SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN BIAYA PRODUKSI
FURNITUR BERBAHAN KAYU KELAPA DI KOTA TOBELO
(Studi Kasus pada CV. CSS di Tobelo, Halmahera Utara)
Zeth Patty
Politeknik Perdamaian Halmahera - Tobelo
ABSTRAK
Penelitian yang telah dilaksanakan pada CV.Construction System Saro di Tobelo
ini bertujuan untuk menginventaris produk olahan kayu kelapa yang dihasilkan dan
mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan serta struktur biaya dari produk olahan
kayu kelapa. Manfaat penelitian ini sebagai informasi dalam mengembangkan usaha
kecil berbasis kayu kelapa di Halmahera Utara serta bahan informasi dalam menyusun
program pengembangan industri kerajinan berbasis kayu kelapa. Penelitian ini
menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif, dimana hasil perhitungan
akan ditampilkan dalambentuk tabel dan grafik, yang mencakup kebutuhan bahan
baku yang dan struktur biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CV.Construction
System Saro menghasilkan beberapa furniture hasil olahan kayu kelapa antara lain
Berbagai jenis meja, lemari, kursi kayu dan bangku. Total biaya Produksi yang
dikeluarkan mencapai Rp.73,193,976 dengan biaya terbesar pada produk lemari 2
pintu sedangkan biaya terrendah pada produk kursi kayu. Struktur biaya bahan baku
utama paling tinggi terdapat pada produk lemari 2 pintu dengan bahan baku kayu
kelapa sebesar 21.8 persen. Biaya Bahan Baku Pendukung, baut ligna merupakan
biaya yang terbesar yakni 20,2 persen, biaya untuk bahan sanding yang besarannya
20,0 persen dan biaya untuk thiner yang sebesar 19,1 persen. Biaya tenaga kerja
pada produk lemari 2 pintu dan meja 1 biro mengambil prosentase terbesar dalam
pengerjaan produk, yakni sebesar 20,5 persen.
Kata Kunci : Kayu kelapa, Furnitur, kebutuhan Bahan Baku, Struktur Biaya
ABSTRACT
The research that has been conducted on CV.Construction System Saro in Tobelo aims to
inventory coconut wood products produced and determine the amount of raw materials
required and the cost structure of coconut wood products. The benefits of this research
as the information in developing a small business based in North Halmahera coconut
wood and informational materials in preparing the craft industry development program
based on coconut wood. This study uses quantitative descriptive statistical analysis,
where the results of the calculation are displayed in tables and graphs, which includes
raw material requirements and cost structure. The results showed that CV.Construction
System Saro produce some coconut wood furniture processed products include different
types of desks cabinets, wooden chairs and benches. Total production costs incurred
reach Rp.73,193,976with the largest cost in the product cupboard 2 door while the lowest
costs on products wooden chair. The structure of the main raw material cost is highest
at 2 door cupboard products with coconut wood raw materials by 21.8 percent. Cost of
Raw Material Support, bolt Ligna is the most cost 20.2 percent, costs for sanding sealer
materials, which amount to 20.0 percent and costs were 19.1 percent thinner. Labor
costs on products 2 door cupboard and table 1 bureau took the largest percentage in
the workmanship of the products, which amounted to 20.5 percent.
Keywords : coconut wood , furniture, needs raw materials, cost structure
ISSN : 1907-7556
Zeth Patty
1Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Secara umum tanaman perkebunan mempunyai
peranan yang besar, terutama dalam penyediaan
lapangan kerja, pendapatan dari ekspor dan
sumber pertumbuhan ekonomi. Sub sektor
perkebunan mampu menyerap 17,1 juta tenaga
kerja pekebun atau 1,03% dari angkatan kerja.
Salah satu tanaman perkebunan yang
cukup penting di Indonesia adalah kelapa.
Tanaman Kelapa (Cocos nucifera. Linn.) dalam
perekonomian Indonesia merupakan salah satu
komoditi strategis karena perannya yang sangat
besar, baik sebagai sumber pendapatanbagi
masyarakat maupun sumber bahan baku industri.
DataDirektoratJenderalPerkebunanmenunjukkan
bahwa luas tanaman kelapa Indonesia mencapai
3.728.600 ha, sekitar 92,40% diantaranya
adalah Kelapa Dalam yang diusahakan sebagai
perkebunan rakyat, sedangkan Kelapa Hibrida
hanya sekitar 4%. Selain luas lahan yang cukup
besar, produksi kelapa Indonesia juga cukup
tinggi di antara negara-negara penghasil kelapa.
Selain kopra dan minyak kepala, salah satu
produk olahan dari kelapa yang cukup potensial
diperdagangkan saat ini adalah kayu atau batang
kelapa. Kayu kelapa telah banyak digunakan
sebagai bahan furnitur bahkan sebagai bahan baku
konstruksi atau bangunan. Selama ini, pohon
kelapa yang telah ditebang akan menjadi limbah
yang merugikan bagi perkebunan tersebut karena
akan menjadi sarang bagi perkembangbiakan
kumbang badak (Oryctes rhinoceros) yang
termasuk hama utama perkebunan kelapa di
sekitarnya. Namunkarenaketersediaankayuyang
semakin terbatas, batang kelapa mulai banyak
dimanfaatkan sebagai pengganti kayu sehingga
pembuangan limbah dapat dikurangi (Arancon,
1997). Selain itu, pengembangan kayu kelapa
sebagaialternatif bahan konstruksi sekarang ini
juga didasari berbagai hasil penelitian, dimana
berdasarkan sejumlah hasil penelitian telah
jelas diketahui kelas dan kekuatan kayu kelapa
secara pasti. Penggunaan kayu kelapa untuk
berbagai kondisi yang dipengaruhi cuaca
dan kelembaban lingkungan perlu diketahui
kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-
beda dan perkiraan besar pengurangan kekuatan
yang terjadi untuk perencanaan. Selain itu bisa
mengetahui klasifikasi kayu kelapa berdasarkan
PKKI 1961.
Batang kelapa juga memiliki keunikan
dan keindahan tersendiri sebagai bahan baku
pengganti kayu. Batang kelapa termasuk dolok
dengan diameter kecil, memiliki sel-sel pembuluh
yang berkelompok (vascular bundles) yang
menyebar lebih rapat pada bagian luar jika
dibandingkan dengan bagian di tengah batang.
Keadaan itu menyebabkan kerapatannya yang
tidak sama sehingga kekuatannya juga berbeda
baik dari luar ke dalam maupun dari bawah ke atas
ke bagian batang Batang kelapa memiliki sifat
yang bervariasi dan mencolok mulai dari bagian
tepi batang ke arah bagian dalam dan dari bagian
pangkal batang ke arah tajuk. Pangkal batang pada
umumnya memiliki sifat kekuatan dan keawetan
yang lebih baik dibanding bagian dalam dan
ujung batang (Barly, 1994).Penggunaan batang
kelapa sebagai bahan konstruksi meskipun
sudah lazim dilakukan oleh rakyat pedesaan
karena dianggap kuat dan awet, namun lebih
banyak digunakan sebagai kayu konstruksi berat
seperti balok dan kaso, sedangkan penggunaan
untuk furniture dan kerajinan lain masih jarang
digunakan oleh masyarakat karena pemrosesan
kayu kelapa masih dianggap sulit sehingga
tingkat konversi batang kelapa utuh menjadi kayu
bulat relatif rendah. Lebih jauh lagi, batang kelapa
memiliki kandungan silika tinggi, sangat keras
dan memerlukan pisau gergaji khusus bermata
tungsten (Sektianto, 2001).
Data BPS Halmahera Utara (2011),
menunjukkan bahwa tanaman kelapa masih
menjadi tanaman unggulan di daerah ini, dengan
luas areal perkebunan kelapa mencapai 61.143,65
Indonesia merupakan salah satu negara
agraris yang kehidupan perekenomiannya tidak
bisa lepas dari sektor pertanian. Hal ini karena
sektor pertanian, masih tetap memegang peranan
penting yakni sebagai penyedia bahan pangan bagi
seluruh masyarakat, serta menopang pertumbuhan
industri dalam hal penyediaan bahan baku
industri. Sub sektor perkebunan, merupakan
bagian dari sektor pertanian yang memberikan
kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisa Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi Furnitur Berbahan Kayu Kelapa di Kota Tobelo
(Studi Kasus pada Cv. Css di Tobelo, Halmahera Utara)
52 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
hektar dengan produksi ± 83.379,60 ton per
tahun, dan jumlah petani kelapa yang mencapai
36.112 kepala keluarga. Potensi kelapa yang
ada, mestinya menjadi potensi yang luar biasa
bagi pendapatan petani serta penyerapan tenaga
kerja di daerah ini. Dalam perkembangannya,
pemanfaatan kayu kelapa oleh masyarakat selama
ini hanya terbatas pada keperluan penggunaan
kayu konstruksi berat secara tradisional seperti
seperti balok maupun tiang rumah, dan sebagian
mulai menggunakan sebagai komponen pintu,
jendela, furnitur dan lantainya. Dengan mulai
dikembangkannnya kayu kelapa sebagai bahan
tersebut diatas, maka perlunya dilakukan
penelitian tentang penggunaan bahan baku kayu
kelapa dan kebutuhannya sebagai bahan baku
meubeleur bahan nilai tambah pada berbagai
komoditas pertanian telah banyak dilakukan,
namun untuk Propinsi Maluku Utara, khususnya
Kabupaten Halmahera Utara penelitian yang
menyangkut aspek pengolahan dan nilai tambah
kayu kelapa belum pernah dilaksanakan.Untuk
mengetahui nilai tambah yang bisa diterima
oleh pengusaha kayu kelapa, maka perlu adanya
penelitian atau kajian tentang hal tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.	 Menginventaris produk olahan kayu kelapa
yang dihasilkan oleh CV.Construction
System Saro.
2.	 Mengetahui jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dan struktur biayadari produk
olahan kayu kelapa pada CV.Construction
System Saro.
Manfaat Penelitian
1.	 Bagi Pengusaha furniture, sebagai informasi
dalam mengembangkan usaha kecil berbasis
kayu kelapa di Halmahera Utara
2.	 Bagi lembaga peneliti, dari hasil penelitian
ini diharapkan, dapat digunakan sebagai
bahan informasi untuk menelaah lebih lanjut
terhadap pemanfaatan kayu kelapa sebagai
bahan baku industrikecil berbasis kayu
kelapa di Halmahera Utara
3.	 Bagi Dinas Terkait, menjadi bahan informasi
dalam menyusun program pengembangan
industri kerajinan berbasis kayu kelapa.
METODOLOGI PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di CV.
Construction System Saro sebagai perusahaan
yang memproduksi furnitur berbahan kayu kelapa
di Kota Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu
pemilihan subyek didasarkan atas ciri-ciri atau
sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut
paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Soekartawi, 1986).
Jenis data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer langsung
dikumpulkan dari pengusaha kayu kelapa, terdiri
dari : (1) harga kayu kelapa (2) jenis produk kayu
kelapa yang dihasilkan (3) kebutuhan bahan baku
produk (4), kebutuhan kerja dan upah (5) jenis dan
jumlah bahan baku pendukung,. Selain itu juga
dikumpulkan data sekunder yang diperoleh dari
instansi terkait, literatur, catatan, laporan yang
ada kaitannya dengan penelitian.
Analisis data
Penelitian ini menggunakan metode
analisis statistik deskriptif kuantitatif, dimana
hasil perhitungan akan ditampilkan dalambentuk
tabel dan grafik, yang mencakup kebutuhan bahan
baku yang dan struktur biaya.
1.	 Untuk menghitungbiayaproduksidigunakan
rumusTC = TFC + TVC ((Suratiyah, 2008),
(Rahim dan Hastuti, 2007):
Dimana :
TC = Total biaya produksi
TFC = total biaya tetap
TVC = Total biaya variabel
2.	 Untuk mencari persentase dari setiap struktur
biaya digunakan rumus (Pattiasina, 2011):
Zeth Patty
53Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Dimana :
P 	 = 	Nilai dari struktur biaya produksi
NTFC 	= Nilai dari tiap komponen biaya tetap
NTVC =	 Nilai dari tiap komponen biaya
variabel
NTC = Nilai dari total biaya produksi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Produk Meubeler
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara di lokasi CV. Construction System
Saro(CSS), maka dicatat sejumlah produk
meubeler yang dihasilkan seperti disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 1. Jenis Produk Meubeler yang dihasilkan
CV. Construction System Saro(CSS)
No Jenis Produk Nama Produk
1 Meja biro Meja biro
Meja resepsi
Meja makan
Meja lemari
2 Kursi / bangku Kursi
Bangku panjang
3 Lemari Lemari pakaian
Lemari makanan
Sumber : Data CSS tahun 2014
Kebutuhan Bahan Baku
Kebutuhan Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang dimaksudkan
disini adalah kayu kelapa yang digunakan sebagai
bahan untuk pembuatan berbagai furniture.
Sumber kayu kelapa diambil dari Desa Mawea
KecamatanTobeloTimur, Desa Roko Kecamatan
Galela Barat dan Desa Kalipitu Kecamatan
Tobelo Tengah. Biasanya kayu kelapa diambil
dengan harga Rp. 1.000.000/M3
- Rp.1.300.000/
M3
. Harga 1.300.000/M3
biasanya dibayarkan
jika kayu kelapa diantar langsung ke lokasi
perusahaan. Kayu kelapa yang dibeli biasanya
dalam bentuk batang kelapa yang telah dipotong
dengan ukuran 2,5 – 2,6 m per potongnya. Dari
satu batang pohon kelapa didapatkan 2 – 3 potong
kayu kelapa.Kayu yang diambil dipilih yang telah
benar-benar tua, yang ditandai dari ukuran tinggi
pohon dan warna kayu kelapa yang cenderung
keputihan. Volume dan dan harga bahan baku
secara rinci dapat dilihat pada gambar 1. berikut
ini.
Gambar 1.	 Kebutuhan Bahan Baku Utama Menurut
Produk
Sumber :Data Mentah diolah, Tahun 2014
Kebutuhan BahanBaku Pendukung
Bahan baku pendukung yang dimaksud
adalah bahan baku selain bahan baku utama yang
digunakan dalam proses pengolahan kayu kelapa
menjadi sejumlah jenis furnitur. Dalam penelitian
inibahanbakupendukungdikelompokkanmenjadi
2 yakni bahan baku yang digunakan dalam proses
perakitan produk dan bahan baku pendukung yang
digunakan dalam proses pengecatan (Finishing).
Bahan baku pendukung yang digunakan dalam
perakitan produk seperti triplex 3mm, dempul,
kertas amplas serta baut ligna. Selain bahan
baku yang telah disebutkan, terdapat beberapa
bahan lain yang tidak ditampilkan disini tetapi
tetap dimasukan dalam perhitungan. Secara
rinci jenis dan volume bahan baku pendukung
yang dibutuhkan dalam perakitan setiap produk
ditampilkan pada gambar 2 berikut.
Gambar 2. 	 JenisdanVolumeBahanBakuPendukung
Menurut Produk pada CV.Construction
System Saro (CSS) Tahun 2014
Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014
Selain kebutuhan bahan baku pendukung
untuk kegiatan perakitan, bahan baku pendukung
juga dibutuhkan dalam proses pengecatan
(finishing) seperti cat / sanding sealer, clear gloss
Analisa Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi Furnitur Berbahan Kayu Kelapa di Kota Tobelo
(Studi Kasus pada Cv. Css di Tobelo, Halmahera Utara)
54 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
dan thiner.Secara rinci jenis dan volume bahan
baku pendukung yang dibutuhkan dalam kegiatan
pengecatan pada setiap produk ditampilkan pada
gambar 3berikut.
Gambar 3. 	 Volume dan Jenis Bahan Baku Penge-
catan (Finishing)Menurut Produk pada
CV.Construction System Saro (CSS)
Tahun 2014
Sumber :	Data mentah diolah, Tahun 2014
Kebutuhan dan Upah Tenaga Kerja
Tenaga kerja langsung adalah tenaga
kerja yang digunakan dalam proses produksi atau
yang menangani pengolahan secara langsung,
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan input
yang diolah atau jumlah produksi yang akan
dihasilkan, biasanya dinyatakan dengansatuan
hari orang kerja (HKO) dan dihitung dalam
rupiah.CV.Construction System Saro (CSS) telah
memberlakukan perhitungan upah per hari orang
kerja (HOK) bagi pekerja yang telah senior dan
berpengalaman, sedangkan bagi tenaga pembantu
(asisten) diperhitungkan dengan jumlah jam
kerja, dimana pekerja dibayar tergantung dari
jumlah jam kerjanya. Upah pekerja senior adalah
Rp.90.000 per hari, sedangkan tenaga asisten
dibayar Rp.12.000 setiap jam kerjanya.
Harga Bahan Baku
Harga adalah nilai korbanan yang
dikeluarkan untuk mendapatkan suatu barang.
Sesuai dengan defenisi operasional yang telah
dijelaskan di awal tulisan ini, maka harga bahan
baku adalah nilai korbanan yang dikeluarkan
untuk mendapat satu satuan bahan baku atau
dapat disebut juga harga beli bahan baku per
satuan. Secara rinci harga bahan baku ditampilkan
pada gambar 4. berikut.
Gambar 4. 	 Jenis dan Harga Beli Bahan Baku pada
CV.Construction System Saro (CSS)
Tahun 2014
Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahan baku dengan harga tertinggi ada pada
bahan kayu kelapa itu sendiri yang mencapai
Rp. 1.300.000 / M3
, diikuti oleh triplex yakni
Rp.60.000 / lembardan bahan pewarna kayu
Rp.60.000 /liter. Untuk bahan baku terrendah
ada pada bahan kertas amplas, engsel serta baut
Ligna yang hanya Rp.5.000
Struktur Biaya Produksi
Struktur Biaya Bahan Baku Utama
Biaya bahan baku utama (kayu kelapa)
berbeda-beda untuk setiap produk furniture
kayu kelapa yang dihasilkan, sangat tergantung
dari ukuran produk dan jumlah bahan baku
yang dipakai. Secara rinci struktur biaya bahan
baku utama yang dikeluarkan dapat dilihat pada
gambar 5 berikut.
Gambar 5. 	 Biaya Bahan Baku Utama (Kayu Kelapa)
pada CV.Construction System Saro
(CSS) Tahun 2014
Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014
Biaya bahan baku utama paling tinggi
terdapat pada produk lemari 2 pintu dengan bahan
Zeth Patty
55Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
baku kayu kelapa sebesar 21.8 persen, sedangkan
untuk meja 1 biro sebesar 18,31 persen dan kursi
kayu sebesar 3,66 persen
Struktur Bahan Baku Pendukung
Gambar 6. Biaya Bahan Baku Pendukung pada
CV.Construction System Saro (CSS)
Tahun 2014
Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014
PadaStrukturbiayabahanbakupendukung,
baut ligna merupakan biaya yang terbesar yakni
20,2 persen, biaya untuk bahan sanding yang
besarannya 20,0 persendan biaya untuk thiner
yang sebesar 19,1 persen. Tingginya persentase
beberapa bahan ini karena jumlah pemakaian
yang cukup banyak dan harga jual yang cukup
tinggi kecuali untuk baut ligna.Jumlah pemakaian
untuk sanding dan thiner berkisar 1,5 sampai 4
liter tergantung produk yang dihasilkan. Untuk
baut ligna meskipun hanya berharga Rp.5000 /
buahnya namun digunakan dalam jumlah yang
cukup banyak terutama pada produk meja dan
lemari. Berikutnya adalah lemari 1 pintu dengan
prosentase sebesar 15,39 persen. Struktur biaya
dengan nilai prosentase terkecil ada pada biaya
pada bahan lem fox dan tripleks yakni berkisar
3,0 dan 3,3 persen. Hal ini karena penggunaan
triplekx dan lem yang tidak banyak dalam proses
produksi.
Struktur Biaya Tenaga Kerja
CV.Construction System Saro (CSS) telah
memberlakukan perhitungan upah per hari orang
kerja (HOK) bagi pekerja yang telah senior dan
berpengalaman, sedangkan bagi tenaga pembantu
(asisten) diperhitungkan dengan jumlah jam
kerja, dimana pekerja dibayar tergantung dari
jumlah jam kerjanya. Upah pekerja senior adalah
Rp.90.000 per hari, sedangkan tenaga asisten
dibayar Rp.12.000 setiap jam kerjanya.
Gambar 7. 	 BiayaTenaga kerja Menurut Jenis Produk
pada CV.Construction System Saro
(CSS) Tahun 2014
Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
biaya tenaga kerja pada produk lemari 2 pintu dan
meja 1 biro mengambil prosentase terbesar dalam
pengerjaan produk, yakni sebesar 20,5 persen,
diikuti oleh biaya pengerjaan produk meja ½
biro dan lemari 1 pintu yakni sebesar 15,4 persen.
Untuk pengerjaan meja panjang mengeluarkan
biaya sebesar 12,8 persen, sedangkan bangku
panjang mengahabiskan biaya sebesar 10,3
persen dari total biaya tenaga kerja. Prosentase
biaya terrendah ada pada produk kursi kayu
yakni hanya 5,1 persen dari biaya tenaga kerja
keseluruhan.
KESIMPULAN
1)	 CV.Construction System Saro menghasilkan
beberapa furniture hasil olahan kayu kelapa
antara lain Berbagai jenis meja, lemari, kursi
kayu dan bangku
2)	 Total biaya Produksi yang dikeluarkan
mencapai Rp.73,193,976 dengan biaya
terbesar pada produk lemari 2 pintu
sedangkan biaya terrendah pada produk
kursi kayu.
3)	 Struktur biaya bahan baku utama paling
tinggi terdapat pada produk lemari 2 pintu
dengan bahan baku kayu kelapa sebesar 21.8
persen.
4)	 Struktur biaya Bahan Baku Pendukung, baut
ligna merupakan biaya yang terbesar yakni
20,2 persen, biaya untuk bahan sanding yang
besarannya 20,0 persen dan biaya untuk
thiner yang sebesar 19,1 persen.
Analisa Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi Furnitur Berbahan Kayu Kelapa di Kota Tobelo
(Studi Kasus pada Cv. Css di Tobelo, Halmahera Utara)
56 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
5)	 biaya tenaga kerja pada produk lemari 2
pintu dan meja 1 biro mengambil prosentase
terbesar dalam pengerjaan produk, yakni
sebesar 20,5 persen
DAFTAR PUSTAKA
Arancon Jr., R.N. 1997. Asia-Pacific forestry sector outlook study: focus on coconut wood. Working
Paper Series Asia-pacific Forestry Towards 2010.Food and Agriculture Organization of
the United Nations (FAO-UN). Working Paper No: APFSOS/WP/23
Balfas, J. 1995. Beberapa Aspek Teknologi pada Kayu Hasil Pengembangan Hutan Tanaman Industri
(HTI) di Indonesia. Seminar Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Pematang
Siantar, Prapat 27-29 Nopember 1995: 37-48. Balai Penelitian Kehutanan Pematang
Siantar
Barly.1994. Batang Kelapa Sebagai Alternatif Kayu Konvensional. Pusat Litbang Hasil Hutan.
Bogor
Biro Pusat Statistik, 2011.Halmahera Utara Dalam Angka.BPS – Kabupaten Halmahera Utara.
Tobelo
Foale. 1992. Coconut genetic diversity. Present knowledge and future research needs. Papers of the
IBPGR workshop on Coconut Genetic Resources.8-10 Oktober 1991, Cipanas, Indonesia.
IBPGR Rome.p.46-55
Margaretha Pattiasina Suripatty 2011. Analisis Struktur Biaya Produksi dan Kontribusi Pendapatan
Komoditi kakao (Theobroma Cacao L) di Desa Latu, Artikel Jurnal Agrofrestri, Volume
VI Nomor 2 Juni 2011.
Sektianto, W. (2001), Tinjauan Sifat Mekanika Kayu Pohon Kelapa Terhadap Rendaman Gamping
Dan Daun Jati, Skripsi, FT UJB, Yogyakarta.
Suharto dan Ambarwati,D.R. 2007. Pemanfaatan Kelapa (Batang, Tapas, Lidi, Mancung,Sabut,Tem
purung). UNY Press.Yogyakarta
Soekartawi, 1986, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil, UI Press,
Jakarta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

More Related Content

Similar to Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi furnitur berbahan baku kayu kelapa di kota tobelo

Hasil Hutan Bukan Kayu
Hasil Hutan Bukan KayuHasil Hutan Bukan Kayu
Hasil Hutan Bukan Kayuzuhryharyono1
 
Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)muhpidah
 
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...arfinjuri
 
Pkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphy
Pkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphyPkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphy
Pkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphyFelly Shafira
 
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapaProposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapariabetaria
 

Similar to Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi furnitur berbahan baku kayu kelapa di kota tobelo (7)

Isi
Isi Isi
Isi
 
Hasil Hutan Bukan Kayu
Hasil Hutan Bukan KayuHasil Hutan Bukan Kayu
Hasil Hutan Bukan Kayu
 
Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)
 
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...
 
E 06
E 06E 06
E 06
 
Pkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphy
Pkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphyPkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphy
Pkmp 12-undip-sita-rainbow tissue-aromateraphy
 
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapaProposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
 

Recently uploaded

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (20)

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 

Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi furnitur berbahan baku kayu kelapa di kota tobelo

  • 1. ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN BIAYA PRODUKSI FURNITUR BERBAHAN KAYU KELAPA DI KOTA TOBELO (Studi Kasus pada CV. CSS di Tobelo, Halmahera Utara) Zeth Patty Politeknik Perdamaian Halmahera - Tobelo ABSTRAK Penelitian yang telah dilaksanakan pada CV.Construction System Saro di Tobelo ini bertujuan untuk menginventaris produk olahan kayu kelapa yang dihasilkan dan mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan serta struktur biaya dari produk olahan kayu kelapa. Manfaat penelitian ini sebagai informasi dalam mengembangkan usaha kecil berbasis kayu kelapa di Halmahera Utara serta bahan informasi dalam menyusun program pengembangan industri kerajinan berbasis kayu kelapa. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif, dimana hasil perhitungan akan ditampilkan dalambentuk tabel dan grafik, yang mencakup kebutuhan bahan baku yang dan struktur biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CV.Construction System Saro menghasilkan beberapa furniture hasil olahan kayu kelapa antara lain Berbagai jenis meja, lemari, kursi kayu dan bangku. Total biaya Produksi yang dikeluarkan mencapai Rp.73,193,976 dengan biaya terbesar pada produk lemari 2 pintu sedangkan biaya terrendah pada produk kursi kayu. Struktur biaya bahan baku utama paling tinggi terdapat pada produk lemari 2 pintu dengan bahan baku kayu kelapa sebesar 21.8 persen. Biaya Bahan Baku Pendukung, baut ligna merupakan biaya yang terbesar yakni 20,2 persen, biaya untuk bahan sanding yang besarannya 20,0 persen dan biaya untuk thiner yang sebesar 19,1 persen. Biaya tenaga kerja pada produk lemari 2 pintu dan meja 1 biro mengambil prosentase terbesar dalam pengerjaan produk, yakni sebesar 20,5 persen. Kata Kunci : Kayu kelapa, Furnitur, kebutuhan Bahan Baku, Struktur Biaya ABSTRACT The research that has been conducted on CV.Construction System Saro in Tobelo aims to inventory coconut wood products produced and determine the amount of raw materials required and the cost structure of coconut wood products. The benefits of this research as the information in developing a small business based in North Halmahera coconut wood and informational materials in preparing the craft industry development program based on coconut wood. This study uses quantitative descriptive statistical analysis, where the results of the calculation are displayed in tables and graphs, which includes raw material requirements and cost structure. The results showed that CV.Construction System Saro produce some coconut wood furniture processed products include different types of desks cabinets, wooden chairs and benches. Total production costs incurred reach Rp.73,193,976with the largest cost in the product cupboard 2 door while the lowest costs on products wooden chair. The structure of the main raw material cost is highest at 2 door cupboard products with coconut wood raw materials by 21.8 percent. Cost of Raw Material Support, bolt Ligna is the most cost 20.2 percent, costs for sanding sealer materials, which amount to 20.0 percent and costs were 19.1 percent thinner. Labor costs on products 2 door cupboard and table 1 bureau took the largest percentage in the workmanship of the products, which amounted to 20.5 percent. Keywords : coconut wood , furniture, needs raw materials, cost structure ISSN : 1907-7556
  • 2. Zeth Patty 1Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 Secara umum tanaman perkebunan mempunyai peranan yang besar, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, pendapatan dari ekspor dan sumber pertumbuhan ekonomi. Sub sektor perkebunan mampu menyerap 17,1 juta tenaga kerja pekebun atau 1,03% dari angkatan kerja. Salah satu tanaman perkebunan yang cukup penting di Indonesia adalah kelapa. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera. Linn.) dalam perekonomian Indonesia merupakan salah satu komoditi strategis karena perannya yang sangat besar, baik sebagai sumber pendapatanbagi masyarakat maupun sumber bahan baku industri. DataDirektoratJenderalPerkebunanmenunjukkan bahwa luas tanaman kelapa Indonesia mencapai 3.728.600 ha, sekitar 92,40% diantaranya adalah Kelapa Dalam yang diusahakan sebagai perkebunan rakyat, sedangkan Kelapa Hibrida hanya sekitar 4%. Selain luas lahan yang cukup besar, produksi kelapa Indonesia juga cukup tinggi di antara negara-negara penghasil kelapa. Selain kopra dan minyak kepala, salah satu produk olahan dari kelapa yang cukup potensial diperdagangkan saat ini adalah kayu atau batang kelapa. Kayu kelapa telah banyak digunakan sebagai bahan furnitur bahkan sebagai bahan baku konstruksi atau bangunan. Selama ini, pohon kelapa yang telah ditebang akan menjadi limbah yang merugikan bagi perkebunan tersebut karena akan menjadi sarang bagi perkembangbiakan kumbang badak (Oryctes rhinoceros) yang termasuk hama utama perkebunan kelapa di sekitarnya. Namunkarenaketersediaankayuyang semakin terbatas, batang kelapa mulai banyak dimanfaatkan sebagai pengganti kayu sehingga pembuangan limbah dapat dikurangi (Arancon, 1997). Selain itu, pengembangan kayu kelapa sebagaialternatif bahan konstruksi sekarang ini juga didasari berbagai hasil penelitian, dimana berdasarkan sejumlah hasil penelitian telah jelas diketahui kelas dan kekuatan kayu kelapa secara pasti. Penggunaan kayu kelapa untuk berbagai kondisi yang dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda- beda dan perkiraan besar pengurangan kekuatan yang terjadi untuk perencanaan. Selain itu bisa mengetahui klasifikasi kayu kelapa berdasarkan PKKI 1961. Batang kelapa juga memiliki keunikan dan keindahan tersendiri sebagai bahan baku pengganti kayu. Batang kelapa termasuk dolok dengan diameter kecil, memiliki sel-sel pembuluh yang berkelompok (vascular bundles) yang menyebar lebih rapat pada bagian luar jika dibandingkan dengan bagian di tengah batang. Keadaan itu menyebabkan kerapatannya yang tidak sama sehingga kekuatannya juga berbeda baik dari luar ke dalam maupun dari bawah ke atas ke bagian batang Batang kelapa memiliki sifat yang bervariasi dan mencolok mulai dari bagian tepi batang ke arah bagian dalam dan dari bagian pangkal batang ke arah tajuk. Pangkal batang pada umumnya memiliki sifat kekuatan dan keawetan yang lebih baik dibanding bagian dalam dan ujung batang (Barly, 1994).Penggunaan batang kelapa sebagai bahan konstruksi meskipun sudah lazim dilakukan oleh rakyat pedesaan karena dianggap kuat dan awet, namun lebih banyak digunakan sebagai kayu konstruksi berat seperti balok dan kaso, sedangkan penggunaan untuk furniture dan kerajinan lain masih jarang digunakan oleh masyarakat karena pemrosesan kayu kelapa masih dianggap sulit sehingga tingkat konversi batang kelapa utuh menjadi kayu bulat relatif rendah. Lebih jauh lagi, batang kelapa memiliki kandungan silika tinggi, sangat keras dan memerlukan pisau gergaji khusus bermata tungsten (Sektianto, 2001). Data BPS Halmahera Utara (2011), menunjukkan bahwa tanaman kelapa masih menjadi tanaman unggulan di daerah ini, dengan luas areal perkebunan kelapa mencapai 61.143,65 Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang kehidupan perekenomiannya tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Hal ini karena sektor pertanian, masih tetap memegang peranan penting yakni sebagai penyedia bahan pangan bagi seluruh masyarakat, serta menopang pertumbuhan industri dalam hal penyediaan bahan baku industri. Sub sektor perkebunan, merupakan bagian dari sektor pertanian yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia. PENDAHULUAN Latar Belakang
  • 3. Analisa Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi Furnitur Berbahan Kayu Kelapa di Kota Tobelo (Studi Kasus pada Cv. Css di Tobelo, Halmahera Utara) 52 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 hektar dengan produksi ± 83.379,60 ton per tahun, dan jumlah petani kelapa yang mencapai 36.112 kepala keluarga. Potensi kelapa yang ada, mestinya menjadi potensi yang luar biasa bagi pendapatan petani serta penyerapan tenaga kerja di daerah ini. Dalam perkembangannya, pemanfaatan kayu kelapa oleh masyarakat selama ini hanya terbatas pada keperluan penggunaan kayu konstruksi berat secara tradisional seperti seperti balok maupun tiang rumah, dan sebagian mulai menggunakan sebagai komponen pintu, jendela, furnitur dan lantainya. Dengan mulai dikembangkannnya kayu kelapa sebagai bahan tersebut diatas, maka perlunya dilakukan penelitian tentang penggunaan bahan baku kayu kelapa dan kebutuhannya sebagai bahan baku meubeleur bahan nilai tambah pada berbagai komoditas pertanian telah banyak dilakukan, namun untuk Propinsi Maluku Utara, khususnya Kabupaten Halmahera Utara penelitian yang menyangkut aspek pengolahan dan nilai tambah kayu kelapa belum pernah dilaksanakan.Untuk mengetahui nilai tambah yang bisa diterima oleh pengusaha kayu kelapa, maka perlu adanya penelitian atau kajian tentang hal tersebut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menginventaris produk olahan kayu kelapa yang dihasilkan oleh CV.Construction System Saro. 2. Mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan dan struktur biayadari produk olahan kayu kelapa pada CV.Construction System Saro. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengusaha furniture, sebagai informasi dalam mengembangkan usaha kecil berbasis kayu kelapa di Halmahera Utara 2. Bagi lembaga peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan, dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menelaah lebih lanjut terhadap pemanfaatan kayu kelapa sebagai bahan baku industrikecil berbasis kayu kelapa di Halmahera Utara 3. Bagi Dinas Terkait, menjadi bahan informasi dalam menyusun program pengembangan industri kerajinan berbasis kayu kelapa. METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di CV. Construction System Saro sebagai perusahaan yang memproduksi furnitur berbahan kayu kelapa di Kota Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekartawi, 1986). Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer langsung dikumpulkan dari pengusaha kayu kelapa, terdiri dari : (1) harga kayu kelapa (2) jenis produk kayu kelapa yang dihasilkan (3) kebutuhan bahan baku produk (4), kebutuhan kerja dan upah (5) jenis dan jumlah bahan baku pendukung,. Selain itu juga dikumpulkan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait, literatur, catatan, laporan yang ada kaitannya dengan penelitian. Analisis data Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif, dimana hasil perhitungan akan ditampilkan dalambentuk tabel dan grafik, yang mencakup kebutuhan bahan baku yang dan struktur biaya. 1. Untuk menghitungbiayaproduksidigunakan rumusTC = TFC + TVC ((Suratiyah, 2008), (Rahim dan Hastuti, 2007): Dimana : TC = Total biaya produksi TFC = total biaya tetap TVC = Total biaya variabel 2. Untuk mencari persentase dari setiap struktur biaya digunakan rumus (Pattiasina, 2011):
  • 4. Zeth Patty 53Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 Dimana : P = Nilai dari struktur biaya produksi NTFC = Nilai dari tiap komponen biaya tetap NTVC = Nilai dari tiap komponen biaya variabel NTC = Nilai dari total biaya produksi HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Produk Meubeler Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lokasi CV. Construction System Saro(CSS), maka dicatat sejumlah produk meubeler yang dihasilkan seperti disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Jenis Produk Meubeler yang dihasilkan CV. Construction System Saro(CSS) No Jenis Produk Nama Produk 1 Meja biro Meja biro Meja resepsi Meja makan Meja lemari 2 Kursi / bangku Kursi Bangku panjang 3 Lemari Lemari pakaian Lemari makanan Sumber : Data CSS tahun 2014 Kebutuhan Bahan Baku Kebutuhan Bahan Baku Utama Bahan baku utama yang dimaksudkan disini adalah kayu kelapa yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan berbagai furniture. Sumber kayu kelapa diambil dari Desa Mawea KecamatanTobeloTimur, Desa Roko Kecamatan Galela Barat dan Desa Kalipitu Kecamatan Tobelo Tengah. Biasanya kayu kelapa diambil dengan harga Rp. 1.000.000/M3 - Rp.1.300.000/ M3 . Harga 1.300.000/M3 biasanya dibayarkan jika kayu kelapa diantar langsung ke lokasi perusahaan. Kayu kelapa yang dibeli biasanya dalam bentuk batang kelapa yang telah dipotong dengan ukuran 2,5 – 2,6 m per potongnya. Dari satu batang pohon kelapa didapatkan 2 – 3 potong kayu kelapa.Kayu yang diambil dipilih yang telah benar-benar tua, yang ditandai dari ukuran tinggi pohon dan warna kayu kelapa yang cenderung keputihan. Volume dan dan harga bahan baku secara rinci dapat dilihat pada gambar 1. berikut ini. Gambar 1. Kebutuhan Bahan Baku Utama Menurut Produk Sumber :Data Mentah diolah, Tahun 2014 Kebutuhan BahanBaku Pendukung Bahan baku pendukung yang dimaksud adalah bahan baku selain bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengolahan kayu kelapa menjadi sejumlah jenis furnitur. Dalam penelitian inibahanbakupendukungdikelompokkanmenjadi 2 yakni bahan baku yang digunakan dalam proses perakitan produk dan bahan baku pendukung yang digunakan dalam proses pengecatan (Finishing). Bahan baku pendukung yang digunakan dalam perakitan produk seperti triplex 3mm, dempul, kertas amplas serta baut ligna. Selain bahan baku yang telah disebutkan, terdapat beberapa bahan lain yang tidak ditampilkan disini tetapi tetap dimasukan dalam perhitungan. Secara rinci jenis dan volume bahan baku pendukung yang dibutuhkan dalam perakitan setiap produk ditampilkan pada gambar 2 berikut. Gambar 2. JenisdanVolumeBahanBakuPendukung Menurut Produk pada CV.Construction System Saro (CSS) Tahun 2014 Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014 Selain kebutuhan bahan baku pendukung untuk kegiatan perakitan, bahan baku pendukung juga dibutuhkan dalam proses pengecatan (finishing) seperti cat / sanding sealer, clear gloss
  • 5. Analisa Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi Furnitur Berbahan Kayu Kelapa di Kota Tobelo (Studi Kasus pada Cv. Css di Tobelo, Halmahera Utara) 54 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 dan thiner.Secara rinci jenis dan volume bahan baku pendukung yang dibutuhkan dalam kegiatan pengecatan pada setiap produk ditampilkan pada gambar 3berikut. Gambar 3. Volume dan Jenis Bahan Baku Penge- catan (Finishing)Menurut Produk pada CV.Construction System Saro (CSS) Tahun 2014 Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014 Kebutuhan dan Upah Tenaga Kerja Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi atau yang menangani pengolahan secara langsung, jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan input yang diolah atau jumlah produksi yang akan dihasilkan, biasanya dinyatakan dengansatuan hari orang kerja (HKO) dan dihitung dalam rupiah.CV.Construction System Saro (CSS) telah memberlakukan perhitungan upah per hari orang kerja (HOK) bagi pekerja yang telah senior dan berpengalaman, sedangkan bagi tenaga pembantu (asisten) diperhitungkan dengan jumlah jam kerja, dimana pekerja dibayar tergantung dari jumlah jam kerjanya. Upah pekerja senior adalah Rp.90.000 per hari, sedangkan tenaga asisten dibayar Rp.12.000 setiap jam kerjanya. Harga Bahan Baku Harga adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu barang. Sesuai dengan defenisi operasional yang telah dijelaskan di awal tulisan ini, maka harga bahan baku adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk mendapat satu satuan bahan baku atau dapat disebut juga harga beli bahan baku per satuan. Secara rinci harga bahan baku ditampilkan pada gambar 4. berikut. Gambar 4. Jenis dan Harga Beli Bahan Baku pada CV.Construction System Saro (CSS) Tahun 2014 Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan baku dengan harga tertinggi ada pada bahan kayu kelapa itu sendiri yang mencapai Rp. 1.300.000 / M3 , diikuti oleh triplex yakni Rp.60.000 / lembardan bahan pewarna kayu Rp.60.000 /liter. Untuk bahan baku terrendah ada pada bahan kertas amplas, engsel serta baut Ligna yang hanya Rp.5.000 Struktur Biaya Produksi Struktur Biaya Bahan Baku Utama Biaya bahan baku utama (kayu kelapa) berbeda-beda untuk setiap produk furniture kayu kelapa yang dihasilkan, sangat tergantung dari ukuran produk dan jumlah bahan baku yang dipakai. Secara rinci struktur biaya bahan baku utama yang dikeluarkan dapat dilihat pada gambar 5 berikut. Gambar 5. Biaya Bahan Baku Utama (Kayu Kelapa) pada CV.Construction System Saro (CSS) Tahun 2014 Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014 Biaya bahan baku utama paling tinggi terdapat pada produk lemari 2 pintu dengan bahan
  • 6. Zeth Patty 55Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 baku kayu kelapa sebesar 21.8 persen, sedangkan untuk meja 1 biro sebesar 18,31 persen dan kursi kayu sebesar 3,66 persen Struktur Bahan Baku Pendukung Gambar 6. Biaya Bahan Baku Pendukung pada CV.Construction System Saro (CSS) Tahun 2014 Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014 PadaStrukturbiayabahanbakupendukung, baut ligna merupakan biaya yang terbesar yakni 20,2 persen, biaya untuk bahan sanding yang besarannya 20,0 persendan biaya untuk thiner yang sebesar 19,1 persen. Tingginya persentase beberapa bahan ini karena jumlah pemakaian yang cukup banyak dan harga jual yang cukup tinggi kecuali untuk baut ligna.Jumlah pemakaian untuk sanding dan thiner berkisar 1,5 sampai 4 liter tergantung produk yang dihasilkan. Untuk baut ligna meskipun hanya berharga Rp.5000 / buahnya namun digunakan dalam jumlah yang cukup banyak terutama pada produk meja dan lemari. Berikutnya adalah lemari 1 pintu dengan prosentase sebesar 15,39 persen. Struktur biaya dengan nilai prosentase terkecil ada pada biaya pada bahan lem fox dan tripleks yakni berkisar 3,0 dan 3,3 persen. Hal ini karena penggunaan triplekx dan lem yang tidak banyak dalam proses produksi. Struktur Biaya Tenaga Kerja CV.Construction System Saro (CSS) telah memberlakukan perhitungan upah per hari orang kerja (HOK) bagi pekerja yang telah senior dan berpengalaman, sedangkan bagi tenaga pembantu (asisten) diperhitungkan dengan jumlah jam kerja, dimana pekerja dibayar tergantung dari jumlah jam kerjanya. Upah pekerja senior adalah Rp.90.000 per hari, sedangkan tenaga asisten dibayar Rp.12.000 setiap jam kerjanya. Gambar 7. BiayaTenaga kerja Menurut Jenis Produk pada CV.Construction System Saro (CSS) Tahun 2014 Sumber : Data mentah diolah, Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja pada produk lemari 2 pintu dan meja 1 biro mengambil prosentase terbesar dalam pengerjaan produk, yakni sebesar 20,5 persen, diikuti oleh biaya pengerjaan produk meja ½ biro dan lemari 1 pintu yakni sebesar 15,4 persen. Untuk pengerjaan meja panjang mengeluarkan biaya sebesar 12,8 persen, sedangkan bangku panjang mengahabiskan biaya sebesar 10,3 persen dari total biaya tenaga kerja. Prosentase biaya terrendah ada pada produk kursi kayu yakni hanya 5,1 persen dari biaya tenaga kerja keseluruhan. KESIMPULAN 1) CV.Construction System Saro menghasilkan beberapa furniture hasil olahan kayu kelapa antara lain Berbagai jenis meja, lemari, kursi kayu dan bangku 2) Total biaya Produksi yang dikeluarkan mencapai Rp.73,193,976 dengan biaya terbesar pada produk lemari 2 pintu sedangkan biaya terrendah pada produk kursi kayu. 3) Struktur biaya bahan baku utama paling tinggi terdapat pada produk lemari 2 pintu dengan bahan baku kayu kelapa sebesar 21.8 persen. 4) Struktur biaya Bahan Baku Pendukung, baut ligna merupakan biaya yang terbesar yakni 20,2 persen, biaya untuk bahan sanding yang besarannya 20,0 persen dan biaya untuk thiner yang sebesar 19,1 persen.
  • 7. Analisa Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi Furnitur Berbahan Kayu Kelapa di Kota Tobelo (Studi Kasus pada Cv. Css di Tobelo, Halmahera Utara) 56 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 5) biaya tenaga kerja pada produk lemari 2 pintu dan meja 1 biro mengambil prosentase terbesar dalam pengerjaan produk, yakni sebesar 20,5 persen DAFTAR PUSTAKA Arancon Jr., R.N. 1997. Asia-Pacific forestry sector outlook study: focus on coconut wood. Working Paper Series Asia-pacific Forestry Towards 2010.Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO-UN). Working Paper No: APFSOS/WP/23 Balfas, J. 1995. Beberapa Aspek Teknologi pada Kayu Hasil Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia. Seminar Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar, Prapat 27-29 Nopember 1995: 37-48. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar Barly.1994. Batang Kelapa Sebagai Alternatif Kayu Konvensional. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor Biro Pusat Statistik, 2011.Halmahera Utara Dalam Angka.BPS – Kabupaten Halmahera Utara. Tobelo Foale. 1992. Coconut genetic diversity. Present knowledge and future research needs. Papers of the IBPGR workshop on Coconut Genetic Resources.8-10 Oktober 1991, Cipanas, Indonesia. IBPGR Rome.p.46-55 Margaretha Pattiasina Suripatty 2011. Analisis Struktur Biaya Produksi dan Kontribusi Pendapatan Komoditi kakao (Theobroma Cacao L) di Desa Latu, Artikel Jurnal Agrofrestri, Volume VI Nomor 2 Juni 2011. Sektianto, W. (2001), Tinjauan Sifat Mekanika Kayu Pohon Kelapa Terhadap Rendaman Gamping Dan Daun Jati, Skripsi, FT UJB, Yogyakarta. Suharto dan Ambarwati,D.R. 2007. Pemanfaatan Kelapa (Batang, Tapas, Lidi, Mancung,Sabut,Tem purung). UNY Press.Yogyakarta Soekartawi, 1986, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil, UI Press, Jakarta. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.