Makalah ini membahas tiga topik utama: (1) pengertian pendidikan, (2) pseudo-pendidikan dalam kehidupan sehari-hari, dan (3) pendidikan dalam sistem keilmuan. Pada bagian pertama, makalah ini menjelaskan definisi pendidikan dari berbagai ahli. Bagian selanjutnya membahas dimensi manusia dan potensinya serta gejala pseudo-pendidikan. Terakhir, makalah ini menjelaskan pendidikan sebagai
1. TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN
STUDI KASUS : PENGERTIAN PENDIDIKAN, PEMAHAMAN
PSEUDO-EDUCATION DALAM SEHARI-HARI DAN
PENDIDIKAN DALAM SEBUAH SISTEM KEILMUAN
“MAKALAH”
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Sya’ad Patmanthara
Oleh:
Alfani Fajar Maulana
(120534400674)
S1 PTE/D
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
September 2012
2. i
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Allah S.W.T, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Pengantar Pendidikan.
Khususnya tentang pembahasan “Pengertian pendidikan, Pemahaman pseudo-education
dalam sehari-hari dan Pendidikan dalam sebuah sistem keilmuan”
Tujuan penulisan Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata
pelajaran Pengantar Pendidikan dengan Dosen pembimbing Bapak Sya’ad Patmanthara
selaku guru bidang study, suatu harapan bagi saya sebagai pihak penyusun, semoga apa
yang saya peroleh dan saya uraikan dalam Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
juga para pembaca. serta memperdalam wawasan bagi kita semua.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sya’ad Patmanthara selaku
Dosen Pengantar Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber makalah ini.
Dalam penyusunan Makalah ini saya masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu saya membuka diri untuk menerima kritik dan saran
yang membangun
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca. Terima kasih atas
perhatiannya dan jika ada kesalahan kata maupun tulisan saya mohon maaf.
Malang, 5 September 2012
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................. i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ...................................................................................... 1
1.3. Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan ........................................................................ 2
2.2. Pseudo-Education Dalam Sehari-Hari
2.2.1 Memahami Dimensi Manusia Dan Potensinya .................... 2
2.2.2 Gejala Gejala Pendidikan Dari Berbagai Segi Kehidupan . 4
2.2.3 Pendidikan Dan Pengembangan Jati Diri Manusia ............. 5
2.2.4 Manusia Zoon Politican dan Homo Educable .................... 6
2.2.5 Outcome Pendidikan Dan Insan Paripurna ......................... 6
2.3 Pendidikan dalam sebuah sistem keilmuan
2.3.1 Pengertian pendidikan, ta'lim,ta'dib dan tarbiyah .................. 6
2.3.2 Pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan ........................ 8
2.3.3 Tujuan ilmu pendidikan......................................................... 9
2.3.4 Orientasi ilmu pendidikan...................................................... 9
2.3.5 Ruang lingkup ilmu pendidikan............................................. 9
2.3.6 Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru ..... 10
2.3.7 Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat .... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................. 11
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 12
4. 1
BAB I
PENDAHLUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat komplek,
karena pendidikan sarananya adalah manusia. Tiada batasan yang cukup
lengkap untuk menjelaskan tentang arti dari pendidikan. Ini semua
disebabkan karena sifat dari pendidikan itu sendiri yang sanagt komplek. Para
ahli membuat batasan-batasan tentang pendidikan yang beraneka ragam, isi
dan kandunganya pun berbeda antar satu dengan yang lain. Kemungkinan
besar ini semua disebabkan karena orientasinya, konsep dasar yang
digunakan, ospek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang
melandasinya.
1.2. Rumusan Masalah
Wawasan tentang Pengertian Pendidikan, Pseudo Education dalam
kehidupan sehari-hari serta Pendidikan dalam Sistem Keilmuan belum
sepenuhnya dimerti oleh beberapa orang. Dengan demikian perlu untuk
penanaman dari sejak dini, supaya dalam pelaksanaannya peserta didik
mengerti terlebih dahulu aspek-aspek pendidikan yang akan dilakuakan.
1.3. Tujuan Pembahasan
Pembaca dapat mengerti Pengertian Pendidikan, Pseudo Education
dalam kehidupan sehari-hari serta Pendidikan dalam Sistem Keilmuan yang
mana pendidikan tersebut bisa bermanfaat untuk dimengerti sejak dini, serta
pendidikan tersebut dapat berperan dalam pengembangan potensi pada
peserta didik. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang
berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas serta jauh
kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu
beradaptasi secara tepat dan cepat didalam berbagai lingkungan. Karena
pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala
aspek kehidupan.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN
Istilah Pendidikan jika dijabarkan mempunyai pengertian yang cukup
beragam, berikut adalah berbagai penjabaran tentang Pengertian Pendidikan.
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia) adalah:
“Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi
pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak
selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
Pendidikan menurut John Stuart Mill (filosof Inggris) adalah:
“Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang
untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan
mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan”.
Pendidikan menurut H. Horne adalah:
“Proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi
bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang
bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia”.
Pendidikan menurut John Dewey adalah:
“Suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan
terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk
menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia
hidup”.
Pendidikan menurut Edgar Dalle adalah:
“Usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
6. 3
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang”.
Pendidikan menurut Thompson mengungkapkan adalah:
“Pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan
sifatnya”.
Pendidikan menurut M.J. Longeveled adalah:
“Usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu
anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri”.
Pendidikan menurut Prof. Richey dalam bukunya ‘Planning for teaching,
an Introduction to Education’ adalah:
“Berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang
baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di
dalam masyarakat”.
Pendidikan menurut Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang
hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah) adalah:
“Yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan
menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang
lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan
santaan akal dan rohani”.
Pendidikan menurut Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-
346 M) adalah:
“Membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal
dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan”.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian Pendidikan,
yang berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me"
sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan
dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
7. 4
Kamus oxford bahkan memiliki definisi pendidikan sebagai berikut;
1. Pengertian pendidikan adalah suatu proses pelatihan dan pengajaran,
terutama anak-anak dan remaja di sekolah, perguruan tinggi, dll, yang
dirancang untuk memberikan pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan.
2. Pengertian pendidikan adalah bidang studi yang berhubungan dengan cara
mengajar.
3. Pengertian pendidikan adalah proses mengajar seseorang tentang sesuatu
atau bagaimana melakukan sesuatu.
Dari beberapa Pengertian Pendidikan diatas dapat disimpulkan mengenai
Pendidikan, bahwa Pendidikan merupakan Bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
2.2 PSEUDO-EDUCATION DALAM SEHARI-HARI
A. Memahami Dimensi Manusia dan Potensinya
Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan dan
Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai orang seorang, sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, individu dan
masyarakat). Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai
potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti)
dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi.
Demikian kata M.J. Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor
di Negeri Belanda) yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki
individualitas. Bahkan dua anak kembar yang berasal satu telur pun, yang
lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan
satu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidak sama, apalagi identik. Hal
8. 5
ini berlaku baik pada sifat-sifat fisiknya maupun hidup kejiwaannya
(kerohaniannya). Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak
ada tara dan bandingannya). Karena adanya individualitas itu setiap
orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat,
dan daya tahan yang berbeda.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi lahir dikaruniai potensi sosialitas (MJ. Langeveld 54)
pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap untuk bergaul. Artinya, setiap
orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya daidalamnya
terkandung unsur saling memberi dan menerima, dipandang sebagai
kunci sukses pergaulan. Adanya dorongan untuk meerima dan memberi
itu sudah menggejalah mulai masa bayi.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas
pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul,
setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Imannual Khan seorang filosofi tersohor bangsa Jerman
menyatakan bahwa manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara
manusia. Seseorang dapat mengembangkan kegemerannya, sikapnya,
cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya, seseorang
berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat
yang dikagumi dari orang lain itu untuk dimilikinya, serta menolak sifat-
sifat tidak disukainya.
Hanya dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling
menerima dan memberi seseorang menyadari dan menghayati
kemanusiaannya. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak manusia
tidak akan menjadi manusia bila tidak berada diantara manusia.
3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi, didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak
cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu
misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian
susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
9. 6
yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah
yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan
kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Orang yang berbuat jahat
berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan tidak beretika atau tidak
bermoral. Sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika
etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan
pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidak senangangan orang lain.
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu
adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai
manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-
nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang
dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan,
keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan
dijadikan pedoman dalam hidup. Dilihat asal dari mana nilai-nilai itu
diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu nilai otonom yang bersifat
individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang
bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan
yaitu nilai yang berasal dari Tuhan).
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Sejak dahulu
kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa
diluar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indranya.
Diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam
semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada
kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos. Misalnya untuk meminta
sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut, dilakukan bermacam-macam
upacara menyediakan sesajen-sesajen dan lain-lain.
Kemudian setelah ada agama maka manusia mulai menganutnya.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah
makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
10. 7
agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati
agama melalui proses pendidikan agama.
B. Gejala-gejala Pendidikan dari berbagai segi kehidupan
Beberapa Gejala-gejala Pendidikan yang saat ini timbul di masyarakat
antara lain:
1. Tidak seimbangnya antara output pendidikan dengan spesifikasi tenaga
kerja yang dibutuhkan saat ini. Sehingga output pendidikan tidak dapat
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan pendidikan yang telah
ditekuninya.
2. Kesenjangan pendidikan antara yang ada di kota dan di desa serta
pendidikan bagi yang kaya dan miskin. Yang mengakibatkan tidak
meratanya pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Meliputi dari segi
fasilitas, alat-alat pendukung belajar, dan pendidik itu sendiri.
3. Pada kehidupan di masyarakat pendidikan sering di jadikan sarana
sertifikasi sosial. Yang mengakibatkan seseorang akan dipandang tinggi
derajatnya di masyarakat apabila mempunyai sederet gelar di depan
maupun di belakang namanya.
4. System pendidikan saat ini seperti hanya mentransfer ilmu pada peserta
didik, sehingga peserta didik tidak dapat menerapkan ilmu yang
didapatnya dikehidupan bermasyrakat. Hal ini dikarenakan peserta didik
hanya menelan bulat-bulat apa materi yang diberikan oleh pendidik dan
tidak bisa menerapkan apalagi berinovasi dari ilmu yang didapatnya.
C. Pendidikan Dan Pengembagan Jati Diri Manusia
Pendidikan merupakan suatu jalan untuk menemukan, meningkatkan,
memperbaikai jati diri manusia. Dengan berpendidikan seseorang semakin
berpengalaman dan mengetahui apa yang ada pada dirinya.
Memahami arti penting dalam jati diri, diperlukan kekuatan pikiran
untuk mengunggah meningkatkan modal kedewasaan berpikir, dengan
begitu ada keyakian pada diri untuk melakuakan perubahan dalam proses
11. 8
pola pikir manusia, karena menyakini bahwa kehidupan ini terdiri dari apa
yang dipikirkan oleh manusia sepanajang harinya.
Oleh karena itu, perlu meningkatkan kedewasaan berpikir. Dengan
membanyangkan bahwa hari ini berada ke mana kiranya membawa dirinya.
Jadi dengan modal kedewasaan berpikir berati kemampuan meraih puncak
itu berpikir lain dibandingkan yang lain, sehingga memberi daya dorong
untuk melakukan perubahan cara berpikir, maka bayangkan semua yang
benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis, yang sedap, itulah
semuanya yang kita sebut dengan kebajikan, yang harus manusia pikirkan
semuanya. Dengan demikian ubahlah cara bepikir dan ubahlah kehidupan.
D. Manusia Zoon Politican dan Homo educable
Aristoteles menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah Zoon
Politicon, artinya pada dasarnya manusia adalah makluk yang ingin
selalu bergaul dan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk
bermasyarakat. Dari sifat suka bergaul dan bermayarakat itulah manusia
dikenal dengan makluk sosial.
Langeveld pernah mengatakan bahwa “manusia bisa menjadi lantaran
pendidikan, manusia adalah produk pendidikan”. Sebab manusia adalah
Homo Educable (makhluk yang bisa dididik). Jadi manusia itu hidup
karena pendidikan.
Dari devinisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia tidak bisa
sendiri dan selalu berinteraksi dengan satu samalain atau lingkunganya.
E. Outcome Pendidikan Insan Paripurna
Insan Paripurna adalah seorang individu yang mampu secara
proporsional menghimpun di dalam dirinya tiga potensi manusia yang
paling utama dan mendasar. Yaitu: orang yang kuat kadar keimanan dan
kepercayaanya, yang tinggi sikap kepasrahan dan ketundukanya, serta yang
elok perilaku kebajikan keluhuran akhlaknya.
12. 9
2.3 PENDIDIKAN DALAM SEBUAH SISTEM KEILMUAN
A. Pengertian PendidikanTa’lim, Ta’dib, dan Tarbiyah
1. Ta’lim
Secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-
ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau
penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul
Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu
menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima
hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya (
ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha
terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi
‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An
Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
2. Ta’dib
Merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban,
yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib
diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan
dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan
kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke
arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam
tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-
unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah).
Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu
pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib
sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat
untuk menunjukkan dalam arti Islam.
13. 10
3. Tarbiyah
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan,
sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi. Secara umum,
tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
a. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
b. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
c. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu,
wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki,
mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau
mendidik).
Tarbiyah merupakan bentuk masdar dari kata robba-yurabbi-
tarbiyyatan, yang berarti pendidikan. Sedangkan menurut istilah
merupakan tindakan mangasuh, mendididk dan memelihara.
Muhammad Jamaludi al- Qosimi memberikan pengertian bahwa tarbiyah
merupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang
dilakukan secara setahap demi setahap. Sedangkan Al-Asfahani
mengartikan tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara
setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan.
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
a. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan
jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si
anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah
masyarakat.
b. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati,
perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
c. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan
kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
d. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan
secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.
e. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode
yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
14. 11
f. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan,
pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan,
penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
g. Tarbiyah terdiri atas (1) Tarbiyah Khalqiyyat, yakni pembinaan dan
pengembangan jasad, akal, jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai
petunjuk, dan (2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat, pembinaan jiwa
dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa
menurut pandangan Allah SWT.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi
manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah
yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan
memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab
eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika
ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu
dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat
keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal
memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan
yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman
amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-
aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam
hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada
bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh
kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu
pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni
pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang
benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan
tingkah laku yang baik. Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat
15. 12
ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia
pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”,
perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik.
waAllahu ‘alam.
B. Pendidikan sebagai Disilplin Ilmu Pendidikan
Pada penjelasan point B telah dijelaskan secara singkat mengenai
Pendidikan sebagai system. Dalam penjelasan point ini akan dibahas bahwa
pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan yang berarti bahwa di dalam
tujuan pendidikan nasional secara umum adalah bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Disinilah diperlukannya
tenaga pendidik yang berkualitas dalam rangka menyukseskan tujuan
pendidikan nasional. Disinilah peran dari pendidikan dijadikan sebagai
sebuah subsistem dari ilmu pendidikan itu sendiri. Karena, sang pendidik
akan di ajarkan mengenai teori-teori tentang pendidikan yang tercakup
dalam sebuah system ilmu pendidikan.
C. Tujuan Ilmu Pendidikan
Telah dipaparkan dalam pembahasan di atas bahwasanya tujuan
pendidikan terdapat beberapa definisi, sedangkan tujuan ilmu pendidikan
adalah dalam rangka untuk membentuk pola pikir dan karakter sang
pendidik guna mendidik para peserta didik agar tujuan pendidikan dapat
terlaksana dengan baik dan optimal, disinilah tujuan dari ilmu pendidikan
itu sendiri.
D. Orientasi ilmu pendidikan
Orientasi pada pendidik tentang pengajaran atau sistem pembelajaran
oleh pendidik.
16. 13
Orientasi pada Peserta didik mengenai dialogis antar individu.
Orientasi ke Lingkungan/ Iklim Pendidikan
Proses pendidikan merupakan interaksi manusia dengan linkungan
termasuk linkungan alam dan manusia.
E. Ruang lingkup ilmu pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, karena didalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat
baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Adapun segi-segi atau
pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan sekaligus menjadi ruang
lingkup pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan itu sendiri
Seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh
pendidikan sewaktu waktu manghadapi/mengasuh anak didik.
2. Anak didik
Objek terpenting dalam pendidikan.
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Landasan yang menjadi fundamental dan sumber dari segala kegiatan
pendidikan yang dilakuan.
4. Pendidik
Subjek yang melakuakan pendidikan tersebut.
5. Materi Pendidikan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembelajaran.
6. Metode Pendidikan
Cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan
bahan atau materi pendidikan kepada peserta didik.
7. Evaluasi Pendidikan
Cara-cara bagaimana mengadakan penilaian terhadap hasil belajar persrta
didik.
8. Alat-alat Pendidikan
Alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan agar
tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.
17. 14
9. Lingkungan sekitar
Keadaan-keadaan yang ikut mempengaruhi dalam pelaksanaan proses
dan hasil pembelajaran.
F. Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru
Untuk meningkatkan mutu dan profesionalitas guru dalam
kependidikan sehingga mampu menghasilkan atau mencetak murid-murid
yang SDM-nya berkualitas.
G. Urgensitasilmupendidikanuntukkemajuanmasyarakat
Dengan berkembangnya ilmu pendidikan yang semakin baik maka
akan tersapainya produk-produk SDM yang berkualitas yang nantinya dapat
mengabdiakn ke masyarakat sehingga dapat memajukan taraf hidup
masyarakat.
18. 15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya pendidikan bertujuan membawa peserta didik kepada
kedewasaanya, yang berarti bahwa ia harus dapat menetukan diri sendiri dan
bertanggung jawab sendiri dan bisa menjadi orang yang sanggup mengenal dan
berbuat menurut kesusilaan dan tidak melanggar hukum. Sehingga bisa
menerapkan pada kehidupan sehari hari dengan potensi yang dimiliki sesuai
pemahaman rasa toleransi kepada sesama manusia untuk menjadi manusia yang
berinsan paripurna dan berakhlak mulia.
3.2 SARAN
Pendidikan di Indonesia masih sangat kurang terutama pada pendidikan
moral kesusilaan dan pendidikan agama yang belum tegas, sehingga peserta didik
banyak melakukan sex bebas padahal masih bersetatus pelajar. Seharusnya
pendidikan itu ditanamkan sejak dini dan lembaga bekerja sama dengan orang tua
untuk bersikeras sehingga setiap saat peserta didik dapat terkontrol dan tertata
dengan baik.
19. 16
DAFTAR RUJUKAN
Tirtaraharja, Umar & La Sulo, S.L. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
http://wawan-satu.blogspot.com/2010/11/pengertian-pendidikan.html
http://www.masbied.com/2010/06/04/hakikat-manusia-dan-pengembangannya
http://blitarbersatu.blogspot.com/2010/12/pendidikan-dalam-sebuah-sistem-
keilmuan.html