Homeschooling menjadi sebuah alternative yang layak untuk dipertimbangkan karena memberikan kemandirian belajar yang lebih besar bagi peserta didik, fleksibilitas waktu dan metode belajar, serta kesempatan sosialisasi yang lebih luas. Meskipun demikian, homeschooling juga berisiko mengurangi interaksi sosial dengan teman sebaya dari latar belakang beragam.
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Homeschooling
1.
2. Homeschooling pertama kali muncul dipicu oleh filosofi
bahwa “manusia pada dasarnya adalah makhluk belajar dan
senang belajar, kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara
belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-
orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau
mengontrolnya” (John Cadlwell Holt dalam bukunya How
Children Fail,1964).
Homeschooling berkembang dengan berbagai alasan selain
keyakinan, pertumbuhan homeshooling juga banyak dipicu
oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan disekolah formal.
Homeschooling merupakan model pendidikan dimana
sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri
atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah
sebagai basis pendidikannya. Orang tua terlibat langsung
dalam proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah
dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak
dikembangkan, kecerdasan dan ketrampilan, kurikulum dan
materi, serta metode dan praktek belajar (bdk.
Sumardiono,2007:4)
3. Homeschooling bertujuan untuk mengembangkan setiap
potensi anak yang unik secara maksimal. Orangtua bisa
menekankan pendidikan moral atau
keagamaan, memperluas lingkungan sosial dan suasana
belajar yang lebih baik. Tidak ada batas yang
menghalangi mereka untuk tumbuh. Kesempatan untuk
menimba ilmu juga lebih luas sejalan dengan
perkembangan pendidikan sekarang ini.
4. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
UUD pasal 28 ayat (1) menegaskan “Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, dan meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”. Ayat ini
juga diperkuat oleh UU HAM 1999 Pasal 12: Setiap orang berhak atas
perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh
pendidikan, mencerdaskan dirinya sesuai dengan hak asasi manusia.
UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 27 ayat (1) dikatakan: “Kegiatan
pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.” Kemudian ayat (2)
dikatakan:”Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.” Dengan
demikian, homeschooling dilindungi oleh undang-undang.
5. Homeschooling tunggal
Biasanya hanya melibatkan orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung
dengan yang lainnya. Orang tua harus benar-benar mengambil peran sebagai
pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai. Homeschooling tunggal memiliki
fleksibilitas tinggi. Tempat, bentuk dan waktu belajar bisa disepakati oleh
pengajar dan peserta didik. Kelemahan homeschooling tunggal murni adalah
tidak adanya mitra (partner) untuk saling mendukung, terbagi atau
membandingkan keberhasilan dalam proses belajar.
Homeschooling majemuk
Berada satu tingkat diatas homeschooling tunggal dalam pelibatan individu lain.
Dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara
kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing
Komunitas homeschooling
Gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan
silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, music / seni dan bahasa), sarana /
prasarana dan jadwal pembelajaran. Hal yang khas dari komunitas ini adalah
ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas, tetapi dapat dikendalikan. Tipe ini
sesuai untuk peserta didik dengan usia 10 tahun ke bawah.
6. Membangun kemandirian dan kreatifitas keindividual, bukan
pembelajaran secara klasikal.
Memberi peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal
mungkin, tidak di batasi oleh standar penilaian klasik, kemampuan
tertinggi, rata- rata atau bahkan rendah.
Memberi perlindungan kepada anak didik dari berbagai bentuk
dampak negatif akibat pergaulan yang salah.
Mengondisikan peserta didik lebih banyak bergaul dengan orang
dewasa sebagai panutan.
Anak didik lebih siap menghadapi problematika kehidupan nyata.
Memberi ruang lebih luas kepada peserta didik untuk melakukan
kegiatan keagamaan dan rekreasi / olahraga.
Membantu anak lebih berkembang, memahami diri dan perannya
dalam dunia nyata, dan bebas berpendapat, menolak atau
menyepakati nilai-nilai tertentu.
Mengondisikan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi, dan
lingkungan sosial.
7. Homeschooling menjadi sebuah
alternative yang layak untuk
dipertimbangkan karena hal-hal berikut
ini :
1. Interaksi orang tua dengan anak lebih intensif.
2. Anak menguasai kompetensi.
3. Kegiatan dan waktu belajar lebih luwes.
4. Kesempatan bersosialisasi meluas.
5. Belajar dari pengalaman.
6. Pengawasan lebih efektif.
8. Salah satu perbedaan homeschooling dengan sekolah
regular adalah pengelolaan di sekolah regular lebih terpusat
(kurikulumnya diatur) sedangkan kurikulum homeschooling
tergantung pada orang tua dan materi ajar untuk anaknya
Setiap keluarga Homeschooling memiliki pilihan
untuk menentukan kurikulum dan bahan ajar yang
digunakan sebagai acuan. Kurikulum akan menentukan pola
pendidikan dalam Homeschooling dan menentukan tahap-
tahap belajar peserta didik. Keluarga Homeschooling dapat
menggunakan kurikulum berbentuk bahan paket
(bundle), bahan terpisah (unbundle) ataupun dengan
menggunakan bahan yang dibeli dengan kreatifitas sendiri.
Di Indonesia belum ada penyedia kurikulum khusus untuk
homeschooling yang siap pakai, namun diluar negeri sudah
hal yang lazim jika kurikulum dijual secara umum.
9. Lebih memberikan kemandirian dan kreatifitas individual
bukan pembelajaran secara klasikal.
Memberikan peluang untuk mencapai kompetisi individual
semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi
untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata
atau bahkan rendah.
Terlindung dari tawuran, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang
menyimpang, konsumerisme dan makanan / jajanan yang
malnutrisi.
Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
Menolak atau menyepakati nilai tertentu tanpa harus merasa
takut untuk mendapat celaan dari teman.
Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan
lingkungan sosial.
Memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya diluar
jam belajarnya.
10. Kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai
status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga
untuk belajar hidup di masyarakat.
Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang dapat
melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan
setinggi-tingginya.
Dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan yang
kurang menyenangkan sehingga dapat berpengaruh pada
perkembangan individu.
Kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan sosial yang
kurang menyenangkan sehingga ia akan kurang siap untuk
menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.
11. Homeschooling
Tanggung jawab pendidikan
anak sepenuhnya berada
ditangan orang tua.
Sistem disesuaikan dengan
kebutuhan anak dan kondisi
keluarga.
Jadwal belajar
fleksibel, tergantung pada
kesepakatan anak dan keluarga.
Pengelolaan terdesentralisasi
kepada keinginan keluarga
homeschooling. Kurikulum dan
materi ajar dipilih dan
ditentukan oleh orang tua.
Tanggung jawab pendidikan
anak diserahkan kepada guru
dan pengelola sekolah.
Sistem standarisasi
kebutuhan anak disamakan
secara umum.
Jadwal belajar telah
ditentukan untuk semua
siswa.
Pengelolaan disekolah
terpusat, seperti pengaturan
dan penentuan kurikulum
dan materi ajar.
Sekolah Formal
12. Anak-anak memiliki kemampuan serta cara belajar yang
berbeda-beda. Mereka tidak mungkin bisa untuk
disamakan dengan yang lainnya. Pendidikan yang
diberikan kepada anak juga harus sesuai dengan masing-
masing karakternya agar mereka nyaman dalam
melakukan kegiatan belajar. Setiap anak memiliki karakter
yang khas yang memungkinkan mereka berimajinasi
secara spesifik. Agar potensinya tergali dengan
sendirinya, bukan karena tekanan maupun keterpaksaan.
Untuk itu orang tua harus mampu memilihkan pendidikan
untuk anak-anak yang sesuai dengan karakternya.
Mengingat begitu banyaknya alternatif-alternatif
pendidikan yang tersedia di Negara kita.