SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
1
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kejang Demam
1. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI,
2009). Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu
kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di
Asia sekitar 70% - 90% dari seluruh kejang demam merupakan kejang demam
sederhana dan sisanya merupakan kejang demam kompleks (Karemzadeh,
2008).
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami
demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang
perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat menyebabkan
kerusakan sel-sel otak (Tikoalu J.R, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan Kejang demam adalah
kejadian pada bayi atau anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas
rentang normal yaitu ≥ 38,8°C dan disertai dengan kejang
2
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
2. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya.
a. Otak
Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum). Otak
besar terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan
lobus temporalis. Permukaan otak bergelombang dan berlekuk-lekuk
membentuk seperti sebuah lekukan yang disebut girus.
1) Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan pusat dari :
 Motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf
kemudian menuju ke pusat kontraksi otot
 Sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel
saraf yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks
serebri.
 Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang
otak sebagian lain dibagian medulla spinalis.
 Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis
bersama bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran
utama
https://www.perawatkitasatu.com
3
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
 Fungsi luhur : pusat berfikir, berbicara, berhitung dan lain-lain.
2) Otak Kecil (Serebelum)
Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan koordinasi
gerakan.Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar
otak disekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk
diantara rangkaian arteri carotis interna dan vertebral, lingkaran inilah
yang disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri
carotis interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri
penghubung anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi
alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah arteri mayor
tersumbat.
b. Cairan Serebrospinal
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007
diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla
spinalis melalui sistem ventrikular. Cairan Serebrospinal atau Liquor
Cerebro Spinalis (LCS) diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral
ketiga dan keempat, secara organik dan non organik LCS sama dengan
plasma tetapi mempunyai perbedaan konsentrasi. LCS mengandung
protein, glukosa dan klorida, serta immunoglobulin.Secara normal LCS
hanya mengandung sel darah putih sedikit dan tidak mengandung sel darah
merah.Cairan LCS didalam tubuh diserap oleh villiarakhnoid.
4
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
c. Medula Spinalis
 Merupakan pusat refleks-refleks yang ada disana
 Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
 Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
 Pusat pola gerakan sederhana yang telah lama dipelajari contoh
melangkah.
d. Saraf Somatik
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saraf
motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi
saraf otak dan saraf spinal.
e. Saraf Spinal
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
 Saraf servikal 8 pasang
 Saraf torakal 12 pasang
 Saraf lumbal 5 pasang
 Saraf sacrum/sacral 5 pasang
 Saraf koksigeal 1 pasang
Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik
masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik keluar dari
medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf
spinal. Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus
(anyaman) dan terbentuklah berbagai saraf (nervus) seperti saraf iskiadikus
https://www.perawatkitasatu.com
5
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak
membentuk anyaman tetapi masing-masing lurusdiantara tulang kosta
(nervus inter kostalis). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat
autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk
daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke
perifer terjadi penyeberang (kontra lateral) yaitu yang berada di kiri
menyeberang ke kanan, begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi
kerusakan di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota
gerak yang sebelah kanan.
f. Saraf Otonom
Sistem saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti
jantung, paru, serta alat pencernaan. Sistem otonom dipengaruhi saraf
simpatis dan parasimpatis.
Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :
- Kesiagaan meningkat
- Denyut jantung meningkat
- Pernafasan meningkat
- Tonus otot-otot meningkat
- Gerakan saluran cerna menurun
- Metabolisme tubuh meningkat
https://www.perawatkitasatu.com
6
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
Saraf simpatis ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari,
semua itu tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja,
olahraga, cemas, dan lain-lain.
Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :
- Kesiagaan menurun
- Denyut jantung melambat
- Pernafasan tenang
- Tonus otot-otot menurun
- Gerakan saluran cerna meningkat
- Metabolisme tubuh menurun
g. Saraf kranial :
1) Saraf Olfaktorius
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima
rangsangan olfaktorius. Sistem ini terbagi dari bagian berikut : mukosa
olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus
subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf
sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa
hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk
bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini traktus olfaktorius berjalan
dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi
yang sama.
https://www.perawatkitasatu.com
7
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik
yang impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei disalurkan di talamus.
Bau-bauan yang dapat merangsang timbulnya nafsu makan dan induksi
salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan
muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi.
Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan
area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis
talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin
berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan
sistem limbik.
2) Saraf Optikus
Saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di
retina.Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat
arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada
dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial
serabut-serabut dari berbagai bagian fundus maih utuh sehingga
serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian
inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian
nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan
visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang
berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana
https://www.perawatkitasatu.com
8
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa
serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan
dan berjalan didalam trakus optikus menuju korpus genikulatum
lateralis.
Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika
melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir dikorteks visual
lobus oksipital. Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut
memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah
melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadran atas melalui lobus
temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma
optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri
berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
3) Saraf Okulomotorius
Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan
substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi
di dalam substansia grisea (Nukleus otonom). Nukleus motorik
bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior,
dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior.
Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat
sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan
otot siliaris.
https://www.perawatkitasatu.com
9
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
4) Saraf Troklearis
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di
depan substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus
okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang
keluar dari sisi dorsal batang otak.Saraf troklearis mempersarafi otot
oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan
abduksi dalam derajat kecil.
5) Saraf Trigeminus
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut
motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi
otot masseter dan otot temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf
trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yaitu saraf oftalmikus,
maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah
kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan
mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior
telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.
6) Saraf Abdusens
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons
bagian bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel
ke empat saraf abdusens mempersarafi otot rektus lateralis.
https://www.perawatkitasatu.com
10
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
7) Saraf Fasialis
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik
fungsi motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian
ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata.
Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama
nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke
dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi
wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital,
otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior
serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan
bagian anterior lidah.
8) Saraf Vestibulokoklearis
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu
serabut-serabut aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler
yang mengndung serabut-serabut aferen yang mengurusi
keseimbangan.
Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral
ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior
lobus temporalis.
11
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
9) Saraf Glosofaringeus
Saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan
asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut,
saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu gonglion
intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis
interna ke otot stilofaringeus. Diantara otot ini dan otot stiloglosal,
saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil
dan sepertiga posterior lidah.
10) Saraf Vagus
Saraf Vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion
superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya
terletak pada daerah foramen ugularis, saraf vagus mempersarafi semua
visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding
usus, jantung dan paru-paru.
11) Saraf Asesorius
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis.Radiks
kranialis adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang
terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesorius adalah saraf
motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus berfungsi
memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila
lengan diangkat ke atas.
12
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
12) Saraf Hipoglosus
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada
setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua
menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf
motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus,
hipoglosus dan genioglosus.
h. Aktivitas Saraf
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon
menggunakan refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 = Tidak ada respon
1 = Hypoactive/penurunan respon, kelemahan (+)
2 = Normal (++)
3 = Lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal (+++)
4 = Hyperaktif, dengan klonus (++++)
i. Refleks-refleks pada sistem persyarafan
1) Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat keatas sampai fleksi
kurang lebih 30°. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan
tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa
kontraksi otot quadriceps femoris yaitu, ekstensi dari lutut.
13
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
2) Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 90°, supinasi
dan lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari
pemeriksa ditempatkan pada tendon, biceps (diatas lipatan siku)
kemudian dipukul dengan refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat
bila terjadi fleksi sebagian dengan gerakan pronasi. Bila hyperaktif
maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari
atau sendi bahu.
3) Refleks triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900, tendon triceps
diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2
cm diatas olekranon)
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit
meningkat bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku
tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada
klonus yang sementara.
4) Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan
refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan/disilangkan diatas
tungkai bawah kontralateral. Tendon achilles dipukul dengan refleks
hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.
14
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
5) Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah
umbilikus. Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas
dan kearah yang digores.
6) Refleks babinski
Merupakan refleks yang paling penting. Refleks ini hanya
dijumpai pada penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini,
goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari
kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon
babinski timbul bila ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari
lainnya tersebar.Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari
kaki.
j. Pemeriksaan Khusus Sistem Persarafan
Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis)
dilakukan pemeriksaan :
1) Kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu
tidak dapat menempel pada dada berarti kaku kuduk positif (+).
2) Tanda brudzinski I
Letakan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan
lain didada klien untuk mencegah badab tidak terangkat. Kemudian
kepala klien difleksikan dedada secara pasif. Brudzinski I positif (+)
15
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi
lutut.
3) Tanda brudzinski II
Tanda brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada
sendi panggung secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya
pada sendi panggul dan lutut.
4) Tanda kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai
bawah pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut
135° terhadap tungkai atas. Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan
menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan
5) Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan
menimbulkan nyeri sepanjang m. Ischiadicus.
Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :
a. Kejang pada posisi Dekortikasi (Decorticate posturing), terjadi
jika ada lesi pada traktus corticospinal. Nampak kedua lengan
atas menutup kesamping, kedua siku, kedua pergelangan
tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar
kedalam dan kaki plantar fleksi.
b. Kejang pada posisi Deserebrasi (Decerebrate posturing),
terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau diencephalon.
https://www.perawatkitasatu.com
16
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
c. Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan
pronasi, ekstensi dan menutup kesamping, kedua kaki lurus
keluar dan kaki plantar fleksi.
3. Etiologi
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada
sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan
peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8°C dan terjadi
disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu
tubuh (Dona Wong L, 2008).
4. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen
meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan
terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan
listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya
dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai
ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya
https://www.perawatkitasatu.com
17
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya,
kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang
yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai
ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang
rendah (Latief et al., 2007).
Bagan 2.1
Proses Penyakit
(Sumber: Nugroho, 2011)
Suhu Tubuh Meningkat
KEJANG
Gangguan Muatan Listrik
Pelepasan Muatan Listrik Oleh Seluruh Sel Sangat Besar
Gangguan Keseimbangan Membran Sel
Pelepasan Ion Na dan K
18
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
5. Manifestasi Klinis
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik
klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun
tanda- tanda kejang demam meliputi :
a. Demam yang biasanya di atas (38,9 º C)
b. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot)
c. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas)
d. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang
b. Penurunan kesadaran
c. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus
d. Muntah
e. Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam
waktu yang singkat (Lyons, 2012)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam
mengevaluasi kejang demam, diantaranya sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
19
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi
disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit, gula darah dan urinalisis (Saharso et al.,
2009). Selain itu, glukosa darah harus diukur jika kejang lebih lama dari
15 menit dalam durasi atau yang sedang berlangsung ketika pasien dinilai
(Farrell dan Goldman, 2011).
b. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbal
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada
pasein kejang demam pertama. Pungsi lumbal sangat dianjurkan untuk
bayi kurang dari 12 bulan, bayi antara 12 - 18 bulan dianjurkan untuk
dilakukan dan bayi > 18 bulan tidak rutin dilakukan pungsi lumbal. Pada
kasus kejang demam hasil pemeriksaan ini tidak berhasil (Pusponegoro
dkk, 2006).
c. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan setelah kejang demam
sederhana namun mungkin berguna untuk mengevaluasi pasien kejang
yang kompleks atau dengan faktor risiko lain untuk epilepsi. EEG pada
kejang demam dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah
belakang yang bilateral, sering asimetris dan kadang-kadang unilateral
(Jonston, 2007).
20
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
d. Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala)
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed
tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI)
jarang sekali dikerjakan dan dilakukan jika ada indikasi seperti kelainan
neurologis fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya
lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas), terdapat tanda peningkatan
tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah berulang, UUB
membonjol, paresis nervus VI, edema papil) (Saharso et al., 2009).
7. Manajemen Medik
a. Terapi farmakologi
Pada saat terjadinya kejang, obat yang paling cepat diberikan untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal sebanyak 20 mg.
Obat yang dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosisnya sebanyak 0,5-0,75 mg/kg atau 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang daripada 10 kg dan 10 mg untuk anak yang
mempunyai berat badan lebih dari 10 kg. Selain itu, diazepam rektal
dengan dosis 5 mg dapat diberikan untuk anak yang dibawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Apabila kejangnya
21
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
belum berhenti, pemberian diapezem rektal dapat diulangi lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Anak seharusnya
dibawa ke rumah sakit jika masih lagi berlangsungnya kejang, setelah 2
kali pemberian diazepam rektal. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg (UUK Neurologi IDAI, 2006).
Jika kejang tetap belum berhenti, dapat diberikan fenitoin secara
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/
kg/ menit atau kurang dari 50 mg/menit. Sekiranya kejang sudah berhenti,
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/ kg/ hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Jika kejang belum berhenti dengan pemberian fenitoin maka pasien
harus dirawat di ruang intensif. Setelah kejang telah berhenti, pemberian
obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya (UUK Neurologi
IDAI, 2006).
Seterusnya, terapi antipiretik tidak mencegah kejang kekambuhan.
Kedua parasetamol dan NSAID tidak mempunyai manfaatnya untuk
mengurangi kejadian kejang demam. Meskipun mereka tidak mengurangi
risiko kejang demam, antipiretik sering digunakan untuk mengurangi
demam dan memperbaiki kondisi umum pasien. Dalam prakteknya, kita
menggunakan metamizole (dipirone), 10 sampai 25 mg/ kg/ dosis sampai
empat dosis harian (100 mg/ kg/ hari), parasetamol 10 sampai 15 mg/ kg/
dosis, juga sampai empat dosis harian (sampai 2,6 g/hari) dan pada anak-
22
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
anak di atas usia enam bulan, diberikan ibuprofen sebanyak 5 sampai 10
mg/ kg/ dosis dalam tiga atau empat dosis terbagi (sampai 40 mg/ kg/ hari
pada anak-anak dengan berat kurang dari 30 kg dan 1200 mg) (Siqueira,
2010).
Pengobatan jangka panjang atau rumatan hanya diberikan jika kejang
demam menunjukkan ciri-ciri berikut seperti kejang berlangsung lebih dari
15 menit, kelainan neurologi yang nyata sebelum atau selapas kejadian
kejang misalnya hemiparesis, paresis Todd, palsi serebal, retardasi mental
dan hidrosefalus, dan kejadian kejang fokal. Pengobatan rumat
dipertimbangkan jika kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam,
kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan dan kejang demam
berlangsung lebih dari 4 kali per tahun. Obat untuk pengobatan jangka
panjang adalah fenobarbital (dosis 3-4 mg/ kgBB/ hari dibagi 1-2 dosis)
atau asam valproat (dosis 15-40 mg/ kgBB/ hari dibagi 2-3 dosis). Dengan
pemberian obat ini, risiko berulangnya kejang dapat diturunkan dan
pengobatan ini diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian secara
bertahap selama 1-2 bulan (Saharso et al., 2009).
b. Terapi non-farmakologi
Tindakan pada saat kejang di rumah, (Ngastiyah, 2005, Mahmood et
al., 2011 dan Capovilla et al., 2009):
1) Baringkan pasein di tempat yang rata.
2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasein.
23
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
3) Semua pakaian ketat yang mengganggu pernapasan harus dibuka
misalnya ikat pinggang.
4) Tidak memasukkan sesuatu banda ke dalam mulut anak.
5) Tidak memberikan obat atau cairan secara oral.
6) Jangan memaksa pembukaan mulut anak.
7) Monitor suhu tubuh.
8) Pemberikan kompres dingin dan antipiretik untuk menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.
9) Posisi kepala seharusnya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
10) Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
11) Menghentikan kejang secepat mungkin dengan pemberian obat
antikonvulsan yaitu diazepam secara rektal.
Pengobatan kejang berkepanjangan di rumah sakit, (Capovilla et al., 2009):
1) Hilangkan obstruksi jalan napas.
2) Siapkan akses vena.
3) Monitor parameter vital (denyut jantung, frekuensi napas, tekanan
darah, SaO2).
4) Berikan oksigen, jika perlu (SaO2 <90%)
5) Mengadministrasikan bolus intravena diazepam dengan dosis 0,5
mg/kg pada kecepatan infus maksimal 5 mg/menit, dan
menangguhkan ketika kejang berhenti. Dosis ini dapat diulang jika
perlu, setelah 10 menit.
https://www.perawatkitasatu.com
24
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
6) Memantau kelebihan elektrolit dan glukosa darah.
7) Jika kejang tidak berhenti, meminta saran seorang spesialis (ahli
anestesi, ahli saraf) untuk pengobatan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan klien dengan Kejang Demam
Sederhana
1. Pengkajian
Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan
keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang yaitu :
Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam
hari, terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS,
diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
https://www.perawatkitasatu.com
25
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
e. Riwayat psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
f. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme :
Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya
gangguan nutrisi atau tidak pada klien
2) Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena
pasien merasakan demam terutama pada malam hari
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar
(composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien.
2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur
dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk
pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan
prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi),
https://www.perawatkitasatu.com
26
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui
adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi
yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan (Wijaya,2013).
2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis
b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan
suhu tubuh
c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat (Doengoes, 2007)
3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
sederhana adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Rencana Tindakan keperawatan
NO
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan suhu
tubuh
berhubungan
dengan proses
Tupan:
Setelah
dilakukan
tindakan
1. Pantau suhu
pasien (derajat
dan pola):
perhatikan
1. Suhu 38,9-41,1 0C
menunjukkan proses
penyakit infeksius
akut.
https://www.perawatkitasatu.com
27
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
patologis keperawatan
selama 4 x 24
suhu tubuh
normal.
Tupen:
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama 3 x 24
jam proses
patologis teratasi
dengan kriteria:
TTV stabil
Suhu tubuh
dalam batas
normal
menggigil?diafore
si.
2. Pantau suhu
lingkungan,
batasi/tambahkan
linen tempat tidur
sesuai indikasi.
3. Berikan kompres
hangat: hindari
penggunaan
kompres alkohol.
4. Berikan selimut
pendingin
Kolaborasi:
5. Berikan antipiretik
sesuai indikasi
2. Suhu ruangan,
jumlah selimut harus
dirubah untuk
mempertahankan
suhu mendekati
normal
3. Dapat membantu
mengurangi demam,
penggunaan air
es/alkohol mungkin
menyebabkan
kedinginan
4. Digunakan untu
kengurangi demam
umumnya lebih besar
dari 39,5-40 0C pada
waktu terjadi
gangguan pada otak.
5. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentral
2 Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan
peningkatan suhu
tubuh
Tupan: setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
3 x 24 jam
kekurangan
volume cairan
tidak terjadi
Tupen: setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
2 x 24 jam
peningkatan suhu
tubuh teratasi,
dengan kriteria:
Tidak ada tanda-
1. Ukur/catat haluaran
urin.
2. Pantau tekanan
darah dan denyut
jantung
3. Palpasi denyut
1. Penurunan haluaran
urin dan berat jenis
akan menyebabkan
hipovolemia.
2. Pengurangan dalam
sirkulasi volume
cairan dapat
mengurangi tekanan
darah/CVP,
mekanisme
kompensasi awal dari
takikardia untuk
meningkatkan curah
jantung dan
meningkatkan
tekanan darah
sistemik.
3. Denyut yang lemah,
https://www.perawatkitasatu.com
28
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
tanda dehidrasi
Menunjukan
adanya
keseimbangan
cairan seperti
output urin
adekuat
Turgor kulit baik
Membran mukosa
mulut lembab
perifer.
4. Kaji membran
mukosa kering,
turgor kulit yang
tidak elastis
Kolaborasi:
5. Berikan cairan
intravena, misalnya
kristaloid dan
koloid
6. Pantau nilai
laboratorium
mudah hilang dapat
menyebabkan
hipovolemia.
4. Hipovolemia/cairan
ruang ketiga akan
memperkuat tanda-
tanda dehidrasi.
5. Sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan
untuk mengatasi
hipovolemia relatif
(vasodilasi perifer),
menggantikan
kehilangan dengan
meningkatkan
permeabilitas kapiler.
6. Mengevaluasi
perubahan didalam
hidrasi/viskositas
darah.
3. Tidak efektifnya
bersihan jalan nafas
b.d peningkatan
sekresi mucus
Tupan: setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
4 x 24 jam jalan
nafas kembali
efektif
Tupen: setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
2 x 24 jam
peningkatan
sekresi mukus
teratasi, dengan
kriteria:
Suara nafas
vesikuler
Respirasi rate
dalam batas
1. Anjurkan pasien
untuk
mengosongkan
mulut dari
benda/zat tertentu.
2. Letakkan pasien
pada posisi miring,
permukaan datar,
miringkan kepala
selama serangan
kejang.
3. Tanggalkan pakaian
pada daerah
leher/dada dan
abdomen.
4. Masukan spatel
lidah/jalan nafas
buatan atau
gulungan benda
lunak sesuai dengan
indikasi.
1. Menurunkan risiko
aspirasi atau
masuknya sesuatu
benda asing ke faring.
2. Meningkatkan aliran
(drainase) sekret,
mencegah lidah jatuh
dan menyumbat jalan
nafas.
3. Untuk memfasilitasi
usaha
bernafas/ekspansi
dada.
4. Jika masuknya di
awaluntuk membuka
rahang, alat ini dapat
mencegah tergigitnya
lidah dan
memfasilitasi saat
melakukan
https://www.perawatkitasatu.com
29
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
normal
5. Lakukan
penghisapan sesuai
indikasi
Kolaborasi :
6. Berikan tambahan
oksigen/ventilasi
manual sesuai
kebutuhan pada
fase posiktal.
penghisapan
lendiratau memberi
sokongan terhadap
pernafasan jika di
perlukan.
5. Menurunkan risiko
aspirasi atau asfiksia.
6. Dapat menurunkan
hipoksia serebral
sebagai akibat dari
sirkulasi yang
menurunkan atau
oksigen sekunder
terhadap spasme
vaskuler selama
serangan kejang.
4 Resiko perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d intake yang
tidak adekuat
Tupan: setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
5 x 24 jam
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tidak
terjadi
Tupen: setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
3 x 24 jam intake
nutrisi adekuat,
dengan kriteria:
Makan klien habis
BB klien normal
1. Buat tujuan berat
badan minimum dan
kebutuhan nutrisi
harian.
2. Gunakan
pendekatan
konsisten, duduk
dengan pasien saat
makan, sediakan
dan buang makanan
tanpa persuasi
dan/komentar.
3. Berikan makan
sedikit dan makanan
kecil tambahan,
yang tepat.
4. Buat pilihan menu
yang ada dan
izinkan pasien untuk
mengontrol pilihan
sebanyak mungkin.
1. Malnutrisi adalah
kondisi gangguan
minat yang
menyebabkan depresi,
agitasi dan
mempengaruhi fungsi
kognitif/pengambilan
keputusan.
2. Pasien mendeteksi
pentingnya dan dapat
beraksi terhadap
tekanan, komentar
apapun yang dapat
terlihat sebagai
paksaan memberikan
fokus padad makanan.
3. Dilatasi gaster dapat
terjadi bila pemberian
makan terlalu cepat
setelah periode puasa.
4. Pasien yang
meningkat
kepercayaan dirinya
dan merasa
mengontrol
30
Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-
demam-anak.html
5. Pertahankan jadwal
bimbingan berat
badan teratur.
lingkungan lebih suka
menyediakan
makanan untuk
makan.
5. Memberikan catatan
lanjut penurunan
dan/atau peningkatan
berat badan yang
akurat.
4. Pelaksanaan
Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam
(2008).Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien
sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi
hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan
dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi keperawatan.
https://www.perawatkitasatu.com

More Related Content

What's hot

SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP01012015
 
13 sistem-saraf-indera-ok
13 sistem-saraf-indera-ok13 sistem-saraf-indera-ok
13 sistem-saraf-indera-okjidsink
 
Power point kelompok saraf spinal
Power point kelompok saraf spinalPower point kelompok saraf spinal
Power point kelompok saraf spinalNatalia Julita
 
Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusatSistem saraf pusat
Sistem saraf pusatIlah Strifer
 
BIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMA
BIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMABIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMA
BIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMAayuyayayuya
 
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusiaSistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusiaRinda Hendrika
 
Anatomi fisiologi sistem persarafan
Anatomi fisiologi sistem persarafan Anatomi fisiologi sistem persarafan
Anatomi fisiologi sistem persarafan Yusuf Aruke
 
Bab 8 sistem regulasi manusia
Bab 8 sistem regulasi manusiaBab 8 sistem regulasi manusia
Bab 8 sistem regulasi manusiaRio Armando
 
Anatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-sarafAnatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-sarafCatur Rini
 
Presentasi sistem saraf
Presentasi sistem sarafPresentasi sistem saraf
Presentasi sistem sarafNina Nhinut
 
Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013
Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013
Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013wilsayohanaa
 
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaSistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaQutrun Nada
 
Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)
Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)
Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)Muhamad Toha
 
Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)miaakmt
 

What's hot (20)

SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
 
Sistem koordinasi
Sistem koordinasiSistem koordinasi
Sistem koordinasi
 
13 sistem-saraf-indera-ok
13 sistem-saraf-indera-ok13 sistem-saraf-indera-ok
13 sistem-saraf-indera-ok
 
Power point kelompok saraf spinal
Power point kelompok saraf spinalPower point kelompok saraf spinal
Power point kelompok saraf spinal
 
Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusatSistem saraf pusat
Sistem saraf pusat
 
BIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMA
BIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMABIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMA
BIOLOGI SISTEM REGULASI (KOORDINASI) KELAS XI SMA
 
Anfis neurovaskuler
Anfis neurovaskulerAnfis neurovaskuler
Anfis neurovaskuler
 
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusiaSistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
 
Anatomi fisiologi sistem persarafan
Anatomi fisiologi sistem persarafan Anatomi fisiologi sistem persarafan
Anatomi fisiologi sistem persarafan
 
Bab 8 sistem regulasi manusia
Bab 8 sistem regulasi manusiaBab 8 sistem regulasi manusia
Bab 8 sistem regulasi manusia
 
Anatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-sarafAnatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-saraf
 
Lks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasiLks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasi
 
Presentasi sistem saraf
Presentasi sistem sarafPresentasi sistem saraf
Presentasi sistem saraf
 
Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013
Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013
Sistem regulasi kelas XI kurikulum 2013
 
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaSistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
 
SISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMONSISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMON
 
Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)
Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)
Buku xi bab 8 (Sistem Regulasi)
 
Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)
 
Anatomi fisiologi sistem saraf
Anatomi fisiologi sistem sarafAnatomi fisiologi sistem saraf
Anatomi fisiologi sistem saraf
 
Biologi - Sistem Saraf
Biologi - Sistem SarafBiologi - Sistem Saraf
Biologi - Sistem Saraf
 

Similar to asuhan keperawatan anak dengan kejang demam

Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Manik Puush
 
Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02
Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02
Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02Kurnia Wati
 
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdfModul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdfErwinGunawan21
 
sistem persarafan.pptx
sistem persarafan.pptxsistem persarafan.pptx
sistem persarafan.pptxtitin639524
 
Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)Agung Anggoro
 
Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusatSistem saraf pusat
Sistem saraf pusatrohma_akai
 
MATERI Sistem saraf KELAS XI SMA
MATERI Sistem saraf KELAS XI SMAMATERI Sistem saraf KELAS XI SMA
MATERI Sistem saraf KELAS XI SMAZona Bebas
 
Nervous system
Nervous systemNervous system
Nervous systemlengku
 
Gerak sadar dan gerak refleks
Gerak sadar dan gerak refleksGerak sadar dan gerak refleks
Gerak sadar dan gerak refleksIsma Jihan
 
Fisiologi persarafan
Fisiologi persarafanFisiologi persarafan
Fisiologi persarafanADRYAN LANGIT
 
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaSistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaMarwah Nur Azizah
 
Sistem regulasi pada manusia
Sistem regulasi pada manusiaSistem regulasi pada manusia
Sistem regulasi pada manusiaSiti Jubaedah
 

Similar to asuhan keperawatan anak dengan kejang demam (20)

Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
 
Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02
Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02
Bab3sistemsaraf 111123222627-phpapp02
 
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdfModul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
sistem persarafan.pptx
sistem persarafan.pptxsistem persarafan.pptx
sistem persarafan.pptx
 
Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)
 
Sistem Saraf
Sistem SarafSistem Saraf
Sistem Saraf
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
Endokrin
EndokrinEndokrin
Endokrin
 
Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusatSistem saraf pusat
Sistem saraf pusat
 
Anatomi persyarafan
Anatomi persyarafanAnatomi persyarafan
Anatomi persyarafan
 
MATERI Sistem saraf KELAS XI SMA
MATERI Sistem saraf KELAS XI SMAMATERI Sistem saraf KELAS XI SMA
MATERI Sistem saraf KELAS XI SMA
 
Nervous system
Nervous systemNervous system
Nervous system
 
SISTEM KOORDINASI 1B.ppt
SISTEM KOORDINASI 1B.pptSISTEM KOORDINASI 1B.ppt
SISTEM KOORDINASI 1B.ppt
 
Gerak sadar dan gerak refleks
Gerak sadar dan gerak refleksGerak sadar dan gerak refleks
Gerak sadar dan gerak refleks
 
Sistem saraf
Sistem saraf Sistem saraf
Sistem saraf
 
Fisiologi persarafan
Fisiologi persarafanFisiologi persarafan
Fisiologi persarafan
 
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaSistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
 
Sistem regulasi pada manusia
Sistem regulasi pada manusiaSistem regulasi pada manusia
Sistem regulasi pada manusia
 
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi dan Fisiologi Anatomi dan Fisiologi
Anatomi dan Fisiologi
 

More from Aidil Fitrisyah

Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...
Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...
Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...Aidil Fitrisyah
 
Contoh soal ukom d3 bidan
Contoh soal ukom d3 bidanContoh soal ukom d3 bidan
Contoh soal ukom d3 bidanAidil Fitrisyah
 
Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027
Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027
Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027Aidil Fitrisyah
 
Pathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapPathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapAidil Fitrisyah
 
Latihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkap
Latihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkapLatihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkap
Latihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkapAidil Fitrisyah
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Aidil Fitrisyah
 
Contoh soal uji kompetensi keperawatan gadar
Contoh soal uji kompetensi keperawatan gadarContoh soal uji kompetensi keperawatan gadar
Contoh soal uji kompetensi keperawatan gadarAidil Fitrisyah
 
Contoh soal ukom keperawatan gawat darurat
Contoh soal ukom keperawatan gawat daruratContoh soal ukom keperawatan gawat darurat
Contoh soal ukom keperawatan gawat daruratAidil Fitrisyah
 

More from Aidil Fitrisyah (10)

Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...
Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...
Soal uji kompetensi bidan 2018, 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, 2025, 202...
 
Contoh soal ukom d3 bidan
Contoh soal ukom d3 bidanContoh soal ukom d3 bidan
Contoh soal ukom d3 bidan
 
Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027
Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027
Soal uji-kompetensi-bidan-2018-2019-2020-2021-2022-2023-2024-2025-2026-2027
 
Pathway akalasia
Pathway akalasiaPathway akalasia
Pathway akalasia
 
Pathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapPathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkap
 
Uu no 13 Tahun 2003
Uu no 13 Tahun 2003Uu no 13 Tahun 2003
Uu no 13 Tahun 2003
 
Latihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkap
Latihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkapLatihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkap
Latihan soal ukom kep d3 dan s1 lengkap
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
 
Contoh soal uji kompetensi keperawatan gadar
Contoh soal uji kompetensi keperawatan gadarContoh soal uji kompetensi keperawatan gadar
Contoh soal uji kompetensi keperawatan gadar
 
Contoh soal ukom keperawatan gawat darurat
Contoh soal ukom keperawatan gawat daruratContoh soal ukom keperawatan gawat darurat
Contoh soal ukom keperawatan gawat darurat
 

Recently uploaded

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

asuhan keperawatan anak dengan kejang demam

  • 1. 1 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kejang Demam 1. Pengertian Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di Asia sekitar 70% - 90% dari seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan kejang demam kompleks (Karemzadeh, 2008). Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak (Tikoalu J.R, 2009). Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan Kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yaitu ≥ 38,8°C dan disertai dengan kejang
  • 2. 2 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 2. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. a. Otak Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum). Otak besar terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Permukaan otak bergelombang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan yang disebut girus. 1) Otak besar (serebrum) Otak besar merupakan pusat dari :  Motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian menuju ke pusat kontraksi otot  Sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri.  Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak sebagian lain dibagian medulla spinalis.  Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama https://www.perawatkitasatu.com
  • 3. 3 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html  Fungsi luhur : pusat berfikir, berbicara, berhitung dan lain-lain. 2) Otak Kecil (Serebelum) Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan koordinasi gerakan.Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri carotis interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri carotis interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah arteri mayor tersumbat. b. Cairan Serebrospinal Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007 diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis melalui sistem ventrikular. Cairan Serebrospinal atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS) diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan keempat, secara organik dan non organik LCS sama dengan plasma tetapi mempunyai perbedaan konsentrasi. LCS mengandung protein, glukosa dan klorida, serta immunoglobulin.Secara normal LCS hanya mengandung sel darah putih sedikit dan tidak mengandung sel darah merah.Cairan LCS didalam tubuh diserap oleh villiarakhnoid.
  • 4. 4 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html c. Medula Spinalis  Merupakan pusat refleks-refleks yang ada disana  Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik  Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik  Pusat pola gerakan sederhana yang telah lama dipelajari contoh melangkah. d. Saraf Somatik Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saraf motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan saraf spinal. e. Saraf Spinal Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :  Saraf servikal 8 pasang  Saraf torakal 12 pasang  Saraf lumbal 5 pasang  Saraf sacrum/sacral 5 pasang  Saraf koksigeal 1 pasang Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik keluar dari medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal. Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus (anyaman) dan terbentuklah berbagai saraf (nervus) seperti saraf iskiadikus https://www.perawatkitasatu.com
  • 5. 5 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi masing-masing lurusdiantara tulang kosta (nervus inter kostalis). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke perifer terjadi penyeberang (kontra lateral) yaitu yang berada di kiri menyeberang ke kanan, begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak yang sebelah kanan. f. Saraf Otonom Sistem saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru, serta alat pencernaan. Sistem otonom dipengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis. Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan : - Kesiagaan meningkat - Denyut jantung meningkat - Pernafasan meningkat - Tonus otot-otot meningkat - Gerakan saluran cerna menurun - Metabolisme tubuh meningkat https://www.perawatkitasatu.com
  • 6. 6 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html Saraf simpatis ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olahraga, cemas, dan lain-lain. Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan : - Kesiagaan menurun - Denyut jantung melambat - Pernafasan tenang - Tonus otot-otot menurun - Gerakan saluran cerna meningkat - Metabolisme tubuh menurun g. Saraf kranial : 1) Saraf Olfaktorius Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini terbagi dari bagian berikut : mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama. https://www.perawatkitasatu.com
  • 7. 7 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei disalurkan di talamus. Bau-bauan yang dapat merangsang timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik. 2) Saraf Optikus Saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus maih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya. Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana https://www.perawatkitasatu.com
  • 8. 8 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan didalam trakus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir dikorteks visual lobus oksipital. Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya. 3) Saraf Okulomotorius Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom). Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris. https://www.perawatkitasatu.com
  • 9. 9 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 4) Saraf Troklearis Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak.Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil. 5) Saraf Trigeminus Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yaitu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani. 6) Saraf Abdusens Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot rektus lateralis. https://www.perawatkitasatu.com
  • 10. 10 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 7) Saraf Fasialis Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna. Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah. 8) Saraf Vestibulokoklearis Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengndung serabut-serabut aferen yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
  • 11. 11 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 9) Saraf Glosofaringeus Saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu gonglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Diantara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah. 10) Saraf Vagus Saraf Vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen ugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru. 11) Saraf Asesorius Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis.Radiks kranialis adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesorius adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
  • 12. 12 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 12) Saraf Hipoglosus Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus. h. Aktivitas Saraf Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu : 0 = Tidak ada respon 1 = Hypoactive/penurunan respon, kelemahan (+) 2 = Normal (++) 3 = Lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal (+++) 4 = Hyperaktif, dengan klonus (++++) i. Refleks-refleks pada sistem persyarafan 1) Refleks patella Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat keatas sampai fleksi kurang lebih 30°. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu, ekstensi dari lutut.
  • 13. 13 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 2) Refleks biceps Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 90°, supinasi dan lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon, biceps (diatas lipatan siku) kemudian dipukul dengan refleks hammer. Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dengan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu. 3) Refleks triceps Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900, tendon triceps diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon) Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara. 4) Refleks achilles Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan/disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral. Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.
  • 14. 14 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 5) Refleks abdominal Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah yang digores. 6) Refleks babinski Merupakan refleks yang paling penting. Refleks ini hanya dijumpai pada penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon babinski timbul bila ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar.Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki. j. Pemeriksaan Khusus Sistem Persarafan Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis) dilakukan pemeriksaan : 1) Kaku kuduk Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada berarti kaku kuduk positif (+). 2) Tanda brudzinski I Letakan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien untuk mencegah badab tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan dedada secara pasif. Brudzinski I positif (+)
  • 15. 15 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut. 3) Tanda brudzinski II Tanda brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggung secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut. 4) Tanda kernig Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 135° terhadap tungkai atas. Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan 5) Test Laseque Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m. Ischiadicus. Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi : a. Kejang pada posisi Dekortikasi (Decorticate posturing), terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal. Nampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar kedalam dan kaki plantar fleksi. b. Kejang pada posisi Deserebrasi (Decerebrate posturing), terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau diencephalon. https://www.perawatkitasatu.com
  • 16. 16 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html c. Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi. 3. Etiologi Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8°C dan terjadi disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh (Dona Wong L, 2008). 4. Patofisiologi Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya https://www.perawatkitasatu.com
  • 17. 17 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Latief et al., 2007). Bagan 2.1 Proses Penyakit (Sumber: Nugroho, 2011) Suhu Tubuh Meningkat KEJANG Gangguan Muatan Listrik Pelepasan Muatan Listrik Oleh Seluruh Sel Sangat Besar Gangguan Keseimbangan Membran Sel Pelepasan Ion Na dan K
  • 18. 18 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 5. Manifestasi Klinis Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun tanda- tanda kejang demam meliputi : a. Demam yang biasanya di atas (38,9 º C) b. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot) c. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas) d. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang b. Penurunan kesadaran c. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus d. Muntah e. Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam waktu yang singkat (Lyons, 2012) 6. Pemeriksaan Diagnostik Beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam mengevaluasi kejang demam, diantaranya sebagai berikut : a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan ini tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
  • 19. 19 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, gula darah dan urinalisis (Saharso et al., 2009). Selain itu, glukosa darah harus diukur jika kejang lebih lama dari 15 menit dalam durasi atau yang sedang berlangsung ketika pasien dinilai (Farrell dan Goldman, 2011). b. Pungsi lumbal Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasein kejang demam pertama. Pungsi lumbal sangat dianjurkan untuk bayi kurang dari 12 bulan, bayi antara 12 - 18 bulan dianjurkan untuk dilakukan dan bayi > 18 bulan tidak rutin dilakukan pungsi lumbal. Pada kasus kejang demam hasil pemeriksaan ini tidak berhasil (Pusponegoro dkk, 2006). c. Elektroensefalografi (EEG) Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan setelah kejang demam sederhana namun mungkin berguna untuk mengevaluasi pasien kejang yang kompleks atau dengan faktor risiko lain untuk epilepsi. EEG pada kejang demam dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah belakang yang bilateral, sering asimetris dan kadang-kadang unilateral (Jonston, 2007).
  • 20. 20 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html d. Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan dan dilakukan jika ada indikasi seperti kelainan neurologis fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas), terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI, edema papil) (Saharso et al., 2009). 7. Manajemen Medik a. Terapi farmakologi Pada saat terjadinya kejang, obat yang paling cepat diberikan untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal sebanyak 20 mg. Obat yang dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosisnya sebanyak 0,5-0,75 mg/kg atau 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang daripada 10 kg dan 10 mg untuk anak yang mempunyai berat badan lebih dari 10 kg. Selain itu, diazepam rektal dengan dosis 5 mg dapat diberikan untuk anak yang dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Apabila kejangnya
  • 21. 21 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html belum berhenti, pemberian diapezem rektal dapat diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Anak seharusnya dibawa ke rumah sakit jika masih lagi berlangsungnya kejang, setelah 2 kali pemberian diazepam rektal. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg (UUK Neurologi IDAI, 2006). Jika kejang tetap belum berhenti, dapat diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/ kg/ menit atau kurang dari 50 mg/menit. Sekiranya kejang sudah berhenti, dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/ kg/ hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika kejang belum berhenti dengan pemberian fenitoin maka pasien harus dirawat di ruang intensif. Setelah kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya (UUK Neurologi IDAI, 2006). Seterusnya, terapi antipiretik tidak mencegah kejang kekambuhan. Kedua parasetamol dan NSAID tidak mempunyai manfaatnya untuk mengurangi kejadian kejang demam. Meskipun mereka tidak mengurangi risiko kejang demam, antipiretik sering digunakan untuk mengurangi demam dan memperbaiki kondisi umum pasien. Dalam prakteknya, kita menggunakan metamizole (dipirone), 10 sampai 25 mg/ kg/ dosis sampai empat dosis harian (100 mg/ kg/ hari), parasetamol 10 sampai 15 mg/ kg/ dosis, juga sampai empat dosis harian (sampai 2,6 g/hari) dan pada anak-
  • 22. 22 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html anak di atas usia enam bulan, diberikan ibuprofen sebanyak 5 sampai 10 mg/ kg/ dosis dalam tiga atau empat dosis terbagi (sampai 40 mg/ kg/ hari pada anak-anak dengan berat kurang dari 30 kg dan 1200 mg) (Siqueira, 2010). Pengobatan jangka panjang atau rumatan hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri-ciri berikut seperti kejang berlangsung lebih dari 15 menit, kelainan neurologi yang nyata sebelum atau selapas kejadian kejang misalnya hemiparesis, paresis Todd, palsi serebal, retardasi mental dan hidrosefalus, dan kejadian kejang fokal. Pengobatan rumat dipertimbangkan jika kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan dan kejang demam berlangsung lebih dari 4 kali per tahun. Obat untuk pengobatan jangka panjang adalah fenobarbital (dosis 3-4 mg/ kgBB/ hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40 mg/ kgBB/ hari dibagi 2-3 dosis). Dengan pemberian obat ini, risiko berulangnya kejang dapat diturunkan dan pengobatan ini diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian secara bertahap selama 1-2 bulan (Saharso et al., 2009). b. Terapi non-farmakologi Tindakan pada saat kejang di rumah, (Ngastiyah, 2005, Mahmood et al., 2011 dan Capovilla et al., 2009): 1) Baringkan pasein di tempat yang rata. 2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasein.
  • 23. 23 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 3) Semua pakaian ketat yang mengganggu pernapasan harus dibuka misalnya ikat pinggang. 4) Tidak memasukkan sesuatu banda ke dalam mulut anak. 5) Tidak memberikan obat atau cairan secara oral. 6) Jangan memaksa pembukaan mulut anak. 7) Monitor suhu tubuh. 8) Pemberikan kompres dingin dan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi. 9) Posisi kepala seharusnya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. 10) Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. 11) Menghentikan kejang secepat mungkin dengan pemberian obat antikonvulsan yaitu diazepam secara rektal. Pengobatan kejang berkepanjangan di rumah sakit, (Capovilla et al., 2009): 1) Hilangkan obstruksi jalan napas. 2) Siapkan akses vena. 3) Monitor parameter vital (denyut jantung, frekuensi napas, tekanan darah, SaO2). 4) Berikan oksigen, jika perlu (SaO2 <90%) 5) Mengadministrasikan bolus intravena diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg pada kecepatan infus maksimal 5 mg/menit, dan menangguhkan ketika kejang berhenti. Dosis ini dapat diulang jika perlu, setelah 10 menit. https://www.perawatkitasatu.com
  • 24. 24 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 6) Memantau kelebihan elektrolit dan glukosa darah. 7) Jika kejang tidak berhenti, meminta saran seorang spesialis (ahli anestesi, ahli saraf) untuk pengobatan. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan klien dengan Kejang Demam Sederhana 1. Pengkajian Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang yaitu : Riwayat Keperawatan Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari, terjadinya kejang dan penurunan kesadaran. a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi. b. Riwayat kesehatan sekarang Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul. c. Riwayat kesehatan dahulu Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama. https://www.perawatkitasatu.com
  • 25. 25 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien. e. Riwayat psikososial Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih) Interpersonal : hubungan dengan orang lain. f. Pola Fungsi kesehatan 1) Pola nutrisi dan metabolisme : Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan nutrisi atau tidak pada klien 2) Pola istirahat dan tidur Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan demam terutama pada malam hari g. Pemeriksaan Fisik 1) Kesadaran dan keadaan umum pasien Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien. 2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), https://www.perawatkitasatu.com
  • 26. 26 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan (Wijaya,2013). 2. Diagnosa keperawatan a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu tubuh c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat (Doengoes, 2007) 3. Perencanaan Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam sederhana adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Rencana Tindakan keperawatan NO Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Intervensi Rasional 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses Tupan: Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola): perhatikan 1. Suhu 38,9-41,1 0C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. https://www.perawatkitasatu.com
  • 27. 27 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html patologis keperawatan selama 4 x 24 suhu tubuh normal. Tupen: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam proses patologis teratasi dengan kriteria: TTV stabil Suhu tubuh dalam batas normal menggigil?diafore si. 2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi. 3. Berikan kompres hangat: hindari penggunaan kompres alkohol. 4. Berikan selimut pendingin Kolaborasi: 5. Berikan antipiretik sesuai indikasi 2. Suhu ruangan, jumlah selimut harus dirubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal 3. Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan 4. Digunakan untu kengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5-40 0C pada waktu terjadi gangguan pada otak. 5. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral 2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam kekurangan volume cairan tidak terjadi Tupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam peningkatan suhu tubuh teratasi, dengan kriteria: Tidak ada tanda- 1. Ukur/catat haluaran urin. 2. Pantau tekanan darah dan denyut jantung 3. Palpasi denyut 1. Penurunan haluaran urin dan berat jenis akan menyebabkan hipovolemia. 2. Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darah/CVP, mekanisme kompensasi awal dari takikardia untuk meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan darah sistemik. 3. Denyut yang lemah, https://www.perawatkitasatu.com
  • 28. 28 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html tanda dehidrasi Menunjukan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat Turgor kulit baik Membran mukosa mulut lembab perifer. 4. Kaji membran mukosa kering, turgor kulit yang tidak elastis Kolaborasi: 5. Berikan cairan intravena, misalnya kristaloid dan koloid 6. Pantau nilai laboratorium mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia. 4. Hipovolemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda- tanda dehidrasi. 5. Sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif (vasodilasi perifer), menggantikan kehilangan dengan meningkatkan permeabilitas kapiler. 6. Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah. 3. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 4 x 24 jam jalan nafas kembali efektif Tupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam peningkatan sekresi mukus teratasi, dengan kriteria: Suara nafas vesikuler Respirasi rate dalam batas 1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu. 2. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang. 3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada dan abdomen. 4. Masukan spatel lidah/jalan nafas buatan atau gulungan benda lunak sesuai dengan indikasi. 1. Menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring. 2. Meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas. 3. Untuk memfasilitasi usaha bernafas/ekspansi dada. 4. Jika masuknya di awaluntuk membuka rahang, alat ini dapat mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan https://www.perawatkitasatu.com
  • 29. 29 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html normal 5. Lakukan penghisapan sesuai indikasi Kolaborasi : 6. Berikan tambahan oksigen/ventilasi manual sesuai kebutuhan pada fase posiktal. penghisapan lendiratau memberi sokongan terhadap pernafasan jika di perlukan. 5. Menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia. 6. Dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurunkan atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang. 4 Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 5 x 24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi Tupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam intake nutrisi adekuat, dengan kriteria: Makan klien habis BB klien normal 1. Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian. 2. Gunakan pendekatan konsisten, duduk dengan pasien saat makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan/komentar. 3. Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan, yang tepat. 4. Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin. 1. Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif/pengambilan keputusan. 2. Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus padad makanan. 3. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa. 4. Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol
  • 30. 30 Sumber : https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang- demam-anak.html 5. Pertahankan jadwal bimbingan berat badan teratur. lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan. 5. Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan yang akurat. 4. Pelaksanaan Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2008).Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. 5. Evaluasi Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi keperawatan. https://www.perawatkitasatu.com