Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
HUKUM BISNIS DAN LINGKUNGAN
1. MODULPERKULIAHAN
HUKUM BISNIS DAN
LINGKUNGAN
Hak Atas Kekayaan
Intelektual, Hak Merk,
Rahasia Dagang dan
Pelanggaran Hak Merk dan
Rahasia Dagang serta Hak
Patent
Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program
Studi
Tatap
Muka
Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan
Bisnis
Akuntansi 13 1A2323EL Angela Regife Laksmy
Situmorang
Abstract : Kompetensi
Memberi pengetahuan umum
tentang Hak Atas Kekayaan
Intelektual, Hak Merk, Rahasia
Mampu memahami teori Hak
Atas Kekayaan Intelektual, Hak
Merk, Rahasia Dagang dan
2. Dagang dan Pelanggaran Hak
Merk dan Rahasia Dagang serta
Hak Patent.
Pelanggaran Hak Merk dan
Rahasia Dagang serta Hak
Patent.
Peranan Penting Hak atas Kekayaan
Intelektual (HaKI) untuk Hasil Penelitian
Dosen
Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) mulai dikenalkan dan dipopulerkan ke
Perguruan Tinggi. Khususnya untuk dosen. Tahun 2016 banyak universitas
mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang pentingnya HaKI.
Sebagai negara berkembang, Indonesia jelas tertinggal jauh dibandingkan negara
maju dari segi hasil penemuan dan penelitian. Ada banyak faktor penyebabnya,
salah satunya tingkat kesadaran dosen/peneliti/penemu terhadap Hak Kekayaan
Intelektual. Sehingga, hasil penelitian dan penemuan sedikit yang terdaftar di arsip
negara. Dengan kata lain, tingkat kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap
karya Hak atas Kekayaan Intelektual masih cukup rendah.
Hak atas Kekayaan Intelektual penting bagi dosen dan Pranata
Laboratorium Pendidikan (PLP). Mengingat dosen identik dengan hasil
penelitian. Sosialisasi HKI diharapkan memberi semangat untuk
mendaftarkan karya-karya akademik ke Kementerian Hukum dan HAM.
Sehingga, para dosen memperoleh hak cipta dan hak paten secara hukum.
Sisi lain, hak cipta akan memberikan perlindungan karya dosen, apabila
karyanya di jiplak.
Hak atas Kekayaan Intelektual
Sosialisasi HaKI untuk dosen diharapkan mampu meningkatkan hasil karya yang
terdaftar di kementerian hukum dan HAM. Mengingat, sebelum diberi sosialisasi
perihal HaKI banyak karya yang belum dipatenkan. Karya yang belum dipatenkan
riskan akan diakuisisi dan dijiplak oleh orang lain. Apabila hal tersebut terjadi,
penulis tidak dapat berbuat apa-apa.
Upaya melindungi karya akademiek dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan
(PLP) dapat dilakukan dengan di daftarkan ke Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI).
Adapun peraturan tentang Hak atas Kekayaan Intelektual, yang tercantum di UU
Nomor 28 tahun 2014 menjelaskan tentang definisi pencipta (pasal 31), ciptaan yang
3. dilindungi (pasal 40), jangka waktu perlindungan hak cipta, pencatatan hak cipta
(pasal 66) yang berisi tata cara pencatatan hak cipta ke lembaga HaKI.
Mematenkan Hasil Karya
Selain perlindungan hak cipta, ada juga UU terkait dengan paten. UU Paten di atur
di nomor 14 tahun 2001 mengatur tentang definisi paten, pemegang hak paten,
syarat substantatif tentang paten, jenis paten, subjek paten, prosedur paten dan
spesifikasi permohonan paten. Di dalam UU ini juga membahas jangka waktu
perlindungan paten, pembatan paten dan hak serta kewajiban pemegang paten.
Mematenkan HaKI dapat dilakukan untuk semua produk dan karya yang memiliki
manfaat. Karya yang dapat dipatenkan adalah karya yang memberikan
kemaslahatan dan pemberdayaan bagi kehidupan manusia. Karya yang bersifat
eksklusif lebih mudah untuk dipatenkan, yang kemudian proses inilah yang disebut
dengan hak cipta.
Keuntungan dosen melakukan paten HaKI memperoleh dua keuntungan.
Keuntungan secara moral dan ekonomis.
1. Keuntungan Moral
Secara moral, dosen akan dibranding namanya sebagai pecipta. Hak moral, nama
dosen yang menemukan atau menghasilkan karya namannya diakui, ditulis sebagai
sang pemiliki hasil penemuannya. Secara tidak langsung, dosen/menemu memiliki
eksistensi, yang tidak dapat dihilangkan dan tidak dapat dihapus oleh siapapun.
Sekalipun hak ciptanya telah beralih.
Banyak bentuk hak cipta yang dilindungi. Ada yang berupa buku, alat peraga
pendidikan, karya tulis, peta terjemahan, program komputer, bunga rampai dan
karya arsitektur sekalipun. Hak cipta dalam bidang seni juga ada. Misalnya, seni
rupa, budaya tradisional, modifikasi ekspresi, karya fotografi, sinematografi, seni
batik, seni motif sampai seni sinematografi, dan masih banyak lagi.
2. Keuntungan Ekonomis
Secara ekonomis, dosen akan memperoleh keuntungan berupa uang dari hasil
penemuannya. Misalnya untuk HaKI seni musik, si pencipta akan memperoleh nilai
ekonomis dari hasil penjualan lagu. Meskipun ada pula karya yang tidak
menghasilkan nilai ekonomi, maka dosen tidak perlu mendaftarkan ke Kementrian
Hukum dan HAM, karena secara otomatis akan memperoleh hak ciptanya.
Keuntungan secara ekonomis bagi peneliti yang berjibaku di dunia penelitian. Maka
peneliti bisa memperoleh keuntungan berupa royalty dari hasil penemuannya.
Royalty yang diperoleh diambil dari hasil penjualan, pengakuan masyarakat umum,
lembaga yang menggunakan hasil penemuannya.
4. Pentingnya HaKI dan Membangun Jiwa Meneliti
Dosen yang hendak mengajukan paten HaKI berhak memperoleh payung hukum
HaKI. Payung hukum HaKI dalam hal ini adalah Kementerian hukum dan HAM.
Produk yang dihasilkan dosen bermacam-macam bentuk, mulai dari hasil penelitian,
produk dan alat. Khusus untuk hak kepemilikan industri, bisa berupa desain industri,
merek, rahasia dagang dan sirkuit terpadu (DLTST).
Hak Kekayaan Intelektual tidak hanya dikhususkan oleh dosen. Melainkan untuk
semua pihak masyarakat. Termasuk mahasiswa yang melakukan hasil penemuan
dan menciptakan hasil karya inovasi. Sayangnya, banyak hasil penemuan, baik dari
dosen, mahasiswa dan masyarakat menemukan hasil penemuan belum
memperoleh HaKI sudah dipublikasikan. Dampaknya, hasil penemuan tersebut
banyak berakhir dalam bentuk tumpukan dokumen.
Upaya sosialisasi pentingnya Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) di Universitas
diharapkan mampu mendorong peningkatan akreditasi institusi. Satu sisi, akan
meningkatkan martabat bangsa dan negara di mata dunia. Mengingat, penemuan,
inovasi salah satu upaya negara memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi
di negarannya. Semakin banyak dosen, mahasiswa dan masyarakat sadar
pentingnya HaKI dan melakukan penelitian atau penemuan, suatu negara semakin
berpeluang menjadi negara besar layaknya negara-nagara maju.
Perbedaan negara maju dan negara berkembang sejatinya terletak pada tingkat
kesadaran terhadap permasalahan yang terjadi di negaranya. Dari hasil
pemasalahan yang ada dicari solusi. Hasil solusi yang diperoleh, akan memberikan
jalan keluar dari permasalahan, dan terminimalisirlah masalah pelik sejenisnya.
sekian ulasan kali ini, semoga tulisan ini bermanfaat.
Referensi :
o Pelatihan HKI bagi Dosen Universitas Bina Nusantara. http://business-
law.binus.ac.id/2016/05/05/pelatihan-hki-bagi-dosen-universitas-bina-
nusantara/. Diakses 05 Mei 2017
o Fakultas SAINS dan Teknologi Sosialisasikan Hak Kekayaan
Intelektual. http://saintek.uin-
suka.ac.id/index.php/page/berita/detail/370/fakultas-sains-dan-teknologi-
sosialisasikan-hak-kekayaan-intelektual-hki. Diakses 05 Mei 2017
5. Merek TUPPERWARE vs TULIPWARE di Bandung
DART INDUSTRIES INC., Amerika Serikat adalah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis alat-alat
rumah tangga, di antaranya yaitu ember, panci, toples dan botol, sisir-sisir dan bunga-bunga karang, sikat-
sikat, perkakas-perkakas kecil dan wadah-wadah kecil yang dapat dibawa untuk rumah tangga dan dapur
dari plastik untuk menyiapkan, menyajikan dan menyimpan bahan makanan, gelas-gelas minum,
tempayan, tempat menyimpan bumbu, wadah-wadah untuk lemari es dan tutup daripadanya, wadah-
wadah untuk roti dan biji-bijian dan tutup daripadanya, piring-piring dan tempat untuk menyajikan makanan,
cangkir-cangkir, priring-piring buah-buahan dan
tempat-tempat tanaman untuk tanaman rumah dan main-mainan untuk anak-anak dengan berbagai jenis
desain yang terbuat dari plastik yang bermutu tinggi. Merek TUPPERWARE sudah terdaftar di Indonesia
dibawah no. pendaftaran 263213, 300665, 300644, 300666, 300658, 339994, 339399 untuk jenis-jenis
barang seperti tersebut diatas, sedangkan merek TULIPWARE baru mengajukan permintaan pendaftaran
merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Produk produk rumah tangga yang diproduksi
oleh DART INDUSTRIES INC. telah dipasarkan di lebih dari 70 negara dengan memakai merek
TUPPERWARE. TUPPERWARE juga telah dipasarkan di luas di Indonesia melalui Distributor Nasional
sekaligus penerima lisensi, yakni PT. IMAWI BENJAYA.
PT. IMAWI BENJAYA selaku Distributor Nasional sekaligus penerima lisensi produk TUPPERWARE di
Indonesia, menemukan produk-produk dengan menggunakan desain-desain yang sama dengan disain-
disain produk-produk TUPPERWARE yang menggunakan merek TULIPWARE yang diproduksi oleh CV.
CLASSIC ANUGRAH SEJATI yang berlokasi di Bandung.
Bentuk Pelanggaran :
Dengan membadingkan antara produk-produk yang menggunakan merek TUPPERWARE dan produk-
produk dengan merek TULIPWARE, maka terlihat secara jelas bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh
pihak yang memproduksi produk TULIPWARE, sebagai berikut :Terdapat persamaan pada pokoknya
antara merek TULIPWARE dengan TUPPERWARE untuk produk-produk yang sejenisPenempatan merek
pada bagian bawah wadah dan bentuk tulisan yang sama lebih dominan, sehingga menonjolkan unsur
persamaan dibandingkan perbedaannya. Keberadaan produk-produk sejenis yang menggunakan merek
TUPPERWARE dan TULIPWARE membingungkan dan mencaukan konsumen mengenai asal-usul
barang.Merek TULIPWARE yang dipergunakan pada barang-barang berbeda dengan etiket merek yang
diajukan permohonannya pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
DART INDUSTRIES INC. selaku pemilik merek telah memasang iklan pengumuman di beberapa surat
kabar, untuk mengingatkan kepada konsumen tentang telah beredarnya produk-produk TULIPWARE, yang
memiliki persamaan pada pokoknya dengan produk-produk TUPPERWARE
Sumber Materi:
https://www.duniadosen.com/peranan-penting-hak-atas-kekayaan-intelektual-haki-untuk-hasil-penelitian-
dosen/
Sumber Kasus: http://andriramadhan-andriramadhan.blogspot.com/2013/04/contoh-contoh-kasus-
pelanggaran-hak.html?m=1