1. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
KESIAPAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DALAM RANGKA
MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (AEC) 2015
Disampaikan oleh Dirjen IKM
Pada acara Launching “Aplikasi International Trade and Investment Summit 2015”
Jakarta, 28 Agustus 2014
2. 2
Agenda
I. Posisi Indonesia di ASEAN
II. Kinerja Sektor Industri Nasional
III. UU No.3 / 2014 tentang Perindustrian
IV. Kebijakan Pengembangan IKM Dalam Menghadapi AEC
(MEA) 2015
4. The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
4
INDONESIA IS PLAYING A MORE DOMINANT ROLE IN GLOBAL AFFAIRS
Lokasi Strategis : Pintu menuju pasar ASEAN
New York (21 hrs)
London
15hrs 30mnt
Johannesburg (14 hrs)
Dubai (8 hrs)
New Delhi (8 hrs)
Tokyo (7 hrs)
Beijing (9hrs)
Melbourne (6hrs 30mnt)
Darwin (3hrs 20mnt)
Berlin (15 hrs)
Moscow (11 hrs)
Ria De Janeiro (24hrs)
Jakarta
Singapore (1hr 42 min)
Sydney (6hrs 50mnt)
Indonesia lies at the
intersection of the Pacific
Ocean, along the Malacca
Straits and the Indian Ocean.
Over half of all international
shipping goes through
Indonesian waters.
5. 5
Country
Trade With World Trade With ASEAN
Exports Imports Exports Imports
Brunei Darussalam 12.646.692 5.851.820 1.721,1 1.191,1
Cambodia 8.616.240 11.105.177 833,7 2.170,1
Indonesia 190.031.839 191.690.908 41.831.096 53.822.133
Lao PDR 2.755.718 5.360.577 959,8 1.570,5
Malaysia 227.302.727 196.418.972 60.926.855 54.976.200
Myanmar 9.696.083 15.448.442 3.957,4 3.250,3
Philippines 51.995.238 65.386.399 9.804.383 14.953.912
Singapore 408.393.020 379.722.889 129.831.250 79.800.497
Thailand 229.544.513 247.575.852 56.732.360 42.622.805
Vietnam 123.164.427 124.009.490 13.504,8 20.793,2
DEFISIT
PERDAGANGAN INDONESIA – ASEAN – DUNIA
Source : Trademap, ASEAN Statistic
(Trade With ASEAN for CLMV-Brunei using 2011 data)
USD thousands (2012)
• Mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN dilakukan dengan negara-negara non-
ASEAN.
• Hal tersebut menunjukan bahwa potensi perdagangan intra-regional ASEAN belum sepenuhnya
6. 6
DAYA SAING ...
Sumber : Global Competitiveness Index 2009-
Ease of
Doing
Business
INA CHN JPN KOR SIN
Overall 121 79 18 16 1
Construction
Permit 60 181 44 22 2
Protecting
Investors 44 93 16 74 2
Trading Across
Border 47 50 24 8 1
• Production factors is lower compared to other industrialized
country in Asia such as China, Thailand, Malaysia, and Philippines.
• In terms of Ease of Doing Business, Indonesia is better in
Construction Permit, Protecting investors, and Trading Across
Border, Compared to China.
• The competitiveness has also increased significantly in WEF rank
during 2008 – 2011, unfortunetely condition in the 2012 not
perform as we expected eventhough better than India, Philipines
and Vietnam.
No Negara 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
1 Singapura 3 3 2 2
2 Jepang 8 6 9 10
3 Korea Selatan 19 22 24 19
4 Australia 15 16 20 20
5 New Zealand 20 23 25 23
6 Malaysia 24 26 21 25
7 Brunei 32 28 28 28
8 China 29 27 26 29
9 Thailand 36 38 39 38
10 Indonesia 54 44 46 50
11 India 49 51 56 59
12 Filipina 87 83 75 65
13 Vietnam 75 59 65 75
14 Kamboja 110 109 97 85
15 Laos N/A N/A N/A N/A
16 Myanmar N/A N/A N/A N/A
8. 8
Source: United Nations Service Trade Statistics Database
Nilai Ekspor Jasa Negara ASEAN (Mil US$)
2009 2010 2011 Q1 2012
Brunei Darussalam 914.9105 1053.72 1209.029 263.0414
Cambodia 1524.718 1669.02 2212.564 713.7877
Indonesia 13155.45 16765.77 20690.34 5833.52
Lao People's Dem. Rep. 397.262 510.9939 549.6428 162.8749
Malaysia 27951.55 31800.53 35851.02 8653.004
Myanmar 313.3617 362.9171 611.9811 234.6942
Singapore 81783.36 100863.3 116215.8 29474.06
Thailand 30156.68 34326.42 41572.59 12714.94
Viet Nam 5766 7460 8879 2538
Source: World Economic Situation and Prospects, UN, 2013
Singapura dan Thailand menjadi negara ASEAN
terbesar pengekspor sektor services di dunia
9. 9
• Sektor jasa Indonesia pada tahun 2009 memberikan kontribusi 45% dari total
perekonomian.
• Peran sektor jasa sebagai input bagi semua sektor ekonomi – terutama jasa-jasa
infrastruktur (keuangan, telekomunikasi, transportasi, logistik) sangat krusial untuk
mendukung pertumbuhan dan daya saing perekonomian nasional.
• Sebuah kajian tahun 2012 berdasarkan data 1984-2008 menyimpulkan
i. 80% pengurangan kemiskinan di daerah pedesaan
ii. 67% pengurangan kemiskinan di daerah perkotaan
disumbangkan oleh sektor jasa.
• Namun saat ini sektor jasa merupakan penyumbang defisit jasa yang hampir
permanen.
• Walau transaksi sektor jasa semakin besar yang ditandai oleh ekspor dan impor jasa
yang terus meningkat, namun neracanya masih defisit.
Sektor jasa dan tenaga kerja dalam perekonomian Indonesia
11. 11
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR INDUSTRI NON-MIGAS
INDONESIA S.D. SEMESTER I TAHUN 2014
PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI NON MIGAS
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SEM I 2014
5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,42 6,10 5,49
PERTUMBUHAN PDB EKONOMI
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SEM I 2014
5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,26 5,78 5,17
Sumber : BPS diolah Kemenperin
12. 12
A. PERTUMBUHAN EKONOMI S.D. SEMESTER I TAHUN 2014
(tahun dasar 2000, persen)
Sumber : BPS diolah Kemenperin
13. 13
Beberapa sifat Industri
Mikro dan Kecil
Menyerap tenaga kerja relatif banyak, karena
jumlah usahanya banyak
Jumlah Investasi yang dibutuhkan relatif kecil
Lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dengan
keadaan
Tuidak mudah terpengaruh oleh eksternal
Dapat menjadi subsitusi barang impor
Mudah masuk dan keluar
Mudah berganti usaha ke sektor lain
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
Struktur Pendidikan Untuk IMKM
Pendidikan Persentase
Tidak tamat SD 22.82
Tamat SD 36.43
SLTP 18.65
SLTA 19.25
Diploma (D1 dan D2) 0.26
Sarjana Muda/D3 0.65
Sarjana (S1, S2, dan S3) 1.93
Source: BPS diolah (2013)
14. 14
Jumlah Industri Manufaktur di Indonesia
Menurut Skala Industri (unit)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 2.888.811 305.650 21.305 7.323
2007 2.954.480 264.117 19.938 7.061
2008 2.891.384 250.849 18.053 6.734
2009 2.868.994 218.916 17.829 6.639
2010 2.538.752 202.877 16.593 6.752
2011 2.563.617 424.282 16.096 6.955
2012
2.813.439
86.79%
404.604
12,48%
16.726
0,52%
6.742
0.21%
Jumlah IMKM : tahun 2012 = 3.234.769 unit (99.79%)
Jumlah Tenaga Kerja di Industri Manufaktur
Menurut Skala Industri (Orang)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 4.892.452 2.151.589 793.407 3.743.209
2007 4.805.266 2.020.416 736.953 3.663.623
2008 4.618.398 1.963.688 673.767 3.579.880
2009 4.615.742 1.750.789 637.609 3.506.663
2010 4.601.392 1.553.584 678.480 3.632.202
2011 4.651.325 1.552.850 702.002 3.669.219
2012
5.186.026
43,49%
2.088.609
17.51%
769.010
6,45%
3.879.917
32,53%
Penyerapan TK IMKM : 8.043.645 (67,47%)
15. 15
Nilai Produksi Industri Manufaktur
Menurut Skala Industri (dalam Milyar Rupiah)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 82.483,56 87.228,87 97.398,21 1.005.853,57
2007 85.447,47 80.986,06 104.939,44 1.178.039,64
2008 85.050,53 102.800,50 120.346,70 1.404.497,54
2009 89.297,57 86.247,40 121.738,21 1.427.903,04
2010 93.979,43 71.994,34 129.541,62 1.479.021,97
2011 98.903,95 76.486,79 137.845,24 1.503.721,64
2012
143.420,66
6,01%
104.629,98
4,38%
195.253,24
8,18%
1.944.326,90
81,43%
N.PRODUKSI
/UU
0.051 0.258 11.674 288.390
Nilai Produksi IMKM : 443.303,88 (18,57%)
16. Pertumbuhan Produksi IBS, IMK, dan PDB Industri Non Migas
(%, quarter to quarter )
0,75
3,09
0,52
-1,53
-0,31
3,42
0,1
7,65
-2,2
1,12
1,26
1,48
2,21
4,54
-1,12
5,29
1,27
1,74
6,52
-1,14
3,29
3,14
1,67
-2,25
3,24
4,18
1,74
-2,45
2,93
-3,35-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Triw1'11
Triw2'11
Triw3'11
Triw4'11
Triw1'12
Triw2'12
Triw3'12
Triw4'12
Triw1'13
Triw2'13
%
Produksi IBS
Produksi IMK
PDB Industri Non Migas
Source: BPS diolah (2013)
17. Pertumbuhan Produksi IBS,IMK, dan PDN Industri Non Migas
(%, yoy )
1,72
2,04
1,62
11,10
8,99
6,57
7,22
2,11
5,19
1,89
4,84
15,55
5,87
5,82
6,89
6,97
6,75
6,43
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Triw1'12
Triw2'12
Triw3'12
Triw4'12
Triw1'13
Triw2'13
%
Produksi IBS
Produksi IMK
PDB Industri Non Migas
Source: BPS diolah (2013)
19. 19
LATAR BELAKANG
UU NO. 3 TAHUN 2014,UU NO. 3 TAHUN 2014,
ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014
UU No. 5 Tahun 1984UU No. 5 Tahun 1984
Faktor-faktor yang
mempengaruhi:
a. otonomi daerah;
b. era globalisasi dan liberalisasi ekonomi
telah membawa perubahan yang
sangat cepat dan berdampak luas bagi
perekonomian, baik di tingkat nasional
maupun internasional;
c. perlunya pemanfaatan sumber daya
alam secara optimal oleh industri
nasional guna penciptaan nilai tambah
yang sebesar-besarnya di dalam negeri;
dan
d. perlunya peningkatan peran dan
keterlibatan Pemerintah secara
langsung di dalam mendukung
pengembangan industri nasional.
Pembangunan Industri melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat
dan berdaya saing, dengan :
-Mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien,
-Mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia, dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang
berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa
dengan mengutamakan kepentingan nasional
20. 20
Pembangunan
Sumber Daya Industri
• Pembangunan SDM
• Pemanfaatan SDA
• Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi
Industri
• Pengembangan dan
Pemanfaatan Kreativitas
dan Inovasi
• Penyediaan Sumber
Pembiayaan
Pembangunan Sarana dan
Prasarana Industri
• Standardisasi Industri
• Infrastruktur Industri
• Sistem Informasi Industri Nasional
• Perwilayahan Industri
Pemberdayaan Industri
• IKM
• Industri Hijau
• Industri Strategis
• P3DN
• Kerja Sama Internasional di
Bidang Industri
• Rencana Induk
Pembangunan Industri
Nasional
• Kebijakan Industri Nasional
• Rencana Kerja
Pembangunan Industri
TUJUAN PEMBANGUNAN
INDUSTRI
Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.Instrumen Pendukung
•Perizinan
•Penanaman Modal Bidang
Industri
•Fasilitas Industri
Instrumen Pendukung
•Komite Industri Nasional
•Peran Serta Masyarakat
•Pengawasan dan
Pengendalian,
•Sanksi
SKEMA UU NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
Tindakan Pengamanan
dan Penyelamatan
Industri
•Tindakan Pengamanan
Industri
•Tindakan Penyelamatan
Industri
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Bidang Perindustrian
21. Tujuan Pemberdayaan IKM (psl 72, 1)
a.berdaya saing;
b.berperan signifikan dalam penguatan struktur
Industri nasional;
c.berperan dalam pengentasan kemiskinan
kesempatan kerja; dan menghasilkan barang
dan/atau Jasa Industri untuk diekspor.
perumusan kebijakan;
(psl 72, 2)
Penguatan kapasitas kelembagaan;
(psl 72, 2)
pemberian
fasilitas. (psl 72, 2)
a. sumber daya Industri
daerah;
b. penguatan dan
pendalaman struktur
Industri nasional;
c. perkembangan ekonomi
nasional dan global.
(psl psl 72)
a. peningkatan kemampuan sentra,
unit pelayanan teknis,
tenaga penyuluh lapangan, serta
konsultan Industri kecil dan Industri
menengah; dan
b. kerja sama dengan
(psl 74, 1)
a. Peningkatan kompetensi SDM dan sertifikasi kompetensi;
b. bantuan dan bimbingan teknis;;
c. bantuan Bahan Baku dan bahan penolong;
d. bantuan mesin atau peralatan;
e. pengembangan produk;
f. Bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk
Industri Hijau
g. Bantuan Informasi pasar, promosi, dan pemasaran;
h. Akses pembiayaan, termasuk penyediaan modal awal bagi
wirausaha baru;
i. Penyediaan Kawasan IKM yang berpotensi mencemari
lingkungan; dan/atau
j. Pengembangan, Penguatan Keterkaitan, dan hubungan
kemitraan antara IK dgn IM, IK dengan IB, dan IM dengan IB,
serta IK dan IM dengan sektor ekonomi lainnya dengan prinsip
saling menguntungkan.
(pasal 75, 1)
•Pengembangan Sentra IKM (psl 14 ayat 3)
•HKI IKM (psl 43 ayat 3)
•Izin Usaha bagi IKM (psl 101 ayat 2 dan 5)
•Kriteria IKM (psl 102 1)
•Kepemilikan IKM oleh WNI (pasal 103)
• Pengecualian IKM berlokasi di
Kawasan Industri (psl 106, ayat 3)
• Fasilitasi Alih Teknologi (psl 42)
• Fasilitasi bagi IKM ( SNI psl 58) dan
fasilitasi lainnya, psl 110)
• Kemitraan IKM (psl 2 dan penjelsn
psl 17 2.c)
1. PP, 1 Perpres, 2. Permen 21212121
PEMBERDAYAAN IKM
22. 22
Key Issues Arah dan Pengembangan
1. Rencana Induk Kebijakan
Industri Nasional
• Merupakan National Industrial Policy (yang mengatur antara lain industri prioritas, industri strategis
termasuk insentive serta hilirisasi (down-stream) industri hingga intermediate industry),dll
2. Affitmative Action
• UU Perindustrian ini menjadi landasan hukum bagi pemerintah untuk memajukan sektor industri
secara menyeluruh, dengan merumuskan dengan baik tentang (1) Penguasaan dan Pengusahaan oleh
negara, seperti rumusan industri strategis yang jelas dan ketat dimana pemerintah harus lebih banyak
berinisiatif masuk ke industri yang swastanya tidak bersedia. Rumusan industri prioritas termasuk
penentuan IKM dimana seluruh industri selayaknya diarahkan menjadi ramah terhadap lingkungan
3. Keberpihakan terhadap
UKM
• Perlu ada ketegasan bahwa industri nasional harus berpihak untuk mendorong UKM mengingat akan
berlakunya era perdagangan bebas (AFTA, CAFTA, Asean Economy Community, etc)
4. Pengembangan Industri
Strategis
• Perlu adanya ketentuan kepemilikan industri strategis khususnya terhadap pilihan jenis industri
strategis yang harus dikuasai oleh negara serta industri strategis mana yang diberikan perlakuan
khusus.
5. Daya Saing Nasional dan
Standardisasi Produk
Industri
• Perlunya pengaturan standardisasi, HAKI, pemanfaatan penggunaan teknologi yang mendukung
efektifitas kegiatan perindustrian dalam rangka penigkatan standardisasi yang bersesuaian dengan
peningkatan kinerja industri
• Perlu dibangun kesadaran bahwa tantangan peningkatan standard industri nasional adalah dalam
rangka memenuhi regulasi global
6. Lembaga Pembina Sektor
Industri
• Mengadakan satu lembaga yang berwenang melakukan pembinaan terhadap sektor industri
7. Kawasan Industri • Mencegah terpusatnya pembangunan kawasan industri hanya di tempat tertentu saja dengan
mengatur (1) ketentuan tentang batasan-batasan wilayah industri masing-masing wilayah ; (2)
ketentuan tentang kriteria kawasan industri ; (3) pemetaan sentra industri pada masing-masing
wilayah/klaster industri
Arah dan Pengembangan Industri Menurut
Undang-Undang Perindustrian
23. 23
Key Issues Arah dan Pengembangan
8. Penggunaan Produk Dalam
Negeri (hasil dari Industri dalam
negeri)
• keberpihakan pada produk dalam negeri dalam strategi industri nasional yang komprehensfi
termasuk penciptaan pasar bagi produk dalam negeri
9. Peran BUMN dan BUMN dalam
pengembangan Industri
• Perlu dicantumkan peran dan fungsi BUMN dan BUMD sebagai anchor untuk mendorong
Pengembangan Industri Nasional
• mendukung dengan menekan cost (input cost, transportation cost, energy cost, capital cost,
labor cost) dengan melibatkan BUMN
• penciptaan pasar dalam dan luar negeri dengan berbagai comprehensive strategy termasuk
menciptakan pasar bagi BUMN
10. Menjadikan SDA sebagai modal
dalam pengembangan Industri
• mengatur pemanfaatan SDA untuk kepentingan industri dalam negeri (pengendalian ekspor &
ekspor jika kebutuhan terpenuhi
11. Ketimpangan Struktur industri
• Struktur Industri Indonesia saat ini sangat timpang, di mana jumlah industri kecil sangat
besar sementara industri menengah, besar sangat sedikit.
12. Pencegahan Deindustrialisasi • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam industri nasional
13. Pengeluaran R&D
• Perlu ada intervensi pemerintah untuk mempercepat kemajuan industri khususnya terhadap
industri yang berbasis peningkatan (1) faktor produksi (modal & tenaga kerja) dan (2)
produktivitas input:
• Tujuan intervensi perlu untuk peningkatan produktivitas atau daya saing
• Peningkatan produktivitas industri perlu lebih ditekankan dari pada daya saing.
• Bentuk intervensi pemerintah yang dapat dilakukan adalah terhadap (1) penyediaan faktor
produksi (input): public good (infrastruktur); pasokan feed stock dan tenaga kerja; modal
(investasi); dll. (2) mendorong peningkatan produktivitas faktor: R&D; inovasi; pendidikan
dan latihan, dll.
• Perlu ada pendalaman teknologi melalui fasilitasi inovasi dan pembiayaan yang konsisten
Arah dan Pengembangan Industri Menurut
Undang-Undang Perindustrian
25. KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
Pendekatan :
A.Menumbuhkan 35 Klaster Industri Prioritas, yang
terdiri dari 6 kelompok industri prioritas :
1) Basis Industri manufaktur
2) Industri Agro
3) Industri Alat Angkut
4) Industri Elektronika & Telematika
5) Industri Penunjang Industri Kreatif dan
Industri Kreatif tertentu
6) Industri IKM Tertentu
B.Menumbuhkan industri unggulan propinsi (s.d
Desember 2011 telah diterbitkan 24 Peraturan
Menteri Perindustrian tentang Roadmap
Pengembangan Industri Unggulan Provinsi)
C.Menumbuhkan kompetensi inti industri Kab/Kota
(s.d Desember 2011 telah diterbitkan 41
Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta
Panduan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota )
Membawa Indonesia pada tahun
2025 menjadi “Negara Industri
Tangguh di Dunia”
Visi Industri 2025
Membawa Indonesia pada tahun
2020 menjadi “Negara Industri Maju
Baru”
Visi Industri 2020
(Antara)
25
26. Agar pembangunan industri dapat dilakukan secara lebih fokus, dipilih industri-industri
prioritas yang mampu didorong untuk mencapai tujuan pembangunan industri
Industri tersebut bila berhasil dikembangkan akan membawa industri-industri lainnya
turut berkembang
Industri prioritas dipilih berdasarkan:
a)potensi daya saing internasionalnya, dan
b)potensi ke depan untuk berkembang (Luasnya Bentang Wilayah, Besarnya jumlah
penduduk, Sumber Daya/Potensi Alam yang bisa di daya gunakan)
Potensi daya saing internasional diukur dari sisi:
Supply (15 parameter) dan
Demand (8 parameter)
dari 365 industri (ISIC 5 digit). Terpilih 35 industri prioritas dengan total output 78%
dan total ekspor 83%.
PENDEKATAN I
TOP-DOWN POLICY: INDUSTRI PRIORITAS
Tahun 2009 telah diterbitkan 35 Peraturan Menteri Perindustrian tentang
Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas
26
27. 27
RANCANGAN INPRES PENINGKATAN DAYA SAING NASIONAL DALAM
RANGKA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
PROGRAM TINDAKAN KELUARAN TARGET SASARAN
Peningkatan Daya
Saing IKM
Restrukturisasi
Permesinan IKM
255 IKM yang
menerima bantuan
Desember 2013 -
2015
Meningkatnya nilai
investasi IKM
penerima bantuan
sebesar Rp. 63,7
milyar
Pelatihan Teknis
Produk Unggulan
Daerah
7500 orang IKM
mengikuti
pelatihan teknis
Desember 2013 -
2015
Meningkatkan
kemampuan SDM
IKM yang trampil
Pendampingan
Sentra IKM
3400 Sentra IKM
didampingi oleh
Tenga Penyuluh
Lapangan (TPL)
Desember 2013 -
2015
Didampinginya
sentra IKM oleh
tenaga profesional
Promosi Produk
IKM
Fasilitasi Promosi di
Negara-negara
ASEAN
110 IKM di 5
Negara ASEAN
Desember 2013 -
2015
Meningkatnya nilai
ekspor IKM di
ASEAN 5%
28. 28
Tantangan dalam
menghadapi AEC
Lintas sektoral
Sektor Industri
Lintas Sektoral
-Pengawasan terhadap produk-produk impor masih sangat lemah
-Panjangnya prosedur pengenaan antidumping apabila terjadi
unfair trade practices
-Isu keamanan yang cukup mengganggu iklim investasi
(demonstrasi buruh, ancaman terorisme)
-Kondisi infrastruktur yang belum baik tingginya biaya
logistik
-THC (Terminal Handling Charge) masih relatif mahal
-dll
Sektor Industri
-Kenaikan UMR yang cukup signifikan
-Kurangnya pasokan gas industri
-Belum terjaminnya pasokan bahan baku
-Tidak adanya insentif bagi industri padat karya
-Impor ilegal
-Rendahnya kualitas SDM
Source: bahan Paparan menteri
Perindustrian – Panel Diskusi
Antisipasi AEC 2015
Tantangan Dalam Menghadapi AEC 2015
29. 29
1.Meningkatkan
Daya Saing (Short Term)
2. Meningkatkan Daya Saing
(Medium-Term)
3. Meningkatkan Daya
Saing (Long-Term)
1. Pengembangan
Kemampuan Sektor
Industri
2. Pasar Dalam Negeri
dan ASEAN sebagai
Base-Load
Peningkatan
Daya Saing
Indonesia
A. Penguatan
Struktur Industri
B.Peningkatan
Dukungan Iklim
Industri
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
30. 30
1-Pengembangan
Kemampuan Sektor
Industri
2-Memanfaatkan Pasar
Dalam Negeri dan ASEAN
sebagai Base-Load
• Peningkatan Enforcement
• Pengaturan lanjut Pelabuhan
• Membangun peraturan teknis untuk menghilangkan
impor produk tidak standar
• Meningkatkan compliance produk ke ASEAN
• Membangun kemampuan market & industrial intelligence
• Membangun Early Warning System
• Membangun kemampuan advocacy ekspor ke ASEAN
• Membangun produk spesifik Indonesia
• Pengembangan Kemampuan Industri dalam jangka
panjang (35 klaster industri dalam Perpres No. 28 Tahun
2008).
• Percepatan Pengembangan sektor industri hingga 2015.
Industri hilir berbasis agro, migas dan bahan tambang
mineral
Industri berbasis SDM dan pasar domestik
Industri kecil dan menengah
Lain-lain
A. Penguatan
Struktur
Industri
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
31. 31
3-Meningkatkan Daya
Saing
(Long-Term)
2-Meningkatkan Daya
Saing
(Medium-Term)
1-Meningkatkan Daya
Saing
(Short-Term)
• Jaminan Pasokan Bahan Baku
• Pengawasan impor untuk
meredam produk illegal
• Optimalisasi P3DN
• Menghilangkan gangguan
keamanan
• Peningkatan Faktor
Pendukung Industri
• Membangun kemampuan SDM
Industri
• Membangun R&D industri
B. Peningkatan
Dukungan
Iklim Industri
• Menurunkan biaya modal,
biaya energy dan biaya
manpower serta biaya logistik
• Ketersediaan bahan baku
• Biaya logistik Iklim investasi
(perijinan, pungli, insentif
fiskal, BMDTP)
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
32. 32
Sektor Industri
Lintas Sektoral
Intensifikasi sosialisasi AEC kepada stakeholder industri
Menghidupkan kembali skema insentif untuk indirect
export
Pemberlakuan antidumping dan safeguard yang lebih
efektif
Meningkatkan kualitas laboratorium uji dan kompetensi
SDM
Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)
Penguatan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Mengembangkan wirausaha baru IKM
Untuk Pasar ASEAN
Strategi Ofensif
Untuk Pasar Domestik
Strategi Defensif
Source: Bahan Paparan Menteri
Perindustrian –Panel Diskusi Antisipasi
AEC 2015 (11 Januari 2013)
Telah disusun
Kebijakan dan
Program
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
33. 33
Untuk Pasar Dalam
Negeri
(Strategi Defensif)
Untuk Pasar
ASEAN
(Strategi Ofensif)
Agro Industries (cocoa, rubber
and CPO)
Fish & fish products
Textile & textile products
Footwear, leather
Furniture
Food & Beverage
Fertilizer & petrochemical
Machinery & parts
Basic metal, iron and steel
Automotive
Electronics
Cement
Garment
Footwear
Food and beverage
FurnitureSource: Bahan Paparan Menteri
Perindustrian – Panel Diskusi
Antisipasi AEC 2015 (11 Januari 2013)
Industri Yang
Dipersiapkan
AEC 2015
Strategi Menghadapi AEC 2015
34. 34
Program Pelaksanaan
1) Restrukturisasi mesin/peralatan IKM;
2) Penumbuhan pengambangan kewirausahaan IKM melalui
pelatihan Wirausaha baru dan bantuan mesin peralatan;
3) Program beasiswa dan kontrak kerja TPL IKM D3 bidang IKM dan
kewirausahaan;
4) Pengembangan klaster IKM di 43 Kabupaten/Kota, melalui: FGD
klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain,
bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasi
pameran dan promosi;
5) Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55
Kab/Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli,
bantuan mesin/peralatan, dan partisipasi pameran produk OVOP;
6) Restrukturisasi mesin/peralatan serta fasilitasi peningkatan
pelayanan IKM kepada 19 UPT;
Pengembangan Kemampuan Sektor Industri –
Penguatan Sektor IKM
Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan
Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
35. 35
Program Pelaksanaan
7) Pelatihan calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihan
di bidang garment sebagai antisipasi moratorium
pengiriman TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatan
kemampuan teknis dan manajemen kepada perajin/IKM;
8) Fasilitasi pendaftaran HKI di bidang merk, hak cipta, paten,
desain industri, serta berpartisipasi pada Forum Koordinasi
HKI;
9) Fasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM
terhadap paket Halal, HACCP/SNI, Barcode, Ce-Mark, dan
GMP;
10) Fasilitasi penyusunan RSNI. SNI Wajib (Tekstil dan Mainan
Anak) dan SNI Sukarela, serta fasilitasi penerapan SNI; dan
11) Fasilitasi akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha
Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal
Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR).
Pengembangan Kemampuan Sektor Industri –
Penguatan Sektor IKM
Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan
Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
36. 36
Strategi Pengembangan SDM Indonesia Berbasis Kompetensi
Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI)
Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI)
PELATIHAN
BERBASIS
KOMPETENSI
(PBK)
SERTIFIKASI
KOMPETENSI
37. Pengelompokan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pada 9 Sektor Berjumlah 288
Pertanian,
Perkebunan,
Perikanan
dan Kehutanan
= 48
Industri
Manufaktur
= 43
Listrik,
Pertambangan
dan Energi
= 42
Kesehatan
= 6
Perhubungan
dan
Telekomunikasi
= 11
Keuangan
dan
Perbankan
= 15
Konstruksi
= 62
Jasa,
Konsultasi
dan
Perdagangan
= 45
Kebudayaan,
Pariwisata
dan Seni
= 26
Sumber: Pusdiklat Kemenperin
Saat ini terdapat 43 SKKNI yang terkait dengan industri manufaktur antara lain Sektor Jasa Perusahaan Sub
Sektor Jasa Konsultasi Bisnis dan Manajemen Bidang Jasa Konsultasi Bisnis Sub Bidang Konsultan Spesialis
Design Kemasan, Sektor Industri Barang Galian Bukan Logam Sub Sektor Industri Semen Bidang Produksi Sub
Bidang Proses Produksi Raw Meal dan Semen dll (Lampiran 1)
38. Persiapan SDM Indonesia menuju MEA 2015
PENGAKUAN KUALIFIKASI SDM INDONESIA OLEH NEGARA ASEAN
KEY POINT: PELATIHAN KERJA + SERTIFIKASI BERSTANDAR
INTERNASIONAL/ASEAN