Makalah ini membahas tentang pencemaran air di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti limbah domestik, industri, dan pertanian. Pencemaran air berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan sanitasi, mengurangi eksploitasi sumber daya alam, dan menerapkan teknologi pengolahan limbah.
1. UNIVERSITAS INDONESIA
MAKALAH MPKTB-A
PENCEMARAN AIR
HG 2
Aji Purnomo (1806139853)
Annisa Sanubari (1806139903)
Tsania Mardhiyah (1806203295)
Vera Setianingsih (1806203616)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
2019
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Problem Best Learning
2 ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu kewajiban
penulis sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan. Penulis mengucapkan terima
kasih atas bantuan yang diberikan selama proses penyusunan makalah ini kepada
pihak-pihak sebagai berikut :
1. Dr. Dewi Gayatri S.Kp., M.kes. selaku dosen yang telah menyediakan
waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi untuk membimbing penulis dalam
kegiatan belajar mengajar.
2. Rekan-rekan kerja MPKT-B kelas A lainnya.
3. dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah
ini.
Makalah ini penulis buat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah
pencemaran air yang terjadi di Indonesia yang menurut penulis sangat penting untuk
dibahas dan diatasi oleh solusi yang konkret.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Mei 2019
Penulis
ii
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pencemaran Air............................................................................................................. 3
2.1.1 Definisi Pencemaran Air................................................................................ 3
2.1.2 Indikator Pencemaran Air.............................................................................. 3
2.1.3 Penyebab dan Dampak Pencemaran Air........................................................ 3
2.1.4 Upaya Menangani Pencemaran Air ............................................................... 4
2.2 Sanitasi.......................................................................................................................... 5
2.2.1 Definisi Sanitasi............................................................................................. 5
2.2.2 Aspek Sanitasi................................................................................................ 5
2.3 Intrusi Air Laut ............................................................................................................. 6
2.3.1 Definisi Intrusi Air Laut................................................................................. 6
2.3.2 Faktor Penyebab Intrusi Air Laut .................................................................. 6
2.3.3 Dampak Intrusi Air Laut................................................................................ 8
2.4 Proyek Ekspoitasi dan Ekstraktif.................................................................................. 8
2.5 Reklamasi...................................................................................................................... 9
2.5.1 Definisi Reklamasi......................................................................................... 9
2.5.2 Proses Reklamasi ........................................................................................... 9
2.5.3 Dampak Reklamasi ........................................................................................ 10
2.5.4 Solusi terhadap Reklamasi............................................................................. 11
iii
4. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 12
3.2 Saran ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 13
iv
5. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di
muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama
bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada
air. Namun demikian, air dapat menjadi masalah besar bilamana tidak tersedia dalam kondisi
yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan
oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk
mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal,
karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan
manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian
pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai pencemaran air.
Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Krisis air juga terjadi di hampir semua wilayah P.
Jawa dan sebagian Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair
industri, rumah tangga ataupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat pencemaran,
krisis air juga terjadi dari berkurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat
pembabatan hutan di hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir.
Pencemaran air di banyak wilayah di Indonesia, telah mengakibatkan terjadinya krisis air
bersih. Lemahnya kesadaran masyarakat dan pengawasan pemerintah serta keengganannya
untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air
menjadi hal yang kronis yang semakin lama semakin parah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pencemaran air dan dampaknya?
2. Apa saja yang menyebabkan pencemaran air?
3. Bagaimana ekploitasi dan ekstrasi dapat menyebabkan pencemran air?
1
6. 2
4. Mengapa relakmasi di pesisir dapat menyebabkan pencemaran air?
5. Teknologi apa saja yang bisa menurunkan tingkat pencemaran air di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pencemarana air.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pencemaran air.
3. Untuk mengetahui ekploitasi dan ekstrasi dapat menyebabkan pencemaran air.
4. Untuk mengetahui teknologi yang dapat menurunkan tingkat pencemaran air di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengaruh reklamasi terhadap pencemaran air.
7. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pencemaran Air
2.1.1 Definisi Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya
(Puspitasari, 2009).
2.1.2 Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan
atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
a) Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau
dan rasa.
b) Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut dan perubahan pH.
c) Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen (virus dan
parasit).
2.1.3 Penyebab dan Dampak Pencemaran Air
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa
masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan
kualitas air tercemar. Hal tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada
prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah
cair. Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia.
Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi pemerintah
tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat
3
8. 4
berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu
dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar
(tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampai ke
batas atau melewati batas)
Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga
(pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian
misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia
yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)
a) Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air
yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.
b) Dampak terhadap kualitas air tanah
Air tanah yang telah tercemar oleh zat tertentu yang melebihi dari standard yang
telah diperbolehkan bisa mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan kematian.
c) Dampak terhadap kesehatan
Air tanah yang tidak memenuhi standard biologis dapat menyebabkan adanya
penyakit seperti kolera, muntaber, disentri, infeksi hati, dan sebagainya. Yang
menyedihkan lagi hal ini menimpa masyarakat bawah karena untuk mendapatkan air
bersih mereka harus menambah biaya lagi. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari saja kurang.
d) Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan,
maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
2.1.4 Upaya untuk Menangani Pencemaran Air
9. 5
Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri.
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula
mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut (Herlambang,
2006). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita.
Karena saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat
kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah,
memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai
sampah seperti makanan dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.
Teknologi juga dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik,
mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
2.2 Sanitasi
2.2.1 Definisi Sanitasi
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama
terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup (Kementrian Lingkungan Hidup, 2001).
Sanitasi menurut Unicef adalah proses dimana keharusan manusia untuk menjalankan
dan mempertahankan lingkungan bersih dan sehat dimulai dari diri mereka sendiri untuk
mencegah penularan agen penyakit (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
2.2.2 Aspek-aspek Sanitasi
a) Penyediaan air bersih/air minum (water supply)
Diantaranya adalah pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas air,
pemanfaatan air, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air, cara pengolahan, dan
cara pemeliharaan.
10. 6
b) Pengolahan sampah (refuse disposal)
Diantaranya adalah cara pembuangan, peralatan pembuangan dan cara
penggunaannya, serta cara pemeliharaannya.
c) Pengolahan makanan dan minuman (food sanitation)
Diantaranya adalah pengadaan bahan makanan/bahan baku, penyimpanan
bahan makanan/bahan baku, pengolahan makanan, pengangkutan makanan,
penyimpanan makanan, dan penyajian makanan.
d) Kesehatan dan keselamatan kerja
Diantaranya adalah tempat/ruang kerja, pekerjaan, cara kerja, dan tenaga
kerja/pekerja.
e) Pengawasan/pengendalian serangga dan binatang pengerat (insect and rodent
control).
2.3 Intrusi Air Laut
2.3.1 Definisi Intrusi Air Laut
Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan
mencemari air tanah yang terkandung didalamnya, Proses masuknya air laut mengganti air
tawar disebut sebagai intrusi air laut. Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses,
yaitu intrusi air laut dan upconning.
Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut
akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk
jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air
laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan
tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.
Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan
intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan
penyusun, kekuatan air tanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses intrusi
makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi
sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai
untuk keperluan sehari-hari.
2.3.2 Faktor Penyebab Intrusi Air Laut
11. 7
Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumber daya air tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak
lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada sumberdaya air terutama
intrusi air laut adalah pemompaan air tanah (pumping well) yang berlebihan dan
keberadaannya dekat dengan pantai.
2. Faktor batuan
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain,
apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk
ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan pengendalian intrusi air
laut dengan banyak metode. Sifat yang sulit untuk melepas air adalah lempung
sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi.
3. Karakteristik pantai
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif
sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut
membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai
berbatu. Metode yang mungkin dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang
letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya materialnya berupa pasiran.
Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus.
Pengendalian intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode
pengendalian memungkinkan untuk dilakukan.
Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut sebab
mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai
sistem penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air
dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga
ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air
laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol
pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis
vegetasi dapat menghambat kecepatan dan memecah tekanan Terpaan angin yang
menuju ke permukiman penduduk.
12. 8
4. Fluktuasi air tanah di daerah pantai
Apabila fluktuasi air tanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah
terjadi pada kondisi air tanah berkurang. Rongga yang terbentuk akibat air tanah
rendah maka air laut akan mudah untuk menekan airtanah dan mengisi
cekungan/rongga air tanah. Apabila fluktuasinya tetap maka secara alami akan
membentuk interface yang keberadaannya tetap.
2.3.3 Dampak Intrusi Air Laut
Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh intrusi air laut, terutama dampak negatif
seperti; terjadinya penurunan kualitas air tanah untuk kebutuhan manusia dan
amblesnya tanah karena pengekploitasian air tanah secara berlebihan. Bagi tanaman
yang tumbuh di tanah dengan kandungan garam yang rendah atau tumbuh pada tanah
biasa, umumnya respon terhadap peningkatan kadar garam antara lain:
a. Penurunan jumlah air yang diantarkan ke daun yang diperkirakan akibat
perubahan tekanan osmosis. Akibat menurunnya perbedaaan konsentrasi antara air
sel dengan air ftanah yang bergaram, diperkirakan akan menurun perbedaan
tekanan osmosis relatif antara lain berfungsi menghisap air ke daun.
b. Menyebabkan daun menjadi layu dan perubahan metabolisme akar.
Berkurangnya kualitas air tanah karena sudah bercampur dengan air asin/ garam
dan susah untuk mendapatkan air bersih. Bila hal ini dibiarkan, maka akan
berdampak lebih besar terutama menganggu keseimbangan air tanah dengan air
asin. Selain itu juga daerah yang terkena intrusi ini akan semakin luas terutama
bagian hilirnya.
2.4 Proyek Eksploitasi dan Ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang mengambil bahan bakunya langsung dari alam,
seperti pertambangan, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Industri ekstraktif dibagi menjadi
2 macam, yaitu industri manufaktur, dan industri reproduktif.
1. Industri manufaktur adalah industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan yang
dapat digunakan sehari-hari.
2. Industri reproduktif adalah industri yang mengambil bahan baku dari alam, dan selalu
menggantinya kembali setelah mengambilnya.
13. 9
Industri ekstraktif memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari industri
ekstraktif adalah menciptakan peluang kerja, meningkatnya ekonomi masyarakat, tersedianya
sarana dan prasarana. Dampak negatif dari industri ekstraktif adalah terjadinya pencemaran
lingkungan, polusi suara akibat aktivitas produksi, polusi udara dari mesin-mesin pabrik.
Di dalam industri ekstraktif terdapat satu contoh, yaitu eksploitasi hutan. Eksploitasi
hutan merupakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengambilan hasil hutan
berupa kayu. Sebelum melakukan eksploitasi hutan, terdapat tahapan-tahapan sebelumnya,
yaitu perencanaan, survey hutan, pemberian batas, pembagian area, inventarisasi tegakan, dan
pembuatan jalan hutan. Menurut Sinaga (1984) kegiatan eksplorasi hutan terdiri dari tiga
tahap, yaitu penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. Tujuan eksploitasi hutan, yaitu
memanfaatkan hasil hutan yang telah mencapai hasil panennya agar memberikan
kemakmuran bagi rakyat.
Ekploitasi hutan memiliki dampak seperti industri ekstraktif, yaitu dampak positif dan
negative. Dampak positif dari kegiatan eksploitasi hutan, yaitu membuka lapangan pekerjaan
untuk masyarakat, dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Dampak negatif jika kegiatan
eksploitasi hutan tidak dibatasi dan diberi pengawasan, yaitu terganggunya kelestarian
tumbuhan, dan rusaknya habitat para hewan.
2.5 Reklamasi
2.5.1 Definisi Reklamasi
Reklamasi lahan menurut Kementerian PU (2007), adalah proses pembentukan
lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. Tujuan reklamasi menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 40 tahun 2007; yaitu untuk menjadikan kawasan
yang berair rusak atau tidak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Reklamasi diatur oleh pemerintah baik oleh peraturan presiden, KLHK, dan UU
secara langsung. Untuk penjelasannya sebagai berikut:
a) Undang-undang nomor 27 tahun 2007 berisi tentang pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, mengungkapkan bahwa reklamasi merupakan
kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya
lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
14. 10
b) KLHK, bertugas dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengendalian perubahan iklim
Berfungsi dalam:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraaan mitigasi, adaptasi,
penurunan emisi gas rumah kaca, penurunan dan penghapusan bahan perusak
ozon, mobilisasi sumber daya, inventarisasi gas rumah kaca, monitoring,
pelaporan dan verifikasi perubahan iklim serta pengendalian kebakaran hutan
dan lahan;
b. Pelaksanaan kebijakan dari perumusan kebijakan.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
d. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan.
e. Pemberian bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanan pelaksanaan
kebijakan.
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
g. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim
h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
c) Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara
Jakarta dan Perda DKI Jakarta Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta.
2.5.2 Proses Reklamasi
Proses pelaksanaan relakmasi dilaksanaan dengan tiga tahap yaitu; pertama, tahap
pra konstruksi, antara lain meliputi kegiatan survei teknis dan lingkungan, pemetaan
dan pembuatan pra rencana, perizinan, pembuatan rencana detail atau teknis. Kedua,
tahap konstruksi, kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengambilan material urug,
transportasi material urug dan proses pengurugan. Ketiga, tahap pasca konstruksi,
yaitu kegiatan demobilisasi peralatan dan juga tenaga kerja, pematangan lahan dan
pemeliharaan lahan.
2.5.3 Dampak Reklamasi
Dampak reklamasi ada dua yaitu negatif dan positif:
a. Dampak negatif yang berpengaruh ini dapat di lihat dari sisi:
15. 11
1. Ekologi,berupa tertutupnya daerah mangrove dengan lumur, kualitas
air laut dibawah baku mutu, air sumur menjadi keruh dan asin, dan
kehilangan arus air.
2. Sosial, berbaurnya dengan etnis lain, hilangnya hubungan jaringan
ketergantungan, adaptasi dengan lingkungan baru, dan beralihnya
mata pencaharian yang belum pasti.
3. Ekonomi, berupa mata pencaharian masyarakat sekitar pantai
terganggu, dan pendapatan menjadi berkurang
b. Dampak positif yang ditimbulkan dari reklamasi adalah membuka peluang
pembangunan wilayah pesisir, meningkatkan pariwisata bahari,
perlindungan pantai dari erosi, tumbuhnya sikap kritis, dan menghidupkan
kembali transportasi air.
2.5.4 Solusi terhadap Reklamasi
Solusi yang tepat dalam penangan relakmasi adalah mebutuhkan berbagai peran
baik dari, individu, masyarakat , dan pemerintah terutamanya untuk menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
16. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran air adalah tercampurnya air dengan zat – zat akibat ulah manusia,
sehingga kualitas air turun, dan tidak dapat berjalan sesuai peruntukannya. Masalah
pencemaran air di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya pembuangan
limbah sembarangan. Akibat dari pembuangan limbah sembarangan berdampak bagi
kehidupan manusia yang memanfaatkan air dari sungai, dan keberlangsungan kehidupan flora
dan fauna di daerah sungai. Masalah pencemaran air yang terjadi di Indonesia merupakan
tanggung jawab semua pihak, seperti masyarakat, mahasiswa, dan pemerintah. Oleh karena
itu, ketiga komponen tersebut harus bekerja sama agar terciptanya lingkungan di perairan
yang bersih, dan sehat, sehingga fungsi air dapat sesuai dengan seharusnya.
3.2 Saran
Pencemaran air dapat diminimalisir apa bila masyarakat, mahasiswa dan pemerintah
terlibat dalam pelaksanaannya. Hal yang dapat dilakukan masyarakat adalah tidak membuang
limbah sembarangan, melakukan pengelolaan limbah, mengurangi produksi sampah (reduce),
mendaur pakai (reuse), mendaur ulang (recycle), dan inovasi teknologi ramah lingkungan.
Hal yang dapat dilakukan mahasiswa dalam meminimalisir pencemaran, yaitu
mahasiswa dengan pemikirannya dapat menciptakan sebuah teknologi yang dapat mengatasi
masalah pencemaran air, mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan pihak lain, seperti
pemerintah atau organisasi pencinta alam, seperti WALHI.
Hal yang dapat dilakukan pemerintah, yaitu memperkuat kebijakan dan Undang –
Undang yang mengatur tentang pencemaran air, memberi sanksi tegas kepada oknum yang
membuang limbah sembarangan, melaksanakan PROKASIH (Program Kali Bersih), dan
melaksanakan PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat).
12
17. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pengedaliann Direktorat Jenderal Pengendalian dan Perubahan Iklim –
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (n,d) dan Fungsi Retriverd from
http://ditjenppi.menlhk.go.id/tentang-kami-ppi/organisasi/tugas-dan-fungsi.html#
Fauzi, Akhmad. (2006). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. (2009). Tata kelola industri
ekstraktif. Tersedia di https://polgov.fisipol.ugm.ac.id/tata-kelola-industri-ekstraktif
Herlambang, A. (2006). No Title. Pencemaran Air Dan Strategi Penanggulangannya, 2(1),
16–29.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). No Title. Menuju 100% Akses Sanitasi
Indonesia 2019, (http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16060100003).
Kementrian Lingkungan Hidup. (2001). No Title. Pencemaran Air Dari Perspektif Hukum,
(http://www.menlh.go.id/airnet/Artikel01.htm).
Puspitasari, D. E. (2009). No Title. Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan
Lingkungan Dalam Perspektif Hukum Lingkungan, 21(1), 23–34.
Retno, Rahmawati. (2018). Industri Ekstraktif dan Sektor Keuangan Menengok Masa
Lampau, Menatap Masa Depan. Tersedia di http://www.tuk.or.id
Pawitro, U. (2015). Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai: Antara Pelestarian Lingkungan Dan
Ekonomi Kawasan. Temu Ilmiah IPLBI Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung.
Ramaniya, Arya. (2017) Dampak reklamasi terhadap kualitas air danSosial ekonomi
masyarakat nelayan di sekitar Kawasan reklamasi Teluk Jakarta.
Widada, S. (2010). Gejala Intrusi Air Laut di Daerah Pantai Kota Pekalongan. Ilmu Kelautan:
Indonesian Journal of Marine Sciences, 12(1), 45–52.
https://doi.org/10.14710/IK.IJMS.12.1.45-52
Yuliasni, R., Marlena, B., Kusumastuti, S. A., & Syahroni, C. (2019). Pengolahan Limbah
Industri Pengolahan Ikan Dengan Teknologi Gabungan Upflow Anaerobic Sludge
Blanket (UASB)-Wetland. Jurnal Teknologi Lingkungan, 20(1), 123.
https://doi.org/10.29122/jtl.v20i1.2941
13