Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup tokoh utama bernama Sri Ningsih yang mengalami berbagai tantangan mulai dari pelecehan oleh ibu tirinya hingga berjuang memulai usaha wirausaha dan sabun dengan menghadapi berbagai kendala. Novel ini mengangkat tema kekerasan dan semangat berwirausaha serta nilai-nilai sosial seperti kejujuran dan kerja keras.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
Makalah Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Tentang Kamu Karya Tere Liye UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
1. MAKALAH
Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel
Tentang Kamu Karya Tere Liye
Dosen Pengampu:
Juwaeni, M.Pd.
Disusun Oleh:
Rizkiana Intan Devi Maghfiroh (221210470184)
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TADRIS UMUM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni ibu
Juwaeni, M.Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung
kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “Nilai-Nilai Sosial Dalam
Novel Tentang Kamu Karya Tere Liye” dan juga terima kasih yang sebesar-
besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga
terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Kraksaan, 06 Maret 2023
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Batasan Masalah ......................................................................................2
D. Tujuan Penelitian .....................................................................................2
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................3
A. Latar Belakang Pengarang .......................................................................3
B. Fakta Cerita Novel Tentang Kamu Tere Liye..........................................4
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis nilai-nilai sosial yang
terkandung dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye. Tere Liye
menggambarkan sikap sosial yang ditunjukkan oleh tokoh protagonis seperti Sri
Ningsih, salah satu sikap sosial Sri Ningsih adalah peduli terhadap orang lain.
Dilihat dari gambaran peristiwa dalam novel, ketika Sri Ningsih memberikan
makanan kepada yang membutuhkan, Sri Ningsih tengah mendorong gerobak
untuk menjual nasi goreng. "suatu hari, aku berdiri di depan gerobaknya, lapar
sekali. Ibu Sri melambaikan tangan, menyuruh ku mendekat. Dia memberikan
satu porsi penuh nasi goreng. Sejak saat itu lah aku tinggal bersama nya di pasar
senen. Belajar dan bekerja dengan nya".
Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa penulis memilih nilai-
nilai sosial sebagai salah satu aspek kajiannya, karena dalam novel ini ia
menginterpretasikan nilai-nilai tersebut secara implisit dan eksplisit. Novel ini
juga mengajarkan pentingnya kejujuran, dalam situasi apapun, dan seperti
halnya Sri Ningsih memilih antara persahabatan atau kejujuran, jelas ia memilih
kejujuran, meskipun hal ini membuat teman-teman nya membencinya. Dari
kutipan di atas, kita bisa melihat bahwa karakter Sri Ningsih dalam novel ini
menganut kebenaran dan kejujuran, tidak seperti orang-orang zaman sekarang
yang selalu bersembunyi di balik kesalahan, apa yang dilakukannya sekalipun
itu menyakiti dirinya sendiri. Tokoh seperti Sri Ningsih sangat lah dicari-cari
pada zaman sekarang karena orang dengan sikap sepertinya sangat langka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan rumsan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang pengarang yang menulis novel Tentang Kamu
Karya Tere Liye?
2. Bagaimana fakta cerita dalam novel Tentang Kamu Karya Tere Liye?
5. 2
3. Bagaimana aspek-aspek nilai sosial dalam novel Tentang Kamu Karya
Tere Liye?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis akan membatasi
masalah seputar fakta cerita dan nilai-nilai sosial dalam novel "Tentang Kamu"
karya Tere Liye.
D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan latar belakang penulis dan biografi penulis novel
Tentang Kamu.
2. Mendeskripsikan fakta cerita yang berkaitan dengan nilai sosial dalam
novel Tentang Kamu karya Tere Liye.
3. Mendeskripsikan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Tentang
Kamu karya Tere Liye.
E. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui latar belakang penulis dan biografi penulis novel Tentang
Kamu.
2. Mengetahui fakta cerita yang berkaitan dengan nilai sosial novel Tentang
Kamu karya Tere Liye.
3. Mengetahui nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Tentang Kamu
karya Tere Liye.
6. 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Latar Belakang Pengarang
Tere Liye merupakan nama pena penulis novel Indonesia. Tere Liye
lahir di Lahat, Indonesia, 21 Mei 1979 dengan nama Darwis. Beberapa karya
Tere Liye yang diangkat ke layar lebar yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga
Bunda Disayang Allah. Meski berhasil dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan
menulis hanya sekedar hobi karena sehari-hari ia masih bekerja di kantor
sebagai akuntan.
Riwayat Pendidikan :
-SDN 2 Kikim Timur, Kabupaten Lahat
-SMPN 2 Kikim, Kabupaten Lahat
-SMAN 9 Bandar Lampung, Lampung
-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Kehidupan Pribadi Tere Liye
Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979, ia merupakan anak dari seorang petani
biasa yang tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Nama asli Tere
Liye adalah Darwis. Tere Liye hanya nama pene yang diberikan di setiap
karyanya.
Tere Liye adalah anak keenam dari tujuh bersaudara. Kehidupan masa
kecil yang dilalui Tere Liye penuh dengan kesederhanaan yang membuatnya
tetap sederhana hingga kini. Sosok Tere Liye terlihat tidak banyak gaya dan
tetap rendah hati dalam menjalani kehidupannya.
Tere Liye menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Kikim Timur,
Sumatera Selatan. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2
Kikim, Sumatera Selatan. Setelah itu, pendidikan menengah atasnya di SMAN
9 Bandar Lampung. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan tingginya di
Universitas Indonesia dan berkuliah di Fakultas Ekonomi.
Tere Liye menikah dengan Riski Amelia, dan dari pernikahan tersebut
mereka dikaruniai dua orang anak yaitu Abdullah Pasai dan Faizah Azkia.
7. 4
Karya-Karya Tere Liye
1. Hafalan Shalat Delisa (2005)
2. Moga Bunda Disayang Allah (2005)
3. Sepotong Hati Yang BaruBerjuta Rasanya
4. Kisah Sang Penandai (2007)
5. Ayahku (BUKAN) Pembohong
6. Bidadari – Bidadari Surga (2008)
7. Sunset Bersama Rosie (2008)
8. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009)
9. Burlian (2009)
10. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010)
11. Pukat (2010)
12. Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap CintaEliana (2011)
13. Negeri Para Bedebah (2012)
14. Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah (2012)
15. Amelia (2013)
16. Negeri Di Ujung Tanduk (2013)
17. Bumi (2014)
18. Rindu (2014)
19. Bulan (2015)
20. Pulang (2015)
21. Matahari (2016)
22. Hujan (2016)
23. Tentang Kamu (2016)
24. AboutLove (2016)
25. AboutFriends (2017)
26. Bintang (2017, Coming soon!)
B. Fakta Cerita Novel Tentang Kamu Tere Liye
Peristiwa-peristiwa dalam novel Tere Liye “Tentang Kamu” ditemukan
penulis untuk menjelaskan fakta-fakta yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial,
yaitu:
1. Peristiwa kekerasan.
Dalam novel, Sri Ningsih sebagai anak tiri Nusi Maratta, ia mengalami
pelecehan, yaitu kekerasan fisik dan psikologis. Ketika ibu tirinya
memanggilnya anak yang malang dan terkutuk, seperti yang ditunjukkan
oleh kutipan berikut :
"Berapa kali harus kubilang! hah? wajahnya merah padam.
"Maaf bu, Aku tidak sengaja". Sri gemetar ketakutan.
8. 5
"Matamu taruh di mana!?" Nusi maratta meraih rotan panjang di atas meja.
Sri hendak melangkah mundur tapi kakinya seperti berat digerakkan.
"Kamu kira harga bahan makanan murah!? gratis!?"
Nusi memukulkan rotan menghantam telak lengan sri. Gadis kecil itu
mengaduh perlahan. Sekali. Dua kali. Tiga kali.
"Pel seluruh lantai, atau malam ini Kamu tidur di luar! tidak ada makan
malam untukmu!". Nusi menyala beringas setelah puas setelah puas memukul
anak tirinya. (Liye, 2016 :103-104).
"Kamu tahu kenapa Bapakmu tenggelam di laut, Hah? tahu tidak?". Sri tidak
menjawab.
"Itu karena kamu, anak sial! anak yang dikutuk. ibumu! masih ingat ibumu?
dia mati saat melahirkan anaknya yang dikutuk. Dan setelah itu? Bapakmu
mati hanya karena ingin membelikan sepatu baru untukmu. kamu membawa
seluruh kesialan keluarga ini. kamu membuat orang lain mati!". (Liye,
2016 :104-105).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Sriningsih mengalami kekerasan
fisik dan psikis oleh ibu tirinya.
2. Peristiwa Berwirausaha
Peristiwa berwirausaha dalam novel Tere Liye “Tentang Kamu”
menunjukkan bahwa tokoh Sri ningsih yang baru saja lulus sekolah
memulai usaha ketika menjadi seorang wirausaha. Barang meningkat, yang
menyebabkan peningkatan jumlah karyawan, serta peningkatan jumlah
gerobak. Sri memahami bahwa salah satu hal yang perlu Anda miliki
sebagai trader adalah kreativitas agar tidak lamban dan tetap terdepan dalam
bisnis nya. Tapi karyanya harus dihancurkan hanya karena terlalu banyak
orang yang meniru konsep gerobak yang dia buat dan ketidakjujurannya
oleh pekerja yang menyamar. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan di
bawah ini.
"Aku sekarang punya dua puluh gerobak dorong, mulai dari menjual
nasi goreng, bakso, mie ayam, hingga mencoba berjualan sayur keliling
dengan gerobak. Aku sudah membeli rumah kontrakan ku, Dan juga rumah
di sebelahnya. Bisnis jualan dengan gerobak dorong semakin maju setahun
terakhir. Tapi masalahnya juga semakin banyak. Masalah pertama adalah
9. 6
pedagang lain telah membuat gerobak yang sama, Mereka meniru. Dulu
baru satu-dua, tapi sekarang dimana-mana. Berjualan dengan gerobak tidak
aneh lagi. Keuntungan menurun drastis. Apalagi jika besok lusa tambah
banyak yang meniru, mungkin berdagang dengan gerobak dorong tidak lagi
menarik.
Masalah kedua, tidak semua orang yang bekerja kepadaku dapat
dipercaya. Minggu-minggu ini saja sudah dua kali terjadi, Uang penjualan
dibawa kabur oleh pedagang, masi untung gerobaknya masih bisa
ditemukan. Aku ikhlas soal uangnya, karena besok lusa uang bisa dicari,
Tapi itu membuatku kecewa, Memikirkan banyak hal. Kenapa orang mudah
sekali mengkhianati? Bukankah dalam hidup ini kejujuran adalah hal
penting? Sepertinya aku harus mulai membiasakan diri menghadapi
masalah seperri ini.
Masalah ketiga, Razia petugas. Dulu, Ketika barang dagangan
dipikul atau digendong tidak terlalu sulit untuk menghindari razia. Tapi
dengan gerobak, itu jadi rumit. Belum lagi petugas semakin sering merazia
pedagang kaki lima. Enam bulan ini, aku harus mengurus empat gerobak
yang ditahan petugas. Ada banyak kawasan yang terlarang untuk berjualan
sekarang kami dianggap mengganggu keindahan kota". (Liye, 2016 :238-
239).
Kutipan diatas memperlihatkan kepada kita tokoh sri ningsih
menghadapi setiap permasalahan memulai suatu usaha. Permasalahan demi
permasalahan datang menghampiri sri ningsih, dan dengan lapang hati
menerima semuanya.
3. Marketing Produk
Hal itu terlihat ketika Sriningsih memiliki pabrik sabun. Setelah
keluar dari perusahaan, Sri Ningshi berbalik untuk memulai pabrik sabun
yang awalnya terbelakang. Seperti yang tertera dalam kutipan berikut :
"Aku tidak punya uang untuk memasang iklan di koran, tapi aku bisa
mencetak puluhan ribu selebaran promosi. Setiap hari, dibantu dua staf,
kami menyebarkan selebaran. Acara-acara besar, keramaian, pesta rakyat,
bahkan jika hanya ada kabar arisan disuatu tempat, kami meluncur kesana
10. 7
untuk promosi. Aku ingin saat produksi pertama keluar sabun mandi itu
langsung terjual. Membuat produk itu perkara gampang, siapa pun bisa
melakukannya, tapi menjualnya, itu baru istimewa. Aku menanamkan daya
juang itu pada stafku, melatih mereka tahan banting, dengan berkali-kali
bilang 'bayangkan besok lusa disetiap rumah-rumah, akan ada sabun
produksi kita'.
Kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil nur, tiga bulan sejak
rilis pertamanya sabun 'Rahayu' laris manis. Toko-toko yang dulu menolak
menjualnya, sekarang mengirim pesanan. Supermarket, pusat perbelanjaan
yang dulu enggan mendisplay produk itu, sekarang meletakkannya di rak
bagian terdepan. Aku sekarang sibuk memikirkan menambah kapasitas
pabrik, karena produksi sabun bekejaran dengan omset penjualan". (Liye,
2016:262).
Kutipan diatas memperlihatkan kepada kita semua bahwa setiap
usaha yang kita lakukan akan mendapatkan balasan. Semakin banyak usaha
yang kita lakukan, maka semakin baik pula hasil yang akan kita dapatkan.
4. Peristiwa Malari
Merupakan peristiwa sosial pada tahun 1974 yang dilakukan oleh
ribuan mahasiswa Indonesia. Akibat kejadian ini, perusahaan milik Sri
Ningsih hancur. Sebelum kecelakaan itu, Sri ningsih memiliki bisnis
persewaan mobil. Bisnisnya semakin besar dan besar. Saat itu, Sri Ningsih
menggunakan mobil Jepang dan memilih mobil Jepang karena kemudahan
dalam perawatannya dan irit bahan bakar. Seperti kutipan di bawah ini:
"Aku resmi memulai usaha baru, sewa mobil. Namanya "Rahayu Car
Rental", aku sengaja memakai bahasa asing, karena target pasarnya mereka.
Aku juga sengaja memilih mobil jepang, karena walaupun taksi lain lebih
banyam menggunakan mobil merk amerika, mobil jepang lebih hemat
bensin, lebih mudah perawatan. Besok lusa merk ini akan mengalahkan
merk amerika". (Liye, 2016:244).
"Ini sangat menyakitkan. Seluruh usaha yang dimulai dari gerobak
nasi goreng hancur dalam sehari. Benar-benar hancur, hanya menyisakan
pakaian yang aku kenakan. Aku tidak punya tempat tinggal, aku kehilangan
11. 8
kantor, rumah, bisnisku. Aku sekarang menumpang di pulogadung. Aku
sudah seminggu disini, dua hari lalu aku melihat langsung puing-puing toko.
Membuatku menangis. Aku sudah berusaha menemui perusahaan asuransi
mobil, mereka tidak bersedia menanggung ganti rugi kerusakan, karena
peristiwa hura-hara tidak termasuk klausul yang ditanggung". (Liye,
2016:250).
Berdasarkan kutipan diatas, dijelaskan bahwa tokoh sri ningsih
merupakan orang yang merasakan kerugian atas peristiwa tersebut.
Peristiwa tersebut menyebabkan usaha bisnis sewa mobilnya hancur.
5. Persahabatan
Peristiwa persahabatan antara Sri Ningsih dengan tokoh lain Nuraini,
Sulastri dan Lucy bisa dilihat dalam novel ini. Ketiga tokoh ini
menunjukkan kedudukan sosial yang ditempati oleh sri ningsih. Seperti
dikutip di bawah ini:
"Apa kabar, nur? Semoga kamu, suamimu mas arifin, teman-teman,
guru, dan murid-murid di madrasah senantiasa sehat wal afiat. Aku sudah
tiba di jakarta dua minggu lalu. Maaf jika terlambat sekali mengirim surat.
Tempat baru, semua serba baru, aku masih menyesuaikan diri, termasuk
mencari dimana kantor pos terdekat. Tapi bukan itu alasannya, nur. Aku
tidak bisa mengirim surat segera karena malu tidak banyak yang bisa
diceritakan, aku tidak mau membuat kamu cemas". (Liye, 2016:215).
"'Boleh aku bertanya sesuatu, lucy?' Lucy menganguk. Mereka
berdua tengah berada di bengkel, mengawasi bus-bus yang sedang di
perbaiki. Itu salah satu tugas lucy, sri menemaninya setelah menyikat
bus.Apakah kamu tahu daerah yang sewa apartemennya murah? Di
apartemenku murah, sri. Mau pindah ke tempatku? Sri menggeleng. Dia
tahu daerah tempat lucy tinggal, 80% penghuninya pendatang polandia, dia
akan kesulitan berbaur disana dan lebih penting lagi kesulitan mencari
makanan. Aku mencari tempat yang punya restoran halal. Kalau begitu
kamu bisa mencoba kawasan Little India, sri. Lucy memberi ide". (Liye,
2016:319-320).
12. 9
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa tokoh Sri Ningsih
menjadi teman baik tokoh lain seperti Lucy dan Nur'aini. Mereka tidak
memiliki konflik apapun. Mereka teman yang baik.
6. Pengkhianatan
Peristiwa pengkhianatan muncul saat Sri Ningsih menyaksikan
pengadilan Sulastri dan musoh atas pembunuhan keluarga Kiai Ma'sum. Sri
ningsih mengetahui niat jahat Sulastri dan berusaha membantu keluarga
Kiai Ma'som. Terlihat sosok Sri Ningsih mengkhianati persahabatannya
dengan Sulastri demi kejujuran. Seperti kutipan berikut:
"Pengadilan memutuskan menghadirkan sri ningsih sebagai saksi.
Saat hakim bertanya, apakah sulastri terlibat dalam pembunuhan kiai
ma'sum sri terdiam lama. Sri menatap wajah mbak lastri. Sri menangis.
Apakah dia akan bicara kebenaran? Atau dia akan memilih persahabatan?.
'Saudara saksi, harap jawab pertanyaannya'. Sri menyeka pipinya. Baginya,
hingga kapanpun, mbak lastri adalah sahabat terbaiknya. Terlepaa dari
pilihan politik, rasa dengki, dan apa pun itu, mbak lastri adalah sahabatnya.
Tapi sri tidak pernah berbohong dalam hidupnya, dan dia tidak akan tergoda
untuk mulai berbohong. 'Maafkan aku, mbak lastri'. Sri terisak. 'Maafkan
aku jika mengkhianatimu dalam pengadilan ini'. Sri mengangguk. Hakim
mengetuk palunya". (Liye, 2016:199).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sri Ningsih mengkhianati
sahabatnya, Sulastri. Pengkhianatan ada di sini selamanya, bukan dalam arti
negatif. Dia menghargai kejujuran daripada persahabatannya.
7. Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Tentang Kamu Karya Tere Liye
Setelah penulis melakukan penelitian dalam novel Tentang Kamu
Karya Tere Liye, maka penulis dapat mendeskripsikan beberapa nilai-nilai
sosial yang terdapat dalam novel Tentang Kamu Karya Tere Liye, Sebagai
berikut :
a. Kesabaran
Adalah sikap menekan perasaan dan keinginan, sikap mengatasi
masa-masa sulit tanpa mengeluh. Posisi ini adalah contoh dari nilai-nilai
sosial yang positif. Sri Ningseh dengan sabar menanggung semua yang
13. 10
terjadi padanya. Dia menanggung semua kekejaman ibu tirinya. Suatu
malam dia menahan rasa lapar. Namun, tetap menerima kenyataan ini
dengan lapang. Berdamailah dengan semua masalah yang kamu miliki.
Seperti kutipan berikut yang menunjukkan:
"Sri meremas jemarinya, matanya basah. Dia lapar sekali. apalagi
telah berjuang mengambil air bersih di seberang. Tidakkah ibu tirinya
sedikit saja mau mengasihaninya? Tidakkah sedikit saja ibunya mau peduli
padanya? Sri menggigit bibirnya, segera mengusir pikiran jelek yang
melintas di kepalanya. Tidak apa, tidak apa.. Sri menunduk membujuk
hatinya, setidaknya malam ini tilamuta tidur dengan perut kenyang. itu lebih
dari cukup. dulu Bapaknya berpesan selain selalu patuh pada ibunya, agar
dia menjaga tilamuta". (Liye, 2016:122-123).
"Doakan aku melewati semuanya, Nur. malam ini, menulis surat ini
sambil menangis, hatiku terasa lebih ringan. besok aku berjanji akan
memulainya dari awal". (Liye, 2016:249-250).
Dua kutipan di atas menunjukkan bahwa Sringi selalu sabar
menghadapi setiap masalah yang dihadapinya. Pertama, kekejaman ibu
mertuanya yang dengan sabar menunggu saat usaha persewaan mobilnya
dilumpuhkan oleh kerusuhan sipil tahun 1974 atau lebih dikenal dengan
peristiwa Manali (bencana 15 Januari).
b. Patuh
Adalah sikap sopan yang umum terhadap orang yang lebih tua.
Dalam novel tersebut, tokoh Sri Ningshi selalu tunduk pada perintah ibu
mertuanya. Posisi Sri Ningsih termasuk nilai-nilai sosial yang positif,
sebagai anak kita tidak boleh melawan perintah orang tua. Seperti halnya
realita saat ini, banyak anak-anak yang sering berpisah dengan orang
tuanya. Seperti dikutip di bawah ini:
"'kamu ambil air bersih di seberang Pulau sekarang juga!! aku tidak
mau tahu.' Nusi maratta meraih jeriken kosong, melemparkannya ke arah
Sri, 'dan tilamuta masuk kamar! apa pula yang kamu lakukan di dapur
bersama anak yang dikutuk ini!' meninggalkan dapur. meninggalkan sri
yang menggigit bibir. 'bergegas sri!! kamu menunggu apalagi!?' Nusi
14. 11
meraih tongkat rotan, mengancam. tidak ada pilihan bagi Sri, ia harus
melaksanakan perintah ibu tirinya, dia meraih jeriken tersebut". (Liye,
2016:118).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Sri Ningsih mematuhi ibu
tirinya. Dia selalu mengikuti perintah ibu tirinya. Sri tidak pernah mencoba
mengatakan tidak. Sikap Sri ningsih termasuk nilai-nilai sosial yang positif.
Sebagai anak, kita tidak perlu melawan dan berteriak atas perintah orang
tua.
c. Pemaaf
Adalah salah satu nilai sosial yang mengungkapkan keinginan orang
untuk memaafkan orang lain. Pemaaf adalah memaafkan sikap salah orang
lain, tanpa sedikit pun kebencian dan keinginan balas dendam. Situasi
meresahkan itu terlihat di sini saat Sri Ningsi menyelamatkan ibu tirinya
dan adiknya dari kebakaran rumah. Sri ningsih memiliki sikap toleran. Dia
bahkan tidak memikirkan perlakuan kasar ibu tirinya. Seperti yang terlihat
dalam kutipan berikut :
"'Ayo, Ibu! ikut aku!''Selamatkan adikmu Sri' suara nusi maratta
bergetar. Sri menatap wajah ibu tirinya. Setelah sekian lama, sore itu Nusi
maratta untuk pertama kalinya bisa menatap secara utuh wajah Sri.
Menyaksikan dengan akurat ekspresi wajah Sri yang selama ini lebih
banyak menunduk, Lihatlah tidak ada kebencian di mata Sri, tidak ada
dendam kesumat meski dia diperlakukan buruk 5 tahun terakhir. Anak
tirinya justru mengulurkan tangan amat tulus menolongnya". (Liye,
2016:136).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sri Ningsih memiliki sikap
pemaaf. Hatinya bahkan tidak membalas perlakuan kasar ibu tirinya. Tetapi
jika dia mau, itu mudah. Namun karena Sri Ningsih memiliki kedudukan
sosial yang tinggi, ia melupakan semua rasa sakit yang dialaminya.
d. Membantu Orang Lain
Saling membantu antar sesama sangat baik bila dipraktekkan.
Karena kita tahu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
bantuan orang lain. seperti Sriningsih yang membantu orang lain. Salah
15. 12
satunya bekerja. Sriningsih memiliki sikap sosial, memberikan pekerjaan
kepada orang lain. Hal itu ia lakukan karena ia memiliki pengalaman yang
sama saat tinggal di Jakarta selama 6 minggu tanpa pekerjaan. Dengan jiwa
sosial yang tinggi, Sri berusaha memberikan pekerjaan kepada mereka yang
membutuhkan. Seperti yang terlihat pada kutipan novel tersebut, berikut ini:
"Sekarang aku bangun lebih pagi, nur, pukul dua sudah berangkat ke
pasar, membeli bahan-bahan, menyiapkan dagangan. Dengan dua gerobak
baru, lebih banyak uang yang bisa aku tabung setiap hari. Rencanaku
sekarang semakin banyak aku belum pernah semangat ini, Nur. Aku
mengajak anak-anak tetangga untuk ikut bekerja, membantu di dapur, juga
mendorong gerobak berjualan. Seru sekali bisa memberikan pekerjaan
kepada orang lain, apalagi mengingat dulu tiba di Jakarta aku harus mati-
matian mencarinya. Semoga semua berjalan lancar". (Liye, 2016:234-235).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Sriningsih memiliki sikap
sosial. Ia memberikan pekerjaan terhadap orang lain.
e. Peduli Terhadap Sesama
Sikap peduli terhadap sesama dalam novel ini terlihat dari cara
Sriningsih membantu dan memberi makan anak-anak yang berada di depan
produk yang dijualnya. Sriningsih memiliki status sosial yang tinggi. Dia
tidak peduli siapa yang membantunya. Dia tidak melihat dari mana bocah
itu berasal. Dia hanya percaya dan ingin membesarkan anak itu sebagai
miliknya. Seperti yang dikutip dalam novel di bawah ini:
“Dia bukan apa-apa bagi ibu Sri ningsih Hanya seorang remaja di
jalanan, tapi bagiku dia adalah malaikat, dia memberiku makan saat aku
lapar, dia mengajariku, dia memberiku kesempatan. Saya telah bekerja di
pabrik ini selama 0 tahun dan mengetahui setiap jengkalnya seperti
punggung tangan saya. Ibu Sri adalah segalanya bagiku, Ibu Sri adalah
segalanya bagiku dan kau pergi tanpa pamit. Aku ingin tahu kemana dia
pergi? Untuk bisa bertemu dengannya, peluk dia erat-erat, cium tangannya
dan ucapkan terima kasih atas semua yang telah dia lakukan. Kata-kata yang
berlebihan berhenti dan suaranya tercekat” (Liye, 2016, 277).
16. 13
Pada kutipan diatas, dapat dijelaskan bahwa tokoh sri ningsih
memiliki sikap Peduli sosial yang tinggi. Ia tidak peduli Siapa yang
ditolongnya itu. Dia tidak melihat asal-usul anak tersebut. Ia begitu saja
percaya dan menjadikan nya layaknya anak sendiri.
f. Bekerja keras
Bekerja keras merupakan sikap yang selalu pantang menyerah dalam
melakukan sesuatu sikap tersebut sangat baik jika tertanam dalam diri
seseorang untuk kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sri ningsih
selalu yakin terhadap pengorbanan yang ia lakukan akan terbayarkan. Dia
selalu yakin bahwa apa yang ia lakukan agar mendapatkan balasan apa yang
telah kita korbankan dan perjuangkan. Seperti terlihat dalam kutipan berikut
:
"Kerja keras tidak pernah menghianati hasil, Nur. 3 bulan sejak rilis
pertamanya, sabun Rahayu Laris Manis. Tokoh-tokoh yang dulu menolak
menjualnya sekarang Mengirim pesanan. Supermarket, pusat perbelanjaan
yang dulu enggan mendisplay produk itu, sekarang meletakkannya di rak
terdepan titik Aku sekarang sibuk memikirkan menambah kapasitas pabrik,
Karena produksi Sabun berkejaran dengan omset penjualan".
(Liye, 2016: 262). kutipan di atas menjelaskan bahwa keyakinan sri
Ningsih terhadap pengorbanannya akan terbayarkan. Dia selalu yakin
bahwa apa yang ia lakukan agar mendapatkan balasan apa yang telah kita
korbankan dan perjuangkan.
g. Kesetiaan
Kesetiaan adalah syarat untuk menjaga suatu hubungan. Intinya
dibuat dalam novel ini ketika Sri ningsih dan Nur'aini tidak berada di tempat
yang sama. Namun, Sri dan Nur'aini tetap berhubungan lewat surat.
Persahabatan antara Sri ningsih dan Nur'aini memang abadi. Sri dan
Nur'aini tetap setia satu sama lain, artinya mereka tetap saling berkirim
pesan. Meski berjauhan, meski berbeda negara, mereka tetap setia satu sama
lain, dan kuncinya adalah tidak ada pengkhianatan di antara mereka, seperti
dikutip di bawah ini :
17. 14
"Apa kabar, Nur? Semoga kamu, suamimu mas Arifin, teman-teman,
guru, dan murid-murid di Madrasah senantiasa sehat walafiat. Aku sudah
tiba di jakarta dua minggu lalu. Maaf jika terlambat sekalo mengirim surat.
Tempat baru, semua serba baru, aku masih menyesuaikan diri, termasuk
mencari dimana kantor pos terdekat. Tapi bukan itu alasan nya, Nur. Aku
tidak bisa mengirim surat segera karena aku malu tidak banyak yang bisa di
ceritakan, aku tidak mau membuat kamu cemas". (Liye, 2016 :215).
h. Saling Percaya Antar Teman.
Tokoh Sri Ningsih dalam novel ini karena terjaganya keyakinan.
Seperti yang dilakukan Sri Ningsih dengan Nur'aini. Dia sangat percaya
pada temannya untuk memenuhi wasiat yang dia buat untuk menyelamatkan
hartanya. Hingga wasiat yang ia berikan kepada temannya tersampaikan.
Seperti kutipan berikut menunjukkan:
"Nur, buka surat ini ketika kamu mendengar kabar kalau aku telah
meninggal. Atau berikan surat ini kepada pengacara dari Belgrave Square,
London. Aku tidak mengenal siapa pengacara itu, tapi kamu bisa
mempercayai nya hidup mati. Dari sahabat mu Sri Ningsih". (Liye, 2016
:486).
Kutipan diatas menjelaskan bahwa tokoh Sri Ningsih memiliki sikap
percaya terhadap sahabatnya nuraini. Sehingga surat wasiat yang ia buat di
berikan kepada sahabatnya.
i. Tolong Menolong Antar Teman.
Saling menolong juga merupakan salah satu nilai sosial yang
positif. Dalam novel Tere Liye Tentang Kamu, tokoh Sri Ningsih
menemukan tempat untuk disewa. Lucy, seorang teman dari kantor Surrey,
mengatur akomodasi murah untuk Surrey. Mereka saling membantu. Jika
ada di antara mereka yang memiliki kesulitan, mereka selalu ada untuk
membantu saat mereka membutuhkannya. Seperti dikutip di bawah ini:
"Lucy memberikan daftar kawasan Little India di London, mulai dari
Kingsbury, Hounslow, Southall, juga termasuk tempat Sri sekarang tinggal,
Statford. Separuh lokasi itu langsung dicoret karena letaknya jauh dari
18. 15
tempat kerja, separuh lagi dia kunjungi saat hari libur, survey langsung."
(Liye, 2016 : 320).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa mereka teman sebaya yang
saling membantu. Jika ada yang punya masalah. Mereka selalu bersedia
membantu saat dibutuhkan.
j. Ketulusan
Terlihat dalam novel Tere Liye “Tentang Kamu” ketika tokoh
Sriningsih menjadi saksi dalam suatu perkara di pengadilan. Hakim
menunjuknya sebagai saksi pembunuhan keluarga Kyai Maksum oleh
Mosuh dan Sulastri. akhirnya Sri memilih kejujuran dalam persidangan
tersebut seperti terlihat dalam kutipan berikut.
" Pengadilan memutuskan menghadirkan Sriningsih sebagai saksi.
Saat Hakim bertanya, apakah Sulastri terlibat dalam pembunuhan Kyai
Maksum Sri terdiam lama. Sri menatap wajah Mbak Lastri, Sri menangis.
Apakah dia akan bicara kebenaran tanda tanya atau dia akan memilih
persahabatan? Saudara saksi Arab jawab pertanyaannya. Sri menyikapinya
baginya, hingga kapanpun Mbak Lastri adalah sahabat terbaiknya terlepas
dari pilihan politik, rasa dengki, apapun itu, Mbak Lastri adalah sahabatnya.
Tapi Sri tidak pernah berbohong dalam hidupnya, dan dia tidak akan tergoda
untuk mulai berbohong Maafkan Aku, Mbak Lastri, Sri terisak Maafkan aku
jika mengkhianatimu dalam pengadilan ini. Sri mengangguk. Hakim
mengetuk Palunya. "(Liye, 2016 :199).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Sriningsih memilih untuk
jujur meskipun sahabatnya akan membencinya. Sri tahu Solastri akan
membencinya. Tapi jauh di lubuk hati, dia masih sahabat Solastri. Jika
dikaitkan dengan fenomena saat ini, sulit menemukan tokoh seperti
Sriningsih. Ya, dia rela dibenci oleh sahabatnya demi membela kebenaran.
Saat ini, hanya ada orang yang sering bersembunyi, bahkan rela menyuap
pengacara bahkan mencegah kebenaran terungkap dengan cara apa pun. Sri
digambarkan memiliki pola pikir sosial yang positif karena telah
meninggalkan nilai kejujuran dengan mengorbankan nilai persahabatan.
19. 16
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Novita linda. Dkk. 2019. Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Tentang Kamu
Karya Tere Liye. Jurnal Ilmiah Korpus Volume III. Bengkulu.