1. Konstruksi Jalan di Tanah Gambut
Posted by admin 0 Comment
Indonesia memiliki lahan gambut seluas 27.000.000 Ha terpusat di
Pulau-pulau Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Beberapa daerah Indonesia memiliki lapisan
gambut yang sangat dalam. Areal gambut kurang diperhatikan karena tidak menarik secara
ekonomi. Namun pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi memaksa orang
membangun di atas tanah gambut. Penggunaan lahan gambut sebagai areal pertanian,
permukiman maupun infrastruktur seperti jalan. Pada awalnya jalan di tanah gambut dengan
menggunakan alas rangkaian kayu gelondongan, untuk memperbaiki daya dukung gambut dan
menyeragamkan penurunan.
Di daerah gambut untuk mendapatkan stabilitas tanah yang baik membutuhkan waktu yang
relatif lama yaitu cara konvensional dengan pre-loading. Salah satu alternatif dengan membuat
aliran vertikal atau horisontal drainase pada tanah gambut itu sendiri selama proses pre-loading
berlangsung. Pre-loading dengan drainase ini dimaksudkan agar air yang termampatkan selama
proses konsolidasi lebih cepat mengalir akibat tanah akan mengalami penurunan (settlement).
Penurunan akibat pre-loading ini diharapkan dapat mengurangi penurunan bangunan nantinya.
Besarnya pre-loading ini tergantung pada pembebanan bangunan yang akan diterima oleh tanah
serta penurunan bangunan yang diizinkan tentunya. Proses drainase dapat dibantu dengan
pembuatan sumuran-sumuran yang berisi material sangat permeable seperti kerikil, pasir kasar,
kerakal. Bisa juga dengan bahan sintetis yang telah banyak digunakan. Diharapkan dengan
proses drainase ini tanah akan cepat lebih stabil dan settlement tidak melebihi batas-batas yang
telah ditentukan.
Untuk konstruksi jalan diperlukan penelitian terhadap sifat-sifat teknik gambut yang mencakup
daya dukung, besar dan waktu penurunan, ketebalan serta jenis tanah yang berada dibawahnya.
Metode terapan untuk konstruksi suatu struktur akan sangat bergantung pada beberapa aspek
misalnya tebal gambut, daya dukung lapisan tanah di bawah gambut, sifat konstruksi di atasnya
serta sifat dan komposisi dari gambut (peat) itu sendiri.
Untuk lapisan gambut dengan kedalaman 0 ā 2m cara yang paling mudah adalah dengan
membuang/mengupas lapisan gambut tersebut dan menggantinya dengan material yang lebih
baik. Jika kedalamannya 3 ā 4m, konstruksi dengan menggunakan cerucuk kayu (dolken).
Sedangkan lapisan gambutnya sangat dalam maka konstruksi menggunakan tiang pancang atau
dengan menggunakan material alternatif yang ringan seperti EPS (expanded polyesthyrine) dapat
menjadi pilihan. Namun tentu kita harus memperhitungkan segi biayanya pula.
2. Settlement pada gambut dapat pula dipercepat dengan melakukan preloading dengan
menggunakan system vertical drain (PVD), sand drain dan lain-lain. Metode ini dapat dipilih jika
sesuai dan telah melakukan analisis mendalam berdasarkan soil investigation yang baik serta
dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Saat ini banyak software yang telah dikembangkan
untuk dapat membantu memperhitungkan besarnya dan lamanya settelemnt yang akan terjadi
berdasarkan karakteristik lapisan gambut setempat.