Praktikum ini bertujuan menentukan kerapatan butir tanah, kerapatan massa tanah, dan porositas pada dua jenis tanah, yaitu tanah entisol dan tanah inseptisol. Hasilnya menunjukkan bahwa tanah entisol memiliki kerapatan butir 3,09 g/cm3, kerapatan massa 1,54 g/cm3, dan porositas 50,16%, sedangkan tanah inseptisol memiliki kerapatan butir 0,25 g/cm3, kerapatan massa 1,37 g
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
ย
Acara 4 (struktur tanah)
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah memiliki beberapa sifat fisik, salah satunya adalah struktur tanah. Struktur
tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat di amati secara langsung.
Morfologi tanah merupaka gambaran dari tubuh tanah yang menunjukkan kenampakan, ciri
maupun sifat umum yang dikandung oleh sebuah tanah. Ciri-ciri morfologi tanah merupakan
petunjuk dari proses yang pernah dialami tanah dari mulai pelapukan hingga terbentuknya
tanah tersebut.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir tanah dan agregat-agregat primer tanah
secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidan-bidang yang disebut agregat.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung sau dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses
pedogenesis. Stryktur tanah berhubungan dengan cara dimana partikel pasir, debu, dan liat
dususun satu sama lain.
Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasar atas kemantapan atau
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah ini
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu tingkat perkembangan lemah, sedang, dan kuat. Ketiga
jenis perkembangan struktur tanah ini tentu memiliki daya ikat yang berbeda pada partikel-
partikelnya dalam menyusun bongkahan atau gumpalan yang disebaut struktur tanah.
Berdasarkan ingkat perkembangannya inilah struktur tanah sangat dipengaruhi oleh iklim,
bahan induk dan bahan organik untuk menyusun kerapatan tanah didalam suatu gumpalan
tanah.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kerapatan butir tanah (BJ).
2. Menentukan kerapatan massa tanah (BV).
3. Menghitung porositas tanah.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam
tinjauan morfologi, strukturtanah dapat diartikan sebagai susunan partiikel-partikel primer
(pasir,debu dan liat) menjadi satu kelompok partikel tanah. Masing-masing partikel
primertanah ini terikat oleh unsur hara, sehingga menjadi satu-kesatuan yang saling
melengkapi. Kekuatan struktur tanah yang tebentuk ini tergantung dari kadar atau
perbandingan relatif antara pasir, debu, dan liat (Ahmad, 2009)
Struktur tanah yang terbentu ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu strutur makro dan
struktur mikro. Struktur tanah makro adalah penyusunan agregat-agregat tanah satu dengan
yang lainnya tanpa dibatasi oleh bidang-bidang belah alami. Struktur tanah mikro
merupakan penyusunan agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
bidang-bidang belah alami. Agregat-agregat tanah yang terbentuk secara alami disebut ped,
dan penjelasan struktur tanah ini dalam bentuk ukuran dan tingkatan prkembangan ped
(Tim Asisten, 2010)
Tanah yang terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi umumnya ditemukan
struktur tanah atau granular di lapisan atas (top soil) yaitu horison A dan struktur gumpal
di horison B atau tanah lapisan bawah (sub soil). Struktur tanah dapat berkembang dari
butiran-butiran tunggal ataupu kondisi massive. Dalam rangka menghasilkan agregat-
agregat dimana harus teapat beberapa mekanisme dalam partikel-partikel tanah
mengelompok bersama menjadi doster. Pembentukan ini kadang-kadang sampai ketahap
perkemebangan struktural yang mantap (Hanafiah, 2005).
Tanah dengan struktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah oleh tanaman. Struktur tanah yang baik adalah yang
bentuknya membulat sehingga tidak dapat bersinggungan dengan rapat, akibatnya pori-pori
tanah banyak terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak, sehingga
pori-pori tanah tidak mudah tertutup (Ananto, 2010).
Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang pertanian. Tanah sebagai media
tumbuh tanaman menjadi penentu seberapa hasil panen ang akan didapat. Jika strykturnya
terlalu mantap, maka akar akan sulit menembusnya, sealiknya jika kemantapan sterukturnya
terlalu lemah, maka ketersediaan unsur hara dan air akan sedikit karena tanah tidak dapat
mengikat unsur hara dan air dengan kuat, oleh karena itu dibutuhkan struktur tanah yang
seimbang (Kurnia, 2009).
3. BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Pelaksanaan Praktikum.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumโat tanggal 20 November 2015 pada
pukul 14:30 โ 16:00 WITA di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah piknometer, kawat
pengaduk halus, termometer, botol semprot, corong gelas kecil, timbangan analitik,
cawan pemanas lilin, lampu spiritus, penumpu kaki tiga, gelas ukur, pipet ukur, oven,
eksikator, dua tuas benanghalus dan kuas. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah tanah entisol, tanah inseptisol, air dan lilin.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Kerapatan Butir Tanah (BJ)
1. Ditimbang piknometer kosong dan bersih (a gram).
2. Diisi piknometer dengan air (sampai tanda pipa kapiler dalam sumbatnya).
3. Ditimbang piknometer penuh dengan air (b gram) kemudian ukur temperatur air
dalam piknometerdengan pembulatan (๐ก1ยฐ๐), lihat dalam daftar yang tersedia berupa
BJ air pada temperatur (๐ต๐ฝ1).
4. Dibuang air dalam piknometer.
5. Diisi piknometer dengan tanah seberat 5 gr, dipasang sumbatannya dan ditimbang (c
gram).
6. Diisi piknometer dengan air sampai setengahnya, tanah diaduk-aduk kuat dengan
kawat pengaduk halus untuk menghilangkan udara yang terserap dalam tanah dan
digoyang-goyangkan kemudian dibiarkan selama 5 menit.
7. Ditimbang piknometer berisi tanah penuh dengan air (d gram) dan ukur temperatur air
di dalam piknometer (๐ก2ยฐ๐) lihat dalam daftar berapa BJ air dalam temperatur tersebut
(๐ต๐ฝ2).
3.3.2 Kerapatan Massa Tanah (BV).
1. Diambil sebongkah contoh tanah sedemikian rupa sehingga dapat masuk ke dalam
tabung ukur, bersihkan dengan hati-hati tanah yang menempel di permukaan dengan
kuas, lalu diikat dengan benang secara hati-hati sehingga dapat digantung. Timbang
bongkahan tanah tersebut (a gram).
2. Dicairkan lilin dalam pemanas, setelah temperatut turun 60ยฐc bongkah tanah
dicelupkan ke dalam cawan, angkat dan biarkan bergantung sampai lapisan lilin yang
melapisinya membeku.
3. Ditimbang bongkahan tanah berlilin, setelah selaput lilin cukup keras (b gram).
4. Diisi tabung dengan air sampai volume tertentu dengan tepat (p ml). Bongkahan tanah
berlilin ditenggelamkan ke dalam air tersebut. Edangkan menggunakan pipet ukur air
(berat) air ditambah sampai permukaannya tepat garis tanda volume tertentu (q ml),
catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet (r ml).
4. 5. Diambil bongkah tanah yang sejenis dan tetapkan kadar lengas tanah seperti pada
acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak. Menjelang
dimasukkan ke dalam penimbang bongkah tanah dipecahkan untuk memudahkan
penguapan air selama dipanasi.
5. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan.
Tabel 1. Hasil pengamatan struktur tanah.
No Jenis tanah Berat Jenis (g/cm) Berat Volume (g/cm) Porositas (%)
1 Entisol 3,09 1,54 50,16
2 Inseptisol 0,25 1,37 44,8
Perhitungan :
๏ท Tanah Entisol
BJ =
100 ( ๐โ๐) ๐ฅ๐ต๐ฝ1 ๐ฅ๐ต๐ฝ2
(100+๐พ๐ฟ):๐ต๐ฝ2 ( ๐โ๐)โ๐ต๐ฝ1 (๐โ๐)
=
100(20,41โ13,30) ๐ฅ0,996๐ฅ0,996
(100+1,2):0,996(37,79โ13,30)โ0,996(42,64โ20,41)
=
711๐ฅ0,992016
(101,2) ๐ฅ24,39204 โ22,14108
=
705 ,323376
(101,2) ๐ฅ2,25096
=
705 ,323376
228,3166116
=3,09 g/cm
BV =
87 ๐ฅ ๐
(100+๐พ๐ฟ){0,87( ๐โ๐โ๐)โ(๐โ๐)}
=
87 ๐ฅ 10 ,34
(100+1,2){0,87(410 โ0โ400)โ(13,30โ10,34)}
=
899,58
(101,2){8,7โ2,96}
=
899,58
(101,2)5,74
=
899,58
580,888
=1,54 g/cm
7. =
807 ,36
(101,3){7,743โ1,94}
=
807,36
(101,3)5,803
=
807,36
587,8439
=1,37 g/cm
P =(1 โ
๐ต๐
๐ต๐ฝ
) ๐ฅ 100%
=(1 โ
1,37
0,25
) ๐ฅ 100%
=(
0,25โ1,37
0,25
) ๐ฅ 100%
=44,8%
4.2 Pembahasan
Stuktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung menjadi satu kesatuan dengan yang lain untuk
membentuk sebuah agregat tanah. Kualitas struktur tanah dapat dinyatakan dengan porositas,
karena pada porositas terdapat proses kimia dan biologi yang aktif terjadi di dalam pori-pori
tanah, sehingga porositas bisa menjadi tolok ukur kualitas struktur tanah. Pori-pori tanah
sangat mempengaruhi struktur tanah, jika tanah yang memiliki struktur kemampatan yang
rendah, maka tanah tersebut juga mempunyai porositas total yang rendah begitu pula
sebaliknya.
Perhitungan untuk menetukan nilai porositas suatu tanah, kita juga memerlukan nilai
Berat Jenis (BJ) dan Berat Volume (BV) tanah. Berat Jenis (BJ) merupakan perbandingan
relatif antara berat kering padatan tanah dengan volume satuan partikel-partikel tanah. Alat
yang kita gunakan untuk menentukan nilai Berat Jenis (BJ) suatu tanah biasanya disebut
dengan piknometer, karena tanah yang kita gunakan bukan tanah dalam bentuk bongkahan,
tetapi tanah yang sudah diayak atau disaring yang memiliki diameter 2 mm.
Berat Volume (BV) tanah adalah berat kering padatan tanah per volume total padatan
tanah yang dinyatakan dengan g/cm. Berat Volume (BV) ini sangat mempengaruhi tingkat
kemampatan tanah, bila nilai Berat Volume (BV) semakin tinggi maka kemampatan tanah
8. juga semakin tinggi begitu pula sebaliknya. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah metode lilin, dengan prinsip kerja melapisi seluruh bagian bongkahan tanah dengan
lilin yang kemudian ditimbang dan menghitung volumenya, sehingga dapat diketahui nilai
nisbah antara berat bongkahan tanah yang berselimut lilin dengan volumenya.
Pada praktikum kali ini, kita akan menetukan nilai Berat Jenis (BJ), Berat Volume
(BV) dan porositas tanah pada tanah entisol dan inseptisol. Diperoleh hasil untuk tanah
entisol nilai Berat Jenis (BJ) sebesar 3,09 g/cm, Berat Volume (BV) sebesar 1,54 g/cm,
sehingga porositas tanah entisol adalah 50,16%.Hasil dari tanah inseptisol adalah nilai Berat
Jenis (BJ) sebesar 0,25 g/cm, Berat Volume (BV) sebesar 1,37g/cm, sehingga porositas tanah
inseptisol adalah 44,8%. Dari hasil praktikum ini tanah entisol memiliki struktur tanah
dengan porositas yang lebih besar daripada tanah inseptisol.
Menurut Forth di dalam bukunya yang berjudul โIlmu Tanahโ, tanah inseptisol
memiliki nilai Berat Jenis (BJ) sebesar 1,0 g/cm, Berat Volume (BV) sebesar 1 sampai 1,20
g/cm dan porositas tanah berkisar 68% sampai 85%. Bila dibandingkan antara hasil
praktikum dengan teori menurut Forth, maka bisa dikatakan bahwa adanya perbedaan yang
cukup signifikan pada porositas tanah, yaitu 44,8% berbanding 68-85%. Hasil yang cukup
jauh ini mungkin dipengaruhi oleh praktikan yang kuranmg teliti dal;am mel;akukan
praktikum, sehingga data yang didapatkan kurang akurat.
Menurut Ananto Rahman, tanah entisol memiliki nilai Berat Volume (BV) sebesar
1,18 - 1,50 g/cm, Berat Jenis (BJ) sebesar 2,48 โ 2,90 g/cm dan porositas tanah sebesar 65,28
โ 89,01%. Bila dibandingkan anatar hasil praktikum dan teori Ananto Rahman, maka bisa
dikatakan tidak ada perbedaan yang cukup signifikan. Pada praktikum yang dilakukan
didapatkan hasil Berat Jenis (BJ) sebesar 3,09 g/cm, Berat Volume sebesar 1,54 g/cm dan
porositas tanah sebesar 50,16%, sehingga tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara
hasil praktikum dengan teori Ananto Rahman.
Manfaat mengetahui struktur tanah dalam bidang pertanian sangat banyak, yaitu
untuk mengetahui kandungan bahan organik, mineral, serta kebutuhan air dalam pengolahan
tanah dalam bidang pertanian. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai Berat Jenis
(BJ), Berat Volume (BV) dan porositas total tanah tersebut, sehingga kita juga bisa
menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam pada tanah tersebut dan melakukan
perencanaan tentang bagaimana cara merawat tanah tersebut agar tetap subur dan produktif.
Ketidak akuratan data yang diperoleh pada tanah inseptisol, yaitu nilai Berat Jenis
(BJ) dan porositas yang jauh dari teori Forth, mungkin dipengaruhi oleh perlakuan pada
bahan yang tidak sesuai prosedur pada saat praktikum. Hal tersebut bisa dilihat ketika terjadi
penambahan air kembali ketika terjadi kesalahan pada saat penimbangan piknometer yang
penuh dengan air, sehingga data yang didapatkan terdapat perbedaan dan tidak akurat.
Keabsahan nilai Berat Volume (BV) pun juga dipertanyakan, karena pencelupan bongkahan
tanah pada lapisan lilin juga tidak sesuai dengan metode yang sebenarnya. Bongkahan
dibiarkan dalam larutan lilin selama beberapa menit, sehingga larutan lilin juga bisa masuk ke
dalam pori-pori bongkah tanah tersebut. Jika melihat perlakuan yang salah seperti di atas,
maka nilai BJ dan BV yang didapatkan bisa dikatakan tidak akurat, sehingga mempengaruhi
perhitungan nilai porositas pada tanah inseptisol itu sendiri.
9.
10. BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kerapatan butir tanah (BJ) tanah entisol lebih tinggi daripada tanah
inseptisol, yaitu 3,09 g/cm berbanding 0,25 g/cm.
2. Kerapatan massa tanah (BV) tanah entisol lebih tinggi daripada tanah
inseptisol, yaitu 1,54 g/cm berbanding 1,37 g/cm.
3. Porositas tanah entisol lebih tinggi daripada tanah inseptisol, yaitu 50,16%
berbanding 44,8%.
5.2 Saran
Sebaiknya para petani harus mengetahui struktur pada masing-masing tanah,
agar mereka juga mengetahui tanaman apa ynag cocok untuk ditanam pada tanah
tersebut.
11. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Kemas H. 2005. Ilmu Tanah. Erlangga : Jakarta.
Rahman, Ananto. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. CV Karunia Ilmu : Cirebon.
Sandi, Kurnia.2009. Tanah dan Pertanian. Ganesha : Surabaya.
Shaufi, Ahmad.2009. Ilmu Tanah. Erlangga : Jakarta.
Tim Asisten dan Dosen.2010. Penuntun Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Hasanuddin
Press : Makasar.