SlideShare a Scribd company logo
1 of 125
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN UMUM/DEFINISI

   Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memnuhi aspek
    andal, aman dan akrab lingkungan.
    Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi
    listrik yang memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
    Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman (protection
    system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem
yang ada.
 Pengertian/ definisi :
     Proteksi : perlindungan/ pengaman.
     Sistem tenaga listrik : suatu sistem yang terdiri dari dari beberapa sub
    sistem, yaitu : pembangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyaluran
    (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
     Proteksi sistem tenaga listrik : perlindungan/ pengaman pembangkitan
    (pembangkit tenaga listrik), penyaluran (transmisi), pendistribusian (distribusi)
    dan instalasi pemanfaatan.




                                                                                    1
1.1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN UMUM/DEFINISI
 Dua fungsi utama proteksi, adalah :
   Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian
     sistem yang diamankannya.
   Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya
     yang tidak mengalami gangguan dapat terus beroperasi.
 Contoh komponen (alat) proteksi yang paling sederhana, adalah Pengaman
Lebur (Fuse). Jika dalam memilih Fuse, tepat sesuai kebutuhan, maka kedua
fungsi tersebut di atas dapat dipenuhi.
 Untuk pengaman sistem yang lebih kompleks, diperlukan komponen (alat)
pengaman yang lebih lengkap (terdiri dari berbagai jenis alat pengaman),
misalnya :
     Relay pengaman, berfungsi sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya
         gangguan.
     Pemutus Tenaga (PMT), berfungsi untuk pemutus arus dalam rangkaian
    listrik, untuk melepas bagian sistem yang terganggu.
     Trafo arus dan/ atau trafo tegangan, berfungsi untuk meneruskan arus dan/
         atau tegangan pada sirkit tenaga (sirkit primer) ke sirkit rele (sirkit
    sekunder).
     Battery (Accu), berfungsi sebagai sumber tenaga untuk men-trip PMT atau
         catu daya untuk rele (static relay) dan rele bantu.
                                                                                 2
 Sistem tenaga listrik terdiri dari seksi-seksi (sub sistem), yang satu dengan
  yang lainnya dapat dihubungkan dan diputuskan dengan menggunakan alat
  pemutus tenaga (PMT).
 Masing-masing seksi (sub sistem) diamankan ole rele pengaman dan setiap
  rele mempunyai kasawan pengamanan, yang berupa bagian dari sistem.
  Jika terjadi gangguan di dalamnnya, rele akan mendeteksi dan dengan
  bantuan PMT melepaskan seksi yang terganggu dari bagian sistem lainnya.
 Gambar kawasan pengamanan (zone of protection) :




                                                                                  3
Lanjutan 1.3.

    Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Generator pada
     pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
     Distance Relay, berfungsi sebagai pengaman utama pada penyaluran
     (transmisi), dan lain-lain.
     Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Trafo, dan lain-
     lain.
    Over Current Relay Trafo sisi 150 KV, sebagai pengaman cadangan lokal
     Trafo pengaman cadangan jauh Bus B.
    Over Current Relay dan Ground Fault Relay Trafo sisi 20 KV pengaman
     utama Bus B1 pengaman cadangan jauh saluran BC.
    Over Current Relay dan Ground Fault Relay pengaman utama saluran
BC   pengaman cadangan jauh saluran CD.
     Over Current Relay dan Ground Fault Relay di C pengaman utama
     saluran CD pengaman jauh seksi berikutnya.




                                                                              4
1.4. PENGAMAN UTAMA DAN PENGAMAN CADANGAN


   Pada saat sistem tenaga listrik beroperasi dan mengalami gangguan, ada
    kemungkinan komponen (alat) proteksi gagal bekerja.
    Untuk mengantisipasi timbulnya kemungkinan tersebut, disamping sistem
    tenaga listrik harus dipasang pengaman utama, maka juga dilengkapi
    pengaman cadangan.
   Pengaman cadangan diharapkan akan bekerja, apabila pengaman utama
    gagal bekerja. Oleh karenanya pengaman cadangan selalu disertai dengan
    waktu tunda (time delay), untuk memberi kesempatan pada pengaman
    utama bekerja lebih dahulu.
 Jenis pengaman cadangan :
   Pengaman cadangan lokal (local back up).
   Pengaman cadangan jauh (remote back up).

 Letak (penempatan) :
       Pengaman cadangan lokal terletak di tempat yang sama dengan
        pengaman utamanya.
     Pengaman cadangan jauh terletak di seksi sebelah hulunya.


                                                                             5
1.5. KRITERIA SISTEM PROTEKSI
 Kepekaan (sensitivity) :
   Peralatan proteksi (rele) harus cukup peka dan mampu mendeteksi
  gangguan di kawasan pengamannya.
   Meskipun gangguan yang terjadi hanya memberikan rangsangan yang
  sangat minim, peralatan pengaman (rele) harus mampu mendeteksi secara
  baik.
 Keandalan (reliability) :
   Dependability :
       • Peralatan proteksi (rele) harus memiliki tingkat kepastian bekerja
     (dependability) yang tinggi.
       • Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki keandalan tinggi (dapat
     mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal
     bekerja.
   Security :
       • Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki tingkat kepastian untuk
     tidak salah kerja atau tingkat security (keamanannya) harus tinggi.
       • Yang dimasksud salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak kerja,
         misal : karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamannya atau sama
         sekali tidak ada gangguan.
       • Salah kerja bisa mengakibatkan terjadinya pemadaman, yang semestinya
         tidak perlu terjadi.                                                 6
Lanjutan 1.5.

 Selektifitas (selectivity) :
       Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan
       sistem.
       Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin, yaitu
       hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang menjadi kawasan
     pengaman utamanya.
       Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan terletak di kawasan
       pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja cepat, atau terletak di sub
       sistem berikutnya, dimana rele harus bekerja dengan waktu tunda atau
     tidak bekerja sama sekali.

 Kecepatan (speed) :
      Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem yang
      mengalami gangguan secepat mungkin.
      Untuk menciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu
     pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda
     tersebut harus secepat mungkin.
      Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian,
      dapat diperkecil.

                                                                              7
BAB II
PENGAMAN GENERATOR
2.1. SKEMA GENERATOR

 GENERATOR KECIL (sistem isolated)
   Daya: 500 s/d 1000 kVA tegangan 600 volt (maksimum)

     1- 51V, backup overcurrent relay, pengendalian
                  tegangan atau kontrol tegangan
     1-51G, backup ground time overcurrent relay

    GENERATOR SEDANG (sistem isolated/ paralel)
        Daya: 500 s/d 12 500 kVA tegangan 600 volt
               (maksimum)
          3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian
                    tegangan atau kontrol tegangan
          1 -51G, backup ground time overcurrent relay
          1 - 87, differential relay
          1 - 32, reserve power relay untuk pengendalian
                    protection
          1 – 40, impedance relay, untuk pengaman
                    kehilangan medan
                                                             8
Lanjutan 2.1.



 3 - 51V, backup overcurrent relay,
              pengendalian tegangan atau
                 kontrol tegangan
 1 - 51G, backup ground time overcurrent
                relay
 1 - 87, differential relay
 1 - 32, reserve power relay untuk peng
              endalian protection
 1 – 40, impedance relay, untuk pengaman
            kehilangan medan
 1 – 46, Negative phase sequence over
             current relay untuk protection
                 kondisi unbalanced




                                              9
Lanjutan 2.1.
 3 - 51V, backup overcurrent relay,
           pengendalian tegangan atau
            kontrol tegangan
 1 -51G, backup ground time overcurrent
             relay
 1 - 87, differential relay
 1 – 87G, ground differential relay
 1 - 32,   reserve power relay untuk peng
                endalian protection
 1 – 40, impedance relay, untuk pengaman
           kehilangan medan
 1 – 46, Negative phase sequence over
            current relay untuk protection
             kondisi unbalanced.
 1 – 49, temp relay untuk monitor belitan
            temp stator
 1 – 64F, generator field relay, hanya untuk
                mesin yg mempunyai medan
                  supply slip rings
 1 – 60, voltage balance relay
                                             10
2.2. PENGAMAN HUBUNG SINGKAT


                                 BUS GEN.

                    CB      CT
                                                    Beban
            GEN.

                           OCR
                    MCCB




 Relai ini mengamankan generator dari beban lebih atau
    gangguan hubung singkat .

 PENGAMAN : OCR (51) -- untuk generator sedang dan besar
                   MCCB      - - untuk generator kecil




                                                             11
2.3. PENGAMAN TEGANGAN KURANG


                       BUS GEN.

               CB
                                          Beban
       GEN.          PT

               UVR



  PENYEBAB:
    Generator mengalami beban lebih
     AVR generator mengalami kerusakan
     Gangguan hubung singkat di sistem


  AKIBAT: Dapat merusak belitan rotor

 PENGAMAN : UNDER VOLTAGE RELAY (27)



                                                  12
2.4. PENGAMAN TEGANGAN LEBIH (OVER LOAD)

                                BUS GEN.

                        CB
                                                    Beban
                GEN.           PT

                        OVR




 PENYEBAB:
  Lepas nya beban (Ppemb > P beban)

 AKIBAT:
   Generator mengalami kapasitif.
  AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut, merusak instalasi
   alat bantu di generator bisa rusak.
  Frekwensi naik > 50 Hz .

 PENGAMANDEVICE NUMBER OVER VOLTAGE RELAY : 59
           :


                                                                         13
2.5. PENGAMAN STATOR KE TANAH

                                  BUS GEN.

              TRF          CB
                                                        Beban
    Rn              GEN.
         CT


    OCR 51N




 PENYEBAB:
  Terjadi kebocoran isolasi di stator, sehingga terjadi gangguan hubung
  Singkat fasa ketanah antara stator dan tanah

 AKIBAT:
  Kerusakan pada belitan stator

          PENGAMAN ARUS LEBIH (51N)
 PENGAMAN:



                                                                          14
2.6. PENGAMAN DAYA (BALIK) PENGGERAK
                  MULA
                             BUS GEN.

          CT
                                              SISTEM
               GEN.     PT

          32



          40


 PENYEBAB:
   PRIME-MOVER DARI SALAH SATU GENERATOR RUSAK ,
MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR.

 AKIBAT:
  ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM
  SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR.

 PENGAMAN -- REVERSE POWER (32)


                                                        15
2.7. PENGAMAN HILANG MEDAN (LOSS OF
               EXCITATION)
                                BUS GEN.

         CT
                                                          SISTEM
              GEN.         PT

         32



         40




    PENYEBAB: Hilangnya eksitasi

 AKIBAT:
    Daya reaktif balik dari sistem masuk ke generator,
      atau generator menyerap var sistem
    Memanaskan ujung belitan generator

   PENGAMAN -- LOSS OF EXCITATION (40)


                                                                   16
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR

                      GEN.
                                   CB




                             RTD
                    26



 PENYEBAB:
   pembebanan melebihi kapasitas generator
   kerusakan sistem pendingin

 AKIBAT:
    belitan generator bisa panas
    bisa merusak konduktor stator dan isolasi
     antara belitan ke inti

 PENGAMAN -- PENGAMAN TEMPERATUR (26)

                                                 17
2.9. PENGAMAN OVER SPEED

                                             BUS GEN.
                 MESIN.
                                        CB


                               GEN.


               TRANSDUCER
                      SPEED SENSOR

 PENYEBAB:
   gangguan pada sistem sehingga lepas beban
    governor tidak mampu kembalikan put. normal
 AKIBAT:
   over speed
   bisa terjadi vibrasi  balancing pada put. tertentu
   bisa rusakkan bearing dan shaft
   frekwensi naik

 PENGAMAN : UNDER SPEED (81 – U)
             OVER SPEED (81- O)
                                                          18
2.10. PENGAMAN DIFFERENSIAL GENERATOR

                    GEN.
                                CB




                        SET




                  DIFERENSIAL
                  GENERATOR



   PENYEBAB:
   GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR
   AKIBAT:
   KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR
  PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G).


                                         19
2.11. PENGAMAN BEBEAN LEBIH (OVER LOAD
                RELAY)

                               BUS GEN.

                    CB    CT
                                                    BEBAN
            GEN.

                         OLR




 PENYEBAB:
  Arus beban melebihi nominal dan bertahan lama

 AKIBAT:
  Memanaskan belitan generator. merusak konduktor dan isolasi belitan

 PENGAMAN : DEVICE NUMBER OVER LOAD RELAY : 49




                                                                        20
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR
                GEN.
                                  CB




                        NEG.SEQ
                        FILTER


                       OCR



  PENYEBAB:
   KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN

  AKIBAT:
  MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA

  PENGAMAN : NEGATIVE SEQUENCE RELAY ( 46)




                                                   21
BAB III
  PENGAMAN
TRANSFORMATOR
    TENAGA
3.1. JENIS PENGAMAN

 Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan,
   diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983)
   Bagian Satu, C) :
    Relai Buchollz
    Relai Jansen
    Relai tangki tanah
    Relai suhu
    Relai diffrential
    Relai beban lebih
    Relai gangguan tanah terbatas
    Rele arus hubung tanah


                                                                   22
3.2. RELAY BUCHHOLZ
                             KE CONSERVATOR                    KRAN
                                                   TRIP
                                                               PELAMPUNG




           1
                                       TUAS TRIP
                                                                      ALARM
           2                                  TUAS ALARM




                                              TANGKI TRAFO



 Relai buchholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun dari
   OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah di kedua pipa tersebut
   dipasang relai bucholz.
 Gunanya: untuk mengamankan trafo dari gangguan internal trafo yang menimbulkan
   gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat di dalam trafo
   atau akibat busur di dalam trafo.
 Cara kerja: yaitu gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa dan
   besarnya tekanan gas ini akan mengerjakan relai dalam 2 tahap yaitu:
     Mengerjakan alarm (Bucholz 1st) pada kontak bagian atas 1.

     Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah 2.
                                                                                    23
Lanjutan 3.2.


 Analisa gas yang terkumpul di dalam relai Bucholz

   H2 dan C2H2
    menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian
   konstruksi.

   H2, C2H2 dan CH4
    menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi phenol terurai,
   misalnya terjadi gangguan pada sadapan.

    H2, C2H4 dan C2H2
     menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti.


    H2, C2H, CO2 dan C3H4
     menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan inti.



                                                                    24
3.3. RELAY JANSEN




 Relai Jansen adalah relai untuk mengamankan transformator dari
  gangguan di dalam tap changer yang menimbulkan gas. Dipasang
  pada pipa yang menuju conservator.
 Cara Kerja Sama seperti relai bucholz tetapi hanya mempunyai
  satu kontak untuk tripping.

                                                                   25
3.4. RELAY SUDDEN PRESSURE


 Relai Sudden Pressure. Relai Pressure untuk tangki utama Trafo
bekerja apabila di dalam tangki Trafo terjadi kenaikan tekanan udara akibat
terjadinya gangguan di dalam Trafo.
 Tipe Membran
    Plat tipis yang didisain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima
tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga bila
pecah harus diganti baru.

        Indikator         Pressure Relief Valve
        trip
                             Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang
                             didisain sedemikian rupa sehingga apabila terjadi
                         tekanan di dalam transformator melebihi tekanan
        Reset Mekanis    pegas maka akan membuka dan membuang
                         tekanan keluar bersama-sama sebagian minyak.

Katup akan menutup kembali apabila tekanan di dalam transformator turun atau
lebih kecil dari tekanan pegas.

                                                                               26
3.5. RELAY HV/ LV WINDING TEMPERATURE

                                     Relai HV/LV Winding Temperature bekerja
                                     apabila Suhu kumparan Trafo melebihi seting dari
                                     pada relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu
                                     adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan
                                     suhu udara luar Trafo.




 Urutan kerja relai suhu kumparan / winding ini dibagi 2 tahap:
      Mengerjakan alarm (Winding Temperature Alarm)
      Mengerjakan perintah trip ke PMT (Winding Temperature Trip)


    Relai HV/LV Oil Temperature bekerja apabila suhu minyak Trafo melebihi
seting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan
faktor pembebanan dan suhu udara luar Trafo.

 Urutan kerja relai suhu minyak / oil ini dibagi 2 tahap:
      Mengerjakan alarm (Oil Temperature Alarm).
      Mengerjakan perintah trip ke PMT (Oil Temperature Trip).
                                                                                        27
3.6. PENGAMAN PANJAT TRAFO




                             28
3.7. RELAY ARUS LEBIH (OVER CURRENT
                     RELAY)




                  indikator




    Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan
hubung singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah pengaman
transformator.
 Diharapkan Relai ini mempunyai sifat komplementer dengan Relai beban
lebih.     Relai ini berfungsi pula sebagai pengaman cadangan bagi bagian
instalasi lainnya.
                                                                             29
3.8. RELAY TANGKI TANAH

 Berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat antara fasa
  dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan.




                 F51G




 Relai 51 G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo
  ketanah, kalau terjadi kebocoran isolasi dari belitan tarafo ke tangki, arus
  yang mengalir ke tanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT. Relai
  akan mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan
  kembali kesistem melalui pembumian trafo.
                                                                             30
3.9. RESTRICTED EARTH FAULT (REF)

 Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF) untuk
    mengamankan transformator bila ada gangguan satu satu fasa ke tanah
    di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele
differensial.




                                     Y




                      87N                  87N




                                                                      31
3.10. PENGAMAN DIFFERENSIAL

                                    PRINSIPNYA :
                                     membandingkan arus yang masuk
                                     ke peralatan dengan arus yang
                                     keluar dari peralatan tersebut




 Fungsi:
  untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang
  terjadi didalam daerah pengaman transformator.


                              PERALATAN
                       I IN                  I OUT

 Cara Kerja:
  Membandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar

                                                                          32
Lanjutan 3.10.

 DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan)

                         TRAFO TENAGA
             IP   CT P                  IS   CT S
                                                       BEBAN

                                 iS

                           DIFF. RY


          DOT POLARITY      iP



    DALAM KEADAAN NORMAL  ARAH IP DAN IS SEPERTI
                             PADA GAMBAR

      DISISI SEKUNDER MASING-MASING CT, ARUS KELUAR DARI
     TERMINAL     DOT, SEHINGGA ARAH ARUSNYA :
      KARENA IP SAMA BESAR IS TAPI ARAH BERLAWANAN MAKA
     DIFFERENSIAL RELAI TIDAK DILALIRI ARUS
                                                                33
Lanjutan 3.10.

 DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan)

                            TRAFO TENAGA
              IP     CT P                  CT S
                                                           BEBAN


                              DIFF. RY
      DOT POLARITY

                               iP

    DALAM KEADAAN GANGGUAN ARAH IP SEPERTI PADA
                                    GAMBAR DAN HANYA IP

    DISISI SEKUNDER CTP, ARUS iP KELUAR DARI
     TERMINAL DOT, DAN MENGERJAKAN DIFF RY
     PERHATIKAN :TERMINAL SEKUNDER CTP DAN CTS TERHUBUNG
                     KE DIFF. RY DI FASA YANG BERLAWANAN
                      ATAU BEDA SUDUT 180o
                                                                   34
3.11. BAGAN SATU GARIS PENGAMAN
             TRANSFORMATOR
                                                         BUS I 150 kV

                                                         BUS 2 150 kV

            PMS BUS 1                     PMS BUS 2


                                   Trip

                PMT 150kV

                                          Meter
                   CT
                200/5-5-5A                OCR & EF



         TRAFO                                                                 DIFFRENSIAL
        20 MVA                           NGR 40 ohm
                                      CT 300A/12 kVCT
       150 / 20 kV
                                    300/5A 10 Sec 1000/5
        Z = 12,4 5                                                REF
                                            EF


                     CT                   OCR & EF
                 1000/5-5-5A
                                          Meter
                                Trip
                 PMT 20kV
                                                   PT
BUS 20 kV
                         Trip                 20kV/110V                 KETERANGAN :
             PMT 20kV
                                                  V3    V3              OCR & EF : Over Current Relay & Earth Fault
                             OCR & EF
                  CT                                                    DIFF          : Diffrencial Relay
                               Meter                                    REF          : Restricted Earth Fault
                                                                        Meter        : Alat Ukur Amper, kWh, kVarh, MW, MVar dll.
                PENYULANG 20 kV

                                                                                                                                    35
BAB IV
    CURRENT
TRANSFORMER &
   POTENTIAL
 TRANSFORMER
4.1. TRAFO INSTRUMEN (INTRUMENT
                      TRANSFORMER)
  Adalah trafo yang mana dipergunakan bersama dengan peralatan
   lain seperti: relai proteksi, alat ukur atau rangkaian kontrol, yang
   dihubungkan ke arus bolak balik
   Trafo instrumen: current transformers dan voltage transformers.

 PERALATAN PENGUKURAN LISTRIK
       kWh meter         :   untuk mengukur pemakaian energi listrik
       kVAr meter        :   untuk mengukur pemakaian daya reaktif
       Ampere meter      :   untuk mengukur arus
       Volt meter        :   untuk mengukur tegangan
       Watt meter        :   untuk mengukur pemakaian daya aktif
       Cosϕ meter        :   untuk mengukur power factor

  PERALATAN PROTEKSI
       Over Current Relay
       Ground Fault Relay
       Differential Relay
       Distance Relay
                                                                          36
4.2. TRAFO ARUS


 DEMI KEAMANAN & KETELITIAN, TRAFO ARUS UNTUK :
     PENGUKURAN
       • HARUS PUNYA KETELITIAN TINGGI PADA
         DAERAH ARUS PENGUKURAN BEBAN
         NOMINAL
       • HARUS JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG
         BESAR, UNTUK KEAMANAN ALAT UKUR


   PROTEKSI
      • HARUS PUNYA KETELITIAN / ERROR KECIL PADA
        DAERAH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
        BESAR
      • TIDAK JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG
        BESAR, UNTUK KEANDALAN ALAT PROTEKSI



                                                    37
Lanjutan 4.2.

 RANGKAIAN EKIVALEN CT

                        IP
                               P 1 /K            P 2 /L




                             S 1 /k                   S 2 /l
                                        IS
                                             A


    P1/K masuknya arus primer & P2/L keluaran arus primer
    S1/k masuknya arus sekunder dari primer dan S2/l keluaran arus
     sekunder
    Pembumian : pada S2/l -- sudut IP dan IS = 00
                  pada S1/k -- sudut IP dan IS = 1800

                                                                          38
4.3. KESALAHAN CURRENT TRANSFORMER

 Kesalahan arus
  Perbedaan arus yang masuk disisi primer dengan arus disisi
  sekunder

  ε %   = [(Kn Is - Ip)/Ip] x 100%

 Kesalahan fasa
  Akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer dengan arus
  sisi sekunder

 Composite Error

   εc = 100/ Ip √ 100/T ∫ (Knis – ip)2 dt

   is dan ip merupakan nilai arus sesaat sisi sekunder dan sisi
   primer.


                                                                  39
4.4. SPESIFIKASI CLASS CT
    Sesuai IEC 60044-1 spesifikasi class untuk CT:
      Kelas                 +/- % kesalahan ratio arus                    +/- % pergeseran fase pada % dari
    ketelitian              pada % dari arus pengenal                    arus pengenal , menit (centiradians)

                        5            20          100         120           5        20         100           120

       0,1              0,4          0,2         0,1         0,1           15       8              5          5
       0,2             0,75        0,35          0,2         0,2           30       15         10            10
       0,5              1,5        0,75          0,5         0,5           90       45         30            30
       1,0              3,0          1,5         1,0         1,0          180       90         60            60


  Kelas                  +/- % kesalahan ratio arus                          +/- % pergeseran fase pada % dari
ketelitian               pada % dari arus pengenal                          arus pengenal , menit (centiradians)
                  1            5           20          100         120          1   5         20       100         120

  0,2S           0,75         0,35         0,2         0,2         0,2         30   15        10       10          10
  0,5S           1,5          0,75         0,5         0,5         0,5         90   45        30       30          30


                   Kelas              +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal
                 ketelitian
                                                       50                                100
                        3                              3                                  3
                        5                              5                                  5

                                                                                                                         40
4.5. CLASS TRAFO UNTUK PENGUKURAN
                           TRAFO ARUS
          MASING –MASING CLASS TRAFO ARUS
                    UNTUK PENGUKURAN

Untuk kebutuhan industri        : CL2 or CL1

Untuk kWh meter di pelanggan     : CL0.5

Untuk memperkecil kesalahan      : CL0.2S

Untuk kebutuhan laboratorium     : CL0.1

Untuk kebutuhan instrument       : CL3 or CL5


                                  2,5 VA; 10 VA; 30 VA
     Akurasi burden pengenal:     5 VA ; 15 VA
                                 7,5 VA ; 20 VA

                                                         41
4.6. KURVA MAGNETISASI

          Kurva maknetisasi CT



CT Metering          ES


                                        Kurva CT untuk proteksi

                          Knee point

                                       Kurva CT untuk pengukuran




CT Proteksi
                                                   I eX ct




                                                                   42
4.7. BEBERAPA KONSTRUKSI CT

 Sisi primer batang        Sisi primer lilitan




                          A




                                                   43
Lanjutan 4.7.

                                Inti besi
 Trafo arus dengan inti besi




 Trafo arus tanpa inti besi

   Rogowski coil




                                            44
Lanjutan 4.7.



 Type lingkaran/Wound primary




                 Conventional
                 Dead Tank CT




                                            45
Lanjutan 4.7.

 Type batang /Bar primary




   Inverted CT


                                        46
Lanjutan 4.7.

             Teriminal primer
                 1 belitan
                                        Pola (mould)                                                             Pola (mould)

   Resin                                                                     Resin



Belitan                                                                   Belitan
sekunder                                                                  sekunder
                                             Belitan sekunder                                                      Belitan sekunder
Untuk                                                                     Untuk
                                             Untuk Proteksi                                                        Untuk Proteksi
pengukuran                                                                pengukuran


             Teriminal sekunder                                                          Teriminal sekunder
                                                     P1(C1)      P2(C2)




                                       Gambar 8: dua belitan sekunder

                                  1S1 1S2              2S1 2S2                 3S1 3S2      4S1 4S2




                                            4 Teriminal sekunder




  BILA PRIMER 2 BELITAN --  DIPILIH PADA LOWER RATIO
                                                                                                                                      47
4.8. TRAFO TEGANGAN


 Trafo tegangan:
    Instrumen trafo yang dipergunakan untuk memperkecil tegangan
tinggi ke tegangan rendah , dipergunakan untuk pengukuran atau
proteksi

Accuracy classes sesuai IEC 60044-2
                         Range                   Limit of Errors
  Class   Burden                 Voltage    Ratio            Phase                   Application
           (%)                    (%)       (%)          displacement
                                                             (min)
  0,1     25   -   100           80 - 120    0,1               5        laboratory
  0,2     25   -   100           80 - 120    0,2               10       Precision and revenue metering
  0,5     25   -   100           80 - 120    0,5               20       standard revenue metering industrial
  1,0     25   -   100           80 - 120    1,0               40       grade meters intruments
  3,0     25   -   100           80 - 120     3                 -
  3P      25   -   100             5-Vf      3,0              120       Protection
  6P      25   -   100             5-Vf      6,0              240       Protection




                                                                                                               48
Lanjutan 4.8.

 Rangkaian ekivalen
      R
      S
       T
     Primer
     20.000/√3

     Sekunder
     100/√3


                 r   s      t

   Tegangan pengenal primer : kV (150 kV, 20 kV atau 150 kV/√3 , 20 kV/√3)
   Tegangan pengenal sekunder: volt (110 V , 110 V atau 110 V/√3 , 100 V/√3)
 Untuk pengukuran tegangan jatuh disisi sekunder ≤ 0,05 % s/d 0,1 % x
  tegangan pengenal sekunder PT

 Tipe trafo tegangan:
     Inductive voltage transformers
     Capacitive voltage transformers

                                                                               49
4.9. KLASIFIKASI TRAFO TEGANGAN



 Jenis INDUKTIF (PT)
    Terdiri dari belitan Primer dan belitan sekunder, Belitan
  primer akan menginduksikannya ke belitan sekunder
  melalui core.

 Jenis KAPASITIF (CVT)
   Terdiri dari rangkaian kondensor yang berfungsi sebagai
  pembagi tegangan tinggi dari trafo pada tegangan
  menengah yang menginduksikan tegangan ke belitan
  sekunder melalui media capasitor.



                                                            50
4.10. JENIS INDUKTIF TRAFO TEGANGAN

                     Keterangan gambar:

                      1. Kertas/Isolasi Minyak Mineral/Quartz filling.
        7

                6
                      2. Belitan Primer: vernis ganda-isolasi kawat
                         tembaga, tahan pada suhu tinggi.
            5

                      3. Inti: bukan orientasi listrik baja memperkecil
            1
                         resiko resonansi besi

                      4. Belitan Sekunder
4           2
                      5. Isolator Keramik
                3
8
                      6. Dehydrating Breather

                      7. Terminal Primer

                      8. Terminal Sekunder

                                                                          51
4.11. JENIS KAPASITIF TRAFO TEGANGAN

       1         1). HV.T adalah terminal tegangan tinggi

                 2) kapasitor C1 & C2 pembagi tegangan
                    (capacitive voltage divider) yang
           5        berfungsi sebagai pembagi tegangan
                    tinggi untuk diubah oleh trafo
                    tegangan menjadi tegangan
                    pengukuran yang lebih rendah

2                3). L0 adalah induktor penyesuai
                    tegangan (medium voltage choke)
                    yang berfungsi untuk
                    mengatur/menyesuaikan supaya tidak
                    terjadi pergeseran fasa antara
                    tegangan masukan (vi) dengan
3          7        tegangan keluaran (vo) pada
                    frekuensi dasar.

                 4) Belitan primer

                 5) Isolator keramik
4
                 7) Terminal sekunder


                                                            52
4.12. KESALAHAN TRAFO TEGANGAN



 Kesalahan rasio trafo tegangan
  Kesalahan besaran tegangan karena perbedaan rasio name plate
  dengan rasio sebenarnya dinyatakan dalam

               % = 100 (Kn Vs - Vp)/Vp


 Composite Error

            εc = 100/ Vp √ 100/T ∫ (Knvs – vp)2 dt

  vs dan vp merupakan nilai tegangan sesaat sisi sekunder dan sisi primer.




                                                                             53
BAB V
 SISTEM PEMBUMIAN
PERALATAN & SISTEM
5.1. PENGERTIAN UMUM

   Pembumian sistem adalah hubungan secara Elektris antara sistem
    dengan tanah melalui transformator yang mempunyai belitan Y.


 Kegunaan: (pada sistem 3 fasa)
   Pengaman Sistem dari gangguan tanah
   Pengaman Isolasi Peralatan Instalasi akibat tegangan lebih
  sewaktu gangguan fasa-tanah


 Pembumian Peralatan adalah hubungan antara peralatan listrik
  dengan tanah/bumi
     Kegunaan:
      Sebagai pengaman bagi manusia dan peralatan instalasi jika terjadi
      kebocoran listrik pada peralatan.


                                                                           54
5.2. MACAM / JENIS PEMBUMIAN SISTEM




 Pentanahan melalui tahanan ( resistance grounding ).

 Pentanahan melalui reaktor ( reactor grounding ).
 Pentanahan langsung ( effective grounding ).
   Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat
    berubah-ubah ( resonant grounding ) atau pentanahan
    dengan kumparan Petersen ( Petersen Coil ).




                                                          55
5.3. PEMBUMIAN NETRAL LANGSUNG (SOLID
                   GROUNDED)

 Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y
   yang dihubungkan langsung dengan tanah melalui
elektroda    cu.

 Tahanan pembumian harus rendah 0,5 – 3 ohm .




                                    Transformator tenaga



                                    Netral ditanahkan
                                    langsung



                                                           56
Lanjutan 5.3.

 Pemasangannya:
  Pada transformator tenaga yang dipasok dari sistem tegangan
  menengah (GI) atau PLTD kecil.

  Keuntungan :
   Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif
    kecil.
   Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat
    dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui.
   Sederhana dan murah dari segi pemasangan

  Kerugian :
   Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan
     terputusnya daya.
   Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat
  menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik yang
  dilaluinya.
                                                                   57
Lanjutan 5.3.



                                   ZL


          XT

                                   I GF


 Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan
  Reaktansi X T dan Impedansi Z L

 Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai
Arus Lebih gangguan tanah.

                                                       58
Lanjutan 5.3.

 Pembebanan pada transformator tenaga di GI atau
  PLTD yang memasok kebeban:
    Bisa single phase (Transformator 1 fasa)
    Bisa three phase (Transformator 3 fasa)
    Beban tidak seimbang, kawat netral
   dialiri
      arus beban




                                                      59
5.4. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI TAHANAN

 Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan
hubungan      Y yang dihubungkan dengan tanah
melalui      tahanan

 Guna : Membatasi besar arus gangguan tanah
             tetapi relai gangguan tanah masih kerja baik



                                      Transformator tenaga



                                      Netral ditanahkan
                                      Melalui Tahanan
   Tahanan



                                                             60
Lanjutan 5.4.

 Pemasangannya :
  Pada transformator tenaga yang dipasok pada
  sistem tegangan 70 atau 150 kV (GI) atau pada
  sistem PLTD kecil

    Tahanan pembumian (netral grounding resistance)
     yang terpasang di GI atau sistem PLTD :
      NGR dengan tahanan 12 ohm.
      NGR dengan tahanan 40 ohm.
      NGR dengan tahanan 500 ohm.

   Catatan: Nilai tahanan perlu dihitung yang
             didasarkan pada besarnya arus gangguan
             1 fasa ketanah

                                                    61
Lanjutan 5.4.

  Contoh NGR yang terpasang di Gardu Induk




                                       40 ohm




 NGR (Neutral Grounding Resistance)
  Adalah tahanan yang dipasang antara titik neutral trafo dengan tanah dimana
  berfungsi untuk memperkecil arus gangguan tanah yang terjadi
  sehinggadiperlukan proteksi yang praktis dan tidak terlalu mahal karena
  karakteristik rele dipengaruhi oleh sistem pentanahan titik neutral.
                                                                                62
Lanjutan 5.4.




                                      ZL


            XT

Rn                                         I GF


 Arus gangguan tanah dihitung dengan memasuk-
  kan Tahanan 3R N , Reaktansi X T dan Impedansi Z L

 Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan
  Relai Arus Lebih gangguan tanah.

                                                             63
                 Lanjutan 5.4.


 Keuntungan :
   Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
   Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus
  gangguan tanah kecil.
   Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus
    gangguan yang melaluinya.

 Kerugian :
    Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan
     selama        terjadinya gangguan fasa ke tanah.
    Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil,
   kepekaan relai pengaman menjadi berkurang .




                                                         64
5.5. PEMBUMIAN NETRAL MENGAMBANG
                (FLOATING)
 Titik Netral Transformator hubungan Y tidak
  dihubungkan ke tanah
            Untuk sistem kecil, arus gangguan-
          tanah tidak membuat kejutan power
 Guna : pada pembangkit
           Untuk sistem kecil, arus gangguan-
         tanah temporer bisa self clearing


                             Transformator tenaga




                             Netral tidak
                             ditanahkan

                                                    65
Lanjutan 5.5.


                                ZL


            XT

                                     I Ce            I GF

 Saat terjadi Arus gangguan tanah
timbul: kapasitif jaringan
    Arus
  Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap
    Karenanya Relai gangguan tanah tidak selektif
  Arus Kapasitif gangguan tanah besar ?  Arcing
                                                        66
Lanjutan 5.5.

 Gangguan Fasa - tanah
  Tegangan Fasa sehat naik 3 kali.
  Gang. Permanen, Tegangan sentuh tdk bahaya.
   Kawat putus yang tidak menyentuh tanah bahaya
     bila disentuh manusia.
   Sistem kecil, gangguan tanah tidak dirasakan
        konsumen TR.

 Uraian vektor V dan I saat gangguan tanah
     Segitiga tegangan sistem tidak berubah .
     Magnitude & sudut tegangan fasa sehat berubah .
   Magnitude I Ce besar  gejala Arcing Ground .

                                                   67
             Lanjutan 5.5.

 Akibatnya :   Udara    yang    belum kembali
                menjadi      isolator  kembali
                breakdown karena teg. fasa R
                yang naik s/d 3xEph

 Kejadian ini berulang pada setiap cycle dari
gelombang sinusoidal, dan  disebut Arcing
Ground

 Kenaikan tegangan pada peristiwa Arcing
Ground     berbahaya bagi isolator    diseluruh
instalasi.
  I CE yang terlalu besar penyebab Arcing
 Ground     harus dihindari  agar tidak merusak
 peralatan
                                                 68
Lanjutan 5.5.



 Pembebanan :
  Tidak bisa single phase
  Harus three phase (Trafo 3 fasa)
  Beban tidak seimbang di TR di TM dialiri
   arus urutan negatif.
  Pengukuran Beban  bisa gunakan meter
   3 fasa 3 kawat.




                                            69
5.6. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI PETERSON
                   COIL

 Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan
hubungan Y yang dihubungkan dengan tanah
melalui reaktor induktif -  Peterson coil

 Nilai reaktansi Induktansi disesuaikan dengan
  nilai reaktansi kapasitansi jaringan

            Arus kapasitif gangguan tanah yang
             besar dikecilkan agar tidak terjadi
 Guna :     Arcing Ground yang berbahaya
            Arus gangguan tanah temporer men-
                jadi bisa self clearing kembali
            Dapat mengkompensir arus kapasitif

                                                   70
Lanjutan 5.6.


                                Transformator tenaga



                                Netral ditanahkan
                                Melalui Reaktor




 Tegangan Fasa- tanah
  Kondisi Normal
   Masih dapat terjaga seimbang , bila Ce seimbang .
  Kondisi gangguan tanah
   Teg. Netral-tanah naik, teg. Fasa-tanah naik √3.
                                                        71
Lanjutan 5.6.


                                               I Ce
                                      ZL


             XT

        IL

                                                      I Ce   IL

 Bila terjadi arus gangguan tanah
    Arus kapasitif jaringan dikompensir oleh arus I L
    Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap
    Relai gangguan tanah tidak selektif
    Arus gangguan tanah  tidak membuat Arcing
                                                                  72
Lanjutan 5.6.

 Keuntungan :
   Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi
    mahluk hidup.
   Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat
            dihindari.
   Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke
    tanah.
   Gejala busur api dapat dihilangkan.

 Kerugian :
    Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena
     arus gangguan tanah relatif kecil.
    Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap
     (permanen) pada sistem.
    Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada
     perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning)
     kembali.
                                                                      73
5.7. GROUNDING EQUIPMENT (PEMBUMIAN
                 PERALATAN)
 Pengertian Pembumian Peralatan
    Pembumian        peralatan adalah pentanahan     yang
   menghubungkan kerangka/ bagian dari peralatan listrik
   terhadap ground (tanah).
    Pembumian ini pada kerja normal tidak dilalui arus.




                                                             74
5.8. PEMBUMIAN PERALATAN

 Tujuan pembumian peralatan adalah sebagai berikut :
   Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik
  yang berbahaya bagi manusia bila pada
  peralatan listrik terjadi kebocoran listrik.
   Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik
  besarnya        maupun lamanya dalam keadaan
  gangguan tanah tanpa       menimbulkan kebakaran
  atau ledakan pada bangunan atau isinya.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pentanahan :
   Tahanan jenis tanah.
   Panjang elektroda pentanahan.
   Luas penampang elektroda pentanahan.

                                                          75
Lanjutan 5.8.

 Tahanan Jenis Tanah
                JENIS TANAH                  TAHANAN JENIS TANAH (OHM M)

TANAH RAWA                                                      30

TANAH LIAT DAN TANAH LADANG                                    100

PASIR BASAH                                                    200

KERIKIL BASAH                                                  500

PASIR DAN KERIKIL KERING                                      1,000

TANAH BERBATU                                                 3,000


                            R = Tahanan elektroda pentanahan (ohm)
                            ρ = Tahanan jenis tanah ,ohm-cm besarnya sesuai tabel
  R=
         ρ  4.L 
             . ln   − 1        (karena tabel diatas dalam ohm-meter dirubah dahulu
       2.π L           
                   r
                                 dalam ohm-cm)
                                r = jari-jari elektroda pentanahan ( cm )
                               L = panjang elektroda pentanahan ( cm )
                                                                                       76
Lanjutan 5.8.


 Sirkulasi arus akibat adanya kebocoran pada peralatan
listrik
                                                      R
                    RL
      Sekunder                                        S
      trafo
      gardu                                           T
      distribusi    RN

                                                      Netral




            Re1                                 Re2

                            Peralatan Listrik




                                                                 77
Lanjutan 5.8.
                    Titik terjadi gangguan
                    phasa - tanah




  Tegangan sentuh
                                                Tegangan langkah




                                                               Bumi


            20 m                             20 m




Bentuk tegangan antara tegangan elektroda dan
referensi bumi, tegangan elektroda-bumi, tegangan-
langkah, tegangan sentuh.

                                                                      78
Lanjutan 5.8.

Sistem pembumian peralatan di gardu induk dengan
menghubungkan elektroda membujur dan melintang dibawah
tanah yang disebut sistem mesh dengan tujuan untuk
memperoleh tahanan tanah kecil (< 1 ohm).




                                                     79
BAB VI
PENGAMAN TRANSMISI
6.1. DISTANCE RELAY



 Relai penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan pengukuran
   impedansi penghantar.

 Relai ini mempunyai ketergantungan terhadap besarnya SIR dan
   keterbatasan sensitivitas untuk gangguan satu fasa ke tanah.

 Relai ini mempunyai beberapa karaktristik seperti mho,
 quadralateral, reaktans, adaptive mho dll.

 Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola
 teleproteksi seperti putt, pott dan blocking.

 Jika tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step
 distance      saja.


                                                                  80
6.2. SETTING DISTANCE RELAY


 Dapat menentukan arah letak gangguan
    Gangguan didepan relai harus bekerja
    Gangguan dibelakang relai tidak boleh bekerja

 Dapat menentukan letak gangguan
    Gangguan di dalam daerahnya relai harus bekerja

    Gangguan diluar derahnya relai tidak boleh bekerja

 Beban maksimum tidak boleh masuk jangkauan
relai
 Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya



                                                          81
6.3. SETTING RELAY JARAK


 Zone 1
  Karena adanya kesalahan pengukuran jarak akibat
  kesalahan CT, PT dan relainya sendiri, tidak mungkin
  menset relai sampai ujung saluran yang diamankan, yang
  lazim disebut Zone 1 .



           A     Zone 1= 80% ZAB
                                   B



             F                     F
            21                     21
      Zone - 1   = 80% x Z AB



                                                           82
Lanjutan 6.3.

 Zone 2
  Untuk mengamankan sisa yang tidak diamankan Zone 1,
  diaman- kan oleh Zone 2 dengan perlambatan waktu.

  Zone 2 juga sebagai pengaman rel ujung seksi yang
  diamankan bila tidak mempunyai proteksi rel.

           A                           B                C
                 Zone 1= 80% ZAB




            F                               F
           21                              21

      Zone - 2    = 80% x (Z AB + 80% x Z BC )



                                                                 83
Lanjutan 6.3.

 Zone 3

  Sebagai pengamanan cadangan ditambah relai yang
  lazim disebut Zene 3, dalam hal ini harus dapat
  menjangkau     ujung  seksi  berikutnya,   waktunya
  diperlambat terhadap Zone 2 seksi berikutnya



   A                             B                    C         D
           Zone 1= 80% ZAB




     F                                F
    21                               21

         Zone - 3     = 80% x (Z AB + 80% ( Z BC + 80% Z CD )



                                                                    84
6.4. KARAKTERISTIK DISTANCE RELAY


 X
            ZL


                          Karakteristik mho


     Z1 Z2 Z3

                 R



 X    ZL


       Z3

                          Karakteristik Quadrilateral
       Z2

                     R
       Z1




                                                         85
6.5. RELAY DIFFERENTIAL SEBAGAI PENGAMAN SALURAN
       DISTRIBUSI ATAU TRANSMISI (KAWT PILOT)


 Prinsip kerja pengaman differential arus untuk
    saluran distribusi dan transmisi mengadapsi
diffrential arus, yang membedakan ialah daerah yg
diamankan cukup panjang.


       I1           Daerah pengamanan              I2
                  Saluran distribusi/transmisi
            CT1                              CT2




                                                        86
Lanjutan 6.5.

 PRINSIP DASAR PROTEKSI RELAI DIFFERENTIAL

   Relai diferensial arus berdasarkan H. Khirchof,
    dimana arus yang masuk pada suatu titik, sama
    dengan arus yang keluar dari titik tersebut.

            I1            I2
                                       I1 = I2

   Yang dimaksud titik pada proteksi differential ialah
  daerah pengamannan, dalam hal ini dibatasi oleh 2
  buah trafo arus.

                     Daerah
                     pengamanan
     I1                                            I2

              CT 1                     CT 2

                                                            87
6.6. RELAI DIFFERENTIAL ARUS



 Relai Diffrential arus membandingkan arus yang
melalui daerah pengamanan.

 Relai ini harus bekerja kalau terjadi gangguan
didaerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja
dalam keadaan normal atau gangguan diluar daerah
pengamanan.

 Relai ini merupakan unit pengamanan dan
mempunyai selektifitas mutlak.




                                                   88
Lanjutan 6.6.

      I1                                        I2
           PMT   Saluran yg diproteksi   PMT
A                                                      B

           CT1                            CT2


    F 87                                        F 87




           Gelombang arus yang saling dikirim


                                                       89
Lanjutan 6.6.


 Diffrential untuk saluran diperlukan :
   Sarana komunikasi antara ujung saluran yg lazim
      disebut kawat pilot, dapat berupa :
      - Kawat tembaga.
      - Serat optik
      - Mikro wave
    Relai sejenis disetiap ujung saluran.
    Untuk ketiga fase hanya sebuah relai, supaya
     saluran komunikasi yg cukup sepasang cukup 1
     pasang.
    Supervisi untuk mengontrol bahwa saluran
     komunikasi (pilot) baik/tidak terganggu.
                                                        90
Lanjutan 6.6.

 Trafo isolasi, karena kemungkinan terjadi induksi
  tegangan dari saluran yang diamankan (khususnya pilot
  dengan kawat tembaga)


 Yg membatasi panjang saluran yang diamankan :
    -  Saluran komunikasi dengan kawat dibatasi oleh
    adanya arus kapasitansi dan resistans kawat.
    -   Saluran komunikasi dengan serat optik, sampai
  batas      tidak perlu adanya penguat (repeater).




                                                          91
Lanjutan 6.6.

 Prinsip operasi yang digunakan.

   Circulating current

     Prinsipnya     dalam keadaan   normal/tidak   ada
     gangguan arus mengalir melalui CT di kedua ujung,
     kumparan penahan dan kawat pilot, kumparan kerja
     tidak dilalui arus.

   Opose Voltage

     Prinsipnya  dalam     keadaan      normal/tidak ada
     gangguan   arus mengalirhanya disetiap CT dan
     kumparan penahan disetiap sisinya, pada kawat pilot
     dan kumparan kerja tidak dilalui arus.



                                                           92
Lanjutan 6.6.


        I1                                                 I2
                PMT    Saluran yg diproteksi     PMT
A                                                                    B

                CT1                                CT2
                       s2 p2        p2 s2
      Trafo                                                Trafo
    penjumlah    id                              id      penjumlah

                       s1 p1        p1 s1
                F 87                             F 87
                                            5 kV untuk JTM
                        Trafo isolasi
                                            15 kV untuk JTT


                                                                     93
6.7. CIRCULATING CURRENT

CIRCULATING CURRENT.
 Keadaan           normal
         I1                                                I2    B
    A           PMT     Saluran yg diproteksi   PMT


         CT1                 Kumparan kerja      i2        CT1
    i1
               id              Kawat pilot            id         i2

                         Kumparan penahan       F 87
               F 87


 Pada keadaan normal kawat pilot dilalui
arus dan kumparan kerja tidak dilalui arus.
                                                                      94
6.8. DIRECTIONAL COMPARISON RELAY

   Relai penghantar yang prinsip kerjanya
 membandingkan arah gangguan, jika kedua relai pada
  penghantar merasakan gangguan di depannya maka
  relai akan bekerja.
 Cara kerjanya ada yang menggunakan directional
 impedans, directional current dan superimposed.

          A                                                                      B
                                                                         ∼



              ≥       DIR                                      DIR           ≥
              1                                                              1

                              T                            T



                  &           R                            R         &
                                         Si gnal ling
                                         channel
                            Directional comparison relay




                                                                                     95
6.9. PENGAMAN CADANGAN TRANSMISI DENGAN RELAI ARUS
                      LEBIH



              A              B               C



              F 51           F 51


          t



              A             B                C



   Jangkauan relai sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
    pembangkitan .



                                                             96
BAB VII
PENGAMAN DISTRIBUSI
      20 KV
7.1. PENYEBAB GANGGUAN HUBUNG SINGKAT


                  Pada SUTM

       AWAN          AWAN
                               RANTING
                  PETIR        POHON




I (DARI SUMBER)




                                         97
7.2. PENGARUH ARUS GANGGUAN HUBUNG
 SINGKAT TERHADAP SISTEM TENAGA LISTRIK

           TRAFO DAYA




                        51    51
                                                    3 FASA
                        51G   51G                1 FASA-TANAH
                        51N




 TEGANGAN DI BUS 20 KV TURUN
 PENGARUH TEGANGAN TURUN DIRASAKAN OLEH SEMUA FEEDER       YANG
  TERSAMBUNG PADA BUS BERSAMA.
 SAAT TERJADI GANGGUAN HS BERPENGARUH PADA TRAFO TENAGA DAN GEN
 SAAT PMT TERBUKA TEGANGAN NAIK.
 GANGGUAN HS 1 FASA KETANAH DAPAT MENAIKAN TEG PADA FASA   YANG
  SEHAT.
                                                                   98
7.3. HUBUNGAN PARALEL ANTAR PUSAT LISTRIK

                     V < 20 kV
                                              V<20 kV


                       2                      4
      PLTD A                                            PLTD B
                 1                                6

                           3              5




 SAAT TERJADI GANGGUAN DI SALAH SATU FEEDER,
     ADA SUMBANGAN ARUS DARI PLTD A DAN PLTD B KETITIK GANGGUAN.
     RELAI DI 3 DAN 5 AKAN TRIP
     RELAI DI 1 & 6 AKAN PICK UP
     JIKA SETELAN RELAI ANTARA KEDUA PUSAT LISTRIK TIDAK SESUAI, AKAN
      TERJADI BLACK OUT (SELURUH PUSAT LISTRIK PADAM)

                                                                    99
7.4. GANGGUAN HUBUNG SINGKAT




PLTD A                                    IF
                                                           IF>>           FCO




                                                            Gangguan HS
                      20 kV


 Saat terjadi gangguan hubung singkat dijaringan 20 kV di salah satu feeder,
   Yang mempunyai FCO--- FCO trip.
 Saat FCO trip dalam tabung terjadi arcing yang waktunya melebihi waktu setting
   Yang dapat tripkan Rele di outgoing.
                                                                                100
Lanjutan 7.4.
 GANGGUAN YANG TERJADI:
 GANGGUAN 3 : bisa terjadi
   pada fasa R , S dan T terhubung singkat

   GANGGUAN 2 FASA : bisa terjadi antara
      • fasa R & S,
      • fasa T & S atau
      • R & T terhubung singkat
   GANGGUAN 2 FASA KE TANAH: bisa terjadi antara
      • fasa R & S,
      • fasa T & S ke tanah atau
      • fasa R & T ke tanah

   GANGGUAN 1 FASA KE TANAH: bisa terjadi antara
      • fasa R – ke tanah
      • fasa S - ke tanah atau
      • fasa T - ke tanah

                                                              101
7.5. SISTEM PENGAMAN PADA SISTEM
                      DISTRIBUSI

               A              B               C        D
                          1       2




          1           2               3   4       5        6




Differential Relay Pengaman Utama Gen dll.
Differential Relay Pengaman Utama Trafo dll.
Over Current Relay Trafo sisi 150 KV Pengaman Cadangan Lokal Trafo
Pengaman Cadangan Jauh Bus B.
OCR dan GFR Trafo sisi 20 kV Pengaman Utama Bus B1 Pengaman
Cadangan JAuh saluran BC.
OCR dan GFR di B2 Pengaman Utama saluran BC Pengaman Cadangan
Jauh saluran CD.
OCR dan GFR di C Pengaman Utama saluran CD Pengaman Cadangan
Jauh seksi berikut.
                                                                 102
7.6. WIRING DIAGRAM OVER CURRENT RELAY &
            GROUND FAULT RELAY

        TRAFO
       6,3/20 KV         PMT     CT
                                              Jaringan distribusi


                   NGR         OCR/GFR




    TRAFO 6,3/20 KV                   PMT                CT




                                      ON
       NGR                                  OCR   OCR OCR


                                                    RELAY
                                                  GFR


                                                                    103
7.7. CARA KERJA OCR

 PADA SAAT HUBUNG SINGKAT 3 FASA

                                   PMT                            HUBUNG
        TRAFO 6,3/20 KV                                CT        SINGKAT
                                                                   3 FASA




                                   ON
                                   OFF
            NGR                          OCR   OCR   OCR




                                               GFR




   Gangguan terjadi pada fasa R,S dan T.
   Arus gangguan hubung singkat mengalir di jaringan.
   Karena arus tersebut > dari ratio CT pada sekunder CT mengalir arus.
   Masuk ke OCR -- OCR memasok arus ke PMT-- PMT trip.

                                                                            104
Lanjutan 7.7.



                                 PMT
        TRAFO 6,3/20 KV                              CT

                                                                         R
                                                               HUBUNG
                                                              SINGKAT    S
                           3Io                                  1 FASA
                                                                         T
                                 ON
                                 OFF
           NGR                         OCR   OCR   OCR




                                             GFR




Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip


                                                                             105
7.8. PERALATAN PENGAMAN PADA JARINGAN 20
                       kV
    Pengaman Gangguan Antar Fasa (OCR)

   Pengaman Gangguan Satu Fasa Ketanah (GFR)

 Cara kerja:

                CT
                          Penyulang

                                                  Gangguan
                             CT mentransfer besaran primer
                              ke besaran sekunder

                              Rele detektor hanya bekerja-
                               dengan arus kecil  akurat
                      +
                             Perlu sumber Volt DC untuk -
                      -       tripping PMT

                             Karakteristik bisa dipilih 
                              Definite, Inverse, Very-Inverse atau
                              Extreemely Inverse.
                                                                     106
7.9. RELE ARUS LEBIH SEKUNDER



 Elektromekanis
  Sederhana  Definite, (instant)

                  • Rele definite hanya menyetel waktu
                  • Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
                    dari CT masuk ke kumparan Rele .
        Setelan   • Selenoid yang dililit kumparan akan menjadi
         waktu
                    magnit dan kontak akan ditarik kebawah .
                  • lamanya kontak menyentuh switch tergantung
                    setting waktunya




                                                                  107
Lanjutan7.9.


   Karakteristik Inverse
                       • Rele inverse menyetel waktu & arus
                       • Saat terjadi gangguan hubung singkat arus

      Φ                     dari CT masuk ke kumparan Rele
                       • Selenoid yang dililit kumparan akan mem
                            bentuk Φ, fluks terpotong oleh piringan,
                            piringan berputar.
                       • Lamanya kontak menyentuh switch tergantung
                            setting waktunya




                                                                       108
Lanjutan7.9.


   Elektrostatik
           CT
                   Rect                              Kontak
            Φ
       I                             Set timer       Output
                             Comp

                                                 C


                            Set I (arus)




 Arus gangguan hubung singkat masuk ke CT .
 Arus ini di searah kan di Rectifier dan arus searah di teruskan
  ke comp.
 Kapasitor digunakan menambah arus yang masuk coil tripping .


                                                               109
7.10. KARAKTERISTIK RELAY

 Karakteristik Relay : - Definite
                    - Invers
                    - Instant

                  t (detik)
                                     KARAKTERISTIK TUNDA WAKTU
                                       TERTENTU ( DEFINITE TIME )




              t SET

                                                         I (ampere)
                        I SET
 Karakteristik definite time: bisa di setting arus besar setting waktu kecil
                                                                                110
7.11. KARAKTERISTIK KOMBINASI INSTANT
      DENGAN TUNDA WAKTU INVERSE


           t (detik)




                I SET   I SET MOMENT
                                         I (ampere)


 Digunakan untuk setting inverse dan moment
                                                      111
7.12. KARAKTERISTIK INSTANT = MOMENT


              T (detik)




           t SET
                                               I (ampere)
                          I SET MOMENT

 PADA KARAKTERISTIK INSTANT MEMPUNYAI WAKTU
   MINIMUM: 40 s/d 80 milisecond DENGAN ARUS YANG BESAR

 Digunakan: untuk back up pada pengaman distribusi
                                                            112
7.13. PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG
                     SINGKAT


    JARINGAN RADIAL SINGLE

                         KOORDINASI DENGAN O.C INVERSE



SUMBER   TRAFO UNIT/
  KIT    TRAFO DAYA




                       51    51              51              51

                       51G   51G             51G             51G

                       51N


                   PERHITUNGAN KOORDINASI SELALU DIMULAI DARI RELAI
                    PALING HILIR, DAN BERGERAK KE HULU
                                                                   113
Lanjutan7.13.


 UNTUK :  GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA

           GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA
          GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA KETANAH

          GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH


                                  HUKUM OHM
 RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN ADALAH
                                    I = ARUS GANGGUAN H.S
                      V
                I =
                      Z            V = TEGANGAN SUMBER

                                    Z = IMPEDANSI DARI SUMBER
                                        KETITIK GANGGUAN,
                                       IMPEDANSI EKIVALENT

  BIASANYANILAI IMPEDANSI EKIVALENT INI YANG
           MEMBINGUNGKAN PARA PEMULA.

                                                                114
Lanjutan7.13.
 DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA

       UNTUK GANGGUAN 3 FASA           : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN
                                          ADALAH IMPEDANSI URUTAN
                                          POSITIF
                                                    NILAI EKIVALEN Z 1
                                            TEGANGANNYA ADALAH E        FA S A


       UNTUK GANGGUAN 2 FASA           : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN
                                          ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
                                          URUTAN POS. + URUTAN NEG.
                                           NILAI EKIVALEN Z 1 + Z 2


       UNTUK GANGGUAN 2 FASA KETANAH   :    TEGANGANNYA ADALAH E           FA S A -FAS A


                                            IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN
                                            ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
                                            URUTAN POS. + URUTAN NEG. +
                                            URUTAN NOL
                                            NILAI EKIVALEN    Z 1 + Z2 * Z0

                                                                  Z2 + Z0

       UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH   : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN
                                          ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
                                          URUTAN POS. + URUTAN NEG. +
                                          URUTAN NOL
                                             NILAI EKIVALEN   Z1 + Z2 + Z0
                                            TEGANGANNYA ADALAH         E    FA S A

                                                                                            115
Lanjutan7.13.

 PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :



   GANGGUAN TIGA FASA                           V
                           RUMUSNYA :
                           :               I =
                                                 Z

                            V = TEGANGAN FASA - NETRAL

                            Z =   IMPEDANSI Z 1 ekivalen




                                                 V
   GANGGUAN DUA FASA       :
                           RUMUSNYA :      I =
                                                 Z

                            V = TEGANGAN FASA - FASA

                            Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 ) ekivalen



                                                                 116
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR



 GANGGUAN DUA FASA - KETANAH :

                            V = TEGANGAN FASA - FASA
                      V
   RUMUSNYA :   I =
                      Z     Z =   IMPEDANSI Z 1 + Z 2 * Z 0 ekivalen
                                                  Z2 + Z0




 GANGGUAN SATU FASA KETANAH :

                      V     V = 3 x TEGANGAN FASA
   RUMUSNYA :   I =
                      Z     Z =   IMPEDANSI ( Z1 + Z2 + Z0 ) eki




                                                                       117
7.14. SETELAN Tms DAN WAKTU PADA RELAY
                             INVERS
              I  k                      Faktor k tergantung pada kurva arus waktu, sebagai berikut:
         t x   fault  − 1
              ISET 
                           
                            
                                                  Nama kurva                   k
   Tms =                                          IEC standard Inverse         0,02
                0,14                              IEC very Inverse             1
                                                  IEC Extremely Inverse        2

             0,14 × Tms                           IEEE standard Inverse        0.02
    t=                 k
                              detik               IEEE Short Inverse           0.02
             IFAULT                             IEEE Very Inverse            2
                       −1
             I                                  EEE inverse                  2
             SET                                IEEE Extremely Inverse       2


t   = Waktu trip (detik).
Tms = Time multiple setting.
I fault =   Besarnya arus gangguan Hub Singkat (amp)
              Setelan over current relay (inverse) diambil arus g g hub singkat terbesar.
              Setelan ground fault relay (inverse) diambil arus gangguan hub singkat terkecil.
I SET   =    Besarnya arus setting sisi primer
              Setelan over current relay (Invers) diambil 1,05 s/d 1,1 x Ibeban
              Setelan ground fault relay (inverse) diambil 0,06 s/d 0,12 x arus g g hub singkat terkeci
                                                                                                       118

More Related Content

What's hot

PPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSI
PPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSIPPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSI
PPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSIHastih Leo
 
8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor dayaSimon Patabang
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)mocoz
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbangSimon Patabang
 
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)Kevin Adit
 
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Faizin Pass
 
Parameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaParameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaDiana Fauziyah
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASAMuhammad Dany
 
Penyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak TerkendaliPenyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak TerkendaliUniv of Jember
 

What's hot (20)

PPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSI
PPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSIPPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSI
PPT ISOLASI JARINGAN DISTRIBUSI
 
8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya
 
OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIKOPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
 
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK
SISTEM  OPERASI  TENAGA  LISTRIKSISTEM  OPERASI  TENAGA  LISTRIK
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
 
Motor dc.
Motor dc.Motor dc.
Motor dc.
 
SISTEM PROTEKSI
SISTEM PROTEKSI SISTEM PROTEKSI
SISTEM PROTEKSI
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbang
 
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)
 
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
PROTEKSI TENAGA LISTRIK PROTEKSI TENAGA LISTRIK
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
 
Gardu induk
Gardu indukGardu induk
Gardu induk
 
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
 
Rangkaian penyearah
Rangkaian penyearahRangkaian penyearah
Rangkaian penyearah
 
Parameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaParameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasa
 
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSIGARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
 
Jaringan distribusi tegangan rendah
Jaringan distribusi tegangan rendahJaringan distribusi tegangan rendah
Jaringan distribusi tegangan rendah
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASA
 
Penyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak TerkendaliPenyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
 

Viewers also liked

Makalah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Makalah Sistem Proteksi Tenaga ListrikMakalah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Makalah Sistem Proteksi Tenaga ListrikSyahrul Ramazan
 
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusiAzis Nurrochma Wardana
 
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kv
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kvSpln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kv
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kvWawan the'Magma'
 
12.buku pedoman lightning arrester
12.buku pedoman lightning arrester12.buku pedoman lightning arrester
12.buku pedoman lightning arresteradiskurnia std
 
Oil filled transformer accessories - copy
Oil  filled  transformer   accessories - copyOil  filled  transformer   accessories - copy
Oil filled transformer accessories - copyayyadurai SHANMUGAM
 
Sistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrikSistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrikEko Supriyadi
 
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Overload
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - OverloadLaporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Overload
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Overloadbernadus lokaputra
 
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCB
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCBLaporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCB
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCBbernadus lokaputra
 
FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE USING BPP...
FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE  USING BPP...FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE  USING BPP...
FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE USING BPP...Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
98622375 contoh-soal-sistem-proteksi
98622375 contoh-soal-sistem-proteksi98622375 contoh-soal-sistem-proteksi
98622375 contoh-soal-sistem-proteksiReynold Pardede
 
Penggunaan metode matriks impedans bus
Penggunaan metode matriks impedans busPenggunaan metode matriks impedans bus
Penggunaan metode matriks impedans busBogor
 
Aplikasi Sistem Pentanahan
Aplikasi Sistem PentanahanAplikasi Sistem Pentanahan
Aplikasi Sistem PentanahanSyaf Rudy
 
PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENTANAHAN BATANG dan PLAT
PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM  PENTANAHAN BATANG dan PLAT PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM  PENTANAHAN BATANG dan PLAT
PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENTANAHAN BATANG dan PLAT Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Jenis dan kegunaan kontaktor magnet
Jenis dan kegunaan kontaktor magnetJenis dan kegunaan kontaktor magnet
Jenis dan kegunaan kontaktor magnetHafitAfandi
 

Viewers also liked (20)

Makalah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Makalah Sistem Proteksi Tenaga ListrikMakalah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Makalah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
 
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Filosofi proteksi
Filosofi proteksiFilosofi proteksi
Filosofi proteksi
 
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
 
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kv
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kvSpln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kv
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kv
 
12.buku pedoman lightning arrester
12.buku pedoman lightning arrester12.buku pedoman lightning arrester
12.buku pedoman lightning arrester
 
Oil filled transformer accessories - copy
Oil  filled  transformer   accessories - copyOil  filled  transformer   accessories - copy
Oil filled transformer accessories - copy
 
Instalasi motor 3 fasa
Instalasi motor 3 fasaInstalasi motor 3 fasa
Instalasi motor 3 fasa
 
Sistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrikSistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrik
 
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Overload
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - OverloadLaporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Overload
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Overload
 
SWITCH GEAR PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
SWITCH GEAR  PADA  SISTEM TENAGA LISTRIK SWITCH GEAR  PADA  SISTEM TENAGA LISTRIK
SWITCH GEAR PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCB
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCBLaporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCB
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCB
 
FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE USING BPP...
FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE  USING BPP...FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE  USING BPP...
FAULT DETECTION AND CLASSIFICATION ON TRANSMISSION OVERHEAD LINE USING BPP...
 
98622375 contoh-soal-sistem-proteksi
98622375 contoh-soal-sistem-proteksi98622375 contoh-soal-sistem-proteksi
98622375 contoh-soal-sistem-proteksi
 
Penggunaan metode matriks impedans bus
Penggunaan metode matriks impedans busPenggunaan metode matriks impedans bus
Penggunaan metode matriks impedans bus
 
Aplikasi Sistem Pentanahan
Aplikasi Sistem PentanahanAplikasi Sistem Pentanahan
Aplikasi Sistem Pentanahan
 
Analisis desain sistem syamsir
Analisis desain sistem   syamsirAnalisis desain sistem   syamsir
Analisis desain sistem syamsir
 
PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENTANAHAN BATANG dan PLAT
PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM  PENTANAHAN BATANG dan PLAT PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM  PENTANAHAN BATANG dan PLAT
PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENTANAHAN BATANG dan PLAT
 
Jenis dan kegunaan kontaktor magnet
Jenis dan kegunaan kontaktor magnetJenis dan kegunaan kontaktor magnet
Jenis dan kegunaan kontaktor magnet
 
Transformator
TransformatorTransformator
Transformator
 

Similar to Proteksi sistem-tenaga-listrik (20)

proteksi_sistem_tenaga_listrik_ppt.ppt
proteksi_sistem_tenaga_listrik_ppt.pptproteksi_sistem_tenaga_listrik_ppt.ppt
proteksi_sistem_tenaga_listrik_ppt.ppt
 
Proteksi
ProteksiProteksi
Proteksi
 
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIKSISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
 
Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Switchgear,
Switchgear,Switchgear,
Switchgear,
 
proteksi sistem distribusi kelompok 6.pptx
proteksi sistem distribusi kelompok 6.pptxproteksi sistem distribusi kelompok 6.pptx
proteksi sistem distribusi kelompok 6.pptx
 
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
 
Sistem proteksi 1
Sistem proteksi 1Sistem proteksi 1
Sistem proteksi 1
 
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
 
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Proteksi Tenaga Listrik
Proteksi Tenaga Listrik Proteksi Tenaga Listrik
Proteksi Tenaga Listrik
 
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
PROTEKSI TENAGA LISTRIK PROTEKSI TENAGA LISTRIK
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
 
SISTEM_PROTEKSI_TENAGA_LISTRIK.pdf
SISTEM_PROTEKSI_TENAGA_LISTRIK.pdfSISTEM_PROTEKSI_TENAGA_LISTRIK.pdf
SISTEM_PROTEKSI_TENAGA_LISTRIK.pdf
 
Proteksi tenaga l istrik
Proteksi tenaga l istrikProteksi tenaga l istrik
Proteksi tenaga l istrik
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
PROTEKSI TENAGA LISTRIK PROTEKSI TENAGA LISTRIK
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
 
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIKSISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
 
Jurnal harry furqan pdf
Jurnal harry furqan pdfJurnal harry furqan pdf
Jurnal harry furqan pdf
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

Proteksi sistem-tenaga-listrik

  • 2. 1.1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN UMUM/DEFINISI  Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memnuhi aspek andal, aman dan akrab lingkungan.  Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.  Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman (protection system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem yang ada.  Pengertian/ definisi :  Proteksi : perlindungan/ pengaman.  Sistem tenaga listrik : suatu sistem yang terdiri dari dari beberapa sub sistem, yaitu : pembangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyaluran (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.  Proteksi sistem tenaga listrik : perlindungan/ pengaman pembangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyaluran (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan. 1
  • 3. 1.1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN UMUM/DEFINISI  Dua fungsi utama proteksi, adalah :  Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian sistem yang diamankannya.  Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya yang tidak mengalami gangguan dapat terus beroperasi.  Contoh komponen (alat) proteksi yang paling sederhana, adalah Pengaman Lebur (Fuse). Jika dalam memilih Fuse, tepat sesuai kebutuhan, maka kedua fungsi tersebut di atas dapat dipenuhi.  Untuk pengaman sistem yang lebih kompleks, diperlukan komponen (alat) pengaman yang lebih lengkap (terdiri dari berbagai jenis alat pengaman), misalnya :  Relay pengaman, berfungsi sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya gangguan.  Pemutus Tenaga (PMT), berfungsi untuk pemutus arus dalam rangkaian listrik, untuk melepas bagian sistem yang terganggu.  Trafo arus dan/ atau trafo tegangan, berfungsi untuk meneruskan arus dan/ atau tegangan pada sirkit tenaga (sirkit primer) ke sirkit rele (sirkit sekunder).  Battery (Accu), berfungsi sebagai sumber tenaga untuk men-trip PMT atau catu daya untuk rele (static relay) dan rele bantu. 2
  • 4.  Sistem tenaga listrik terdiri dari seksi-seksi (sub sistem), yang satu dengan yang lainnya dapat dihubungkan dan diputuskan dengan menggunakan alat pemutus tenaga (PMT).  Masing-masing seksi (sub sistem) diamankan ole rele pengaman dan setiap rele mempunyai kasawan pengamanan, yang berupa bagian dari sistem. Jika terjadi gangguan di dalamnnya, rele akan mendeteksi dan dengan bantuan PMT melepaskan seksi yang terganggu dari bagian sistem lainnya.  Gambar kawasan pengamanan (zone of protection) : 3
  • 5. Lanjutan 1.3.  Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Generator pada pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.  Distance Relay, berfungsi sebagai pengaman utama pada penyaluran (transmisi), dan lain-lain.  Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Trafo, dan lain- lain.  Over Current Relay Trafo sisi 150 KV, sebagai pengaman cadangan lokal Trafo pengaman cadangan jauh Bus B.  Over Current Relay dan Ground Fault Relay Trafo sisi 20 KV pengaman utama Bus B1 pengaman cadangan jauh saluran BC.  Over Current Relay dan Ground Fault Relay pengaman utama saluran BC pengaman cadangan jauh saluran CD.  Over Current Relay dan Ground Fault Relay di C pengaman utama saluran CD pengaman jauh seksi berikutnya. 4
  • 6. 1.4. PENGAMAN UTAMA DAN PENGAMAN CADANGAN  Pada saat sistem tenaga listrik beroperasi dan mengalami gangguan, ada kemungkinan komponen (alat) proteksi gagal bekerja.  Untuk mengantisipasi timbulnya kemungkinan tersebut, disamping sistem tenaga listrik harus dipasang pengaman utama, maka juga dilengkapi pengaman cadangan.  Pengaman cadangan diharapkan akan bekerja, apabila pengaman utama gagal bekerja. Oleh karenanya pengaman cadangan selalu disertai dengan waktu tunda (time delay), untuk memberi kesempatan pada pengaman utama bekerja lebih dahulu.  Jenis pengaman cadangan :  Pengaman cadangan lokal (local back up).  Pengaman cadangan jauh (remote back up).  Letak (penempatan) :  Pengaman cadangan lokal terletak di tempat yang sama dengan pengaman utamanya.  Pengaman cadangan jauh terletak di seksi sebelah hulunya. 5
  • 7. 1.5. KRITERIA SISTEM PROTEKSI  Kepekaan (sensitivity) :  Peralatan proteksi (rele) harus cukup peka dan mampu mendeteksi gangguan di kawasan pengamannya.  Meskipun gangguan yang terjadi hanya memberikan rangsangan yang sangat minim, peralatan pengaman (rele) harus mampu mendeteksi secara baik.  Keandalan (reliability) :  Dependability : • Peralatan proteksi (rele) harus memiliki tingkat kepastian bekerja (dependability) yang tinggi. • Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki keandalan tinggi (dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal bekerja.  Security : • Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki tingkat kepastian untuk tidak salah kerja atau tingkat security (keamanannya) harus tinggi. • Yang dimasksud salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak kerja, misal : karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamannya atau sama sekali tidak ada gangguan. • Salah kerja bisa mengakibatkan terjadinya pemadaman, yang semestinya tidak perlu terjadi. 6
  • 8. Lanjutan 1.5.  Selektifitas (selectivity) : Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan sistem. Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin, yaitu hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang menjadi kawasan pengaman utamanya. Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan terletak di kawasan pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja cepat, atau terletak di sub sistem berikutnya, dimana rele harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali.  Kecepatan (speed) : Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem yang mengalami gangguan secepat mungkin. Untuk menciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat mungkin. Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian, dapat diperkecil. 7
  • 10. 2.1. SKEMA GENERATOR  GENERATOR KECIL (sistem isolated) Daya: 500 s/d 1000 kVA tegangan 600 volt (maksimum)  1- 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan  1-51G, backup ground time overcurrent relay  GENERATOR SEDANG (sistem isolated/ paralel) Daya: 500 s/d 12 500 kVA tegangan 600 volt (maksimum)  3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan  1 -51G, backup ground time overcurrent relay  1 - 87, differential relay  1 - 32, reserve power relay untuk pengendalian protection  1 – 40, impedance relay, untuk pengaman kehilangan medan 8
  • 11. Lanjutan 2.1.  3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan  1 - 51G, backup ground time overcurrent relay  1 - 87, differential relay  1 - 32, reserve power relay untuk peng endalian protection  1 – 40, impedance relay, untuk pengaman kehilangan medan  1 – 46, Negative phase sequence over current relay untuk protection kondisi unbalanced 9
  • 12. Lanjutan 2.1.  3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan  1 -51G, backup ground time overcurrent relay  1 - 87, differential relay  1 – 87G, ground differential relay  1 - 32, reserve power relay untuk peng endalian protection  1 – 40, impedance relay, untuk pengaman kehilangan medan  1 – 46, Negative phase sequence over current relay untuk protection kondisi unbalanced.  1 – 49, temp relay untuk monitor belitan temp stator  1 – 64F, generator field relay, hanya untuk mesin yg mempunyai medan supply slip rings  1 – 60, voltage balance relay 10
  • 13. 2.2. PENGAMAN HUBUNG SINGKAT BUS GEN. CB CT Beban GEN. OCR MCCB  Relai ini mengamankan generator dari beban lebih atau gangguan hubung singkat .  PENGAMAN : OCR (51) -- untuk generator sedang dan besar MCCB - - untuk generator kecil 11
  • 14. 2.3. PENGAMAN TEGANGAN KURANG BUS GEN. CB Beban GEN. PT UVR  PENYEBAB:  Generator mengalami beban lebih  AVR generator mengalami kerusakan  Gangguan hubung singkat di sistem  AKIBAT: Dapat merusak belitan rotor  PENGAMAN : UNDER VOLTAGE RELAY (27) 12
  • 15. 2.4. PENGAMAN TEGANGAN LEBIH (OVER LOAD) BUS GEN. CB Beban GEN. PT OVR  PENYEBAB: Lepas nya beban (Ppemb > P beban)  AKIBAT:  Generator mengalami kapasitif.  AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut, merusak instalasi alat bantu di generator bisa rusak.  Frekwensi naik > 50 Hz .  PENGAMANDEVICE NUMBER OVER VOLTAGE RELAY : 59 : 13
  • 16. 2.5. PENGAMAN STATOR KE TANAH BUS GEN. TRF CB Beban Rn GEN. CT OCR 51N  PENYEBAB: Terjadi kebocoran isolasi di stator, sehingga terjadi gangguan hubung Singkat fasa ketanah antara stator dan tanah  AKIBAT: Kerusakan pada belitan stator PENGAMAN ARUS LEBIH (51N)  PENGAMAN: 14
  • 17. 2.6. PENGAMAN DAYA (BALIK) PENGGERAK MULA BUS GEN. CT SISTEM GEN. PT 32 40  PENYEBAB: PRIME-MOVER DARI SALAH SATU GENERATOR RUSAK , MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR.  AKIBAT: ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR.  PENGAMAN -- REVERSE POWER (32) 15
  • 18. 2.7. PENGAMAN HILANG MEDAN (LOSS OF EXCITATION) BUS GEN. CT SISTEM GEN. PT 32 40  PENYEBAB: Hilangnya eksitasi  AKIBAT:  Daya reaktif balik dari sistem masuk ke generator, atau generator menyerap var sistem  Memanaskan ujung belitan generator  PENGAMAN -- LOSS OF EXCITATION (40) 16
  • 19. 2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR GEN. CB RTD 26  PENYEBAB:  pembebanan melebihi kapasitas generator  kerusakan sistem pendingin  AKIBAT:  belitan generator bisa panas  bisa merusak konduktor stator dan isolasi antara belitan ke inti  PENGAMAN -- PENGAMAN TEMPERATUR (26) 17
  • 20. 2.9. PENGAMAN OVER SPEED BUS GEN. MESIN. CB GEN. TRANSDUCER SPEED SENSOR  PENYEBAB:  gangguan pada sistem sehingga lepas beban  governor tidak mampu kembalikan put. normal  AKIBAT:  over speed  bisa terjadi vibrasi  balancing pada put. tertentu  bisa rusakkan bearing dan shaft  frekwensi naik  PENGAMAN : UNDER SPEED (81 – U) OVER SPEED (81- O) 18
  • 21. 2.10. PENGAMAN DIFFERENSIAL GENERATOR GEN. CB SET DIFERENSIAL GENERATOR  PENYEBAB: GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR  AKIBAT: KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR  PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G). 19
  • 22. 2.11. PENGAMAN BEBEAN LEBIH (OVER LOAD RELAY) BUS GEN. CB CT BEBAN GEN. OLR  PENYEBAB: Arus beban melebihi nominal dan bertahan lama  AKIBAT: Memanaskan belitan generator. merusak konduktor dan isolasi belitan  PENGAMAN : DEVICE NUMBER OVER LOAD RELAY : 49 20
  • 23. 2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR GEN. CB NEG.SEQ FILTER OCR  PENYEBAB: KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN  AKIBAT: MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA  PENGAMAN : NEGATIVE SEQUENCE RELAY ( 46) 21
  • 24. BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA
  • 25. 3.1. JENIS PENGAMAN  Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983) Bagian Satu, C) :  Relai Buchollz  Relai Jansen  Relai tangki tanah  Relai suhu  Relai diffrential  Relai beban lebih  Relai gangguan tanah terbatas  Rele arus hubung tanah 22
  • 26. 3.2. RELAY BUCHHOLZ KE CONSERVATOR KRAN TRIP PELAMPUNG 1 TUAS TRIP ALARM 2 TUAS ALARM TANGKI TRAFO  Relai buchholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun dari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah di kedua pipa tersebut dipasang relai bucholz.  Gunanya: untuk mengamankan trafo dari gangguan internal trafo yang menimbulkan gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat di dalam trafo atau akibat busur di dalam trafo.  Cara kerja: yaitu gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa dan besarnya tekanan gas ini akan mengerjakan relai dalam 2 tahap yaitu:  Mengerjakan alarm (Bucholz 1st) pada kontak bagian atas 1.  Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah 2. 23
  • 27. Lanjutan 3.2.  Analisa gas yang terkumpul di dalam relai Bucholz  H2 dan C2H2 menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian konstruksi.  H2, C2H2 dan CH4 menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi phenol terurai, misalnya terjadi gangguan pada sadapan.  H2, C2H4 dan C2H2 menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti.  H2, C2H, CO2 dan C3H4 menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan inti. 24
  • 28. 3.3. RELAY JANSEN  Relai Jansen adalah relai untuk mengamankan transformator dari gangguan di dalam tap changer yang menimbulkan gas. Dipasang pada pipa yang menuju conservator.  Cara Kerja Sama seperti relai bucholz tetapi hanya mempunyai satu kontak untuk tripping. 25
  • 29. 3.4. RELAY SUDDEN PRESSURE  Relai Sudden Pressure. Relai Pressure untuk tangki utama Trafo bekerja apabila di dalam tangki Trafo terjadi kenaikan tekanan udara akibat terjadinya gangguan di dalam Trafo.  Tipe Membran Plat tipis yang didisain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga bila pecah harus diganti baru. Indikator  Pressure Relief Valve trip Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didisain sedemikian rupa sehingga apabila terjadi tekanan di dalam transformator melebihi tekanan Reset Mekanis pegas maka akan membuka dan membuang tekanan keluar bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali apabila tekanan di dalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan pegas. 26
  • 30. 3.5. RELAY HV/ LV WINDING TEMPERATURE  Relai HV/LV Winding Temperature bekerja apabila Suhu kumparan Trafo melebihi seting dari pada relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar Trafo.  Urutan kerja relai suhu kumparan / winding ini dibagi 2 tahap:  Mengerjakan alarm (Winding Temperature Alarm)  Mengerjakan perintah trip ke PMT (Winding Temperature Trip)  Relai HV/LV Oil Temperature bekerja apabila suhu minyak Trafo melebihi seting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar Trafo.  Urutan kerja relai suhu minyak / oil ini dibagi 2 tahap:  Mengerjakan alarm (Oil Temperature Alarm).  Mengerjakan perintah trip ke PMT (Oil Temperature Trip). 27
  • 32. 3.7. RELAY ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY) indikator  Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah pengaman transformator.  Diharapkan Relai ini mempunyai sifat komplementer dengan Relai beban lebih. Relai ini berfungsi pula sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya. 29
  • 33. 3.8. RELAY TANGKI TANAH  Berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat antara fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan. F51G  Relai 51 G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo ketanah, kalau terjadi kebocoran isolasi dari belitan tarafo ke tangki, arus yang mengalir ke tanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT. Relai akan mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali kesistem melalui pembumian trafo. 30
  • 34. 3.9. RESTRICTED EARTH FAULT (REF)  Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF) untuk mengamankan transformator bila ada gangguan satu satu fasa ke tanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele differensial. Y 87N 87N 31
  • 35. 3.10. PENGAMAN DIFFERENSIAL  PRINSIPNYA : membandingkan arus yang masuk ke peralatan dengan arus yang keluar dari peralatan tersebut  Fungsi: untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi didalam daerah pengaman transformator. PERALATAN I IN I OUT  Cara Kerja: Membandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar 32
  • 36. Lanjutan 3.10.  DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan) TRAFO TENAGA IP CT P IS CT S BEBAN iS DIFF. RY DOT POLARITY iP  DALAM KEADAAN NORMAL  ARAH IP DAN IS SEPERTI PADA GAMBAR  DISISI SEKUNDER MASING-MASING CT, ARUS KELUAR DARI TERMINAL DOT, SEHINGGA ARAH ARUSNYA :  KARENA IP SAMA BESAR IS TAPI ARAH BERLAWANAN MAKA DIFFERENSIAL RELAI TIDAK DILALIRI ARUS 33
  • 37. Lanjutan 3.10.  DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan) TRAFO TENAGA IP CT P CT S BEBAN DIFF. RY DOT POLARITY iP  DALAM KEADAAN GANGGUAN ARAH IP SEPERTI PADA GAMBAR DAN HANYA IP  DISISI SEKUNDER CTP, ARUS iP KELUAR DARI TERMINAL DOT, DAN MENGERJAKAN DIFF RY  PERHATIKAN :TERMINAL SEKUNDER CTP DAN CTS TERHUBUNG KE DIFF. RY DI FASA YANG BERLAWANAN ATAU BEDA SUDUT 180o 34
  • 38. 3.11. BAGAN SATU GARIS PENGAMAN TRANSFORMATOR BUS I 150 kV BUS 2 150 kV PMS BUS 1 PMS BUS 2 Trip PMT 150kV Meter CT 200/5-5-5A OCR & EF TRAFO DIFFRENSIAL 20 MVA NGR 40 ohm CT 300A/12 kVCT 150 / 20 kV 300/5A 10 Sec 1000/5 Z = 12,4 5 REF EF CT OCR & EF 1000/5-5-5A Meter Trip PMT 20kV PT BUS 20 kV Trip 20kV/110V KETERANGAN : PMT 20kV V3 V3 OCR & EF : Over Current Relay & Earth Fault OCR & EF CT DIFF : Diffrencial Relay Meter REF : Restricted Earth Fault Meter : Alat Ukur Amper, kWh, kVarh, MW, MVar dll. PENYULANG 20 kV 35
  • 39. BAB IV CURRENT TRANSFORMER & POTENTIAL TRANSFORMER
  • 40. 4.1. TRAFO INSTRUMEN (INTRUMENT TRANSFORMER)  Adalah trafo yang mana dipergunakan bersama dengan peralatan lain seperti: relai proteksi, alat ukur atau rangkaian kontrol, yang dihubungkan ke arus bolak balik Trafo instrumen: current transformers dan voltage transformers.  PERALATAN PENGUKURAN LISTRIK  kWh meter : untuk mengukur pemakaian energi listrik  kVAr meter : untuk mengukur pemakaian daya reaktif  Ampere meter : untuk mengukur arus  Volt meter : untuk mengukur tegangan  Watt meter : untuk mengukur pemakaian daya aktif  Cosϕ meter : untuk mengukur power factor  PERALATAN PROTEKSI  Over Current Relay  Ground Fault Relay  Differential Relay  Distance Relay 36
  • 41. 4.2. TRAFO ARUS  DEMI KEAMANAN & KETELITIAN, TRAFO ARUS UNTUK :  PENGUKURAN • HARUS PUNYA KETELITIAN TINGGI PADA DAERAH ARUS PENGUKURAN BEBAN NOMINAL • HARUS JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG BESAR, UNTUK KEAMANAN ALAT UKUR  PROTEKSI • HARUS PUNYA KETELITIAN / ERROR KECIL PADA DAERAH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BESAR • TIDAK JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG BESAR, UNTUK KEANDALAN ALAT PROTEKSI 37
  • 42. Lanjutan 4.2.  RANGKAIAN EKIVALEN CT IP P 1 /K P 2 /L S 1 /k S 2 /l IS A  P1/K masuknya arus primer & P2/L keluaran arus primer  S1/k masuknya arus sekunder dari primer dan S2/l keluaran arus sekunder  Pembumian : pada S2/l -- sudut IP dan IS = 00 pada S1/k -- sudut IP dan IS = 1800 38
  • 43. 4.3. KESALAHAN CURRENT TRANSFORMER  Kesalahan arus Perbedaan arus yang masuk disisi primer dengan arus disisi sekunder ε % = [(Kn Is - Ip)/Ip] x 100%  Kesalahan fasa Akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer dengan arus sisi sekunder  Composite Error εc = 100/ Ip √ 100/T ∫ (Knis – ip)2 dt is dan ip merupakan nilai arus sesaat sisi sekunder dan sisi primer. 39
  • 44. 4.4. SPESIFIKASI CLASS CT Sesuai IEC 60044-1 spesifikasi class untuk CT: Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari ketelitian pada % dari arus pengenal arus pengenal , menit (centiradians) 5 20 100 120 5 20 100 120 0,1 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5 0,2 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10 0,5 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30 1,0 3,0 1,5 1,0 1,0 180 90 60 60 Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari ketelitian pada % dari arus pengenal arus pengenal , menit (centiradians) 1 5 20 100 120 1 5 20 100 120 0,2S 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10 0,5S 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30 Kelas +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal ketelitian 50 100 3 3 3 5 5 5 40
  • 45. 4.5. CLASS TRAFO UNTUK PENGUKURAN TRAFO ARUS MASING –MASING CLASS TRAFO ARUS UNTUK PENGUKURAN Untuk kebutuhan industri : CL2 or CL1 Untuk kWh meter di pelanggan : CL0.5 Untuk memperkecil kesalahan : CL0.2S Untuk kebutuhan laboratorium : CL0.1 Untuk kebutuhan instrument : CL3 or CL5 2,5 VA; 10 VA; 30 VA Akurasi burden pengenal: 5 VA ; 15 VA 7,5 VA ; 20 VA 41
  • 46. 4.6. KURVA MAGNETISASI Kurva maknetisasi CT CT Metering ES Kurva CT untuk proteksi Knee point Kurva CT untuk pengukuran CT Proteksi I eX ct 42
  • 47. 4.7. BEBERAPA KONSTRUKSI CT  Sisi primer batang  Sisi primer lilitan A 43
  • 48. Lanjutan 4.7. Inti besi  Trafo arus dengan inti besi  Trafo arus tanpa inti besi Rogowski coil 44
  • 49. Lanjutan 4.7.  Type lingkaran/Wound primary Conventional Dead Tank CT 45
  • 50. Lanjutan 4.7.  Type batang /Bar primary Inverted CT 46
  • 51. Lanjutan 4.7. Teriminal primer 1 belitan Pola (mould) Pola (mould) Resin Resin Belitan Belitan sekunder sekunder Belitan sekunder Belitan sekunder Untuk Untuk Untuk Proteksi Untuk Proteksi pengukuran pengukuran Teriminal sekunder Teriminal sekunder P1(C1) P2(C2) Gambar 8: dua belitan sekunder 1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2 4 Teriminal sekunder BILA PRIMER 2 BELITAN --  DIPILIH PADA LOWER RATIO 47
  • 52. 4.8. TRAFO TEGANGAN  Trafo tegangan: Instrumen trafo yang dipergunakan untuk memperkecil tegangan tinggi ke tegangan rendah , dipergunakan untuk pengukuran atau proteksi Accuracy classes sesuai IEC 60044-2 Range Limit of Errors Class Burden Voltage Ratio Phase Application (%) (%) (%) displacement (min) 0,1 25 - 100 80 - 120 0,1 5 laboratory 0,2 25 - 100 80 - 120 0,2 10 Precision and revenue metering 0,5 25 - 100 80 - 120 0,5 20 standard revenue metering industrial 1,0 25 - 100 80 - 120 1,0 40 grade meters intruments 3,0 25 - 100 80 - 120 3 - 3P 25 - 100 5-Vf 3,0 120 Protection 6P 25 - 100 5-Vf 6,0 240 Protection 48
  • 53. Lanjutan 4.8.  Rangkaian ekivalen R S T Primer 20.000/√3 Sekunder 100/√3 r s t Tegangan pengenal primer : kV (150 kV, 20 kV atau 150 kV/√3 , 20 kV/√3) Tegangan pengenal sekunder: volt (110 V , 110 V atau 110 V/√3 , 100 V/√3)  Untuk pengukuran tegangan jatuh disisi sekunder ≤ 0,05 % s/d 0,1 % x tegangan pengenal sekunder PT  Tipe trafo tegangan:  Inductive voltage transformers  Capacitive voltage transformers 49
  • 54. 4.9. KLASIFIKASI TRAFO TEGANGAN  Jenis INDUKTIF (PT) Terdiri dari belitan Primer dan belitan sekunder, Belitan primer akan menginduksikannya ke belitan sekunder melalui core.  Jenis KAPASITIF (CVT) Terdiri dari rangkaian kondensor yang berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi dari trafo pada tegangan menengah yang menginduksikan tegangan ke belitan sekunder melalui media capasitor. 50
  • 55. 4.10. JENIS INDUKTIF TRAFO TEGANGAN  Keterangan gambar: 1. Kertas/Isolasi Minyak Mineral/Quartz filling. 7 6 2. Belitan Primer: vernis ganda-isolasi kawat tembaga, tahan pada suhu tinggi. 5 3. Inti: bukan orientasi listrik baja memperkecil 1 resiko resonansi besi 4. Belitan Sekunder 4 2 5. Isolator Keramik 3 8 6. Dehydrating Breather 7. Terminal Primer 8. Terminal Sekunder 51
  • 56. 4.11. JENIS KAPASITIF TRAFO TEGANGAN 1 1). HV.T adalah terminal tegangan tinggi 2) kapasitor C1 & C2 pembagi tegangan (capacitive voltage divider) yang 5 berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo tegangan menjadi tegangan pengukuran yang lebih rendah 2 3). L0 adalah induktor penyesuai tegangan (medium voltage choke) yang berfungsi untuk mengatur/menyesuaikan supaya tidak terjadi pergeseran fasa antara tegangan masukan (vi) dengan 3 7 tegangan keluaran (vo) pada frekuensi dasar. 4) Belitan primer 5) Isolator keramik 4 7) Terminal sekunder 52
  • 57. 4.12. KESALAHAN TRAFO TEGANGAN  Kesalahan rasio trafo tegangan Kesalahan besaran tegangan karena perbedaan rasio name plate dengan rasio sebenarnya dinyatakan dalam % = 100 (Kn Vs - Vp)/Vp  Composite Error εc = 100/ Vp √ 100/T ∫ (Knvs – vp)2 dt vs dan vp merupakan nilai tegangan sesaat sisi sekunder dan sisi primer. 53
  • 58. BAB V SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN & SISTEM
  • 59. 5.1. PENGERTIAN UMUM  Pembumian sistem adalah hubungan secara Elektris antara sistem dengan tanah melalui transformator yang mempunyai belitan Y.  Kegunaan: (pada sistem 3 fasa)  Pengaman Sistem dari gangguan tanah  Pengaman Isolasi Peralatan Instalasi akibat tegangan lebih sewaktu gangguan fasa-tanah  Pembumian Peralatan adalah hubungan antara peralatan listrik dengan tanah/bumi  Kegunaan: Sebagai pengaman bagi manusia dan peralatan instalasi jika terjadi kebocoran listrik pada peralatan. 54
  • 60. 5.2. MACAM / JENIS PEMBUMIAN SISTEM  Pentanahan melalui tahanan ( resistance grounding ).  Pentanahan melalui reaktor ( reactor grounding ).  Pentanahan langsung ( effective grounding ).  Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah ( resonant grounding ) atau pentanahan dengan kumparan Petersen ( Petersen Coil ). 55
  • 61. 5.3. PEMBUMIAN NETRAL LANGSUNG (SOLID GROUNDED)  Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y yang dihubungkan langsung dengan tanah melalui elektroda cu.  Tahanan pembumian harus rendah 0,5 – 3 ohm . Transformator tenaga Netral ditanahkan langsung 56
  • 62. Lanjutan 5.3.  Pemasangannya: Pada transformator tenaga yang dipasok dari sistem tegangan menengah (GI) atau PLTD kecil. Keuntungan :  Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil.  Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui.  Sederhana dan murah dari segi pemasangan Kerugian :  Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya.  Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik yang dilaluinya. 57
  • 63. Lanjutan 5.3. ZL XT I GF  Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan Reaktansi X T dan Impedansi Z L  Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai Arus Lebih gangguan tanah. 58
  • 64. Lanjutan 5.3.  Pembebanan pada transformator tenaga di GI atau PLTD yang memasok kebeban:  Bisa single phase (Transformator 1 fasa)  Bisa three phase (Transformator 3 fasa)  Beban tidak seimbang, kawat netral dialiri arus beban 59
  • 65. 5.4. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI TAHANAN  Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y yang dihubungkan dengan tanah melalui tahanan  Guna : Membatasi besar arus gangguan tanah tetapi relai gangguan tanah masih kerja baik Transformator tenaga Netral ditanahkan Melalui Tahanan Tahanan 60
  • 66. Lanjutan 5.4.  Pemasangannya : Pada transformator tenaga yang dipasok pada sistem tegangan 70 atau 150 kV (GI) atau pada sistem PLTD kecil  Tahanan pembumian (netral grounding resistance) yang terpasang di GI atau sistem PLTD :  NGR dengan tahanan 12 ohm.  NGR dengan tahanan 40 ohm.  NGR dengan tahanan 500 ohm.  Catatan: Nilai tahanan perlu dihitung yang didasarkan pada besarnya arus gangguan 1 fasa ketanah 61
  • 67. Lanjutan 5.4.  Contoh NGR yang terpasang di Gardu Induk 40 ohm  NGR (Neutral Grounding Resistance) Adalah tahanan yang dipasang antara titik neutral trafo dengan tanah dimana berfungsi untuk memperkecil arus gangguan tanah yang terjadi sehinggadiperlukan proteksi yang praktis dan tidak terlalu mahal karena karakteristik rele dipengaruhi oleh sistem pentanahan titik neutral. 62
  • 68. Lanjutan 5.4. ZL XT Rn I GF  Arus gangguan tanah dihitung dengan memasuk- kan Tahanan 3R N , Reaktansi X T dan Impedansi Z L  Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai Arus Lebih gangguan tanah. 63
  • 69. Lanjutan 5.4.  Keuntungan :  Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil  Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil.  Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang melaluinya.  Kerugian :  Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama terjadinya gangguan fasa ke tanah.  Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan relai pengaman menjadi berkurang . 64
  • 70. 5.5. PEMBUMIAN NETRAL MENGAMBANG (FLOATING)  Titik Netral Transformator hubungan Y tidak dihubungkan ke tanah  Untuk sistem kecil, arus gangguan- tanah tidak membuat kejutan power  Guna : pada pembangkit  Untuk sistem kecil, arus gangguan- tanah temporer bisa self clearing Transformator tenaga Netral tidak ditanahkan 65
  • 71. Lanjutan 5.5. ZL XT I Ce I GF  Saat terjadi Arus gangguan tanah timbul: kapasitif jaringan  Arus  Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap  Karenanya Relai gangguan tanah tidak selektif  Arus Kapasitif gangguan tanah besar ?  Arcing 66
  • 72. Lanjutan 5.5.  Gangguan Fasa - tanah  Tegangan Fasa sehat naik 3 kali.  Gang. Permanen, Tegangan sentuh tdk bahaya.  Kawat putus yang tidak menyentuh tanah bahaya bila disentuh manusia.  Sistem kecil, gangguan tanah tidak dirasakan konsumen TR.  Uraian vektor V dan I saat gangguan tanah  Segitiga tegangan sistem tidak berubah .  Magnitude & sudut tegangan fasa sehat berubah .  Magnitude I Ce besar  gejala Arcing Ground . 67
  • 73. Lanjutan 5.5.  Akibatnya : Udara yang belum kembali menjadi isolator kembali breakdown karena teg. fasa R yang naik s/d 3xEph  Kejadian ini berulang pada setiap cycle dari gelombang sinusoidal, dan  disebut Arcing Ground  Kenaikan tegangan pada peristiwa Arcing Ground berbahaya bagi isolator diseluruh instalasi.  I CE yang terlalu besar penyebab Arcing Ground harus dihindari  agar tidak merusak peralatan 68
  • 74. Lanjutan 5.5.  Pembebanan :  Tidak bisa single phase  Harus three phase (Trafo 3 fasa)  Beban tidak seimbang di TR di TM dialiri arus urutan negatif.  Pengukuran Beban  bisa gunakan meter 3 fasa 3 kawat. 69
  • 75. 5.6. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI PETERSON COIL  Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y yang dihubungkan dengan tanah melalui reaktor induktif -  Peterson coil  Nilai reaktansi Induktansi disesuaikan dengan nilai reaktansi kapasitansi jaringan  Arus kapasitif gangguan tanah yang besar dikecilkan agar tidak terjadi  Guna : Arcing Ground yang berbahaya  Arus gangguan tanah temporer men- jadi bisa self clearing kembali  Dapat mengkompensir arus kapasitif 70
  • 76. Lanjutan 5.6. Transformator tenaga Netral ditanahkan Melalui Reaktor  Tegangan Fasa- tanah Kondisi Normal  Masih dapat terjaga seimbang , bila Ce seimbang . Kondisi gangguan tanah  Teg. Netral-tanah naik, teg. Fasa-tanah naik √3. 71
  • 77. Lanjutan 5.6. I Ce ZL XT IL I Ce IL  Bila terjadi arus gangguan tanah  Arus kapasitif jaringan dikompensir oleh arus I L  Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap  Relai gangguan tanah tidak selektif  Arus gangguan tanah  tidak membuat Arcing 72
  • 78. Lanjutan 5.6.  Keuntungan :  Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi mahluk hidup.  Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat dihindari.  Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke tanah.  Gejala busur api dapat dihilangkan.  Kerugian :  Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena arus gangguan tanah relatif kecil.  Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap (permanen) pada sistem.  Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning) kembali. 73
  • 79. 5.7. GROUNDING EQUIPMENT (PEMBUMIAN PERALATAN)  Pengertian Pembumian Peralatan  Pembumian peralatan adalah pentanahan yang menghubungkan kerangka/ bagian dari peralatan listrik terhadap ground (tanah).  Pembumian ini pada kerja normal tidak dilalui arus. 74
  • 80. 5.8. PEMBUMIAN PERALATAN  Tujuan pembumian peralatan adalah sebagai berikut :  Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi manusia bila pada peralatan listrik terjadi kebocoran listrik.  Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.  Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pentanahan :  Tahanan jenis tanah.  Panjang elektroda pentanahan.  Luas penampang elektroda pentanahan. 75
  • 81. Lanjutan 5.8.  Tahanan Jenis Tanah JENIS TANAH TAHANAN JENIS TANAH (OHM M) TANAH RAWA 30 TANAH LIAT DAN TANAH LADANG 100 PASIR BASAH 200 KERIKIL BASAH 500 PASIR DAN KERIKIL KERING 1,000 TANAH BERBATU 3,000 R = Tahanan elektroda pentanahan (ohm) ρ = Tahanan jenis tanah ,ohm-cm besarnya sesuai tabel R= ρ  4.L  . ln − 1 (karena tabel diatas dalam ohm-meter dirubah dahulu 2.π L   r dalam ohm-cm) r = jari-jari elektroda pentanahan ( cm ) L = panjang elektroda pentanahan ( cm ) 76
  • 82. Lanjutan 5.8.  Sirkulasi arus akibat adanya kebocoran pada peralatan listrik R RL Sekunder S trafo gardu T distribusi RN Netral Re1 Re2 Peralatan Listrik 77
  • 83. Lanjutan 5.8. Titik terjadi gangguan phasa - tanah Tegangan sentuh Tegangan langkah Bumi 20 m 20 m Bentuk tegangan antara tegangan elektroda dan referensi bumi, tegangan elektroda-bumi, tegangan- langkah, tegangan sentuh. 78
  • 84. Lanjutan 5.8. Sistem pembumian peralatan di gardu induk dengan menghubungkan elektroda membujur dan melintang dibawah tanah yang disebut sistem mesh dengan tujuan untuk memperoleh tahanan tanah kecil (< 1 ohm). 79
  • 86. 6.1. DISTANCE RELAY  Relai penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan pengukuran impedansi penghantar.  Relai ini mempunyai ketergantungan terhadap besarnya SIR dan keterbatasan sensitivitas untuk gangguan satu fasa ke tanah.  Relai ini mempunyai beberapa karaktristik seperti mho, quadralateral, reaktans, adaptive mho dll.  Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti putt, pott dan blocking.  Jika tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step distance saja. 80
  • 87. 6.2. SETTING DISTANCE RELAY  Dapat menentukan arah letak gangguan  Gangguan didepan relai harus bekerja  Gangguan dibelakang relai tidak boleh bekerja  Dapat menentukan letak gangguan  Gangguan di dalam daerahnya relai harus bekerja  Gangguan diluar derahnya relai tidak boleh bekerja  Beban maksimum tidak boleh masuk jangkauan relai  Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya 81
  • 88. 6.3. SETTING RELAY JARAK  Zone 1 Karena adanya kesalahan pengukuran jarak akibat kesalahan CT, PT dan relainya sendiri, tidak mungkin menset relai sampai ujung saluran yang diamankan, yang lazim disebut Zone 1 . A Zone 1= 80% ZAB B F F 21 21 Zone - 1 = 80% x Z AB 82
  • 89. Lanjutan 6.3.  Zone 2 Untuk mengamankan sisa yang tidak diamankan Zone 1, diaman- kan oleh Zone 2 dengan perlambatan waktu. Zone 2 juga sebagai pengaman rel ujung seksi yang diamankan bila tidak mempunyai proteksi rel. A B C Zone 1= 80% ZAB F F 21 21 Zone - 2 = 80% x (Z AB + 80% x Z BC ) 83
  • 90. Lanjutan 6.3.  Zone 3 Sebagai pengamanan cadangan ditambah relai yang lazim disebut Zene 3, dalam hal ini harus dapat menjangkau ujung seksi berikutnya, waktunya diperlambat terhadap Zone 2 seksi berikutnya A B C D Zone 1= 80% ZAB F F 21 21 Zone - 3 = 80% x (Z AB + 80% ( Z BC + 80% Z CD ) 84
  • 91. 6.4. KARAKTERISTIK DISTANCE RELAY X ZL  Karakteristik mho Z1 Z2 Z3 R X ZL Z3  Karakteristik Quadrilateral Z2 R Z1 85
  • 92. 6.5. RELAY DIFFERENTIAL SEBAGAI PENGAMAN SALURAN DISTRIBUSI ATAU TRANSMISI (KAWT PILOT)  Prinsip kerja pengaman differential arus untuk saluran distribusi dan transmisi mengadapsi diffrential arus, yang membedakan ialah daerah yg diamankan cukup panjang. I1 Daerah pengamanan I2 Saluran distribusi/transmisi CT1 CT2 86
  • 93. Lanjutan 6.5.  PRINSIP DASAR PROTEKSI RELAI DIFFERENTIAL  Relai diferensial arus berdasarkan H. Khirchof, dimana arus yang masuk pada suatu titik, sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut. I1 I2 I1 = I2  Yang dimaksud titik pada proteksi differential ialah daerah pengamannan, dalam hal ini dibatasi oleh 2 buah trafo arus. Daerah pengamanan I1 I2 CT 1 CT 2 87
  • 94. 6.6. RELAI DIFFERENTIAL ARUS  Relai Diffrential arus membandingkan arus yang melalui daerah pengamanan.  Relai ini harus bekerja kalau terjadi gangguan didaerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja dalam keadaan normal atau gangguan diluar daerah pengamanan.  Relai ini merupakan unit pengamanan dan mempunyai selektifitas mutlak. 88
  • 95. Lanjutan 6.6. I1 I2 PMT Saluran yg diproteksi PMT A B CT1 CT2 F 87 F 87 Gelombang arus yang saling dikirim 89
  • 96. Lanjutan 6.6.  Diffrential untuk saluran diperlukan :  Sarana komunikasi antara ujung saluran yg lazim disebut kawat pilot, dapat berupa : - Kawat tembaga. - Serat optik - Mikro wave  Relai sejenis disetiap ujung saluran.  Untuk ketiga fase hanya sebuah relai, supaya saluran komunikasi yg cukup sepasang cukup 1 pasang.  Supervisi untuk mengontrol bahwa saluran komunikasi (pilot) baik/tidak terganggu. 90
  • 97. Lanjutan 6.6.  Trafo isolasi, karena kemungkinan terjadi induksi tegangan dari saluran yang diamankan (khususnya pilot dengan kawat tembaga)  Yg membatasi panjang saluran yang diamankan : - Saluran komunikasi dengan kawat dibatasi oleh adanya arus kapasitansi dan resistans kawat. - Saluran komunikasi dengan serat optik, sampai batas tidak perlu adanya penguat (repeater). 91
  • 98. Lanjutan 6.6.  Prinsip operasi yang digunakan.  Circulating current Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan arus mengalir melalui CT di kedua ujung, kumparan penahan dan kawat pilot, kumparan kerja tidak dilalui arus.  Opose Voltage Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan arus mengalirhanya disetiap CT dan kumparan penahan disetiap sisinya, pada kawat pilot dan kumparan kerja tidak dilalui arus. 92
  • 99. Lanjutan 6.6. I1 I2 PMT Saluran yg diproteksi PMT A B CT1 CT2 s2 p2 p2 s2 Trafo Trafo penjumlah id id penjumlah s1 p1 p1 s1 F 87 F 87 5 kV untuk JTM Trafo isolasi 15 kV untuk JTT 93
  • 100. 6.7. CIRCULATING CURRENT CIRCULATING CURRENT.  Keadaan normal I1 I2 B A PMT Saluran yg diproteksi PMT CT1 Kumparan kerja i2 CT1 i1 id Kawat pilot id i2 Kumparan penahan F 87 F 87  Pada keadaan normal kawat pilot dilalui arus dan kumparan kerja tidak dilalui arus. 94
  • 101. 6.8. DIRECTIONAL COMPARISON RELAY  Relai penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah gangguan, jika kedua relai pada penghantar merasakan gangguan di depannya maka relai akan bekerja.  Cara kerjanya ada yang menggunakan directional impedans, directional current dan superimposed. A B ∼ ≥ DIR DIR ≥ 1 1 T T & R R & Si gnal ling channel Directional comparison relay 95
  • 102. 6.9. PENGAMAN CADANGAN TRANSMISI DENGAN RELAI ARUS LEBIH A B C F 51 F 51 t A B C  Jangkauan relai sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya pembangkitan . 96
  • 104. 7.1. PENYEBAB GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Pada SUTM AWAN AWAN RANTING PETIR POHON I (DARI SUMBER) 97
  • 105. 7.2. PENGARUH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TERHADAP SISTEM TENAGA LISTRIK TRAFO DAYA 51 51 3 FASA 51G 51G 1 FASA-TANAH 51N  TEGANGAN DI BUS 20 KV TURUN  PENGARUH TEGANGAN TURUN DIRASAKAN OLEH SEMUA FEEDER YANG TERSAMBUNG PADA BUS BERSAMA.  SAAT TERJADI GANGGUAN HS BERPENGARUH PADA TRAFO TENAGA DAN GEN  SAAT PMT TERBUKA TEGANGAN NAIK.  GANGGUAN HS 1 FASA KETANAH DAPAT MENAIKAN TEG PADA FASA YANG SEHAT. 98
  • 106. 7.3. HUBUNGAN PARALEL ANTAR PUSAT LISTRIK V < 20 kV V<20 kV 2 4 PLTD A PLTD B 1 6 3 5  SAAT TERJADI GANGGUAN DI SALAH SATU FEEDER,  ADA SUMBANGAN ARUS DARI PLTD A DAN PLTD B KETITIK GANGGUAN.  RELAI DI 3 DAN 5 AKAN TRIP  RELAI DI 1 & 6 AKAN PICK UP  JIKA SETELAN RELAI ANTARA KEDUA PUSAT LISTRIK TIDAK SESUAI, AKAN TERJADI BLACK OUT (SELURUH PUSAT LISTRIK PADAM) 99
  • 107. 7.4. GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PLTD A IF IF>> FCO Gangguan HS 20 kV  Saat terjadi gangguan hubung singkat dijaringan 20 kV di salah satu feeder, Yang mempunyai FCO--- FCO trip.  Saat FCO trip dalam tabung terjadi arcing yang waktunya melebihi waktu setting Yang dapat tripkan Rele di outgoing. 100
  • 108. Lanjutan 7.4.  GANGGUAN YANG TERJADI:  GANGGUAN 3 : bisa terjadi pada fasa R , S dan T terhubung singkat  GANGGUAN 2 FASA : bisa terjadi antara • fasa R & S, • fasa T & S atau • R & T terhubung singkat  GANGGUAN 2 FASA KE TANAH: bisa terjadi antara • fasa R & S, • fasa T & S ke tanah atau • fasa R & T ke tanah  GANGGUAN 1 FASA KE TANAH: bisa terjadi antara • fasa R – ke tanah • fasa S - ke tanah atau • fasa T - ke tanah 101
  • 109. 7.5. SISTEM PENGAMAN PADA SISTEM DISTRIBUSI A B C D 1 2 1 2 3 4 5 6 Differential Relay Pengaman Utama Gen dll. Differential Relay Pengaman Utama Trafo dll. Over Current Relay Trafo sisi 150 KV Pengaman Cadangan Lokal Trafo Pengaman Cadangan Jauh Bus B. OCR dan GFR Trafo sisi 20 kV Pengaman Utama Bus B1 Pengaman Cadangan JAuh saluran BC. OCR dan GFR di B2 Pengaman Utama saluran BC Pengaman Cadangan Jauh saluran CD. OCR dan GFR di C Pengaman Utama saluran CD Pengaman Cadangan Jauh seksi berikut. 102
  • 110. 7.6. WIRING DIAGRAM OVER CURRENT RELAY & GROUND FAULT RELAY TRAFO 6,3/20 KV PMT CT Jaringan distribusi NGR OCR/GFR TRAFO 6,3/20 KV PMT CT ON NGR OCR OCR OCR RELAY GFR 103
  • 111. 7.7. CARA KERJA OCR  PADA SAAT HUBUNG SINGKAT 3 FASA PMT HUBUNG TRAFO 6,3/20 KV CT SINGKAT 3 FASA ON OFF NGR OCR OCR OCR GFR  Gangguan terjadi pada fasa R,S dan T.  Arus gangguan hubung singkat mengalir di jaringan.  Karena arus tersebut > dari ratio CT pada sekunder CT mengalir arus.  Masuk ke OCR -- OCR memasok arus ke PMT-- PMT trip. 104
  • 112. Lanjutan 7.7. PMT TRAFO 6,3/20 KV CT R HUBUNG SINGKAT S 3Io 1 FASA T ON OFF NGR OCR OCR OCR GFR Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip 105
  • 113. 7.8. PERALATAN PENGAMAN PADA JARINGAN 20 kV  Pengaman Gangguan Antar Fasa (OCR)  Pengaman Gangguan Satu Fasa Ketanah (GFR)  Cara kerja: CT Penyulang Gangguan  CT mentransfer besaran primer ke besaran sekunder  Rele detektor hanya bekerja- dengan arus kecil  akurat +  Perlu sumber Volt DC untuk - - tripping PMT  Karakteristik bisa dipilih  Definite, Inverse, Very-Inverse atau Extreemely Inverse. 106
  • 114. 7.9. RELE ARUS LEBIH SEKUNDER  Elektromekanis  Sederhana  Definite, (instant) • Rele definite hanya menyetel waktu • Saat terjadi gangguan hubung singkat arus dari CT masuk ke kumparan Rele . Setelan • Selenoid yang dililit kumparan akan menjadi waktu magnit dan kontak akan ditarik kebawah . • lamanya kontak menyentuh switch tergantung setting waktunya 107
  • 115. Lanjutan7.9.  Karakteristik Inverse • Rele inverse menyetel waktu & arus • Saat terjadi gangguan hubung singkat arus Φ dari CT masuk ke kumparan Rele • Selenoid yang dililit kumparan akan mem bentuk Φ, fluks terpotong oleh piringan, piringan berputar. • Lamanya kontak menyentuh switch tergantung setting waktunya 108
  • 116. Lanjutan7.9.  Elektrostatik CT Rect Kontak Φ I Set timer Output Comp C Set I (arus)  Arus gangguan hubung singkat masuk ke CT .  Arus ini di searah kan di Rectifier dan arus searah di teruskan ke comp.  Kapasitor digunakan menambah arus yang masuk coil tripping . 109
  • 117. 7.10. KARAKTERISTIK RELAY  Karakteristik Relay : - Definite - Invers - Instant t (detik) KARAKTERISTIK TUNDA WAKTU TERTENTU ( DEFINITE TIME ) t SET I (ampere) I SET  Karakteristik definite time: bisa di setting arus besar setting waktu kecil 110
  • 118. 7.11. KARAKTERISTIK KOMBINASI INSTANT DENGAN TUNDA WAKTU INVERSE t (detik) I SET I SET MOMENT I (ampere)  Digunakan untuk setting inverse dan moment 111
  • 119. 7.12. KARAKTERISTIK INSTANT = MOMENT T (detik) t SET I (ampere) I SET MOMENT  PADA KARAKTERISTIK INSTANT MEMPUNYAI WAKTU MINIMUM: 40 s/d 80 milisecond DENGAN ARUS YANG BESAR  Digunakan: untuk back up pada pengaman distribusi 112
  • 120. 7.13. PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT  JARINGAN RADIAL SINGLE  KOORDINASI DENGAN O.C INVERSE SUMBER TRAFO UNIT/ KIT TRAFO DAYA 51 51 51 51 51G 51G 51G 51G 51N  PERHITUNGAN KOORDINASI SELALU DIMULAI DARI RELAI PALING HILIR, DAN BERGERAK KE HULU 113
  • 121. Lanjutan7.13.  UNTUK :  GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA  GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA  GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA KETANAH  GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH HUKUM OHM  RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN ADALAH I = ARUS GANGGUAN H.S V I = Z V = TEGANGAN SUMBER Z = IMPEDANSI DARI SUMBER KETITIK GANGGUAN, IMPEDANSI EKIVALENT  BIASANYANILAI IMPEDANSI EKIVALENT INI YANG MEMBINGUNGKAN PARA PEMULA. 114
  • 122. Lanjutan7.13.  DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA  UNTUK GANGGUAN 3 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH IMPEDANSI URUTAN POSITIF NILAI EKIVALEN Z 1 TEGANGANNYA ADALAH E FA S A  UNTUK GANGGUAN 2 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. NILAI EKIVALEN Z 1 + Z 2  UNTUK GANGGUAN 2 FASA KETANAH : TEGANGANNYA ADALAH E FA S A -FAS A IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. + URUTAN NOL NILAI EKIVALEN Z 1 + Z2 * Z0 Z2 + Z0  UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. + URUTAN NOL NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 + Z0 TEGANGANNYA ADALAH E FA S A 115
  • 123. Lanjutan7.13.  PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :  GANGGUAN TIGA FASA V RUMUSNYA : : I = Z V = TEGANGAN FASA - NETRAL Z = IMPEDANSI Z 1 ekivalen V  GANGGUAN DUA FASA : RUMUSNYA : I = Z V = TEGANGAN FASA - FASA Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 ) ekivalen 116
  • 124. 2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR  GANGGUAN DUA FASA - KETANAH : V = TEGANGAN FASA - FASA V RUMUSNYA : I = Z Z = IMPEDANSI Z 1 + Z 2 * Z 0 ekivalen Z2 + Z0  GANGGUAN SATU FASA KETANAH : V V = 3 x TEGANGAN FASA RUMUSNYA : I = Z Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 + Z0 ) eki 117
  • 125. 7.14. SETELAN Tms DAN WAKTU PADA RELAY INVERS  I  k   Faktor k tergantung pada kurva arus waktu, sebagai berikut: t x   fault  − 1  ISET      Nama kurva k Tms =  IEC standard Inverse 0,02 0,14  IEC very Inverse 1  IEC Extremely Inverse 2 0,14 × Tms  IEEE standard Inverse 0.02 t= k detik  IEEE Short Inverse 0.02  IFAULT   IEEE Very Inverse 2   −1  I   EEE inverse 2  SET   IEEE Extremely Inverse 2 t = Waktu trip (detik). Tms = Time multiple setting. I fault = Besarnya arus gangguan Hub Singkat (amp) Setelan over current relay (inverse) diambil arus g g hub singkat terbesar. Setelan ground fault relay (inverse) diambil arus gangguan hub singkat terkecil. I SET = Besarnya arus setting sisi primer Setelan over current relay (Invers) diambil 1,05 s/d 1,1 x Ibeban Setelan ground fault relay (inverse) diambil 0,06 s/d 0,12 x arus g g hub singkat terkeci 118