Dokumen tersebut membahas tentang penelitian tindakan kelas (PTK), yang merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya. PTK meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam beberapa siklus untuk meningkatkan mutu pembelajaran."
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran
apabila implementasikan dengan baik dan benar. Upaya PTK diharapkan dapat
menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan para guru. PTK
menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan
penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya
bersifat kolaboratif.
Penelitian Tindakan Kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan ilmiah yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan,
mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif
dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelasnya.
Mutu pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal
inibisa dilihat dari beberapa indicator. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan
tinggi yang belum siap memasuki duniakerja karena minimnya kompetensi yang
dimiliki. Kedua, peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih
rendah (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara). Ketiga, laporan International
Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia
berada diurutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, lapporan Third
Matematics and Science Study (TIMSS), lembaga yang mengukur hasil pendidikan
didunia, bahwa kemampuan matematika siswa SMP Indonesia berada diurutan ke-34
dari 38 negara, sedangkan kemampuan IPA berada diurutan ke-32 dari 38 negara, ()
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berkaitan dengan latar belakang yang ada adalah
sebagai berikut:
A. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
1. Manfaat Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
2. Refleksi Awal
3. Melaksanakan Studi Pendahuluan
4. Merancang Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
B. Siklus Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas
2. 2
1. Menyusun Rencana Tindakan (Planning)
2. Tindakan (Acting)
3. Pengamatan (Observing)
4. Refleksi (Riflecting)
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, makalah ini diantaranya
bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
A. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
1. Manfaat Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
2. Refleksi Awal
3. Melaksanakan Studi Pendahuluan
4. Merancang Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
B. Siklus Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas
1. Menyusun Rencana Tindakan (Planning)
2. Tindakan (Acting)
3. Pengamatan (Observing)
4. Refleksi (Riflecting)
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
1. Manfaat Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
…………..????
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas menurut Kunandar (2010:68) dapat
dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis:
a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan
pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki
mutu pembelajaran dalam jangka pendek
b. Manfaat praktisi dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas antara lain:
1) Merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah.
Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang
dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan
inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu mencoba
untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pendekatan,
metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan
suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
karakteristik kelas.
2) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru
melakukan Penelitian Tindakan Kelas maka guru telah melakukan
implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana
kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui
proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, (Kunandar, 2010: 68).
2. Refleksi Awal
.......definisi refleksi aja????
Refleksi awal yaitu pengajar merefleksikan masalah-masalah yang ada di
kelasnya. Permasalahan pembelajaran bisa disebabkan oleh permasalahan kelas,
yaitu apabila mayoritas siswa mengalami dan permasalahan individu bila hanya
satu dua anak yang mengalami. Gejala permasalahan kelas yang mudah dikenali
antara lain prestasi rendah, kelas pasif, partisipasi rendah, motivasi belajar siswa
4. 4
rendah dan lainnya. Kadang-kadang ide datang dari orang lain untuk melakukan
PTK dengan mengajak guru di sekolah. Kegiatan refleksi awal ini terdiri dari
identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan
hipotesis tindakan.
Identifikasi masalah yaitu menemukan masalah yang mengganggu proses
belajar dan menghalangi tercapainya tujuan. Caranya adalah renungkan, pikirkan,
dan refleksikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan yang berdampak pada kurang optimalnya proses dan hasil belajar.
Pengajar juga perlu mengidentifikasi kelebihan dan keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukan sebagai acuan tindakan yang akan dilakukan.
Analisis masalah yaitu membandingkan atau mempertimbangkan masalah
mana yang diprioritaskan atau mendesak untuk segera diatasi dan juga strategis.
Masalah yang perlu dipilih adalah masalah yang sangat strategis, masalah yang
sangat mendesak untuk segera diatasi, dalam penaganannya dapat dilakukan oleh
pengajar dan sesuai dengan prioritas.????????
Perumusan masalah yaitu tindakan merumuskan semua permasalahan
yang telah diidentifikasi dan di analisis secara cermat dan teliti dan dituangkan
dalam sebuah kalimat atau pertanyaan. Rumusan masalah hendaknya jelas,
spesifik dan operasional. Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan
Masalah dirumuskan secara jelas, tidak mempunyai makna ganda, Masalah dapat
dituangkan dalam kalimat tanya, Rumusan masalah pada umumnya menunjukan
hubungan antar dua atau lebih variabel, Rumusan masalah hendaknya dapat diuji
secara empirik yaitu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan, dan Menunjukan secara jelas subjek penelitian
Hipotesis tindakan yaitu dugaan terhadap tindakan yang akan dilakukan
nantinya. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan
yang dilakukan dapat diukur baik secara kualitatif ataupun kuantitatif, (Anonim,
2012).
3. Melaksanakan Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan studi yang dilakukan untuk mempertajam
arah studi utama. Studi pendahuluan dilakukan karena kelayakan penelitian
berkenaan dengan prosedur penelitian dan hal lainnya yang masih belum jelas.
Studi pendahuluan bisa saja mengubah arah penelitian yang telah disusun di
5. 5
dalam proposal. Dengan demikian, studi pendahuluan bisa saja menghasilkan
perubahan prosedur penelitian, meningkatkan pengukuran, meningkatkan
kepercayaan asumsi, dan desain yang lebih mantap dari studi utama. Studi
pendahuluan tak jarang merupakan miniatur dari studi utama. Tak jarang studi
pendahuluan pun menguji sejumlah instrumen yang akan digunakan dalam studi
utama.
Pada langkah awal yakni menentukan masalah penelitian, peneliti sudah
disarankan untuk mengadakan penjajagan mengenai kemungkinan terus atau
terhentinya pikiran peneliti untuk mengadakan penelitian tersebut. Mungkin saja
peneliti sudah begitu menggebu-gebu berkeinginan untuk melaksanakan
penelitiannya karena dirasakan bahwa permasalahannya cukup menarik, penting,
dan actual, misalnya saja tentang kenakalan remaja terutama yang berhubungan
dengan penyalahgunaan narkotika. Namun ketika peneliti sudah siap dengan
proposal yang mantap, peneliti baru mengetahui bahwa di daerah tersebut tidak
terdapat anak remaja. Ternyata tanah di daerah tersebut tidak subur, sehingga
dengan singkat dapat dikatakan bahwa di daerah itu para remaja tidak dapat
mencari nafkah untuk kehidupannya dengan memanfaatkan lahan yang ada.
Itulah sebabnya para remaja sesudah melulusakn pendidikan dasarnya lalu pergi
mengadu nasib ke kota besar.
Dalam contoh tersebut peneliti sebetulnya telah terkecoh denagn
menganggap bahwa rentangan umur penduduk cukup lengkap tetapi keadaan
senyatanya tidak demikian. Untuk menghindari kekecewaan (dan mungkin
pemborosan) yang akan terjadi, sebelum peneliti mantap denagn proposalnya.
Lebih baik terlebih dahulu mengadakan penelitian (studi) pendahuluan tenatng
daerah itu.
Penelitian pendahuluan dilakukan oleh peneliti terutama untuk menjajaki
dapat tidaknya suatu penelitian dilaksanakan di daerah itu. Dengan alasan itulah
maka penelitian pendahuluan ini sering disebut dengan Fasibility study
kemungkinan dilaksanakan. Dengan studi ini peneliti ingin mengetahui apakah
rencana penelitiannya memang masih ada kemungkinan untuk dilaksanakan. Jika
memang dari hasil penelitian pendahuluan tersebut tampak bahwa rencana
penelitiannya lebih baik dihentikan daripada dilanjutkan, maka peneliti harus rela
menggagalkan rencananya itu dan segera mengganti dengan mencari
kemungkinan permasalahan dan judul baru, (Arikunto, 2010: 16).
6. 6
Walaupun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum
mengadakan penelitian sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi
pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti.
Prof. Dr. Winarno Surachmad menyebutnya sebagai studi eksploratori. Studi
pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh
peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukann, (Margono, 2010).
Studi pendahuluan dilakukan dengan tujuan utama untuk menghimpun
berbagai informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Hal ini perlu
dilakukan, mengingat informasi yang relevan dapat menunjang keberhasilan
penelitian, terutama karena hasil studi pendahuluan ini dapat menjadi acuan, baik
dalam rangka pengenalan dan perumusan hipotesis. Berkaitan dengan perumusan
hipotesis, melalui studi pendahuluan ini dapat dihimpun berbagai informasi
teoritis dan fakta, baik yang bersifat umum maupun fakta ilmiah.
Dari beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa studi pendahuluan dalam
pelaksanaan penelitian itu sangat penting dilakukan sebelum peneliti mengadakan
penelitian yang sesungguhnya. Studi pendahuluan dapat membantu peneliti dalam
meluruskan niat penelitiannya, mempertajam arah penelitiannya dan juga dapat
mencari jalan lain yang belum dilalui orang lain yang telah meneliti hal itu. Studi
pendahuluan juga penting dilakukan untuk menjajaki kemungkinan diteruskan
atau dihentikannya penelitian tersebut.
Seperti teori pengumpulan data pada umumnya, maka sumber
pengumpulan informasi untuk mengadakan studi pendahuluan ini dapat dilakukan
pada tiga objek. Yang dimaksud dengan objek disini adalah apa yang harus
dihubungi, dilihat, diteliti atau dikunjungi yang kira-kira akan memberikan
informasi tentang data yang akan dikumpulkan. Ketiga objek tersebut ada yang
berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person) dan tempat (place),
disingkat menjadi tiga p: yaitu
1. Paper; dokumen, buku-buku, majalah atau bahan tertulis lainnya, baik
berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya. Studi ini juga
disebut studi kepustakaan atau literatur studi.
2. Person; bertemu, bertanya, dan berkonsultasi dengan para ahli atau
manusia sumber.
3. Place; tempat, lokasi atau benda-benda yang terdapat di tempat penelitian.
Seseorang yang berhasrat besar untuk mengadakan penelitian ke daerah
7. 7
pedalaman, mungkin mengurungkan niatnya setelah mengadakan syudi
pendahuluan, karena ternyata daerah yang dikunjungi terlalu sulit untuk
dicapai sehingga tidak akan seimbang antara biaya yang dikeluarkan
dengan hasil yang akan dicapai.
Dengan membaca dan mengetahui pengalaman orang lain, berarti mencari
teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan
landasan teoritis bagi pnelitian yang akan dilakukan itu. Landasan ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Pada umumnya lebih dari lima puluh
persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu
sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial.
Dalam studi paper, secara garis besar sumber bacaan itu dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu; (1) sumber acuan umum, dan (2) sumber acuan
khusus. Teori-teori dan konsep-konsep pada umumnya dapat ditemukan dalam
sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks,
ensiklopedia, dan sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan bagi masalah yang sedang digarap.
Hasil-hasil penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat ditemukan dalam
sumber acuan khusus, yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian,
tesis, disertasi,, dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil
penelitian. Jika dari penelaahan hasil-hasil penelitian tersebut ada petunjuk
mengenai kesulitan pelaksanaan bagi penelitiannya, maka rencana yang telah jadi
sebaiknya dibatalkan.
Sumber informasi studi person ialah para ahli atau manusia yang menjadi
sumber. Peneliti bertemu, bertanya, dan berkonsultasi kepada para ahli di bidang
masalah yang akan diteliti. Selain itu, peneliti juga bertemu, bertanya dan mencari
informasi dari orang-orang yang akan dijadikan objek penelitian. Peneliti
mendatangi daerah calon wilayah penelitiannya, bertemu dengan pejabat atau
calon responden untuk mengadakan penjajakan seperlunya. Jika ternyata pejabat
daerah tersebut tampaknya tidak membantu, demikian juga respondennya, maka
sebaiknya peneliti mengurungkan niatnya atau mengalihkan perhatian ke wilayah
lain.
Sedangkan sumber informasi studi place yaitu tempat, lokasi atau benda-
benda yang ada di tempat penelitian. Peneliti mempelajari situasi wilayah yang
8. 8
akan dijadikan ajang penelitian. Jika dari hasil belajar tersebut diketahui bahwa di
daerah tersebut tidak atau kurang daya dukung untuk penelitiannya, peneliti dapat
mengalihkan perhatiannya ke daerah lain.
Dengan ketiga objek tersebut akan membuka arah tujuan penelitian yang
kita dilakukan. Dilaksanakan atau sebaliknya, diganti atau diteruskan. Itulah cara
melakukan studi pendahuluan, (Suryabrata, 2011: 20).
4. Merancang Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Rencana tindakan merupakan tindakan pembelajaran yang disusun secara
sistematis, berorientasi kedepan degan mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
tak terduga sehingga dapat mengurangi atau mengeliminasi risiko.
Pengembangan rencana tindakan harus fleksibel agar dapat diamati. Tindakan
yang telah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama,
tindakan kelas mempertimbangkan risiko yang ada dalam perubahan
pembelajaran dan mengakui adanya kendala nyata yang dihadapi dikelas. Kedua,
tindakan kelas dipilih karena memungkinkan guru peneliti mengembangkan
tahapan-tahapan pembelajaran secara lebih efektif dan lebih professional dalam
memperlakukan peserta didik.
Memerhatikan uraian diatas, pengembangan rencana tindakan harus
membantu guru peneliti dalam mengatasi maslah pembelajaran, bertindak secara
efektif, dan meningkatkan kualitas pembelajaran; serta membantu guru peneliti
menyadari potensi baru untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas
pembelajaran. Dalam merencanakan tindakan, hendaknya guru peneliti
berkolaborasi dengan sejawat untuk mendiskusikan apa yang akan dilakukan
dalam menganalisis serta meningkatkan pemahaman dan tindakan kelas. Rencana
tindakan hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal refleksi terhadap
pembelajaran. Misalnya, jika guru bahasa inggris akan melakukan pengamatan
terhadap situasi pembelajaran dalam konteks sosial budaya masyarakat setempat
dan situasi sekolah secara umum, maka dia harus bekerja sama dengan teman
sejawat dan tokoh-tokoh masyarakat atau komite sekolah untuk mendeskripsikan
hasil pengamatan secara tepat.
Guru sebagai peneliti dituntut untuk memeriksa catatan-catatan lapangan
secara cermat, agar dapat mengidentifikasi maslah dan aspek-aspek yang perlu
ditingkatkan dalam memecahkan maslah pembalajaran. Berdasarkan hasil
9. 9
kesepakatan terhadap pencermatan catatan lapangan dan hasil kajian teoritis yang
relevan, guru peneliti menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan perlu
dilengkapi dengan pernyataan tentang indicator-indikator peningkatan yang akan
dicapai, misalnya indicator peningkatan motivasi belajar adalah jumlah peserta
didik yang mengajukan pertanyaan, menyampaikan saran atau mengusulkan
pendapat, dan menyatakan persetujuan.
Rencana tindakan hendaknya memuat berbagai informasi tentang: (1)
pengembangan materi pembelajaran; (2) pemilihan metode pembelajaran; (3)
prosedur pemecahan masalah; (4) penentuan alat dan teknik pengumpulan data
dan informasi yang diperlukan; (5) rencana pengumpulan dan pengolahan data;
(6) rencana untuk melaksanakan tindakan pemecahan masalah; dan (7) rencana
evaluasi tindakan sekaligus evaluasi pembelajaran. Alternatif tindakan yang akan
dilakukan untuk memecahkan maslah harus dikembangkan berdasarkan
kesesuaian dengan maslah penelitian; kemutakhiran tindakan; manfaat dalam
memecahkan maslah dan meningkatkan kualitas pembelajran, serta
dikembangkan berdasarkan berbagai teori atau pendapat para ahli.
Pengembangan rencana tindakan sebaiknya dilakukan dengan menuliskan
poko-pokok rencana kegniatan yang akan dilakukan dalam sebuah tabel seperti
berikut ini.
Rencana Tindakan
Siklus I Perencanaan Merencanakan pembelajaran
Menentukan kompetensi dasar
Mengembangkan skenario pembelajaran.
Menyusun lembar kerja siswa
Menyiapkan sumber belajar
Mengembangkan format penilaian
Mengembangkan format observasi
pembelajaran
Siklus II Tindakan Melaksanakan tindakan sesuai skenario
pembelajaran, dan lembar kerja siswa (LKS)
Pengamatan Melakukan observasi sesuai format yang
telah disiapkan
Menilai hasil tindakan sesuai format yang
10. 10
telah disiapkan
Refleksi Melakukan evaluasi mutu, jumlah dan waktu
dari setiap tindakan
Melakukan pertemuan ntuk membahas hasil
evaluasi tentang scenario pembelajaran dan
lembar kerja siswa
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai
hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus
berikutnya
Siklus II Perencanaan Identitas dan penentuan alternative
pemecahan masalah
Pengembangan program tindakan kedua
Tindakan Pelaksanaan tindakan kedua
Pengamatan Pengumpulan dan analisis data tindakan
kedua
Refleksi Evaluasi tindakan kedua
Siklus III Perencanaan: Identifikasi dan penentuan alternative
pemecahan masalah
Pengembangan program tindakan ketiga
Tindakan Pelaksanaan tindakan ketiga
Pengamatan Pengumpulan dan analisis data tindakan
ketiga
Refleksi Evaluasi tindakan ketiga
SIklus berikutnya
Simpulan dan saran
Rencana tindakan hendaknya dikembangkan dengan memanfaatkan secara
optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh
dimasa lalu dalam kegiatan pembelajaran dan penelitian sejenis. Sebelum
tindakan dan rencana tersebut dilaksanakan terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut.
1. Buatlah skenario yang berisi langkah-langkah kegiatan pembelajaran; mulai
dari pembukaan, kegiatan inti ata pembentukan kompetensi, dan penutup.
11. 11
2. Siapkan sumber-sumber belajar yang mendukung terlaksananya tindakan.
Sumber belajar ini bisa berupa manusia sumber, bahan pembelajaran, media
pembelajaran, petunjuk praktikum dan LKS.
3. Siapkan pedoman atau instrumen penelitian, misalnya format observasi untuk
mengamati kegiatan pembelajaran dan instrument untuk mengukur hasil
belajar.
4. Lakukan stimulasi pelaksanaan tindakan dan uji keterlaksanaannya.dalam
pembelajaran.
5. Kembangkanlah pedoman untuk monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan
rencana tindakan, (Mulyasa, 2012: 107).
B. Siklus Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas
1. Menyusun Rencana Tindakan (Planning)
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut akan dilakukan. Pada tahap perencanaan peneliti menentukan focus
peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian
membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekan fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menganalisa masalah, yaitu secara jelas dapat
dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah bersifat umum di
kelasnya, masalahnya cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan
mutu hasil pembelajaran, dan masalah pun harus dalam jangkauan
kemampuan peneliti.
b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan
melatarbelakangi PTK
c. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun
kalimat pernyataan
d. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan
berbagai alternative tindakan pemecahan masalah kemudian dipilih
tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan
guru.
12. 12
e. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan
indicator-indokator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data
yang dapat dipakai untuk menganalisis indicator keberhasilan itu.
f. Membuat secara rinci rancangan tindakan
PTK ini dilakukan antara seorang peneliti (dalam hal ini bias seorang
dosen, pengawas, kepala sekolah, atau widyaiswara) yang berkolaborasi dengan
guru mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan melakukan diskusi berdasarkan
pada keadaan senyatanya yang ada di kelas, peneliti dan guru dapat merancang
PTK dengn kegiatan utama sebagai berikut.
a. Merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya yang
disesuaikan dengan konsep kontruktivistik, dalam hal ini isi mata
pelajaran di susun dengan berbasis kontekstual yang mengacu pada:
1) Belajar berbasis masalah
2) Pengajaran autentik
3) Belajar berbasis inquiry
4) Belajar berbasis kerja
5) Belajar berbasis proyek atau penugasan
6) Belajar kooperatif
b. Merancang strategi dan scenario penerapan pembelajaran yang
mengggunakan prinsip pembelajaran konstruksivistik, seperti
mengaktifkan proses bertanya,penemuan, pemodelan, dan lain-lain yang
dibuat dengan rinci.
c. Menetapkan indicator ketercapaian dan menyusuni nstrumen pengumpul
data, ()??????
2. Tindakan (Acting)
Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran
akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah
“dilatihkan” kepada sipelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam
kelas sesuai dengan skenarionya. Scenario dari tindakan harus dilaksanakan
dengan baik dan tanpak wajar.
Pada PTK yang dilakukan oleh guru, pelaksanaan tindakan umumnya
dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk
dapat menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan dari mata pelajaran tertentu.
13. 13
Berikut contoh ringkasan rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan
pada satu PTK.
a. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk
pokok bahasan : A, B,C, dan D.
b. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, dipilih
ketua, sekretaris, dan lain-lain oleh dan dari anggota kelompok, bagi topic
bahasan untuk kelompok dengan cara random dan dilakukan dengan cara yang
menyenangkan.
c. Kegiatan kelompok: mengumpulkan bacaaan, melaui diskusi anggota
kelompok belajar memahami materi, dan menuliskan hasil diskusi dalam OHT
untuk persiapan presentasi.
d. Persentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan hasil
kerjanya dalam pleno kelas, guru bertindak sebagai moderator. Kemudian
lakukan diskusi dan ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
e. Jenis data yang dikumpulkan: makalah kelompok, lembar OHT hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, dan lain-lain.
Scenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan, hendaknya
dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan:
1) Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan,
2) Kegiatan yang akan dilakukan oleh guru
3) Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa
4) Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara
menggunakannya
5) Jenis instrument yang akan digunakan untuk pengumpulan data
ataupengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya,
(Arikunto, 2008: 75-77).
Pelaksanaan PTK merupakan suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan.
Diantara siklus-siklus tersebut terdapat informasi sebagai balikan (feedback)
terhadap apa yang telah dilakukan oleh peneliti. Jika perencanaan telah selesai
dilakukan maka skenario tidak dapat dilaksankan dalam situasi pembelajaran yang
actual. Tindakan dilaksakan sejalan dengan rencana pembelajaran dan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan pembelajaran. Melaksanakan tindakan
hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dikembangkan meskipun tidak dapat
dikendalikan secara multlak, karena proses pembelajaran manuntut penyesuaian
14. 14
dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guru peneliti harus fleksibel dan siap
mengubah rencana tindakan sesuai dengan situasi pembelajaran yang actual.
Menerapkan tindakan juga harus mengacu pada skenario pembelajaran yang telah
direncanakan dalam RPP.
Siklus pelaksanaan tindakan dalam PTK tersebut dapat dilukiskan seperti berikut
ini
Planning Akiting
Observing
Refleksi
3. Pengamatan (Observing)
Observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, seperti
yang dikemukakan oleh Karl Popper (Hopkins, 1993: 77 dalam Wiriaatmadja,
2005: 104). Namun dalam penelitian ini tidaklah demikian. Bahkan sang peneliti
apakah dosen, guru yang sedang studi di PPS (Program Pascasarjana) atau
siapapun, pada waktu memasukin ruangan kelas dengan maksud mengobservasi,
sebaiknya meninggalkan teori-teorinya di luar kelas, dan mulai mengamati tanpa
ada keinginan untuk menjustifikasi sebuah teori atau menyanggahnya.
Pengamatan yang professional, anda harus memperhatikan beberapa hal,
seperti berikut.
a. Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang
umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus di observasi berarti
segala sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati dan dikomentari, serta
dicatat dalam catatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, hanya
memfokuskan keadaan khusus dikelas seperti kegiatan tertentu atau praktek
pembelajaran tertentu, yang sudah di diskusikan sebelumnya. Apabila fokus
observasi bersifat umum dan luas, ada kemungkinan sedikit gunanya bagi guru
yang sedang di observasikan dan apa yang sedang terjadi sebenarnya di kelas.
Jadi, sebaiknya anda mengamati secara lugas terhadap fokus observasi.
15. 15
b. Menentukan criteria yang diobservasikan, dengan terlebih dahulu
mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara
cermat, ukuran-ukuran baik, sedang, lemah, efesien, tidak efesien, dan lain
ukuran yang dipakai dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih
dahulu, dan kemudian disetujui. Hal ini akan menghindarkan kesalah pahaman
antara para mitra peneliti, apabila akan melakukan diskusi dan refleksi sesudah
penampilan tindakan dilakukan. Criteria observasi ini selanjutnya akan
menjadi penentu apakah pengumpulan data penelitian mengikuti standar
tersebut, atau tidak.
Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila masukan
balik atau feedback dilakukan dengan cermat, yaitu dengan cara:
a. Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan dilakukan.
b. Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan
cermat.
c. Berdasarkan data factual
d. Data factual ditafsirkan berdasarkan kreteria yang telah disetujui.
e. Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi.
f. Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra penelitian lainnya
dalam diskusi dua arah.
g. Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus berikutnya. (Hopkins,
1993: 80 dalam Wiriaatmadja, 2005: 105)
1) Tiga Fase Observasi
Tiga fase esensial dalam mengobservasikan kelas adalah pertemuan
perencanaan, observasi kelas, dan observasi kelas. Dalam pertemuan perencanaan
pihak guru yang menyajikan dalam pihak pengamat mendiskusikan rencana
pembelajaran. Yang perlu didiskusikan ialah bagaimana penyajian langkah-
langkah pembelajaran dilakukan dan bagaimana pengamat akan mulai dengan
pengumpulan data melalui observasi dilakukan. Pengumpulan data melalui
observasi dilakukan. Pengumpulan data objektif dari tindakan belajar mengajar
guru seperti sudah disepakati bersama, selanjutnya akan dianalisis dalam diskusi
balikan sesudah tampilan pembelajaran selesai. Guru dan pengamat akan
mempelajari bersamaan hasil observasi, menyepakati hasil pengamatan yang
berbentuk kekurangan atau keberhasilan untuk dijadikan catatan lapangan, dan
mendiskusikan langkah-langkah berikut. Perhatikan bagan berikut ini.
16. 16
Hubungan antara guru yang melaksanakan pembelajaran dan pengamatan
atau observer harus dalam iklim saling percaya dan saling bantu, dan bukan yang
satu merasa terancam oleh yang lain. Jangan lupa bahwa focus penelitian adalah
untuk memperbaiki pembelajaran dikelas, dan mendukung strategi atau teknik-
teknik belajar mengajar, bukan untuk mengkritik pola perilaku guru yang kurang
berhasil, (Hopkins, 1993: 96 dalam Wiriaatmadja, 2005: 112).
2) Beberapa Metode Observasi
a. Observasi Terfokus
Apabila penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada upaya-upaya
guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan memberikan
respons kepada pertanyaan guru, maka sebaiknya dilakukan penelitian
tindakan kelas yang memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya.
Seringkali juga guru mengalami kesulitan dalam memberikan pujian
(reward) ataupun hukuman (punishment) kepada siswa, dan guru seringkali
tidak mengikuti bagaimana cara melakukannya mengingat ada kaitannya
dengan adat istiadat atau budaya siswa yang berasal dari kelompok etnik
yang berbeda. Langkah berikutnya dalam bentuk format teknik bertanya
mungkin akan memberikan bantuan, (Hopkins, 1993: 96 dalam
Wiriaatmadja, 2005: 112).
b. Observasi Terstruktur
Sekarang mungkin anda ingin tahu dan memahami bagaimana observasi
terstruktur dilakukan. Sebenarnya cukup sederhana. Apabila para mitra
penelitian sudah menyetujui criteria yang diamati, maka selanjutnya anda
tinggal menghitung (mentally) saja berapa kali jawab, tindakan, atau sikap
siswa yang sedang diteliti itu ditampilkan.
Contohnya untuk melakukan observasi terstruktur dapat juga dilakukan oleh
para penelitian, setelah mereka mendiskusikannya pada perencanaan.
Misalnya, dengan membuat denah kelas lengkap dengan posisi duduk siswa,
pertemuan perencanaan
observasi kelas observasi kelas
17. 17
yang diberi nomor atau tidak. Pengamatan kemudian mencatatkan jawaban
siswa pada posisi duduk siswa tersebut, atau pada nomor posisi duduk siswa,
sehingga jumlah jawaban siswa beserta kualitas jawabannya tercatat
serempak pada posisi duduk siswa, atau pada nomor posisi duduk siswa.
(Hopkins, 1993: 103 dalam Wiriaatmadja, 2005: 114)
c. Observasi Sistematik
Guru cenderung menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner dalam
mengumpulkan datanya karena menjaga agar tidak terjadi akibat yang
mengganggu apabila teknik observasi atau wawancara akan merusak
hubungan-hubungan guru disekolah. Guru juga tidak begitu merasa yakin
akan keterampilannya sebagai peneliti kualitatif dalam mengamati dan
mewawancarai, dan karenanya mereka cenderung mengambil peran sebagai
penelitian (kualitatif) saja, (Elliot, 1991: 64 dalam Wiriaatmadja, 2005: 115).
4. Refleksi (Riflecting)
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti
yang telah dicacat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah,
persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam suatu situasi dan
memahami persoalan serta keadaan tempat timbulnya peresoalan itu. Refleksi
biasanya dibantu oleh diskusi di antara peneliti dan kolaborator. Melalui diskusi,
refleksi memberikan dasar perbaikan rencana. Refleksi memiliki aspek evaluative-
refleksi meminta peneliti PTK untuk menimbang-nimbang pengalamannya untuk
menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan
memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Refleksi
(perenungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplansi (penjelasan)
terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan
tindakan, (Kunandar, 2010:75)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan
yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan
18. 18
ulang, tindakan ulang, danpengamatan ulang sehingga permasalahan dapat
teratasi, (Hopkins, 1993, dalam Arikunto, 2008: 80).
Dalam refleksi ada beberapa kegiatan penting, seperti:
a. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang
telah dilakukan
b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung
c. Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul
d. Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi
e. Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan
Kegiatan refleksi itu terdiri atas empat aspek, yaitu:
a. Analisis data hasil observasi
b. Pemaknaan data hasil analisis
c. Penjelasan hasil analisis
d. Penyimpulan apakah masalah itu selesai teratasi atau tidak. Jika teratasi,
berapa persen yang teratasi dan berapa persen yang belum. Jika ada yang
belum teratasi, apakah perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tdak.
Jadidalam refleksi akan ditentukan apakah penelitian itu berhenti disitu atau di
teruskan, (Kunandar, 2010: 76).
19. 19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek
akademis dan aspek praktis
2. Refleksi awal yaitu pengajar merefleksikan masalah-masalah yang ada di kelasnya
3. Kegiatan refleksi awal ini terdiri dari identifikasi masalah, analisis masalah,
perumusan masalah, dan perumusan hipotesis tindakan.
4. Studi pendahuluan merupakan studi yang dilakukan untuk mempertajam arah studi
utama. Studi pendahuluan dilakukan karena kelayakan penelitian berkenaan dengan
prosedur penelitian dan hal lainnya yang masih belum jelas.
5. Studi pendahuluan dapat membantu peneliti dalam meluruskan niat penelitiannya,
mempertajam arah penelitiannya dan juga dapat mencari jalan lain yang belum dilalui
orang lain yang telah meneliti hal itu.
6. Rencana tindakan merupakan tindakan pembelajaran yang disusun secara sistematis,
berorientasi kedepan degan mempertimbangkan peristiwa-peristiwa tak terduga
sehingga dapat mengurangi atau mengeliminasi risiko
7. Menyusun rencana tindakan merupakan Tahapan ini berupa menyusun rancangan
tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan
8. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah “dilatihkan” kepada
sipelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan
skenarionya.
9. Observasi memlilki fase-fase diantaranya tiga fase esensial dalam mengobservasikan
kelas adalah pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan observasi kelas.
10. Refleksi (perenungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplansi
(penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan
tindakan
20. 20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Asrori, M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima
Barlian, I. (2014). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Untuk Inovasi Pembelajaran
Guru Pendekatan Praktis Edisi 4. Palembang: Tolu Minakhai Press
Kusnandar, (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Margono, (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Mulyasa, (2015). Praktik Penelitian tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi, (2011). Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers
Supardi, (2004). Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Wiriaatmadja, Rochiati, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Rosdakarya
Anonim. (2012). Prosedur Refleksi. [Online]. Tersedia:
http://tuntutanuntukmenulis.blogspot.co.id/2012/10/prosedurrefleksi.htm
l. (24 September 2015)
Firqoh, (2012). Makalah PTK. [Online]. Tersedia:
http://staisfirqohb.blogspost.com/2012/04/makalah-kelompok-4.html.
(23 September 2015)
Zulfaidah, (2013). Manfaat PTK. [Online]. Tersedia: http://zulfaidah-
indriana.blogspot.co.id/2013/07/manfaat-penelitian-tindakan-kelas-ptk-
.html. ( 22 September 2015)