SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
Konsep mudharabah
Dalam alquran dan alhadits
Dosen Pembimbing:
Dr.Setiawan Budi Utomo
Otoritas jasa keuangan
Oleh: Fathur Rohman Ms.
NIM. 20142660029
Program Pascasarjana
Magister Hukum Ekonomi Syariah
Universitas Muhammadiyah Surabaya
• Pengantar Produk & Jasa Industri Jasa Keuangan Syariah
• Praktek Akad Dalam Produk Perbankan Syari'ah Dan Kedudukan Hukum Para Pihak
• Produk Penghimpunan Dana Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya
• Produk Pembiayaan Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya
• Jasa Perbankan Syari'ah Dan Industri Jasa Keuangan Syariah lainnya & Permasalahan
Hukumnya
• Studi Kasus dan simulasi Produk Jasa Keuangan Syariah
• Pengantar Hukum Keuangan Syariah & Kewenangan Peradilan Agama Dalam Sengkata
Ekonomi Syari'ah.
• Maqoshid Syari'ah & Implikasinya dan Transaksi Keuangan (Kaidah & Ushul Fiqih dalam
Keuangan Syariah)
• Keunikan Keuangan & Perbankan Syari'ah serta Sharia Gevernace dan implikasi
hukumnya di Indonesia & Negara lain.
• Regulasi & Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Syari'ah.
• Pengenalan OJK dan Kebijakan & Strategi Pengembangan Industri Jasa Keuangan
Syari'ah.
• Studi Kasus Penyelesaian sengketa di sektor Perbankan dan Jasa Keuangan Syari'ah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Pembahasan
C. Tujuan dan Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah
B. Dasar Hukum Dan Pensyariatan Akad Mudharabah
C. Rukun Akad Mudharabah
D. MacamAkad Mudharabah
E. Pengelola Mudharabah Berbilang
F. Kritik Terhadap Praktek Perbankan Syari'ah
G. -Macam Akad Mudharabah
H. Sifat
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
• Perkembangan bank syari'ah yang pesat menggambarkan ada
potensi pasar yang besar di Indonesia. Negara Indonesia yang
berpenduduk muslim terbanyak di dunia dan kegencaran Da’i
memberikan pencerahan atas keharaman transaksi riba yang
didukung fatwa MUI dalam masalah itu, mendorong masyarakat dan
pebisnis muslim mencari alternatif solusi. Penawaran produk bank
syari'ah berbeda dengan bank konvensional, selain menjanjikan nilai
plus dalam berbagi laba dalam akad mudharabah sebagai mu'amalah
utamanya, juga memberi angin segar spiritual dengan mengklaim
perbankan yang bebas riba dan bebas dari pelanggaran syari'ah.
• Produk perbankan syari'ah berupa tabungan umumnya
berakad mudharabah dan sebagiannya berakad wadi’ah.
Produk dan proses kerja bank syari'ah, jika kita cermati
dengan mencocokkan penerapan praktek perbankan
syari'ah saat ini dengan instrumen undang-undangnya
maupun ketentuan syari'ah yang sudah diakomodir dalam
kompilasi fatwa Dewan Syari'ah Nasional maupun dalam
kitab fikih mu'amalah Ulama salaf dapat kita temukan
kesamaan konsep dengan bank konvensional sehingga tidak
bisa selaras dengan syari'ah serta banyak penyimpangan
dalam praktek diantaranya yang berhubungan dengan akad
mudharabah.
• Dalam penyimpangan-penyimpangan tersebut bank syari'ah
melakukan pelanggaran terhadap syari'ah yang dapat menyeretnya
pada transaksi ribawi, hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut, karena
apa yang dilakukan dalam hal ini sama juga melakukan rekayasa
syari'ah (produk riba kemasan syari'ah) sehingga menyerupai
prilaku bangsa Yahudi (Israel) yang merubah ketentuan syari'ah
mengikuti hawa nafsunya. Di zaman modern ini, bagaimanapun
peran perbankan atau apapun yang bisa menjadi alternatif serupa
dengannya sangatlah dibutuhkan. Maka dengan tulisan ini dan juga
berbagai solusi yang akan menyempurnakan prinsip dan cara kerja
bank syari'ah untuk benar-benar bebas dan bersih dari riba
diharapkan bisa menjadi wacana yang bisa dipahami dan segera
diaplikasikan dalam realisasi perbankan yang benar-benar sesuai
syari'ah di waktu mendatang.
• Penulis sangat menyadari bahwa saudara-saudara muslim di negeri
ini tidak banyak yang memahami tentang transaksi yang sering kita
dengar bahkan kita baca dalam buku-buku tentang ekonomi
syari'ah dan dalam beberapa peraturan perundangan serta tulisan-
tulisan yang termuat dalam dunia maya yang pada umumnya yang
kita baca adalah berbahasa Indonesia.
• Ketidaktahuan mayoritas umat Islam tentang akad mudharabah
secara detail mengakibatkan akan sangat mudah tertipu oleh
istilah atau kata-kata mudharabah yang berasal dari bahasa Arab
yang sepintas pikiran mereka akan terbawa kepada alam ekonomi
islami yang dianggap sudah bebas murni dari praktek ribawi yang
belum mereka ketahui juga bahkan justru pelaku utama dan
mayoritas adalah umat Islam Indonesia sendiri.
Ruang Lingkup Pembahasan
• Dalam tulisan berupa makalah ini Penulis melakukan penelitian leterer
dalam bentuk tulisan-tulisan yang terkait dengan judul di atas berupa
ebook dan software digital dalam dunia maya baik yang masih online
maupun yang sudah offline.
• Dari reference yang ada, penulis mengutamakan pengambilan dari
sumber berupa kitab fiqih salaf yang masih populer dimasa kini seperti
Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu karya Syekh Abdul Wahhab Az Zuhaili, Al
Fiqhu 'Ala Madzahibil Arba'ah oleh Syekh Abdur Rohman Al Jaziri, dan
Fiqhus Sunnah oleh Sayyid Sabiq, juga kitab fiqih mu'tabaroh lainnya,
semuanya itu berbentuk digital dalam software Maktabah Syamilah
yang mulai ngetren saat ini dalam leteratur ilmiyah karena kemudahan
serta dengan exelerasi yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan
hardware walaupun yang terakhir ini tetap juga digunakan sebagai
rujukan.
• Disamping itu penulis juga bereferensi kepada hukum positif
berupa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah dan Kitab Undang-Undang Hukum
Ekonomi Syari'ah yang dijadikan hukum terapan dalam dunia
peradilan di Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah di
seluruh Indonesia termasuk juga beberapa Fatwa terkait dari
Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, semuanya
bersifat software digital offline.
• Rumusan masalah dalam makalah ini penulis sajikan bersifat
informative tentang transaksi mudharabah secara historis dan
filosofis yang telah ada sejak sebelum Islam datang dibawa
oleh Rasulullah s.a.w. yang juga sebagai praktisi aktif
mudharabah sejak sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul
hingga sesudahnya bahkan dilanjutkan oleh para shahabat,
tabi'in dan tabi'it tabi'in serta umat Islam berikutnya.
Tujuan penulisan
• Di samping untuk memenuhi tugas perkuliahan dalam materi kuliah
Studi Al Quran dan Al Hadits, penulis ingin mencoba menyajikan dan
menjelaskan tentang akad mudharabah secara historis filosofis. Selain
itu penulis menghendaki setelah kita mengetahui akad mudharabah
itu tentunya untuk mengaplikasikan dalam kehidupan nyata secara
pribadi, keluarga maupun kelompok organisasi yang menginginkan
bertransaksi sesuai dengan ajaran dan praktek islami yang bersih dari
praktek ribawi.
Manfaat
• Ekspektasi Penulis dengan makalah ini adalah bermanfaat bagi penulis
sendiri dalam tugas sehari-hari di dunia peradilan yang membantu
menangani penyelesaian sengketa ekonomi syari'ah antara umat Islam
di samping bermanfaat bagi kehidupan keluarga dan masyarakat
penulis dan bertransaksi ekonomi dalam kehidupan keseharian.
PEMBAHASAN
Pengertian Mudharabah
Mudharabah dalam fiqih salaf dan cendekiawan muslim kontemporer :
Sayid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah juz 3 hal. 202:
‫المضاربة‬‫تعريفها‬:‫المضاربة‬‫مأخوذة‬‫من‬‫الضرب‬‫في‬‫االرض‬‫وهو‬‫السفر‬،‫للتجارة‬‫يقول‬‫هللا‬‫سبحان‬‫ه‬:"
‫وآخرون‬‫يضربون‬‫في‬‫االرض‬‫يبتغون‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬"(1).‫وتسمى‬،‫قراضا‬‫وهو‬‫مشتق‬‫من‬،‫رض‬َ‫ق‬‫ال‬‫وهو‬
،‫القطع‬‫الن‬‫المالك‬‫قطع‬‫قطعة‬‫من‬‫ماله‬‫ليتجر‬‫فيها‬‫وقطعة‬‫من‬‫ربحه‬.‫وتسمى‬‫أيضا‬:‫معاملة‬.‫والمقصود‬‫ب‬‫هاهنا‬:
‫عقد‬‫بين‬‫طرفين‬‫على‬‫أن‬‫يدفع‬‫أحدهما‬‫نقدا‬‫إلى‬‫اآلخر‬‫ليتجر‬،‫فيه‬‫على‬‫أن‬‫يكون‬‫الربح‬‫بينهما‬‫حس‬‫ب‬‫ما‬‫يتفقان‬
‫عليه‬.‫حكمها‬:‫وهي‬‫جائزة‬‫باالجماع‬.(1)‫سورة‬‫المزمل‬‫اآلية‬‫رقم‬20.
• Definisi Mudharabah (‫)المضاربة‬ diambil dari kata-kata berjalan (‫)الضرب‬ di bumi
yaitu bepergian untuk berniaga / berdagang, dalam Al Quran: "…dan yang lain
berjalan di muka bumi untuk mencari karunia dari Allah…". Al Muzzammil 20.
• Mudharabah disebut qiradh berasal dari kata ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ق‬‫ال‬ berarti ‫القطع‬ (memotong),
karena pemilik modal telah memotong sebagian dari hartanya untuk diniagakan
dan diambil sebagian dari labanya. Mudharabah juga disebut mu'amalah,
maksudnya disini adalah akad atau transaksi antara dua pihak dengan
menyerahkan modal usaha kepada pihak lainnya dengan kesepakatan pembagian
laba antara keduanya. Hukum akad mudharabah boleh berdasarkan ijma' ulama.
Abdur Rahman Al Jaziri dalam "Al Fiqhul 'Alal Madzahibil Arba'ah", Juz 3 hal 18:
‫هي‬‫في‬‫اللغة‬‫عبارة‬‫عن‬‫أن‬‫يدفع‬‫شخص‬‫ماال‬‫آلخر‬‫ليتجر‬‫فيه‬‫على‬‫أن‬‫يكون‬‫الربح‬‫بينهما‬‫على‬‫م‬‫ا‬‫شرطا‬
‫والحسارة‬‫على‬‫صاحب‬‫المال‬‫وهي‬‫مشتقة‬‫من‬‫الضرب‬‫بمعنى‬‫السفر‬‫ألن‬‫االتجار‬‫يستلزم‬‫السفر‬‫غ‬‫البا‬.‫قال‬
‫تعالى‬:{‫وإذا‬‫ضربتم‬‫في‬‫األرض‬}‫أي‬‫سافرتم‬‫وتسمى‬‫قراضا‬‫ومقارضة‬‫مشتقة‬‫من‬‫القرض‬‫وهو‬‫ا‬‫لقطع‬
‫سميت‬‫بذلك‬‫ألن‬‫المالك‬‫قطع‬‫قطعة‬‫من‬‫ماله‬‫ليعمل‬‫فيه‬‫بجزء‬‫من‬‫الربح‬‫والعامل‬‫قطع‬‫لرب‬‫المال‬‫جزء‬‫ا‬‫من‬
‫الربح‬‫الحاصل‬‫بسعيه‬‫فالمفاعلة‬‫على‬‫بابها‬.
Mudharabah adalah suatu ibarat dari suatu perbuatan bisnis berupa penyerahan
modal usaha dari seseorang kepada pengelola untuk diniagakan / diperdagangkan
dengan ketentuan bagi hasil antara kedua belah pihak serta bersepakat bahwa
kerugian harus ditanggung oleh pemilik modal, mudharabah diambilkan dari kata-
kata ‫الضرب‬ yang berarti safar atau bepergian karena perniagaan itu pada
umumnya memerlukan perjalanan / bepergian. Firman Allah s.w.t. "Dan apabila
kamu sekalian berjalan di muka bumi.." maksudnya adalah bepergian, dan disebut
juga qiradh dan muqaradhah yang diambilkan dari kata-kata ‫القرض‬ yaitu
memotong, disebut demikian karena pemilik modal memotong sebgian dari
hartanya untuk diniagakan dengan prosentase sebagian laba sedangkan pengelola
juga memotong sebagian dari laba yang dihasilkannya untuk pemilik modal, maka
mufa'alah (kerjasama) bagi hasil kedua belah pihak itu sesuai proporsinya.
‫وأما‬‫عند‬‫الفقهاء‬:‫عقد‬‫بين‬‫اثنين‬‫يتضمن‬‫أن‬‫يدفع‬‫احدهما‬‫لآلخر‬‫ماال‬‫يملكه‬‫ليتجر‬‫فيه‬‫بجزء‬‫شائع‬‫معل‬‫وم‬‫من‬‫الربح‬
‫كالنصف‬‫أو‬‫الثلث‬‫أو‬‫نحوهما‬‫مخصوصة‬‫وظاهر‬‫أن‬‫هذا‬‫المعنى‬‫يطابق‬‫المعنى‬‫اللغوي‬‫إال‬‫أنه‬‫مقيد‬‫بالشروط‬‫ا‬‫لتي‬
‫تجعل‬‫العقد‬‫صحيحا‬‫أو‬‫فاسدا‬‫في‬‫نظر‬‫الشرع‬‫ومناسبة‬‫المضاربة‬‫للمساقاة‬‫والمزارعة‬‫ظاهرة‬‫ألنك‬‫قد‬‫عرفت‬‫أنهما‬
‫عقدان‬‫بين‬‫اثنين‬‫من‬‫جانب‬‫أحدهما‬‫األرض‬‫أو‬‫الشجر‬‫ومن‬‫جانب‬‫اآلخر‬‫العمل‬‫ولكل‬‫منهما‬‫نصيب‬‫في‬‫الخارج‬‫من‬
‫الثمر‬‫وكذلك‬‫المضاربة‬‫فإنها‬‫عقد‬‫يتضمن‬‫أن‬‫يكون‬‫المال‬‫من‬‫جانب‬‫والعمل‬‫من‬‫جانب‬‫آخر‬‫ولكل‬‫من‬‫الجانبين‬‫نصيب‬
‫في‬‫الربح‬‫وتسمى‬‫المضاربة‬‫قراضا‬‫عند‬‫الفقهاء‬‫أيضا‬‫ويقال‬‫لرب‬‫المال‬‫مقارض‬-‫بكسر‬‫الراء‬-‫وللعامل‬‫مقارض‬-
‫بفتحها‬-‫أما‬‫المضاربة‬‫فيقال‬‫للعامل‬‫فيها‬‫مضارب‬-‫بكسر‬‫الراء‬-‫وليس‬‫للمالك‬‫اسم‬‫مشتق‬‫منها‬
Adapun menurut Fuqoha' (Ahli Fikih), Mudharabah adalah adalah akad antara dua orang dengan
ketentuan penyerahan modal yang dimiliki pemodal kepada pihak lainnya sebagai pengelola untuk
diniagakan dengan pembagian hasil pada umumnya misalnya separuh atau sepertiga dan
semacamnya secara khusus, dan jelasnya bahwa pengertian ini sesuai dengan pengertian secara
bahasa hanya saja akad ini diikat oleh beberapa syarat yang menjadikan akad itu sah atau rusak
(fasid) menurut pandangan Syar'i, penyamaa mudharabah dengan musaqah dan muzara'ah (akad
pengerjaan sawah dan pengelolaan pertanian) jelasnya karena kalian telah mengetahui bahwa
keduanya adalah dua akad antara dua pihak, dari pihak pertama berupa tanah/sawah atau pohon
sedangkan dari pihak lainnya berupa pekerjaan/ pengelolaan, dan bagi kedua belah pihak memiliki
hak bagian berupa hasil yang dikeluarkan berupa buah, dan demikian pula akad mudharabah karena
akad mudharabah itu dari satu pihak berupa modal sedangkan dari pihak lainnya berupa
pengelolaan, dan bagi masing-masing pihak berhak memperoleh bagian laba usaha. Dan
mudharabah juga dinamai qiradh menurut fuqaha' juga, dalam hal ini pemilik modal disebut
Muqaridh (pemotong) sedang untuk pengelola modal disebut muqarodh (yang dipotong). Adapun
untuk mudharabah pengelola modalnya disebut Mudharib, namun pemilik modal tidak demikian
penyebutannya (tidak disebut sebagai mudharib).
Prof. Dr. H. Wahbah az Zuhaili
dalam "Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, juz 5 hal 18 :
‫المطلب‬‫األول‬‫ـ‬‫تعريف‬‫المضاربة‬‫ومشروعيتها‬‫وركنها‬‫ونوعاها‬‫وصفة‬‫عقدها‬:
‫تعريف‬‫المضاربة‬:‫المضاربة‬:‫هي‬‫أن‬‫يدفع‬‫المالك‬‫إلى‬‫العامل‬ً‫ا‬‫ال‬‫ما‬‫ليتجر‬‫ف‬،‫يه‬
‫ويكون‬‫الربح‬ً‫ا‬‫ا‬‫مشترك‬‫بينهما‬‫بحسب‬‫ما‬‫شرطا‬(1).‫وأما‬‫الخسارة‬‫فهي‬‫على‬‫رب‬
‫المال‬،‫وحده‬‫وال‬‫يتحمل‬‫العامل‬‫المضارب‬‫من‬‫الخسران‬ً‫ا‬‫ا‬‫شيئ‬‫وإنما‬‫هو‬‫يخسر‬‫ع‬‫مله‬
‫وجهده‬.
• Definisi Mudharabah: Mudharabah adalah transaksi
penyerahan modal dari pemilik dana kepada pengelola untuk
diniagakan dan hasil perniagaannya dibagi antara keduanya
sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan kedua
belah pihak. Adapun kerugiannya hanya ditanggung oleh
pemilik modal saja dan pengelola tidak boleh dibebani
kerugian materi samasekali, karena dia sudah mengalami
kerugian dari pengelolaan dan jerih payahnya.
‫وعرفها‬‫صاحب‬‫الكنز‬‫بقوله‬:‫هي‬‫شركة‬‫بمال‬‫من‬،‫جانب‬‫وعمل‬‫من‬‫جانب‬.
Menurut penulis kitab "Al Kanzu" mendefinisikan bahwa
Mudharabah itu adalah syirkah (usaha bersama) dari satu sisi
berupa modal usaha dan dari sisi lain berupa pengelolaan.
‫ومحترزات‬‫التعريف‬‫األول‬:‫هي‬‫أنه‬‫بكلمة‬(‫يدفع‬):‫تبين‬‫أن‬
‫المضاربة‬‫التصح‬‫على‬‫منفعة‬‫كسكنى‬،‫الدار‬‫وأنها‬‫ال‬‫تصح‬‫ع‬‫لى‬
،‫دين‬‫سواء‬‫أكان‬‫على‬‫العامل‬‫أم‬‫على‬‫غيره‬.‫وبكلمة‬(‫الربح‬‫مشت‬ً‫ا‬‫ا‬‫رك‬)
‫تبين‬‫أن‬‫الوكيل‬‫ليس‬ً‫ا‬‫ا‬‫مضارب‬.‫والسبب‬‫في‬‫اشتراك‬‫العا‬‫قدين‬‫في‬
‫الربح‬:‫هو‬‫أن‬‫رب‬‫المال‬‫يستحق‬‫الربح‬‫بسبب‬‫ماله؛‬‫ألنه‬‫نماء‬‫م‬،‫اله‬
‫والمضارب‬‫يستحقه‬‫باعتبار‬‫عمله‬‫الذي‬‫هو‬‫سبب‬‫وجود‬‫الربح‬.
‫وعليه‬‫إذا‬‫شرط‬‫جميع‬‫الربح‬‫لرب‬‫المال‬‫كان‬‫العقد‬،‫مباضعة‬‫ول‬‫و‬
‫شرط‬‫جميعه‬‫للمضارب‬‫كان‬ً‫ا‬‫ا‬‫قرض‬.
• Dan kandungan dari definisi tersebut pertama adalah dengan
menggunakan kata-kata "menyerahkan", hal ini menjelaskan bahwa
transaksi Mudharabah itu tidak sah terhadap suatu manfaat dari
sesuatu seperti menghuni sebuah rumah, dan tidak sah pula terhadap
suatu tagihan utang, baik utang dari si pengelola sendiri maupun utang
orang lain. Dan dengan menggunakan kata-kata "hasil untuk bersama",
hal ini menjelaskan bahwa wakil dari pengelola tidaklah termasuk
sebagai pengelola.
• Dan sebab dari pembagian hasil (laba) secara bersama-sama bagi
kedua belah pihak yang bertransaksi adalah karena pemilik modal
berhak memperoleh hasil usaha karena menyediakan modal dari usaha
Mudharabah tersebut, sedangkan pengelola berhak memperoleh hasil
usaha karena jerih payah mengelola modal tersebut sebab dengan
jerih-payahnyalah maka usaha Mudharabah mendapatkan keuntungan.
Dan terhadap transaksi itu bila disyaratkan seluruh hasil dari usahanya
hanya untuk pemilik modal saja maka transaksinya disebut transaksi
perdagangan (akad Mubadlo'ah), sedangkan apabila disyaratkan
seluruh hasil dari usaha kelola itu hanya untuk pengelola saja maka
transaksinya disebut transaksi utang-piutang (akad Qordl).
Ahmad Asy Syarbasyi > buku Syafii Antonio (2003:95)
• Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan kerugian
itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Sa’ad bin Gharir as Silmi > buku M. Arifin Badri (2010:131)
• Mudharabah adalah suatu akad dagang antara dua pihak,
pihak pertama sebagai pemodal, sedangkan pihak kedua
sebagai pelaksana usaha, dan keuntungan yang diperoleh
dibagi antara mereka berdua dalam prosentase yang telah
disepakati antara keduanya. (Arifin Badri).
Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah
Buku II Tentang Akad Bab I Ketentuan Umum Pasal 20 dijelaskan:
• Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau
penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah1.
1 Nisbah: perbandingan antara aspek kegiatan yang dapat dinyatakan
dengan angka, misal perbandingan antara laba dan penjualan; rasio; nisbah
= kegiatan (ekonomi): perbandingan yang menunjukkan hasil bagian yang
senyatanya telah diselesaikan; nisbah = neraca (ekonomi): perbandingan
angka yang diambil dari neraca untuk mengukur keadaan keuangan
perusahaan; nisbah = pengisian (teknik): bilangan yang menunjukkan
volume atau berat batuan asal yang terledakkan oleh setiap pon bahan
bahan peledak; nisbah = pengupasan (teknik): perbandingan antara jumlah
volume lapisan penutup yang perlu disingkirkan (dalam meter kubik) untuk
memperoleh satu ton bahan galian. (KBBI Luring offline)
Dasar Hukum Dan Pensyari'atan akad Mudharabah
Prof. Dr.H.Abdul Hadi,M.Ag. > QS.2 Al Baqoroh 198:
ًَ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬ًْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ً‫َاح‬‫ن‬ُ‫ج‬ًْ‫ن‬َ‫أ‬‫وا‬ُ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ًْ‫ض‬َ‫ف‬‫ال‬ًْ‫ن‬ِ‫م‬ًْ‫م‬ُ‫ك‬ِِّ‫ب‬ َ‫ر‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ًْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ض‬َ‫ف‬َ‫أ‬ًْ‫ن‬ِ‫م‬ً‫ات‬َ‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬
‫وا‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫ف‬ًَ ّ‫اَلل‬ًَ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ًِ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ش‬َ‫م‬ْ‫ال‬ًِ‫ام‬َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬‫ا‬ َ‫و‬ًُ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ًْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫د‬َ‫ه‬ًْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ًْ‫ن‬ُ‫ك‬ًْ‫م‬ُ‫ت‬ًْ‫ن‬ِ‫م‬ًِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬
ًَ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ل‬ًَ‫ين‬ِِّ‫ل‬‫ا‬ّ‫ض‬‫ال‬
"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak
dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan
berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum
itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat."
• Hadis Nabi s.a.w. riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah dari
'Amr bin 'Auf al-Muzanni, Nabi s.a.w bersabda:
‫الصلح‬‫جائز‬‫بين‬‫المسلمين‬‫إال‬‫صلحا‬‫م‬ِّ‫حر‬‫حالال‬‫أو‬ًِّ‫ل‬‫أح‬‫حرا‬‫ما‬,‫و‬
‫المسلمين‬‫على‬‫شروطهم‬‫إال‬‫شرطا‬‫م‬ِّ‫حر‬‫حالال‬‫أو‬ًِّ‫ل‬‫أح‬‫حراما‬(‫رواه‬
‫الترمذى‬‫عن‬‫عمرو‬‫بن‬‫عوف‬)
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin,
kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”
(HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili lebih detail ttg pensyariatan akad
mudharabah:
‫مشروعية‬‫المضاربة‬:‫اتفق‬‫أئمة‬‫المذاهب‬‫على‬‫جواز‬‫المضاربة‬‫بأدلة‬‫من‬‫القرآن‬‫والسنة‬
‫واإلجماع‬،‫والقياس‬‫إال‬‫أنها‬‫مستثناة‬‫من‬‫الغرر‬‫واإلجارة‬‫المجهولة‬.‫أما‬‫القرآن‬:‫فقوله‬‫تعال‬‫ى‬:
{‫وآخرون‬‫يضربون‬‫في‬‫األرض‬‫يبتغون‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬}[‫المزمل‬:20/73]‫والمضارب‬:‫يضرب‬
‫في‬‫األرض‬‫يبتغي‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬‫عز‬،‫وجل‬‫وقوله‬‫سبحانه‬:{‫فإذا‬‫قضيت‬‫الصالة‬‫فان‬‫تشروا‬‫في‬
‫األرض‬‫وابتغوا‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬}[‫الجمعة‬:10/62].‫فهذه‬‫اآليات‬‫بعمومها‬‫تتناول‬‫إطالق‬‫العمل‬
‫في‬‫المال‬‫بالمضاربة‬.
__________
‫المراجع‬‫السابقة‬.
Pensyari'atan akad Mudharabah: Para Imam Madzhab
sepakat terhadap hukum kebolehan akad Mudharabah
berdasarkan dalil-dalil dari Al Quran, As Sunnah, Ijma' dan
Qiyas, namun harus terhindar dari modus penipuan dan
system upah yang tidak jelas.
Al Quran Surat 73 Al Muzzammil ayat 20:
‫وآخرون‬‫يضربون‬‫في‬‫األرض‬‫يبتغون‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬-‫المزمل‬20/73
" …. dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah".
‫وأما‬‫السنة‬:‫فما‬‫روى‬‫ابن‬‫عباس‬‫رضي‬‫هللا‬‫عنهما‬‫أنه‬‫قال‬:‫كان‬‫س‬‫يدنا‬
‫العباس‬‫بن‬‫عبد‬‫المطلب‬‫إذا‬‫دفع‬‫المال‬‫مضاربة‬‫اشترط‬‫على‬‫ص‬‫احبه‬
‫أن‬‫ال‬‫يسلك‬‫به‬،‫ا‬‫ا‬‫بحر‬‫وال‬‫ينزل‬‫به‬،‫ا‬‫ا‬‫وادي‬‫واليشتري‬‫به‬‫دا‬‫بة‬‫ذات‬‫كبد‬
،‫رطبة‬‫فإن‬‫فعل‬‫ذلك‬،‫ضمن‬‫فبلغ‬‫شرطه‬‫رسول‬‫هللا‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬
،‫وسلم‬‫فأجازه‬(1)،‫وروى‬‫ابن‬‫ماجه‬‫عن‬‫صهيب‬‫رضي‬‫هللا‬‫عنه‬‫أن‬
‫النبي‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬‫وسلم‬‫قال‬:‫ثالث‬‫فيهن‬‫البركة‬:‫الب‬‫يع‬‫إلى‬،‫أجل‬
،‫والمقارضة‬‫ط‬ْ‫َل‬‫خ‬‫و‬ًِّ‫ر‬ُ‫ب‬‫ال‬‫بالشعير‬‫للبيت‬‫ال‬‫للبيع‬(2).
Dasar dari As Sunnah adalah:
• Riwayat dari Ibnu Abbas r.a. beliau berkata: Pernah Al Abbas bin
Abdul Muththalib apabila menyerahkan modal dengan akad
Mudharabah, beliau menentukan persyaratan terhadap pengelola
modalnya agar tidak menyeberangi laut dengan membawa modal
itu, dan tidak menuruni lembah dengan membawa modal itu, serta
modal itu tidak dibelikan binatang ternak, maka kalau dia melanggar
persyaratan itu harus menanggung sendiri resikonya, maka
sampailah kepada Rasulullah s.a.w. tentang persyaratan itu dan
ternyata beliau s.a.w. membolehkannya.
• Riwayat dari Ibnu Majah dari Shuhaib r.a. Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Tiga perkara di dalamnya terdapat barokah
yaitu: jual beli dengan system pembayaran tunda,
pengelolaan modal dengan system muqaradhah
(Mudharabah) dan mencampur gandum dengan jewawut
untuk keperluan keluarga bukan untuk diperjual-belikan".
‫وأما‬‫اإلجماع‬:‫فما‬‫روي‬‫عن‬‫جماعة‬‫من‬‫الصحابة‬‫أنهم‬‫دفعوا‬‫مال‬‫اليتيم‬
‫مضاربة‬(3)‫ولم‬‫ينكر‬‫عليهم‬،‫أحد‬‫فكان‬،‫ا‬‫ا‬‫إجماع‬‫وروي‬‫أن‬‫عبد‬‫هللا‬‫وع‬‫بيد‬
‫هللا‬‫ابني‬‫عمر‬‫بن‬‫الخطاب‬‫رضي‬‫هللا‬‫عنهما‬‫خرجا‬‫في‬‫جيش‬‫العراق‬،‫فلما‬
‫قفال‬‫مرا‬‫على‬‫عامل‬‫لعمر‬:‫وهو‬‫أبو‬‫موسى‬،‫األشعري‬‫فرحب‬‫بهما‬
،‫وسهل‬‫وقال‬:‫لو‬‫أقدر‬‫لكما‬‫على‬‫أمر‬‫أنفعكما‬‫به‬،‫لفعلت‬‫ثم‬‫قال‬:‫ب‬‫لى‬‫ههنا‬
‫مال‬‫من‬‫مال‬،‫هللا‬‫أريد‬‫أن‬‫أبعث‬‫به‬‫إلى‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫فكم‬ِ‫ل‬‫س‬ُ‫فأ‬،‫ا‬‫فتبتاعان‬
‫به‬ً‫ا‬‫ا‬‫متاع‬‫من‬‫متاع‬،‫العراق‬‫ثم‬‫تبيعانه‬‫في‬،‫المدينة‬‫وتوفران‬‫رأ‬‫س‬‫المال‬
‫إلى‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫ويكون‬‫لكما‬‫ربحه‬.
________
(1)‫رواه‬‫الطبراني‬‫في‬‫األوسط‬‫عن‬‫ابن‬‫عباس‬.‫قال‬‫الهيثمي‬:‫وفيه‬‫أبو‬‫الجارود‬‫األعمى‬‫وهو‬‫متروك‬‫كذاب‬(‫راجع‬
‫مجمع‬‫الزوائد‬:161/4).
(2)‫إسناده‬‫ضعيف‬(‫راجع‬‫سبل‬‫السالم‬:76/3)‫والحق‬‫ما‬‫قال‬‫ابن‬‫حزم‬‫في‬‫مراتب‬‫اإلجماع‬:«‫كل‬‫أبواب‬‫الفقه‬‫لها‬
‫أصل‬‫من‬‫الكتاب‬‫أو‬‫السنة‬‫حاشا‬،‫القراض‬‫فما‬‫وجدنا‬‫له‬ً‫ا‬‫ال‬‫أص‬‫فيهما‬،‫البتة‬‫ولكنه‬‫إجماع‬‫صحيح‬،‫مجرد‬‫و‬‫الذي‬
‫نقطع‬‫به‬‫أنه‬‫كان‬‫في‬‫عصره‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬‫وسلم‬،‫فعلم‬‫به‬،‫وأقره‬‫ولوال‬‫ذلك‬‫لما‬‫جاز‬»(‫انظر‬‫التلخ‬‫يص‬‫الحبير‬:
‫ص‬255).
(3)‫انظر‬‫نصب‬‫الراية‬:113/4.
Dasar berupa Ijma' Ulama adalah:
• Sebuah riwayat tentang beberapa shahabat Nabi s.a.w. yang menyerahkan
harta anak yatim yang mereka kuasai untuk dikelola dengan system akad
Mudharabah dan terhadap system tersebut tak seorangpun yang
mengingkarinya, maka hal itu berarti ijma' dari shahabat.
• Diriwayatkan bahwa Abdullah dan Ubaidullah kedua-duanya putra dari
Umar bin Khoththob r.a., mereka berdua pergi bertugas sebagai pasukan
menuju Iraq, ketika mereka berdua kembali dari Iraq terus pergi menuju ke
pegawai (Gubernur) dari Umar bin Khoththob r.a., yang bernama Abu
Musa al Asy'ari, beliau menyambut hangat mereka berdua dengan penuh
kekeluargaan dan keakraban, lalu beliau berkata: Seandainya saya mampu
membantu kalian berdua dengan sesuatu yang akan memberikan manfaat
kepada kalian berdua, niscaya akan kulakukan. Kemudian beliau berkata:
Baiklah, disini ada harta milik Allah (Baitul Mal), saya bermaksud
mengirimkan harta itu ke Amiril Mukminin (Umar bin Khoththob r.a.) maka
saya transaksikan (akad salam) kepada kalian berdua, maka kalian berdua
dapat membeli barang dagangan dari Iraq kemudian kalian berdua
menjualnya di Madinah, selanjutnya kalian berdua harus menyampaikan
seutuhnya modal bisnis itu itu kepada Amiril Mukminin sedangkan
keuntungannya untuk kalian berdua.
• Lalu kedua-duanya berkata: dengan senang hati
kami terima, kemudian beliau melaksanakannya
(menyerahkan uangnya) serta menulis surat kepada
Amiril Mukminin Umar bin Khoththob r.a. agar
mengambil harta (uang setoran) tersebut dari
keduanya, ketika keduanya menghaturkan modal
jual belinya beserta labanya lalu Umar berkata:
apakah semua pasukan tentara itu telah berbuat
sebagaimana yang kalian berdua lakukan? lalu
Umar berkata: Jangan berbuat demikian. lalu Umar
berkata (lagi):
‫فقاال‬:،‫وددنا‬،‫ففعل‬‫فكتب‬‫إلى‬‫عمر‬‫أن‬‫يأخذ‬‫منهما‬،‫المال‬‫فلما‬‫قدما‬‫باعا‬،‫وربحا‬‫فقال‬‫عمر‬:‫أك‬‫ل‬‫الجيش‬
‫قد‬‫أسلف‬‫كما‬‫أسلفكما؟‬‫فقال‬:‫ال‬.‫فقال‬‫عمر‬:‫ابنا‬‫أمير‬‫المؤمنين‬‫فأسلفكما‬!!‫ِّيا‬‫د‬‫فأ‬‫المال‬‫و‬،‫ربحه‬‫فأما‬‫عبد‬
‫هللا‬،‫فسكت‬‫وأما‬‫عبيد‬‫هللا‬‫فقال‬:‫يا‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫لو‬‫هلك‬‫المال‬‫ضمناه‬.‫فقال‬:،‫أدياه‬‫فسك‬‫ت‬‫عبد‬،‫هللا‬
‫وراجعه‬‫عبيد‬،‫هللا‬‫فقال‬‫رجل‬‫من‬‫جلساء‬‫عمر‬:‫يا‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫لو‬‫جعلته‬ً‫ا‬‫ا‬‫قراض‬(‫أي‬‫لو‬‫عم‬‫لت‬‫بحكم‬
‫المضاربة‬:‫وهو‬‫أن‬‫يجعل‬‫لهما‬،‫النصف‬‫ولبيت‬‫المال‬‫النصف‬)‫فرضي‬،‫عمر‬‫وأخذ‬‫رأس‬‫المال‬‫ون‬‫صف‬
،‫ربحه‬‫وأخذ‬‫عبد‬‫هللا‬‫وعبيد‬‫هللا‬‫نصف‬‫ربح‬‫المال‬(1).‫وأثبت‬‫ابن‬‫تيمية‬‫مشروعية‬‫المضاربة‬‫باإلجماع‬
‫القائم‬‫على‬‫النص‬،‫فإن‬‫المضاربة‬‫كانت‬‫مشهورة‬‫بينهم‬‫في‬‫الجاهلية‬‫ال‬‫سيما‬،‫قريش‬‫فإن‬‫األ‬‫غلب‬‫كان‬
‫عليهم‬،‫التجارة‬‫وكان‬‫أصحاب‬‫األموال‬‫يدفعونها‬‫إلى‬،‫العمال‬‫ورسول‬‫هللا‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬‫وس‬‫لم‬‫قد‬‫سافر‬
‫بمال‬‫غيره‬‫قبل‬،‫النبوة‬‫كما‬‫سافر‬‫بمال‬،‫خديجة‬‫والعير‬‫التي‬‫كان‬‫فيها‬‫أبو‬‫سفيان‬‫كان‬‫أكث‬‫رها‬‫مضاربة‬‫مع‬
‫أبي‬‫سفيان‬،‫وغيره‬‫فلما‬‫جاء‬‫اإلسالم‬‫أقرها‬‫رسول‬‫هللا‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬،‫وسلم‬‫وكان‬‫أصحاب‬‫ه‬‫يسافرون‬
‫بمال‬‫غيره‬،‫مضاربة‬‫ولم‬‫ينه‬‫عن‬،‫ذلك‬‫والسنة‬:‫قوله‬‫وفعله‬،‫وإقراره‬‫فلما‬‫أقرها‬‫كانت‬‫ثابتة‬‫ب‬‫السنة‬(2).
__________
(1)‫أخرجه‬‫مالك‬‫في‬‫الموطأ‬‫عن‬‫زيد‬‫بن‬‫أسلم‬‫عن‬،‫أبيه‬‫وعن‬‫مالك‬‫رواه‬‫الشافعي‬‫في‬،‫مسنده‬‫ومن‬‫طريق‬‫الش‬‫افعي‬
‫رواه‬‫البيهقي‬‫في‬«‫المعرفة‬»‫وأخرجه‬‫الدارقطني‬‫في‬‫سننه‬‫عن‬‫عبد‬‫هللا‬‫بن‬‫زيد‬‫بن‬‫أسلم‬‫عن‬‫أبيه‬‫عن‬‫جده‬(‫راجع‬
‫تنوير‬‫الحوالك‬‫شرح‬‫موطأ‬‫مالك‬:173/2،‫نصب‬‫الراية‬:113/4،‫التلخيص‬‫الحبير‬:‫ص‬254).
(2)‫فتاوى‬‫ابن‬‫تيمية‬:195/19‫ومابعدها‬.
Lalu kedua-duanya berkata: dengan senang hati kami terima, kemudian beliau
melaksanakannya (menyerahkan uangnya) serta menulis surat kepada Amiril Mukminin
Umar bin Khoththob r.a. agar mengambil harta (uang setoran) tersebut dari keduanya,
ketika keduanya menghaturkan modal jual belinya beserta labanya lalu Umar
berkata:apakah semua pasukan tentara itu telah berbuat sebagaimana yang kalian
berdua lakukan? lalu Umar berkata: Jangan berbuat demikian. lalu Umar berkata (lagi):
Kedua anak Amiril Mukminin, dia telah melakukan transaksi bisnis akad salam dengan
kalian berdua!! kembalikan modal dan labanya. Abdullah bersikap diam saja sedangkan
Ubaidullah berkata: Wahai Amirul Mukminin, seandainya harta itu rusak kami akan
menggantinya. Umar berkata lagi: kembalikan harta itu, Abdullah diam saja sedangkan
Ubaidullah (hendak) mengembalikan harta itu ke Abu Musa Al Asy'ari selaku Gubernur
Iraq, kemudian seseorang dari Majelis Umar itu berkata (usul): Wahai Amiril Mukmini,
bagaimana kalau anda jadikan harta itu sebagai transaksi dengan aqad Qiradh
(maksudnya: bagaimana kalau anda jadikan harta itu sebagai transaksi dengan aqad
Mudharabah yaitu menjadikan hasil (laba) untuk keduanya (Abdullah dan Ubaidullah
selaku pengelola / mudlorib) adalah seperdua sedangkan untuk Baitulmal juga
seperdua), lalu Umar setuju dan mengambil modalnya dan separuh labanya,
sedangkan Abdullah dan Ubaidullah mengambil seperdua dari labanya.
• Dan Ibnu Taimiyah menetapkan pensyari'atan Akad Mudharabah itu berdasarkan
Ijma' shahabat yang didasarkan pada Nash syar'i, karena sesungguhnya system akad
Mudharabah itu sejak dahulu sudah termasyhur di kalangan mereka di zaman
jahiliyah utamanya di kalangan suku Quraisy, karena perekonomian yang paling
menonjol di kalangan mereka saat itu adalah perniagaan, dan para pemilik modal
menyerahkan modalnya kepada para pengelola modal (developers),
• dan Rasulullah s.a.w. sendiri pergi berniaga dengan modal dari orang lain sebelum
beliau s.a.w. menjadi nabi, pernah beliau s.a.w. pergi berniaga dengan modal milik
Khodijah, Kafilah dagang yang diikuti oleh Abu Sufyan, beliau s.a.w. lebih banyak
melakukan akad Mudharabah dengan Abu Sufyan dan juga lainya, ketika Islam
datang, Rasulullah s.a.w. menetapkan (membolehkan/membenarkan) akad
Mudharabah.
• Para sahabat beliau s.a.w. pernah pergi berniaga dengan membawa (mengelola)
harta (modal) orang lain dengan transaksi Mudharabah dan beliau tidak mencegah
mereka melaksanakan akad tersebut, dan Sunnah itu adalah ucapan, perbuatan dan
taqrir (ketetapan) beliau s.a.w. maka ketika beliau s.a.w. menetapkannya berarti akad
Mudharabah itu telah disyari'atkan secara pasti berdasarkan As -Sunnah.
‫وأما‬‫القياس‬:‫فالمضاربة‬‫قيست‬‫على‬‫المساقاة‬‫لحاجة‬‫الناس‬،‫إليها‬‫ألن‬‫النا‬‫س‬‫بين‬
‫غني‬،‫وفقير‬‫واإلنسان‬‫قد‬‫يكون‬‫له‬،‫مال‬‫لكنه‬‫ال‬‫يهتدي‬‫إلى‬‫أوجه‬‫التصرف‬
‫والتجارة‬،‫به‬‫وهناك‬‫من‬‫ال‬‫مال‬،‫له‬‫لكنه‬‫مهتد‬‫في‬،‫التصرفات‬‫فكان‬‫في‬‫تش‬‫ريع‬‫هذا‬
‫العقد‬‫تحقيق‬،‫للحاجتين‬‫وهللا‬‫تعالى‬‫ما‬‫شرع‬‫العقود‬‫إال‬‫لمصالح‬‫العباد‬‫ودفع‬
‫حوائجهم‬(1).
Dasar berupa Qiyas (Analogi) adalah: Akad Mudharabah diqiyaskan
kepada akad musaqoh karena kebutuhan masyarakat terhadapnya, karena
sesungguhnya manusia itu berada dalam keadaan kaya dan fakir, kadang
manusia itu mempunyai modal namun dia tidak pandai mengelolanya
(mentashorrufkannya) dan tidak pandai berdagang dengan modal itu.
Disanalah kesempatan bagi orang yang tidak punya modal namun dia
pandai dan terampil mengelola dipelbagai perdagangan, maka dalam
pensyari'atan akad Mudharabah ini sebagai sarana nyata bagi kedua
kelompok tersebut di atas. Dan Allah s.w.t. tidak mensyari'atkan beberapa
akad kecuali demi kemaslahatan bagi para hamba serta untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
‫وحكمة‬‫مشروعية‬‫المضاربة‬:‫تمكين‬‫الناس‬‫من‬‫تنمية‬‫األموال‬‫وتحقيق‬‫التعا‬‫ون‬
،‫بينهم‬‫وضم‬‫الخبرات‬‫والمهارات‬‫إلى‬‫رؤوس‬‫األموال‬‫لتحقيق‬‫أطيب‬‫الثمرات‬.
• Hikmah dibalik pensyari'atan akad Mudharabah:
Memberikan peluang bagi manusia untuk mengembangkan
harta benda (dana/modal) dan memanisfestasikan sikap saling
membantu di antara mereka serta dapat mengumpulkan
beberapa informasi dan keterampilan / kemahiran (untuk
diterapkan) kepada modal pokok untuk mencapai hasil (laba)
yang paling baik.
Rukun akad Mudharabah
Prof.Dr.H.Wahbah Az Zuhaili menjelaskan rukun akad mudharabah sebagai berikut:
‫ركن‬‫المضاربة‬‫وألفاظها‬‫ونوعاها‬:‫ركن‬‫عقد‬‫المضاربة‬‫عند‬‫الحنفية‬:‫هو‬‫اإليج‬‫اب‬
،‫والقبول‬‫بألفاظ‬‫تدل‬‫عليهما‬.
‫فألفاظ‬‫اإليجاب‬:‫هي‬‫لفظ‬‫المضاربة‬‫والمقارضة‬،‫والمعاملة‬‫وما‬‫يؤدي‬‫معاني‬‫ه‬‫ذه‬
‫األلفاظ‬‫بأن‬‫يقول‬‫رب‬‫المال‬:(‫خذ‬‫هذا‬‫المال‬‫مضاربة‬‫على‬‫أن‬‫ما‬‫رزق‬‫هللا‬‫عز‬‫وج‬‫ل‬
‫من‬‫ربح‬‫فهو‬‫بيننا‬‫على‬‫كذا‬‫من‬‫نصف‬‫أو‬‫ربع‬‫أو‬‫ثلث‬‫أو‬‫غير‬‫ذلك‬‫من‬‫األجز‬‫اء‬
‫المعلومة‬).
‫وكذا‬‫إذا‬‫قال‬:‫مقارضة‬‫أو‬،‫معاملة‬‫أو‬‫قال‬(‫خذ‬‫هذا‬‫المال‬‫واعمل‬‫به‬‫على‬‫أن‬‫ما‬
‫رزق‬‫هللا‬‫من‬‫شيء‬‫فهو‬‫بيننا‬‫على‬‫كذا‬)‫ولم‬‫يزد‬‫على‬‫هذا‬‫فهو‬،‫جائز‬‫ألنه‬‫أتى‬‫بلفظ‬
‫يؤدي‬‫معنى‬‫هذا‬،‫العقد‬‫والعبرة‬‫في‬‫العقود‬،‫لمعانيها‬‫ال‬‫لصور‬‫األلفاظ‬.
‫وألفاظ‬‫القبول‬:‫هي‬‫أن‬‫يقول‬‫العامل‬‫المضارب‬:،‫أخذت‬‫أو‬‫رضيت‬‫أو‬،‫قبلت‬
‫ونحوها‬.‫وإذا‬‫توافر‬‫اإليجاب‬‫والقبول‬‫انعقد‬‫العقد‬(2).
__________
(1)‫البدائع‬:79/6،‫تكملة‬‫فتح‬‫القدير‬:58/7،‫المبسوط‬:18/22،‫المهذب‬:384/1،‫مغني‬‫المحتاج‬:309/2.
(2)‫البدائع‬:79/6‫ومابعدها‬.
Rukun dan lafadh Mudharabah serta macam-macam rukun dan lafadh Mudharabah:
• Rukun akad Mudharabah menurut Ulama' Hanafiyah adalah Ijab dan Qobul
dengan lafadh-lafadh yang menunjuk kepada Ijab dan Qobul.
• Maka lafadh-lafadh ijab adalah lafadh Mudharabah, muqaradhah dan mu'amalah
serta lafadh yang mengarah kepada pengertian dari lafadh-lafadh ini seperti
perkataan pemilik modal: "Ambillah uang ini dengan akad Mudharabah dengan
ketentuan bahwa suatu hasil / laba yang diberikan Allah maka dibagi antara kita
dengan nisbah / prosentase setengah, seperempat atau sepertiga atau selainnya
yang berupa bagian yang pasti".
• Demikian pula apabila pemilik modal berkata: Muqaradhah atau mu'amalah atau
berkata "Ambillah uang ini dengan akad Mudharabah dengan ketentuan bahwa
suatu hasil / laba yang diberikan Allah maka dibagi antara kita dengan nisbah /
prosentase sekian", dan tidak menambah kata-kata lagi, maka ijab semacam itu
boleh (sah), karena sudah menggunakan lafadh (kata-kata) yang mengarah kepada
pengertian akad ini, karena yang di pakai / dikehendaki dalam suatu transaksi itu
adalah makna / tujuan dari transaksi itu bukan bentuk lafad-lafadhnya
(redaksinya);
• Dan Lafadh Qobul (Kata-kata penerimaan) adalah hendaklah pengelola
Mudharabah (mudlorib) mengatakan (baiklah) saya ambil atau saya setuju atau
saya terima dan lain sebagainya. Apabila ijab dn qobul telah sempurna maka
transaksi tersebut telah mengikat (bagi kedua belah pihak).
•‫وأركان‬‫المضاربة‬‫عند‬‫الجمهور‬‫ثالثة‬:‫عاقدان‬(‫مالك‬‫وعامل‬)‫ومعقود‬‫علي‬‫ه‬
(‫رأس‬،‫المال‬‫والعمل‬‫والربح‬)،‫وصيغة‬(‫إيجاب‬‫وقبول‬)
•‫وعدها‬‫الشافعية‬‫خمسة‬:‫مال‬‫وعمل‬‫وربح‬(1)‫وصيغة‬‫وعاقدان‬.
• Dan rukun Mudharabah menurut jumhur ulama ada tiga
yaitu Kedua belah pihak yang bertransaksi (pemilik modal
dan pengelola), objek transaksi (modal, bentuk usaha dan
laba), dan shighot (ijab dan Kabul).
• Ulama Syafiiyyah menghitung rukun Mudharabah menjadi
lima yaitu modal, bentuk usaha, laba, shighot (MoU) dan
kedua belah pihak yang bertransaksi.
Macam-Macam Akad Mudharabah
Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili menjelaskan tentang macam-macam akad mudharabah:
‫نوعاها‬:‫المضاربة‬‫نوعان‬:‫مطلقة‬‫ومقيدة‬(2):
‫فالمطلقة‬:‫هي‬‫أن‬‫يدفع‬‫شخص‬‫المال‬‫إلى‬‫آخر‬‫بدون‬،‫قيد‬‫ويقول‬:«‫دفعت‬‫هذا‬‫المال‬‫إلىك‬‫مضاربة‬‫على‬‫أن‬‫الر‬‫بح‬‫بيننا‬
‫كذا‬‫مناصفة‬‫أو‬،‫ا‬‫ا‬‫أثالث‬‫ونحو‬‫ذلك‬»‫أو‬‫هي‬‫أن‬‫يدفع‬‫المال‬‫مضاربة‬‫من‬‫غير‬‫تعيين‬‫العمل‬‫والمكان‬‫والزمان‬‫و‬‫صفة‬
‫العمل‬‫ومن‬‫يعامله‬.
‫والمقيدة‬:‫هي‬‫أن‬‫يعين‬ً‫ا‬‫ا‬‫شيئ‬‫من‬‫ذلك‬‫أو‬‫أن‬‫يدفع‬‫إلى‬‫آخر‬‫ألف‬‫دينار‬ً‫ا‬‫ال‬‫مث‬‫مضاربة‬‫على‬‫أن‬‫يعمل‬‫بها‬‫في‬‫بلدة‬،‫معينة‬‫أو‬
‫في‬‫بضاعة‬،‫معينة‬‫أو‬‫في‬‫وقت‬،‫معين‬‫أو‬‫ال‬‫يبيع‬‫وال‬‫يشتري‬‫إال‬‫من‬‫شخص‬‫معين‬.‫وهذان‬‫النوعان‬‫األخيران‬(‫حالة‬
‫التأقيت‬‫وتخصيص‬‫شخص‬)‫جائزان‬‫عند‬‫أبي‬‫حنيفة‬،‫وأحمد‬‫وغير‬‫جائزين‬‫عند‬‫مالك‬‫والشافعي‬.‫وكذلك‬‫ي‬‫جوز‬
‫إضافتها‬‫إلى‬‫المستقبل‬‫عند‬‫األولين‬‫وال‬‫يجوز‬‫عند‬‫اآلخرين‬‫كأن‬‫يقول‬‫رب‬‫المال‬:‫ضارب‬‫بهذا‬‫المال‬‫ابتدا‬‫ء‬‫من‬‫الشهر‬
‫اآلتي‬.‫وأما‬‫تعليق‬‫المضاربة‬‫على‬‫شرط‬‫كما‬‫إذا‬‫قال‬‫صاحب‬‫المال‬:‫إذا‬‫جاءك‬‫فالن‬‫بالدين‬‫الذي‬‫لي‬‫في‬‫ذمته‬(‫ومقداره‬
‫ألف‬‫دينار‬)‫وسلمك‬‫إياه‬‫فضارب‬،‫به‬‫فقد‬‫أجازه‬‫الحنابلة‬‫والزيدية‬‫ولم‬‫يجزه‬‫الحنفية‬‫والمالكية‬‫والشافع‬‫ية؛‬‫ألن‬‫المضاربة‬
‫تفيد‬‫تمليك‬‫جزء‬‫من‬،‫الربح‬‫والتمليك‬‫ال‬‫يقبل‬‫التعليق‬(3).
‫ويشترط‬‫في‬‫المضاربة‬‫عند‬‫الشافعية‬‫والمالكية‬‫أن‬‫تكون‬،‫مطلقة‬‫فال‬‫تصح‬‫مقيدة‬‫بنوع‬‫معين‬‫من‬‫التج‬،‫ارة‬‫وال‬‫بشخص‬
،‫معين‬‫وال‬‫ببلد‬‫معين‬.‫وال‬‫يشترط‬‫تعيين‬‫مدة‬،‫فيها‬‫فإن‬‫عينت‬‫مدة‬‫ال‬‫يتمكن‬‫فيها‬‫العامل‬‫من‬،‫المتاجرة‬‫فسدت‬،‫الشركة‬
‫وإن‬‫عينت‬‫مدة‬‫يتمكن‬‫فيها‬‫من‬،‫التجارة‬‫ثم‬‫منع‬‫العامل‬‫من‬،‫الشراء‬‫ولم‬‫يمنع‬‫من‬،‫البيع‬‫صح‬‫ذلك‬‫لتمكنه‬‫م‬‫ن‬‫الربح‬
‫بالبيع‬.
__________
(1)‫البدائع‬:87/6.
(2)‫مغني‬‫المحتاج‬:310/2،‫البدائع‬:87/6-98.
(3)‫الميزان‬‫للشعراني‬:92/2،‫المغني‬:62/5-63.‫المنتزع‬‫المختار‬‫للزيدية‬:320/3،‫المهذب‬:386/1،‫الشرح‬
‫الكبير‬‫للدردير‬:521/3،‫غاية‬‫المنتهى‬:173/2،‫كشاف‬‫القناع‬:497/3.
Dua macam akad Mudharabah: Mudharabah mutlak dan Mudharabah terbatas.
• Mudharabah Mutlak adalah penyerahan modal dari seseorang kepada orang lain
tanpa batasan tertentu, dan dia mengatakan: saya serahkan modal ini kepadamu
dengan transaksi Mudharabah atas kesepakatan bahwa laba antara kita masing-
masing seperdua atau masing-masing sepertiga dan lain sebagainya. Atau pemodal
menyerahkan modal dengan akad Mudharabah tanpa menyebutkan secara tegas
bentuk usaha, domisili, periode usaha, sifat usaha dan siapa yang melaksanakannya.
• Mudharabah Terbatas adalah penyerahan modal dari seseorang kepada orang lain
dengan menyatakan batasan-batasan tertentu atau penyerahan seribu dinar kepada
orang lain misalnya dengan transaksi Mudharabah dengan ketentuan bahwa modal
tersebut harus dikelola di negeri tertentu, untuk mengelola usaha berupa barang
komodite tertentu, atau dalam periode usaha tertentu, atau tidak membeli dan tidak
menjual kecuali kepada seseorang tertentu.
• Kedua macam yang terakhir ini (pembatasan waktu usaha dan penentuan penjual
dan pembeli) kedua-duanya dibolehkan menurut Imam Abu Hanifah dan Imam
Ahmad, namun tidak dibolehkan menurut Imam Malilk dan Imam Syafi'i. Demikian
pula dibolehkan menggantungkan Mudharabah itu kepada sesuatu di masa
mendatang menurut kedua Imam yang pertama (Imam Abu Hanifah dan Imam
Ahmad) dan tidak boleh menurut kedua Imam yang terakhir (Imam Malilk dan Imam
Syafi'i) seperti misalnya: pemilik modal mengatakan: "buatlah transaksi Mudharabah
dengan modal ini, dengan dimulai dari bulan depan”.
• Dan adapun menggantungkan akad Mudharabah itu kepada suatu syarat tertentu
seperti pemodal mengatakan: apabila si fulan datang kepadamu dengan membawa
piutang/tagihanku yang menjadi kewajibannya (jumlah tagihannya seribu dinar) dan
dia menyerahkan piutang/tagihan itu padamu, maka buatlah transaksi Mudharabah
dengan piutang itu,
• Ulama Hanabilah dan Ulama Zaidiyah membolehkan transaksi semacam itu namun
Ulama Hanafiyah, Ulama Malikiyah dan Ulama Syafi'iyyah tidak membolehkan
transaksi semacam itu karena Mudharabah itu memberikan faedah (berdampak
hukum) kepemilikan bagian dari laba, dan kepemilikan itu tidak menerima system
penggantungan (futuralis).
• Dan disyaratkan dalam akad Mudharabah menurut Ulama Syafi'iyah dan Ulama
Malikiyah agar bersifat mutlak, maka tidak sah Mudharabah terbatas yang dibatasi
dengan suatu bisnis tertentu, person tertentu dan di negeri tertentu.
• Dan tidak disyaratkan dalam akad Mudharabah itu dengan menyatakan waktu
tertentu, maka apabila akad Mudharabah itu ditentukan waktunya, pengelola tidak
leluasa dalam berniaga, maka tertutuplah syirkah itu, dan bilamana ditentukan
periode yang memberikan keleluasaan bagi pengelola untuk berbisnis, kemudian
pengelola tidak mau melakukan pembelian (kulakan) dan mau melakukan penjualan
(saja), sahlah perbuatan itu karena memungkinkan memperoleh laba dari penjualan
(barang yang ada saja).
Sifat Akad Mudharabah
Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili menjelaskan tentang sifat dari akad mudharabah:
‫صفة‬‫عقد‬‫المضاربة‬:‫اتفق‬‫العلماء‬‫على‬‫أن‬‫عقد‬‫المضاربة‬‫قبل‬‫شروع‬‫العامل‬‫في‬‫العمل‬‫غي‬‫ر‬،‫الزم‬
‫وأنه‬‫لكل‬‫من‬‫المتعاقدين‬‫فسخه‬.‫واختلفوا‬‫فيما‬‫إذا‬‫شرع‬‫العامل‬‫في‬،‫المضاربة‬‫فقال‬‫اإلمام‬‫م‬‫الك‬:‫هو‬
‫عقد‬‫الزم‬،‫بالشروع‬‫وهوعقد‬،‫يورث‬‫فإن‬‫المضارب‬‫إذا‬‫كان‬‫له‬‫بنون‬‫أمناء‬‫كانوا‬‫في‬‫المضاربة‬‫أ‬‫و‬
‫القراض‬‫مثل‬،‫أبيهم‬‫وإن‬‫لم‬‫يكونوا‬‫أمناء‬‫كان‬‫لهم‬‫أن‬‫يأتوا‬‫بأمين‬.‫وإن‬‫شرع‬‫العامل‬‫ال‬‫يفسخ‬‫ا‬‫لعقد‬‫حتى‬
‫ينض‬‫المال‬‫أي‬‫يتحول‬ً‫ا‬‫ا‬‫نقود‬‫ال‬ً‫ا‬‫ا‬‫عروض‬.
Sifat Akad Mudharabah: Para Ulama sepakat terhadap akad Mudharabah yang belum
ditetapkan pengelolanya dalam suatu usaha maka belum dapat ditetapkan, dan bagi
kedua belah pihak yang bertransaksi masing-masing dapat membatalkannya. Dan
mereka berbeda pendapat dalam suatu masalah yaitu apabila pengelola sudah
ditetapkan dalam akad Mudharabah, dalam hal ini maka Imam Malik berkata: akad
itu sudah tetap (dapat dilaksanakan) karena sudah ditetapkan pengelolanya, dan
akad itu dapat diwariskan, karena pengelola apabila mempunyai beberapa anak yang
dapat dipercaya dan telah berpengalaman dalam akad Mudharabah atau Qiradh
seperti ayah mereka, dan bilamana tidak dapat dipercaya maka mereka dapat
mendatangkan seseorang yang dapat dipercaya. Dan apabila pengelola telah
ditetapkan maka akad itu tidak boleh dibatalkan sepihak sampai harta yang dijadikan
modal itu berbentuk uang bukan barang.
•‫وقال‬‫أبو‬‫حنيفة‬‫والشافعي‬‫وأحمد‬:‫العقد‬‫غير‬،‫الزم‬‫ولكل‬‫من‬‫العاقدين‬‫الفسخ‬‫إذا‬‫شاء‬،‫وليس‬‫هو‬
ً‫ا‬‫ا‬‫عقد‬‫يورث‬.
•‫ومرجع‬‫الخالف‬‫بين‬‫الفريقين‬:‫أن‬‫اإلمام‬‫مالك‬‫جعل‬‫العقد‬ً‫ا‬‫ا‬‫الزم‬‫بعد‬‫الشروع‬‫في‬‫العم‬‫ل‬‫لما‬
‫يترتب‬‫على‬‫الفسخ‬‫من‬،‫ضرر‬‫فكان‬‫من‬‫العقود‬‫الموروثة‬.‫وأما‬‫الفريق‬‫الثاني‬‫فقد‬‫ش‬‫بهوا‬
‫الشروع‬‫في‬‫العمل‬‫بما‬‫قبل‬‫الشروع‬‫في‬‫العمل؛‬‫ألن‬‫المضاربة‬‫تصرف‬‫في‬‫مال‬‫الغير‬،‫بإذنه‬
‫فيملك‬‫كل‬‫واحد‬‫من‬‫العاقدين‬‫فسخ‬،‫العقد‬‫كما‬‫في‬‫الوديعة‬‫والوكالة‬(1).
__________
(1)‫انظر‬‫بداية‬‫المجتهد‬:237/2،‫الخرشي‬:223/6،‫ط‬‫ثانية‬:‫البدائع‬:109/6،‫المهذب‬:388/1،‫مغني‬
‫المحتاج‬:319/2،‫المغني‬:58/5.
•‫ولكن‬‫الحنفية‬‫ومن‬‫وافقهم‬‫اشترطوا‬‫لصحة‬‫الفسخ‬‫وانتهاء‬‫المضاربة‬‫علم‬‫المتعاقد‬‫ا‬‫آلخر‬
،‫بالفسخ‬‫كما‬‫في‬‫سائر‬‫أنواع‬،‫الشركات‬‫وأن‬‫يكون‬‫عند‬‫الحنفية‬‫رأس‬‫المال‬ً‫ا‬‫ا‬‫ناض‬‫أي‬ً‫ا‬‫ا‬‫نقود‬(1)
‫وقت‬،‫الفسخ‬‫فإن‬‫كان‬‫من‬‫العروض‬‫من‬‫قار‬َ‫ع‬‫أو‬،‫منقول‬‫لم‬‫يصح‬‫الفسخ‬‫عندهم‬.
• Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Akad
semacam itu tidak dapat dilaksanakan, dan bagi masing-masing dari kedua
belah pihak yang bertransaksi dapat membatalkannya bila menghendaki, dan
akad seperti bukanlah akad yang dapat diwariskan. Alasan perbedaan
pandangan dari kedua kelompok tersebut adalah: Bahwa Imam Malik
menjadikan akad tersebut dapat dilaksanakan sesudah ditetapkan bentuk
usahanya karena bila dibatalkan akan memberikan mudlorot, maka akad seperti
itu termasuk akad-akad yang dapat diwariskan.
• Sedangkan kelompok yang kedua telah menyamarkan (belum jelas) antara telah
ditetapkan bentuk usahanya dengan belum ditetapkan bentuk usahanya, karena
akad Mudharabah itu mengelola harta orang lain dengan idzinnya, maka bagi
kedua belah pihak yang berakad masing-masing berhak membatalkannya
sebagaimana dalam akad wadi'ah (penitipan barang/uang) dan akad wakalah
(perwakilan dalam transaksi).
• Akan tetapi Ulama Hanafiyah dan Ulama lainnya yang sependapat dengan
mereka memberikan persyaratan untuk keabsahan pembatalan itu dan untuk
mengakhiri akad Mudharabah itu adalah pembatalan tersebut harus
sepengetahuan dari pihak yang bertransaksi, sebagaimana lazimnya dalam
berbagai macam kerjasama, disamping itu menurut Ulama Hanafiyah bahwa
modal usaha itu harus berwujud uang saat pembatalan, maka bila masih
berwujud barang komodite seperti barang tidak bergerak atau barang bergerak,
maka pembatalan menurut pandangan mereka tidak sah.
•‫وقال‬‫الشافعية‬‫والحنابلة‬:‫إذا‬‫انفسخت‬‫المضاربة‬‫ورأس‬‫المال‬،‫عروض‬‫فاتفق‬‫المت‬‫عاقدان‬
‫على‬‫بيعه‬‫أو‬‫قسمته‬‫جاز؛‬‫ألن‬‫الحق‬‫لهما‬‫ال‬‫يعدوهما‬.‫وإن‬‫طلب‬‫العامل‬،‫البيع‬‫وأبى‬‫رب‬
،‫المال‬‫أجبر‬‫رب‬‫المال‬‫على‬‫البيع؛‬‫ألن‬‫حق‬‫العامل‬‫في‬،‫الربح‬‫وهو‬‫ال‬‫يحصل‬‫إال‬‫بالب‬‫يع‬(2).
• Ulama Syafi'iyah dan Ulama Hanabilah berpendapat: Apabila akad
Mudharabah telah terjadi pembatalan sedangkan modalnya masih
berwujud barang-barang komodite, kemudian kedua belah pihak
bersepakat untuk menjuanya atau membaginya, hal itu boleh, karena
yang berhak atas komodite itu mereka berdua yang tidak akan ….
mereka berdua. Apabila pengelola meminta untuk menperjual-
belikan modal sedangkan pemodal tidak mengijinkannya, maka
pengelola berhak memaksa pemodal untuk menperjual-belikan
modal karena hak pengelola berupa laba, dan laba tidak akan
diperoleh kecuali dengan meniagakan modal.
Pengelola Mudharabah Berbilang
Apabila pengelola akad mudharabah terdiri dari beberapa orang / pihak, dalam hal
semacam ini Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili menjelasan sebagai berikut:
‫تعدد‬‫المضارب‬:‫قال‬‫المالكية‬(3):‫إذا‬‫تعدد‬‫عامل‬،‫القراض‬‫فإن‬‫الربح‬‫يوزع‬‫عليهم‬‫على‬‫قدر‬‫العمل‬
‫كشركاء‬،‫األبدان‬‫أي‬‫فيأخذ‬‫كل‬‫منهما‬‫من‬‫الربح‬‫بقدر‬،‫عمله‬‫فال‬‫يجوز‬‫أن‬‫يتساويا‬‫في‬‫الع‬،‫مل‬‫ويختلفا‬
‫في‬،‫الربح‬‫أو‬،‫بالعكس‬‫بل‬‫الربح‬‫على‬‫قدر‬‫العمل‬‫على‬‫المشهور‬.
• Berbilang Pengelola: Ulama Malikiyah berkata: Apabila pengelola dalam akad
Qiradh terdiri dari beberapa pengelola, maka labanya dibagi-bagi kepada
pengelola sesuai dengan kadar/porsi pekerjaannya seperti kerjasama dalam
bentuk tenaga, yaitu setiap masing-masing dari kedua belah pihak yang
bertransaksi mengambil dari laba itu sesuai dengan kadar/porsi pekerjaannya,
maka kedua belah pihak yang bertransaksi tidak boleh sama rata dalam
pengelolaan namun berbeda dalam mendapatkan laba atau sebaliknya, bahkan
keuntungan itu harus sesuai dengan kadar pekerjaan, berdasarkan pendapat
yang masyhur (terkenal/pada umumnya).
Kritik Terhadap Praktek Perbankan Syari'ah
• Maraknya perkembangan bank-bank syari'ah belakangan ini menggambarkan
adanya potensi pasar perbankan syari'ah di Indonesia. Hal ini yang seolah bisa
menjadi indikator telah muncul kesadaran sebagian umat Islam di Indonesia
terhadap penerapan syari'ah Islam dalam kehidupan bermu'amalah yang bebas
dari riba dan meninggalkan aktifitas bisnis haram lainnya.
• Bank-bank konvensional yang lebih dahulu hadir dianggap tidak mampu
mengakomodir tuntutan perubahan sistem yang diharapkan umat Islam selain
masih rentan menggunakan sistem ribawi, bank konvensional juga nyata-nyata
masih tidak memperdulikan pemutaran uang nasabah apakah untuk investasi
dalam bisnis yang dihalalkan atau diharamkan menurut ketentuan syariat Islam.
• Di saat umat Islam mulai menyadari dengan kebutuhan tersebut maka saat itulah
mulai muncul perbankan syari'ah yang berupaya menyelaraskan praktek
perbankan dengan ajaran Islam serta meninggalkan berbagai aktifitas yang lazim
dilakukan oleh bank-bank ribawi (bank konvensional) yang sarat dengan praktek
riba dan aktifitas investasi pada objek yang diharamkan agama.
• Jika ditelusuri ke belakang mengapa bank syari'ah atau bank Islam itu diperlukan,
maka hal itu lebih kepada adanya kebutuhan umat Islam dalam mengikuti
perkembangan zaman dan pesatnya laju perekonomian yang banyak bergantung
dengan aktifitas perbankan. Maka para konseptor perbankan syari'ah (Islamic
Bank) berupaya melakukan penyelarasan sistem perbankan agar akad dan
pelaksanaannya bersesuaian dengan hukum Islam (Syari’ah).
• Sistem yang digunakan dalam bank konvensional telah terbukti secara nyata tidak
mengindahkan berbagai larangan dalam ketentuan syari'ah Islam semisal
meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman
(riba), padahal telah diketahui bersama berdasar kesepakatan para ahli ilmu
(agama) / ahli fikih bahwa dalam akad mu'amalah pinjam meminjam di dalam
ketentuan syariat Islam tidak dibolehkan di dalamnya dimasukkan unsur komersiil
atau pengambilan keuntungan, hal ini disebabkan bahwa keuntungan dari
transaksi pinjam meminjam adalah riba.
• Oleh karena itu para ulama menegaskan hal tersebut dalam sebuah kaidah yang
sangat masyhur dalam ilmu fikih yaitu “Setiap piutang yang mendatangkan
kemanfaatan/keuntungan, maka itu adalah riba” (baca alMuhadzdzab oleh
asySyairazi 1/304, alMughni oleh Ibnu Qudamah 4/211 & 213, Majmu’ Fatawa
Ibnu Taimiyyah 29/533, Ghamzu ‘Uyun al-Basha’ir 5/187, asy-Syarhul
Mumthi’ 9/108-109 dan lain-lain).
• Selain sarat dengan aktifitas riba, aktifitas bank konvensional pun tak lepas dari
berbagai aktifitas transaksi yang melanggar larangan agama Islam. Bank
konvensional masih berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram)
serta belum terverifikasi akan kehalalan bisnisnya karena memang tidak ada
institusi maupun unsur dalam bank konvensional yang melakukan verifikasi halal
haramnya suatu objek bisnis. Maka pada aktifitas bank konvensional tidak luput
pula dari hal-hal sebagai berikut seperti bisnis yang mengandung unsur perjudian
(maisir), unsur ketidakpastian (ghoror), minuman keras, industri/produksi
makanan/minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami dan lain-
lain yang dilarang dalam syari'ah Islam.
• Sebagaimana telah kita pahami bahwa sistem perbankan konvensional tidak dapat
menjamin lenyapnya hal-hal tersebut dalam semua jalur investasinya, maka
berbisnis pada sesuatu yang diharamkan maka penghasilannya juga merupakan
keharaman dan sudah sepatutnya sebagai muslim wajib untuk menjauhinya, maka
bermu'amalah dengan bank konvensional bisa dipahami baik sengaja ataupun
tidak, berarti kita menolong sistem yang tidak mematuhi nilai-nilai Islam.
• Fatwa ulama Islam pun melarang bermu'amalah dengan bank konvensional
terkecuali pada hal-hal tertentu yang tidak mengandung riba dan belum ada solusi
dari lembaga keuangan lain yang lebih islami yang bisa menggantikan kebutuhan
umat akan hal kepentingannya saat ini semisal penggunaan jasa transfer antar
bank, jasa penitipan barang berharga (safe deposit box) dan lain-lain.
• Jika dilihat dari tujuan dan latar belakang kemunculan bank-bank syari'ah
tentu sangat pantaslah bank syari'ah itu untuk menuai pujian dan dukungan
sebagai institusi perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan
jasa perbankan tanpa dihantui dosa riba dan aktifitas terlarang lainnya,
namun seiring waktu berjalan, saat terjadinya interaksi di antara praktisi
perbankan, pengguna perbankan (nasabah) dengan para ahli ilmu (para
ulama) serta kajian-kajian yang mendalam maka sedikit demi sedikit mulai
bermunculan temuan berbagai penyimpangan yang terjadi baik pada
proses akad mu'amalah berlaku yang diterapkan oleh bank syari'ah maupun
konsep dasarnya yang melandasi berdirinya perbankan syari'ah baik dalam
produk pendanaan maupun produk pembiayaannya.
• Dalam konteks tema ini penulis hanya mengangkat seputar akad
mudharabah yang diterapkan oleh bank syari'ah untuk memberi gambaran
dan penegasan mengenai kebenaran ada tidaknya penyimpangan praktek
akad mudharabah yang di lakukan oleh bank syari'ah, mengingat akad
mudharabah merupakan akad mu'amalah paling utama yang melandasi
produk perbankan syari'ah.
Bank Tidak Siap Menanggung Kerugian
• Akad Mudharabah adalah akad yang oleh para ulama telah disepakati
kehalalannya. Karena itu, akad ini dianggap sebagai tulang punggung praktek
perbankan syari'ah. DSN-MUI telah menerbitkan fatwa No.07/DSN-MUI/IV/2000,
yang kemudian menjadi pedoman bagi praktek perbankan syari'ah.
• Tapi, lagi-lagi, praktek bank syari'ah perlu ditinjau ulang. Pada fatwa dengan nomor
tersebut, DSN menyatakan: “LKS (lembaga Keuangan Syari'ah) sebagai penyedia
dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib
(nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.”
(Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional MUI).
• Praktek perbankan syari'ah di lapangan masih jauh dari apa yang di fatwakan oleh
DSN. Andai perbankan syari'ah benar-benar menerapkan ketentuan ini, niscaya
masyarakat berduyun-duyun mengajukan pembiayaan dengan skema mudharabah.
• Dalam waktu singkat pertumbuhan perbankan syari'ah akan mengungguli
perbankan konvensional. Namun kembali lagi, fakta tidak semanis teori. Perbankan
syari'ah yang ada belum sungguh-sungguh menerapkan fatwa DSN secara utuh.
Sehingga pelaku usaha yang mendapatkan pembiayaan modal dari perbankan
syari'ah, masih diwajibkan mengembalikan modal secara utuh, walaupun ia
mengalami kerugian usaha.
• Para ulama dari berbagai madzhab telah menegaskan bahwa pemilik
modal tidak dibenarkan untuk mensyaratkan agar pelaku usaha
memberikan jaminan seluruh atau sebagian modalnya.
• Sehingga apa yang diterapkan pada perbankan syari'ah, yaitu
mewajibkan atas pelaku usaha untuk mengembalikan seluruh modal
dengan utuh bila terjadi kerugian usaha adalah persyaratan yang batil.
• Dalam ilmu fikih bila suatu akad terdapat persyaratan yang batil, maka
akad persyaratan tersebut tidak sah sehingga masing-masing harus
mengembalikan seluruh hak-hak lawan akadnya atau akad tetap
dilanjutkan dengan meninggalkan persyaratan tersebut.
Nasabah Tidak Siap Menanggung Kerugian
• Ketidakpahaman terhadap ilmu syar’i serta mengikuti hawa nafsu mengejar
keuntungan bisa jadi masih merupakan domain tersendiri pada kelompok
nasabah bank syari'ah, berbekal uang yang akan disetorkan ke bank dapat kita
lakukan uji mentalitas, apakah benar berkehendak sesungguhnya sebagai
pemodal dalam konsep mudharabah ataukah pemberi piutang kepada bank.
• Perhatikan bagaimana sikap mental nasabah jika operator bank syari'ah
menyatakan usaha yang dikelola bank merugi sehingga dana nasabah yang
disetorkan berkurang atau bahkan hangus tak bersisa.
• Maka hampir bisa dipastikan umumnya nasabah akan dengan tegas menolak
keadaan tersebut dan menginginkan dana yang pernah disetor itu harus aman
bila tidak ada bagi hasil maka setidaknya kembali utuh seperti semula.
• Pernyataan tersebut membuktikan bahwa sebenarnya mereka adalah pemberi
piutang kepada bank syari'ah, bukan pemodal.
• Maka keuntungan yang mereka peroleh dari bank dan sebelumnya telah
disepakati adalah riba.
Semua Nasabah Mendapatkan Bagi Hasil
• Bank syari'ah mencampur-adukkan seluruh dana yang masuk kepadanya tanpa
dipilah mana yang sudah disalurkan ke usaha bank maupun yang masih beku
belum tersalur dibank.
• Namun demikian pada setiap akhir bulan seluruh nasabah mendapatkan bagian
dari hasil/keuntungan. Karena pertimbangan bank dalam membagi keuntungan
adalah total modal bukan keuntungan yang diperoleh dari dana masing-masing
nasabah.
• Pembagian keuntungan tersebut menjadi masalah besar dalam metode
mudharabah yang benar-benar islami. Pembagian hasil kepada nasabah yang
dananya belum tersalurkan jelaslah akan merugikan nasabah yang dananya telah
tersalurkan.
• Dalam konteks ini menjadi fakta perbankan syari'ah sebagaimana dilansir dalam
majalah modal bahwa telah terjadi over likuiditas dimana bank syari'ah
kebanjiran dana nasabah sebesar 6,62 triliun sementara yang berhasil digulirkan
hanya 5,86 triliun sehingga tidak mampu menyalurkan sisanya yang kemudian di
simpan di Bank Indonesia dalam sertifikat Wadiah.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan data, tinjauan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
2. Undang-undang perbankan syari'ah masih memplagiasi kepada aturan
perundang-undangan perbankan konvensional.
3. Status ganda bank dengan mudharabah dua pihak dalam mengakomodir
peraturan undang-undang perbankan syari'ah yang saat ini diterapkan tidak
sesuai dengan fikih mudharabah yang dikenal para ulama.
4. Bank syari'ah dan nasabah sama-sama tidak siap menanggung kerugian maka
sesuatu yang musykil dalam menjalani sunnatullah menjalankan usaha yang bisa
untung dan rugi.
5. Selama Perbankan syari'ah tidak terjun langsung dalam dunia usaha dan hanya
mencukupkan diri sebagai penyalur dana nasabah maka tidak akan pernah
terhindar dari riba.
6. Semua nasabah pasti mendapat bagi hasil, jaminan uang nasabah tidak akan
mengalami kerugian dan perhitungan bagi hasil yang berbelit-belit tidak sesuai
akad mudharabah murni yang diajarkan islam.
Saran - Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan adalah:
1. Diperlukan Political will dari pemerintah untuk merevisi undang-undang
perbankan syari'ah yang tidak terkait dengan Bank.
2. Pemilahan Nasabah berdasarkan tujuan masing-masing baik yang sekedar
mengamankan hartanya, bank syari'ah bisa menerapkan akad utang piutang
tanpa bunga dan nasabah yang bertujuan mencari keuntungan dengan
investasi melalui perbankan.
3. Perbankan syari'ah langsung terjun ke sektor riil serta memiliki berbagai unit
usaha nyata dan menguntungkan, maka dengan ini pula bank akan membuka
lowongan kerja baru untuk melengkapi potensi sumber daya manusia bagi
bisnis bank.
4. Perbankan menerapkan mudharabah sepihak dengan menerima investasi
untuk kemudian membiayai unit usaha riil bank dan tidak menyalurkan lagi ke
nasabah dengan skema mudharabah kedua.
5. Memilah pos-pos investasi dari setiap pos-pos investasi para nasabah, masing-
masing pos berbeda dari pos-pos lain dalam segenap operasional dan
pembukuannya.
6. Melakukan edukasi yang sistematis dan kontinyu terhadap bahaya riba dan
menanamkan spirit mu'amalah islami baik terhadap masyarakat maupun pihak
yang ingin bekerja pada institusi keuangan islami.
DAFTAR REFRENSI
1. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar, "Praktek Akad Dalam Produk & Jasa
Perbankan Syariah", OJK, Jakarta, 2014.
2. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar "Kebijakan dan Grand Strategy Pengembangan
Industri Jasa Keuangan Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional, MHES PTA UnMuh Sby 1 Nov
2014", OJK, Jakarta, 2014.
3. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar " Kewenangan Pengadilan Agama dalam
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah", OJK, Jakarta, 2014.
4. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar, "Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan untuk
Hakim Pengadilan Agama edited", OJK, Jakarta, 2014.
5. Syekh Wahbah Az Zuhaili, "Alfiqhul Islami wa Adillatuhu", Juz V, Maktabah Syamilah, 1429H., update
1435H.
6. Abdur Rahman Al Jaziri, "Al Fiqhu 'alal Madzahibil Arba'ah", juz III, Software Maktabah Syamilah, 1429 H.,
update 1435 H.
7. Sayyid Sabiq, "Fiqhus Sunnah", juz III, Software Maktabah Syamilah, 1429 H., update 1435 H.
8. Muhammad Syafi’i Antonio, "Bank Syari'ah dari Teori ke Praktik". Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
9. Muhammad Arifin Badri, "Riba dan Tinjauan Kritis Perbankan Syari’ah". Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2010.
10. Muhammad Arifin Badri, "Tinjauan Kritis Perbankan Syari'ah". Jakarta. Makalah Seminar Nasional KPMI,
2010.
11. Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari'ah.
12. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiyaan
Mudharabah (Qiradh).
13. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-MUI/IV/ 2000 Tentang Pembiyaan
Murabahah.

More Related Content

What's hot (20)

Fundamental of Islamic Banking - Treasury
Fundamental of Islamic Banking - TreasuryFundamental of Islamic Banking - Treasury
Fundamental of Islamic Banking - Treasury
 
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMMAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
 
Kafalah dan wakalah
Kafalah dan wakalahKafalah dan wakalah
Kafalah dan wakalah
 
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
 
Bank, rente dan fee
Bank, rente dan feeBank, rente dan fee
Bank, rente dan fee
 
Sharf
SharfSharf
Sharf
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalah
 
Jinayat
JinayatJinayat
Jinayat
 
Wakaf
WakafWakaf
Wakaf
 
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
 
Hiwalah
HiwalahHiwalah
Hiwalah
 
bahan tugas Kelompok 9 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 9 ushul fiqh ekonomi islambahan tugas Kelompok 9 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 9 ushul fiqh ekonomi islam
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
 
Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2
 
05.5 HUKUM JUAL BELI (KONTEMPORER)
05.5 HUKUM JUAL BELI (KONTEMPORER)05.5 HUKUM JUAL BELI (KONTEMPORER)
05.5 HUKUM JUAL BELI (KONTEMPORER)
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Teori jual beli dalam islam
Teori jual beli dalam islamTeori jual beli dalam islam
Teori jual beli dalam islam
 
Bay tawarruq
Bay tawarruqBay tawarruq
Bay tawarruq
 
jarimah ta'zir
jarimah ta'zirjarimah ta'zir
jarimah ta'zir
 

Similar to KONSEP MUDHARABAH

mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsAlalan Tanala
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturaalmutawali
 
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)AliRomay
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfmuhamadizlis
 
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)Herna Ferari
 
PPT Konsep Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptx
PPT Konsep  Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptxPPT Konsep  Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptx
PPT Konsep Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptxSenjaMahesa
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMiftah Iqtishoduna
 
Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Cut Nyak Dhien
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docxPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docxMasOnet
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdfPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdfMasOnet
 
Makalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bankMakalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bankHeny Larasatii
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
OPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
OPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAHOPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
OPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAHAchmad Kamal Badri
 
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan SukukPenelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan SukukMelzatia
 
Perbankan syar iah m
Perbankan syar iah mPerbankan syar iah m
Perbankan syar iah mailif
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariahKang Tasdik
 
Metodologi syariah slide
Metodologi syariah slideMetodologi syariah slide
Metodologi syariah slideFaezah Ibrahim
 

Similar to KONSEP MUDHARABAH (20)

mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran hadits
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
 
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
 
Indah ks
Indah ksIndah ks
Indah ks
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
 
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
 
Makalah Bank Syariah.docx
Makalah Bank Syariah.docxMakalah Bank Syariah.docx
Makalah Bank Syariah.docx
 
PPT Konsep Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptx
PPT Konsep  Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptxPPT Konsep  Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptx
PPT Konsep Fqih Muamalah dan Implementasinya di Perbankan Syariah.pptx
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 
Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docxPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdfPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
 
Makalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bankMakalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bank
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
OPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
OPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAHOPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
OPINI MENGENAI KEHALALAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan SukukPenelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
 
Perbankan syar iah m
Perbankan syar iah mPerbankan syar iah m
Perbankan syar iah m
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Metodologi syariah slide
Metodologi syariah slideMetodologi syariah slide
Metodologi syariah slide
 

More from Alalan Tanala

Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"Alalan Tanala
 
Sistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel correctedSistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel correctedAlalan Tanala
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15Alalan Tanala
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15Alalan Tanala
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agamaRomo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agamaAlalan Tanala
 
Pengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikahPengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikahAlalan Tanala
 
Sejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesiaSejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesiaAlalan Tanala
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketa05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketaAlalan Tanala
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahAlalan Tanala
 
Kritik atas time value of money
Kritik atas time value of moneyKritik atas time value of money
Kritik atas time value of moneyAlalan Tanala
 

More from Alalan Tanala (19)

Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
 
Pengesahan tesis
Pengesahan tesisPengesahan tesis
Pengesahan tesis
 
Sistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel correctedSistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel corrected
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agamaRomo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agama
 
Pengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikahPengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikah
 
Sejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesiaSejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesia
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketa05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketa
 
P3 hukum pancung
P3 hukum pancungP3 hukum pancung
P3 hukum pancung
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
 
Kritik atas time value of money
Kritik atas time value of moneyKritik atas time value of money
Kritik atas time value of money
 

KONSEP MUDHARABAH

  • 1.
  • 2. Konsep mudharabah Dalam alquran dan alhadits Dosen Pembimbing: Dr.Setiawan Budi Utomo Otoritas jasa keuangan Oleh: Fathur Rohman Ms. NIM. 20142660029 Program Pascasarjana Magister Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya
  • 3.
  • 4. • Pengantar Produk & Jasa Industri Jasa Keuangan Syariah • Praktek Akad Dalam Produk Perbankan Syari'ah Dan Kedudukan Hukum Para Pihak • Produk Penghimpunan Dana Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya • Produk Pembiayaan Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya • Jasa Perbankan Syari'ah Dan Industri Jasa Keuangan Syariah lainnya & Permasalahan Hukumnya • Studi Kasus dan simulasi Produk Jasa Keuangan Syariah • Pengantar Hukum Keuangan Syariah & Kewenangan Peradilan Agama Dalam Sengkata Ekonomi Syari'ah. • Maqoshid Syari'ah & Implikasinya dan Transaksi Keuangan (Kaidah & Ushul Fiqih dalam Keuangan Syariah) • Keunikan Keuangan & Perbankan Syari'ah serta Sharia Gevernace dan implikasi hukumnya di Indonesia & Negara lain. • Regulasi & Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Syari'ah. • Pengenalan OJK dan Kebijakan & Strategi Pengembangan Industri Jasa Keuangan Syari'ah. • Studi Kasus Penyelesaian sengketa di sektor Perbankan dan Jasa Keuangan Syari'ah
  • 5. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup Pembahasan C. Tujuan dan Manfaat BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Mudharabah B. Dasar Hukum Dan Pensyariatan Akad Mudharabah C. Rukun Akad Mudharabah D. MacamAkad Mudharabah E. Pengelola Mudharabah Berbilang F. Kritik Terhadap Praktek Perbankan Syari'ah G. -Macam Akad Mudharabah H. Sifat BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
  • 6. PENDAHULUAN Latar Belakang • Perkembangan bank syari'ah yang pesat menggambarkan ada potensi pasar yang besar di Indonesia. Negara Indonesia yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia dan kegencaran Da’i memberikan pencerahan atas keharaman transaksi riba yang didukung fatwa MUI dalam masalah itu, mendorong masyarakat dan pebisnis muslim mencari alternatif solusi. Penawaran produk bank syari'ah berbeda dengan bank konvensional, selain menjanjikan nilai plus dalam berbagi laba dalam akad mudharabah sebagai mu'amalah utamanya, juga memberi angin segar spiritual dengan mengklaim perbankan yang bebas riba dan bebas dari pelanggaran syari'ah.
  • 7. • Produk perbankan syari'ah berupa tabungan umumnya berakad mudharabah dan sebagiannya berakad wadi’ah. Produk dan proses kerja bank syari'ah, jika kita cermati dengan mencocokkan penerapan praktek perbankan syari'ah saat ini dengan instrumen undang-undangnya maupun ketentuan syari'ah yang sudah diakomodir dalam kompilasi fatwa Dewan Syari'ah Nasional maupun dalam kitab fikih mu'amalah Ulama salaf dapat kita temukan kesamaan konsep dengan bank konvensional sehingga tidak bisa selaras dengan syari'ah serta banyak penyimpangan dalam praktek diantaranya yang berhubungan dengan akad mudharabah.
  • 8. • Dalam penyimpangan-penyimpangan tersebut bank syari'ah melakukan pelanggaran terhadap syari'ah yang dapat menyeretnya pada transaksi ribawi, hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut, karena apa yang dilakukan dalam hal ini sama juga melakukan rekayasa syari'ah (produk riba kemasan syari'ah) sehingga menyerupai prilaku bangsa Yahudi (Israel) yang merubah ketentuan syari'ah mengikuti hawa nafsunya. Di zaman modern ini, bagaimanapun peran perbankan atau apapun yang bisa menjadi alternatif serupa dengannya sangatlah dibutuhkan. Maka dengan tulisan ini dan juga berbagai solusi yang akan menyempurnakan prinsip dan cara kerja bank syari'ah untuk benar-benar bebas dan bersih dari riba diharapkan bisa menjadi wacana yang bisa dipahami dan segera diaplikasikan dalam realisasi perbankan yang benar-benar sesuai syari'ah di waktu mendatang.
  • 9. • Penulis sangat menyadari bahwa saudara-saudara muslim di negeri ini tidak banyak yang memahami tentang transaksi yang sering kita dengar bahkan kita baca dalam buku-buku tentang ekonomi syari'ah dan dalam beberapa peraturan perundangan serta tulisan- tulisan yang termuat dalam dunia maya yang pada umumnya yang kita baca adalah berbahasa Indonesia. • Ketidaktahuan mayoritas umat Islam tentang akad mudharabah secara detail mengakibatkan akan sangat mudah tertipu oleh istilah atau kata-kata mudharabah yang berasal dari bahasa Arab yang sepintas pikiran mereka akan terbawa kepada alam ekonomi islami yang dianggap sudah bebas murni dari praktek ribawi yang belum mereka ketahui juga bahkan justru pelaku utama dan mayoritas adalah umat Islam Indonesia sendiri.
  • 10. Ruang Lingkup Pembahasan • Dalam tulisan berupa makalah ini Penulis melakukan penelitian leterer dalam bentuk tulisan-tulisan yang terkait dengan judul di atas berupa ebook dan software digital dalam dunia maya baik yang masih online maupun yang sudah offline. • Dari reference yang ada, penulis mengutamakan pengambilan dari sumber berupa kitab fiqih salaf yang masih populer dimasa kini seperti Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu karya Syekh Abdul Wahhab Az Zuhaili, Al Fiqhu 'Ala Madzahibil Arba'ah oleh Syekh Abdur Rohman Al Jaziri, dan Fiqhus Sunnah oleh Sayyid Sabiq, juga kitab fiqih mu'tabaroh lainnya, semuanya itu berbentuk digital dalam software Maktabah Syamilah yang mulai ngetren saat ini dalam leteratur ilmiyah karena kemudahan serta dengan exelerasi yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan hardware walaupun yang terakhir ini tetap juga digunakan sebagai rujukan.
  • 11. • Disamping itu penulis juga bereferensi kepada hukum positif berupa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dan Kitab Undang-Undang Hukum Ekonomi Syari'ah yang dijadikan hukum terapan dalam dunia peradilan di Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah di seluruh Indonesia termasuk juga beberapa Fatwa terkait dari Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, semuanya bersifat software digital offline. • Rumusan masalah dalam makalah ini penulis sajikan bersifat informative tentang transaksi mudharabah secara historis dan filosofis yang telah ada sejak sebelum Islam datang dibawa oleh Rasulullah s.a.w. yang juga sebagai praktisi aktif mudharabah sejak sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul hingga sesudahnya bahkan dilanjutkan oleh para shahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in serta umat Islam berikutnya.
  • 12. Tujuan penulisan • Di samping untuk memenuhi tugas perkuliahan dalam materi kuliah Studi Al Quran dan Al Hadits, penulis ingin mencoba menyajikan dan menjelaskan tentang akad mudharabah secara historis filosofis. Selain itu penulis menghendaki setelah kita mengetahui akad mudharabah itu tentunya untuk mengaplikasikan dalam kehidupan nyata secara pribadi, keluarga maupun kelompok organisasi yang menginginkan bertransaksi sesuai dengan ajaran dan praktek islami yang bersih dari praktek ribawi. Manfaat • Ekspektasi Penulis dengan makalah ini adalah bermanfaat bagi penulis sendiri dalam tugas sehari-hari di dunia peradilan yang membantu menangani penyelesaian sengketa ekonomi syari'ah antara umat Islam di samping bermanfaat bagi kehidupan keluarga dan masyarakat penulis dan bertransaksi ekonomi dalam kehidupan keseharian.
  • 13. PEMBAHASAN Pengertian Mudharabah Mudharabah dalam fiqih salaf dan cendekiawan muslim kontemporer : Sayid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah juz 3 hal. 202: ‫المضاربة‬‫تعريفها‬:‫المضاربة‬‫مأخوذة‬‫من‬‫الضرب‬‫في‬‫االرض‬‫وهو‬‫السفر‬،‫للتجارة‬‫يقول‬‫هللا‬‫سبحان‬‫ه‬:" ‫وآخرون‬‫يضربون‬‫في‬‫االرض‬‫يبتغون‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬"(1).‫وتسمى‬،‫قراضا‬‫وهو‬‫مشتق‬‫من‬،‫رض‬َ‫ق‬‫ال‬‫وهو‬ ،‫القطع‬‫الن‬‫المالك‬‫قطع‬‫قطعة‬‫من‬‫ماله‬‫ليتجر‬‫فيها‬‫وقطعة‬‫من‬‫ربحه‬.‫وتسمى‬‫أيضا‬:‫معاملة‬.‫والمقصود‬‫ب‬‫هاهنا‬: ‫عقد‬‫بين‬‫طرفين‬‫على‬‫أن‬‫يدفع‬‫أحدهما‬‫نقدا‬‫إلى‬‫اآلخر‬‫ليتجر‬،‫فيه‬‫على‬‫أن‬‫يكون‬‫الربح‬‫بينهما‬‫حس‬‫ب‬‫ما‬‫يتفقان‬ ‫عليه‬.‫حكمها‬:‫وهي‬‫جائزة‬‫باالجماع‬.(1)‫سورة‬‫المزمل‬‫اآلية‬‫رقم‬20. • Definisi Mudharabah (‫)المضاربة‬ diambil dari kata-kata berjalan (‫)الضرب‬ di bumi yaitu bepergian untuk berniaga / berdagang, dalam Al Quran: "…dan yang lain berjalan di muka bumi untuk mencari karunia dari Allah…". Al Muzzammil 20. • Mudharabah disebut qiradh berasal dari kata ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ق‬‫ال‬ berarti ‫القطع‬ (memotong), karena pemilik modal telah memotong sebagian dari hartanya untuk diniagakan dan diambil sebagian dari labanya. Mudharabah juga disebut mu'amalah, maksudnya disini adalah akad atau transaksi antara dua pihak dengan menyerahkan modal usaha kepada pihak lainnya dengan kesepakatan pembagian laba antara keduanya. Hukum akad mudharabah boleh berdasarkan ijma' ulama.
  • 14. Abdur Rahman Al Jaziri dalam "Al Fiqhul 'Alal Madzahibil Arba'ah", Juz 3 hal 18: ‫هي‬‫في‬‫اللغة‬‫عبارة‬‫عن‬‫أن‬‫يدفع‬‫شخص‬‫ماال‬‫آلخر‬‫ليتجر‬‫فيه‬‫على‬‫أن‬‫يكون‬‫الربح‬‫بينهما‬‫على‬‫م‬‫ا‬‫شرطا‬ ‫والحسارة‬‫على‬‫صاحب‬‫المال‬‫وهي‬‫مشتقة‬‫من‬‫الضرب‬‫بمعنى‬‫السفر‬‫ألن‬‫االتجار‬‫يستلزم‬‫السفر‬‫غ‬‫البا‬.‫قال‬ ‫تعالى‬:{‫وإذا‬‫ضربتم‬‫في‬‫األرض‬}‫أي‬‫سافرتم‬‫وتسمى‬‫قراضا‬‫ومقارضة‬‫مشتقة‬‫من‬‫القرض‬‫وهو‬‫ا‬‫لقطع‬ ‫سميت‬‫بذلك‬‫ألن‬‫المالك‬‫قطع‬‫قطعة‬‫من‬‫ماله‬‫ليعمل‬‫فيه‬‫بجزء‬‫من‬‫الربح‬‫والعامل‬‫قطع‬‫لرب‬‫المال‬‫جزء‬‫ا‬‫من‬ ‫الربح‬‫الحاصل‬‫بسعيه‬‫فالمفاعلة‬‫على‬‫بابها‬. Mudharabah adalah suatu ibarat dari suatu perbuatan bisnis berupa penyerahan modal usaha dari seseorang kepada pengelola untuk diniagakan / diperdagangkan dengan ketentuan bagi hasil antara kedua belah pihak serta bersepakat bahwa kerugian harus ditanggung oleh pemilik modal, mudharabah diambilkan dari kata- kata ‫الضرب‬ yang berarti safar atau bepergian karena perniagaan itu pada umumnya memerlukan perjalanan / bepergian. Firman Allah s.w.t. "Dan apabila kamu sekalian berjalan di muka bumi.." maksudnya adalah bepergian, dan disebut juga qiradh dan muqaradhah yang diambilkan dari kata-kata ‫القرض‬ yaitu memotong, disebut demikian karena pemilik modal memotong sebgian dari hartanya untuk diniagakan dengan prosentase sebagian laba sedangkan pengelola juga memotong sebagian dari laba yang dihasilkannya untuk pemilik modal, maka mufa'alah (kerjasama) bagi hasil kedua belah pihak itu sesuai proporsinya.
  • 15. ‫وأما‬‫عند‬‫الفقهاء‬:‫عقد‬‫بين‬‫اثنين‬‫يتضمن‬‫أن‬‫يدفع‬‫احدهما‬‫لآلخر‬‫ماال‬‫يملكه‬‫ليتجر‬‫فيه‬‫بجزء‬‫شائع‬‫معل‬‫وم‬‫من‬‫الربح‬ ‫كالنصف‬‫أو‬‫الثلث‬‫أو‬‫نحوهما‬‫مخصوصة‬‫وظاهر‬‫أن‬‫هذا‬‫المعنى‬‫يطابق‬‫المعنى‬‫اللغوي‬‫إال‬‫أنه‬‫مقيد‬‫بالشروط‬‫ا‬‫لتي‬ ‫تجعل‬‫العقد‬‫صحيحا‬‫أو‬‫فاسدا‬‫في‬‫نظر‬‫الشرع‬‫ومناسبة‬‫المضاربة‬‫للمساقاة‬‫والمزارعة‬‫ظاهرة‬‫ألنك‬‫قد‬‫عرفت‬‫أنهما‬ ‫عقدان‬‫بين‬‫اثنين‬‫من‬‫جانب‬‫أحدهما‬‫األرض‬‫أو‬‫الشجر‬‫ومن‬‫جانب‬‫اآلخر‬‫العمل‬‫ولكل‬‫منهما‬‫نصيب‬‫في‬‫الخارج‬‫من‬ ‫الثمر‬‫وكذلك‬‫المضاربة‬‫فإنها‬‫عقد‬‫يتضمن‬‫أن‬‫يكون‬‫المال‬‫من‬‫جانب‬‫والعمل‬‫من‬‫جانب‬‫آخر‬‫ولكل‬‫من‬‫الجانبين‬‫نصيب‬ ‫في‬‫الربح‬‫وتسمى‬‫المضاربة‬‫قراضا‬‫عند‬‫الفقهاء‬‫أيضا‬‫ويقال‬‫لرب‬‫المال‬‫مقارض‬-‫بكسر‬‫الراء‬-‫وللعامل‬‫مقارض‬- ‫بفتحها‬-‫أما‬‫المضاربة‬‫فيقال‬‫للعامل‬‫فيها‬‫مضارب‬-‫بكسر‬‫الراء‬-‫وليس‬‫للمالك‬‫اسم‬‫مشتق‬‫منها‬ Adapun menurut Fuqoha' (Ahli Fikih), Mudharabah adalah adalah akad antara dua orang dengan ketentuan penyerahan modal yang dimiliki pemodal kepada pihak lainnya sebagai pengelola untuk diniagakan dengan pembagian hasil pada umumnya misalnya separuh atau sepertiga dan semacamnya secara khusus, dan jelasnya bahwa pengertian ini sesuai dengan pengertian secara bahasa hanya saja akad ini diikat oleh beberapa syarat yang menjadikan akad itu sah atau rusak (fasid) menurut pandangan Syar'i, penyamaa mudharabah dengan musaqah dan muzara'ah (akad pengerjaan sawah dan pengelolaan pertanian) jelasnya karena kalian telah mengetahui bahwa keduanya adalah dua akad antara dua pihak, dari pihak pertama berupa tanah/sawah atau pohon sedangkan dari pihak lainnya berupa pekerjaan/ pengelolaan, dan bagi kedua belah pihak memiliki hak bagian berupa hasil yang dikeluarkan berupa buah, dan demikian pula akad mudharabah karena akad mudharabah itu dari satu pihak berupa modal sedangkan dari pihak lainnya berupa pengelolaan, dan bagi masing-masing pihak berhak memperoleh bagian laba usaha. Dan mudharabah juga dinamai qiradh menurut fuqaha' juga, dalam hal ini pemilik modal disebut Muqaridh (pemotong) sedang untuk pengelola modal disebut muqarodh (yang dipotong). Adapun untuk mudharabah pengelola modalnya disebut Mudharib, namun pemilik modal tidak demikian penyebutannya (tidak disebut sebagai mudharib).
  • 16. Prof. Dr. H. Wahbah az Zuhaili dalam "Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, juz 5 hal 18 : ‫المطلب‬‫األول‬‫ـ‬‫تعريف‬‫المضاربة‬‫ومشروعيتها‬‫وركنها‬‫ونوعاها‬‫وصفة‬‫عقدها‬: ‫تعريف‬‫المضاربة‬:‫المضاربة‬:‫هي‬‫أن‬‫يدفع‬‫المالك‬‫إلى‬‫العامل‬ً‫ا‬‫ال‬‫ما‬‫ليتجر‬‫ف‬،‫يه‬ ‫ويكون‬‫الربح‬ً‫ا‬‫ا‬‫مشترك‬‫بينهما‬‫بحسب‬‫ما‬‫شرطا‬(1).‫وأما‬‫الخسارة‬‫فهي‬‫على‬‫رب‬ ‫المال‬،‫وحده‬‫وال‬‫يتحمل‬‫العامل‬‫المضارب‬‫من‬‫الخسران‬ً‫ا‬‫ا‬‫شيئ‬‫وإنما‬‫هو‬‫يخسر‬‫ع‬‫مله‬ ‫وجهده‬. • Definisi Mudharabah: Mudharabah adalah transaksi penyerahan modal dari pemilik dana kepada pengelola untuk diniagakan dan hasil perniagaannya dibagi antara keduanya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan kedua belah pihak. Adapun kerugiannya hanya ditanggung oleh pemilik modal saja dan pengelola tidak boleh dibebani kerugian materi samasekali, karena dia sudah mengalami kerugian dari pengelolaan dan jerih payahnya.
  • 17. ‫وعرفها‬‫صاحب‬‫الكنز‬‫بقوله‬:‫هي‬‫شركة‬‫بمال‬‫من‬،‫جانب‬‫وعمل‬‫من‬‫جانب‬. Menurut penulis kitab "Al Kanzu" mendefinisikan bahwa Mudharabah itu adalah syirkah (usaha bersama) dari satu sisi berupa modal usaha dan dari sisi lain berupa pengelolaan. ‫ومحترزات‬‫التعريف‬‫األول‬:‫هي‬‫أنه‬‫بكلمة‬(‫يدفع‬):‫تبين‬‫أن‬ ‫المضاربة‬‫التصح‬‫على‬‫منفعة‬‫كسكنى‬،‫الدار‬‫وأنها‬‫ال‬‫تصح‬‫ع‬‫لى‬ ،‫دين‬‫سواء‬‫أكان‬‫على‬‫العامل‬‫أم‬‫على‬‫غيره‬.‫وبكلمة‬(‫الربح‬‫مشت‬ً‫ا‬‫ا‬‫رك‬) ‫تبين‬‫أن‬‫الوكيل‬‫ليس‬ً‫ا‬‫ا‬‫مضارب‬.‫والسبب‬‫في‬‫اشتراك‬‫العا‬‫قدين‬‫في‬ ‫الربح‬:‫هو‬‫أن‬‫رب‬‫المال‬‫يستحق‬‫الربح‬‫بسبب‬‫ماله؛‬‫ألنه‬‫نماء‬‫م‬،‫اله‬ ‫والمضارب‬‫يستحقه‬‫باعتبار‬‫عمله‬‫الذي‬‫هو‬‫سبب‬‫وجود‬‫الربح‬. ‫وعليه‬‫إذا‬‫شرط‬‫جميع‬‫الربح‬‫لرب‬‫المال‬‫كان‬‫العقد‬،‫مباضعة‬‫ول‬‫و‬ ‫شرط‬‫جميعه‬‫للمضارب‬‫كان‬ً‫ا‬‫ا‬‫قرض‬.
  • 18. • Dan kandungan dari definisi tersebut pertama adalah dengan menggunakan kata-kata "menyerahkan", hal ini menjelaskan bahwa transaksi Mudharabah itu tidak sah terhadap suatu manfaat dari sesuatu seperti menghuni sebuah rumah, dan tidak sah pula terhadap suatu tagihan utang, baik utang dari si pengelola sendiri maupun utang orang lain. Dan dengan menggunakan kata-kata "hasil untuk bersama", hal ini menjelaskan bahwa wakil dari pengelola tidaklah termasuk sebagai pengelola. • Dan sebab dari pembagian hasil (laba) secara bersama-sama bagi kedua belah pihak yang bertransaksi adalah karena pemilik modal berhak memperoleh hasil usaha karena menyediakan modal dari usaha Mudharabah tersebut, sedangkan pengelola berhak memperoleh hasil usaha karena jerih payah mengelola modal tersebut sebab dengan jerih-payahnyalah maka usaha Mudharabah mendapatkan keuntungan. Dan terhadap transaksi itu bila disyaratkan seluruh hasil dari usahanya hanya untuk pemilik modal saja maka transaksinya disebut transaksi perdagangan (akad Mubadlo'ah), sedangkan apabila disyaratkan seluruh hasil dari usaha kelola itu hanya untuk pengelola saja maka transaksinya disebut transaksi utang-piutang (akad Qordl).
  • 19. Ahmad Asy Syarbasyi > buku Syafii Antonio (2003:95) • Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sa’ad bin Gharir as Silmi > buku M. Arifin Badri (2010:131) • Mudharabah adalah suatu akad dagang antara dua pihak, pihak pertama sebagai pemodal, sedangkan pihak kedua sebagai pelaksana usaha, dan keuntungan yang diperoleh dibagi antara mereka berdua dalam prosentase yang telah disepakati antara keduanya. (Arifin Badri).
  • 20. Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah Buku II Tentang Akad Bab I Ketentuan Umum Pasal 20 dijelaskan: • Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah1. 1 Nisbah: perbandingan antara aspek kegiatan yang dapat dinyatakan dengan angka, misal perbandingan antara laba dan penjualan; rasio; nisbah = kegiatan (ekonomi): perbandingan yang menunjukkan hasil bagian yang senyatanya telah diselesaikan; nisbah = neraca (ekonomi): perbandingan angka yang diambil dari neraca untuk mengukur keadaan keuangan perusahaan; nisbah = pengisian (teknik): bilangan yang menunjukkan volume atau berat batuan asal yang terledakkan oleh setiap pon bahan bahan peledak; nisbah = pengupasan (teknik): perbandingan antara jumlah volume lapisan penutup yang perlu disingkirkan (dalam meter kubik) untuk memperoleh satu ton bahan galian. (KBBI Luring offline)
  • 21. Dasar Hukum Dan Pensyari'atan akad Mudharabah Prof. Dr.H.Abdul Hadi,M.Ag. > QS.2 Al Baqoroh 198: ًَ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬ًْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ً‫َاح‬‫ن‬ُ‫ج‬ًْ‫ن‬َ‫أ‬‫وا‬ُ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ًْ‫ض‬َ‫ف‬‫ال‬ًْ‫ن‬ِ‫م‬ًْ‫م‬ُ‫ك‬ِِّ‫ب‬ َ‫ر‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ًْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ض‬َ‫ف‬َ‫أ‬ًْ‫ن‬ِ‫م‬ً‫ات‬َ‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫ف‬ًَ ّ‫اَلل‬ًَ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ًِ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ش‬َ‫م‬ْ‫ال‬ًِ‫ام‬َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬‫ا‬ َ‫و‬ًُ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ًْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫د‬َ‫ه‬ًْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ًْ‫ن‬ُ‫ك‬ًْ‫م‬ُ‫ت‬ًْ‫ن‬ِ‫م‬ًِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ًَ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ل‬ًَ‫ين‬ِِّ‫ل‬‫ا‬ّ‫ض‬‫ال‬ "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat."
  • 22. • Hadis Nabi s.a.w. riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah dari 'Amr bin 'Auf al-Muzanni, Nabi s.a.w bersabda: ‫الصلح‬‫جائز‬‫بين‬‫المسلمين‬‫إال‬‫صلحا‬‫م‬ِّ‫حر‬‫حالال‬‫أو‬ًِّ‫ل‬‫أح‬‫حرا‬‫ما‬,‫و‬ ‫المسلمين‬‫على‬‫شروطهم‬‫إال‬‫شرطا‬‫م‬ِّ‫حر‬‫حالال‬‫أو‬ًِّ‫ل‬‫أح‬‫حراما‬(‫رواه‬ ‫الترمذى‬‫عن‬‫عمرو‬‫بن‬‫عوف‬) “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
  • 23. Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili lebih detail ttg pensyariatan akad mudharabah: ‫مشروعية‬‫المضاربة‬:‫اتفق‬‫أئمة‬‫المذاهب‬‫على‬‫جواز‬‫المضاربة‬‫بأدلة‬‫من‬‫القرآن‬‫والسنة‬ ‫واإلجماع‬،‫والقياس‬‫إال‬‫أنها‬‫مستثناة‬‫من‬‫الغرر‬‫واإلجارة‬‫المجهولة‬.‫أما‬‫القرآن‬:‫فقوله‬‫تعال‬‫ى‬: {‫وآخرون‬‫يضربون‬‫في‬‫األرض‬‫يبتغون‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬}[‫المزمل‬:20/73]‫والمضارب‬:‫يضرب‬ ‫في‬‫األرض‬‫يبتغي‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬‫عز‬،‫وجل‬‫وقوله‬‫سبحانه‬:{‫فإذا‬‫قضيت‬‫الصالة‬‫فان‬‫تشروا‬‫في‬ ‫األرض‬‫وابتغوا‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬}[‫الجمعة‬:10/62].‫فهذه‬‫اآليات‬‫بعمومها‬‫تتناول‬‫إطالق‬‫العمل‬ ‫في‬‫المال‬‫بالمضاربة‬. __________ ‫المراجع‬‫السابقة‬. Pensyari'atan akad Mudharabah: Para Imam Madzhab sepakat terhadap hukum kebolehan akad Mudharabah berdasarkan dalil-dalil dari Al Quran, As Sunnah, Ijma' dan Qiyas, namun harus terhindar dari modus penipuan dan system upah yang tidak jelas.
  • 24. Al Quran Surat 73 Al Muzzammil ayat 20: ‫وآخرون‬‫يضربون‬‫في‬‫األرض‬‫يبتغون‬‫من‬‫فضل‬‫هللا‬-‫المزمل‬20/73 " …. dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah". ‫وأما‬‫السنة‬:‫فما‬‫روى‬‫ابن‬‫عباس‬‫رضي‬‫هللا‬‫عنهما‬‫أنه‬‫قال‬:‫كان‬‫س‬‫يدنا‬ ‫العباس‬‫بن‬‫عبد‬‫المطلب‬‫إذا‬‫دفع‬‫المال‬‫مضاربة‬‫اشترط‬‫على‬‫ص‬‫احبه‬ ‫أن‬‫ال‬‫يسلك‬‫به‬،‫ا‬‫ا‬‫بحر‬‫وال‬‫ينزل‬‫به‬،‫ا‬‫ا‬‫وادي‬‫واليشتري‬‫به‬‫دا‬‫بة‬‫ذات‬‫كبد‬ ،‫رطبة‬‫فإن‬‫فعل‬‫ذلك‬،‫ضمن‬‫فبلغ‬‫شرطه‬‫رسول‬‫هللا‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬ ،‫وسلم‬‫فأجازه‬(1)،‫وروى‬‫ابن‬‫ماجه‬‫عن‬‫صهيب‬‫رضي‬‫هللا‬‫عنه‬‫أن‬ ‫النبي‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬‫وسلم‬‫قال‬:‫ثالث‬‫فيهن‬‫البركة‬:‫الب‬‫يع‬‫إلى‬،‫أجل‬ ،‫والمقارضة‬‫ط‬ْ‫َل‬‫خ‬‫و‬ًِّ‫ر‬ُ‫ب‬‫ال‬‫بالشعير‬‫للبيت‬‫ال‬‫للبيع‬(2).
  • 25. Dasar dari As Sunnah adalah: • Riwayat dari Ibnu Abbas r.a. beliau berkata: Pernah Al Abbas bin Abdul Muththalib apabila menyerahkan modal dengan akad Mudharabah, beliau menentukan persyaratan terhadap pengelola modalnya agar tidak menyeberangi laut dengan membawa modal itu, dan tidak menuruni lembah dengan membawa modal itu, serta modal itu tidak dibelikan binatang ternak, maka kalau dia melanggar persyaratan itu harus menanggung sendiri resikonya, maka sampailah kepada Rasulullah s.a.w. tentang persyaratan itu dan ternyata beliau s.a.w. membolehkannya. • Riwayat dari Ibnu Majah dari Shuhaib r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiga perkara di dalamnya terdapat barokah yaitu: jual beli dengan system pembayaran tunda, pengelolaan modal dengan system muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan keluarga bukan untuk diperjual-belikan".
  • 26. ‫وأما‬‫اإلجماع‬:‫فما‬‫روي‬‫عن‬‫جماعة‬‫من‬‫الصحابة‬‫أنهم‬‫دفعوا‬‫مال‬‫اليتيم‬ ‫مضاربة‬(3)‫ولم‬‫ينكر‬‫عليهم‬،‫أحد‬‫فكان‬،‫ا‬‫ا‬‫إجماع‬‫وروي‬‫أن‬‫عبد‬‫هللا‬‫وع‬‫بيد‬ ‫هللا‬‫ابني‬‫عمر‬‫بن‬‫الخطاب‬‫رضي‬‫هللا‬‫عنهما‬‫خرجا‬‫في‬‫جيش‬‫العراق‬،‫فلما‬ ‫قفال‬‫مرا‬‫على‬‫عامل‬‫لعمر‬:‫وهو‬‫أبو‬‫موسى‬،‫األشعري‬‫فرحب‬‫بهما‬ ،‫وسهل‬‫وقال‬:‫لو‬‫أقدر‬‫لكما‬‫على‬‫أمر‬‫أنفعكما‬‫به‬،‫لفعلت‬‫ثم‬‫قال‬:‫ب‬‫لى‬‫ههنا‬ ‫مال‬‫من‬‫مال‬،‫هللا‬‫أريد‬‫أن‬‫أبعث‬‫به‬‫إلى‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫فكم‬ِ‫ل‬‫س‬ُ‫فأ‬،‫ا‬‫فتبتاعان‬ ‫به‬ً‫ا‬‫ا‬‫متاع‬‫من‬‫متاع‬،‫العراق‬‫ثم‬‫تبيعانه‬‫في‬،‫المدينة‬‫وتوفران‬‫رأ‬‫س‬‫المال‬ ‫إلى‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫ويكون‬‫لكما‬‫ربحه‬. ________ (1)‫رواه‬‫الطبراني‬‫في‬‫األوسط‬‫عن‬‫ابن‬‫عباس‬.‫قال‬‫الهيثمي‬:‫وفيه‬‫أبو‬‫الجارود‬‫األعمى‬‫وهو‬‫متروك‬‫كذاب‬(‫راجع‬ ‫مجمع‬‫الزوائد‬:161/4). (2)‫إسناده‬‫ضعيف‬(‫راجع‬‫سبل‬‫السالم‬:76/3)‫والحق‬‫ما‬‫قال‬‫ابن‬‫حزم‬‫في‬‫مراتب‬‫اإلجماع‬:«‫كل‬‫أبواب‬‫الفقه‬‫لها‬ ‫أصل‬‫من‬‫الكتاب‬‫أو‬‫السنة‬‫حاشا‬،‫القراض‬‫فما‬‫وجدنا‬‫له‬ً‫ا‬‫ال‬‫أص‬‫فيهما‬،‫البتة‬‫ولكنه‬‫إجماع‬‫صحيح‬،‫مجرد‬‫و‬‫الذي‬ ‫نقطع‬‫به‬‫أنه‬‫كان‬‫في‬‫عصره‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬‫وسلم‬،‫فعلم‬‫به‬،‫وأقره‬‫ولوال‬‫ذلك‬‫لما‬‫جاز‬»(‫انظر‬‫التلخ‬‫يص‬‫الحبير‬: ‫ص‬255). (3)‫انظر‬‫نصب‬‫الراية‬:113/4.
  • 27. Dasar berupa Ijma' Ulama adalah: • Sebuah riwayat tentang beberapa shahabat Nabi s.a.w. yang menyerahkan harta anak yatim yang mereka kuasai untuk dikelola dengan system akad Mudharabah dan terhadap system tersebut tak seorangpun yang mengingkarinya, maka hal itu berarti ijma' dari shahabat. • Diriwayatkan bahwa Abdullah dan Ubaidullah kedua-duanya putra dari Umar bin Khoththob r.a., mereka berdua pergi bertugas sebagai pasukan menuju Iraq, ketika mereka berdua kembali dari Iraq terus pergi menuju ke pegawai (Gubernur) dari Umar bin Khoththob r.a., yang bernama Abu Musa al Asy'ari, beliau menyambut hangat mereka berdua dengan penuh kekeluargaan dan keakraban, lalu beliau berkata: Seandainya saya mampu membantu kalian berdua dengan sesuatu yang akan memberikan manfaat kepada kalian berdua, niscaya akan kulakukan. Kemudian beliau berkata: Baiklah, disini ada harta milik Allah (Baitul Mal), saya bermaksud mengirimkan harta itu ke Amiril Mukminin (Umar bin Khoththob r.a.) maka saya transaksikan (akad salam) kepada kalian berdua, maka kalian berdua dapat membeli barang dagangan dari Iraq kemudian kalian berdua menjualnya di Madinah, selanjutnya kalian berdua harus menyampaikan seutuhnya modal bisnis itu itu kepada Amiril Mukminin sedangkan keuntungannya untuk kalian berdua.
  • 28. • Lalu kedua-duanya berkata: dengan senang hati kami terima, kemudian beliau melaksanakannya (menyerahkan uangnya) serta menulis surat kepada Amiril Mukminin Umar bin Khoththob r.a. agar mengambil harta (uang setoran) tersebut dari keduanya, ketika keduanya menghaturkan modal jual belinya beserta labanya lalu Umar berkata: apakah semua pasukan tentara itu telah berbuat sebagaimana yang kalian berdua lakukan? lalu Umar berkata: Jangan berbuat demikian. lalu Umar berkata (lagi):
  • 29. ‫فقاال‬:،‫وددنا‬،‫ففعل‬‫فكتب‬‫إلى‬‫عمر‬‫أن‬‫يأخذ‬‫منهما‬،‫المال‬‫فلما‬‫قدما‬‫باعا‬،‫وربحا‬‫فقال‬‫عمر‬:‫أك‬‫ل‬‫الجيش‬ ‫قد‬‫أسلف‬‫كما‬‫أسلفكما؟‬‫فقال‬:‫ال‬.‫فقال‬‫عمر‬:‫ابنا‬‫أمير‬‫المؤمنين‬‫فأسلفكما‬!!‫ِّيا‬‫د‬‫فأ‬‫المال‬‫و‬،‫ربحه‬‫فأما‬‫عبد‬ ‫هللا‬،‫فسكت‬‫وأما‬‫عبيد‬‫هللا‬‫فقال‬:‫يا‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫لو‬‫هلك‬‫المال‬‫ضمناه‬.‫فقال‬:،‫أدياه‬‫فسك‬‫ت‬‫عبد‬،‫هللا‬ ‫وراجعه‬‫عبيد‬،‫هللا‬‫فقال‬‫رجل‬‫من‬‫جلساء‬‫عمر‬:‫يا‬‫أمير‬،‫المؤمنين‬‫لو‬‫جعلته‬ً‫ا‬‫ا‬‫قراض‬(‫أي‬‫لو‬‫عم‬‫لت‬‫بحكم‬ ‫المضاربة‬:‫وهو‬‫أن‬‫يجعل‬‫لهما‬،‫النصف‬‫ولبيت‬‫المال‬‫النصف‬)‫فرضي‬،‫عمر‬‫وأخذ‬‫رأس‬‫المال‬‫ون‬‫صف‬ ،‫ربحه‬‫وأخذ‬‫عبد‬‫هللا‬‫وعبيد‬‫هللا‬‫نصف‬‫ربح‬‫المال‬(1).‫وأثبت‬‫ابن‬‫تيمية‬‫مشروعية‬‫المضاربة‬‫باإلجماع‬ ‫القائم‬‫على‬‫النص‬،‫فإن‬‫المضاربة‬‫كانت‬‫مشهورة‬‫بينهم‬‫في‬‫الجاهلية‬‫ال‬‫سيما‬،‫قريش‬‫فإن‬‫األ‬‫غلب‬‫كان‬ ‫عليهم‬،‫التجارة‬‫وكان‬‫أصحاب‬‫األموال‬‫يدفعونها‬‫إلى‬،‫العمال‬‫ورسول‬‫هللا‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬‫وس‬‫لم‬‫قد‬‫سافر‬ ‫بمال‬‫غيره‬‫قبل‬،‫النبوة‬‫كما‬‫سافر‬‫بمال‬،‫خديجة‬‫والعير‬‫التي‬‫كان‬‫فيها‬‫أبو‬‫سفيان‬‫كان‬‫أكث‬‫رها‬‫مضاربة‬‫مع‬ ‫أبي‬‫سفيان‬،‫وغيره‬‫فلما‬‫جاء‬‫اإلسالم‬‫أقرها‬‫رسول‬‫هللا‬‫ى‬ِّ‫ل‬‫ص‬‫هللا‬‫عليه‬،‫وسلم‬‫وكان‬‫أصحاب‬‫ه‬‫يسافرون‬ ‫بمال‬‫غيره‬،‫مضاربة‬‫ولم‬‫ينه‬‫عن‬،‫ذلك‬‫والسنة‬:‫قوله‬‫وفعله‬،‫وإقراره‬‫فلما‬‫أقرها‬‫كانت‬‫ثابتة‬‫ب‬‫السنة‬(2). __________ (1)‫أخرجه‬‫مالك‬‫في‬‫الموطأ‬‫عن‬‫زيد‬‫بن‬‫أسلم‬‫عن‬،‫أبيه‬‫وعن‬‫مالك‬‫رواه‬‫الشافعي‬‫في‬،‫مسنده‬‫ومن‬‫طريق‬‫الش‬‫افعي‬ ‫رواه‬‫البيهقي‬‫في‬«‫المعرفة‬»‫وأخرجه‬‫الدارقطني‬‫في‬‫سننه‬‫عن‬‫عبد‬‫هللا‬‫بن‬‫زيد‬‫بن‬‫أسلم‬‫عن‬‫أبيه‬‫عن‬‫جده‬(‫راجع‬ ‫تنوير‬‫الحوالك‬‫شرح‬‫موطأ‬‫مالك‬:173/2،‫نصب‬‫الراية‬:113/4،‫التلخيص‬‫الحبير‬:‫ص‬254). (2)‫فتاوى‬‫ابن‬‫تيمية‬:195/19‫ومابعدها‬.
  • 30. Lalu kedua-duanya berkata: dengan senang hati kami terima, kemudian beliau melaksanakannya (menyerahkan uangnya) serta menulis surat kepada Amiril Mukminin Umar bin Khoththob r.a. agar mengambil harta (uang setoran) tersebut dari keduanya, ketika keduanya menghaturkan modal jual belinya beserta labanya lalu Umar berkata:apakah semua pasukan tentara itu telah berbuat sebagaimana yang kalian berdua lakukan? lalu Umar berkata: Jangan berbuat demikian. lalu Umar berkata (lagi): Kedua anak Amiril Mukminin, dia telah melakukan transaksi bisnis akad salam dengan kalian berdua!! kembalikan modal dan labanya. Abdullah bersikap diam saja sedangkan Ubaidullah berkata: Wahai Amirul Mukminin, seandainya harta itu rusak kami akan menggantinya. Umar berkata lagi: kembalikan harta itu, Abdullah diam saja sedangkan Ubaidullah (hendak) mengembalikan harta itu ke Abu Musa Al Asy'ari selaku Gubernur Iraq, kemudian seseorang dari Majelis Umar itu berkata (usul): Wahai Amiril Mukmini, bagaimana kalau anda jadikan harta itu sebagai transaksi dengan aqad Qiradh (maksudnya: bagaimana kalau anda jadikan harta itu sebagai transaksi dengan aqad Mudharabah yaitu menjadikan hasil (laba) untuk keduanya (Abdullah dan Ubaidullah selaku pengelola / mudlorib) adalah seperdua sedangkan untuk Baitulmal juga seperdua), lalu Umar setuju dan mengambil modalnya dan separuh labanya, sedangkan Abdullah dan Ubaidullah mengambil seperdua dari labanya.
  • 31. • Dan Ibnu Taimiyah menetapkan pensyari'atan Akad Mudharabah itu berdasarkan Ijma' shahabat yang didasarkan pada Nash syar'i, karena sesungguhnya system akad Mudharabah itu sejak dahulu sudah termasyhur di kalangan mereka di zaman jahiliyah utamanya di kalangan suku Quraisy, karena perekonomian yang paling menonjol di kalangan mereka saat itu adalah perniagaan, dan para pemilik modal menyerahkan modalnya kepada para pengelola modal (developers), • dan Rasulullah s.a.w. sendiri pergi berniaga dengan modal dari orang lain sebelum beliau s.a.w. menjadi nabi, pernah beliau s.a.w. pergi berniaga dengan modal milik Khodijah, Kafilah dagang yang diikuti oleh Abu Sufyan, beliau s.a.w. lebih banyak melakukan akad Mudharabah dengan Abu Sufyan dan juga lainya, ketika Islam datang, Rasulullah s.a.w. menetapkan (membolehkan/membenarkan) akad Mudharabah. • Para sahabat beliau s.a.w. pernah pergi berniaga dengan membawa (mengelola) harta (modal) orang lain dengan transaksi Mudharabah dan beliau tidak mencegah mereka melaksanakan akad tersebut, dan Sunnah itu adalah ucapan, perbuatan dan taqrir (ketetapan) beliau s.a.w. maka ketika beliau s.a.w. menetapkannya berarti akad Mudharabah itu telah disyari'atkan secara pasti berdasarkan As -Sunnah.
  • 32. ‫وأما‬‫القياس‬:‫فالمضاربة‬‫قيست‬‫على‬‫المساقاة‬‫لحاجة‬‫الناس‬،‫إليها‬‫ألن‬‫النا‬‫س‬‫بين‬ ‫غني‬،‫وفقير‬‫واإلنسان‬‫قد‬‫يكون‬‫له‬،‫مال‬‫لكنه‬‫ال‬‫يهتدي‬‫إلى‬‫أوجه‬‫التصرف‬ ‫والتجارة‬،‫به‬‫وهناك‬‫من‬‫ال‬‫مال‬،‫له‬‫لكنه‬‫مهتد‬‫في‬،‫التصرفات‬‫فكان‬‫في‬‫تش‬‫ريع‬‫هذا‬ ‫العقد‬‫تحقيق‬،‫للحاجتين‬‫وهللا‬‫تعالى‬‫ما‬‫شرع‬‫العقود‬‫إال‬‫لمصالح‬‫العباد‬‫ودفع‬ ‫حوائجهم‬(1). Dasar berupa Qiyas (Analogi) adalah: Akad Mudharabah diqiyaskan kepada akad musaqoh karena kebutuhan masyarakat terhadapnya, karena sesungguhnya manusia itu berada dalam keadaan kaya dan fakir, kadang manusia itu mempunyai modal namun dia tidak pandai mengelolanya (mentashorrufkannya) dan tidak pandai berdagang dengan modal itu. Disanalah kesempatan bagi orang yang tidak punya modal namun dia pandai dan terampil mengelola dipelbagai perdagangan, maka dalam pensyari'atan akad Mudharabah ini sebagai sarana nyata bagi kedua kelompok tersebut di atas. Dan Allah s.w.t. tidak mensyari'atkan beberapa akad kecuali demi kemaslahatan bagi para hamba serta untuk memenuhi kebutuhan mereka.
  • 33. ‫وحكمة‬‫مشروعية‬‫المضاربة‬:‫تمكين‬‫الناس‬‫من‬‫تنمية‬‫األموال‬‫وتحقيق‬‫التعا‬‫ون‬ ،‫بينهم‬‫وضم‬‫الخبرات‬‫والمهارات‬‫إلى‬‫رؤوس‬‫األموال‬‫لتحقيق‬‫أطيب‬‫الثمرات‬. • Hikmah dibalik pensyari'atan akad Mudharabah: Memberikan peluang bagi manusia untuk mengembangkan harta benda (dana/modal) dan memanisfestasikan sikap saling membantu di antara mereka serta dapat mengumpulkan beberapa informasi dan keterampilan / kemahiran (untuk diterapkan) kepada modal pokok untuk mencapai hasil (laba) yang paling baik.
  • 34. Rukun akad Mudharabah Prof.Dr.H.Wahbah Az Zuhaili menjelaskan rukun akad mudharabah sebagai berikut: ‫ركن‬‫المضاربة‬‫وألفاظها‬‫ونوعاها‬:‫ركن‬‫عقد‬‫المضاربة‬‫عند‬‫الحنفية‬:‫هو‬‫اإليج‬‫اب‬ ،‫والقبول‬‫بألفاظ‬‫تدل‬‫عليهما‬. ‫فألفاظ‬‫اإليجاب‬:‫هي‬‫لفظ‬‫المضاربة‬‫والمقارضة‬،‫والمعاملة‬‫وما‬‫يؤدي‬‫معاني‬‫ه‬‫ذه‬ ‫األلفاظ‬‫بأن‬‫يقول‬‫رب‬‫المال‬:(‫خذ‬‫هذا‬‫المال‬‫مضاربة‬‫على‬‫أن‬‫ما‬‫رزق‬‫هللا‬‫عز‬‫وج‬‫ل‬ ‫من‬‫ربح‬‫فهو‬‫بيننا‬‫على‬‫كذا‬‫من‬‫نصف‬‫أو‬‫ربع‬‫أو‬‫ثلث‬‫أو‬‫غير‬‫ذلك‬‫من‬‫األجز‬‫اء‬ ‫المعلومة‬). ‫وكذا‬‫إذا‬‫قال‬:‫مقارضة‬‫أو‬،‫معاملة‬‫أو‬‫قال‬(‫خذ‬‫هذا‬‫المال‬‫واعمل‬‫به‬‫على‬‫أن‬‫ما‬ ‫رزق‬‫هللا‬‫من‬‫شيء‬‫فهو‬‫بيننا‬‫على‬‫كذا‬)‫ولم‬‫يزد‬‫على‬‫هذا‬‫فهو‬،‫جائز‬‫ألنه‬‫أتى‬‫بلفظ‬ ‫يؤدي‬‫معنى‬‫هذا‬،‫العقد‬‫والعبرة‬‫في‬‫العقود‬،‫لمعانيها‬‫ال‬‫لصور‬‫األلفاظ‬. ‫وألفاظ‬‫القبول‬:‫هي‬‫أن‬‫يقول‬‫العامل‬‫المضارب‬:،‫أخذت‬‫أو‬‫رضيت‬‫أو‬،‫قبلت‬ ‫ونحوها‬.‫وإذا‬‫توافر‬‫اإليجاب‬‫والقبول‬‫انعقد‬‫العقد‬(2). __________ (1)‫البدائع‬:79/6،‫تكملة‬‫فتح‬‫القدير‬:58/7،‫المبسوط‬:18/22،‫المهذب‬:384/1،‫مغني‬‫المحتاج‬:309/2. (2)‫البدائع‬:79/6‫ومابعدها‬.
  • 35. Rukun dan lafadh Mudharabah serta macam-macam rukun dan lafadh Mudharabah: • Rukun akad Mudharabah menurut Ulama' Hanafiyah adalah Ijab dan Qobul dengan lafadh-lafadh yang menunjuk kepada Ijab dan Qobul. • Maka lafadh-lafadh ijab adalah lafadh Mudharabah, muqaradhah dan mu'amalah serta lafadh yang mengarah kepada pengertian dari lafadh-lafadh ini seperti perkataan pemilik modal: "Ambillah uang ini dengan akad Mudharabah dengan ketentuan bahwa suatu hasil / laba yang diberikan Allah maka dibagi antara kita dengan nisbah / prosentase setengah, seperempat atau sepertiga atau selainnya yang berupa bagian yang pasti". • Demikian pula apabila pemilik modal berkata: Muqaradhah atau mu'amalah atau berkata "Ambillah uang ini dengan akad Mudharabah dengan ketentuan bahwa suatu hasil / laba yang diberikan Allah maka dibagi antara kita dengan nisbah / prosentase sekian", dan tidak menambah kata-kata lagi, maka ijab semacam itu boleh (sah), karena sudah menggunakan lafadh (kata-kata) yang mengarah kepada pengertian akad ini, karena yang di pakai / dikehendaki dalam suatu transaksi itu adalah makna / tujuan dari transaksi itu bukan bentuk lafad-lafadhnya (redaksinya); • Dan Lafadh Qobul (Kata-kata penerimaan) adalah hendaklah pengelola Mudharabah (mudlorib) mengatakan (baiklah) saya ambil atau saya setuju atau saya terima dan lain sebagainya. Apabila ijab dn qobul telah sempurna maka transaksi tersebut telah mengikat (bagi kedua belah pihak).
  • 36. •‫وأركان‬‫المضاربة‬‫عند‬‫الجمهور‬‫ثالثة‬:‫عاقدان‬(‫مالك‬‫وعامل‬)‫ومعقود‬‫علي‬‫ه‬ (‫رأس‬،‫المال‬‫والعمل‬‫والربح‬)،‫وصيغة‬(‫إيجاب‬‫وقبول‬) •‫وعدها‬‫الشافعية‬‫خمسة‬:‫مال‬‫وعمل‬‫وربح‬(1)‫وصيغة‬‫وعاقدان‬. • Dan rukun Mudharabah menurut jumhur ulama ada tiga yaitu Kedua belah pihak yang bertransaksi (pemilik modal dan pengelola), objek transaksi (modal, bentuk usaha dan laba), dan shighot (ijab dan Kabul). • Ulama Syafiiyyah menghitung rukun Mudharabah menjadi lima yaitu modal, bentuk usaha, laba, shighot (MoU) dan kedua belah pihak yang bertransaksi.
  • 37. Macam-Macam Akad Mudharabah Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili menjelaskan tentang macam-macam akad mudharabah: ‫نوعاها‬:‫المضاربة‬‫نوعان‬:‫مطلقة‬‫ومقيدة‬(2): ‫فالمطلقة‬:‫هي‬‫أن‬‫يدفع‬‫شخص‬‫المال‬‫إلى‬‫آخر‬‫بدون‬،‫قيد‬‫ويقول‬:«‫دفعت‬‫هذا‬‫المال‬‫إلىك‬‫مضاربة‬‫على‬‫أن‬‫الر‬‫بح‬‫بيننا‬ ‫كذا‬‫مناصفة‬‫أو‬،‫ا‬‫ا‬‫أثالث‬‫ونحو‬‫ذلك‬»‫أو‬‫هي‬‫أن‬‫يدفع‬‫المال‬‫مضاربة‬‫من‬‫غير‬‫تعيين‬‫العمل‬‫والمكان‬‫والزمان‬‫و‬‫صفة‬ ‫العمل‬‫ومن‬‫يعامله‬. ‫والمقيدة‬:‫هي‬‫أن‬‫يعين‬ً‫ا‬‫ا‬‫شيئ‬‫من‬‫ذلك‬‫أو‬‫أن‬‫يدفع‬‫إلى‬‫آخر‬‫ألف‬‫دينار‬ً‫ا‬‫ال‬‫مث‬‫مضاربة‬‫على‬‫أن‬‫يعمل‬‫بها‬‫في‬‫بلدة‬،‫معينة‬‫أو‬ ‫في‬‫بضاعة‬،‫معينة‬‫أو‬‫في‬‫وقت‬،‫معين‬‫أو‬‫ال‬‫يبيع‬‫وال‬‫يشتري‬‫إال‬‫من‬‫شخص‬‫معين‬.‫وهذان‬‫النوعان‬‫األخيران‬(‫حالة‬ ‫التأقيت‬‫وتخصيص‬‫شخص‬)‫جائزان‬‫عند‬‫أبي‬‫حنيفة‬،‫وأحمد‬‫وغير‬‫جائزين‬‫عند‬‫مالك‬‫والشافعي‬.‫وكذلك‬‫ي‬‫جوز‬ ‫إضافتها‬‫إلى‬‫المستقبل‬‫عند‬‫األولين‬‫وال‬‫يجوز‬‫عند‬‫اآلخرين‬‫كأن‬‫يقول‬‫رب‬‫المال‬:‫ضارب‬‫بهذا‬‫المال‬‫ابتدا‬‫ء‬‫من‬‫الشهر‬ ‫اآلتي‬.‫وأما‬‫تعليق‬‫المضاربة‬‫على‬‫شرط‬‫كما‬‫إذا‬‫قال‬‫صاحب‬‫المال‬:‫إذا‬‫جاءك‬‫فالن‬‫بالدين‬‫الذي‬‫لي‬‫في‬‫ذمته‬(‫ومقداره‬ ‫ألف‬‫دينار‬)‫وسلمك‬‫إياه‬‫فضارب‬،‫به‬‫فقد‬‫أجازه‬‫الحنابلة‬‫والزيدية‬‫ولم‬‫يجزه‬‫الحنفية‬‫والمالكية‬‫والشافع‬‫ية؛‬‫ألن‬‫المضاربة‬ ‫تفيد‬‫تمليك‬‫جزء‬‫من‬،‫الربح‬‫والتمليك‬‫ال‬‫يقبل‬‫التعليق‬(3). ‫ويشترط‬‫في‬‫المضاربة‬‫عند‬‫الشافعية‬‫والمالكية‬‫أن‬‫تكون‬،‫مطلقة‬‫فال‬‫تصح‬‫مقيدة‬‫بنوع‬‫معين‬‫من‬‫التج‬،‫ارة‬‫وال‬‫بشخص‬ ،‫معين‬‫وال‬‫ببلد‬‫معين‬.‫وال‬‫يشترط‬‫تعيين‬‫مدة‬،‫فيها‬‫فإن‬‫عينت‬‫مدة‬‫ال‬‫يتمكن‬‫فيها‬‫العامل‬‫من‬،‫المتاجرة‬‫فسدت‬،‫الشركة‬ ‫وإن‬‫عينت‬‫مدة‬‫يتمكن‬‫فيها‬‫من‬،‫التجارة‬‫ثم‬‫منع‬‫العامل‬‫من‬،‫الشراء‬‫ولم‬‫يمنع‬‫من‬،‫البيع‬‫صح‬‫ذلك‬‫لتمكنه‬‫م‬‫ن‬‫الربح‬ ‫بالبيع‬. __________ (1)‫البدائع‬:87/6. (2)‫مغني‬‫المحتاج‬:310/2،‫البدائع‬:87/6-98. (3)‫الميزان‬‫للشعراني‬:92/2،‫المغني‬:62/5-63.‫المنتزع‬‫المختار‬‫للزيدية‬:320/3،‫المهذب‬:386/1،‫الشرح‬ ‫الكبير‬‫للدردير‬:521/3،‫غاية‬‫المنتهى‬:173/2،‫كشاف‬‫القناع‬:497/3.
  • 38. Dua macam akad Mudharabah: Mudharabah mutlak dan Mudharabah terbatas. • Mudharabah Mutlak adalah penyerahan modal dari seseorang kepada orang lain tanpa batasan tertentu, dan dia mengatakan: saya serahkan modal ini kepadamu dengan transaksi Mudharabah atas kesepakatan bahwa laba antara kita masing- masing seperdua atau masing-masing sepertiga dan lain sebagainya. Atau pemodal menyerahkan modal dengan akad Mudharabah tanpa menyebutkan secara tegas bentuk usaha, domisili, periode usaha, sifat usaha dan siapa yang melaksanakannya. • Mudharabah Terbatas adalah penyerahan modal dari seseorang kepada orang lain dengan menyatakan batasan-batasan tertentu atau penyerahan seribu dinar kepada orang lain misalnya dengan transaksi Mudharabah dengan ketentuan bahwa modal tersebut harus dikelola di negeri tertentu, untuk mengelola usaha berupa barang komodite tertentu, atau dalam periode usaha tertentu, atau tidak membeli dan tidak menjual kecuali kepada seseorang tertentu. • Kedua macam yang terakhir ini (pembatasan waktu usaha dan penentuan penjual dan pembeli) kedua-duanya dibolehkan menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad, namun tidak dibolehkan menurut Imam Malilk dan Imam Syafi'i. Demikian pula dibolehkan menggantungkan Mudharabah itu kepada sesuatu di masa mendatang menurut kedua Imam yang pertama (Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad) dan tidak boleh menurut kedua Imam yang terakhir (Imam Malilk dan Imam Syafi'i) seperti misalnya: pemilik modal mengatakan: "buatlah transaksi Mudharabah dengan modal ini, dengan dimulai dari bulan depan”.
  • 39. • Dan adapun menggantungkan akad Mudharabah itu kepada suatu syarat tertentu seperti pemodal mengatakan: apabila si fulan datang kepadamu dengan membawa piutang/tagihanku yang menjadi kewajibannya (jumlah tagihannya seribu dinar) dan dia menyerahkan piutang/tagihan itu padamu, maka buatlah transaksi Mudharabah dengan piutang itu, • Ulama Hanabilah dan Ulama Zaidiyah membolehkan transaksi semacam itu namun Ulama Hanafiyah, Ulama Malikiyah dan Ulama Syafi'iyyah tidak membolehkan transaksi semacam itu karena Mudharabah itu memberikan faedah (berdampak hukum) kepemilikan bagian dari laba, dan kepemilikan itu tidak menerima system penggantungan (futuralis). • Dan disyaratkan dalam akad Mudharabah menurut Ulama Syafi'iyah dan Ulama Malikiyah agar bersifat mutlak, maka tidak sah Mudharabah terbatas yang dibatasi dengan suatu bisnis tertentu, person tertentu dan di negeri tertentu. • Dan tidak disyaratkan dalam akad Mudharabah itu dengan menyatakan waktu tertentu, maka apabila akad Mudharabah itu ditentukan waktunya, pengelola tidak leluasa dalam berniaga, maka tertutuplah syirkah itu, dan bilamana ditentukan periode yang memberikan keleluasaan bagi pengelola untuk berbisnis, kemudian pengelola tidak mau melakukan pembelian (kulakan) dan mau melakukan penjualan (saja), sahlah perbuatan itu karena memungkinkan memperoleh laba dari penjualan (barang yang ada saja).
  • 40. Sifat Akad Mudharabah Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili menjelaskan tentang sifat dari akad mudharabah: ‫صفة‬‫عقد‬‫المضاربة‬:‫اتفق‬‫العلماء‬‫على‬‫أن‬‫عقد‬‫المضاربة‬‫قبل‬‫شروع‬‫العامل‬‫في‬‫العمل‬‫غي‬‫ر‬،‫الزم‬ ‫وأنه‬‫لكل‬‫من‬‫المتعاقدين‬‫فسخه‬.‫واختلفوا‬‫فيما‬‫إذا‬‫شرع‬‫العامل‬‫في‬،‫المضاربة‬‫فقال‬‫اإلمام‬‫م‬‫الك‬:‫هو‬ ‫عقد‬‫الزم‬،‫بالشروع‬‫وهوعقد‬،‫يورث‬‫فإن‬‫المضارب‬‫إذا‬‫كان‬‫له‬‫بنون‬‫أمناء‬‫كانوا‬‫في‬‫المضاربة‬‫أ‬‫و‬ ‫القراض‬‫مثل‬،‫أبيهم‬‫وإن‬‫لم‬‫يكونوا‬‫أمناء‬‫كان‬‫لهم‬‫أن‬‫يأتوا‬‫بأمين‬.‫وإن‬‫شرع‬‫العامل‬‫ال‬‫يفسخ‬‫ا‬‫لعقد‬‫حتى‬ ‫ينض‬‫المال‬‫أي‬‫يتحول‬ً‫ا‬‫ا‬‫نقود‬‫ال‬ً‫ا‬‫ا‬‫عروض‬. Sifat Akad Mudharabah: Para Ulama sepakat terhadap akad Mudharabah yang belum ditetapkan pengelolanya dalam suatu usaha maka belum dapat ditetapkan, dan bagi kedua belah pihak yang bertransaksi masing-masing dapat membatalkannya. Dan mereka berbeda pendapat dalam suatu masalah yaitu apabila pengelola sudah ditetapkan dalam akad Mudharabah, dalam hal ini maka Imam Malik berkata: akad itu sudah tetap (dapat dilaksanakan) karena sudah ditetapkan pengelolanya, dan akad itu dapat diwariskan, karena pengelola apabila mempunyai beberapa anak yang dapat dipercaya dan telah berpengalaman dalam akad Mudharabah atau Qiradh seperti ayah mereka, dan bilamana tidak dapat dipercaya maka mereka dapat mendatangkan seseorang yang dapat dipercaya. Dan apabila pengelola telah ditetapkan maka akad itu tidak boleh dibatalkan sepihak sampai harta yang dijadikan modal itu berbentuk uang bukan barang.
  • 41. •‫وقال‬‫أبو‬‫حنيفة‬‫والشافعي‬‫وأحمد‬:‫العقد‬‫غير‬،‫الزم‬‫ولكل‬‫من‬‫العاقدين‬‫الفسخ‬‫إذا‬‫شاء‬،‫وليس‬‫هو‬ ً‫ا‬‫ا‬‫عقد‬‫يورث‬. •‫ومرجع‬‫الخالف‬‫بين‬‫الفريقين‬:‫أن‬‫اإلمام‬‫مالك‬‫جعل‬‫العقد‬ً‫ا‬‫ا‬‫الزم‬‫بعد‬‫الشروع‬‫في‬‫العم‬‫ل‬‫لما‬ ‫يترتب‬‫على‬‫الفسخ‬‫من‬،‫ضرر‬‫فكان‬‫من‬‫العقود‬‫الموروثة‬.‫وأما‬‫الفريق‬‫الثاني‬‫فقد‬‫ش‬‫بهوا‬ ‫الشروع‬‫في‬‫العمل‬‫بما‬‫قبل‬‫الشروع‬‫في‬‫العمل؛‬‫ألن‬‫المضاربة‬‫تصرف‬‫في‬‫مال‬‫الغير‬،‫بإذنه‬ ‫فيملك‬‫كل‬‫واحد‬‫من‬‫العاقدين‬‫فسخ‬،‫العقد‬‫كما‬‫في‬‫الوديعة‬‫والوكالة‬(1). __________ (1)‫انظر‬‫بداية‬‫المجتهد‬:237/2،‫الخرشي‬:223/6،‫ط‬‫ثانية‬:‫البدائع‬:109/6،‫المهذب‬:388/1،‫مغني‬ ‫المحتاج‬:319/2،‫المغني‬:58/5. •‫ولكن‬‫الحنفية‬‫ومن‬‫وافقهم‬‫اشترطوا‬‫لصحة‬‫الفسخ‬‫وانتهاء‬‫المضاربة‬‫علم‬‫المتعاقد‬‫ا‬‫آلخر‬ ،‫بالفسخ‬‫كما‬‫في‬‫سائر‬‫أنواع‬،‫الشركات‬‫وأن‬‫يكون‬‫عند‬‫الحنفية‬‫رأس‬‫المال‬ً‫ا‬‫ا‬‫ناض‬‫أي‬ً‫ا‬‫ا‬‫نقود‬(1) ‫وقت‬،‫الفسخ‬‫فإن‬‫كان‬‫من‬‫العروض‬‫من‬‫قار‬َ‫ع‬‫أو‬،‫منقول‬‫لم‬‫يصح‬‫الفسخ‬‫عندهم‬.
  • 42. • Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Akad semacam itu tidak dapat dilaksanakan, dan bagi masing-masing dari kedua belah pihak yang bertransaksi dapat membatalkannya bila menghendaki, dan akad seperti bukanlah akad yang dapat diwariskan. Alasan perbedaan pandangan dari kedua kelompok tersebut adalah: Bahwa Imam Malik menjadikan akad tersebut dapat dilaksanakan sesudah ditetapkan bentuk usahanya karena bila dibatalkan akan memberikan mudlorot, maka akad seperti itu termasuk akad-akad yang dapat diwariskan. • Sedangkan kelompok yang kedua telah menyamarkan (belum jelas) antara telah ditetapkan bentuk usahanya dengan belum ditetapkan bentuk usahanya, karena akad Mudharabah itu mengelola harta orang lain dengan idzinnya, maka bagi kedua belah pihak yang berakad masing-masing berhak membatalkannya sebagaimana dalam akad wadi'ah (penitipan barang/uang) dan akad wakalah (perwakilan dalam transaksi). • Akan tetapi Ulama Hanafiyah dan Ulama lainnya yang sependapat dengan mereka memberikan persyaratan untuk keabsahan pembatalan itu dan untuk mengakhiri akad Mudharabah itu adalah pembatalan tersebut harus sepengetahuan dari pihak yang bertransaksi, sebagaimana lazimnya dalam berbagai macam kerjasama, disamping itu menurut Ulama Hanafiyah bahwa modal usaha itu harus berwujud uang saat pembatalan, maka bila masih berwujud barang komodite seperti barang tidak bergerak atau barang bergerak, maka pembatalan menurut pandangan mereka tidak sah.
  • 43. •‫وقال‬‫الشافعية‬‫والحنابلة‬:‫إذا‬‫انفسخت‬‫المضاربة‬‫ورأس‬‫المال‬،‫عروض‬‫فاتفق‬‫المت‬‫عاقدان‬ ‫على‬‫بيعه‬‫أو‬‫قسمته‬‫جاز؛‬‫ألن‬‫الحق‬‫لهما‬‫ال‬‫يعدوهما‬.‫وإن‬‫طلب‬‫العامل‬،‫البيع‬‫وأبى‬‫رب‬ ،‫المال‬‫أجبر‬‫رب‬‫المال‬‫على‬‫البيع؛‬‫ألن‬‫حق‬‫العامل‬‫في‬،‫الربح‬‫وهو‬‫ال‬‫يحصل‬‫إال‬‫بالب‬‫يع‬(2). • Ulama Syafi'iyah dan Ulama Hanabilah berpendapat: Apabila akad Mudharabah telah terjadi pembatalan sedangkan modalnya masih berwujud barang-barang komodite, kemudian kedua belah pihak bersepakat untuk menjuanya atau membaginya, hal itu boleh, karena yang berhak atas komodite itu mereka berdua yang tidak akan …. mereka berdua. Apabila pengelola meminta untuk menperjual- belikan modal sedangkan pemodal tidak mengijinkannya, maka pengelola berhak memaksa pemodal untuk menperjual-belikan modal karena hak pengelola berupa laba, dan laba tidak akan diperoleh kecuali dengan meniagakan modal.
  • 44. Pengelola Mudharabah Berbilang Apabila pengelola akad mudharabah terdiri dari beberapa orang / pihak, dalam hal semacam ini Prof. Dr. H. Wahbah Az Zuhaili menjelasan sebagai berikut: ‫تعدد‬‫المضارب‬:‫قال‬‫المالكية‬(3):‫إذا‬‫تعدد‬‫عامل‬،‫القراض‬‫فإن‬‫الربح‬‫يوزع‬‫عليهم‬‫على‬‫قدر‬‫العمل‬ ‫كشركاء‬،‫األبدان‬‫أي‬‫فيأخذ‬‫كل‬‫منهما‬‫من‬‫الربح‬‫بقدر‬،‫عمله‬‫فال‬‫يجوز‬‫أن‬‫يتساويا‬‫في‬‫الع‬،‫مل‬‫ويختلفا‬ ‫في‬،‫الربح‬‫أو‬،‫بالعكس‬‫بل‬‫الربح‬‫على‬‫قدر‬‫العمل‬‫على‬‫المشهور‬. • Berbilang Pengelola: Ulama Malikiyah berkata: Apabila pengelola dalam akad Qiradh terdiri dari beberapa pengelola, maka labanya dibagi-bagi kepada pengelola sesuai dengan kadar/porsi pekerjaannya seperti kerjasama dalam bentuk tenaga, yaitu setiap masing-masing dari kedua belah pihak yang bertransaksi mengambil dari laba itu sesuai dengan kadar/porsi pekerjaannya, maka kedua belah pihak yang bertransaksi tidak boleh sama rata dalam pengelolaan namun berbeda dalam mendapatkan laba atau sebaliknya, bahkan keuntungan itu harus sesuai dengan kadar pekerjaan, berdasarkan pendapat yang masyhur (terkenal/pada umumnya).
  • 45. Kritik Terhadap Praktek Perbankan Syari'ah • Maraknya perkembangan bank-bank syari'ah belakangan ini menggambarkan adanya potensi pasar perbankan syari'ah di Indonesia. Hal ini yang seolah bisa menjadi indikator telah muncul kesadaran sebagian umat Islam di Indonesia terhadap penerapan syari'ah Islam dalam kehidupan bermu'amalah yang bebas dari riba dan meninggalkan aktifitas bisnis haram lainnya. • Bank-bank konvensional yang lebih dahulu hadir dianggap tidak mampu mengakomodir tuntutan perubahan sistem yang diharapkan umat Islam selain masih rentan menggunakan sistem ribawi, bank konvensional juga nyata-nyata masih tidak memperdulikan pemutaran uang nasabah apakah untuk investasi dalam bisnis yang dihalalkan atau diharamkan menurut ketentuan syariat Islam. • Di saat umat Islam mulai menyadari dengan kebutuhan tersebut maka saat itulah mulai muncul perbankan syari'ah yang berupaya menyelaraskan praktek perbankan dengan ajaran Islam serta meninggalkan berbagai aktifitas yang lazim dilakukan oleh bank-bank ribawi (bank konvensional) yang sarat dengan praktek riba dan aktifitas investasi pada objek yang diharamkan agama.
  • 46. • Jika ditelusuri ke belakang mengapa bank syari'ah atau bank Islam itu diperlukan, maka hal itu lebih kepada adanya kebutuhan umat Islam dalam mengikuti perkembangan zaman dan pesatnya laju perekonomian yang banyak bergantung dengan aktifitas perbankan. Maka para konseptor perbankan syari'ah (Islamic Bank) berupaya melakukan penyelarasan sistem perbankan agar akad dan pelaksanaannya bersesuaian dengan hukum Islam (Syari’ah). • Sistem yang digunakan dalam bank konvensional telah terbukti secara nyata tidak mengindahkan berbagai larangan dalam ketentuan syari'ah Islam semisal meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), padahal telah diketahui bersama berdasar kesepakatan para ahli ilmu (agama) / ahli fikih bahwa dalam akad mu'amalah pinjam meminjam di dalam ketentuan syariat Islam tidak dibolehkan di dalamnya dimasukkan unsur komersiil atau pengambilan keuntungan, hal ini disebabkan bahwa keuntungan dari transaksi pinjam meminjam adalah riba. • Oleh karena itu para ulama menegaskan hal tersebut dalam sebuah kaidah yang sangat masyhur dalam ilmu fikih yaitu “Setiap piutang yang mendatangkan kemanfaatan/keuntungan, maka itu adalah riba” (baca alMuhadzdzab oleh asySyairazi 1/304, alMughni oleh Ibnu Qudamah 4/211 & 213, Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 29/533, Ghamzu ‘Uyun al-Basha’ir 5/187, asy-Syarhul Mumthi’ 9/108-109 dan lain-lain).
  • 47. • Selain sarat dengan aktifitas riba, aktifitas bank konvensional pun tak lepas dari berbagai aktifitas transaksi yang melanggar larangan agama Islam. Bank konvensional masih berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram) serta belum terverifikasi akan kehalalan bisnisnya karena memang tidak ada institusi maupun unsur dalam bank konvensional yang melakukan verifikasi halal haramnya suatu objek bisnis. Maka pada aktifitas bank konvensional tidak luput pula dari hal-hal sebagai berikut seperti bisnis yang mengandung unsur perjudian (maisir), unsur ketidakpastian (ghoror), minuman keras, industri/produksi makanan/minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami dan lain- lain yang dilarang dalam syari'ah Islam. • Sebagaimana telah kita pahami bahwa sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin lenyapnya hal-hal tersebut dalam semua jalur investasinya, maka berbisnis pada sesuatu yang diharamkan maka penghasilannya juga merupakan keharaman dan sudah sepatutnya sebagai muslim wajib untuk menjauhinya, maka bermu'amalah dengan bank konvensional bisa dipahami baik sengaja ataupun tidak, berarti kita menolong sistem yang tidak mematuhi nilai-nilai Islam. • Fatwa ulama Islam pun melarang bermu'amalah dengan bank konvensional terkecuali pada hal-hal tertentu yang tidak mengandung riba dan belum ada solusi dari lembaga keuangan lain yang lebih islami yang bisa menggantikan kebutuhan umat akan hal kepentingannya saat ini semisal penggunaan jasa transfer antar bank, jasa penitipan barang berharga (safe deposit box) dan lain-lain.
  • 48. • Jika dilihat dari tujuan dan latar belakang kemunculan bank-bank syari'ah tentu sangat pantaslah bank syari'ah itu untuk menuai pujian dan dukungan sebagai institusi perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan jasa perbankan tanpa dihantui dosa riba dan aktifitas terlarang lainnya, namun seiring waktu berjalan, saat terjadinya interaksi di antara praktisi perbankan, pengguna perbankan (nasabah) dengan para ahli ilmu (para ulama) serta kajian-kajian yang mendalam maka sedikit demi sedikit mulai bermunculan temuan berbagai penyimpangan yang terjadi baik pada proses akad mu'amalah berlaku yang diterapkan oleh bank syari'ah maupun konsep dasarnya yang melandasi berdirinya perbankan syari'ah baik dalam produk pendanaan maupun produk pembiayaannya. • Dalam konteks tema ini penulis hanya mengangkat seputar akad mudharabah yang diterapkan oleh bank syari'ah untuk memberi gambaran dan penegasan mengenai kebenaran ada tidaknya penyimpangan praktek akad mudharabah yang di lakukan oleh bank syari'ah, mengingat akad mudharabah merupakan akad mu'amalah paling utama yang melandasi produk perbankan syari'ah.
  • 49. Bank Tidak Siap Menanggung Kerugian • Akad Mudharabah adalah akad yang oleh para ulama telah disepakati kehalalannya. Karena itu, akad ini dianggap sebagai tulang punggung praktek perbankan syari'ah. DSN-MUI telah menerbitkan fatwa No.07/DSN-MUI/IV/2000, yang kemudian menjadi pedoman bagi praktek perbankan syari'ah. • Tapi, lagi-lagi, praktek bank syari'ah perlu ditinjau ulang. Pada fatwa dengan nomor tersebut, DSN menyatakan: “LKS (lembaga Keuangan Syari'ah) sebagai penyedia dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.” (Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional MUI). • Praktek perbankan syari'ah di lapangan masih jauh dari apa yang di fatwakan oleh DSN. Andai perbankan syari'ah benar-benar menerapkan ketentuan ini, niscaya masyarakat berduyun-duyun mengajukan pembiayaan dengan skema mudharabah. • Dalam waktu singkat pertumbuhan perbankan syari'ah akan mengungguli perbankan konvensional. Namun kembali lagi, fakta tidak semanis teori. Perbankan syari'ah yang ada belum sungguh-sungguh menerapkan fatwa DSN secara utuh. Sehingga pelaku usaha yang mendapatkan pembiayaan modal dari perbankan syari'ah, masih diwajibkan mengembalikan modal secara utuh, walaupun ia mengalami kerugian usaha.
  • 50. • Para ulama dari berbagai madzhab telah menegaskan bahwa pemilik modal tidak dibenarkan untuk mensyaratkan agar pelaku usaha memberikan jaminan seluruh atau sebagian modalnya. • Sehingga apa yang diterapkan pada perbankan syari'ah, yaitu mewajibkan atas pelaku usaha untuk mengembalikan seluruh modal dengan utuh bila terjadi kerugian usaha adalah persyaratan yang batil. • Dalam ilmu fikih bila suatu akad terdapat persyaratan yang batil, maka akad persyaratan tersebut tidak sah sehingga masing-masing harus mengembalikan seluruh hak-hak lawan akadnya atau akad tetap dilanjutkan dengan meninggalkan persyaratan tersebut.
  • 51. Nasabah Tidak Siap Menanggung Kerugian • Ketidakpahaman terhadap ilmu syar’i serta mengikuti hawa nafsu mengejar keuntungan bisa jadi masih merupakan domain tersendiri pada kelompok nasabah bank syari'ah, berbekal uang yang akan disetorkan ke bank dapat kita lakukan uji mentalitas, apakah benar berkehendak sesungguhnya sebagai pemodal dalam konsep mudharabah ataukah pemberi piutang kepada bank. • Perhatikan bagaimana sikap mental nasabah jika operator bank syari'ah menyatakan usaha yang dikelola bank merugi sehingga dana nasabah yang disetorkan berkurang atau bahkan hangus tak bersisa. • Maka hampir bisa dipastikan umumnya nasabah akan dengan tegas menolak keadaan tersebut dan menginginkan dana yang pernah disetor itu harus aman bila tidak ada bagi hasil maka setidaknya kembali utuh seperti semula. • Pernyataan tersebut membuktikan bahwa sebenarnya mereka adalah pemberi piutang kepada bank syari'ah, bukan pemodal. • Maka keuntungan yang mereka peroleh dari bank dan sebelumnya telah disepakati adalah riba.
  • 52. Semua Nasabah Mendapatkan Bagi Hasil • Bank syari'ah mencampur-adukkan seluruh dana yang masuk kepadanya tanpa dipilah mana yang sudah disalurkan ke usaha bank maupun yang masih beku belum tersalur dibank. • Namun demikian pada setiap akhir bulan seluruh nasabah mendapatkan bagian dari hasil/keuntungan. Karena pertimbangan bank dalam membagi keuntungan adalah total modal bukan keuntungan yang diperoleh dari dana masing-masing nasabah. • Pembagian keuntungan tersebut menjadi masalah besar dalam metode mudharabah yang benar-benar islami. Pembagian hasil kepada nasabah yang dananya belum tersalurkan jelaslah akan merugikan nasabah yang dananya telah tersalurkan. • Dalam konteks ini menjadi fakta perbankan syari'ah sebagaimana dilansir dalam majalah modal bahwa telah terjadi over likuiditas dimana bank syari'ah kebanjiran dana nasabah sebesar 6,62 triliun sementara yang berhasil digulirkan hanya 5,86 triliun sehingga tidak mampu menyalurkan sisanya yang kemudian di simpan di Bank Indonesia dalam sertifikat Wadiah.
  • 53. PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan data, tinjauan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 2. Undang-undang perbankan syari'ah masih memplagiasi kepada aturan perundang-undangan perbankan konvensional. 3. Status ganda bank dengan mudharabah dua pihak dalam mengakomodir peraturan undang-undang perbankan syari'ah yang saat ini diterapkan tidak sesuai dengan fikih mudharabah yang dikenal para ulama. 4. Bank syari'ah dan nasabah sama-sama tidak siap menanggung kerugian maka sesuatu yang musykil dalam menjalani sunnatullah menjalankan usaha yang bisa untung dan rugi. 5. Selama Perbankan syari'ah tidak terjun langsung dalam dunia usaha dan hanya mencukupkan diri sebagai penyalur dana nasabah maka tidak akan pernah terhindar dari riba. 6. Semua nasabah pasti mendapat bagi hasil, jaminan uang nasabah tidak akan mengalami kerugian dan perhitungan bagi hasil yang berbelit-belit tidak sesuai akad mudharabah murni yang diajarkan islam.
  • 54. Saran - Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan adalah: 1. Diperlukan Political will dari pemerintah untuk merevisi undang-undang perbankan syari'ah yang tidak terkait dengan Bank. 2. Pemilahan Nasabah berdasarkan tujuan masing-masing baik yang sekedar mengamankan hartanya, bank syari'ah bisa menerapkan akad utang piutang tanpa bunga dan nasabah yang bertujuan mencari keuntungan dengan investasi melalui perbankan. 3. Perbankan syari'ah langsung terjun ke sektor riil serta memiliki berbagai unit usaha nyata dan menguntungkan, maka dengan ini pula bank akan membuka lowongan kerja baru untuk melengkapi potensi sumber daya manusia bagi bisnis bank. 4. Perbankan menerapkan mudharabah sepihak dengan menerima investasi untuk kemudian membiayai unit usaha riil bank dan tidak menyalurkan lagi ke nasabah dengan skema mudharabah kedua. 5. Memilah pos-pos investasi dari setiap pos-pos investasi para nasabah, masing- masing pos berbeda dari pos-pos lain dalam segenap operasional dan pembukuannya. 6. Melakukan edukasi yang sistematis dan kontinyu terhadap bahaya riba dan menanamkan spirit mu'amalah islami baik terhadap masyarakat maupun pihak yang ingin bekerja pada institusi keuangan islami.
  • 55. DAFTAR REFRENSI 1. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar, "Praktek Akad Dalam Produk & Jasa Perbankan Syariah", OJK, Jakarta, 2014. 2. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar "Kebijakan dan Grand Strategy Pengembangan Industri Jasa Keuangan Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional, MHES PTA UnMuh Sby 1 Nov 2014", OJK, Jakarta, 2014. 3. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar " Kewenangan Pengadilan Agama dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah", OJK, Jakarta, 2014. 4. Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, Bahan Seminar, "Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan untuk Hakim Pengadilan Agama edited", OJK, Jakarta, 2014. 5. Syekh Wahbah Az Zuhaili, "Alfiqhul Islami wa Adillatuhu", Juz V, Maktabah Syamilah, 1429H., update 1435H. 6. Abdur Rahman Al Jaziri, "Al Fiqhu 'alal Madzahibil Arba'ah", juz III, Software Maktabah Syamilah, 1429 H., update 1435 H. 7. Sayyid Sabiq, "Fiqhus Sunnah", juz III, Software Maktabah Syamilah, 1429 H., update 1435 H. 8. Muhammad Syafi’i Antonio, "Bank Syari'ah dari Teori ke Praktik". Jakarta: Gema Insani Press, 2001. 9. Muhammad Arifin Badri, "Riba dan Tinjauan Kritis Perbankan Syari’ah". Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2010. 10. Muhammad Arifin Badri, "Tinjauan Kritis Perbankan Syari'ah". Jakarta. Makalah Seminar Nasional KPMI, 2010. 11. Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari'ah. 12. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiyaan Mudharabah (Qiradh). 13. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-MUI/IV/ 2000 Tentang Pembiyaan Murabahah.