SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Bermain dalam dunia anak anak adalah salah satu aktifitas yang paling menyenangkan. Bermain
adalah merupakan upaya untuk mengeluarkan ekspresi membuat dirinya senang dan nyaman.
…………………………….
……………..
Karena dunia anak adalah dunia bermain, itulah sebabnya tak ada yang lebih penting dilakukan
anak anak selain bermain. Menurut Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam
bukunya Human Development, mengatakan bahwa dunia anak anak adalah dunia bermain.
Dengan bermain menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya,
mengeksplorasi dunia di sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan
menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain bermain, anak anak menemukan
dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan
keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain ,
fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain
akan berkembang.
………….
Beda lagi menurut Lely Aromawati Tobing Mont. Dipl Bba, seorang konsultan terapi bermain
dan pakar pendidikan anak usia dini (PAUD) bahwa bermain menumbuhkan rasa percaya dan
keterikatan yang menyenangkan antra orang tua dengan anak. Bermain juga sama pentingnya
dengan menstimulasi perkembangan motorik dan otaknya.
…………..
Dalam hal ini kualitas pemberian stimulasi sangat ditentukan oleh keterlibatan orang tua.
Apapun pendekatan stimulasinya, peran orang tua khususnya ibu merupakan hal terpenting
dalam mendukung tumbuh kembang anak.
…………….
Lalu permainan seperti apa dan pada waktu yang bagaimanakah yang sebaiknya dilakukan oleh
para orang tua dalam menemani anak anaknya bermain…? Disini saya ingin mencoba
mengembangkan hal hal apa saja yang penting untuk dilakukan para orang tua, diantaranya
adalah
………
Pilih waktu yang tepat…
Bermain berarti mengembangkan kemampuan anak, oleh karena itu bermain adalah cara terbaik
untuk melatih keterampilan motorik kasarnya yang juga menpengaruhi otaknya. Dengan
bergerak maka komunikasi antar saraf akan menjadi lebih lancar sehinga dapat membantu anak
agar siap berpartisipasi dan memiliki performa lebih baik. Pada prinsipnya bermain haruslah
menyenangkan bagi si anak. Banyak aktifitas rutin yang bisa dilakukan sambil bermain. Saat
mandi misalnya, manfaatnya selain memberikan pengalaman belajar juga sambil
memperkenalkan peralatan mandi, melatih anak untuk disiplin dalam menjalankan rutinitas yang
harus dilakukannya setiap ahri. Selain itu juga mampu meningkatkan kemampuan bahasa atau
kosa kata bagi anak anak itu sendiri.
………..
Saat tidur pun bisa dan tak luput dari hal yang namanya bermain. Justru inilah saat dimana anak
anak merasa rileks. Bermain menjelang tidur memberikan gagasan untuk kegiatan penghantar
tidur. Waktu bermain pun tak harus lama, cukup luangkan waktu 10-15 menit seberlum tidur.
Bagi anak apa yang ia dapat menjelang tidur sakan sangat membekas pada memory nya.
Disamping itu kedekatan antara orang tua dan anak akan menjadi lebih erat.
……………….
Pada kesempatan yang lain, disela sela kesibukan sebisa mungkin orang tua untuk meluangkan
sedikit waktunya mengajak anak anak jalan jalan atau istilah sederhananya “tamasya”. Dalam
kesempatan ini saatnya orang tua memanfaatkan waktu untuk mengamati kemampuan anak dari
dekat dan memberikan stimulasi anak. Selain itu juga mampu menciptakan kebersamaan antara
anak dan orang tuanya. Adalah hal yang tak dipungkiri bahwa tidak semua para ibu memiliki
waktu luang yang banyak untuk bermain dengan anak anaknya.
…………..
Banyak sekali aktifitas yang bisa dilakukan bersama anak, selain saat mandi dan menjelang tidur
bahkan bisa juga sebelum berangkat ke kantor misalnya. Semua tinggal bagaimana seorang ibu
mengatur waktunya. Memang harus diniatkan dan sejenak lupakan segala persoaln keluarga
maupun persoalan kantor.
…………
Lakukan sejak dini
Sejak dalam kandungan, seorang janin telah mulai bermain dengan dunianya sendiri. Seiring
bergulisnya waktu, ketia ia terlahir dan memasuki usia tiga bulan sudah bisa diajak bermain.
Makin hari perkembangan fisiknya makin sempurna, keseimbangan tubuhnya pun mulai
terbentuk. Begitu pula dengan otot otot nya sudah mantap untuk bergerak , sekalipun dengan
sangat sederhana tetapi si anak mulai memberi respon, salah satunya dengan mengedipkan mata
dan ini adalah merupakan bentuk bermainnya bayi.
…………
Sangat jelas keuntungan bermain bagi anak, selain melatih panca inderanya, motoriknya dan
yang tak kalah penting adalah adanya interaksi antara anak dan orang tua. Jika seorang anak
merasa diperhatikan maka dampaknya positif terhadap emosinya, kepercayaan dirinya, dan ini
menjadi dasar yang paling penting.
…………
Orang tua harus menyadari betapa pentingnya bermain dengan anak karena bukan saja
mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif saja, tetapi dengan bermain berarti menjalin
tali kasih orang tua dan anak. Kedekatan anak dan orang tua akan membantu anak tumbuh
menjadi pribadi yang memiliki empati yang tinggi. Dan yang tak kalah pentingnya dalah
sebaiknya orang tua tidak mengandalkan pembantu atau baby sitternya saja dalam hal membantu
anak bermain.
…………..
Persiapan bermain bersama anak
Agar kegiatan bermain bersama anak menjadi menyenangkan dan penuh kesan, baiknya orang
tua ikut ambil bagian atau peran secara aktif dalam bermain dan jangan hanya menjadi pengawa
saja. Beri contoh anak untuk bermain dan bukan hanya memerintah atau menyuruh saja.
…………
Orang tua hendaknya peka terhadap kondisi fisik atau emosi anak. Mengetahui kapan anak mau
bermain dan kapan saatnya berhenti. Tanda bahwa anak ingin berhenti bermain dalah ketika anak
menguap, mengelak, gelisah. Dalam kondisi yang demikian orang tua hendaknya tidak
memaksakan anak untuk tetap bermain.
…………..
Gunakan alat bantu jika perlu. Alat bantu tak harus yang mahal, Anak pun bisa belajar dari
barang yang murah dan seadanya. Contoh sederhananya kertas, kertas bisa dibuat origami,
puzlee atau apa saja yang tidak membahayakan si anak.
…………..
Ciptakan suasana yang gembira, karena dengan gembira akan membangkitkan suasana yang
hangat dan akrab antara orang tua dan anak. Penting juga bagi para ibu bahwa bermain dengan
anak pun harus dengan hati sehingga feel nya dapat.
…………..
Pusatkan perhatian pada apa yang dilakukan, diucapkan anak anak agar orang tua dapat
memberikan respon/balasan sesuai yang diinginkan anak anaknya. Gunakan komunikasi dengan
bijak, seperti nada dan kekuatan suara. Pastikan selalu berbicara dengan nada suara biasa.
Pastikan tempat bermain tidak ada benda benda yang membahayakan.
………….
Inti dari bermain adalah fun. Tanpa itu bermain seperti kehilangan makna. Bermain juga diyakini
mampu untuk menghilangkan berbagai batasan dan hambatan dalam diri. Bermain juga
mengajarkan banyak hal, misalnya belajar mengerti dan mentaati aturan yang disepakati, belajar
menghargai orang lain, belajar untuk berkompetisi secara sehat dan jujur, belajar untuk mengenal
orang lain dengan segala kepribadiannya, belajar menmecahkan suatu masalah baik sendiri
maupun secara bersama-sama, belajar mengenal dan memahami nilai moral yang ada dalam
permainan maupun interaksi selama permainan, dan banyak hal lainnya.
………….
Kegiatan bermain juga sering dipakai oleh kalangan psikologi sebagai terapi, yang lebih dikenal
dengan nama terapi bermain (play therapy). Terapi ini digunakan bagi anak yang mempunyai
masalah dengan emosi. Tujuan dari terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang
tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah
perilakunya melalui cara yang menyenangkan.
Pengertian dan Karakteristik Bermain
Pengertian tentang bermain bisa disebabkan beberapa hal, oleh karena:
1. Istilah bermain digunakan dalam berbagai cara dan konteks kehidupan sehari-hari;
2. Studi-studi tentang bermain dilakukan dalam berbagai disiplin;
3. Kriteria untuk menentukan kegiatan bermain tidak selamanya dapat diamati.
Dalam hal ini terdapat tujuh ciri yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah sesuatu
itu bermain atau bukan, yakni yang:
Pertama, bermain dilakukan secara voluntir. Bermain yang dilakukan secara sula rela tanpa
paksaan atau tekanan dari orang lain.
Kedua, bermain itu spontan. Bermain kapan pun mereka mau.
Ketiga, kegiatan lebih bermain lebih berorientasi pada proses dari pada terhadap hasil atau akhir
kegiatan. Fokus dalam bermain adalah melakukan aktivitas bermain itu sendiri, bukan hasil atau
akhir dari kegiatannya
Keempat, bermain didorong oleh motivasi intrinsik. Maksudnya, yang mendorong anak untuk
melakukan kegiatan bermain tersebut adalah kegiatannya itu sendiri, bukan faktor-faktor luar
yang bersifat ekstrinsik. Misalnya didorong orang tua, untuk mendapatkan hadiah,dll.
Kelima, bermain itu pada dasarnya menyenangkan. Bermain bisa memberikan perasaan-perasaan
positif bagi para pelakunya. Artinya semakin aktivitas itu menyenangkan, maka hal tersebut
semakin merupakan bermain.
Keenam, bermain itu bersifat aktif. Bermain memerlukan keterlibatan aktif dari para pelakunya.
Ketujuh, bermain fleksibel. Dengan ciri ini berarti anak yang bermain memiliki kebebasan untuk
memilih jenis kegiatan yang ingin dilakukannya.
Dengan tujuh karakteristik di atas, secara sederhana bermain dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan secara voluntir, spontan, terfokus pada proses, didorong oleh motivasi
intrinsik, menyenangkan, aktif dan fleksibel.
PERAN BERMAIN DALAMOPTIMALISASI GERAKBAGISISWA SEKOLAH DASAR
Teori mengenai bermaintelahdibahasolehbanyak
pakar denganberbagai kelebihanya.Karl Groos
(Depdikbud,1979) mengajukanteleologytheoryyang
menerangkanbahwapermainanmerupakanalat
untukmempelajari fungsi hidupyangmerupakan
persiapanuntukmenghadapi kehidupanyang
sesungguhnya.Karenanya,pembelajaranmelalui
kegiatanbermainharusmemilikipointersberupa
kecakapan-kecakapanuntukkepentingan
menghadapi kehidupannyata.
Spencer(Depdikbud,1979) mengemukakan surplustheoryatauvitalitysurplustheorydari Marschall,
yang mengemukakanbahwakelebihantenagaataukekuatanatauvitalitasmanusiadapatdisalurkan
melalui kegiatanbermain.Melaluikegiatanbermain,kelebihantenagayangdimiliki pesertadidikdapat
disalurkansecarapositif.Sehinggakegiatan-kegiatanpenyaluranenergi ke hal-halyangtidakbaikdapat
dihindari ataudicegah.
Claparede mengemukakanbahwakegiatanbermaindisampinguntukmempelajarifungsi hidup(teori
Groos) juga merupakanproses sublimasi instingrendah(berkelahi,bergulat,memukul,mengejar,dll.)
menjadi tingkatperbuatanyanglebihtinggi.Teori funktionlustdanteroti activitatsdrang
mengemukakanbahwaanak-anakharusmemiliki kemauanuntukmelakukanaktivitasfisikkarena akan
bermanfaatbagi kehidupannyadi kelakkemudianhari.Frobel (Bigot,1930) menjelaskantentangfungsi
bermainyaituuntukmemperolehkesibukandanmembangkitkanfantasi anak.Bigot(1930: 275-276)
sendiri mengatakanbahwamelaluiaktivitasbermainmemberikankepuasan,kegembiraandan
kebahagiaandalamkehidupananaksecaraindividumaupunkelompoksertadapatdijadikanalat
pendidikanyangsangatbernilai.Teori inilahyangharusselalumelatarbelakangi mengapakegiatan
menjadi bagianyangsangatpentingdantidakdapatdipisahkandari kegiatanpendidikan.
Berdasarkanpendapat-pendapatdi atasdapatdiketahui bahwabermainbagi seoranganaksangatlah
pentingterutamauntukmengembangkankesehatandankebahagiaannya.Bahkanbermainbagi seorang
anak hampirsama pentingnyadengankegiatanmakandanminum.EheartdanLeavitt(1985)
menegaskanbahwakegiatanbermainmemberikankesempatankepadaanakuntukmenguasai berbagai
konsepdasardan keterampilanfisik,sosialmaupunintelektual.Demikianjugahasil penelitianterhadap
anak yanglebihkecil,membuktikanbahwabanyakkecakapanbelajardi sekolahdipelajarimelalui
kegiatanbermain(Garvey:1977, Sylva,BrunerdanGenova:1977).
Seoranganak tidakakanberkembangdenganbaiktanpastimulasi kegiatan bermainmelaluiaktivitas
jasmani danrohani.Bermainbagi seoranganaktidakhanya berperanbagi perkembanganjasmaninya
saja tetapi lebihdari itujugasangatpentingbagi perkembangan:1) intelektual,2) bahasa,3) sosial dan
4) emosionalnya.Bermainjugadapatmembantuanakmemahami duniasekitarnya,dimanamereka
memilikikesempatanmenyelidikidanmenentukansesuatu,menguji teori yangmerekapikirkan,
mencobahubungansebabakibatdanbelajartentangbanyakhal.Di Sekolahkebutuhanbermainbagi
anak harusmampu dipenuhimelalui kegiatanpembelajaran.
SekolahKreatif seringkali menerapkanteori tersebut.Bermaindanbelajarseringkali diterapkandalam
prosesbelajarmengajar(PBM) olehustadzdanustadzah.Yangmembuatsiswa-siswilebihaktif dan
enjoy(nyaman) untukmenerimamateri yangdiberikan.contohnyaPBMPenjasyangmenggunakan
teori itu.
PermainanPenjasmampumembangunkecakapankognitif yangmerupakankecakapanintelektual yang
berperanmembantumenentukankeberhasilanakademikseorang siswa.Kecakapankognitif itu
meliputi:1) kemampuanmengidentifikasi,2) kemampuanmengklasifikasi,3) kemampuanmengurutkan,
4) kemampuanmengamati,5) kemampuanmembedakan,6) kemampuanmembuatramalan,7)
kemampuanmenarikkesimpulan,8) kemampuanmembandingkandanmenentukanhubungansebab
akibat.PembelajaranPenjasakanmengasahkepekaanseoranganakpadaketeraturan(sense of order),
urutan (sequence) danwaktumelalui pemahamanmengenaicara,aturan dankapan memulai dan
mengakhiri permainanPenjas.
KemampuanmemecahkanmasalahmenjadifungsilainpermainanPenjas.Melalui permainankejar-
tangkapmisalnyaseorangsiswayangdikejarakanmencobaberbagai carauntukmenghindardari
kejaranlawannya,begitujugasiswayangmengejarakanberpikirkerasuntukmencari caraagar dapat
menangkaplawannya.Bahkanmerekadapatjugabereksperimendenganmengikatkembangkamboja
sedemikianrupasehinggadapatdijadikanbolauntukbermain,ataumengubahfungsi bakmandi
sekolahmenjadi sebuahkolamkecil untuk bermainair.Kesempatanbermainyangluasseperti ini
membuatanakyakinbahwaada banyakkemungkinanuntukmemecahkansuatumasalahdan
mendoronganaklebihlamabertahandi dalamkesulitan(komponenEQ:menundakepuasan) sampai
permasalahanyangdihadapinyamemiliki jalanpemecahanterbaik.
Melalui permainanPenjaskemampuanberkonsentrasi (rentangperhatian) jugadikembangkandengan
baik.Tanpa rentangperhatianyangmemadai seorangsiswatidakakandapatasyikdalampembelajaran
Penjas.PermainanPenjasakanmampumelatihkesabaranseorangsiswamenunggugiliranbermain,
menjagaatau memperhatikangerakanteman- temannyaketikabermain.Semuaitumemerlukan
rentangperhatianyangmemadai dankebiasaanini secaralangsungakanmeningkatkankemampuan
konsentrasi mereka.
Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan bermain, sehingga anak-anak dapat
mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara
lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial,
perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan
media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang
dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Bermain bagi anak memang telah
dipraktikkan dan diterapkan di kalangan pendidik, dengan hasil cukup memuaskan. Namun ada
beberapa kendala dalam pelaksanaan cara belajar sambil bermain ini, antara lain tekanan orang
tua yang beranggapan bahwa yang terpenting di Taman Kanak-kanak adalah membaca,
berhitung dan menulis, sedangkan bermain tidak ada gunanya.
Juga ada pendidik yang ragu-ragu melaksanakan bermain untuk belajar di dalam kelas, karena
khawatir anak-anak menjadi tidak terkendali dan kelas menjadi kacau. Memang ada pendidik
yang kurang atau tidak memahami tingkat atau masa perkembangan anak, sehingga tidak tahu
batas mana yang dapat diterima dan dicerna anak. Di daerah pedesaan maupun perkotaan banyak
sekali anak-anak yang miskin gagasan. Mereka ini kebanyakan anak yang tidak lepas dari
gendongan orang tua/pembantu sehingga naluri anak untuk bereksplorasi atau menjajaki
sekitarnya menjadi lambat atau tidak berkembang. Berlimpahnya mainan bagi anakpun
berbahaya, karena menimbulkan kebosanan. Gagasannya tidak tergugah atau tergelitik.
Disarankan agar sebaiknya mainan dikeluarkan sedikit demi sedikit, dan anak-anak diberi
dorongan untuk mengembangkan permainan yang dimilikinya.
Jangan batasi keinginan anak untuk bermain, hanya karena jenis kelaminnya berbeda. Jangan
risau pada seorang anak putra bermain boneka, bukankah kelak anak tersebut akan menjadi
ayah? Juga bukankah anak-anak harus dipersiapkan untuk membuat pilihan-pilihan kelak?
Dalam bermain pada anak-anak hal yang paling mendasar harus dilakukan orang tua/pendidik
adalah berbicara, mendorong, menunjukkan dan mencari variasi. Thema utama dalam bermain
anak adalah sosial, emosional, kognitif dan motorik. Agar lewat kegiatan bermain ini, anak-anak
mendapatkan 5 A yaitu, affection (rasa dicintai), acceptance (rasa diterima) dan attention
(perhatian dan perawatan) serta approval (kesempatan melakukan hal-hal yang disenangi)
maupun appreciation (penghargaan yang tepat atas hasil kerja dan minat si anak).
Menurut para ahli psikologi, perkembangan bermain pada anak-anak akan diikuti perkembangan
kognitif, sehingga akan terjadi perubahan kegiatan bermain dari bayi, anak, remaja sampai
dewasa. Secara psikologi, ada empat tahap dalam perkembangan bermain bagi anak-anak yang
pembagiannya berdasarkan usia.
Tahap pertama, anak yang berusia antara 0 sampai 18 bulan atau 24 bulan. Pada tahap ini akan
menggunakan refleks, kemampuan penginderaan dan keterampilan motorik yang sudah dikuasai
untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan baru. Anak-anak perlu dirangsang untuk
mengamati lingkungan sekitarnya dan mengambil inisiatif sendiri untuk menyenangkan diri
mereka sendiri. Karena itu, kegiatan bermain bersifat bebas, spontan dan tidak ada aturan
permainan. Kegiatan-kegiatannya antara lain berupa latihan menggunakan dan mempertajam
penginderaan, meraih, menendang, memukul, merangkak dan menendang.
Tahap kedua, anak yang berusia antara 2 tahun sampai 6 tahun atau 7 tahun. Pada tahap ini anak
mulai mampu berpikir simbolik dan mampu berbicara untuk memahami lingkungannya. Cara
berpikirnya masih terpusat pada diri sendiri dan anak masih belum mampu menerapkan hukum-
hukum logika terhadap pengalaman dan pikirannya. Bila imajinasi anak bertambah, secara
bertahap cara berpikir anak tidak lagi terpusat pada diri sendiri, sehingga sosialisasi dapat
dikembangkan. Melalui bermain, anak-anak melatih diri untuk lebih menguasai gerakan motorik
kasar dan halus, atau melakukan kegiatan berpikir seperti klasifikasi. Tata cara hidup di
masyarakat seperti disiplin dan aturan-aturan sudah mulai dikenal.
Tahap ketiga, anak yang berusia antara 7 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun. Pada tahap ini
kemampuan anak berpikir, mengingat dan berkomunikasi akan semakin baik karena anak telah
berpikir lebih logis. Kegiatan bermain anak-anak pada tahap ini ditandai dengan social play.
Anak mulai menaruh minat untuk bermain dengan teman-temannya dan tertarik pada mainan
yang menggunakan aturan-aturan tertentu.
Tahap keempat, anak yang berusia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat
berpikir abstrak, membuat hipotesa atau dugaan-dugaan secara lebih baik, tidak terlalu terikat
pada hal-hal yang konkret. Pada usia 15 tahun, remaja mulai menaruh perhatian pada literatur,
dunia kerja dan mencari pemecahan persoalan-persoalan. Kegiatan bermain umumnya sama
dengan tahap ketiga.
Psikologi Perkembangan adalah pengkajian ilmu yang berhubung dengan perkembangan
manusia bermula ketika ianya disenyawakan diikuti dengan kehidupan bayi, kanak-kanak,
remaja, dewasa dan akhirnya kematian. Ia menyentuh aspek-aspek tentang kitaran kehidupan
manusia iaitu fizikal, kognisi, personaliti dan sosial.
Dewasa Awal adalah merupakan satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja. Ia
dianggap kritikal adalah disebabkan pada waktu ini manusia berada pada tahap awal
pembentukan kerjaya dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang
tepat demi menjamin masa depannya terhadap kerjaya dan keluarga. Pada waktu ini juga
seseorang akan menghadapi dilemma antara kerjaya dan keluarga. Pelbagai masalah mula timbul
terutamanya dalam perkembangan kerjaya dan juga hubungan dalam keluarga. Menurut Teori
Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20 an ke 30 an. Pada
tahap ini manusia mula menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini
juga hubungan intim mula berlaku dan berkembang.
Kalau menggunakan definisi WHO, kesehatan merupakan keadaan kesejahteraan jasmani, rohani, sosial, moral bukan
hanya bebas dari sakit dan cacat, maka untuk menilai manfaat bermain dari sisi kesehatan banyak sekali variabel yang
perlu kita perhatikan. Antara lain jenis permainan, alat permainan yang digunakan, kondisi tempat bermain, aturan dalam
permainan, umur anak (berkaitan dengan perkembangan gerak kasar, halus, kognitif, emosi sosial, moral).
Tingkat kesehatan anak (ada kelainan fungsi indra, organ tubuh, fungsi tubuh, status gizi,
imunisasi), peran teman sebaya (playmate, peer group), peran saudara serumah, orang tua dan
guru.
Kita tidak bisa melihat peran atau pengaruh suatu hal pada anak (termasuk pengaruh bermain) hanya dikaitkan dengan satu
aspek saja, karena untuk segala sesuatu yang terjadi pada anak adalah hasil interaksi dengan semua faktor yang ada
dilingkungan kehidupannya. Jadi kita harus melihat kaitan antara anak dengan senua faktor tersebut, dan juga pengaruh
kombinasi faktor-faktor tersebut terhadap anak.
Kalau dibuat matriks label silang majemuk, maka menurut hemat saya bisa dibayangkan betapa kompleksnya seperti dalam
matrik dihalaman berikut.
Saya yakin matriks ini bisa dikembangkan lebih luas lagi oleh pakar-pakar psikologi, pendidikan, sosial atau agama yang
berkaitan dengan permainan anak. Untuk setiap jenis permainan, kelompok umur yang berbeda, tahapan perkembangan
yang berbeda, kesehatan anak, peran orangtua/guru yang berbeda, sosial ekonomi yang berbeda akan menghasilkan
penilaian yang berbeda pula, oleh karena itu kita harus membahasnya secara spesifik pula, tidak bisa disimpulkan secara
umum.
Pengaruh fisis dan penularan penyakit
Pengaruh permainan elektronik tersebut terhadap perkembangan anak tergantung jenis/tipe/isi permainan tersebut,
lamanya bermain, umur anak, terhadap perkembangan anak, kesehatan anak,peran orangtua/guru, tingkat sosial ekonomi
keluarga
Permainan elektronik tersebut memaksa anak duduk berjam-jam, didepan layar monitor yang memancarkan sinar
ultraviolet, berkedip-kedip. Untuk anak yang ada riw ayat kejang epilepsi (ayan), maka cahaya kontras dan berkedip-kedip
dapat membangkitkan serangan epilepsi (ayan) berupa kejang-kejang, tidak sadar, pingsan. Kejadian semacam ini baru-
baru ini diberitakan dikoran-koran Eropa dan Amerika,tetapi bukan pada mainan elektronik melainkan video-klip musik yang
berkedip-kedip terlalu menyilaukan.
Selain itu sinar ultraviolet, infra merah, atau sinar lain yang terlaluy silau bila melebihi batas kemampuan mata dapat
mengganggu fungsi penglihatan.
Permainan elektronik ditempat umum: kdang-kadang pengap, kurang pertukaran udara bersih, kurang sinar matahari, dapat
memudahkan penularan kuman penyakit, terutama kuman infeksi saluran pernafasan, termasuk tuberkulosis.
Udara kotor berdebu dapat memicu serangan asma, bagi anak pengidap asma.
Tuas/tangkai mainan, kursi yang digunakan berganti-ganti ditempat umum, kalau jarang dibersihkan dapat menularkan
berbagai penyakit, misalnya penyakit kulit dan infeksi usus (tidak cuci tangan langsung makan)
Suara yang terlalu bising melebihi ambang kemampuan telingan, bila terlalu lama dapat mengganggu fungsi pendengaran.
Dampak Dari Sisi kesehatan
Anak Usia prasekolah dan sekolah, sedangkan tumbuh dan kembang fungsi otot,tulang, kekuatan, keseimbangan,
kelenturan dan ketrampilan (disamping perkembangan kognitif, emosi sosial serta moral). Mereka yang duduk didepan layar
berjam-jam, kurang bergerak maka pertumbuhan dan perkembangannya akan kalah dari anak yang aktif bergerak akan
memacu hormon pertumbuhan, dan kerja jantung – paru sehingga suplai oksigen untuk perkembangan otak alak lebih baik,
ketimbang yang duduk berjam-jam didepan layar.
Pertumbuhan pada usia sekolah dan aw almasa remaja adalah sangat pesat sehingga membutuhkan masukan nutrisi yang
lebih banyak daripada usia sebelumnya. Kalau duduk berjam-jam didepan layar akan sering lupa makan, terlambat makan,
sehingga masukan nutrisi akan kurang, maka pertumbuhan fisiknya juga dapat terhambat, disamping faktor hormon
pertumbuhan yang tidak terpacu.
Kalau disuruh makan malah marah-marah, lupa mengerjakan tugas sekolah. Mengerjakan tugas sekolah kurang serius
karena sudah letih, mengantuk setelah berjam-jam berkonsentrasi didepan layar permainan. (mn).
KONSEPDESAIN TEMPAT
BERMAIN ANAK
Sebuah Study Tempat Bermain Anak di Perumahan Rumah
Sederhana (RS)
Perkembangan kota yang pesat, menyebabkan banyak masalah, salah satu
diantaranya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Kebiasaan yang
sering dilakukan oleh Pemerintah kota dan pihak swasta adalah merubah
fungsi ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun.
Dampak dari kesemuanya itu adalah hilangnya fasilitas umum yang biasa
digunakan oleh warga, salah satu diantaranya adalah hilangnya fasilitas
tempat bermain anak. Mengacu Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1
Tahun 1997 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan
Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah, maka terlihat jelas
bahwa setiap pengembang yang mengembangkan kawasan perumahan (
perumahan formal/teratur ) diwajibkan juga untuk membangun sarana dan
prasarana diantaranya adalah : Fasilitas Tempat Bermain. Kenyataan yang
sering terjadi saat ini adalah hampir semua Tempat Bermain, khususnya
yang berada di Perumahan Rumah Sederhana keberadaanya di gabung
dengan fasilitas lainnya, misalnya : olah raga, Taman Kanak Kanak, Fasilitas
Ibadah dalam satu ruang terbuka ( open space ) .
Bahkan tidak jarang, lokasi ruang terbuka tersebut disediakan pada lahan-
lahan sisa. Minimnya fasilitas bermain ternyata mempunyai dampak
terhadap anak-anak. Sebagai fasilitas umum, kadang mereka menggunakan
ruang terbuka tersebut sebagai tempat bermain, dan tidak jarang meraka
menghindari ruang terbuka sebagai tempat bermain.
Pendahuluan
Joni Faisal, seorang anggota masyarakat yang juga pemerhati perkotaan
menulis di harian KOMPAS, Rabu 21 Maret 2001, dengan judul Kota Tanpa
Ruang Bermain :
“ …Pemerintah hanya menginginkan sisi komersial dari setiap pembangunan
ruang bermain itu, bukan semata-mata memberikan hak yang sepatutnya di
terima masyrakat, khususnya bagi anak-anak. Sebenarnya bagi anak-anak
sendiri, ada atau tidak adanya ruang bermain, tidaklah begitu menjadi
masalah, sebab secara alami, mereka telah memiliki kemampuan
menemukan ruang bermainnya sendiri, tetapi masalahnya ruang bermain itu
kondusif atau tidak adalah tanggung jawab orang dewasa…”
Dari petikan di atas tersirat bahwa Pemerintah dan sebagian masyarakat
menganggap bahwa tempat bermain bukanlah sesuatu hal yang penting.
Bahkan beberapa fakta menunjukan akibat dari perkembangan kota maka
ada kecenderungan untuk melakukan perubahan fungsi ruang, dan yang
paling sering terkena dampaknya adalah ruang bermain, yang saat ini
semakin mengecil bahkan dibeberapa tempat cenderung ditiadakan.
Miller, 1972 (dalam Ratna D dan Feriyanto C, 1987 : 19) mengatakan :
“ ...Jika anak merasa tempat bermainnya tidak memenuhi minatnya maka ia akan
pergi ke tempat lain untuk mencari ‘ excitement dan tantangan lain dan seringkali
mereka menemukan itu dalam kegiatan-kegiatan yang delinkuen dan anti sosial... “
Sementara itu Wilkinson, 1984 (dalam Ratna D dan Feriyanto C, 1987 : 19) juga
mengatakan :
“ ...kalaupun terpakasa bermain di suatu tempat karena tidak ada pilihan lain,
maka kebosanan yang dialami akan mendorong anak untuk mencoba variasi-variasi
baru yang berbahaya...”
Pendapat di atas menunjukan bahwa Tempat Bermain Anak, merupakan satu hal
yang penting untuk disediakan
Satu Sisi dari Permasalahan Kota Saat Ini
Seperti halnya kota-kota lain, demikian juga halnya dengan kota-kota di
Indonesia, perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses
perencanaan kota, pada awalnya ditujukan untuk menyejahterakan
masyarakatnya. Namun dalam pelaksanaannya banyak hal yang sering tidak
sesuai dengan perencanaan. Oleh sebab itu tak salah bila sebagian
masyarakat berpendapat bahwa perkembangan kota pada saat ini umumnya
sering menimbulkan masalah, salah satu diantaranya ditandai dengan
semakin banyaknya masyarakat golongan atas yang tinggal di pinggiran
kota, hal ini menyebabkan derasnya arus lalu lintas pada jam-jam tertentu,
sehingga menimbulkan problem kemacetan lalu lintas, polusi udara,
kebisingan.
Selain masalah tersebut di atas masalah perubahan fungsi lahan juga menjadi hal
yang terjadi di kota, hal ini tercermin dari semakin minimnya lahan-lahan terbuka
yang tadinya berfungsi sebagai ruang terbuka. Akibat dari keterbatasan lahan,
maka Pemerintah dan sebagian masyarakat mengakuisisi lahan-lahan terbuka yang
berfungsi sebagai Fasilitas Umum menjadi lahan terbangun. Demikian juga halnya
dengan kota DKI Jakarta, mengacu pada Perda No. 5/1984, sesuai dengan RUTRK
1985 – 2004, luas ruang terbuka hijau seluas 25, 85 %. Sementara itu seiring
dengan perjalanan waktu, mengacu dengan Perda No. 6/ 1999 ruang terbuka hijau
hanya tersisa 13, 94 % ( kondisi lapangan : ruang terbuka hijau hanya tersisa
5.059 Ha ( 9 % )) dari luas DKI sebesar 66.152 Ha ( Kompas, 24 Maret 2002 ).
Data ini menunjukan bahwa isu tentang semakin minimnya ruang terbuka di
tengah kota akibat peruabhan fungsi bukan isapan jempol semata.Perubahan fungsi
ini mempunyai dampak kepada banyak hal, diantaranya adalah semakin minimnya
tempat bermain bagi anak-anak. Prediksi PBB mencatat, diperkirakan hingga tahun
2005, separuh dari anak-anak yang tinggal di kota, semakin hari semakin
kehilangan tempat bermainnya. Demikian juga halnya di Jakarta. Hal ini tercermin
dari banyaknya anak-anak yang bermain di tempat- tempat yang bukan semestinya
tempat bermain. Sebagian besar anak bermain pada tempat-tempat yang tidak
resmi ( misalnya : jalanan, bantaran kali, taman-taman kota ).
Kondisi Tempat Bermain Anak di Perumahan
Sedemikian pentingnya bermain pada anak, sehingga Pemerintah
mengakomodirnya didalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak pada Pasal 11 : Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan
waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan
berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdaannya demi
pengembangan diri. Disamping itu untuk memenuhi hak tersebut, pada
Pasal 56 ayat 1 butir d, e dan f, disebutkan bahwa Pemerintah dalam
menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan
membantu anak, agar anak dapat
· bebas berserikat dan berkumpul
· bebas bersitirahat, bermain, berkreasi, berekreasi dan berkarya seni budaya dan
· memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.
Sementara itu, secara kuantitatif, melalui Kep. Men PU No. 378/KPTS/1987,
Pemerintah juga telah membuat standart luasan minimum yang harus di
penuhi.
Namun demikian, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa
perumahan formal, umumnya tempat bermain anak hanya disediakan dalam
tingkat RW, tempat bermain tersebut juga umumnya digabung dengan beberapa
fasilitas lain. Penggabungan fungsi ini menyebabkan banyak masalah, dan
biasanya, sebagaimana ‘hukum rimba ‘ maka yang terlemahlah yang kalah, dalam
hal ini anak selalu dalam posisi yang kalah.Nani Zara (2002) yang mengadakan
penelitian pada dua Perumahan Sederhana yaitu Perumnas II Depok dan Perumnas
Indraprasta II Bogor. Dengan menggunakan metode kuantitatif pada 27 responden,
kesimpulan hasil penelitian yang dimuat di Skripsi Jurusan Arsitektur, terungkap
bahwa 50 % responden mengatakan bahwa fasilitas bermain anak kurang
memuaskan. Pada lingkungan Perumnas II Depok ditemukan fakta bahwa sebagian
besar ( 56 % ) anak tidak menggunakan ruang terbuka sebagai tempat bermain,
umumnya mereka bermain pada jalanan di depan rumah dan lapangan. Hal ini
didasari dari jenis permainan mereka yang masih didominasi oleh permainan yang
bersifat aktif. Sementara itu pada lingkungan Perumnas Indraprasta II ditemukan
juga fakta bahwa 60 % anak bermain ditempat bukan ruang terbuka.
Kemungkinan Apa yang Terjadi ?
Fenomena di atas menunjukan bahwa tempat bermain anak yang sering
digabung dengan fasilitas lain dalam satu ruang terbuka, saat ini sudah tidak
begitu menarik lagi pada anak. Beberapa kemungkinan yang terjadi
diantaranya adalah :
1. Ketakutan orang tua akan keamanan dan keselamatan anak pada saat
bermain di ruang terbuka;
2. Kondisi Ruang Terbuka yang tidak nyaman;
3. Jenis permainan anak yang sudah meninggalkan permainan tradisional;
dan
4. Pengaruh kelompok
Beberapa Permasalahan yang Terjadi di Perumahan Rumah Sederhana
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Minimnya sarana dan prasarana di wilayah ini menyebabkan beberapa
kegiatan warga menjadi kendala, diantaranya adalah kegiatan bermain
anak, hal ini menyebabkan sebagian anak menggunakan jalan untuk
kegiatan bermain.
2. Perubahan Fungsi Lahan
Perubahan fungsi lahan ( misalnya : Merenovasi rumah yang melebihi GSB )
sehingga sebagian fungsi rumah bergeser ke jalan.
Sekilas Tentang Kehidupan Bermain Anak di Perumahan Rumah Sederhana
A. Jenis Permaian dan Teman Bermain
Anak yang tinggal di Perumahan Rumah Sederhana lebih mengenal Jenis
Permainan Aktif, sebagian besar anak yang tinggal di tempat tersebut
berasal dari orang tua yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah,
hal ini menyebabkan kecil kemungkinan bagi mereka untuk hidup dalam
kemewahan, bila dikaitkan dengan jenis permainan, maka sangat jarang
mereka bermain dengan menggunakan teknologi atau melakukan permainan
pada tempat tempat yang membayar ( mis: Timezone, Ancol, dll ), sehingga
hal yang cenderung dilakukan oleh para anak-anak adalah melakukan jenis
permainan aktif yang tidak membutuhkan biaya banyak ( misalnya : bola
kaki, sepeda, dll ).
Sebagai ciri lain dari permainan aktif adalah membutuhkan jumlah pemain
yang banyak, hal inilah yang menyebabkan mereka bisa mengenal satu
dengan lainnya. Hal ini mendukung hasil dari penelitian Merina Burhan (
1999 ) bahwa anak yang berasal dari golongan menengah bawah cenderung
bermain dengan teman berbeda usia dalam kelompok yang lebih besar (
kebanyakan tetangga ), berbeda dengan anak yang berasal dari golongan
menengah keatas yang cenderung bermain dengan teman sebaya dalam
kelompok kecil ( umumnya teman sekolah ).
B. Kondisi Tempat Bermain Anak
Mereka lebih senang bermain di luar rumah, anak yang tinggal di Perumahan
Rumah Sederrhana umumnya tinggal pada rumah tipe 18 hingga 45.
Sebagian besar rumah mereka telah direnovasi dan hanya meninggalkan
sedikit ruang terbuka pada sisi depan rumah, bahkan tidak jarang rumah-
rumah yang telah direnovasi tidak menyisakan ruang sedikitpun. Hal ini
menyebabkan mereka cenderung untuk melakukan kegiatan diluar rumah.
Kenyataan ini diperkuat pendapat Bierhoff dan Alferman ( dalam Ratna D
dan Feriyanto C, 1987 ) yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa
kenyamanan rumah menentukan tingkat kunjungan anak ke taman untuk
bermain, makin rendah tingkat kenyamanan maka makin tinggi tingkat
kunjungan ke taman dan sebaliknya. Kegiatan bermain anak di Perumahan
RS ini ini umumnya dilakukan di jalanan dan di ruang terbuka.
Konsep Desain Tempat Bermain Anak di Perumahan Rumah Sederhana
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa anak yang tinggal di perumahan
Rumah Sederhana juga mengenal adanya kelompok, baik itu kelompok yang
dominan maupun tidak. Kelompok tersebut lebih dikenal dengan nama
teman bermain. Kenyataan yang ada ternyata teman bermain mempunyai
hubungan dengan pilihan tempat bermain, kelompok teman bermain yang
dominan akan menguasai tempat-tempat strategis, umumnya di ruang
terbuka, sementara kelompok yang tidak dominan umumnya menguasai
daerah daerah lain yang tidak strategis ( jalanan, halaman depan rumah ).
Oleh sebab itu sebaiknya tempat bermain tersebut tidak dibuat dalam satu
tempat tertentu, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kelompok yang
mendominasi ruang tersebut. Dalam kaitannya terhadap satu lingkungan
perumahan maka perlu dipertimbangkan untuk membuat tempat bermain
dalam beberapa lokasi ( misalnya tempat bermain tingkat RT ), namun hal
tersebut mempunyai banyak kelemahan misalnya : 1. Minimnya lahan yang
dapat dipergunakan. 2. Kemungkinan anak tidak saling mengenal antar RT (
tingkat sosialisasi anak rendah ). Oleh sebab itu pihak Pengembang
membuat kebijakan dengan menggabungkannya dalam skala tingkat RW.
Beberapa keuntungan yaitu : 1. Terjadinya efisiensi lahan 2. Anak memiliki tingkat
sosialisasi yang tinggi. Namun demikian beberapa hal yang penting untuk
dipertimbangkan untuk menghindari dominasi ruang dari kelompok yang kuat maka
tempat bermain tersebut sebaiknya memiliki kegiatan berbeda atau adanya
pemisahan kegiatan, bisa dilakukan melalui tingkat umur atau jenis permainan.
Oleh sebab itu berdasarkan masukan dari para informan, terungkap bahwa
sebaiknya tempat bermain anak tersebut haruslah : Ada pemisahan kegiatan dalam
satu tempat bermain (Dissociation Activity)
Anak yang tinggal di perumahan Rumah Sederhana juga lebih mengenal jenis
permainan aktif, baik itu berupa games ataupun olahraga. Untuk dapat
menampung kegiatan tersebut maka diperlukan tempat bermain yang mampu
mewadahi kegiatan bermain tersebut. Bila dikaitkan dengan kelompok umur dan
jenis kelamin, maka dalam permainan games, tidak begitu terlihat. Perbedaan
terlihat jelas pada permainan olah raga.
Oleh sebab itu hal yang penting diperhatikan dalam mendesain tempat
bermain adalah kemampuan tempat untuk dapat menampung kegiatan
bermain anak, dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Dimensi ruang yang mencukupi ( bagian dari Comfortibility )
2. Pemisahan ruang tidak berdasarkan jenis kelamin dan umur tetapi
berdasarkan jenis permainan, yaitu tempat permainan games dan tempat
permainan olahraga (Disscitiation Activity ).
Bila dikaitkan dengan kondisi ruang maka hal yang perlu diperhatikan adalah
1. Posisi
Posisi tempat bermain sebaiknya dapat dijangkau dengan mudah, mengingat
yang menjadi pengguna adalah anak-anak, maka faktor keselamatan
didalam menjangkau tempat bermain merupakan faktor yang penting (
Phisical Accesibility ). Disamping itu faktor keamanan juga menjadi hal yang
dominan, oleh sebab itu sebaiknya tempat bermain tersebut dapat di
jangkau dengan mudah oleh orang tua ataupun dapat di pantau oleh orang
tua ( Visual Accesibility ).
2. Dimensi
Dimensi merupakan hal yang penting untuk dapat menampung aktivitas
kegiatan bermain anak. ( dikaitkan dengan Jenis Permainan )
3. Tekstur
Dalam hal ini yang dimaksud dengan testur adalah finishing dari tempat bermain,
agar penggunaan tempat bermain tersebut dapat digunakan pagi, siang dan sore
hari maka sebaiknya finishing tersebut tidak membuat kondisi menjadi panas dan
berdebu, karena hal tersebut sangat mengganggu kegiatan bermain anak. Anak
sangat menyukai tempat bermain yang nyaman, misalnya ditumbuhi oleh rumput,
dan teduh ( Comfortibility )
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka desain tempat bermain di perumahan Rumah
Sederhana sebaiknya memenuhi syarat berikut :
1. Dapat dilihat dari berbagai sisi sehingga terjamin keamannya ( Visual
Accesibility )
2. Dapat dijangkau dengan mudah dan terjamin keselamatannnya dari gangguan
kendaraan ( Phisical Accesibility ) Hal ini sesuai dengan teori Elizabeth Chace dan
George Ishmael dalam makalahnya yang berjudul Outdoor Play in Housing Areas (
dalam Innovation in Play Environment, Paul F. Wilkinson, 1980 ). Sementara itu
dalam kaitannya dengan perilaku bermain anak di Perumahan Sederhana maka
diperlukan juga adanya :
1. Dimensi yang cukup dan finishing yang membantu kenyamanan ( comfortibility )
2. Pemisahan zona yang jelas antar jenis permainan anak dan pemisahan tempat
kegiatan lainnya ( Dissocation activity )
Daftar Pustaka
Barlett, Sheridan (2002). Urban Children and Physycal Environment. Amman.
Jordan : International Conference on Children and The City
Burhan, Merina (1999). Kondisi Lingkungan Bermain di Kota-kota Besar di
Indonesia sebagai Dampak Proses Urbanisasi. Thesis. Tokyo : Dep. Of Architecture
and Building Engineering
Djuwita, Ratna dan Feriyanto C (1987). Perbandingan Pola Bermain Anak di Rumah
Susun dan Rumah Datar. Depok : UI
Erickson, Aase ( 1985 ). Playground Design, New York : Van Nostrand Reinhold
Company
Hatje, Verlag Gerd (1977). Childrens Play Spaces. Translated : Linda Geiser. New
York : The Overlook Press
Hurlock, Elizabeth B (1998). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga
Lynch, Kevin (2000). Good City Form. London : MIT Press
Patilima, Hamid (2004). Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota. Thesis S2 KPP
UI. Jakarta
Tedjasaputra, Mayke S ( 2001).Mainan, Bermain, Permainan, Jakarta
Wilkinson, Paul. F, (1980). Innovation in Play Environments. London : Croom Helm
Zara, Nani (2002). Akomodasi Kebutuhan Ruang Anak Pada Perumahan Formal.
Depok : FTA
PERMAINAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh :
EVA IMANIA ELIASA, S.Pd DKK
A. PENTINGNYA PERMAINAN
Permainan (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk
kepentingan kegiatan itu sendiri ( Santrock, 2002). Erikson dan Freud : Permainan adalah suatu
bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan
konflik. Piaget melihat permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan
kognitif anak-anak
B. JENIS-JENIS PERMAINAN
1. PermainanSensorimotor( Praktis)
Menggunakan semua indera dengan menyentuh, mengeksplorasi benda, berlari, melompat,
meluncur, berputar,melempar bola
1. PermainanSombolis( Pura-pura)
Terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol, sehingga bersifat
dramatis dan sosiodramatis
Dalam permainan pretend, ada 3 hal yang biasa terjadi : alat-alat, alur cerita dan peran.
3. Permainan Sosial
Adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya
4. Permainan Konstruktif
Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan simbolis.
Permainan Konstrukstif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau
konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri.
5. Games
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang
melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu anak atau lebih.
C. FUNGSI BERMAIN
1. BERMAIN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL
a. Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau
kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi)dan mengenal konstruksi,
besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan, keteraturan
dan logika.
b. Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan
pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan
yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan
struktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna
c. Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan,
mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik kesimpulan. Permainan akan
mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan
logika.
d. Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan anak bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia
hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang
akan mencegah kebosanan ( merupakan pencetus kerewelan ada anak )
e. Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak mungkin
dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada yang dekat antara
imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan
konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya) pendek dan
memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau.
2. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN BAHASA
Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak
bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosakata
yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru
3. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN SOSIAL
1. Meningkatkansikapsosial
Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, dengan
demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu pula anak-anak dapat
mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang
lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim
b. Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman-
temannya, karena permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya,
juga mendengarkan pendapat orang lain
c. Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu dalam
permainan, anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang
akan menjadi ‘apa’. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana membuat peran yang
harmonis dan melakukan kompromi
4. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN EMOSI
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan
emosi :
1. Kestabilanemosi
Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain.
Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak
b. Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi.Kemampuan ini akan
membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan
percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya
dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep
diri yang realistis)
c. Menyalurkan keinginan
Didalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan, ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin
menjadi ‘ikan’, bisa juga menjadi ‘komandan’ atau menjadi ‘pasukan perang’nya atau menjadi
seorang putri.
d. Menetralisir emosi negatif
Bermain menjadi “katup” pelepasan emosi negatif, misalnya rasa takut, marah, cemas dan
memberi kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.
e. Mengatasi konflik
Di dalam bermain, sangat mungkin akan timbul konflik antar anak dengan lainnya, karena itu
anak-anak bisa belajar alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.
f. Menyalurkan agresivitas secara aman
Bermain memberikan kesemapatan bagi anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara
aman. Dengan menjadi ‘raja’ misalnya, anak dapat merasa ‘mempunyai kekuasaan’ dengan
demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya secara intens yang mungkin ada tanpa
merugikan siapapun
5. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN FISIK
a. Mengembangkan kepekaan penginderaan
Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai tekstur : halus, kasar, lembut; mengenal
bau; mengenal rasa; mengenal warna
b. Mengembangkan ketrampilan motorik
Dengan bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik, seperti berjalan,
berlari, melompat, bergoyang mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat,
berayun dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak dapat belajar merangkai, menyusun,
menumpuk, mewarnai dan menggambar
c. Menyalurkan energi fisik yang terpendam
Bermain dapat menyalurkan energi berlebih yang ada diantara anak-anak, mis : kejar-kejaran.
Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat membuat anak-anak tegang, gelisah dan mudah
tersinggung.
6. BERMAIN DAN KREATIVITAS
Dalam bermain, anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas
anak-anak. Adanya kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan anak –
anak dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatisif yang akan sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari
D. ROLE PLAYING – BERMAIN PERAN
Adalah permainan yang biasa dilakukan anak-anak dimana dalam permainan tersebut meniru
kegiatan atau pekerjaan orang dewasa. Dr. Kresno Mulyadi,SpKJ menyebut 8 manfaat bermain
peran :
1. Menggali imajinasi
2. Menambahkemampuanbahasa
3. Membangunsosialisasi
4. Menyelesaikanmasalah
5. Mengembangkankepemimpinan
6. Menggali rasa percayadiri
7. Berpikirabstrak
8. Mengekplorasi duniadengankacamata anak-anak
Contoh Bermain Peran :
1. Permainanminiatur:alatberat,binatang,boneka
2. Alatrumah tangga mainan
3. Mainan berkaraktertokohkartu
4. Kostumperantertentu
Keuntungan Bermain :
1. Membuangekstraenergi
2. Mengoptimalkanpertumbuhanseluruhbagiantubuh
3. Aktivitasyangdilakukan dapatmeningkatkannafsumakan
4. Anakbelajarmengontrol diri
5. Berkembangnyaberbagai ketrampilanyangakanbergunabagi hidupnya
6. Meningkatkandayakreatifitas
7. Mendapatkankesempatanmenemukanarti dari benda-bendadisekitarnya
8. Cara mengatasi kemarahan,kekuatiran,iri hati dankedukaan
9. Kesempatanuntukbergaul dengananaklainnya
10. Kesempatanmengikutiaturan
11. Kesemoatanmengelolaemosi,saatpihaknyamenangataukalah
12. Sarana mengembangkankemampuanintelektualnya
Permainan merupakan salah satu media bimbingan dan konseling dalam menghadapi konseli,
khususnya terhadap anak karena terkadang anak tidak mampu mengatakan tetapi dapat
menunjukkan dalam perilakunya
( with play provides one of the best ways to communicate with children and “see their world” or
“a window into the child`s world”)
Play therapy , suatu teknik terapi yang dilakukan untuk menghadapi konseli, utamanya yang
mengalami gangguan mental seperti phobia, anxiety, trauma, underconvidence, child abuse,
alcoholics & addicts, child victims of incest, allergies,stutering
Dengan teknik tertentu dan tujuan tertentu membantu konseli menuju ke arah kebahagiaan
Permainan dalam bimbingan dan konseling sangat dipakai dalam :
1. situasi krisis( korbangempa bumi,tsunami,angin)
2. panti sosial
3. Rehabilitasi
Dengan bermain, anak belajar bermakna
(Iirdekamp & Rosegrant,1992) bahwa belajar secara bermakna, bila :
1. Merasa permainansecarapsikologis sertakebutuhanfisikterpenuhi
2. Dapat mengkonstruksipengetahuan
3. Belajarmelalui interaksisosial denganorangdewasasertaanaklain
4. Belajarmelalui bermain
5. Minat sertakebutuhananakuntukmengetahui terpenuhi
6. Unsur variasi individual anakdiperhatikan
REFERENSI :
 KevinJ.O`Connor.1994.HandBookof PlayTherapy.Canada:A.WileyInterscience Publication
 JohnSantrock.2006.Life Span Development.Jakarta:PenerbitErlangga
 Yusi Riksa.2008.KonsepdanAplikasi BK:AktivitasBermainSebagai StrategiPengembangan
BelajarBermakna.PPBUPI
 PamelaO.Parsley.WhatA School AdministrasionNeedToKnow:AboutExpressive ArtAndPlay
MediaIn School Counseling
 Journal Proquest
 Dokumentasi Kelompok
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang
hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget,
berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi
logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya
dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru
dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa
kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget
membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
 Periode sensorimotor(usia0–2 tahun)
 Periode praoperasional(usia2–7 tahun)
 Periode operasional konkrit(usia7–11 tahun)
 Periode operasional formal(usia11tahun sampai dewasa)
Psikologi kognitif adalahsalahsatu cabang dari psikologi denganpendekatan kognitif untukmemahami
perilakumanusia.Psikologi kognitif mempelajari tentangcaramanusiamenerima,mempersepsi,
mempelajari,menalar,mengingatdanberpikirtentangsuatuinformasi.
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa
tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
1. Sub-tahapanskema refleks,muncul saatlahirsampai usiaenamminggudanberhubungan
terutamadenganrefleks.
2. Sub-tahapanfasereaksisirkularprimer, dari usia enamminggusampai empatbulandan
berhubunganterutamadenganmunculnyakebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapanfasereaksisirkularsekunder,muncul antarausiaempatsampai sembilanbulandan
berhubunganterutamadengankoordinasi antarapenglihatandanpemaknaan.
4. Sub-tahapankoordinasireaksisirkularsekunder,muncul dari usiasembilansampai duabelas
bulan,saat berkembangnyakemampuanuntukmelihatobjeksebagai sesuatuyangpermanen
walaukelihatannyaberbedakalaudilihatdari sudutberbeda(permanensi objek).
5. Sub-tahapanfasereaksisirkulartersier, muncul dalamusia duabelassampai delapanbelas
bulandan berhubunganterutamadenganpenemuancara-carabaru untukmencapai tujuan.
6. Sub-tahapanawalrepresentasisimbolik,berhubunganterutamadengantahapanawal
kreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak
belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau
warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia
dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya.
Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,
mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana
hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang
lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap
setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas
tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting
selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk
bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai
dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini,
seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala
sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Walau tahapan-tahapanitubisadicapai dalamusiabervariasi tetapiurutannyaselalusama.
Tidakada ada tahapan yangdiloncati dantidakada urutan yangmundur.
 Universal (tidakterkaitbudaya)
 Bisadigeneralisasi:representasidanlogikadari operasi yangadadalamdiri seseorangberlaku
jugapada semuakonsepdanisi pengetahuan
 Tahapan-tahapantersebutberupakeseluruhanyangterorganisasi secaralogis
 Urutan tahapan bersifathirarkis(setiaptahapanmencakupelemen-elemendari tahapan
sebelumnya,tapi lebihterdiferensiasidanterintegrasi)
 Tahapan merepresentasikanperbedaansecarakualitatif dalammodel berpikir,bukanhanya
perbedaankuantitatif
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi
tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang
membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan
baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses
perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,
informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti
skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang
sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung
kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan
mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi
skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses
ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi
yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh
di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian
skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam
proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas,
melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang
sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut
dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan
seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan
selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua
proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar
secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
Isu dalam perkembangan kognitif[1]
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara
umum.
[sunting] Tahapan perkembangan
 Perbedaan kualitatif dankuantitatif
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas
atau kuantitas kognisi.
 Kontinuitasdandiskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang
berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
 Homogenitasdari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
[sunting] Natur dan nurtur
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat
empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah
dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi
merupakan hasil dari pengalaman.
[sunting] Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat
perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15
tahun.
[sunting] Sudut pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan
kognitif.
 Teori perkembangan kognitif neurosains [2]
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan
perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia
yaitu

1. Apakahhubunganantara pemikiran dantubuh,khususnyaantaraotaksecara fisikdan
mental proses
2. Apakahfilogeni atauontogeniyangmenjadiawal muladari strukturbiologisyang
teratur
 Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan
kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan
pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki
implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar
secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert
Bandura, Michael Tomasello
 Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai
dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N.
Meltzoff

More Related Content

What's hot

Modul 4 bermain anak usia 4-6tahun
Modul 4  bermain anak usia 4-6tahunModul 4  bermain anak usia 4-6tahun
Modul 4 bermain anak usia 4-6tahunRizka Supriyanti
 
Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar
Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar
Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar Riri Albantani
 
Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...
Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...
Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...DindaSafitri13
 
Pembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi Bermain
Pembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi BermainPembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi Bermain
Pembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi BermainSumber Belajar PPPPTK TK dan PLB
 
Pertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaat
Pertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaatPertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaat
Pertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaatSriKatoningsih2
 
Ppt kep.anak kelompok 2
Ppt kep.anak   kelompok 2Ppt kep.anak   kelompok 2
Ppt kep.anak kelompok 2jodisetiawan11
 
Kaedah Belajar Melalui Bermain
Kaedah Belajar Melalui BermainKaedah Belajar Melalui Bermain
Kaedah Belajar Melalui BermainIsmail Mamat
 
Jenis & ciri2 main
Jenis & ciri2 mainJenis & ciri2 main
Jenis & ciri2 mainfardzli71
 
Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"
Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"
Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"Nur_halimah_tusyadyah
 
RISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUD
RISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUDRISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUD
RISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUDintan siregar
 
Permainan kanak kanak 97-2003
Permainan kanak kanak 97-2003Permainan kanak kanak 97-2003
Permainan kanak kanak 97-2003neverletitrest
 
Pentingnya bermain bagi anak
Pentingnya bermain bagi anakPentingnya bermain bagi anak
Pentingnya bermain bagi anakSeta Wicaksana
 
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanakTopik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanakRawiah Al-Adawiah
 

What's hot (20)

Modul 4 bermain anak usia 4-6tahun
Modul 4  bermain anak usia 4-6tahunModul 4  bermain anak usia 4-6tahun
Modul 4 bermain anak usia 4-6tahun
 
Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar
Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar
Makalah analisis bermain sebagai sumber belajar
 
Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...
Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...
Pentingnya Permainan Ular Naga Untuk Meningkatkan Sikap Sosial Pada Anak Usia...
 
Konsep dasar bermain
Konsep dasar bermainKonsep dasar bermain
Konsep dasar bermain
 
Pembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi Bermain
Pembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi BermainPembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi Bermain
Pembelajaran di Rumah/Sekolah: Adaptasi Kegiatan Terapi Bermain
 
Pertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaat
Pertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaatPertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaat
Pertemuan 2 konsep bermain , tujuan, fungsi dan manfaat
 
Ppt kep.anak kelompok 2
Ppt kep.anak   kelompok 2Ppt kep.anak   kelompok 2
Ppt kep.anak kelompok 2
 
Kaedah Belajar Melalui Bermain
Kaedah Belajar Melalui BermainKaedah Belajar Melalui Bermain
Kaedah Belajar Melalui Bermain
 
Gaming
GamingGaming
Gaming
 
Jenis & ciri2 main
Jenis & ciri2 mainJenis & ciri2 main
Jenis & ciri2 main
 
Bermain Dan Anak
Bermain Dan AnakBermain Dan Anak
Bermain Dan Anak
 
Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"
Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"
Review Game Anak Usia Dini "Freeding Frenzy"
 
RISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUD
RISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUDRISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUD
RISET MINI PEMBELAJARAN BERMAIN DI PAUD
 
Permainan kanak kanak 97-2003
Permainan kanak kanak 97-2003Permainan kanak kanak 97-2003
Permainan kanak kanak 97-2003
 
Konsep bermain oleh nur hajarwan
Konsep bermain oleh nur hajarwanKonsep bermain oleh nur hajarwan
Konsep bermain oleh nur hajarwan
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Pertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulum
Pertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulumPertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulum
Pertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulum
 
Pentingnya bermain bagi anak
Pentingnya bermain bagi anakPentingnya bermain bagi anak
Pentingnya bermain bagi anak
 
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanakTopik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
 
Tugas sosial 2
Tugas sosial 2Tugas sosial 2
Tugas sosial 2
 

Similar to Bermain dalam dunia anak anak adalah salah satu aktifitas yang paling menyenangkan

Modul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anakModul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anakpjj_kemenkes
 
Stimulasi tumbuh kembang dengan bermain
Stimulasi tumbuh kembang dengan bermainStimulasi tumbuh kembang dengan bermain
Stimulasi tumbuh kembang dengan bermainEcho's Mmhg
 
Alat permainan-edukatif
Alat permainan-edukatifAlat permainan-edukatif
Alat permainan-edukatifMaz Wahyudi
 
Terapi permainan
Terapi permainanTerapi permainan
Terapi permainanzaiwiyah
 
Kkbi murid & alam belajar part esei
Kkbi murid & alam belajar part eseiKkbi murid & alam belajar part esei
Kkbi murid & alam belajar part eseiQayyum Sobri
 
PROPOSAL BERMAIN.doc
PROPOSAL BERMAIN.docPROPOSAL BERMAIN.doc
PROPOSAL BERMAIN.docTomiSuranta
 
Kb3 konsep tumbuh kembang
Kb3 konsep tumbuh kembangKb3 konsep tumbuh kembang
Kb3 konsep tumbuh kembangpjj_kemenkes
 
Kb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain
Kb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermainKb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain
Kb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermainpjj_kemenkes
 
Bermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainanBermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainanAfrils
 
PERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.ppt
PERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.pptPERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.ppt
PERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.pptAuliaIfnuAkbar
 
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AWPERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AWPERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARANPERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARANDjoko Adi Walujo
 
6 Aspek Perkembangan Anak.docx
6 Aspek Perkembangan Anak.docx6 Aspek Perkembangan Anak.docx
6 Aspek Perkembangan Anak.docxsdnkaretan
 

Similar to Bermain dalam dunia anak anak adalah salah satu aktifitas yang paling menyenangkan (20)

Modul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anakModul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anak
 
psikologi bermain anak
psikologi bermain anakpsikologi bermain anak
psikologi bermain anak
 
Stimulasi tumbuh kembang dengan bermain
Stimulasi tumbuh kembang dengan bermainStimulasi tumbuh kembang dengan bermain
Stimulasi tumbuh kembang dengan bermain
 
Alat permainan-edukatif
Alat permainan-edukatifAlat permainan-edukatif
Alat permainan-edukatif
 
Terapi permainan
Terapi permainanTerapi permainan
Terapi permainan
 
Kkbi murid & alam belajar part esei
Kkbi murid & alam belajar part eseiKkbi murid & alam belajar part esei
Kkbi murid & alam belajar part esei
 
Teori bermain
Teori bermainTeori bermain
Teori bermain
 
MBE12503
MBE12503MBE12503
MBE12503
 
PROPOSAL BERMAIN.doc
PROPOSAL BERMAIN.docPROPOSAL BERMAIN.doc
PROPOSAL BERMAIN.doc
 
Materi kep anak
Materi kep anakMateri kep anak
Materi kep anak
 
Kb3 konsep tumbuh kembang
Kb3 konsep tumbuh kembangKb3 konsep tumbuh kembang
Kb3 konsep tumbuh kembang
 
Kb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain
Kb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermainKb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain
Kb3 stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain
 
Bermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainanBermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainan
 
PERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.ppt
PERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.pptPERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.ppt
PERTEMUAN 7. KONSEP BERMAIN PADA ANAK.ppt
 
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AWPERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
 
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AWPERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW
 
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARANPERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN
 
Rina
RinaRina
Rina
 
asasasasa
asasasasaasasasasa
asasasasa
 
6 Aspek Perkembangan Anak.docx
6 Aspek Perkembangan Anak.docx6 Aspek Perkembangan Anak.docx
6 Aspek Perkembangan Anak.docx
 

More from ade fikri

Makalah wujud dan unsur kebudayaan
Makalah wujud dan unsur kebudayaanMakalah wujud dan unsur kebudayaan
Makalah wujud dan unsur kebudayaanade fikri
 
Makalah radio dan tepe recorder
Makalah radio dan tepe recorderMakalah radio dan tepe recorder
Makalah radio dan tepe recorderade fikri
 
Pengertian disiplin dalam belajar
Pengertian disiplin dalam belajarPengertian disiplin dalam belajar
Pengertian disiplin dalam belajarade fikri
 
Bimbingan klompok
Bimbingan klompokBimbingan klompok
Bimbingan klompokade fikri
 
Pengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuan
Pengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuanPengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuan
Pengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuanade fikri
 
Perkembangan individu
Perkembangan individuPerkembangan individu
Perkembangan individuade fikri
 
Akibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebasAkibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebasade fikri
 
Pengantar media bk
Pengantar media bkPengantar media bk
Pengantar media bkade fikri
 
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anakDampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anakade fikri
 

More from ade fikri (10)

Makalah wujud dan unsur kebudayaan
Makalah wujud dan unsur kebudayaanMakalah wujud dan unsur kebudayaan
Makalah wujud dan unsur kebudayaan
 
Klp sosial
Klp sosialKlp sosial
Klp sosial
 
Makalah radio dan tepe recorder
Makalah radio dan tepe recorderMakalah radio dan tepe recorder
Makalah radio dan tepe recorder
 
Pengertian disiplin dalam belajar
Pengertian disiplin dalam belajarPengertian disiplin dalam belajar
Pengertian disiplin dalam belajar
 
Bimbingan klompok
Bimbingan klompokBimbingan klompok
Bimbingan klompok
 
Pengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuan
Pengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuanPengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuan
Pengaruh hasil tes potensi bakat dan minat antara laki laki dengan perempuan
 
Perkembangan individu
Perkembangan individuPerkembangan individu
Perkembangan individu
 
Akibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebasAkibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebas
 
Pengantar media bk
Pengantar media bkPengantar media bk
Pengantar media bk
 
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anakDampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
 

Bermain dalam dunia anak anak adalah salah satu aktifitas yang paling menyenangkan

  • 1. Bermain dalam dunia anak anak adalah salah satu aktifitas yang paling menyenangkan. Bermain adalah merupakan upaya untuk mengeluarkan ekspresi membuat dirinya senang dan nyaman. ……………………………. …………….. Karena dunia anak adalah dunia bermain, itulah sebabnya tak ada yang lebih penting dilakukan anak anak selain bermain. Menurut Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa dunia anak anak adalah dunia bermain. Dengan bermain menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia di sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain bermain, anak anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain , fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. …………. Beda lagi menurut Lely Aromawati Tobing Mont. Dipl Bba, seorang konsultan terapi bermain dan pakar pendidikan anak usia dini (PAUD) bahwa bermain menumbuhkan rasa percaya dan keterikatan yang menyenangkan antra orang tua dengan anak. Bermain juga sama pentingnya dengan menstimulasi perkembangan motorik dan otaknya. …………..
  • 2. Dalam hal ini kualitas pemberian stimulasi sangat ditentukan oleh keterlibatan orang tua. Apapun pendekatan stimulasinya, peran orang tua khususnya ibu merupakan hal terpenting dalam mendukung tumbuh kembang anak. ……………. Lalu permainan seperti apa dan pada waktu yang bagaimanakah yang sebaiknya dilakukan oleh para orang tua dalam menemani anak anaknya bermain…? Disini saya ingin mencoba mengembangkan hal hal apa saja yang penting untuk dilakukan para orang tua, diantaranya adalah ……… Pilih waktu yang tepat… Bermain berarti mengembangkan kemampuan anak, oleh karena itu bermain adalah cara terbaik untuk melatih keterampilan motorik kasarnya yang juga menpengaruhi otaknya. Dengan bergerak maka komunikasi antar saraf akan menjadi lebih lancar sehinga dapat membantu anak agar siap berpartisipasi dan memiliki performa lebih baik. Pada prinsipnya bermain haruslah menyenangkan bagi si anak. Banyak aktifitas rutin yang bisa dilakukan sambil bermain. Saat mandi misalnya, manfaatnya selain memberikan pengalaman belajar juga sambil memperkenalkan peralatan mandi, melatih anak untuk disiplin dalam menjalankan rutinitas yang harus dilakukannya setiap ahri. Selain itu juga mampu meningkatkan kemampuan bahasa atau kosa kata bagi anak anak itu sendiri. ……….. Saat tidur pun bisa dan tak luput dari hal yang namanya bermain. Justru inilah saat dimana anak anak merasa rileks. Bermain menjelang tidur memberikan gagasan untuk kegiatan penghantar tidur. Waktu bermain pun tak harus lama, cukup luangkan waktu 10-15 menit seberlum tidur. Bagi anak apa yang ia dapat menjelang tidur sakan sangat membekas pada memory nya. Disamping itu kedekatan antara orang tua dan anak akan menjadi lebih erat. ……………….
  • 3. Pada kesempatan yang lain, disela sela kesibukan sebisa mungkin orang tua untuk meluangkan sedikit waktunya mengajak anak anak jalan jalan atau istilah sederhananya “tamasya”. Dalam kesempatan ini saatnya orang tua memanfaatkan waktu untuk mengamati kemampuan anak dari dekat dan memberikan stimulasi anak. Selain itu juga mampu menciptakan kebersamaan antara anak dan orang tuanya. Adalah hal yang tak dipungkiri bahwa tidak semua para ibu memiliki waktu luang yang banyak untuk bermain dengan anak anaknya. ………….. Banyak sekali aktifitas yang bisa dilakukan bersama anak, selain saat mandi dan menjelang tidur bahkan bisa juga sebelum berangkat ke kantor misalnya. Semua tinggal bagaimana seorang ibu mengatur waktunya. Memang harus diniatkan dan sejenak lupakan segala persoaln keluarga maupun persoalan kantor. ………… Lakukan sejak dini Sejak dalam kandungan, seorang janin telah mulai bermain dengan dunianya sendiri. Seiring bergulisnya waktu, ketia ia terlahir dan memasuki usia tiga bulan sudah bisa diajak bermain. Makin hari perkembangan fisiknya makin sempurna, keseimbangan tubuhnya pun mulai terbentuk. Begitu pula dengan otot otot nya sudah mantap untuk bergerak , sekalipun dengan sangat sederhana tetapi si anak mulai memberi respon, salah satunya dengan mengedipkan mata dan ini adalah merupakan bentuk bermainnya bayi. ………… Sangat jelas keuntungan bermain bagi anak, selain melatih panca inderanya, motoriknya dan yang tak kalah penting adalah adanya interaksi antara anak dan orang tua. Jika seorang anak merasa diperhatikan maka dampaknya positif terhadap emosinya, kepercayaan dirinya, dan ini menjadi dasar yang paling penting. …………
  • 4. Orang tua harus menyadari betapa pentingnya bermain dengan anak karena bukan saja mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif saja, tetapi dengan bermain berarti menjalin tali kasih orang tua dan anak. Kedekatan anak dan orang tua akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati yang tinggi. Dan yang tak kalah pentingnya dalah sebaiknya orang tua tidak mengandalkan pembantu atau baby sitternya saja dalam hal membantu anak bermain. ………….. Persiapan bermain bersama anak Agar kegiatan bermain bersama anak menjadi menyenangkan dan penuh kesan, baiknya orang tua ikut ambil bagian atau peran secara aktif dalam bermain dan jangan hanya menjadi pengawa saja. Beri contoh anak untuk bermain dan bukan hanya memerintah atau menyuruh saja. ………… Orang tua hendaknya peka terhadap kondisi fisik atau emosi anak. Mengetahui kapan anak mau bermain dan kapan saatnya berhenti. Tanda bahwa anak ingin berhenti bermain dalah ketika anak menguap, mengelak, gelisah. Dalam kondisi yang demikian orang tua hendaknya tidak memaksakan anak untuk tetap bermain. ………….. Gunakan alat bantu jika perlu. Alat bantu tak harus yang mahal, Anak pun bisa belajar dari barang yang murah dan seadanya. Contoh sederhananya kertas, kertas bisa dibuat origami, puzlee atau apa saja yang tidak membahayakan si anak. ………….. Ciptakan suasana yang gembira, karena dengan gembira akan membangkitkan suasana yang hangat dan akrab antara orang tua dan anak. Penting juga bagi para ibu bahwa bermain dengan anak pun harus dengan hati sehingga feel nya dapat. …………..
  • 5. Pusatkan perhatian pada apa yang dilakukan, diucapkan anak anak agar orang tua dapat memberikan respon/balasan sesuai yang diinginkan anak anaknya. Gunakan komunikasi dengan bijak, seperti nada dan kekuatan suara. Pastikan selalu berbicara dengan nada suara biasa. Pastikan tempat bermain tidak ada benda benda yang membahayakan. …………. Inti dari bermain adalah fun. Tanpa itu bermain seperti kehilangan makna. Bermain juga diyakini mampu untuk menghilangkan berbagai batasan dan hambatan dalam diri. Bermain juga mengajarkan banyak hal, misalnya belajar mengerti dan mentaati aturan yang disepakati, belajar menghargai orang lain, belajar untuk berkompetisi secara sehat dan jujur, belajar untuk mengenal orang lain dengan segala kepribadiannya, belajar menmecahkan suatu masalah baik sendiri maupun secara bersama-sama, belajar mengenal dan memahami nilai moral yang ada dalam permainan maupun interaksi selama permainan, dan banyak hal lainnya. …………. Kegiatan bermain juga sering dipakai oleh kalangan psikologi sebagai terapi, yang lebih dikenal dengan nama terapi bermain (play therapy). Terapi ini digunakan bagi anak yang mempunyai masalah dengan emosi. Tujuan dari terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya melalui cara yang menyenangkan. Pengertian dan Karakteristik Bermain Pengertian tentang bermain bisa disebabkan beberapa hal, oleh karena:
  • 6. 1. Istilah bermain digunakan dalam berbagai cara dan konteks kehidupan sehari-hari; 2. Studi-studi tentang bermain dilakukan dalam berbagai disiplin; 3. Kriteria untuk menentukan kegiatan bermain tidak selamanya dapat diamati. Dalam hal ini terdapat tujuh ciri yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah sesuatu itu bermain atau bukan, yakni yang: Pertama, bermain dilakukan secara voluntir. Bermain yang dilakukan secara sula rela tanpa paksaan atau tekanan dari orang lain. Kedua, bermain itu spontan. Bermain kapan pun mereka mau. Ketiga, kegiatan lebih bermain lebih berorientasi pada proses dari pada terhadap hasil atau akhir kegiatan. Fokus dalam bermain adalah melakukan aktivitas bermain itu sendiri, bukan hasil atau akhir dari kegiatannya Keempat, bermain didorong oleh motivasi intrinsik. Maksudnya, yang mendorong anak untuk melakukan kegiatan bermain tersebut adalah kegiatannya itu sendiri, bukan faktor-faktor luar yang bersifat ekstrinsik. Misalnya didorong orang tua, untuk mendapatkan hadiah,dll. Kelima, bermain itu pada dasarnya menyenangkan. Bermain bisa memberikan perasaan-perasaan positif bagi para pelakunya. Artinya semakin aktivitas itu menyenangkan, maka hal tersebut semakin merupakan bermain. Keenam, bermain itu bersifat aktif. Bermain memerlukan keterlibatan aktif dari para pelakunya. Ketujuh, bermain fleksibel. Dengan ciri ini berarti anak yang bermain memiliki kebebasan untuk memilih jenis kegiatan yang ingin dilakukannya. Dengan tujuh karakteristik di atas, secara sederhana bermain dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara voluntir, spontan, terfokus pada proses, didorong oleh motivasi intrinsik, menyenangkan, aktif dan fleksibel. PERAN BERMAIN DALAMOPTIMALISASI GERAKBAGISISWA SEKOLAH DASAR Teori mengenai bermaintelahdibahasolehbanyak pakar denganberbagai kelebihanya.Karl Groos (Depdikbud,1979) mengajukanteleologytheoryyang menerangkanbahwapermainanmerupakanalat untukmempelajari fungsi hidupyangmerupakan persiapanuntukmenghadapi kehidupanyang sesungguhnya.Karenanya,pembelajaranmelalui kegiatanbermainharusmemilikipointersberupa kecakapan-kecakapanuntukkepentingan
  • 7. menghadapi kehidupannyata. Spencer(Depdikbud,1979) mengemukakan surplustheoryatauvitalitysurplustheorydari Marschall, yang mengemukakanbahwakelebihantenagaataukekuatanatauvitalitasmanusiadapatdisalurkan melalui kegiatanbermain.Melaluikegiatanbermain,kelebihantenagayangdimiliki pesertadidikdapat disalurkansecarapositif.Sehinggakegiatan-kegiatanpenyaluranenergi ke hal-halyangtidakbaikdapat dihindari ataudicegah. Claparede mengemukakanbahwakegiatanbermaindisampinguntukmempelajarifungsi hidup(teori Groos) juga merupakanproses sublimasi instingrendah(berkelahi,bergulat,memukul,mengejar,dll.) menjadi tingkatperbuatanyanglebihtinggi.Teori funktionlustdanteroti activitatsdrang mengemukakanbahwaanak-anakharusmemiliki kemauanuntukmelakukanaktivitasfisikkarena akan bermanfaatbagi kehidupannyadi kelakkemudianhari.Frobel (Bigot,1930) menjelaskantentangfungsi bermainyaituuntukmemperolehkesibukandanmembangkitkanfantasi anak.Bigot(1930: 275-276) sendiri mengatakanbahwamelaluiaktivitasbermainmemberikankepuasan,kegembiraandan kebahagiaandalamkehidupananaksecaraindividumaupunkelompoksertadapatdijadikanalat pendidikanyangsangatbernilai.Teori inilahyangharusselalumelatarbelakangi mengapakegiatan menjadi bagianyangsangatpentingdantidakdapatdipisahkandari kegiatanpendidikan. Berdasarkanpendapat-pendapatdi atasdapatdiketahui bahwabermainbagi seoranganaksangatlah pentingterutamauntukmengembangkankesehatandankebahagiaannya.Bahkanbermainbagi seorang anak hampirsama pentingnyadengankegiatanmakandanminum.EheartdanLeavitt(1985) menegaskanbahwakegiatanbermainmemberikankesempatankepadaanakuntukmenguasai berbagai konsepdasardan keterampilanfisik,sosialmaupunintelektual.Demikianjugahasil penelitianterhadap anak yanglebihkecil,membuktikanbahwabanyakkecakapanbelajardi sekolahdipelajarimelalui kegiatanbermain(Garvey:1977, Sylva,BrunerdanGenova:1977). Seoranganak tidakakanberkembangdenganbaiktanpastimulasi kegiatan bermainmelaluiaktivitas jasmani danrohani.Bermainbagi seoranganaktidakhanya berperanbagi perkembanganjasmaninya saja tetapi lebihdari itujugasangatpentingbagi perkembangan:1) intelektual,2) bahasa,3) sosial dan 4) emosionalnya.Bermainjugadapatmembantuanakmemahami duniasekitarnya,dimanamereka memilikikesempatanmenyelidikidanmenentukansesuatu,menguji teori yangmerekapikirkan, mencobahubungansebabakibatdanbelajartentangbanyakhal.Di Sekolahkebutuhanbermainbagi anak harusmampu dipenuhimelalui kegiatanpembelajaran. SekolahKreatif seringkali menerapkanteori tersebut.Bermaindanbelajarseringkali diterapkandalam prosesbelajarmengajar(PBM) olehustadzdanustadzah.Yangmembuatsiswa-siswilebihaktif dan enjoy(nyaman) untukmenerimamateri yangdiberikan.contohnyaPBMPenjasyangmenggunakan teori itu. PermainanPenjasmampumembangunkecakapankognitif yangmerupakankecakapanintelektual yang berperanmembantumenentukankeberhasilanakademikseorang siswa.Kecakapankognitif itu meliputi:1) kemampuanmengidentifikasi,2) kemampuanmengklasifikasi,3) kemampuanmengurutkan, 4) kemampuanmengamati,5) kemampuanmembedakan,6) kemampuanmembuatramalan,7) kemampuanmenarikkesimpulan,8) kemampuanmembandingkandanmenentukanhubungansebab akibat.PembelajaranPenjasakanmengasahkepekaanseoranganakpadaketeraturan(sense of order), urutan (sequence) danwaktumelalui pemahamanmengenaicara,aturan dankapan memulai dan mengakhiri permainanPenjas.
  • 8. KemampuanmemecahkanmasalahmenjadifungsilainpermainanPenjas.Melalui permainankejar- tangkapmisalnyaseorangsiswayangdikejarakanmencobaberbagai carauntukmenghindardari kejaranlawannya,begitujugasiswayangmengejarakanberpikirkerasuntukmencari caraagar dapat menangkaplawannya.Bahkanmerekadapatjugabereksperimendenganmengikatkembangkamboja sedemikianrupasehinggadapatdijadikanbolauntukbermain,ataumengubahfungsi bakmandi sekolahmenjadi sebuahkolamkecil untuk bermainair.Kesempatanbermainyangluasseperti ini membuatanakyakinbahwaada banyakkemungkinanuntukmemecahkansuatumasalahdan mendoronganaklebihlamabertahandi dalamkesulitan(komponenEQ:menundakepuasan) sampai permasalahanyangdihadapinyamemiliki jalanpemecahanterbaik. Melalui permainanPenjaskemampuanberkonsentrasi (rentangperhatian) jugadikembangkandengan baik.Tanpa rentangperhatianyangmemadai seorangsiswatidakakandapatasyikdalampembelajaran Penjas.PermainanPenjasakanmampumelatihkesabaranseorangsiswamenunggugiliranbermain, menjagaatau memperhatikangerakanteman- temannyaketikabermain.Semuaitumemerlukan rentangperhatianyangmemadai dankebiasaanini secaralangsungakanmeningkatkankemampuan konsentrasi mereka. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan bermain, sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Bermain bagi anak memang telah dipraktikkan dan diterapkan di kalangan pendidik, dengan hasil cukup memuaskan. Namun ada beberapa kendala dalam pelaksanaan cara belajar sambil bermain ini, antara lain tekanan orang tua yang beranggapan bahwa yang terpenting di Taman Kanak-kanak adalah membaca, berhitung dan menulis, sedangkan bermain tidak ada gunanya. Juga ada pendidik yang ragu-ragu melaksanakan bermain untuk belajar di dalam kelas, karena khawatir anak-anak menjadi tidak terkendali dan kelas menjadi kacau. Memang ada pendidik yang kurang atau tidak memahami tingkat atau masa perkembangan anak, sehingga tidak tahu batas mana yang dapat diterima dan dicerna anak. Di daerah pedesaan maupun perkotaan banyak sekali anak-anak yang miskin gagasan. Mereka ini kebanyakan anak yang tidak lepas dari gendongan orang tua/pembantu sehingga naluri anak untuk bereksplorasi atau menjajaki sekitarnya menjadi lambat atau tidak berkembang. Berlimpahnya mainan bagi anakpun berbahaya, karena menimbulkan kebosanan. Gagasannya tidak tergugah atau tergelitik. Disarankan agar sebaiknya mainan dikeluarkan sedikit demi sedikit, dan anak-anak diberi dorongan untuk mengembangkan permainan yang dimilikinya. Jangan batasi keinginan anak untuk bermain, hanya karena jenis kelaminnya berbeda. Jangan risau pada seorang anak putra bermain boneka, bukankah kelak anak tersebut akan menjadi ayah? Juga bukankah anak-anak harus dipersiapkan untuk membuat pilihan-pilihan kelak? Dalam bermain pada anak-anak hal yang paling mendasar harus dilakukan orang tua/pendidik adalah berbicara, mendorong, menunjukkan dan mencari variasi. Thema utama dalam bermain anak adalah sosial, emosional, kognitif dan motorik. Agar lewat kegiatan bermain ini, anak-anak
  • 9. mendapatkan 5 A yaitu, affection (rasa dicintai), acceptance (rasa diterima) dan attention (perhatian dan perawatan) serta approval (kesempatan melakukan hal-hal yang disenangi) maupun appreciation (penghargaan yang tepat atas hasil kerja dan minat si anak). Menurut para ahli psikologi, perkembangan bermain pada anak-anak akan diikuti perkembangan kognitif, sehingga akan terjadi perubahan kegiatan bermain dari bayi, anak, remaja sampai dewasa. Secara psikologi, ada empat tahap dalam perkembangan bermain bagi anak-anak yang pembagiannya berdasarkan usia. Tahap pertama, anak yang berusia antara 0 sampai 18 bulan atau 24 bulan. Pada tahap ini akan menggunakan refleks, kemampuan penginderaan dan keterampilan motorik yang sudah dikuasai untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan baru. Anak-anak perlu dirangsang untuk mengamati lingkungan sekitarnya dan mengambil inisiatif sendiri untuk menyenangkan diri mereka sendiri. Karena itu, kegiatan bermain bersifat bebas, spontan dan tidak ada aturan permainan. Kegiatan-kegiatannya antara lain berupa latihan menggunakan dan mempertajam penginderaan, meraih, menendang, memukul, merangkak dan menendang. Tahap kedua, anak yang berusia antara 2 tahun sampai 6 tahun atau 7 tahun. Pada tahap ini anak mulai mampu berpikir simbolik dan mampu berbicara untuk memahami lingkungannya. Cara berpikirnya masih terpusat pada diri sendiri dan anak masih belum mampu menerapkan hukum- hukum logika terhadap pengalaman dan pikirannya. Bila imajinasi anak bertambah, secara bertahap cara berpikir anak tidak lagi terpusat pada diri sendiri, sehingga sosialisasi dapat dikembangkan. Melalui bermain, anak-anak melatih diri untuk lebih menguasai gerakan motorik kasar dan halus, atau melakukan kegiatan berpikir seperti klasifikasi. Tata cara hidup di masyarakat seperti disiplin dan aturan-aturan sudah mulai dikenal. Tahap ketiga, anak yang berusia antara 7 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun. Pada tahap ini kemampuan anak berpikir, mengingat dan berkomunikasi akan semakin baik karena anak telah berpikir lebih logis. Kegiatan bermain anak-anak pada tahap ini ditandai dengan social play. Anak mulai menaruh minat untuk bermain dengan teman-temannya dan tertarik pada mainan yang menggunakan aturan-aturan tertentu. Tahap keempat, anak yang berusia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat berpikir abstrak, membuat hipotesa atau dugaan-dugaan secara lebih baik, tidak terlalu terikat pada hal-hal yang konkret. Pada usia 15 tahun, remaja mulai menaruh perhatian pada literatur, dunia kerja dan mencari pemecahan persoalan-persoalan. Kegiatan bermain umumnya sama dengan tahap ketiga. Psikologi Perkembangan adalah pengkajian ilmu yang berhubung dengan perkembangan manusia bermula ketika ianya disenyawakan diikuti dengan kehidupan bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan akhirnya kematian. Ia menyentuh aspek-aspek tentang kitaran kehidupan manusia iaitu fizikal, kognisi, personaliti dan sosial. Dewasa Awal adalah merupakan satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja. Ia dianggap kritikal adalah disebabkan pada waktu ini manusia berada pada tahap awal pembentukan kerjaya dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang
  • 10. tepat demi menjamin masa depannya terhadap kerjaya dan keluarga. Pada waktu ini juga seseorang akan menghadapi dilemma antara kerjaya dan keluarga. Pelbagai masalah mula timbul terutamanya dalam perkembangan kerjaya dan juga hubungan dalam keluarga. Menurut Teori Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20 an ke 30 an. Pada tahap ini manusia mula menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mula berlaku dan berkembang. Kalau menggunakan definisi WHO, kesehatan merupakan keadaan kesejahteraan jasmani, rohani, sosial, moral bukan hanya bebas dari sakit dan cacat, maka untuk menilai manfaat bermain dari sisi kesehatan banyak sekali variabel yang perlu kita perhatikan. Antara lain jenis permainan, alat permainan yang digunakan, kondisi tempat bermain, aturan dalam permainan, umur anak (berkaitan dengan perkembangan gerak kasar, halus, kognitif, emosi sosial, moral). Tingkat kesehatan anak (ada kelainan fungsi indra, organ tubuh, fungsi tubuh, status gizi, imunisasi), peran teman sebaya (playmate, peer group), peran saudara serumah, orang tua dan guru. Kita tidak bisa melihat peran atau pengaruh suatu hal pada anak (termasuk pengaruh bermain) hanya dikaitkan dengan satu aspek saja, karena untuk segala sesuatu yang terjadi pada anak adalah hasil interaksi dengan semua faktor yang ada dilingkungan kehidupannya. Jadi kita harus melihat kaitan antara anak dengan senua faktor tersebut, dan juga pengaruh kombinasi faktor-faktor tersebut terhadap anak. Kalau dibuat matriks label silang majemuk, maka menurut hemat saya bisa dibayangkan betapa kompleksnya seperti dalam matrik dihalaman berikut. Saya yakin matriks ini bisa dikembangkan lebih luas lagi oleh pakar-pakar psikologi, pendidikan, sosial atau agama yang berkaitan dengan permainan anak. Untuk setiap jenis permainan, kelompok umur yang berbeda, tahapan perkembangan yang berbeda, kesehatan anak, peran orangtua/guru yang berbeda, sosial ekonomi yang berbeda akan menghasilkan penilaian yang berbeda pula, oleh karena itu kita harus membahasnya secara spesifik pula, tidak bisa disimpulkan secara umum. Pengaruh fisis dan penularan penyakit Pengaruh permainan elektronik tersebut terhadap perkembangan anak tergantung jenis/tipe/isi permainan tersebut, lamanya bermain, umur anak, terhadap perkembangan anak, kesehatan anak,peran orangtua/guru, tingkat sosial ekonomi keluarga Permainan elektronik tersebut memaksa anak duduk berjam-jam, didepan layar monitor yang memancarkan sinar ultraviolet, berkedip-kedip. Untuk anak yang ada riw ayat kejang epilepsi (ayan), maka cahaya kontras dan berkedip-kedip dapat membangkitkan serangan epilepsi (ayan) berupa kejang-kejang, tidak sadar, pingsan. Kejadian semacam ini baru- baru ini diberitakan dikoran-koran Eropa dan Amerika,tetapi bukan pada mainan elektronik melainkan video-klip musik yang berkedip-kedip terlalu menyilaukan. Selain itu sinar ultraviolet, infra merah, atau sinar lain yang terlaluy silau bila melebihi batas kemampuan mata dapat mengganggu fungsi penglihatan. Permainan elektronik ditempat umum: kdang-kadang pengap, kurang pertukaran udara bersih, kurang sinar matahari, dapat memudahkan penularan kuman penyakit, terutama kuman infeksi saluran pernafasan, termasuk tuberkulosis. Udara kotor berdebu dapat memicu serangan asma, bagi anak pengidap asma. Tuas/tangkai mainan, kursi yang digunakan berganti-ganti ditempat umum, kalau jarang dibersihkan dapat menularkan berbagai penyakit, misalnya penyakit kulit dan infeksi usus (tidak cuci tangan langsung makan) Suara yang terlalu bising melebihi ambang kemampuan telingan, bila terlalu lama dapat mengganggu fungsi pendengaran. Dampak Dari Sisi kesehatan Anak Usia prasekolah dan sekolah, sedangkan tumbuh dan kembang fungsi otot,tulang, kekuatan, keseimbangan, kelenturan dan ketrampilan (disamping perkembangan kognitif, emosi sosial serta moral). Mereka yang duduk didepan layar berjam-jam, kurang bergerak maka pertumbuhan dan perkembangannya akan kalah dari anak yang aktif bergerak akan memacu hormon pertumbuhan, dan kerja jantung – paru sehingga suplai oksigen untuk perkembangan otak alak lebih baik, ketimbang yang duduk berjam-jam didepan layar. Pertumbuhan pada usia sekolah dan aw almasa remaja adalah sangat pesat sehingga membutuhkan masukan nutrisi yang lebih banyak daripada usia sebelumnya. Kalau duduk berjam-jam didepan layar akan sering lupa makan, terlambat makan, sehingga masukan nutrisi akan kurang, maka pertumbuhan fisiknya juga dapat terhambat, disamping faktor hormon pertumbuhan yang tidak terpacu. Kalau disuruh makan malah marah-marah, lupa mengerjakan tugas sekolah. Mengerjakan tugas sekolah kurang serius karena sudah letih, mengantuk setelah berjam-jam berkonsentrasi didepan layar permainan. (mn). KONSEPDESAIN TEMPAT BERMAIN ANAK Sebuah Study Tempat Bermain Anak di Perumahan Rumah
  • 11. Sederhana (RS) Perkembangan kota yang pesat, menyebabkan banyak masalah, salah satu diantaranya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh Pemerintah kota dan pihak swasta adalah merubah fungsi ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun. Dampak dari kesemuanya itu adalah hilangnya fasilitas umum yang biasa digunakan oleh warga, salah satu diantaranya adalah hilangnya fasilitas tempat bermain anak. Mengacu Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1997 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah, maka terlihat jelas bahwa setiap pengembang yang mengembangkan kawasan perumahan ( perumahan formal/teratur ) diwajibkan juga untuk membangun sarana dan prasarana diantaranya adalah : Fasilitas Tempat Bermain. Kenyataan yang sering terjadi saat ini adalah hampir semua Tempat Bermain, khususnya yang berada di Perumahan Rumah Sederhana keberadaanya di gabung dengan fasilitas lainnya, misalnya : olah raga, Taman Kanak Kanak, Fasilitas Ibadah dalam satu ruang terbuka ( open space ) . Bahkan tidak jarang, lokasi ruang terbuka tersebut disediakan pada lahan- lahan sisa. Minimnya fasilitas bermain ternyata mempunyai dampak terhadap anak-anak. Sebagai fasilitas umum, kadang mereka menggunakan ruang terbuka tersebut sebagai tempat bermain, dan tidak jarang meraka menghindari ruang terbuka sebagai tempat bermain. Pendahuluan Joni Faisal, seorang anggota masyarakat yang juga pemerhati perkotaan menulis di harian KOMPAS, Rabu 21 Maret 2001, dengan judul Kota Tanpa Ruang Bermain : “ …Pemerintah hanya menginginkan sisi komersial dari setiap pembangunan ruang bermain itu, bukan semata-mata memberikan hak yang sepatutnya di terima masyrakat, khususnya bagi anak-anak. Sebenarnya bagi anak-anak sendiri, ada atau tidak adanya ruang bermain, tidaklah begitu menjadi masalah, sebab secara alami, mereka telah memiliki kemampuan menemukan ruang bermainnya sendiri, tetapi masalahnya ruang bermain itu kondusif atau tidak adalah tanggung jawab orang dewasa…” Dari petikan di atas tersirat bahwa Pemerintah dan sebagian masyarakat menganggap bahwa tempat bermain bukanlah sesuatu hal yang penting. Bahkan beberapa fakta menunjukan akibat dari perkembangan kota maka ada kecenderungan untuk melakukan perubahan fungsi ruang, dan yang
  • 12. paling sering terkena dampaknya adalah ruang bermain, yang saat ini semakin mengecil bahkan dibeberapa tempat cenderung ditiadakan. Miller, 1972 (dalam Ratna D dan Feriyanto C, 1987 : 19) mengatakan : “ ...Jika anak merasa tempat bermainnya tidak memenuhi minatnya maka ia akan pergi ke tempat lain untuk mencari ‘ excitement dan tantangan lain dan seringkali mereka menemukan itu dalam kegiatan-kegiatan yang delinkuen dan anti sosial... “ Sementara itu Wilkinson, 1984 (dalam Ratna D dan Feriyanto C, 1987 : 19) juga mengatakan : “ ...kalaupun terpakasa bermain di suatu tempat karena tidak ada pilihan lain, maka kebosanan yang dialami akan mendorong anak untuk mencoba variasi-variasi baru yang berbahaya...” Pendapat di atas menunjukan bahwa Tempat Bermain Anak, merupakan satu hal yang penting untuk disediakan Satu Sisi dari Permasalahan Kota Saat Ini Seperti halnya kota-kota lain, demikian juga halnya dengan kota-kota di Indonesia, perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan kota, pada awalnya ditujukan untuk menyejahterakan masyarakatnya. Namun dalam pelaksanaannya banyak hal yang sering tidak sesuai dengan perencanaan. Oleh sebab itu tak salah bila sebagian masyarakat berpendapat bahwa perkembangan kota pada saat ini umumnya sering menimbulkan masalah, salah satu diantaranya ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat golongan atas yang tinggal di pinggiran kota, hal ini menyebabkan derasnya arus lalu lintas pada jam-jam tertentu, sehingga menimbulkan problem kemacetan lalu lintas, polusi udara, kebisingan. Selain masalah tersebut di atas masalah perubahan fungsi lahan juga menjadi hal yang terjadi di kota, hal ini tercermin dari semakin minimnya lahan-lahan terbuka yang tadinya berfungsi sebagai ruang terbuka. Akibat dari keterbatasan lahan, maka Pemerintah dan sebagian masyarakat mengakuisisi lahan-lahan terbuka yang berfungsi sebagai Fasilitas Umum menjadi lahan terbangun. Demikian juga halnya dengan kota DKI Jakarta, mengacu pada Perda No. 5/1984, sesuai dengan RUTRK 1985 – 2004, luas ruang terbuka hijau seluas 25, 85 %. Sementara itu seiring dengan perjalanan waktu, mengacu dengan Perda No. 6/ 1999 ruang terbuka hijau hanya tersisa 13, 94 % ( kondisi lapangan : ruang terbuka hijau hanya tersisa 5.059 Ha ( 9 % )) dari luas DKI sebesar 66.152 Ha ( Kompas, 24 Maret 2002 ). Data ini menunjukan bahwa isu tentang semakin minimnya ruang terbuka di tengah kota akibat peruabhan fungsi bukan isapan jempol semata.Perubahan fungsi ini mempunyai dampak kepada banyak hal, diantaranya adalah semakin minimnya tempat bermain bagi anak-anak. Prediksi PBB mencatat, diperkirakan hingga tahun 2005, separuh dari anak-anak yang tinggal di kota, semakin hari semakin kehilangan tempat bermainnya. Demikian juga halnya di Jakarta. Hal ini tercermin dari banyaknya anak-anak yang bermain di tempat- tempat yang bukan semestinya
  • 13. tempat bermain. Sebagian besar anak bermain pada tempat-tempat yang tidak resmi ( misalnya : jalanan, bantaran kali, taman-taman kota ). Kondisi Tempat Bermain Anak di Perumahan Sedemikian pentingnya bermain pada anak, sehingga Pemerintah mengakomodirnya didalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada Pasal 11 : Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdaannya demi pengembangan diri. Disamping itu untuk memenuhi hak tersebut, pada Pasal 56 ayat 1 butir d, e dan f, disebutkan bahwa Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat · bebas berserikat dan berkumpul · bebas bersitirahat, bermain, berkreasi, berekreasi dan berkarya seni budaya dan · memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Sementara itu, secara kuantitatif, melalui Kep. Men PU No. 378/KPTS/1987, Pemerintah juga telah membuat standart luasan minimum yang harus di penuhi. Namun demikian, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa perumahan formal, umumnya tempat bermain anak hanya disediakan dalam tingkat RW, tempat bermain tersebut juga umumnya digabung dengan beberapa fasilitas lain. Penggabungan fungsi ini menyebabkan banyak masalah, dan biasanya, sebagaimana ‘hukum rimba ‘ maka yang terlemahlah yang kalah, dalam hal ini anak selalu dalam posisi yang kalah.Nani Zara (2002) yang mengadakan penelitian pada dua Perumahan Sederhana yaitu Perumnas II Depok dan Perumnas Indraprasta II Bogor. Dengan menggunakan metode kuantitatif pada 27 responden, kesimpulan hasil penelitian yang dimuat di Skripsi Jurusan Arsitektur, terungkap bahwa 50 % responden mengatakan bahwa fasilitas bermain anak kurang memuaskan. Pada lingkungan Perumnas II Depok ditemukan fakta bahwa sebagian besar ( 56 % ) anak tidak menggunakan ruang terbuka sebagai tempat bermain, umumnya mereka bermain pada jalanan di depan rumah dan lapangan. Hal ini didasari dari jenis permainan mereka yang masih didominasi oleh permainan yang bersifat aktif. Sementara itu pada lingkungan Perumnas Indraprasta II ditemukan juga fakta bahwa 60 % anak bermain ditempat bukan ruang terbuka. Kemungkinan Apa yang Terjadi ? Fenomena di atas menunjukan bahwa tempat bermain anak yang sering digabung dengan fasilitas lain dalam satu ruang terbuka, saat ini sudah tidak begitu menarik lagi pada anak. Beberapa kemungkinan yang terjadi diantaranya adalah :
  • 14. 1. Ketakutan orang tua akan keamanan dan keselamatan anak pada saat bermain di ruang terbuka; 2. Kondisi Ruang Terbuka yang tidak nyaman; 3. Jenis permainan anak yang sudah meninggalkan permainan tradisional; dan 4. Pengaruh kelompok Beberapa Permasalahan yang Terjadi di Perumahan Rumah Sederhana 1. Penyediaan Sarana dan Prasarana Minimnya sarana dan prasarana di wilayah ini menyebabkan beberapa kegiatan warga menjadi kendala, diantaranya adalah kegiatan bermain anak, hal ini menyebabkan sebagian anak menggunakan jalan untuk kegiatan bermain. 2. Perubahan Fungsi Lahan Perubahan fungsi lahan ( misalnya : Merenovasi rumah yang melebihi GSB ) sehingga sebagian fungsi rumah bergeser ke jalan.
  • 15. Sekilas Tentang Kehidupan Bermain Anak di Perumahan Rumah Sederhana A. Jenis Permaian dan Teman Bermain Anak yang tinggal di Perumahan Rumah Sederhana lebih mengenal Jenis Permainan Aktif, sebagian besar anak yang tinggal di tempat tersebut berasal dari orang tua yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah, hal ini menyebabkan kecil kemungkinan bagi mereka untuk hidup dalam kemewahan, bila dikaitkan dengan jenis permainan, maka sangat jarang mereka bermain dengan menggunakan teknologi atau melakukan permainan pada tempat tempat yang membayar ( mis: Timezone, Ancol, dll ), sehingga hal yang cenderung dilakukan oleh para anak-anak adalah melakukan jenis permainan aktif yang tidak membutuhkan biaya banyak ( misalnya : bola kaki, sepeda, dll ). Sebagai ciri lain dari permainan aktif adalah membutuhkan jumlah pemain yang banyak, hal inilah yang menyebabkan mereka bisa mengenal satu dengan lainnya. Hal ini mendukung hasil dari penelitian Merina Burhan ( 1999 ) bahwa anak yang berasal dari golongan menengah bawah cenderung bermain dengan teman berbeda usia dalam kelompok yang lebih besar ( kebanyakan tetangga ), berbeda dengan anak yang berasal dari golongan menengah keatas yang cenderung bermain dengan teman sebaya dalam kelompok kecil ( umumnya teman sekolah ). B. Kondisi Tempat Bermain Anak Mereka lebih senang bermain di luar rumah, anak yang tinggal di Perumahan Rumah Sederrhana umumnya tinggal pada rumah tipe 18 hingga 45. Sebagian besar rumah mereka telah direnovasi dan hanya meninggalkan sedikit ruang terbuka pada sisi depan rumah, bahkan tidak jarang rumah- rumah yang telah direnovasi tidak menyisakan ruang sedikitpun. Hal ini
  • 16. menyebabkan mereka cenderung untuk melakukan kegiatan diluar rumah. Kenyataan ini diperkuat pendapat Bierhoff dan Alferman ( dalam Ratna D dan Feriyanto C, 1987 ) yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa kenyamanan rumah menentukan tingkat kunjungan anak ke taman untuk bermain, makin rendah tingkat kenyamanan maka makin tinggi tingkat kunjungan ke taman dan sebaliknya. Kegiatan bermain anak di Perumahan RS ini ini umumnya dilakukan di jalanan dan di ruang terbuka. Konsep Desain Tempat Bermain Anak di Perumahan Rumah Sederhana Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa anak yang tinggal di perumahan Rumah Sederhana juga mengenal adanya kelompok, baik itu kelompok yang dominan maupun tidak. Kelompok tersebut lebih dikenal dengan nama teman bermain. Kenyataan yang ada ternyata teman bermain mempunyai hubungan dengan pilihan tempat bermain, kelompok teman bermain yang dominan akan menguasai tempat-tempat strategis, umumnya di ruang terbuka, sementara kelompok yang tidak dominan umumnya menguasai daerah daerah lain yang tidak strategis ( jalanan, halaman depan rumah ). Oleh sebab itu sebaiknya tempat bermain tersebut tidak dibuat dalam satu tempat tertentu, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kelompok yang mendominasi ruang tersebut. Dalam kaitannya terhadap satu lingkungan perumahan maka perlu dipertimbangkan untuk membuat tempat bermain dalam beberapa lokasi ( misalnya tempat bermain tingkat RT ), namun hal tersebut mempunyai banyak kelemahan misalnya : 1. Minimnya lahan yang dapat dipergunakan. 2. Kemungkinan anak tidak saling mengenal antar RT ( tingkat sosialisasi anak rendah ). Oleh sebab itu pihak Pengembang membuat kebijakan dengan menggabungkannya dalam skala tingkat RW. Beberapa keuntungan yaitu : 1. Terjadinya efisiensi lahan 2. Anak memiliki tingkat sosialisasi yang tinggi. Namun demikian beberapa hal yang penting untuk dipertimbangkan untuk menghindari dominasi ruang dari kelompok yang kuat maka tempat bermain tersebut sebaiknya memiliki kegiatan berbeda atau adanya pemisahan kegiatan, bisa dilakukan melalui tingkat umur atau jenis permainan. Oleh sebab itu berdasarkan masukan dari para informan, terungkap bahwa sebaiknya tempat bermain anak tersebut haruslah : Ada pemisahan kegiatan dalam satu tempat bermain (Dissociation Activity) Anak yang tinggal di perumahan Rumah Sederhana juga lebih mengenal jenis permainan aktif, baik itu berupa games ataupun olahraga. Untuk dapat menampung kegiatan tersebut maka diperlukan tempat bermain yang mampu mewadahi kegiatan bermain tersebut. Bila dikaitkan dengan kelompok umur dan jenis kelamin, maka dalam permainan games, tidak begitu terlihat. Perbedaan terlihat jelas pada permainan olah raga. Oleh sebab itu hal yang penting diperhatikan dalam mendesain tempat
  • 17. bermain adalah kemampuan tempat untuk dapat menampung kegiatan bermain anak, dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Dimensi ruang yang mencukupi ( bagian dari Comfortibility ) 2. Pemisahan ruang tidak berdasarkan jenis kelamin dan umur tetapi berdasarkan jenis permainan, yaitu tempat permainan games dan tempat permainan olahraga (Disscitiation Activity ). Bila dikaitkan dengan kondisi ruang maka hal yang perlu diperhatikan adalah 1. Posisi Posisi tempat bermain sebaiknya dapat dijangkau dengan mudah, mengingat yang menjadi pengguna adalah anak-anak, maka faktor keselamatan didalam menjangkau tempat bermain merupakan faktor yang penting ( Phisical Accesibility ). Disamping itu faktor keamanan juga menjadi hal yang dominan, oleh sebab itu sebaiknya tempat bermain tersebut dapat di jangkau dengan mudah oleh orang tua ataupun dapat di pantau oleh orang tua ( Visual Accesibility ). 2. Dimensi Dimensi merupakan hal yang penting untuk dapat menampung aktivitas kegiatan bermain anak. ( dikaitkan dengan Jenis Permainan ) 3. Tekstur Dalam hal ini yang dimaksud dengan testur adalah finishing dari tempat bermain, agar penggunaan tempat bermain tersebut dapat digunakan pagi, siang dan sore hari maka sebaiknya finishing tersebut tidak membuat kondisi menjadi panas dan berdebu, karena hal tersebut sangat mengganggu kegiatan bermain anak. Anak sangat menyukai tempat bermain yang nyaman, misalnya ditumbuhi oleh rumput, dan teduh ( Comfortibility ) Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, maka desain tempat bermain di perumahan Rumah Sederhana sebaiknya memenuhi syarat berikut : 1. Dapat dilihat dari berbagai sisi sehingga terjamin keamannya ( Visual Accesibility ) 2. Dapat dijangkau dengan mudah dan terjamin keselamatannnya dari gangguan kendaraan ( Phisical Accesibility ) Hal ini sesuai dengan teori Elizabeth Chace dan George Ishmael dalam makalahnya yang berjudul Outdoor Play in Housing Areas ( dalam Innovation in Play Environment, Paul F. Wilkinson, 1980 ). Sementara itu dalam kaitannya dengan perilaku bermain anak di Perumahan Sederhana maka diperlukan juga adanya : 1. Dimensi yang cukup dan finishing yang membantu kenyamanan ( comfortibility ) 2. Pemisahan zona yang jelas antar jenis permainan anak dan pemisahan tempat kegiatan lainnya ( Dissocation activity ) Daftar Pustaka
  • 18. Barlett, Sheridan (2002). Urban Children and Physycal Environment. Amman. Jordan : International Conference on Children and The City Burhan, Merina (1999). Kondisi Lingkungan Bermain di Kota-kota Besar di Indonesia sebagai Dampak Proses Urbanisasi. Thesis. Tokyo : Dep. Of Architecture and Building Engineering Djuwita, Ratna dan Feriyanto C (1987). Perbandingan Pola Bermain Anak di Rumah Susun dan Rumah Datar. Depok : UI Erickson, Aase ( 1985 ). Playground Design, New York : Van Nostrand Reinhold Company Hatje, Verlag Gerd (1977). Childrens Play Spaces. Translated : Linda Geiser. New York : The Overlook Press Hurlock, Elizabeth B (1998). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga Lynch, Kevin (2000). Good City Form. London : MIT Press Patilima, Hamid (2004). Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota. Thesis S2 KPP UI. Jakarta Tedjasaputra, Mayke S ( 2001).Mainan, Bermain, Permainan, Jakarta Wilkinson, Paul. F, (1980). Innovation in Play Environments. London : Croom Helm Zara, Nani (2002). Akomodasi Kebutuhan Ruang Anak Pada Perumahan Formal. Depok : FTA
  • 19.
  • 20.
  • 21. PERMAINAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh : EVA IMANIA ELIASA, S.Pd DKK A. PENTINGNYA PERMAINAN Permainan (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri ( Santrock, 2002). Erikson dan Freud : Permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan
  • 22. konflik. Piaget melihat permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak B. JENIS-JENIS PERMAINAN 1. PermainanSensorimotor( Praktis) Menggunakan semua indera dengan menyentuh, mengeksplorasi benda, berlari, melompat, meluncur, berputar,melempar bola 1. PermainanSombolis( Pura-pura) Terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol, sehingga bersifat dramatis dan sosiodramatis Dalam permainan pretend, ada 3 hal yang biasa terjadi : alat-alat, alur cerita dan peran. 3. Permainan Sosial Adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya 4. Permainan Konstruktif Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan simbolis. Permainan Konstrukstif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri. 5. Games Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu anak atau lebih. C. FUNGSI BERMAIN 1. BERMAIN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL a. Merangsang perkembangan kognitif Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi)dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika. b. Membangun struktur kognitif
  • 23. Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan struktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna c. Membangun kemampuan kognitif Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika. d. Belajar Memecahkan Masalah Permainan memungkinkan anak bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang akan mencegah kebosanan ( merupakan pencetus kerewelan ada anak ) e. Mengembangkan rentang konsentrasi Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya) pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau. 2. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN BAHASA Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru 3. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN SOSIAL 1. Meningkatkansikapsosial Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu pula anak-anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim b. Belajar berkomunikasi Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman- temannya, karena permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain
  • 24. c. Belajar Berorganisasi Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu dalam permainan, anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang akan menjadi ‘apa’. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana membuat peran yang harmonis dan melakukan kompromi 4. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN EMOSI Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan emosi : 1. Kestabilanemosi Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain. Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak b. Rasa kompetensi dan percaya diri Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi.Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis) c. Menyalurkan keinginan Didalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan, ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ‘ikan’, bisa juga menjadi ‘komandan’ atau menjadi ‘pasukan perang’nya atau menjadi seorang putri. d. Menetralisir emosi negatif Bermain menjadi “katup” pelepasan emosi negatif, misalnya rasa takut, marah, cemas dan memberi kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik. e. Mengatasi konflik Di dalam bermain, sangat mungkin akan timbul konflik antar anak dengan lainnya, karena itu anak-anak bisa belajar alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada. f. Menyalurkan agresivitas secara aman Bermain memberikan kesemapatan bagi anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi ‘raja’ misalnya, anak dapat merasa ‘mempunyai kekuasaan’ dengan
  • 25. demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya secara intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapapun 5. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN FISIK a. Mengembangkan kepekaan penginderaan Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai tekstur : halus, kasar, lembut; mengenal bau; mengenal rasa; mengenal warna b. Mengembangkan ketrampilan motorik Dengan bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat, berayun dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak dapat belajar merangkai, menyusun, menumpuk, mewarnai dan menggambar c. Menyalurkan energi fisik yang terpendam Bermain dapat menyalurkan energi berlebih yang ada diantara anak-anak, mis : kejar-kejaran. Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat membuat anak-anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung. 6. BERMAIN DAN KREATIVITAS Dalam bermain, anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas anak-anak. Adanya kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan anak – anak dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatisif yang akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari D. ROLE PLAYING – BERMAIN PERAN Adalah permainan yang biasa dilakukan anak-anak dimana dalam permainan tersebut meniru kegiatan atau pekerjaan orang dewasa. Dr. Kresno Mulyadi,SpKJ menyebut 8 manfaat bermain peran : 1. Menggali imajinasi 2. Menambahkemampuanbahasa 3. Membangunsosialisasi 4. Menyelesaikanmasalah 5. Mengembangkankepemimpinan 6. Menggali rasa percayadiri 7. Berpikirabstrak 8. Mengekplorasi duniadengankacamata anak-anak Contoh Bermain Peran :
  • 26. 1. Permainanminiatur:alatberat,binatang,boneka 2. Alatrumah tangga mainan 3. Mainan berkaraktertokohkartu 4. Kostumperantertentu Keuntungan Bermain : 1. Membuangekstraenergi 2. Mengoptimalkanpertumbuhanseluruhbagiantubuh 3. Aktivitasyangdilakukan dapatmeningkatkannafsumakan 4. Anakbelajarmengontrol diri 5. Berkembangnyaberbagai ketrampilanyangakanbergunabagi hidupnya 6. Meningkatkandayakreatifitas 7. Mendapatkankesempatanmenemukanarti dari benda-bendadisekitarnya 8. Cara mengatasi kemarahan,kekuatiran,iri hati dankedukaan 9. Kesempatanuntukbergaul dengananaklainnya 10. Kesempatanmengikutiaturan 11. Kesemoatanmengelolaemosi,saatpihaknyamenangataukalah 12. Sarana mengembangkankemampuanintelektualnya Permainan merupakan salah satu media bimbingan dan konseling dalam menghadapi konseli, khususnya terhadap anak karena terkadang anak tidak mampu mengatakan tetapi dapat menunjukkan dalam perilakunya ( with play provides one of the best ways to communicate with children and “see their world” or “a window into the child`s world”) Play therapy , suatu teknik terapi yang dilakukan untuk menghadapi konseli, utamanya yang mengalami gangguan mental seperti phobia, anxiety, trauma, underconvidence, child abuse, alcoholics & addicts, child victims of incest, allergies,stutering Dengan teknik tertentu dan tujuan tertentu membantu konseli menuju ke arah kebahagiaan Permainan dalam bimbingan dan konseling sangat dipakai dalam : 1. situasi krisis( korbangempa bumi,tsunami,angin) 2. panti sosial 3. Rehabilitasi Dengan bermain, anak belajar bermakna (Iirdekamp & Rosegrant,1992) bahwa belajar secara bermakna, bila : 1. Merasa permainansecarapsikologis sertakebutuhanfisikterpenuhi 2. Dapat mengkonstruksipengetahuan 3. Belajarmelalui interaksisosial denganorangdewasasertaanaklain 4. Belajarmelalui bermain
  • 27. 5. Minat sertakebutuhananakuntukmengetahui terpenuhi 6. Unsur variasi individual anakdiperhatikan REFERENSI :  KevinJ.O`Connor.1994.HandBookof PlayTherapy.Canada:A.WileyInterscience Publication  JohnSantrock.2006.Life Span Development.Jakarta:PenerbitErlangga  Yusi Riksa.2008.KonsepdanAplikasi BK:AktivitasBermainSebagai StrategiPengembangan BelajarBermakna.PPBUPI  PamelaO.Parsley.WhatA School AdministrasionNeedToKnow:AboutExpressive ArtAndPlay MediaIn School Counseling  Journal Proquest  Dokumentasi Kelompok Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:  Periode sensorimotor(usia0–2 tahun)  Periode praoperasional(usia2–7 tahun)  Periode operasional konkrit(usia7–11 tahun)  Periode operasional formal(usia11tahun sampai dewasa) Psikologi kognitif adalahsalahsatu cabang dari psikologi denganpendekatan kognitif untukmemahami perilakumanusia.Psikologi kognitif mempelajari tentangcaramanusiamenerima,mempersepsi, mempelajari,menalar,mengingatdanberpikirtentangsuatuinformasi. Periode sensorimotor Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
  • 28. 1. Sub-tahapanskema refleks,muncul saatlahirsampai usiaenamminggudanberhubungan terutamadenganrefleks. 2. Sub-tahapanfasereaksisirkularprimer, dari usia enamminggusampai empatbulandan berhubunganterutamadenganmunculnyakebiasaan-kebiasaan. 3. Sub-tahapanfasereaksisirkularsekunder,muncul antarausiaempatsampai sembilanbulandan berhubunganterutamadengankoordinasi antarapenglihatandanpemaknaan. 4. Sub-tahapankoordinasireaksisirkularsekunder,muncul dari usiasembilansampai duabelas bulan,saat berkembangnyakemampuanuntukmelihatobjeksebagai sesuatuyangpermanen walaukelihatannyaberbedakalaudilihatdari sudutberbeda(permanensi objek). 5. Sub-tahapanfasereaksisirkulartersier, muncul dalamusia duabelassampai delapanbelas bulandan berhubunganterutamadenganpenemuancara-carabaru untukmencapai tujuan. 6. Sub-tahapanawalrepresentasisimbolik,berhubunganterutamadengantahapanawal kreativitas. Tahapan praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. Tahapan operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
  • 29. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan) Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. Tahapan operasional formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. Informasi umum mengenai tahapan-tahapan Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • 30.  Walau tahapan-tahapanitubisadicapai dalamusiabervariasi tetapiurutannyaselalusama. Tidakada ada tahapan yangdiloncati dantidakada urutan yangmundur.  Universal (tidakterkaitbudaya)  Bisadigeneralisasi:representasidanlogikadari operasi yangadadalamdiri seseorangberlaku jugapada semuakonsepdanisi pengetahuan  Tahapan-tahapantersebutberupakeseluruhanyangterorganisasi secaralogis  Urutan tahapan bersifathirarkis(setiaptahapanmencakupelemen-elemendari tahapan sebelumnya,tapi lebihterdiferensiasidanterintegrasi)  Tahapan merepresentasikanperbedaansecarakualitatif dalammodel berpikir,bukanhanya perbedaankuantitatif Proses perkembangan Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak. Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
  • 31. Isu dalam perkembangan kognitif[1] Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum. [sunting] Tahapan perkembangan  Perbedaan kualitatif dankuantitatif Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.  Kontinuitasdandiskontinuitas Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.  Homogenitasdari fungsi kognisi Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu [sunting] Natur dan nurtur Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman. [sunting] Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun. [sunting] Sudut pandang lain Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.  Teori perkembangan kognitif neurosains [2] Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu
  • 32.  1. Apakahhubunganantara pemikiran dantubuh,khususnyaantaraotaksecara fisikdan mental proses 2. Apakahfilogeni atauontogeniyangmenjadiawal muladari strukturbiologisyang teratur  Teori Konstruksi pemikiran-sosial Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello  Teori Theory of Mind (TOM) Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff