1. PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL DAN SKRIPSI
JENIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
4 Jenis Penelitian Tindakan Kelas dan Penjelasannya
Jenis Penelitian Tindakan Kelas dan Penjelasannya dimana penelitian tindakan
kelas dapat dilakukan oleh siapapun yang berkepentingan guna meningkatkan
mutu pembelajaran didalam kelas1
1. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik
2. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan
3. Penelitian Tindakan Kelas Empiris
4. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental
1. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik
PTK diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan dengan
menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis
dan memasuki situasi yang terdapat didalam latar penelitian.
Contohnya: jika peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran,
masalah atau konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat didalam sekolah
atau kelas. Peneliti menganalisis dan mengamati secara cermat melalui
interaksi dengan siswa-siswa di suatu sekolah atau kelas dengan mencari
sumber masalah yang ada dan sebagainya. Kemudian menganalisis semua data
dan memberikan rekomendasi tentang penyelesaian atas konflik tersebut.
2. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan
Penelitian tindakan kelas yang dikatakan partisipan adalah apabila orang
yang akan melakukan atau melaksanakan penilaian harus ikut terlibat langsung
1 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group, 2012), 27
2. dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa
laporan.
Perencanaan penelitian, peneliti sudah terlibat dan selanjutnya peneliti
memantau, mencatat dan mengumpulkan data lalu menganalisa data serta
berakhir dengan melaporkan hasil dari penelitiannya. Dalam PTK jenis ini,
peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus menerus sejak awal
sampai berakhir penelitian.
3. Penelitian Tindakan Kelas Empiris
PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksankan sesuatu tindakan
atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama
aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan
penimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental
Jenis PTK ini memiliki nilai potensial terbesar dalam kemajuan
pengetahuan ilmiah. Yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik
atau strategi secara efektif dan efesien didalam suatu kegiatan belajar
mengajar.
Kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar dimungkinkan terdapat lebih
dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan
instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat
menentukan cara mana yang paling efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Diagnostik
1. Aplikasi Pembelajaran dengan Bermain Dalam Peningkatan Ketrampilan
Gerak Dasar
3. 2. Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Dalam Peningkatan Prestasi
Belajar
3. Peningkatan Ketrampilan Berbicara Dengan Pemanfaatan Media
Gambar
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Partisipan
1. Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Dalam Meningkatkan
Pembelajaran Lempar Lembing
2. Upaya Peningkatan Ketrampilan Bermain Drama Melalui Media
Video Drama
3. Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw Dalam Peningkatan
Ketrampilan Bercerita.
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (Empiris)
1. Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dengan
Penggunaan Model Inkuiri.
2. Penguasaan Teknik Lempar Cakram Dalam Mata Pelajaran
Penjasorkes Dengan Menggunakan Modifikasi Alat Peraga Pada
Peserta Didik.
3. Upaya Mengembangkan Kreativitas dan Bakat Siswa Melalui
Pembelajaran Discovery Learning
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Eksperimental
1. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Konstektual Dalam Peningkatan
Kualitas Menulis Narasi
2. Meningkatkan Ketrampilan Menulis Dengan Pemanfaatan Metode
Pembelajaran Bermain Peran
3. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
4. I. TAHAPAN PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
Tahap penyusunan proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
merupakan tahap awal bagi peneliti (guru) untuk merencanakan,
merumuskan dan mendesain PTK tentang apa masalah yang akan
diteliti, dan bagaimana solusi penyelesaian masalah penelitian
tersebut. Tahap pra penelitian sering kita kenal dengan sebutan tahap
mendesain penelitian (menulis proposal). Proposal penelitian
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena
proposal merupakan panduan atau pedoman bagi peneliti dalam
melaksanakan tahapan penelitian.
II. Format Sistematika Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan
Kelas (PTK)
Format penyusunan proposal PTK, sebagai berikut:
Judul Penelitian
Pengajuan Proposal
Pengesahan Pembimbingan
Daftar Isi
1) BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Hipotesis Tindakan
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
2) BAB II Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan
5. 3) BAB III Metodologi Penelitian
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Teknik Prosedur Penelitian
G. Jadwal Penelitian
H. Daftar Pustaka
III. Rincian dan Contoh Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan
Kelas (PTK)
Penjelasan dan contoh komponen dalam kerangka penyusunan
proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sebagai berikut:
Judul Penelitian, judul Penelitian Tind harus ditulis dengan
singkat, spesifik, dan dekleratif yang mencerminkan permasalahan
pokok yang akan dipecahkan dan tidak memberi kemungkinan
penafsiran yang beragam. Adapun hal pokok yang tertuang dalam
judul adalah variabel apa yang dipersoalkan dan tindakan apa yang
digunakan.
Contoh-contoh judul penelitian tindakan kelas, sebagai berikut:
a. Strategi meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar melalui
Pendekatan Berbasis Konstruktivisme Pada Mata Pelajaran Budi
Pekerti kelas 5 SD ..... Kota Batam
b. Penerapan pembelajaran model problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran
.....kelas.....di.....
c. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode Diskusi Partisipatif
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Terhadap
Materi Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di Sekolah.....
6. d. Pengembangan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Dalam
Pelajaran Sosiologi Melalui Pembelajaran Isu-Isu Kontroversial Di
.....
e. Mengembangkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Siswa
Melalui Murojaah di SMP .....Kota....
f. Upaya Peningkatan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Melalui Model Contextual Teaching Learning Kelas
4 SDIT......
IV. Penjelasan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagian latar belakang memuat tentang alur pemikiran
peneliti tentang mengapa masalah tersebut penting dan perlu
diteliti, bisa juga berdasarkan fenomena-fenomena atau peristiwa
masa lalu yang empiris dan sedang terjadi serta yang bakal terjadi
yang berhubungan dengan masalah pada objek penelitian, yang
dinilai menampakkan adanya penyimpangan yang memerlukan
peneliti untuk menganalisisi masalah supaya diadakan penelitian.
Latar belakang masalah bisa diperoleh dari kajian-kajian teori-
teori yang mendasari pemecahan masalah penelitian, yang dapat
ditemukan dari leteratur-literatur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, seperti buku-buku, surat kabar, jurnal-jurnal
penelitian baik yang berbentuk tulisan maupun terdapat dari media
internet. Latar belakang menjelaskan apa yang mendorong peneliti
menjalankan kajian yang berdasarkan pengalaman, isu-isu yang
hangat dibicarakan, dan bacaan penulis, atau hasil penelitian-
penelitian lepas.
7. Bagian latar belakang masalah, peneliti dapat
mengemukakan dan menjelaskan beberapa hal, sebagai
berikut:
1) Mengemukakan kondisi yang seharusnya (das sollen) dan
kondisi yang ada dalam proses pembelajaran di
sekolah/kelas sehingga jelas adanya kesenjangan yang
merupakan masalah yang menuntut untuk dicari solusi.
2) Menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu penting dan
mendesak untuk dicari solusi, serta dapat dilaksanakan.
3) Kemukakan masalah yang nyata yang terjadi di dalam
proses pembelajaran disekolah/kelas.
4) Kerugian-kerugian dan keuntungan-keuntungan apa yang
akan terjadi kalau masalah tersebut tidak diteliti.
5) Pemaparan latar belakang masalah pada umumnya
memakai pendekatan deduksi, yakni dari hal-hal yang
sifatnya umum ke hal-hal yang sifatnya khusus (kerucut
terbalik).
6) Kemukakan teori-teori yang mendasari atau relevan dengan
masalah, yang diajukan untuk mengatasi masalah yang
diteliti.
Dari aspek-aspek di atas dapat secara terperinci terus
dikembangkan menjadi fokus permasalahan. Ada beberapa
pegangan dalam menjadi fokus permasalahan. Terutama dalam
menilai pentingnya hal tersebut dijadikan topik penelitian, dan
kemungkinan untuk diteliti, sebagai berikut:
a) Jangan dimulai dengan permasalahan yang tidak mungkin
guru atau tenaga pendidik sendiri dapat menyelesaikan.
b) Pilihlah fokus permasalahan yang terbatas, yang
berukuran kecil, yang dapat dicari solusi dalam waktu
8. singkat yang tersedia untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
c) Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk
diselesaikan oleh guru dan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari dikelas/ruang kuliah.
d) Bekerjalah secara kolaboratif bersama mitra sejawat
dalam penelitian ini, tanyakan apakah mereka pernah
menghadapi permasalahan yang semacam dengan masalah
yang dialami guru.
e) Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan
dengan tujuan dan rencana perkembangan sekolah atau
lembaga secara keseluruhan (Rochiati, 2006:82).
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi, melacak,
menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari
judul penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan
diteliti.
Beberapa pendapat berikut ini dapat menjadi rujukan makna
identifikasi masalah:
a) Identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa
mencari masalah yang sekiranya dapat dicarikan
jawabannya melalui penelitian. Semua masalah yang ada pada
obyek penelitian dikemukakan, baik masalah yang akan
diteliti maupun tidak diteliti. Masalah yang diteliti umumnya
merupakan variabel dependent. Berdasarkan masalah yang
diketahuitersebut selanjutnya dikemukakan hubungan satu
masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti itu
kedudukannya di mana diantara masalah yang akan diteliti.
Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif atau negatif
terhadap masalah yang diteliti ( Sugiyono, 1999).
9. b) Identifikasi masalah adalah sekelompok aspek yang
beradadisekitar masalah utama yang dapat diteliti untuk
menjawab permasalahan utama. Tahapan identifikasi
masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari sebanyak-
banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan
jawabannya melalui penelitian. Pencarian masalah-masalah
ini bertumpu pada masalah pokok yang tercemin pada bagian
latar belakang masalah (umar , 2001)
c) Identifikasi masalah adalh tahap permulaan penguasaan
masalah dimana suatu obyek dalam suatu jalinan situasi
tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah (Suriasumantri
dalam Harun Sitompul, 2001)
Contoh: Identifikasi Masalah
Sebagaimana telah dikemukan terdahulu dalam latar
Belakang masalah serta dari pengamatan awal (grand tour) di
temukan fenomena-fenomena yang dipilih sebagai objek
perhatian untuk dikaji secara ilmiah. Dapat di identifikasikan
masalah sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran materi pelajaran Budi Pekerti kurang
kondusif.
2) Kurang interaksi antara guru dengan siswa.
3) Proses pembelajaran satu arah.
4) Metode belajar yang digunakan oleh guru kurang menarik.
5) Pelajaran Budi Pekerti kurang membekali siswa
6) Rendahnya motivasi balajar siswa untuk mata pelajaran
Budi Pekerti.
7) Rendahnya prestasui belajar siswa dalam mata pelajaran
Budi Pekerti.
10. C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas merupakan
beberapa pertanyaan yang akan dijawab setelah tindakan dilakukan
, perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipote-
Sa nantinya, dari perusan masalah dapat menghasilkan topik
Penelitian atau judul dari penelitian.
Contoh Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dan identifikasi
masalah diatas maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai
berikut:
1. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Budi Pekerti di kelas 5
SD ....Kota ....?
2. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pekerti di Kelas 5 SD....
Kota ....?
D. Hipotesis Tindakan
Rumusan hipotesis tindakan berdasarkan pada cara memecahkan masalah
dalam PTK.
Contoh:
1. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran.....disekolah......
2. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran...disekolah .........
E. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dikemukakan secara singkat berdasarkan topik atau masalah PTK yang
dikemukakan.
Contoh:
11. 1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran mata
pelajaran Budi Pekerti di sekolah ....Kota....
2. Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dari kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, ide, gagasan dan pertanyaan.
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu
mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas (PTK) berdasarkan pada hasil PTK
terhadap kualitas pembelajaran sehingga tampak manfaat bagi siswa,
guru maupun komponen pendidikan disekolah atau lembaga.
Contoh:
1. Proses belajar mengajar mata pelajaran Budi Pekerti disekolah
...... menjadi menarik dan menyenangkan.
2. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat (tidak konvensional),
tetapi bersifat variatif.
3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun
kelompok meningkat.
4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan
saran meningkat.
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian tidak dapat dilakukan apabila tidak memiliki basis teoretis
yang jelas. Penelitian yang sekarang adalah peneliti yang meneruskan peta
jalan yang telah dirintis atau yang telah dibuat oleh peneliti terdahulu
(Sudarwan, 2003: 105).
12. Contoh: Kajian Pustaka
A. Teori Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
berkenaan dengan bagaimana anak memperoleh pengetahuan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
B. Teori Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa
1. Motivasi belajar
2. Hasil belajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti harus
menentukan metodologi penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian yang akan dicapai.Metodologi penelitian tindkan kelas (PTK)
secara umum mencakup, pendekatan penelitian, setting penelitian (tempat
penelitian, waktu penelitian, dan siklus penelitian, subjek penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakn dalam penelitian
yang akan dilakukan.
A. Setting Penelitian
Peneliti Tindakan Kelas (PTK) penting melakukan pengamatan awal
untuk memahami dan menjelaskan tentang situasi keadaan dan latar
subjek penelitian yang dikenai tindakan pada tempat penelitian, waktu
penelitian, siklus penelitian tindakan kelas, dan subjek penelitian.
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dikelas 5 Sekolah
Dasar (SD).....Kota......
13. 2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan melalui tiga siklus untuk
melihat dan memperbaiki pembelajaran Budi Pekerti melalui pendekatan
berbasis Konstuktivisme.
B. Instrumen Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Sebelum pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrumental yang
akan digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu
kompetensi dasar (KD). Selain itu juga akan dibuat perangkat
pembelajaran yang berupa:
1. Lembar Kerja Siswa
2. Lembar Pengamatan Diskusi
3. Lembar Evaluasi
C. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa kelas 5 yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi
perempuan 25 siswa dan laki-laki 15 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
sebagai berikut:
1. Observatif Partisipatif
2. Wawancara Mendalam
3. Ujian/tes
4. Studi dokumentasi (analisis dokumen)
5. Diskusi dengan guru/ teman sejawat.
E. Teknik Analis Data
Melakukan analisis berarti melakukan kajian untuk mengenali
struktur suatu fenomena. Analisis dilaksanakan dengan melakukan
14. telaah terhadap fenomena-fenomena secara keseluruhan, maupun
terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena tersebut serta
hubungan keterkaitan di antara unsur pembentukan fenomena.
Bongdan dan Taylor (1975:32) mendefinisikan analisis data
sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu.
Pelaksanaan penelitian kelas (PTK), terdapat dua jenis data yang
dapat peneliti kumpulkan, yaitu: (a) data kuantitatif (nilai hasil belajar
siswa), di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif, (uji mean,
porsentase) yang dapat ditampilkan malalui tabel, grafik, yang
diinterpretasi dengan deskriptif kualitatif; (b) data kualitatif, berupa
informasi berupa deskripsi yang berkaitan tentang motivasi belajar
siswa, tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, pandangan
siswa, teman sejawat terhadap materi, metode, media, evaluasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, data atau informasi yang dikumpulkan yang
berhubungan dengan pertanyaan penelitian akan dianalisis berupa
pengelompokkan dan pengkatagorian data dalam aspek-aspek yang
telah ditentukan, hasil pengelompokkan tersebut dihubungkan dengan
data yang lainnya untuk mendapatkan suatu kebenaran. Sedangkan
menurut Miles dan Huberman (1986) menyatakan bahwa analisis
data Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang mempergunakan kata-
kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluaskan atau
dideskripsikan. Pada saat memberikan makna pada data yang
dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterpretasikan.
Karena penelitian bersifat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka
dilakukan analisis data pertama dikumpulkan hingga penelitian
berakhir secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya interpretasi
atau penafsiran data dilakukn dengan mengacau kepada rujukan
15. teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Analisi data meliputi:
(1) Reduksi data;
(2) Display / penyajian data, dan;
(3) Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.
F. Produser dan Rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Siklus 1
Gambar. 1
Model 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (ModelJohn Elliot)2
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
a) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
2 Dadang Yudhistira, Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang APIK (Asli Perlu
Ilmiah Konsisten), (Jakarta: Gramedia, 2012), hal. 46
EVALUASI
KESIMPULAN
16. Kompetensi dasar yang disesuaikan dengan konsep
konstrukttivistik yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran; dengan berbasis; (i) belajar berbasis masalah, (ii)
belajar berbasis co-operative, (iii) belajar berbasis kerja kelompok,
(iv) pembelajaran langsung, dan (v) belajar berbasis diskusi.
b) Membuat silabi pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan dalam PTK merancang.
c) Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajaran
berbasis konstruktivistik.
d) Membuat lembar kerja siswa;
e) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK;
f) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
g) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen
pengumpulan data.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja
tindakan perbaikan yang akan dikerjakan dan produser tindakan
yang akan diterapkan.
Contoh :
a) Penerapan metode tugas dan diskusi dengan membagi siswa
dalam 4 kelompok.
b) Menyajikan materi pelajaran.
c) Diberikan materi diskusi perkelompok.
d) Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok.
e) Salah satu dari diskusi kelompok, mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
f) Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
g) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan
h) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
17. i) Melakukan pengamatan atau observasi .
j) Jenis data yang dikumpulakan, seperti makalah, kliping, resume
diskusi, prilaku siswa dalam diskusi.
3. Pengamatan / Obsersi Tindakan (Observing)
Pengamatan pengamatan dilakukan terhadap; (a) situasi
Kegiatan balajar mengajar; (b) keaktifan siswa; dan (c) kemampuan
siswa dalam diskusi kelompok. Adapun instrumen yang digunakan
peneliti dalam pengamatan adalah (i) soal ujian, kuis; (ii) lembar
kerja (observasi), dan (iii) catatan lapangan.
4. Refeksi Terhadap Tindakan (Reflecting)
Refleksi merupakan analisis, sintesis, dan penilaian terhadap
hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan yang dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Hopkins) jika terdapat masalah
dari proses refleksi maka ilakukan proses perkaji ulang melalui
siklus berikut yang meliputi, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
sehingga permasalahan dapat teratasi.3 Tahapan ini dimakasud untuk
uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi
berkaitan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan
pada siklus kedua.
Siklus II
1. Perencana Tindakan
Tim peneliti (guru atau dosen) membuat rencana pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
2. Pelaksanaan Tindakan
3 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group, 2012), 28
18. Guru atau dosen melaksanakan pembelajaran berbasis konstruktivistik
berdasarkan rencana pemvelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
3. Pengamatan / Observasi Tindakan
Tim peneliti ( guru atau dosen dan kolaborator ) melakukan
pengamatan terhadap motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Refleksi Terhadap Tindakan
Tim penaliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua
dan menyusun rencana (replaning) untuk siklus ketiga.
Siklus III
1. Perencana Tindakan
Guru atau dosen (Tim peneliti) membuat rencana pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua.
2. Pelaksanaan Tindakan
Guru atau dosen melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana
Pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua.
3. Pengamatan / Observasi Tindakan
Tim peneliti (guru atau dosen dan kolaborator) malakukan
pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran siswa di kelas.
4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga
dan menganalisis, mensentesi, dan meverifikasi serta membuat
kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tindakan
(treatment) dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
Pembelajaran Budi Pekerti.
G. Jadwal Penelitian
No
.
Jadwal Kegiatan
Bulanan Ke :
19. 1 2 3 4 5 6 7
1. Penyusunan Proposal √
2. Seminar Proposal √
3. Pembuatan Instrumen Penelitian √
4. Izin Penelitian √
5. Menyiapkan Kelas √
6. Melakukan Siklus I √ √
7. Melakukan Siklus II √ √
8. Hasil Penelitian Penelitian √ √
9. Seminar Hasil Penelitian √
10. Perbaikan Pelaporan √
11. Laporan Penelitian √ √
H. Daftar Pustaka
Depdiknas. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action reserch).
Jakarta: Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Mene-
ngah.
Depdiknas. 2005. Panduan Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Jakarta: Dirjen Dikti.
Eliot, John. 1991. Action Research Education Change. Philadelpia: Open
Ubiversity Press.
Madya, Suarsih. 20007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action
Reserch). Bandung: Alfabeta.
Kemmis and McTaggart. 1994. The Action Research Planner. Dekan Uni-
versity.
Kunanadar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pen-
20. gembangan Profesi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Suharsimi Arinkunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengem-
bangan Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bumi Askara
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Kerjasama Progam
pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Dengan PT. Remaja
Rosdakarya.
PELAPORAN/SKRIPSI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Tahapan
Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan tahap akhir
yang penting dalam penelitian, laporan penelitian merupakan
pengkomunikasian hasil penelitian kepada pembaca. Adapun secara
kompleks dimulai dari proses awal penelitian sampai dengan penyajian hasil
penelitian. Tujuan dari laporan penelitian melapor hasil penelitian agar dapat
dikomunikasikan kepada pembaca atau pengguna, disamping tujuan bagi
peneliti itu sendiri.
B. Format Sistematika Penyusunan Laporan/Skripsi Penelitian
(PTK)
21. Penyusunan laporan penelitian pada umumnya terdiri dari bagian-
bagian, adapun bagian kerangka laporan penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sebagai berikut:
1) Bagian Awal, berupa halaman sampul luar terdiri dari:
∙ HALAMAN JUDUL DAN IDENTITAS PENELITIAN
∙ ABSTRAK
∙ PERNYATAAN
∙ PERSEMBAHAN
∙ KATA PENGANTAR
∙ PENGESAHAN
∙ DAFTAR ISI
∙ DAFTAR LAMPIRAN
2) Bagian Inti, memuat hal-hal sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Hipotesis Tindakan
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB 2 KAJAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsa Teori
B. Penelitian Yang Relevan
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian (Informan Penelitian)
C. Instrumen Penelitian
22. D. Teknik Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Prosedur Penelitian
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian
B. Hasil Penelitian
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Dan Saran
3) Bagian Akhir, yaitu:
- DAFTAR PUSAKA
- LAMPIRAN-LAMPIRAN
C. Contoh-Contoh Ringkasan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Bagian ini akan menjelaskan dan menguraikan tentang ringkasan laporan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang bersumber dari hasil Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang telah dipublikasikan, sebagai berikut:
I. Ringakasan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh,
Kunandar
(2006).
Judul : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
KELAS V SDN 01 KALI BARU JAKARTA UTARA.
BAB I
23. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Kurikulum Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan Pengetahuan Sosial;
2. Kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya dan
modal yang bersifat fisik, tetapi juga bersumber pada modal yang
intelektual, sosial, dan kepercayaan. Dengan demikian, tuntutan untuk
memutahirkan Pengetahuan Sosial menjadi keharusan;
3. Meningkatkan relevansi progam pembelajaran pengetahuan sosial dengan
keadaan dan kebutuhan;
4. Wachidi (2020) tujuan pokok pembelajaran pengetahuan sosial yaitu; (a)
memberi pengetahuan kepada manusiabagaimana bersikap terhadap
benda-benda di sekitarnya; (b) dengan manusia lainnya; (c) dengan
masyarakat sekitar; (d) dengan alam sekitarnya; (e) dengan tuhannya.
Dari uraian diatas dapat diamsusikan bahwa mata pelajaran pengetahuan
sosial mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan
SDM yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini (SD). Dengan
demikian proses pembelajaran pengetahuan sosial harus dikemas dengan
metode yang menarik, menentang dan menyenangkan.
Agar pembelajaran pengetahuan sosial menjadi pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan dapat dilakukan melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student teams Achievement Divisions)
dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dalam pembelajaran
pengetahuan sosial.
B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran pengetahuan sosiial dikelas masih berjalan menonton
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
4. Metode yang digunakan bersifat konvensional
5. Rendahnya kualitas pembelajaran pengetahuan sosial
24. 6. Rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pengetahuan sosial.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat di
rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan model penbelajaran kooperatif dengan tipe
STAD agar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa di
didalam mata pelajaran dengan Pengetahuan Sosial?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD
agar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mata
pelajaran pengetahuan sosial?
D. Cara Memecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam Ptkini, yaitu model
pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD (Student Teams Achievement
Devisions). Dengan model pembelajaran ini diharapkan hasil belajar dan
aktivitas murid dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial meningkat.
E. Hipotesis Tindakan
Dari perumusan masalah dan cara memecahkan masalah, dapat peneliti
rumuskan hipotesis tindakan, sebagai berikut:
1. Dengan diterapkan pembelajaran model kooperatif dengan tipe STAD
(Student Teams Achievement Devisions). Agar dapat meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial?
2 Dengan diterapkan model pembelajaran model kooperatif dengan tipe
STAD (Student Teams Achievement Devisions). Agar dapat mening-
katkan hasil belajar dan aktivetas siswa dalam mata pelajaran
Pengetahuan Sosial?
25. F. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan penelitian tindakan kelas (ptk) ini, sebagai berikut:
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran pengeta
huan Sosial
2. Siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk men-
yampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu
mempertanggungg jawabkan segala tugas individu maupun kelompok
4. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran pengetahuan sosial tidak monoton lagi.
2. ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvensional, tetapi
bersifat variatif.
3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok
meningkat
4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan saran
meningkat.
5. Kualitas pembelajaran pengetahuan sosial meningkat.
6. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial meningkat.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
26. A. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
1) Konsep Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar
dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan. Menurut Salvin pembelajaran konstruktivitas dalam pengajaran
menerapkan metode pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar
teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-
konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep
tersebut.
2) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
B. Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
C. Hakikat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPS
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Peneltian
Setting Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi: tempat penelitian, waktu
penelitian, dan siklus PTK, sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Kali Baru 01
Jakarta Utara untuk mata pelajaran Pengetahuan Sosial. Pemilihan Sekolah
27. ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di
sekolah binaan LPMP DKI Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan pada awal tahun
ajaran baru 2020/2021, yaitu bulan Agustus sampai bulan Nopember 2020.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan sekolah,
karena PTK memerlukan siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar
yang efektif di kelas.
3. Siklus PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui dua siklus untuk
melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata
pelajaran Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Persiapan sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dibuat
berbagai input instrumental yang akan di bangunkan untuk memberikan
perlakuan dalam PTK, yaitu kompetensi dasar (KD); (a) kemampuan
menghargai keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia; (b) kemampuan
memahami keadaan penduduk dan pemerintah Indonesia.
Selain itu akan dibuat perangkat pembelajaran berupa; (1) Lembaran
kerja siswa; (2) Lembaran pengamatan diskusi siswa: (3) Lembaran
evaluasi. Persiapan juga akan disusun daftar kelompok diskusi yang dibuat
secara heterogen.
C. Subjek Penelitian
28. Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas lima
yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21 orang dan laki-
laki 19 orang.
D. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari
beberapa sumber yakni;
(1) Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar;
(2) Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran
model kooperatif dengan tipe STAD dan hasil belajar serta aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar;
(3) Teman sejawat dan kolaborator, dimaksudkan sebagai sumber data untuk
melihat implementasi PTK secara komprehensif, dari sisi siswa maupun
guru.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
terdiri; tes, observasi, wawancara, dan diskusi teman sejawat.
1) Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa
2) Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa dalam PBM dan implementasi tipe STAD
3) Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan
implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD
29. 4) Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil
siklus PTK.
Alat untuk pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai berikut:
a) Tes/Ujian: menggunakan butir soal/instrumen soal untuk mengukur hasil
belajar siswa.
b) Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
c) Wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui
pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang pembelajaran tipe
STAD.
d) Diskusi : untuk mengetahui hasil belajar siswa tentang pembelajaran tipe
STAD.
F. Indikator Kinerja
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang akan dilihat indikator
kinerjanya proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD selain siswa
dan guru.
1) Siswa
a) Tes : rata-rata nilai ulangan harian
b) Observasi : keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
2) Guru
a) Dokumentasi : kehadiran siswa
b) Observasi : hasil observasi
30. G. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskritif dengan menggunakan
teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.
1) Hasil Belajar: menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
2) Aktivitas siswa dalam PBM : menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam
PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
3) Implementasi tindakan dalam pembelajaran kooperatif: menganalisis
tingkat keberhasilannya, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil,
kurang berhasil dan tidak berhasil.
H. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan Peneltian Tindakan Kelas (PTK) ini melalui dua siklus,
ketiga tahapan tersebut terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan tindakan, dan refelksi tindakan sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan tindakan, sebagai berikut:
a) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran;
b) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatmen) yang diterapkan dalam PTK;
31. c) Membuat lembar kerja siswa;
d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK;
e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
2. Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan
perbaikan yang akan dikerjakan dan prosedur tindakan yang akan
diterapkan, sebagai berikut:
Contoh:
a) Membagi siswa dalam delapan kelompok
b) Menyajikan materi pelajaran
c) Diberikan materi diskusi
d) Guru mengarahkan kelompok pada saat diskusi kelompok
e) Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya
f) Guru memberikan kuis atau pertanyaan
g) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan
h) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama
i) Melakukan pengamatan atau observasi
3. Pengamatan Tindakan
32. Pengamatan-pengamatan dilakukan terhadap: (a) situasi kegiatan
belajar mengajar;(b) keaktifan siswa; dan (c) kemampuan siswa dalam
diskusi kelompok.
4. Refleksi Terhadap Tindakan
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaiotan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus
berikutnya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berhasil apabila:
1) Sebagian besar (75% dari siswa) berani dan mampu menjawab
pertanyaan dari guru.
2) Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan mengemukakan
pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
3) Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu untuk bertanya
tentang materi pelajaran pada hari itu.
4) Lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas
kelompoknya.
5) Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.
Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Tim peneliti (guru) membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus pertama.
2) Pelaksanaan Tindakan
33. Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
3) Pengamatan Terhadap Tindakan
Tim Peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap
aktivitas pembelajaran
4) Refleksi Terhadap Tindakan
Tim Peneliti (guru dan kolaborator) melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis untuk serta membuat kesimpulan
atas pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tindakn (treatment) dalam
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bagian ini, penulis/peneliti harus menggambarkan atau mendeskripsikan
tentang beberapa bagian penting, diantaranya:
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian & Pembahasan
Struktur penulisan dan isi dari ketiga bagian tersebut, meliputi:
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
Pada bagian ini penulis/peneliti menggambarkan atau mendeskripsikan
tentang:
34. 1) Identitas, alamat dan sejarah sekolah
2) Kondisi fisik dan fasilitas sekolah secara umum;
3) Kondisi umum guru dan tenaga kependidikan;
4) Kondisi umum siswa;
5) Kondisi guru mata pelajaran (peneliti)
6) Kondisi media, alat dan penunjang PBM untuk mata pelajaran yang
sedang diteliti.
B. Hasil Penelitian & Pembahasan
1. siklus I:
a) Perencanaan, sebagai berikut:
i. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran;
ii. Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada
tindakan (treatment) yang diterapkan dalam PTK
iii. Membuat lembar kerja siswa;
iv. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK
v. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b) Pelaksanaan
Pada awal pelaksanaan siklus pertama belum sesuai dengan
rencana. Hal ini disebabkan; contoh:
1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar
berkelompok.
35. 2) Sebagian kelompok belum memahami langkah-lanhkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD secara utuh dan
menyeluruh.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas dilakukan upaya sebagai
berikut:
i. Guru dengan intensif memberikan pengertian kepada siswa
kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok,
keikutsertaan siswa dalam kelompok.
ii. Guru membantu memahami langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD
c) Pengamatan (Observation)
Pengamatan dilakukan terhadap ; (1) situasi kegiatan belajr
mengajar; (2) keaktifan siswa; dan (3)kempuan siswa dalam diskusi
kelompok.
(1) Hasil observasi aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran
dapat dilihat pada tabel 1 dan grafik 1 sebagai berikut:
Tabel I
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok Skor
Perolehan
Skor Ideal Persentase
(%)
Keterangan
A 11 16 69
B 12 16 75
C 14 16 88 Tertinggi
D 10 16 63
E 8 16 50 Terendah
36. F 10 16 63
G 11 16 69
H 12 16 75
Rata-rata 11 16 69
Grafik I
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Belajar
(2) Hasil observasi aktivitas guru dalam proes pembelaajaran pada siklus I
masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan
skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih banyak berdiri
didepan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada peserta didik
bagaimana melakukan pembelajaran secara kooperatif tipe STAD.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A B C D E F G
37. (3) Hasil evaluasi siklus I. Penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran pun masih tergolong kuran. Dari skor idel 100, skor perolehan
rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
d) Refeksi dan Perencanaan Ulang ( Reflecting and Replaning).
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus
pertama adalah sebagai berikut:
i. Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang
mengarahkan kepada pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap
aktivitas guru dalam proses pembelajaran hanya mencapai
61,36%.
ii. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Mereka
merasa senang dan antusias belajar. Hal ini bisa dilihat dari
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran hanya mencapai 69%.
iii. Hasil evaluasi siklus pertama mencapai rata-rata 6.,20.
iv. Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas
dengan waktu yag ditentukan, hal ini karena anggotakelompok
tersebut kurang seriusmmdalam belajar.
v. Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam
mempretensikan kegiatan.
Untuk memperbaiki elemahan dan mempertahankan keberhasilan
yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus
kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut:
38. 1) Memberikan motivasi kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3) memberikan pengakuan atau penghargaan (reward).
2. Siklus II
a) Perencanaan
perencanaan siklus kedua berdasarkan repleaning siklus pertama,
sebagai berikut:
i. Memberikan motuvasi kepada kelompok agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
ii. Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan
iii. Memberikan pengakuan atau penghargaan (reward)
iv. Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
b) Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus kedua, sebagai berikut:
i. Suasana pembelajaran sudah mengaruh kepada pembelajaran
kooperatiftipe STAD. Tugas yang diberikan guru kepada
kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik
mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam sattu kelompok
menunjukan saling membantu untuk menguasai materi
39. pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau
diskusi antara sesama anggota kelompok.
ii. Sebagian besar peserta didik termotivasi untuk bertanya dan
menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
iii. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah
mulai tercipta.
c) Pengamatan (Observation)
Adapun hasil observasi pada siklus ii ini sebagai berikut:
i. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran selama
siklus kedua dapat terlihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II
Kelompok Skor
Perolehan
Skor
Ideal
Persentase
(%)
Keterangan
A 12 16 75
B 13 16 81
C 14 16 88 Tertinggi
D 11 16 69
E 10 16 63 Terendah
F 11 16 69
G 12 16 75
H 13 16 75
Rata-rata 12 16 74
Grafik 2
40. Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Belajar Siklus Kelas II
KELOMPOK
ii. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus kedua
tergolong peningkatan yang baik. Hal ini berarti mengalami perbaikan
dari siklus pertama. Dari skor ideal 44 nilai yang diperoleh adalah
35 atau 80%.
iii. Hasil evaluasi penguasaan peserta didik terhadap materi
pembelajaran pada siklus kedua juga tergolong sedang yakni dari
skor ideal 100 nilai rata-rata skor yang diperoleh adalah 70 atu 70%.
iv. Hasil ulangan hari kedua (setelah menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD juga mengalami peningkatan yang sebelumnya
dengan skor 5,48 menjadi 6,53 setelah dilakukan pembelajaran
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A 75 B 81 C 88 D 69 E 63 F 69 G 75 H 75
41. kooperatif naik 1,05.
d) Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai
berikut:
i. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran sudah mengarahkan ke
pembelajaran koopertif tipe STAD. Hal ini tergambar dalam, (1) siswa
mampu membangun kerjasama dalam memahami tugas yang diberikan
oleh guru; (2) siswa mulai mampu mulai berpartisipasi dalam kegiatan
dan tepat waktu dalam melaksanakannya; (3) siswa mulai mampu
mempersentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kata
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus
pertama menjadi 74% pada siklus kedua.
ii. Meningkatnya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran didukung
oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru intensif
membimbing peserta didik dalam mengalami kesulitan proses
pembelajaran, hal ini dapat dilihat hasil observasi aktivitas guru proses
pembelajaran meningkat dari 61, 36% pada siklus pertama menjadi 80%
pada siklus kedua.
iii. Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap
kemampuan peserta didik menguasai materi pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi 6,20 pada siklus pertama menjadi 7,00 pada
siklus kedua.
iv. Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian I)
sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi 6, 53
42. (ulangan II) setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat
disimpulkan sebagai berikut: Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) dapat memperbaiki dan
meningkatkan aktivitas proses pembelajaran. Dari hasil observasi ini
memperlihatkan bahwa peningkatan aktivits siswa yang pada siklus I hanya
rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus II. Kemampuan dalam diskusi
kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini dapat
dilihat mulai terbiasa dengan belajar dalam kelompok.Penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata ulangan harian I
tanpa pembelajarankooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) 5,48 menjadi 6,53.
Pembelajaran STAD relevan dengan pembelajaran kontekstual.
Memulai pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions), siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-
langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai
oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), pembelajaran
Pengetahuan Sosial lebih menyenangkan.
43. B. Saran
Telah terbuktinya pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial, maka kami sarankan sebagai
berikut:
1. Kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) sebagai
suatu alternatif dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sisswa.
2. Kegiatan pembelajaran ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan
siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara
berkesinambungan dalam pelajaran Pengetahuan Sosial maupun pelajaran
lainnya.
44. DAFTAR PUSTAKA
Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009.
Agus Yuliantoro, Penelitian Tindakan Kelas Dengan Metode Mutakhir Untuk
Pengembangan Profesi Guru, Andin Publishing, 2006.
Aip Badrujaman, Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata
Pelajaran dan Guru Kelas, Trans Info Media, 2010.
Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,. Jakarta: Bumi Aksara,
2005.
Borg & Gall, Educational Research. New York: Allyn and Bacon. 2003
Depdiknas, Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) (Classroom Action Research). Jakarta: Ditjen Dikti,
Direktorat Ketenagaan, 2006.
Erna Febru Aries. S, Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasinya, Aditya
Media, 2012.
Heris Hendriana dan Afrilianto, Panduan Bagi Guru – Penelitian Tindakan kelas
– Suatu Karya Ilmiah, Refika Aditama, 2014.
Imam Suyitno, Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah Dalam
Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Refika Aditama, 2011.
Iskandar Agung, Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru, Bestari, 2012.
Jamal Mamur Asmani, Tips Pintar PTK Penelitian Tindakan Kelas, Laksana.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru, Rajawali Press, 2008.
Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Rosda, 2009.
Risky Setiawan, Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Parama Publishing, 2017.
45. Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan
Pengembangannya, Bumi Aksara, 2013.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet. Ke-4, 2009.