 0 L13apos 1 3 0 L13bpos]; %-----------------------------------------------------% Ybuspos=zbuildpos(zdatapos) Zbuspos=inv(Ybuspos) %-----------------------------------------------------% Zbusneg=Zbuspos %-----------------------------------------------------% % From To R X zdata0=[ 0 1 0 x30 0 2 0 x10 0 2 0 x50 0 3 0 x20 0 3 0 x40
  • 16. 1 2 0 L12a0 1 2 0 L12b0 1 3 0 L13a0 1 3 0 L13b0]; Ybus0=zbuild0(zdata0) Zbus0=inv(Ybus0) %-----------------------------------------------------% %-----------------------------------------------------% % Hasil output Impedansi bus positif: z11pos=Zbuspos(1,1); z12pos=Zbuspos(1,2); z13pos=Zbuspos(1,3); z21pos=Zbuspos(2,1); z22pos=Zbuspos(2,2); z23pos=Zbuspos(2,3); z31pos=Zbuspos(3,1); z32pos=Zbuspos(3,2); z33pos=Zbuspos(3,3); % Hasil output Impedansi bus negatif: z11neg=Zbusneg(1,1); z12neg=Zbusneg(1,2); z13neg=Zbusneg(1,3); z21neg=Zbusneg(2,1); z22neg=Zbusneg(2,2); z23neg=Zbusneg(2,3); z31neg=Zbusneg(3,1); z32neg=Zbusneg(3,2); z33neg=Zbusneg(3,3); % Hasil output Impedansi bus zero: z110=Zbus0(1,1); z120=Zbus0(1,2); z130=Zbus0(1,3); z210=Zbus0(2,1); z220=Zbus0(2,2); z230=Zbus0(2,3); z310=Zbus0(3,1); z320=Zbus0(3,2); z330=Zbus0(3,3); %=====================================================% %=====================================================% %=====================================================% % % % PROGRAM UTAMA MENCARI ARUS DAN TEGANGAN % % GANGGUAN PADA BUS KE-1 % % % %=====================================================% MENU1=menu('" PILIHAN JENIS GANGGUAN PADA BUS 1 "',... '1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH',... '2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ',... '3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ') if MENU1==1 %-----------------------------------------------------% %==== 1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH ============%
  • 17. %-----------------------------------------------------% %--- A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI -------% % Arus gangguan di bus1 urutan nol i10f=v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf)) % Arus gangguan di bus1 urutan positif i11f=i10f % arus gangguan di bus1 urutan negatif i12f=i10f %-----------------------------------------------------% %---- B.BESARNYA ARUS GANGGUAN ----------------------% % besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa a, b, dan c I1abcf=A*[v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf)); v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf)); v1_0/((z11pos+z11neg+z110+3*zf))] % besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa a I1af=I1abcf(1,1); % besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa b I1bf=I1abcf(2,1); % besarnya arus gangguan di bus1 pada fasa c I1cf=I1abcf(3,1); %----------------------------------------------------% % C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS % PADA KOMPONEN SIMETRI --------------------------% % tegangan gangguan bus1 urutan nol,positif, negatif v1012f=[0-(z110*i10f); v1_0-(z11pos*i11f); 0-(z11neg*i12f)] % tegangan gangguan bus1 pada urutan nol v10f=v1012f(1,1); % tegangan gangguan bus1 pada urutan positif v11f=v1012f(2,1); % tegangan gangguan bus1 pada urutan negatif v12f=v1012f(3,1); % tegangan gangguan bus2 urutan nol,positif, negatif v2012f=[0-(z210*i10f); v2_0-(z21pos*i11f); 0-(z21neg*i12f)] % tegangan gangguan bus2 pada urutan nol v20f=v2012f(1,1); % tegangan gangguan bus2 pada urutan positif v21f=v2012f(2,1); % tegangan gangguan bus2 pada urutan negatif v22f=v2012f(3,1); % tegangan gangguan bus3 urutan nol,positif, negatif v3012f=[0-(z310*i10f); v3_0-(z31pos*i11f); 0-(z31neg*i12f)] % tegangan gangguan bus3 pada urutan nol v30f=v3012f(1,1); % tegangan gangguan bus3 pada urutan positif v31f=v3012f(2,1); % tegangan gangguan bus3 pada urutan negatif v32f=v3012f(3,1); %-----------------------------------------------------%
  • 18. %-- D.BESARNYA TEGANGAN BUS SAAT GANGGUAN ----------% % tegangan gangguan bus1 pada fasa a, b, dan c v1abcf=A*v1012f % tegangan gangguan bus1 pada fasa a v1af=v1abcf(1,1); % tegangan gangguan bus1 pada fasa b v1bf=v1abcf(2,1); % tegangan gangguan bus1 pada fasa c v1cf=v1abcf(3,1); % tegangan gangguan bus2 pada fasa a, b, dan c v2abcf=A*v2012f % tegangan gangguan bus2 pada fasa a v2af=v2abcf(1,1); % tegangan gangguan bus2 pada fasa b v2bf=v2abcf(2,1); % tegangan gangguan bus2 pada fasa c v2cf=v2abcf(3,1); % tegangan gangguan bus3 pada fasa a,b, dan c v3abcf=A*v3012f % tegangan gangguan bus3 pada fasa a v3af=v3abcf(1,1); % tegangan gangguan bus3 pada fasa b v3bf=v3abcf(2,1); % tegangan gangguan bus3 pada fasa c v3cf=v3abcf(3,1); %-----------------------------------------------------% %-E.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE FASA A % PADA KOMPONEN SIMETRI ----------------------------% i21012=[(v20f-v10f)/L120; (v21f-v11f)/L12pos; (v22f-v12f)/L12neg;] % arus di line12 pada urutan nol i210=i21012(1,1); % arus di line12 pada urutan positif i211=i21012(2,1); % arus di line12 pada urutan negatif i212=i21012(3,1); i13012=[(v10f-v30f)/L130; (v11f-v31f)/L13pos; (v12f-v32f)/L13neg;] % arus di line13 pada urutan nol i130=i13012(1,1); % arus di line13 pada urutan positif i131=i13012(2,1); % arus di line13 pada urutan negatif i132=i13012(3,1); % Karena bus 2 dan 3 tidak terhubung,maka % nilainya nol, atau: i23012=[0; 0; 0] % arus di line23 pada urutan nol i230=i23012(1,1); % arus di line23 pada urutan positif
  • 19. i231=i23012(2,1); % arus di line23 pada urutan negatif i232=i23012(3,1); %-----------------------------------------------------% %---- F.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE ------------------% % arus gangguan line21 pada fasa a, b, dan c i21abcf=A*i21012 % arus gangguan line21 pada fasa a i21af=i21abcf(1,1); % arus gangguan line21 pada fasa b i21bf=i21abcf(2,1); % arus gangguan line21 pada fasa c i21cf=i21abcf(3,1); % arus gangguan line13 pada fasa a, b, dan c i13abcf=A*i13012 % arus gangguan line13 pada fasa a i13af=i13abcf(1,1); % arus gangguan line13 pada fasa b i13bf=i13abcf(2,1); % arus gangguan line13 pada fasa c i13cf=i13abcf(3,1); % arus gangguan line23 pada fasa a,b, dan c i23abcf=A*i23012 % arus gangguan line23 pada fasa a i23af=i23abcf(1,1); % arus gangguan line23 pada fasa b i23bf=i23abcf(2,1); % arus gangguan line23 pada fasa c i23cf=i23abcf(3,1); %-----------------------------------------------------% elseif MENU1==2 %-----------------------------------------------------% %==== 2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ====================% %------A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI----------% % arus gangguan di bus1 pada urutan nol i10LL=0 % arus gangguan di bus1 pada urutan positif i11LL=v1_0/(z11pos+z11neg+zf) % arus gangguan di bus1 pada urutan negatif i12LL = -i11LL %-----------------------------------------------------% %------ B.BESARNYA GANGGUAN ARUS FASA --------------% % arus gangguan di bus1 pada fasa a, b, dan c i1abcLLf=A*[i10LL; v1_0/(z11pos+z11neg+zf); -((v1_0)/(z11pos+z11neg+zf))] % arus gangguan di bus1 pada fasa a i1aLLf=i1abcLLf(1,1); % arus gangguan di bus1 pada fasa b i1bLLf=i1abcLLf(2,1); % arus gangguan di bus1 pada fasa c i1cLLf=i1abcLLf(3,1); %-----------------------------------------------------%
  • 20. %- C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS KOMPONEN SIMETRI -% % tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif v1012LLf=[0-(z110*i10LL); v1_0-(z11pos*i11LL); 0-(z11neg*i12LL);] % tegangan bus1 urutan nol v10LLf=v1012LLf(1,1); % tegangan bus1 urutan positif v11LLf=v1012LLf(2,1); % tegangan bus1 urutan negatif v12LLf=v1012LLf(3,1); % tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif v2012LLf=[0-(z210*i10LL); v2_0-(z21pos*i11LL); 0-(z21neg*i12LL)] % tegangan bus2 urutan nol v20LLf=v2012LLf(1,1); % tegangan bus2 urutan positif v21LLf=v2012LLf(2,1); % tegangan bus2 urutan negatif v22LLf=v2012LLf(3,1); % tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif v3012LLf=[0-(z310*i10LL); v3_0-(z31pos*i11LL); 0-(z31neg*i12LL)] % tegangan bus3 urutan nol v30LLf=v3012LLf(1,1); % tegangan bus3 urutan positif v31LLf=v3012LLf(2,1); % tegangan bus3 urutan negatif v32LLf=v3012LLf(3,1); %-----------------------------------------------------% %-- D.Tegangan bus fasa a,b,c pada saat gangguan: % tegangan bus1 fasa a,b,c v1abcLLf=A*v1012LLf % tegangan bus2 fasa a,b,c v2abcLLf=A*v2012LLf % tegangan bus3 fasa a,b,c v3abcLLf=A*v3012LLf %-----------------------------------------------------% %---E.Arus gangguan tiap line untuk fasa a pada komponen simetri: %arus line L12 urutan nol, positif dan negatif i21012LL=[(v20LLf-v10LLf)/L120; (v21LLf-v11LLf)/L12pos; (v22LLf-v12LLf)/L12neg] %arus line L13 urutan nol, positif dan negatif i13012LL=[(v10LLf-v30LLf)/L130; (v11LLf-v31LLf)/L13pos; (v12LLf-v32LLf)/L13neg] %arus line L23 urutan nol, positif dan negatif i23012LL= [0; 0; 0]
  • 21. % Arus gangguan line L23 nilainya nol sebab bus 2 dan 3 % tidak terhubung %-----------------------------------------------------% %-F.Besarnya arus gangguan di tiap Line fasa a,b,c ---% % arus gangguan line L21 fasa a,b,c i21abcLLf=A*i21012LL % arus gangguan line L13 fasa a,b,c i13abcLLf=A*i13012LL % arus gangguan line L23 fasa a,b,c i23abcLLf=A*i23012LL %-----------------------------------------------------% elseif MENU1==3 %-----------------------------------------------------% % ----3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ------------------% %-----A.Arus gangguan komponen simetri % arus di bus1 urutan positif: i11DL=v1_0/((z11pos)+((z11neg)*(z110+3*zf))/(z11neg+z110+3*zf)) % arus di bus1 urutan negatif: i12DL=-((v1_0-(z11pos*i11DL))/(z11neg)) % arus di bus1 urutan nol: i10DL=-((v1_0-(z11pos*i11DL))/(z110+3*zf)) %-----------------------------------------------------% %-- B.Arus fasa pada bus gangguan -------------------% %arus gangguan di bus1 fasa a, b, c i1abcDLf=A*[i10DL; i11DL; i12DL] i1aDLf=i1abcDLf(1,1); i1bDLf=i1abcDLf(2,1); i1cDLf=i1abcDLf(3,1); %-----------------------------------------------------% % Total arus gangguan: % Penjumlahan arus bus1 pada fasa b dan c I1totalDLf=i1bDLf+i1cDLf %-----------------------------------------------------% %C.Komponen simetri tegangan bus saat terjadi gangguan: %tegangan bus1 urutan nol,positif, negatif v1012DLf=[0-(z110*i10DL); v1_0-(z11pos*i11DL) % 0-(z11neg*i12DL)] v10DLf=v1012DLf(1,1); v11DLf=v1012DLf(2,1); v12DLf=v1012DLf(3,1); %tegangan bus2 urutan nol,positif,negatif v2012DLf=[0-(z210*i10DL); v2_0-(z21pos*i11DL) 0-(z21neg*i12DL)] v20DLf=v2012DLf(1,1); v21DLf=v2012DLf(2,1); v22DLf=v2012DLf(3,1);
  • 22. %tegangan bus3 urutan nol,positif, negatif v3012DLf=[0-(z310*i10DL); v3_0-(z31pos*i11DL) 0-(z31neg*i12DL)] v30DLf=v3012DLf(1,1); v31DLf=v3012DLf(2,1); v32DLf=v3012DLf(3,1); %-----------------------------------------------------% %---D.Tegangan bus saat gangguan untuk tiap fasa: % tegangan bus1 saat gangguan fasa a,b,c v1abcDLf=A*v1012DLf % tegangan bus2 saat gangguan fasa a,b,c v2abcDLf=A*v2012DLf % tegangan bus3 saat gangguan fasa a,b,c v3abcDLf=A*v3012DLf %-----------------------------------------------------% %E.Komponen simetri dari arus gangguan di line fasa a: %arus line L12 urutan nol, positif, negatif i12012DL=[((v10DLf-v20DLf))/(L120); (v11DLf-v21DLf)/(L12pos); (v12DLf-v22DLf)/(L12neg)] %arus line L13 urutan nol,positif, negatif i13012DL=[((v10DLf-v30DLf))/(L130); (v11DLf-v31DLf)/(L13pos); (v12DLf-v32DLf)/(L13neg)] % Karena tidak ada hubungan antara bus 2 dan bus 3 % Maka arus line L23 urutan nol,positif dan negatif besarnya nol i23012DL=[0; 0; 0] %-----------------------------------------------------% %----- F.Arus gangguan line tiap fasa adalah: % arus gangguan line L12 fasa a,b,c i12abcDLf=A*i12012DL % arus gangguan line L13 fasa a,b,c i13abcDLf=A*i13012DL % arus gangguan line L23 fasa a,b,c i23abcDLf=A*i23012DL end disp('Untuk melanjutkan perhitungan di bus 2 tekan "ENTER"') pause %=====================================================% %=====================================================% %=====================================================% % % % PROGRAM UTAMA MENCARI ARUS DAN TEGANGAN % % GANGGUAN PADA BUS KE-2 % % % %=====================================================%
  • 23. MENU2 = menu('" PILIHAN JENIS GANGGUAN PADA BUS2 "',... '1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH',... '2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ',... '3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ') if MENU2==1 %-----------------------------------------------------% %==== 1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH ==========% %-----------------------------------------------------% %-----A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI % arus gangguan di bus2 urutan nol i20f=v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf)) % arus gangguan di bus2 urutan positif i21f=i20f % arus gangguan di bus2 urutan negatif i22f=i20f %----------------------------------------------------% %----B.BESARNYA ARUS GANGGUAN------------------------% % besarnya arus gangguan di bus2 pada fasa a, b dan c I2abcf=A*[v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf)); v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf)); v2_0/((z22pos+z22neg+z220+3*zf))] %-----------------------------------------------------% %C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS PADA KOMPONEN SIMETRI % tegangan bus1 pada urutan nol, positif dan negatif v1012f=[0-(z120*i20f); v1_0-(z12pos*i21f); 0-(z12neg*i22f)] % tegangan bus2 pada urutan nol,positif dan negatif v2012f=[0-(z220*i20f); v2_0-(z22pos*i21f); 0-(z22neg*i22f)] % tegangan bus3 pada urutan nol,positif dan negatif v3012f=[0-(z320*i20f); v3_0-(z32pos*i21f); 0-(z32neg*i22f)] %-----------------------------------------------------% %----D.BESARNYA TEGANGAN BUS SAAT GANGGUAN------------% % tegangan gangguan bus1 pada fasa a, b dan c v1abcf=A*v1012f v1af=v1abcf(1,1); v1bf=v1abcf(2,1); v1cf=v1abcf(3,1); % tegangan gangguan bus2 pada fasa a,b dan c v2abcf=A*v2012f v2af=v2abcf(1,1); v2bf=v2abcf(2,1); v2cf=v2abcf(3,1); % tegangan gangguan bus3 pada fasa a,b dan c v3abcf=A*v3012f
  • 24. v3af=v3abcf(1,1); v3bf=v3abcf(2,1); v3cf=v3abcf(3,1); %-----------------------------------------------------% %-E.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE FASA A PADA KOMPONEN % SIMETRI ------------------------------------------% % arus di line12 pada urutan nol, positif dan negatif i21012=[(v20f-v10f)/L120; (v21f-v11f)/L12pos; (v22f-v12f)/L12neg;] % arus di line13 pada urutan nol, positif dan negatif i13012=[(v10f-v30f)/L130; (v11f-v31f)/L13pos; (v12f-v32f)/L13neg;] % Karena bus 2 dan 3 tidak terhubung,maka % nilainya nol, atau arus line23 pada urutan % nol,positif dan negatif: i23012=[0; 0; 0] %-----------------------------------------------------% %----F.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE--------------------% % arus gangguan line21 pada fasa a, b, dan c i21abcf=A*i21012 % arus gangguan line13 pada fasa a, b, dan c i13abcf=A*i13012 % arus gangguan line23 pada fasa a, b, dan c i23abcf=A*i23012 %----------------------------------------------------% elseif MENU2==2 %----------------------------------------------------% %======2.GANGGUAN ANTAR SALURAN =====================% %------A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI---------% % arus gangguan di bus2 pada urutan nol i20LL=0 % arus gangguan di bus2 pada urutan positif i21LL=v2_0/(z22pos+z22neg+zf) % arus gangguan di bus2 pada urutan negatif i22LL = -i21LL %-----------------------------------------------------% %------ B.BESARNYA GANGGUAN ARUS FASA -------------% % arus gangguan di bus2 pada fasa a, b, dan c i2abcLLf=A*[i20LL; v2_0/(z22pos+z22neg+zf); -((v2_0)/(z22pos+z22neg+zf))]
  • 25. %-----------------------------------------------------% % C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS KOMPONEN SIMETRI -% % tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif v1012LLf=[0-(z120*i20LL); v1_0-(z12pos*i21LL); 0-(z12neg*i22LL);] v10LLf=v1012LLf(1,1); v11LLf=v1012LLf(2,1); v12LLf=v1012LLf(3,1); % tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif v2012LLf=[0-(z220*i20LL); v2_0-(z22pos*i21LL); 0-(z22neg*i22LL)] v20LLf=v2012LLf(1,1); v21LLf=v2012LLf(2,1); v22LLf=v2012LLf(3,1); % tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif v3012LLf=[0-(z320*i20LL); v1_0-(z32pos*i21LL); 0-(z32neg*i22LL)] v30LLf=v3012LLf(1,1); v31LLf=v3012LLf(2,1); v32LLf=v3012LLf(3,1); %----------------------------------------------------% %-- D.Tegangan bus fasa a,b,c pada saat gangguan: % tegangan bus1 fasa a,b,c v1abcLLf=A*v1012LLf % tegangan bus2 fasa a,b,c v2abcLLf=A*v2012LLf % tegangan bus3 fasa a,b,c v3abcLLf=A*v3012LLf %----------------------------------------------------% %---E.Arus gangguan tiap line untuk %- fasa a pada komponen simetri: ----------------% %arus line L12 urutan nol, positif, dan negatif i21012LL=[(v20LLf-v10LLf)/L120; (v21LLf-v11LLf)/L12pos; (v22LLf-v12LLf)/L12neg] %arus line L13 urutan nol, positif, dan negatif i13012LL=[(v10LLf-v30LLf)/L130; (v11LLf-v31LLf)/L13pos; (v12LLf-v32LLf)/L13neg] %arus line L23 urutan nol, positif, dan negatif i23012LL= [0; 0; 0] % Arus gangguan line 23 nilainya nol karena bus 2 dan 3 % tidak terhubung
  • 26. %-----------------------------------------------------% %--F.Besarnya arus gangguan di tiap Line phasa a,b,c -% % arus gangguan line L21 phasa a,b,c i21abcLLf=A*i21012LL % arus gangguan line L13 phasa a,b,c i13abcLLf=A*i13012LL % arus gangguan line L23 phasa a,b,c i23abcLLf=A*i23012LL %-----------------------------------------------------% elseif MENU2==3 %-----------------------------------------------------% %---- 3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ----------------% %-----A.Arus gangguan komponen simetri % arus di bus2 urutan positif: i21DL=v2_0/((z22pos)+((z22neg)*(z220+3*zf))/(z22neg+z220+3*zf)) % arus di bus2 urutan negatif: i22DL=-((v2_0-(z22pos*i21DL))/(z22neg)) % arus di bus2 urutan nol: i20DL=-((v2_0-(z22pos*i21DL))/(z220+3*zf)) %-----------------------------------------------------% %-- B.Arus fasa pada bus gangguan -------------------% %arus gangguan di bus3 fasa a, b, dan c i2abcDLf=A*[i20DL; i21DL; i22DL] i2aDLf=i2abcDLf(1,1); i2bDLf=i2abcDLf(1,1); i2cDLf=i2abcDLf(1,1); %-----------------------------------------------------% %--Total arus gangguan: % Merupakan penjumlahan arus bus3 pada fasa b dan c I2totalDLf=i2bDLf+i2cDLf %-----------------------------------------------------% %C.Komponen simetri tegangan bus saat terjadi gangguan: %tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif v1012DLf=[0-(z120*i20DL); v1_0-(z12pos*i21DL) 0-(z12neg*i22DL)] v10DLf=v1012DLf(1,1); v11DLf=v1012DLf(2,1); v12DLf=v1012DLf(3,1); %tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif v2012DLf=[0-(z220*i20DL); v2_0-(z22pos*i21DL) 0-(z22neg*i22DL)] v20DLf=v2012DLf(1,1); v21DLf=v2012DLf(2,1); v22DLf=v2012DLf(3,1); %tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif v3012DLf=[0-(z320*i20DL); v3_0-(z32pos*i21DL)
  • 27. 0-(z32neg*i22DL)] v30DLf=v3012DLf(1,1); v31DLf=v3012DLf(2,1); v32DLf=v3012DLf(3,1); %-----------------------------------------------------% %---D.Tegangan bus saat gangguan untuk tiap fasa: % tegangan bus1 saat gangguan fasa a,b,c v1abcDLf=A*v1012DLf % tegangan bus2 saat gangguan fasa a,b,c v2abcDLf=A*v2012DLf % tegangan bus3 saat gangguan fasa a,b,c v3abcDLf=A*v3012DLf %-----------------------------------------------------% %E.Komponen simetri dari arus gangguan di line fasa a: %arus line L12 urutan nol,positif, dan negatif i12012DL=[((v10DLf-v20DLf))/(L120); (v11DLf-v21DLf)/(L12pos); (v12DLf-v22DLf)/(L12neg)] %arus line L13 urutan nol,positif, dan negatif i13012DL=[((v10DLf-v30DLf))/(L130); (v11DLf-v31DLf)/(L13pos); (v12DLf-v32DLf)/(L13neg)] % Karena tidak ada hubungan antara bus 2 dan bus 3 % Maka arus line L23 urutan nol,positif dan negatif besarnya nol i23012DL=[0; 0; 0] %-----------------------------------------------------% %----- F.Arus gangguan line tiap fasa adalah: % arus gangguan line L12 fasa a,b,c i12abcDLf=A*i12012DL % arus gangguan line L13 fasa a,b,c i13abcDLf=A*i13012DL % arus gangguan line L23 fasa a,b,c i23abcDLf=A*i23012DL end disp('Untuk melanjutkan gangguan di bus 3 tekan "ENTER"') pause %=====================================================% %=====================================================% %=====================================================% % % % PROGRAM UTAMA MENCARI ARUS DAN TEGANGAN % % GANGGUAN PADA BUS KE-3 % % % %=====================================================%
  • 28. MENU3 = menu('" PILIHAN JENIS GANGGUAN PADA BUS3 "',... '1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH',... '2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ',... '3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ') if MENU3==1 %-----------------------------------------------------% %=== 1.GANGGUAN SALURAN TUNGGAL KE TANAH ============% %-----------------------------------------------------% %-----A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI %arus gangguan di bus3 urutan nol i30f=v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf)) % arus gangguan di bus3 urutan positif i31f=i30f % arus gangguan di bus3 urutan negatif i32f=i30f %-----------------------------------------------------% %---- B.BESARNYA ARUS GANGGUAN -----------------------% % besarnya arus gangguan di bus3 pada fasa a, b, dan c I3abcf=A*[v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf)); v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf)); v3_0/((z33pos+z33neg+z330+3*zf))] %-----------------------------------------------------% %C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS PADA KOMPONEN SIMETRI %tegangan gangguan bus1 urutan nol,positif, dan negatif v1012f=[0-(z130*i30f); v1_0-(z13pos*i31f); 0-(z13neg*i32f)] %tegangan gangguan bus2 urutan nol,positif, dan negatif v2012f=[0-(z230*i30f); v2_0-(z23pos*i31f); 0-(z23neg*i32f)] %tegangan gangguan bu31 urutan nol,positif, dan negatif v3012f=[0-(z330*i30f); v3_0-(z33pos*i31f); 0-(z33neg*i32f)] %-----------------------------------------------------% %-- D.BESARNYA TEGANGAN BUS SAAT GANGGUAN -----------% % tegangan gangguan bus1 pada phasa a, b, dan c v1abcf=A*v1012f % tegangan gangguan bus2 pada phasa a, b, dan c v2abcf=A*v2012f % tegangan gangguan bus3 pada phasa a, b, dan c v3abcf=A*v3012f %-----------------------------------------------------% %-- E.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE FASA A ------------%
  • 29. % PADA KOMPONEN SIMETRI -------------------------% % arus di line12 pada urutan nol, positif dan negatif i21012=[(v20f-v10f)/L120; (v21f-v11f)/L12pos; (v22f-v12f)/L12neg;] % arus di line13 pada urutan nol, positif dan negatif i13012=[(v10f-v30f)/L130; (v11f-v31f)/L13pos; (v12f-v32f)/L13neg;] % Karena bus 2 dan 3 tidak terhubung,maka nilainya nol % arus di line23 pada urutan nol, positif dan negatif i23012=[0; 0; 0] %-----------------------------------------------------% %----F.BESARNYA ARUS GANGGUAN LINE--------------------% % arus gangguan line21 pada fasa a, b, dan c i21abcf=A*i21012 % arus gangguan line13 pada fasa a, b, dan c i13abcf=A*i13012 % arus gangguan line23 pada fasa a, b, dan c i23abcf=A*i23012 %----------------------------------------------------% elseif MENU3==2 %----------------------------------------------------% %======2.GANGGUAN ANTAR SALURAN ====================% %------A.ARUS GANGGUAN PADA KOMPONEN SIMETRI---------% % arus gangguan di bus3 pada urutan nol i30LL=0 % arus gangguan di bus3 pada urutan positif i31LL=v3_0/(z33pos+z33neg+zf) % arus gangguan di bus3 pada urutan negatif i32LL = -i31LL %-----------------------------------------------------% %------ B.BESARNYA GANGGUAN ARUS FASA --------------% % arus gangguan di bus3 pada phasa a, b, dan c i3abcLLf=A*[i30LL; v3_0/(z33pos+z33neg+zf); -((v3_0)/(z33pos+z33neg+zf))] %-----------------------------------------------------% % C.BESARNYA TEGANGAN GANGGUAN BUS KOMPONEN SIMETRI --%
  • 30. % tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif v1012LLf=[0-(z130*i30LL); v1_0-(z13pos*i31LL); 0-(z13neg*i32LL);] v10LLf=v1012LLf(1,1); v11LLf=v1012LLf(2,1); v12LLf=v1012LLf(3,1); % tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif v2012LLf=[0-(z230*i30LL); v2_0-(z23pos*i31LL); 0-(z23neg*i32LL)] v20LLf=v2012LLf(1,1); v21LLf=v2012LLf(2,1); v22LLf=v2012LLf(3,1); % tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif v3012LLf=[0-(z330*i30LL); v1_0-(z33pos*i31LL); 0-(z33neg*i32LL)] v30LLf=v3012LLf(1,1); v31LLf=v3012LLf(2,1); v32LLf=v3012LLf(3,1); %-----------------------------------------------------% %-- D.Tegangan bus fasa a,b,c pada saat gangguan: % tegangan bus1 fasa a,b,c v1abcLLf=A*v1012LLf % tegangan bus2 fasa a,b,c v2abcLLf=A*v2012LLf % tegangan bus3 fasa a,b,c v3abcLLf=A*v3012LLf %-----------------------------------------------------% %--- E.Arus gangguan tiap line untuk % fasa a pada komponen simetri: -----------------% % arus line L12 urutan nol, positif, dan negatif i21012LL=[(v20LLf-v10LLf)/L120; (v21LLf-v11LLf)/L12pos; (v22LLf-v12LLf)/L12neg] % arus line L13 urutan nol, positif, dan negatif i13012LL=[(v10LLf-v30LLf)/L120; (v11LLf-v31LLf)/L13pos; (v12LLf-v32LLf)/L13neg] % arus line L23 urutan nol, positif, dan negatif i23012LL= [0; 0; 0] % Arus gangguan line 23 nilainya nol karena bus 2 dan 3 % tidak terhubung
  • 31. %-----------------------------------------------------% %F.Besarnya arus gangguan di tiap Line fasa a,b,c ---% % arus gangguan line L21 fasa a,b,c i21abcLLf=A*i21012LL % arus gangguan line L13 fasa a,b,c i13abcLLf=A*i13012LL % arus gangguan line L23 fasa a,b,c i23abcLLf=A*i23012LL %-----------------------------------------------------% elseif MENU3==3 %-----------------------------------------------------% % ----3.GANGGUAN DUA SALURAN KE TANAH ----------------% %-----A.Arus gangguan komponen simetri % arus di bus3 urutan positif: i31DL=v3_0/((z33pos)+((z33neg)*(z330+3*zf))/(z33neg+z330+3*zf)) % arus di bus3 urutan negatif: i32DL=-((v3_0-(z33pos*i31DL))/(z33neg)) % arus di bus3 urutan nol: i30DL=-((v3_0-(z33pos*i31DL))/(z330+3*zf)) %-----------------------------------------------------% %-- B.Arus fasa pada bus gangguan -------------------% %arus gangguan di bus3 fasa a, b, dan c i3abcDLf=A*[i30DL; i31DL; i32DL] i3aDLf=i3abcDLf(1,1); i3bDLf=i3abcDLf(2,1); i3cDLf=i3abcDLf(3,1); %-----------------------------------------------------% %--Total arus gangguan: %penjumlahan arus bus3 pada fasa b dan c I3totalDLf=i3bDLf+i3cDLf %-----------------------------------------------------% %C.Komponen simetri tegangan bus saat terjadi gangguan: %tegangan bus1 urutan nol,positif, dan negatif v1012DLf=[0-(z130*i30DL); v1_0-(z13pos*i31DL) 0-(z13neg*i32DL)] v10DLf=v1012DLf(1,1); v11DLf=v1012DLf(2,1); v12DLf=v1012DLf(3,1); %tegangan bus2 urutan nol,positif, dan negatif v2012DLf=[0-(z230*i30DL); v2_0-(z23pos*i31DL) 0-(z23neg*i32DL)] v20DLf=v2012DLf(1,1); v21DLf=v2012DLf(2,1); v22DLf=v2012DLf(3,1); %tegangan bus3 urutan nol,positif, dan negatif v3012DLf=[0-(z330*i30DL); v3_0-(z33pos*i31DL)
  • 32. 0-(z33neg*i32DL)] v30DLf=v3012DLf(1,1); v31DLf=v3012DLf(2,1); v32DLf=v3012DLf(3,1); %-----------------------------------------------------% %---D.Tegangan bus saat gangguan untuk tiap fasa: % tegangan bus1 saat gangguan fasa a,b,c v1abcDLf=A*v1012DLf % tegangan bus2 saat gangguan fasa a,b,c v2abcDLf=A*v2012DLf % tegangan bus3 saat gangguan fasa a,b,c v3abcDLf=A*v3012DLf %-----------------------------------------------------% %E.Komponen simetri dari arus gangguan di line fasa a: %arus line L12 urutan nol,positif, dan negatif i12012DL=[((v10DLf-v20DLf))/(L120); (v11DLf-v21DLf)/(L12pos); (v12DLf-v22DLf)/(L12neg)] %arus line L13 urutan nol,positif,dan negatif i13012DL=[((v10DLf-v30DLf))/(L130); (v11DLf-v31DLf)/(L13pos); (v12DLf-v32DLf)/(L13neg)] % Karena tidak ada hubungan antara bus 2 dan bus 3 % Maka arus line L23 urutan nol,positif dan negatif % besarnya nol i23012DL=[0; 0; 0] %-----------------------------------------------------% %----- F.Arus gangguan line tiap fasa adalah: % arus gangguan line L12 fasa a,b,c i12abcDLf=A*i12012DL % arus gangguan line L13 fasa a,b,c i13abcDLf=A*i13012DL % arus gangguan line L23 fasa a,b,c i23abcDLf=A*i23012DL end disp('UNTUK MELANJUTKAN PERHITUNGAN, RUN MATLAB EDITOR ')