Pada 1946, John Hersey pergi ke Hiroshima, bikin liputan soal bom atom yang dijatuh di Hiroshima pada Agustus 1945, serta pulang ke Cambridge dan menulis narasi berjudul "Hiroshima" buat minggu The New Yorker.
2. John Hersey (1904-1993)
Lahir di Tientsin, China, pada 1904 dari
pasangan misionaris Roscoe and Grace
Baird Hersey.
Pada 1932 sekolah di Universitas Yale lalu
jadi sekretaris novelis Sinclair Lewis
(menang Nobel 1930) di Cambridge.
1937 mulai kerja untuk majalah Time dan
Life
3. Karya
Men on Bataan (1942), buku nonfiksi
Into the Valley (1943), buku nonfiksi tentang
‘pertempuran kecil’ yang berdarah di
Guadalcanal.
“Survival”, terbit di The New Yorker,
menceritakan kepahlawanan John F. Kennedy
saat perahu latihan mereka tenggelam di Laut
Pasifik Selatan.
Joe is Home Now (1944), terbit di Life, soal
perasaan trauma lusinan pasukan Amerika (GI).
A Bell for Adano (1944), novel tentang
pendidikan AS di sebuah pedesaan Italia.
Meraih Hadiah Pulitzer pada 1945.
4. Ide Awal “Hiroshima”
• Akhir 1945 Hersey hendak pergi ke China dan
Jepang meliput situasi Perang Dunia II. Biaya
ditanggung Life dan The New Yorker.
• Hersey berdiskusi dengan William Shawn, redaktur
pelaksana The New Yorker, tentang 10 ide kerangka
tulisan. Salah satunya karya Joel Sayre tentang
Cologne kena bom dahsyat. Shawn mulanya ingin
memuat karya ini tapi Perang Eropa selesai duluan
dan ada Hiroshima!
• Hersey belum menemukan satu pun kerangka tulisan
yang dinilainya paling kuat untuk mengisahkan
Hiroshima.
William Shawn
5. Maret 1946, Hersey tiba di China, pintu
masuk ke Jepang yang paling murah,
sekaligus untuk menengok kampung
halamannya.
Mei berlayar ke Jepang, dan memikirkan
pendekatan cerita Hiroshima. Di kabin
kapal, Hersey menemukannya setelah
membaca novel The Bridge of San Luis
Rey karya Thornton Wilder.
• Terbit 1927, novel itu berkisah tentang
bencana alam di Peru pada abad ke-18 dari
sudut pandang lima tokoh yang berbeda –
belakangan Hersey menjadikannya enam
tokoh.
6. “The Bridge of San Luis Rey”
• Meraih Pulitzer Prize 1928 untuk kategori
novel.
• Pada 1998, terpilih masuk dalam the 100
Best 20th
-Century Novels.
• Time Magazine memasukkannya dalam
TIME 100 Best English-language Novels
from 1923 to 2005.
• Mempengaruhi banyak karya penulis lain,
fiksi maupun nonfiksi. Tiga kali difilmkan.
7. Liputan “Hiroshima”
25 Mei 1946 Hersey tiba di Hiroshima, dan mulai menggumpulkan
informasi dengan teknik bola salju.
Selama 3 minggu Hersey mewawancarai 40-an akademisi dan
saksi, termasuk enam orang karakter yang artikulatif.
Hersey memilih 5 orang Jepang dan satu pastor Jerman untuk
jadi tokoh cerita: Toshiko Sasaki (klerk), Hatsuyo Nakamura
(penjahit), Masakuzu Fujii (dokter), Wilhelm Kleinsorge, Terufumi
Sasaki (apoteker), dan Kiyoshi Tanimoto (pendeta).
8. Penulisan “Hiroshima”
12 Juni 1946 Hersey terbang kembali ke Cambridge dan sebulan
lebih menulis laporan dengan gaya kalem, kering, tanpa emosi.
• Seperti memahat patung, Hersey tidak menulis dari awal sampai
akhir tapi menggarap bagian per bagian; satu bagian ditulis lalu
pindah ke bagian lain.
• Artikel jadi empat bagian dan tiap bagian dipecah dalam enam
sosok narasumber. Di beberapa sekuen, antarsosok itu bertemu
dan bersimpangan, tapi semuanya tak pernah berkumpul jadi satu.
• Tak ada jumlah korban, teknis persenjataan atau pesawat
pengebom, pun tak ada keterangan tentang bom itu sendiri –meski
Hersey sudah mengumpulkan semua data itu.
9. Editing “Hiroshima”
Agustus laporan 4 seri, 150 halaman, 30.000 kata
(dari 60-70.000 kata) diserahkan Hersey kepada
William Shawn dengan judul “Some Events at
Hiroshima”.
Setelah diputuskan akan memuatnya utuh, selama
10 hari Shawn dan Ross mengurung diri di ruang
editor terkunci. Ross kosentrasi pada detail narasi,
Shawn menyusupkan nafas humanisme.
Bagian pertama, Ross memberi 47 komentar plus
27 komentar sesudah revisi, dan enam lagi setelah
revisi kedua.
Ross dan Shawn bukan saja mengajukan
pertanyaan tapi juga meneliti titik kecil tiap fakta,
kejelasan, konsistensi, diksi, tata bahasa dan
logika.
Harold Ross
10. Catatan Ross
atas “Laporan- Beberapa Kejadian di Hiroshima – bagian II” oleh Hersey
Saya masih tidak puas dengan judul serial ini.
Saya pikir ada lubang besar dalam cerita ini. Mungkin itu memang maksud
Hersey. Jika iya, tanyakan usul yang saya ajukan. Secara keseluruhan, saya
menduga-duga apa yang menyebabkan orang-orang ini terbunuh, luka bakar,
tertimpa puing-puing, gegar otak? Setahun sudah saya menduga tentang hal ini dan
saya berharap cerita ini akan memberitahukan saya. Ternyata tidak. Hampir seratus
ribu orang terbunuh, tapi Hersey tak memberi tahu bagaimana mereka terbunuh. ...
Pada suatu tempat, di cetak percobaan 14, seorang wanita dengan luka yang tak
terlihat, mati. Apakah banyak mayat di hari itu yang lukanya tak terlihat.
Bagaimana mayat-mayat yang bergelimpangan di trotoar saat orang-orang Katolik
pindah –berapa proporsi dari mereka yang tak terlihat. Saya pikir memasukkan
sedikit hal itu ke dalam cerita, sesegera mungkin, merupakan ide bagus –kecuali,
sebagaimana saya katakan, bertentangan dari rencana dasar Hersey.
Satu hal lagi, saya pikir dia seharusnya menyebutkan muntah-muntah. Dia
tak menyebutkannya sampai cetak percobaan 13, yang akan jadi kejutan besar bagi
pembaca bahwa secara umum para pesakitan muntah....
Saya mengusulkan (saya membuat ini seperti dalam sisipan di catatan setelah
menyelesaikan anotasi) bahwa Hersey sebaiknya menyelipkan waktu –cantumkan
jam dan menitnya, setepatnya atau perkiraan, dari waktu ke waktu. Pembaca
kehilangan seluruh kesadaran akan berlalunya waktu di dalam alur cerita dan
takkan pernah tahu pukul berapakah saat itu; apakah 10 pagi atau 4 sore. ..
11. The New Yorker, 31 Agustus 1946
“The New Yorker minggu ini
mempersembahkan seluruh
ruang editorialnya untuk
sebuah artikel tentang
kemusnahan yang
menyeluruh di sebuah kota
oleh bom atom dan apa yang
terjadi pada warga kota itu. Ini
kami lakukan dengan
keyakinan bahwa kita tahu
kemampuan yang
menghancurkan dari senjata
itu tapi tak semuanya, dan
bahwa orang seharusnya
meluangkan waktu untuk
merenungkan dampak
mengerikan atas penggunaan
senjata tersebut.”
12. New Yorker 1946
• Name of the
department: Reporter
at Large
• Please do read the
small box, introducing
the Hiroshima story
• Where’s John
Hersey’s byline?
13. Harian Life, Herald Tribune, dan koran liberal PM mencetak
tajuk rencana mengomentari artikel Hersey.
Seluruh terbitan di kedai koran habis pada hari diterbitkan.
Dan saat Albert Einstein mencoba membeli seribu majalah
itu, tak satu pun tersedia. Dalam dua hari harga terbitan
bekasnya mencapai 18 dolar di pelelangan.
Radio American Broadcasting Company dan BBC Inggris
membacakan keseluruhan artikel, tanpa selingan iklan.
Memicu gerakan antibom nuklir yang gemanya terasa
hingga beberapa dekade, terutama dalam suasana Perang
Dingin.
Reaksi atas “Hiroshima”
14. Tujuh Pertimbangan Narasi
• Fakta: Hersey bikin liputan mendalam dgn interview
puluhan nara sumber. Semua fakta, tak ada fiksi
• Konflik: Amerika Serikat vs Jepang dalam Perang Dunia
II namun juga tragedi kemanusiaan 66,000 mati dari
populasi 255,000
• Karakter: 5 warga Jepang, 1 pastor Jerman
• Akses: Hersey bisa interview korban2 di Hiroshima
• Emosi: Panik, kebakaran, penasaran, kematian,
kesedihan, kemarahan, pasrah
• Waktu: 7 Agustus 1945
• Kebaruan: Bom paling dahyat dalam sejarah
15. Top 100 Works of American Journalism
in 20th Century
1. John Hersey. "Hiroshima." 1946
2. Rachel Carson. "Silent Spring." 1962
3. Bob Woodward and Carl Bernstein. Watergate investigations for the
Washington Post. 1972-73
4. Edward R. Murrow. "This is London . . ." radio reports for CBS on the
German bombing of London. Also collected in book form. 1940
5. Ida Tarbell. "The History of the Standard Oil Company" investigation.
1902-1904 (book 1904)
6. Lincoln Steffens. "The Shame of the Cities." 1902-1904 (book 1904)
7. John Reed. "Ten Days That Shook the World." 1919
8. H.L. Mencken. Coverage of the Scopes "monkey" trial. 1925
9. Ernie Pyle. Reports from Europe and the Pacific during World War II.
1940-45
10. Edward R. Murrow and Fred Friendly. See It Now documentary taking
on Senator Joseph McCarthy. 1954
As selected by Madeleine Blais, Alan Brinkley, David Brinkley, Lydia Chavez, Karen Durbin, Clay Felker, Jeff Greenfield, Pete Hamill, Mary
McGrory, Nancy Maynard, Eric Newton, Dorothy Rabinowitz, Gene Roberts, Morley Safer, David Shaw, George Will and Ben
Yagoda; And the New York University Journalism faculty: David Dent, Todd Gitlin, Lamar Graham, Brooke Kroeger, Susie Linfield,
Michael Ludlum, Robert Manoff, Anne Matthews, Pamela Newkirk, Michael Norman, Richard Petrow, Mary Quigley, Marcia Rock,
Jay Rosen, Stephen Solomon, Mitchell Stephens, Carol Sternhell, Jane Stone and Ellen Willis. Project director: Mitchell Stephens.
Announced March 1999.
16. Karya ini menghentikan
perdebatan antara politisi,
agamawan, dan ilmuwan bom
atom.
Kesimpulannya, ujicoba bom atom
selayaknya dihentikan!
17. Struktur “Hiroshima”
1. A Noiseless Flash
2. The Fire
3. Details are being Investigated
4. Panic Grass and Feverfew
Hersey menyajikan detail dan akurasi yang “biblical”
sehingga kelak orang-orang Jepang itu menyatakan tak ada satu pun yang salah
Shawn dan Ross setuju pada struktur ini tapi Shawn usul dijadikan satu laporan utuh
Ross mulanya ragu-ragu karena 30,000 kata akan menghabiskan seluruh 68 halaman majalah.
Ross butuh seminggu untuk berpikir dan mengambil keputusan “ya”
Ross mengganti judul lebih sederhana, hanya “Hiroshima”
18. Nakamura dan Hersey
Hersey membebaskan siapapun untuk
mencetak edisi bahasa Jepang, Hiroshima-
shi.
Pada 1985, Hersey mengunjungi Hatsuyo
Nakamura.
Nakamura sedih menerima telegram
berbunyi: “John Hersey died at home in Key
West, Florida on March 24, 1993. He told
me to inform you before. Regards, Barbara
Hersey.”