SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
Materi Pembelajaran Hari 3 11102022
Sharing Hasil Bimtek Guru Pembimbing Khusus
SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Konsep Keberagaman Peserta didik
Ada beberapa peserta didik yang memiliki keberagaman seperti:
Keberagaman Fisik:
Ada peserta didik yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik yang gemuk. Sedang, kurus untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik jenis kelamin dan perempuan
Ada peserta yang memiliki kelengkapan dan fungsi standar pada anggota tubuhnya, ada juga peserta
didik yang memiliki hambatan dalam kelengkapan dan fungsi anggota tubuhnya.
Keberagaman Sensorik:
Ada peserta didik yang memiliki penglihatan tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan
penglihatan
Ada peserta didik yang memiliki pendengaran tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki
hambatan pendengaran
Keberagaman Sosial ekonomi dan demografis:
Ada peserta didik dari keluarga kaya, sedang, miskin
Ada peserta didik dari perkotaan dan pedesaan
Ada peserta didik yang tinggal di perumahan dan masyarakat/perkampungan
Keragaman jenis lainnya:
Ada peserta dengan hambatan perilaku dan emosi, kesulitan belajar spesifik, autis, dan sebagainya
Kemudian Sikap dan tindakan yang harus lakukan guru terhadap keberagaman peserta didik:
Menerima keragamaan peserta didik yang ada di kelas
Memahami perbedaan unik setiap individu peserta didik
Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan ramah bagi semua peserta didik
Memberikan kebutuhan layanan pembelajaran, khususnya bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus
dengan tetap memberikan perhatian yang sama untuk kelas.
Pendahuluan
Peserta didik di sekolah inklusif beragam jenisnya, ada peserta didik tipikal atau reguler dan peserta
didik berkebutuhan khusus. Peserta didik tipikal adalah peserta didik yang tidak memiliki hambatan
siginifikan (berarti), pada sisi fisik, mental kognitif maupun pada sensori, sehingga mereka dapat
mengikuti pembelajaran secara klasikal tanpa memerlukan layanan pendidikan secara khusus.
Peserta didik berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki hambatan signifikan, baik pada fisik,
mental, kognitif maupun sensorik, sehingga mereka memerlukan layanan kebutuhan pendidikan khusus
untuk dapat belajar bersama siswa reguler.
Perbedaan peserta didik tipikal dan peserta didik berkebutuhan khusus lebih tepat disebut sebagai
“keberagaman peserta didik”. Setiap peserta didik harus mendapatkan layanan pembelajaran untuk
meningkatkan “kualitas hidup peserta didik. Ada 4 hak peserta didik untuk mendapatkan kualitas hidup,
yaitu: to live, to love, to play, dan to work”.
Pengertian Keberagaman Peserta Didik
Keberagaman peserta didik di kelas inklusif memiliki karakteristik tersendiri, baik pada peserta didik
reguler maupun pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Keberadaan PDBK dipayungi Undang
Undang Dasar 1945 pasal 31, ayat 1 mengamanatkan bahwa; “Setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan” dan ayat 2; “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya’. Dengan demikian, peserta didik dalam kelas walaupun berbeda keyakinan,
fisik, gender, latar belakang keluarga, harapan, kemampuan, kelebihan peserta didik memiliki hak
untuk belajar.
Implementasi di kelas, guru secara perlahan dan pasti memberikan penanaman
sikap simpati dan empati kepada peserta didik reguler bahwa dalam masyarakat itu memiliki
karakteristik keragaman bentuk, keyakinan, sosial, dan karakter peserta didik berkebutuhan khusus.
Dengan demikian, ciptakan susana kebersamaan dalam berbagai aktivitas agar seluruh peserta didik
membaur dan saling interaksi, sehingga akan tampak mereka bersosialisasi dan saling tolong menolong
antarsesama.
Guru sangat penting memberikan wawasan kepada peserta didik bahwa masyarakat majemuk tradisional
perlu mempertimbangkan adanya pluralitas horizontal (adanya perbedaan etnik, sub-sub etnik)
dan pluralitas vertical (adanya pelapisan-pelapisan sosial).
Penamaan istilah “peserta didik” kepada siswa di sekolah dewasa ini sudah tepat, mengingat cara
pandang ini yang lebih positif dibanding dengan istilah “murid atau siswa”. Hal ini, kata “peserta didik”
dapat mengakomodasi keberagaman peserta didik dalam melihat kebutuhannya.
Kata “kebutuhan khusus” menjadi dasar dalam melihat apa yang menjadi masalah dan kebutuhan
peserta didik dan bukan pada label yang menyertainya. Oleh karena itu, guru hendaknya memandang
setiap Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) memiliki karakteristik unik. Karakteristik PDBK ini
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
berkaitan dengan bagaimana cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan khususnya. Pandangan ini
akan menuntun guru dalam menyusun akomodasi program untuk mengatasi hambatan dan
mengoptimalkan potensi peserta didik.
Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa
dalam Kompetensi Paedagogik Guru salah satunya adalah memahami krakteristik peserta didik maka
diharapkan sebelaum melakukan pembelajaran setiap guru dapat melakukan identifikasi dan asesmen.
Hal ini untuk dijadikan sebagai dasar dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.
Indikator Kualitas Hidup Peserta Didik
Kebearagaman peserta didik di sekolah inlklusif adalah suatu kenyataan yang untuk dibuat sebagai
“sesuatu yang aneh” akan tetapi keberagaman peserta didik tersebut harus menjadi sebuah “tantangan”
bagi guru untuk memberikan layanan pembelajaran akomodatif bagi setiap peserta didik. Peserta didik
reguler maupun peserta didik berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan
pembelajaran dalam upaya mencapai kualitas hidup.
Ada empat indikator kualitas hidup bagi setiap peserta didik, yakni sebagai berikut:
1. To Live, setiap peserta didik di sekolah inklusif memilki hak untuk hidup mengembangkan
potensi dirinya, tanpa harus terhalangi atau dibatasi oleh kondisi hambatan yang dimilikinya.
Peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah inklusif tidak boleh dibiarkan hanya sebagai
“pelengkap kuota kelas inklusif”, tetapi keberadaan peserta didik di kelas inklusif harus menjadi
tantangan bagi guru untuk berkreatif dalam mengembangkan layanan pembelajaran akomodatif.
2. To Love, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus merasa terlindungi, mengikuti kegiatan
pembelajaran dan aktivitas sekolah lainnya secara ramah, nyaman dan tidak dibiarkan
mendapat bully dari peserta didik lainnya. Bahkan guru harus mengembangkan sikap saling
menyayangi, mencintai sebagai sesama warga sekolah.
3. To Play, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus memperooleh kesempatan yang sama
untuk mengikuti aktivitas belajar secara aktif dan bermain di sekolah, seperti dalam diskusi
kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, dan perlombaan yang diadakan sekolah. Peserta didik
berkebutuhan khusus harus memperoleh hak yang sama untuk memperoleh kesempatan aktivitas
permainan di kelas dan lingkungan sekolah.
4. To Work, setiap peserta dididk di sekolah inklusif memperoleh hak yang sama untuk
mengembangkan dirinya dalam upaya mengembangkan potensi dirinya untuk nantinya menjadi
individu yang mandiri dalam memasuki dunia kerja. Peserta didik berkebutuhan khusus tidak
boleh dihadirkan di kelas hanya sebagai “pelengkap penderita” akan tetapi harus diberikan
layanan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan layanan pendidikannya.
Klasifikasi Peserta Didik
Jenis Peserta Didik
Sekolah penyelengggara pendidikan inklusif adalah Lembaga pendidikan yang dihadirkan dengan tujuan
untuk membuka aksesibilitas semua warga masyarakat usia belajar untuk memperoleh layanan
pembelajaran tanpa terhalang oleh hambatan fisik, mental akademik, sensorik dan kondisi sosial
ekonomi. Keragaman peserta didik pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif sangat
beragam, karena sekolah inklusif memberikan akses yang terbuka bagi semua peserta didik.
Peserta didik di sekolah inklusif, ada tiga klasifikasi besar, yaitu:
1. Peserta didik tipikal atau reguler yaitu peserta didik yang tidak memiliki hambatan tertentu,
misalnya hambatan fisik, mental kognitif, sensorik dan hambatan lainnya yang menyebabkan
mereka mengalami kendala dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal.
2. Peserta didik berkebutuhan khusus yaitu peserta didik berkebutuhan khusus adalah peserta
didik yang memiliki kebutuhan belajar dan hambatan tertentu, seperti hambatan penglihatan,
pendengaran, intelektual, fisik, hambatan dengan autistik, dan lainnya seperti anak hiperaktif,
lamban belajar, rendah konsentrasi dan gangguan perilaku tertentu.
3. Peserta didik berkebutuhan layanan khusus yaitu peserta didik dengan kebutuhan layanan
khusus yang mengalami hambatan secara eksternal, seperti anak korban bencana alam, anak
korban HIV, korban kekerasan rumah tangga dan lingkungan.
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang
disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.
Dalam paradigma pendidikan, keberagaman peserta didik yang kebutuhan khusus sangat dihargai karena
setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, setiap anak memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda-beda pula,
sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan
hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak.
Pemahaman anak berkebutuhan khusus terhadap konteks, ada yang bersifat biologis, psikologis,
sosio-kultural. Dasar biologis anak berkebutuhan khusus bisa dikaitkan dengan kelainan genetik dan
menjelaskan secara biologis penggolongan anak berkebutuhan khusus, seperti brain injury yang bisa
mengakibatkan kecacatan tunaganda.
Dalam konteks psikologis, anak berkebutuhan khusus lebih mudah dikenali dari sikap dan perilaku,
seperti gangguan pada kemampuan belajar pada anak slow learner, gangguan kemampuan emosional
dan berinteraksi pada anak autis, gangguan kemampuan berbicara pada anak autis dan Attention Deficit
Hiperaktif Disorder (ADHD). Konsep sosio-kultural mengenal anak berkebutuhan khusus sebagai anak
dengan kemampuan dan perilaku yang tidak pada umumnya, sehingga memerlukan penanganan khusus.
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (Heward, 2002) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang
lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang sangat sukar untuk berhasil di sekolah
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan
memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment,
dan handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai
berikut:
Disability yaitu keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment)
untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya
digunakan dalam level individu.
Impairment yaitu kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi
atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
Handicap yaitu ketidakberuntungan individu yang dihasilkan
dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang
normal pada individu.
Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian anak
luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang
spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan
dalam belajar dan perkembangan. Oleh sebab itu, mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Alimin (2007) yang mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus
dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan dengan hambatan
belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Dengan kata lain, lingkungan belajar,
teknik, media, dan lainnya harus menyesuaikan dengan ABK.
Anak Berkebutuhan Khusus Temporer/Sementara
Alimin (2007) menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus temporer/sementara (temporary special
needs) adalah anak-anak yang mengalami hambatan akibat dari faktor-faktor lingkungan seperti:
1. anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat sering menerima kekerasan dalam
rumah tangga
2. mengalami kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan kasar oleh orang tuanya
3. mengalami kesulitan kumulatif dalam membaca dan berhitung akibat kekeliruan guru dalam
mengajar
4. anak-anak yang mengalami trauma akibat dari bencana alam yang mereka alami.
ABK Permanen dan Temporer
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen (permanently special needs) adalah anak-anak yang
mengalami hambatan dan kebutuhan khusus akibat dari ketidak berfungsian salah satu organ atau bagian
tubuh tertentu. Misalnya, kebutuhan khusus akibat dari kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran,
perkembangan kecerdasan atau kognitif yang rendah, gangguan fungsi gerak atau motorik dan
sebagainya. ABK yang temporer adalah sifat kebutuhannya bersifat sementara dan dapat disebutkan
dengan berbagai layanan yang tepat.
Anak berkebutuhan khusus baik yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen memerlukan
layanan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan-kebutuhannya.
Jenis Hambatan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
Lakukan: Ikuti aktivitas sampai akhir
Anak dengan Hambatan Sensorik - Penglihatan (Tunanetra)
Menurut Gunawan (2011), anak dengan hambatan penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan
daya penglihatan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun
kehidupannya. Dilihat dari sisi kependidikan dan rehabilitasi peserta didik hambatan penglihatan adalah
mereka yang memiki hambatan penglihatan sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam
pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus,
dan atau bantuan lain secara khusus.
Klasifikasi gangguan penglihatan berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan dan dalam perspektif
pendidikan menurut Gunawan (2011) dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok low
vision dan hambatan penglihatan total (Totally Blind).
1. Low Vision
Kelompok ini adalah kelompok hambatan penglihatan yang masih mampu melihat dengan ketajaman
penglihatan (acuity) 20/70. Kelompok ini mampu melihat dari jarak 6 meter, jauh lebih dekat
dibandingkan dengan pelihatan orang normal (21 meter). Gambaran umum dari kelompok ini, mereka
masih mampu mengenal bentuk objek dari berbagai jarak, menghitung jari dari berbagai jarak.
2. Hambatan penglihatan total
Peserta didik dikatakan memiliki hambatan penglihatan secara total mereka yang tidak bisa
memfungsikan kemampuan visualnya tidak memiliki penglihatan atau pun mereka yang bisa merasakan
adanya sinar seperti mengetahui siang dan malam tanpa mengetahui sumber cahayanya.
Akibat dari adanya hambatan ini peserta didik diajarkan untuk memahami kemampuan membaca dan
menulis braille dan orientasi mobilitas (OM) untuk membantu mereka dalam menjalankan daily
activities.
Anak dengan Hambatan Sensorik - Pendengaran (Tunarungu)
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
Menurut Nakata dalam Rahardja (2006) yang mengungkapkan bahwa anak dengan hambatan
pendengaran atau anak tunarungu adalah ereka yang mempunyai kemampuan mendengar di kedua
telinganya hampir di atas 60 desibel, yaitu mereka yang tidak mungkin atau kesulitan secara signifikan
untuk memahami suara pembicaraan normal meskipun dengan mempergunakan alat bantu dengar atau
alat-alat lainnya.
Tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran yang
dialami seseorang. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah hearing impairment, istilah ini menggambarkan
adanya kerusakan atau gangguan secara fisik. Akibat dari adanya kerusakan itu akan mengakibatkan
gangguan pada fungsi pendengaran. Anak mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah
informasi yang bersifat auditif, sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan interaksi dan
komunikasi secara verbal.
Gangguan pendengaran (tuli atau kurang dengar) tunarungu adalah mereka yang tidak mendengar atau
kurang mendengar sebagai akibat pendengarannya yang terganggu fungsi indera pendengarannya baik
menggunakan alat bantu dengar maupun tidak. Namun demikian, mereka masih tetap memerlukan
layanan pendidikan khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek berikut:
1. Aspek Motorik
Anak tunarungu yang tidak memiliki kecacatan lain dapat mencapai tugas-tugas perkembangan
motorik (early major motor milestones), seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa
bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang mendengar (Preisler dalam
Alimin, 2007).
Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan hambatan pendengaran
memiliki kesulitan dalam hal keseimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks (Ittyerah, Sharma,
dalam Alimin, 2007).
2. Aspek bicara dan bahasa
Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang paling banyak
dipengaruhi oleh hambatan pendengaran. Khususnya anak dengan hambatan pendengaran
dibawa sejak lahir. Menurut Rahardja (2006) bagi anak dengan hambatan
pendengaran congenital atau berat, suara yang keras tidak dapat didengarnya meskipun dengan
menggunakan alat bantu dengar.
Individu tersebut tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya belajar
bahasa bibir. Suara yang dikeluarkan oleh anak dengan hambatan pendengaran biasanya sering
sulit untuk dimengerti karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi,
kualitas suara, dan tekanan suara.
Anak dengan Hambatan Mental Kognitif - Hambatan Intelektual (Tunagrahita)
Anak dengan Hambatan Intelektual (Tunagrahita)
Menurut Gunawan (2011) anak mengalami hambatan intelektual adalah anak yang secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata,
sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan
pendidikan khusus. Anak mengalami hambatan intelektual ialah anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai anak mengalami hambatan
intelektual, selalu menunjuk pada keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum berada di bawah usia
kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Potensi dan kemampuan setiap anak anak mengalami hambatan intelektual berbeda-beda, maka untuk
kepentingan pendidikan diperlukan pengelompokkan anak mengalami hambatan intelektual.
Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat
dikelompokkan.
1. Hambatan Intelektual Ringan
Anak mengalami hambatan intelektual ringan umumnya memiliki kondisi fisik yang tidak berbeda.
Mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70 dan juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih
bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak anak mengalami hambatan
intelektual ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
2. Hambatan Intelektual Sedang
Anak anak mengalami hambatan intelektual sedang termasuk kelompok latih. Kondisi fisiknya sudah
dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak mengalami hambatan intelektual yang mempunyai fisik normal.
Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat
kelas 2 SD Umum.
3. Hambatan Intelektual Berat
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara
akademis. Anak anak mengalami hambatan intelektual berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ
mereka rata-rata 30 ke bawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
Anak dengan Hambatan Mental Kognitif - Hambatan Intelektual (Tunagrahita)
Hambatan intelektual mengacu pada intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata.
Anak mengalami hambatan intelektual mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri.
Semua gangguan tersebut berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Lebih lanjut,
Gunawan (2011) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak mengalami hambatan intelektual
apabila memiliki tiga indikator, yaitu:
1. keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata- rata
2. ketidakmampuan dalam prilaku sosial/adaptif
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
3. hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18
tahun.
Anak dengan Hambatan Mental Kognitif - Hambatan Intelektual (Tunagrahita)
Penggolongan anak anak mengalami hambatan intelektual menurut kriteria perilaku adaptif tidak
berdasarkan taraf intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai empat
taraf, yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Secara umum dampak dari gangguan intelektual
dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut.
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari konsep yang
abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang di pelajari apabila tanpa latihan terus menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak mengalami hambatan intelektual berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Anak mengalami hambatan intelektual berat mempunyai
keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun
tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit
menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak mengalami hambatan
intelektual berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti; berpakaian, makan,
mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari
kemampuan dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak mengalami hambatan intelektual ringan dapat
bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai anak mengalami hambatan
intelektual berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak
mengalami hambatan intelektual dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak mengalami hambatan
intelektual berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas.
Anak dengan Hambatan Fisik - Hambatan Anggota Gerak (Tunadaksa)
Anak dengan Hambatan Anggota Gerak (Tunadaksa)
Nakata (2003) dalam Djadja R, (2006) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gangguan gerak
adalah:
1. Mereka yang tingkat kecacatan fisiknya mengakibatkan mereka mengalami kesulitan yang berat
atau ketidakmungkinan melakukan gerak dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti berjalan dan
menulis meskipun dengan memgunakan alat-alat bantu pendukung.
2. Mereka yang tingkat kecacatan fisiknya tidak lebih dari nomor 1 di atas yang selalu memerlukan
observasi dan bimbingan medis.
Pada dasarnya anak gangguan gerak dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system)
2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).
Adapun yang termasuk kelompok pertama, seperti cerebral palsy yang meliputi jenis spastic, athetosis,
rigid, hipotonia, tremor, ataxia, dan campuran.
Sedangkan yang termasuk pada kelompok kedua, seperti poliomyelitis, muscle dystrophy dan spina
bifida. Sedangkan anak anak yang mengalami kelumpuhan yang dikarenakan kerusakan pada otot
motorik yang sering diderita oleh anak-anak pasca polio dan muscle dystrophy lain mengakibatkan
gangguan motorik terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, dan mobilisasi. Ada sebagian anak
dengan gangguan gerak yang berat, ringan, dan sedang. Untuk berpindah tempat perlu alat ambulasi,
juga perlu alat bantu dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak.
Anak dengan Gangguan Perilaku dan Emosi
Menurut Gunawan (2011) anak dengan gangguan perilaku adalah anak yang berperilaku menyimpang
baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat
terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri
maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan
secara khusus.
Di dalam dunia Pendidikan Khusus dikenal dengan nama anak hambatan perilaku dan emosi (behavioral
disorder). Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur:
1. Tingkah laku anak menyimpang dari standar yang diterima umum.
2. Derajat penyimpangan tingkah laku dari standar umum sudah ekstrim.
3. Lamanya waktu pola tingkah laku itu dilakukan.
Secara umum anak hambatan perilaku dan emosi (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Cenderung membangkang.
2. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
3. Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
4. Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
5. Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos jarang masuk sekolah.
Anak Autis
Autisme berdasarkan Individuals with Disabilities Education (IDEA) yang dikutip oleh Rahardja (2006)
adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal dan non
verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh buruk
terhadap kinerja pendidikan anak.
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
Karakteristik yang lain sering menyertai autisme seperti melakukan kegiatan yang berulang-ulang dan
gerakan stereotip, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan dalam rutinitas sehari-
hari, dan memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori. Secara umum anak
autis memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mengalami hambatan di dalam bahasa.
2. Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial.
3. Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan.
4. Kurang memiliki perasaan dan empati.
5. Sering berperilaku di luar kontrol dan meledak-ledak.
6. Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku.
7. Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri.
8. Keterbatasan dalam mengekspresikan diri
9. Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, anak autis ini dapat digolongkan ke dalam beberapa spektrum, yaitu sebagai
berikut:
1. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat tinggi. (High function children
with autism).
2. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat menengah (Middle function
children with autism).
3. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat rendah (Low function children
with autism)
Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa
Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang memiliki bakat istimewa
(talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab
terhadap tugas (task commitment) di atas kemampuan anak-anak seusianya (anak normal), sehingga
untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat
istimewa disebut sebagai gifted & talented children (Dudi Gunawan, 2011).
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya
dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya:
domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai- nilai hidup, domain
aktifitas, serta domain relasi sosial.
Berikut beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa
pada masing-masing domain di atas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak
berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki karakteristik intelektual-kognitif seperti
di bawah ini (Gunwan, 2011):
1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,
pikiran-pikiran kreatif.
2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu menggeneralisasikan suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan
mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan
baik.
8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
10.Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11.Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
12.Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13.Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14.Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15.Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan
cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
Kesulitan Belajar Spesifik (Disleksia, Diskalkulia, Disgrafia)
Anak yang mengalami learning disabilities (LD) atau Specific Learning Diificulties (SLD) secara umum
dapat diartikan suatu kesulitan belajar pada anak yang ditandai oleh ketidakmampuan dalam mengikuti
pelajaran sebagaimana mestinya dan berdampak pada hasil akademiknya. Kesulitan belajar merupakan
hambatan atau gangguan belajar pada anak atau remaja yang ditandai adanya kesenjangan yang
signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai oleh anak
seusianya.
Anak LD atau SLD adalah masalah belajar primer yang disebabkan karena adanya deficit atau kekurangan
fungsi dalam satu atau lebih area inteligensi. Penyebabnya gangguan neurologis dan genetik. Istilah LD
atau SLD hanya dikenakan pada anak-anak yang mempunyai inteligensia normal hingga tinggi.
Gangguan ini merupakan gangguan yang kasat mata, berupa kesalahan dalam hal membaca (disleksia),
menulis (disgrafia), dan berhitung (diskalkulia). Kesalahan yang terjadi akan selalu dalam kesalahan
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
sama secara terus menerus, dan dibawa seumur hidup (long live disabilities). Adapun karakteristiknya
dapat diidentifikasi dari hal-hal berikut ini.
PDBK yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1. Perkembangan kemampuan membaca terlambat
2. Kemampuan memahami isi bacaan rendah
3. Kalau membaca sering banyak kesalahan
PDBK yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
1. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
2. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan
sebagainya
3. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
4. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang
5. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
PDBK yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
1. Sering salah menulis angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya
2. Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.
Akomodasi yang Layak bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Pengantar
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Penerima Manfaat Akomodasi yang Layak
1. Penerima manfaat Akomodasi yang Layak merupakan Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
2. Peserta Didik Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Akomodasi
yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas.
3. Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
1. Penyandang Disabilitas fisik;
2. Penyandang Disabilitas intelektual;
3. Penyandang Disabilitas mental; dan/atau
4. Penyandang Disabilitas sensorik:
1. disabilitas netra; dan/atau
2. disabilitas rungu dan/atau disabilitas wicara.
4. Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dialami secara tunggal,
ganda, atau multi dalam jangka waktu lama yang ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Tenaga medis yang dapat menetapkan ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) meliputi dokter dan/atau dokter spesialis.
6. Dokter dan/atau dokter spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat disediakan oleh
Lembaga Penyelenggara Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, Unit Layanan
Disabilitas, atau orang tua/wali Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
7. Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) juga dapat
dibuktikan dengan kartu Penyandang Disabilitas yang dikeluarkan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Bentuk Akomodasi yang Layak
Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) huruf a PP 13 tahun 2020 adalah sebagai berikut.
*) Sumber: PP 13 Tahun 2020 Tentang Akomodasi yang Layak bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
Link : https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176054/PP_Nomor_13_Tahun_2020.pdf
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Peserta Didik Penyandang Disabilitas Fisik
Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Fisik adalah:
1. ketersediaan aksesibilitas untuk menuju tempat yang lebih tinggi dalam bentuk:
1. bidang miring;
2. lift; dan/atau
3. bentuk lainnya.
2. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi
fisik Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter
spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. fleksibilitas proses pembelajaran;
4. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan;
5. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran;
6. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi;
7. fleksibilitas waktu penyelesaian tugas dan evaluasi;
8. asistensi dalam proses pembelajaran dan evaluasi; dan/atau
9. bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas fisik untuk mendapat
layanan pendidikan.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Peserta Didik Penyandang Disabilitas Intelektual
Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Intelektual adalah:
1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi
intelektual Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter
spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. fleksibilitas proses pembelajaran;
3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan;
4. fleksibilitas dalam perLrmusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran;
5. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi;
6. penyesuaian rasio antara jumlah guru/dosen dengan jumlah Peserta Didik Penyandang Disabilitas
intelektual di kelas;
7. capaian pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing individu Peserta Didik Penyandang Disabilitas intelektual;
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
8. penyediaan pengajaran untuk membangun keterampilan hidup sehari-hari, baik keterampilan
domestik, keterampilan berinteraksi di masyarakat, maupun di tempat berkarya;
9. fleksibilitas waktu penyelesaian tugas dan evaluasi;
10.fleksibilitas masa studi;
11.penyediaan ruang untuk melepas ketegangan/ruang relaksasi;
12.ijazah dan/atau sertifikat kompetensi yang menginformasikan capaian kemampuan Peserta Didik
Penyandang Disabilitas intelektual dalam bentuk deskriptif dan angka; dan/atau
13.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas intelektual untuk
mendapat layanan pendidikan.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Peserta Didik Penyandang Disabilitas Mental
Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Mental adalah:
1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi
mental Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter
spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. fleksibilitas proses pembelajaran;
3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan;
4. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran;
5. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi;
6. fleksibilitas masa studi sesuai dengan kondisi mental Peserta Didik Penyandang Disabilitas
berdasarkan keterangan medis;
7. fleksibilitas waktu penyelesaian tugas dan evaluasi;
8. fleksibilitas waktu untuk tidak mengikuti pembelajaran pada saat Peserta Didik Penyandang
Disabilitas menjalani proses perawatan mental;
9. mendapatkan materi pembelajaran sebelum proses pembelajaran berlangsung;
10.fleksibilitas posisi duduk dan waktu istirahat saat mengikuti proses pembelajaran;
11.ketersediaan layanan tutorial oleh Pendidik atau Peserta Didik lainnya untuk membantu dalam
memahami materi pembelajaran;
12.pemberian bantuan pada saat Peserta Didik Penyandang Disabilitas mental mengalami kondisi
yang tidak memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran;
13.penyediaan ruang untuk melepas ketegangan/ruang relaksasi;
14.fleksibilitas dalam proses pembelajaran dan evaluasi;
15.fleksibilitas tempat pelaksanaan evaluasi; dan/atau
16.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas mental untuk mendapat
layanan pendidikan.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Peserta Didik Penyandang Disabilitas Netra
Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Netra adalah:
1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi
sensorik netra Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau
dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. fleksibilitas proses pembelajaran;
3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan;
4. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran;
5. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi;
6. penerapan standar laman yang aksesibel dalam penggunaan teknologi, aplikasi, dan peralatan
berbasis teknologi baik dalam sistem pendaftaran, administrasi, proses belajar mengajar,
maupun evaluasi;
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
7. penyediaan denah timbul/maket yang menggambarkan lingkungan fisik sekolah/kampus
Lembaga Penyelenggara Pendidikan;
8. layanan pendampingan untuk orientasi lingkungan fisik sekolah/kampus Lembaga Penyelenggara
Pendidikan;
9. sosialisasi sistem pembelajaran termasuk sistem layanan perpustakaan di kampus Lembaga
Penyelenggara Pendidikan;
10.penyerahan materi pembelajaran/perkuliahan sebelum dimulai kegiatan
pembelajaran/perkuliahan;
11.penyesuaian format media atau materi pembelajaran serta sumber belajar yang aksesibel;
12.penyesuaian strategi pembelajaran untuk muatan pembelajaran khususnya matematika, fisika,
kimia, dan statistik;
13.modifikasi materi pembelajaran, pemberian tugas, dan evaluasi untuk muatan pembelajaran
khususnya olah raga, seni rupa, sinematograh, menggambar, dan yang sejenisnya;
14.ketersediaan Pendidik atau alat media yang dapat membacakan tulisan yang disajikan di papan
tuiis/layar dalam proses belajar di kelas;
15.penyediaan sumber baca, informasi, dan layanan perpustakaan yang mudah diakses;
16.penyesuaian cara, bentuk penyajian, dan waktu pengerjaan tugas dan evaluasi termasuk melalui:
1. penyajian naskah dalam format braille terutama untuk naskah yang banyak menggunakan
simbol khusus seperti matematika, kimia, dan bahasa Arab;
2. modifikasi penyajian soal yang menampilkan gambar dan bagan dalam bentuk gambar
timbul yang telah disederhanakan, deskripsi gambar, atau penggunaan alat peraga;
3. penyajian soal ujian dalam bentuk softcopy, yang dioperasikan dan dikerjakan dengan
menggunakan komputer bicara yaitu komputer yang dilengkapi perangkat lunak pembaca
layar;
4. pembacaan soal ujian oleh petugas pembaca;
5. perpanjangan waktu dalam penyelesaian tugas; dan
6. perpanjangan waktu paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari waktu yang ditentukan
untuk pelaksanan evaluasi yang menggunakan format braille atau dibacakan; dan/atau
17.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas netra untuk mendapat
layanan pendidikan.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Peserta Didik Penyandang Disabilitas Rungu atau Wicara
Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Rungu atau Wicara adalah:
1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi
intelektual Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara
berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. fleksibilitas proses pembelajaran;
3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan;
4. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran;
5. komunikasi, informasi, dan/atau instruksi dalam proses pembelajaran dan evaluasi menggunakan
cara yang sesuai dengan pilihan masing-masing Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau
Penyandang Disabilitas wicara;
6. pendampingan di kelas baik oleh juru bahasa isyarat maupun oleh juru catat jika Pendidik tidak
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat;
7. fleksibilitas pengerjaan tugas dan evaluasi menggunakan tulisan, presentasi lisan dengan
bantuan juru bahasa isyarat, presentasi video, animasi, dan bentuk audio visual lain;
8. fleksibilitas waktu pengerjaan tugas dan evaluasi;
9. modifikasi tugas dan evaluasi pelajaran bahasa asing yang dikonversi dalam bentuk tugas tertulis;
10.fleksibilitas posisi duduk sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Peserta Didik Penyandang
Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara dan posisi Pendidik menghadap ke Peserta
Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara dalam menyampaikan
materi pembelajaran; dan/atau
11.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang
Disabilitas wicara untuk mendapat layanan pendidikan.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Peserta Didik Penyandang Disabilitas Ganda atau Multi
Pada Pasal 16,
1. Bentuk Akomodasi yang layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (4) bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas ganda atau multi berupa:
1. Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas ganda atau multi
disediakan dalam bentuk kombinasi dari Akomodasi yang Layak bagi ragam Penyandang
Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 15; dan
2. komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk Peserta Didik Penyandang
Disabilitas netra dan Penyandang Disabilitas rungu menggunakan bahasa isyarat raba.
2. Bahasa isyarat raba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Menteri.
3. Menteri dalam menetapkan bahasa isyarat raba sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melibatkan
organisasi Penyandang Disabilitas yang mewakili Penyandang Disabilitas netra dan Penyandang
Disabilitas rungu.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan
pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang
diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik
penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau
terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif
maupun khusus.
Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
Lakukan: Ikuti aktivitas sampai akhir
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik
Anak dengan Hambatan Penglihatan (Tunanetra)
Layanan khusus dalam pendidikan bagi anak dengan gangguan penglihatan yaitu dalam membaca
menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang hambatan penglihatan total. Bagi yang masih
memiliki sisa penglihatan diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat
diraba dan didengar atau diperbesar. Di samping itu, diperlukan latihan Orientasi dan Mobilitas (OM)
yang penerapannya bukan hanya di sekolah, melainkan dapat diterapkan di lingkungan tempat
tinggalnya.
Seseorang dikatakan hambatan penglihatan total atau buta total (totally blind) jika mengalami
hambatan visual yang sangat berat sampai tidak dapat melihat sama sekali. Penyandang buta total
mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Orang
seperti ini biasanya mempergunakan huruf Braille sebagai media membaca dan memerlukan latihan
orientasi dan mobilitas.
Hambatan penglihatanan akan berdampak dalam kemampuan kognitif, kemampuan akademis, sosial
emosional, perilaku, perkembangan bahasa, perkembangan motorik, orientasi dan mobilitas
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik
Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu)
Seperti sudah dikemukan sebelumnya, peserta didik yang mengalami hambatan pendengaran perlu Alat
Bantu Dengar (ABD), tetapi walaupun telah diberikan pertolongan dengan ABD, mereka masih tetap
memerlukan layanan pendidikan khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek di
bawah ini.
a. Aspek Motorik
Anak tunarungu yang tidak memiliki hambatan lain dapat mencapai tugas-tugas perkembangan
motorik (early major motor milestones), seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan
berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang mendengar (Preisler, 1995, dalam Alimin, 2007).
Namun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami hambatan
pendengaran memiliki kesulitan dalam hal kesimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks.
b. Aspek bicara dan bahasa
Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang paling banyak dipengaruhi
oleh peserta didik hambatan pendengaran. Khususnya anak-anak yang mengalami hambatan
pendengaran dibawa sejak lahir. Menurut Rahardja (2006) bagi individu yang congenital atau berat,
suara yang keras tidak dapat didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar.
Individu ini tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya belajar bahasa bibir.
Suara yang dikeluarkan oleh individu dengan hambatan pendengaran biasanya sering sulit untuk
dimengerti, karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas suara,
dan tekanan suara.
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu)
Kebutuhan pembelajaran peserta didik hambatan pendengaran menurut Gunawan (2011) secara umum
tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Akan tetapi, mereka memerlukan perhatian dalam
kegiatan pembelajaran antara lain:
1. Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya.
2. Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca
bibir guru.
3. Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan.
4. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi
berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak.
5. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Mental Kognitif
Anak dengan Hambatan Intelektual (Tunagrahita)
Pendidikan bagi peserta didik anak mengalami hambatan intelektual seharusnya ditujukan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Secara umum kebutuhan pembelajaran
anak anak mengalami hambatan intelektual adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan anak mengalami hambatan intelektual dengan anak normal dalam proses belajar
adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya.
2. Perbedaan karakteristik belajar anak anak mengalami hambatan intelektual dengan anak
sebayanya, anak anak mengalami hambatan intelektual mengalami masalah dalam hal yaitu:
1. Tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah
2. Melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru
3. Minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas.
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Fisik
Anak dengan Hambatan Gerak Anggota Tubuh (Tunadaksa)
Pendidikan bagi peserta didik anak mengalami hambatan intelektual seharusnya ditujukan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Secara umum kebutuhan pembelajaran
anak anak mengalami hambatan intelektual adalah sebagai berikut.
1. Perbedaan anak mengalami hambatan intelektual dengan anak normal dalam proses belajar
adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya.
2. Perbedaan karakteristik belajar anak anak mengalami hambatan intelektual dengan anak
sebayanya, anak anak mengalami hambatan intelektual mengalami masalah dalam hal yaitu:
1. Tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah
2. Melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru
3. Minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Perilaku dan Emosi
Kebutuhan pembelajaran bagi anak hambatan perilaku dan emosi yang harus diperhatikan oleh guru
antara lain adalah:
1. Mengetahui strategi pencegahan dan intervensi bagi individu yang beresiko mengalami gangguan
emosi dan perilaku.
2. Menggunakan variasi teknik yang tidak kaku dan keras untuk mengontrol tingkah laku target dan
menjaga atensi dalam pembelajaran.
3. Menjaga rutinitas pembelajaran dengan konsisten, dan terampil dalam problem solving dan
mengatasi konflik.
4. Merencanakan dan mengimplementasikan reinforcement secara individual dan modifikasi
lingkungan dengan level yang sesuai dengan tingkat perilaku.
5. Mengintegrasikan proses belajar mengajar (akademik), pendidikan afektif, dan manajemen
perilaku baik secara individual maupun kelompok.
6. Melakukan asesmen atas tingkah laku sosial yang sesuai dan problematik pada siswa secara
individual.
7. Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi setiap anak.
8. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi oleh setiap anak.
9. Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan minat anak.
10.Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan sehari-hari, dan contoh dari
lingkungan.
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya
Kebutuhan Pembelajaran Anak Cerdas dan Bakat Istimewa
Kebutuhan pembelajaran bagi anak cerdas istimewa dan bakat istimewa adalah sebagai berikut.
1. Program pengayaan horisontal, meliputi:
1. Mengembangkan kemampuan eksplorasi.
2. Mengembangkan pengayaan dalam arti memperdalam dan memperluas hal-hal yang ada di luar
kurikulum biasa.
3. Eksekutif intensif dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang
tertentu yang diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu.
2. Program pengayaan vertikal, yaitu:
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
1. Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan
kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu, atau tingkatan kelas.
2. Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk belajar dan menjelajahi
sendiri bidang yang diminati.
3. Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented dengan para ahli yang
ada di masyarakat.
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Autism
Kebutuhan pembelajaran bagi anak anak autis adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam seting kelompok.
2. Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-perilaku negatif yang
muncul dan mengganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip).
3. Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan.
4. Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak,
sehingga tingkah laku anak dapat dikendalikan pada hal yang diharapkan.
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya
Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Kesulitan Belajar Spesifik
Peserta didik yang mengalami hambatan belajar spesifik (disleksia, diskalkulia, disgrafia) perlu adanya
intervensi yang melibatkan seluruh indera dalam proses belajar mengajarnya. Salah satu teknik yang
dapat diterapkan adalah teknik multi sensori. Berikut hal-hal yang harus dilakukan guru dalam
menangani di dalam kelas;
1. Perkenalkan belajar alfabet secara sekuensial (berurutan) secara bertahap dan berurut.
2. Alfabet diperkenalkan menggunakan huruf-huruf dari kayu atau plastik, sehingga anak dapat
melihat huruf, mengambilnya, merasakannya dengan mata terbuka atau tertutup dan
mengucapkan bunyinya.
3. Peserta didik perlu tahu bahwa huruf /i/ muncul sebelum /k/, Alfabet dapat dibagi ke dalam
beberapa kelompok, yang membuat mudah anak mengingat di kelompok mana huruf tersebut
berada.
4. Menyortir dan mencocokkan huruf kapital, huruf kecil, bentuk cetak, dan tulisan tangan dari
huruf; melatih keterampilan sequencing dengan huruf dan bentuk-bentuk terpotong; dan melatih
menempatkan tiap huruf dalam alfabet dalam hubungannya dengan huruf lain.
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus
Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo)
Tes Formatif Keberagaman jenis kebutuhan peserta didik
1. Peserta didik yang menunjukkan perilaku unik dan asyik dengan dirinya sendiri, tidak memiliki minat
untuk bekerjasama dengan teman-temnnya, enggan berkomunikasi untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Karakteristik tersebut lebih tepat menggambarkan ciri perilaku PDBK dengan jenis
hambatan....
a) Tunagrahita
b) Tuna rungu
c) Tuna daksa
d) Tuna netra
e) Autism
2. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling tepat menggambarkan pernyataan tentang makna
keberagaman peserta didik
a) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif yang menerima perbedaan peserta didik secara fisik,
mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi perbedaan
tersebut dalam proses pembelajaran
b) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif yang menerima perbedaan peserta didik secara fisik,
mental, akademik, sosial budaya dan sekolah berupaya mengakomodasi perbedaan tersebut
dalam proses pembelajaran
c) Kondisi nyata yang tidak diharapkan di sekolah inklusif yang menerima perbedaan peserta didik
secara fisik, mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi
perbedaan tersebut dalam proses pembelajaran
d) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif tidak menerima perbedaan peserta didik secara fisik,
mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi perbedaan
tersebut dalam proses pembelajaran
e) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif yang mengharuskan adanya persamaan peserta didik
secara fisik, mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi
perbedaan tersebut dalam proses pembelajaran
3. Keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari inpairment) untuk menmpilkan
aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level
individu. Pernyataan ini lebih menggambarkan makna dari...
a) Disability
b) Impairment
c) Under Actuality
d) Under Achievment
e) Handicapped
4. Dalam pembelajaran dikelas, guru melibatkan anak berkebutuhan khusus untuk terlibat secara aktif
dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak berkebutuhan
khusus. Sifat kegiatan ini adalah lebih tepat menggambarkan konsep....
a) To live
b) To Learn
c) To Play
d) To Love
e) To Work
5. Guru disekolah inklusif yang memiliki peserta didik berkebutuhan dengan hambatan pendengaran
harus memberikan layanan kebutuhan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dasar,
berupa..
a) Kestabilan Emosi
b) Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi
c) Kemampuan Activity Daily Living
d) Kemampuan Mobilitas
e) Kemampuan Berperilaku Adaptif
Sumber : gpk.simpkb.id
gpk.gtk.kemdikbud.go.id
Kementrian Pendidikan, Keudayaan, Riset, dan Teknologi
Bimtek Guru Pembimbing Khusus

More Related Content

Similar to Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo Konsep Keberagaman Peserta Didik + Soal formatif

Pendidikan Inklusif 2023 Final.pptx
Pendidikan Inklusif 2023 Final.pptxPendidikan Inklusif 2023 Final.pptx
Pendidikan Inklusif 2023 Final.pptxSamui Ai
 
perbedaan sosiokultural
perbedaan sosiokultural perbedaan sosiokultural
perbedaan sosiokultural FahrulRosyid1
 
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUDPendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUDWiwin Hendriani
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususMakalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
 
Pendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxPendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxgumgumgumelar1
 
MODUL 3 ABK.pptx
MODUL 3 ABK.pptxMODUL 3 ABK.pptx
MODUL 3 ABK.pptxAdinAladin1
 
Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didikKarakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didikYuna Van Basthom
 
Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi
Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusiRevisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi
Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusiDwii S
 
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptxModul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptxNyobaEmpat
 
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahPendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahHon Shan Shan
 
PDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptxPDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptxShantiUmar1
 
PDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptxPDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptxShantiUmar1
 
1. Pengertian Pend. Inklusi.pptx
1. Pengertian  Pend. Inklusi.pptx1. Pengertian  Pend. Inklusi.pptx
1. Pengertian Pend. Inklusi.pptxKhobit
 
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...ZainulHasan13
 

Similar to Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo Konsep Keberagaman Peserta Didik + Soal formatif (20)

Pendidikan Inklusif 2023 Final.pptx
Pendidikan Inklusif 2023 Final.pptxPendidikan Inklusif 2023 Final.pptx
Pendidikan Inklusif 2023 Final.pptx
 
perbedaan sosiokultural
perbedaan sosiokultural perbedaan sosiokultural
perbedaan sosiokultural
 
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUDPendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususMakalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
 
Pendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxPendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptx
 
Inklusi
InklusiInklusi
Inklusi
 
MODUL 3 ABK.pptx
MODUL 3 ABK.pptxMODUL 3 ABK.pptx
MODUL 3 ABK.pptx
 
Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didikKarakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik
 
makalah kelompok 8
makalah kelompok 8makalah kelompok 8
makalah kelompok 8
 
LIRP1-2016
LIRP1-2016LIRP1-2016
LIRP1-2016
 
Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi
Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusiRevisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi
Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi
 
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptxModul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
 
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahPendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
 
PDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptxPDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptx
 
PDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptxPDM – 12 - DIKSUS.pptx
PDM – 12 - DIKSUS.pptx
 
1. Pengertian Pend. Inklusi.pptx
1. Pengertian  Pend. Inklusi.pptx1. Pengertian  Pend. Inklusi.pptx
1. Pengertian Pend. Inklusi.pptx
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 
Karya ilmiah3
Karya ilmiah3Karya ilmiah3
Karya ilmiah3
 
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-5 SMP Ibrahimy Sistem du...
 
Abk
AbkAbk
Abk
 

More from ZainulHasan13

Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji FitrianiPembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji FitrianiZainulHasan13
 
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji FitrianiMemilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji FitrianiZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejoPenilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejoZainulHasan13
 
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerakPenilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerakZainulHasan13
 
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...ZainulHasan13
 
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMPSoal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMPZainulHasan13
 
Ulangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptxUlangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptxZainulHasan13
 
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptxTry Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptxPenilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptxPenilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptxPenilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptxPenilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptxPenilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptxPenilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptxPenilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptxZainulHasan13
 
Bahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks NaratifBahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks NaratifZainulHasan13
 
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 SukorejoWawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 SukorejoZainulHasan13
 
Motivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLSMotivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLSZainulHasan13
 
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)ZainulHasan13
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdfModul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdfZainulHasan13
 

More from ZainulHasan13 (20)

Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji FitrianiPembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
 
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji FitrianiMemilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
 
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejoPenilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
 
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerakPenilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
 
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
 
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMPSoal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
 
Ulangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptxUlangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptx
 
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptxTry Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
 
Penilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptxPenilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptx
 
Penilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptxPenilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptx
 
Penilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptxPenilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptx
 
Penilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptxPenilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptx
 
Penilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptxPenilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptx
 
Penilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptxPenilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptx
 
Penilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptxPenilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptx
 
Bahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks NaratifBahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks Naratif
 
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 SukorejoWawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
 
Motivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLSMotivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLS
 
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdfModul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
 

Recently uploaded

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo Konsep Keberagaman Peserta Didik + Soal formatif

  • 1. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) Materi Pembelajaran Hari 3 11102022 Sharing Hasil Bimtek Guru Pembimbing Khusus SMP Ibrahimy 1 Sukorejo Konsep Keberagaman Peserta didik Ada beberapa peserta didik yang memiliki keberagaman seperti: Keberagaman Fisik: Ada peserta didik yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuran pada kelasnya Ada peserta didik yang gemuk. Sedang, kurus untuk ukuran pada kelasnya Ada peserta didik jenis kelamin dan perempuan Ada peserta yang memiliki kelengkapan dan fungsi standar pada anggota tubuhnya, ada juga peserta didik yang memiliki hambatan dalam kelengkapan dan fungsi anggota tubuhnya. Keberagaman Sensorik: Ada peserta didik yang memiliki penglihatan tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan penglihatan Ada peserta didik yang memiliki pendengaran tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan pendengaran Keberagaman Sosial ekonomi dan demografis: Ada peserta didik dari keluarga kaya, sedang, miskin Ada peserta didik dari perkotaan dan pedesaan Ada peserta didik yang tinggal di perumahan dan masyarakat/perkampungan Keragaman jenis lainnya: Ada peserta dengan hambatan perilaku dan emosi, kesulitan belajar spesifik, autis, dan sebagainya Kemudian Sikap dan tindakan yang harus lakukan guru terhadap keberagaman peserta didik: Menerima keragamaan peserta didik yang ada di kelas Memahami perbedaan unik setiap individu peserta didik Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan ramah bagi semua peserta didik Memberikan kebutuhan layanan pembelajaran, khususnya bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus dengan tetap memberikan perhatian yang sama untuk kelas. Pendahuluan Peserta didik di sekolah inklusif beragam jenisnya, ada peserta didik tipikal atau reguler dan peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik tipikal adalah peserta didik yang tidak memiliki hambatan siginifikan (berarti), pada sisi fisik, mental kognitif maupun pada sensori, sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal tanpa memerlukan layanan pendidikan secara khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki hambatan signifikan, baik pada fisik, mental, kognitif maupun sensorik, sehingga mereka memerlukan layanan kebutuhan pendidikan khusus untuk dapat belajar bersama siswa reguler. Perbedaan peserta didik tipikal dan peserta didik berkebutuhan khusus lebih tepat disebut sebagai “keberagaman peserta didik”. Setiap peserta didik harus mendapatkan layanan pembelajaran untuk meningkatkan “kualitas hidup peserta didik. Ada 4 hak peserta didik untuk mendapatkan kualitas hidup, yaitu: to live, to love, to play, dan to work”. Pengertian Keberagaman Peserta Didik Keberagaman peserta didik di kelas inklusif memiliki karakteristik tersendiri, baik pada peserta didik reguler maupun pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Keberadaan PDBK dipayungi Undang Undang Dasar 1945 pasal 31, ayat 1 mengamanatkan bahwa; “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan” dan ayat 2; “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’. Dengan demikian, peserta didik dalam kelas walaupun berbeda keyakinan, fisik, gender, latar belakang keluarga, harapan, kemampuan, kelebihan peserta didik memiliki hak untuk belajar. Implementasi di kelas, guru secara perlahan dan pasti memberikan penanaman sikap simpati dan empati kepada peserta didik reguler bahwa dalam masyarakat itu memiliki karakteristik keragaman bentuk, keyakinan, sosial, dan karakter peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan demikian, ciptakan susana kebersamaan dalam berbagai aktivitas agar seluruh peserta didik membaur dan saling interaksi, sehingga akan tampak mereka bersosialisasi dan saling tolong menolong antarsesama. Guru sangat penting memberikan wawasan kepada peserta didik bahwa masyarakat majemuk tradisional perlu mempertimbangkan adanya pluralitas horizontal (adanya perbedaan etnik, sub-sub etnik) dan pluralitas vertical (adanya pelapisan-pelapisan sosial). Penamaan istilah “peserta didik” kepada siswa di sekolah dewasa ini sudah tepat, mengingat cara pandang ini yang lebih positif dibanding dengan istilah “murid atau siswa”. Hal ini, kata “peserta didik” dapat mengakomodasi keberagaman peserta didik dalam melihat kebutuhannya. Kata “kebutuhan khusus” menjadi dasar dalam melihat apa yang menjadi masalah dan kebutuhan peserta didik dan bukan pada label yang menyertainya. Oleh karena itu, guru hendaknya memandang setiap Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) memiliki karakteristik unik. Karakteristik PDBK ini
  • 2. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) berkaitan dengan bagaimana cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan khususnya. Pandangan ini akan menuntun guru dalam menyusun akomodasi program untuk mengatasi hambatan dan mengoptimalkan potensi peserta didik. Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa dalam Kompetensi Paedagogik Guru salah satunya adalah memahami krakteristik peserta didik maka diharapkan sebelaum melakukan pembelajaran setiap guru dapat melakukan identifikasi dan asesmen. Hal ini untuk dijadikan sebagai dasar dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Indikator Kualitas Hidup Peserta Didik Kebearagaman peserta didik di sekolah inlklusif adalah suatu kenyataan yang untuk dibuat sebagai “sesuatu yang aneh” akan tetapi keberagaman peserta didik tersebut harus menjadi sebuah “tantangan” bagi guru untuk memberikan layanan pembelajaran akomodatif bagi setiap peserta didik. Peserta didik reguler maupun peserta didik berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan pembelajaran dalam upaya mencapai kualitas hidup. Ada empat indikator kualitas hidup bagi setiap peserta didik, yakni sebagai berikut: 1. To Live, setiap peserta didik di sekolah inklusif memilki hak untuk hidup mengembangkan potensi dirinya, tanpa harus terhalangi atau dibatasi oleh kondisi hambatan yang dimilikinya. Peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah inklusif tidak boleh dibiarkan hanya sebagai “pelengkap kuota kelas inklusif”, tetapi keberadaan peserta didik di kelas inklusif harus menjadi tantangan bagi guru untuk berkreatif dalam mengembangkan layanan pembelajaran akomodatif. 2. To Love, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus merasa terlindungi, mengikuti kegiatan pembelajaran dan aktivitas sekolah lainnya secara ramah, nyaman dan tidak dibiarkan mendapat bully dari peserta didik lainnya. Bahkan guru harus mengembangkan sikap saling menyayangi, mencintai sebagai sesama warga sekolah. 3. To Play, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus memperooleh kesempatan yang sama untuk mengikuti aktivitas belajar secara aktif dan bermain di sekolah, seperti dalam diskusi kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, dan perlombaan yang diadakan sekolah. Peserta didik berkebutuhan khusus harus memperoleh hak yang sama untuk memperoleh kesempatan aktivitas permainan di kelas dan lingkungan sekolah. 4. To Work, setiap peserta dididk di sekolah inklusif memperoleh hak yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam upaya mengembangkan potensi dirinya untuk nantinya menjadi individu yang mandiri dalam memasuki dunia kerja. Peserta didik berkebutuhan khusus tidak boleh dihadirkan di kelas hanya sebagai “pelengkap penderita” akan tetapi harus diberikan layanan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan layanan pendidikannya. Klasifikasi Peserta Didik Jenis Peserta Didik Sekolah penyelengggara pendidikan inklusif adalah Lembaga pendidikan yang dihadirkan dengan tujuan untuk membuka aksesibilitas semua warga masyarakat usia belajar untuk memperoleh layanan pembelajaran tanpa terhalang oleh hambatan fisik, mental akademik, sensorik dan kondisi sosial ekonomi. Keragaman peserta didik pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif sangat beragam, karena sekolah inklusif memberikan akses yang terbuka bagi semua peserta didik. Peserta didik di sekolah inklusif, ada tiga klasifikasi besar, yaitu: 1. Peserta didik tipikal atau reguler yaitu peserta didik yang tidak memiliki hambatan tertentu, misalnya hambatan fisik, mental kognitif, sensorik dan hambatan lainnya yang menyebabkan mereka mengalami kendala dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal. 2. Peserta didik berkebutuhan khusus yaitu peserta didik berkebutuhan khusus adalah peserta didik yang memiliki kebutuhan belajar dan hambatan tertentu, seperti hambatan penglihatan, pendengaran, intelektual, fisik, hambatan dengan autistik, dan lainnya seperti anak hiperaktif, lamban belajar, rendah konsentrasi dan gangguan perilaku tertentu. 3. Peserta didik berkebutuhan layanan khusus yaitu peserta didik dengan kebutuhan layanan khusus yang mengalami hambatan secara eksternal, seperti anak korban bencana alam, anak korban HIV, korban kekerasan rumah tangga dan lingkungan. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Anak Berkebutuhan Khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Dalam paradigma pendidikan, keberagaman peserta didik yang kebutuhan khusus sangat dihargai karena setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap anak memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda-beda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak. Pemahaman anak berkebutuhan khusus terhadap konteks, ada yang bersifat biologis, psikologis, sosio-kultural. Dasar biologis anak berkebutuhan khusus bisa dikaitkan dengan kelainan genetik dan menjelaskan secara biologis penggolongan anak berkebutuhan khusus, seperti brain injury yang bisa mengakibatkan kecacatan tunaganda. Dalam konteks psikologis, anak berkebutuhan khusus lebih mudah dikenali dari sikap dan perilaku, seperti gangguan pada kemampuan belajar pada anak slow learner, gangguan kemampuan emosional dan berinteraksi pada anak autis, gangguan kemampuan berbicara pada anak autis dan Attention Deficit Hiperaktif Disorder (ADHD). Konsep sosio-kultural mengenal anak berkebutuhan khusus sebagai anak dengan kemampuan dan perilaku yang tidak pada umumnya, sehingga memerlukan penanganan khusus.
  • 3. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (Heward, 2002) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang sangat sukar untuk berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut: Disability yaitu keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu. Impairment yaitu kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ. Handicap yaitu ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu. Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh sebab itu, mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Alimin (2007) yang mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Dengan kata lain, lingkungan belajar, teknik, media, dan lainnya harus menyesuaikan dengan ABK. Anak Berkebutuhan Khusus Temporer/Sementara Alimin (2007) menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus temporer/sementara (temporary special needs) adalah anak-anak yang mengalami hambatan akibat dari faktor-faktor lingkungan seperti: 1. anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat sering menerima kekerasan dalam rumah tangga 2. mengalami kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan kasar oleh orang tuanya 3. mengalami kesulitan kumulatif dalam membaca dan berhitung akibat kekeliruan guru dalam mengajar 4. anak-anak yang mengalami trauma akibat dari bencana alam yang mereka alami. ABK Permanen dan Temporer Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen (permanently special needs) adalah anak-anak yang mengalami hambatan dan kebutuhan khusus akibat dari ketidak berfungsian salah satu organ atau bagian tubuh tertentu. Misalnya, kebutuhan khusus akibat dari kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, perkembangan kecerdasan atau kognitif yang rendah, gangguan fungsi gerak atau motorik dan sebagainya. ABK yang temporer adalah sifat kebutuhannya bersifat sementara dan dapat disebutkan dengan berbagai layanan yang tepat. Anak berkebutuhan khusus baik yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan-kebutuhannya. Jenis Hambatan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Lakukan: Ikuti aktivitas sampai akhir Anak dengan Hambatan Sensorik - Penglihatan (Tunanetra) Menurut Gunawan (2011), anak dengan hambatan penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya. Dilihat dari sisi kependidikan dan rehabilitasi peserta didik hambatan penglihatan adalah mereka yang memiki hambatan penglihatan sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus, dan atau bantuan lain secara khusus. Klasifikasi gangguan penglihatan berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan dan dalam perspektif pendidikan menurut Gunawan (2011) dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok low vision dan hambatan penglihatan total (Totally Blind). 1. Low Vision Kelompok ini adalah kelompok hambatan penglihatan yang masih mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity) 20/70. Kelompok ini mampu melihat dari jarak 6 meter, jauh lebih dekat dibandingkan dengan pelihatan orang normal (21 meter). Gambaran umum dari kelompok ini, mereka masih mampu mengenal bentuk objek dari berbagai jarak, menghitung jari dari berbagai jarak. 2. Hambatan penglihatan total Peserta didik dikatakan memiliki hambatan penglihatan secara total mereka yang tidak bisa memfungsikan kemampuan visualnya tidak memiliki penglihatan atau pun mereka yang bisa merasakan adanya sinar seperti mengetahui siang dan malam tanpa mengetahui sumber cahayanya. Akibat dari adanya hambatan ini peserta didik diajarkan untuk memahami kemampuan membaca dan menulis braille dan orientasi mobilitas (OM) untuk membantu mereka dalam menjalankan daily activities. Anak dengan Hambatan Sensorik - Pendengaran (Tunarungu)
  • 4. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) Menurut Nakata dalam Rahardja (2006) yang mengungkapkan bahwa anak dengan hambatan pendengaran atau anak tunarungu adalah ereka yang mempunyai kemampuan mendengar di kedua telinganya hampir di atas 60 desibel, yaitu mereka yang tidak mungkin atau kesulitan secara signifikan untuk memahami suara pembicaraan normal meskipun dengan mempergunakan alat bantu dengar atau alat-alat lainnya. Tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran yang dialami seseorang. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah hearing impairment, istilah ini menggambarkan adanya kerusakan atau gangguan secara fisik. Akibat dari adanya kerusakan itu akan mengakibatkan gangguan pada fungsi pendengaran. Anak mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah informasi yang bersifat auditif, sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan interaksi dan komunikasi secara verbal. Gangguan pendengaran (tuli atau kurang dengar) tunarungu adalah mereka yang tidak mendengar atau kurang mendengar sebagai akibat pendengarannya yang terganggu fungsi indera pendengarannya baik menggunakan alat bantu dengar maupun tidak. Namun demikian, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek berikut: 1. Aspek Motorik Anak tunarungu yang tidak memiliki kecacatan lain dapat mencapai tugas-tugas perkembangan motorik (early major motor milestones), seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang mendengar (Preisler dalam Alimin, 2007). Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan hambatan pendengaran memiliki kesulitan dalam hal keseimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks (Ittyerah, Sharma, dalam Alimin, 2007). 2. Aspek bicara dan bahasa Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang paling banyak dipengaruhi oleh hambatan pendengaran. Khususnya anak dengan hambatan pendengaran dibawa sejak lahir. Menurut Rahardja (2006) bagi anak dengan hambatan pendengaran congenital atau berat, suara yang keras tidak dapat didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar. Individu tersebut tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya belajar bahasa bibir. Suara yang dikeluarkan oleh anak dengan hambatan pendengaran biasanya sering sulit untuk dimengerti karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas suara, dan tekanan suara. Anak dengan Hambatan Mental Kognitif - Hambatan Intelektual (Tunagrahita) Anak dengan Hambatan Intelektual (Tunagrahita) Menurut Gunawan (2011) anak mengalami hambatan intelektual adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. Anak mengalami hambatan intelektual ialah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai anak mengalami hambatan intelektual, selalu menunjuk pada keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum berada di bawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. Potensi dan kemampuan setiap anak anak mengalami hambatan intelektual berbeda-beda, maka untuk kepentingan pendidikan diperlukan pengelompokkan anak mengalami hambatan intelektual. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat dikelompokkan. 1. Hambatan Intelektual Ringan Anak mengalami hambatan intelektual ringan umumnya memiliki kondisi fisik yang tidak berbeda. Mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70 dan juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak anak mengalami hambatan intelektual ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum. 2. Hambatan Intelektual Sedang Anak anak mengalami hambatan intelektual sedang termasuk kelompok latih. Kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak mengalami hambatan intelektual yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 2 SD Umum. 3. Hambatan Intelektual Berat Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak anak mengalami hambatan intelektual berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 ke bawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain. Anak dengan Hambatan Mental Kognitif - Hambatan Intelektual (Tunagrahita) Hambatan intelektual mengacu pada intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Anak mengalami hambatan intelektual mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua gangguan tersebut berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Lebih lanjut, Gunawan (2011) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak mengalami hambatan intelektual apabila memiliki tiga indikator, yaitu: 1. keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata- rata 2. ketidakmampuan dalam prilaku sosial/adaptif
  • 5. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) 3. hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun. Anak dengan Hambatan Mental Kognitif - Hambatan Intelektual (Tunagrahita) Penggolongan anak anak mengalami hambatan intelektual menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan taraf intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai empat taraf, yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Secara umum dampak dari gangguan intelektual dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut. 1. Lamban dalam mempelajari hal-hal baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari konsep yang abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang di pelajari apabila tanpa latihan terus menerus. 2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. 3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak mengalami hambatan intelektual berat. 4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Anak mengalami hambatan intelektual berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala. 5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak mengalami hambatan intelektual berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti; berpakaian, makan, mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar. 6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak mengalami hambatan intelektual ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai anak mengalami hambatan intelektual berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak mengalami hambatan intelektual dalam memberikan perhatian terhadap lawan main. 7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak mengalami hambatan intelektual berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Anak dengan Hambatan Fisik - Hambatan Anggota Gerak (Tunadaksa) Anak dengan Hambatan Anggota Gerak (Tunadaksa) Nakata (2003) dalam Djadja R, (2006) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gangguan gerak adalah: 1. Mereka yang tingkat kecacatan fisiknya mengakibatkan mereka mengalami kesulitan yang berat atau ketidakmungkinan melakukan gerak dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti berjalan dan menulis meskipun dengan memgunakan alat-alat bantu pendukung. 2. Mereka yang tingkat kecacatan fisiknya tidak lebih dari nomor 1 di atas yang selalu memerlukan observasi dan bimbingan medis. Pada dasarnya anak gangguan gerak dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu: 1. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system) 2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system). Adapun yang termasuk kelompok pertama, seperti cerebral palsy yang meliputi jenis spastic, athetosis, rigid, hipotonia, tremor, ataxia, dan campuran. Sedangkan yang termasuk pada kelompok kedua, seperti poliomyelitis, muscle dystrophy dan spina bifida. Sedangkan anak anak yang mengalami kelumpuhan yang dikarenakan kerusakan pada otot motorik yang sering diderita oleh anak-anak pasca polio dan muscle dystrophy lain mengakibatkan gangguan motorik terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, dan mobilisasi. Ada sebagian anak dengan gangguan gerak yang berat, ringan, dan sedang. Untuk berpindah tempat perlu alat ambulasi, juga perlu alat bantu dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak. Anak dengan Gangguan Perilaku dan Emosi Menurut Gunawan (2011) anak dengan gangguan perilaku adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan secara khusus. Di dalam dunia Pendidikan Khusus dikenal dengan nama anak hambatan perilaku dan emosi (behavioral disorder). Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur: 1. Tingkah laku anak menyimpang dari standar yang diterima umum. 2. Derajat penyimpangan tingkah laku dari standar umum sudah ekstrim. 3. Lamanya waktu pola tingkah laku itu dilakukan. Secara umum anak hambatan perilaku dan emosi (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Cenderung membangkang. 2. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah. 3. Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu. 4. Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum. 5. Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos jarang masuk sekolah. Anak Autis Autisme berdasarkan Individuals with Disabilities Education (IDEA) yang dikutip oleh Rahardja (2006) adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh buruk terhadap kinerja pendidikan anak.
  • 6. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) Karakteristik yang lain sering menyertai autisme seperti melakukan kegiatan yang berulang-ulang dan gerakan stereotip, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan dalam rutinitas sehari- hari, dan memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori. Secara umum anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Mengalami hambatan di dalam bahasa. 2. Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial. 3. Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan. 4. Kurang memiliki perasaan dan empati. 5. Sering berperilaku di luar kontrol dan meledak-ledak. 6. Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku. 7. Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri. 8. Keterbatasan dalam mengekspresikan diri 9. Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dalam dunia pendidikan, anak autis ini dapat digolongkan ke dalam beberapa spektrum, yaitu sebagai berikut: 1. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat tinggi. (High function children with autism). 2. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat menengah (Middle function children with autism). 3. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat rendah (Low function children with autism) Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas kemampuan anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai gifted & talented children (Dudi Gunawan, 2011). Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai- nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Berikut beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa pada masing-masing domain di atas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki karakteristik intelektual-kognitif seperti di bawah ini (Gunwan, 2011): 1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif. 2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh. 3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi. 4. Mampu menggeneralisasikan suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami. 5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah. 6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa. 7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik. 8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata. 9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan. 10.Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat. 11.Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains. 12.Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat. 13.Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain. 14.Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam. 15.Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya. Kesulitan Belajar Spesifik (Disleksia, Diskalkulia, Disgrafia) Anak yang mengalami learning disabilities (LD) atau Specific Learning Diificulties (SLD) secara umum dapat diartikan suatu kesulitan belajar pada anak yang ditandai oleh ketidakmampuan dalam mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya dan berdampak pada hasil akademiknya. Kesulitan belajar merupakan hambatan atau gangguan belajar pada anak atau remaja yang ditandai adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai oleh anak seusianya. Anak LD atau SLD adalah masalah belajar primer yang disebabkan karena adanya deficit atau kekurangan fungsi dalam satu atau lebih area inteligensi. Penyebabnya gangguan neurologis dan genetik. Istilah LD atau SLD hanya dikenakan pada anak-anak yang mempunyai inteligensia normal hingga tinggi. Gangguan ini merupakan gangguan yang kasat mata, berupa kesalahan dalam hal membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan berhitung (diskalkulia). Kesalahan yang terjadi akan selalu dalam kesalahan
  • 7. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) sama secara terus menerus, dan dibawa seumur hidup (long live disabilities). Adapun karakteristiknya dapat diidentifikasi dari hal-hal berikut ini. PDBK yang mengalami kesulitan membaca (disleksia) 1. Perkembangan kemampuan membaca terlambat 2. Kemampuan memahami isi bacaan rendah 3. Kalau membaca sering banyak kesalahan PDBK yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia) 1. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai 2. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya 3. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca 4. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang 5. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris. PDBK yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) 1. Sering salah menulis angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya 2. Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya. Akomodasi yang Layak bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Pengantar Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Penerima Manfaat Akomodasi yang Layak 1. Penerima manfaat Akomodasi yang Layak merupakan Peserta Didik Penyandang Disabilitas. 2. Peserta Didik Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas. 3. Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: 1. Penyandang Disabilitas fisik; 2. Penyandang Disabilitas intelektual; 3. Penyandang Disabilitas mental; dan/atau 4. Penyandang Disabilitas sensorik: 1. disabilitas netra; dan/atau 2. disabilitas rungu dan/atau disabilitas wicara. 4. Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dialami secara tunggal, ganda, atau multi dalam jangka waktu lama yang ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Tenaga medis yang dapat menetapkan ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi dokter dan/atau dokter spesialis. 6. Dokter dan/atau dokter spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat disediakan oleh Lembaga Penyelenggara Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, Unit Layanan Disabilitas, atau orang tua/wali Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
  • 8. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) 7. Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) juga dapat dibuktikan dengan kartu Penyandang Disabilitas yang dikeluarkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Bentuk Akomodasi yang Layak Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf a PP 13 tahun 2020 adalah sebagai berikut. *) Sumber: PP 13 Tahun 2020 Tentang Akomodasi yang Layak bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas. Link : https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176054/PP_Nomor_13_Tahun_2020.pdf Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Peserta Didik Penyandang Disabilitas Fisik Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Fisik adalah: 1. ketersediaan aksesibilitas untuk menuju tempat yang lebih tinggi dalam bentuk: 1. bidang miring; 2. lift; dan/atau 3. bentuk lainnya. 2. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi fisik Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. fleksibilitas proses pembelajaran; 4. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan; 5. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran; 6. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi; 7. fleksibilitas waktu penyelesaian tugas dan evaluasi; 8. asistensi dalam proses pembelajaran dan evaluasi; dan/atau 9. bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas fisik untuk mendapat layanan pendidikan. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Peserta Didik Penyandang Disabilitas Intelektual Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Intelektual adalah: 1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi intelektual Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. fleksibilitas proses pembelajaran; 3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan; 4. fleksibilitas dalam perLrmusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran; 5. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi; 6. penyesuaian rasio antara jumlah guru/dosen dengan jumlah Peserta Didik Penyandang Disabilitas intelektual di kelas; 7. capaian pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pendidikan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu Peserta Didik Penyandang Disabilitas intelektual;
  • 9. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) 8. penyediaan pengajaran untuk membangun keterampilan hidup sehari-hari, baik keterampilan domestik, keterampilan berinteraksi di masyarakat, maupun di tempat berkarya; 9. fleksibilitas waktu penyelesaian tugas dan evaluasi; 10.fleksibilitas masa studi; 11.penyediaan ruang untuk melepas ketegangan/ruang relaksasi; 12.ijazah dan/atau sertifikat kompetensi yang menginformasikan capaian kemampuan Peserta Didik Penyandang Disabilitas intelektual dalam bentuk deskriptif dan angka; dan/atau 13.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas intelektual untuk mendapat layanan pendidikan. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Peserta Didik Penyandang Disabilitas Mental Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Mental adalah: 1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi mental Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. fleksibilitas proses pembelajaran; 3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan; 4. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran; 5. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi; 6. fleksibilitas masa studi sesuai dengan kondisi mental Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan medis; 7. fleksibilitas waktu penyelesaian tugas dan evaluasi; 8. fleksibilitas waktu untuk tidak mengikuti pembelajaran pada saat Peserta Didik Penyandang Disabilitas menjalani proses perawatan mental; 9. mendapatkan materi pembelajaran sebelum proses pembelajaran berlangsung; 10.fleksibilitas posisi duduk dan waktu istirahat saat mengikuti proses pembelajaran; 11.ketersediaan layanan tutorial oleh Pendidik atau Peserta Didik lainnya untuk membantu dalam memahami materi pembelajaran; 12.pemberian bantuan pada saat Peserta Didik Penyandang Disabilitas mental mengalami kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran; 13.penyediaan ruang untuk melepas ketegangan/ruang relaksasi; 14.fleksibilitas dalam proses pembelajaran dan evaluasi; 15.fleksibilitas tempat pelaksanaan evaluasi; dan/atau 16.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas mental untuk mendapat layanan pendidikan. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Peserta Didik Penyandang Disabilitas Netra Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Netra adalah: 1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi sensorik netra Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. fleksibilitas proses pembelajaran; 3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan; 4. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran; 5. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi; 6. penerapan standar laman yang aksesibel dalam penggunaan teknologi, aplikasi, dan peralatan berbasis teknologi baik dalam sistem pendaftaran, administrasi, proses belajar mengajar, maupun evaluasi;
  • 10. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) 7. penyediaan denah timbul/maket yang menggambarkan lingkungan fisik sekolah/kampus Lembaga Penyelenggara Pendidikan; 8. layanan pendampingan untuk orientasi lingkungan fisik sekolah/kampus Lembaga Penyelenggara Pendidikan; 9. sosialisasi sistem pembelajaran termasuk sistem layanan perpustakaan di kampus Lembaga Penyelenggara Pendidikan; 10.penyerahan materi pembelajaran/perkuliahan sebelum dimulai kegiatan pembelajaran/perkuliahan; 11.penyesuaian format media atau materi pembelajaran serta sumber belajar yang aksesibel; 12.penyesuaian strategi pembelajaran untuk muatan pembelajaran khususnya matematika, fisika, kimia, dan statistik; 13.modifikasi materi pembelajaran, pemberian tugas, dan evaluasi untuk muatan pembelajaran khususnya olah raga, seni rupa, sinematograh, menggambar, dan yang sejenisnya; 14.ketersediaan Pendidik atau alat media yang dapat membacakan tulisan yang disajikan di papan tuiis/layar dalam proses belajar di kelas; 15.penyediaan sumber baca, informasi, dan layanan perpustakaan yang mudah diakses; 16.penyesuaian cara, bentuk penyajian, dan waktu pengerjaan tugas dan evaluasi termasuk melalui: 1. penyajian naskah dalam format braille terutama untuk naskah yang banyak menggunakan simbol khusus seperti matematika, kimia, dan bahasa Arab; 2. modifikasi penyajian soal yang menampilkan gambar dan bagan dalam bentuk gambar timbul yang telah disederhanakan, deskripsi gambar, atau penggunaan alat peraga; 3. penyajian soal ujian dalam bentuk softcopy, yang dioperasikan dan dikerjakan dengan menggunakan komputer bicara yaitu komputer yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layar; 4. pembacaan soal ujian oleh petugas pembaca; 5. perpanjangan waktu dalam penyelesaian tugas; dan 6. perpanjangan waktu paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari waktu yang ditentukan untuk pelaksanan evaluasi yang menggunakan format braille atau dibacakan; dan/atau 17.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas netra untuk mendapat layanan pendidikan. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Peserta Didik Penyandang Disabilitas Rungu atau Wicara Bentuk Akomodasi yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas Rungu atau Wicara adalah: 1. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai dengan kondisi intelektual Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. fleksibilitas proses pembelajaran; 3. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan; 4. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian pembelajaran; 5. komunikasi, informasi, dan/atau instruksi dalam proses pembelajaran dan evaluasi menggunakan cara yang sesuai dengan pilihan masing-masing Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara; 6. pendampingan di kelas baik oleh juru bahasa isyarat maupun oleh juru catat jika Pendidik tidak dapat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat; 7. fleksibilitas pengerjaan tugas dan evaluasi menggunakan tulisan, presentasi lisan dengan bantuan juru bahasa isyarat, presentasi video, animasi, dan bentuk audio visual lain; 8. fleksibilitas waktu pengerjaan tugas dan evaluasi; 9. modifikasi tugas dan evaluasi pelajaran bahasa asing yang dikonversi dalam bentuk tugas tertulis; 10.fleksibilitas posisi duduk sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara dan posisi Pendidik menghadap ke Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara dalam menyampaikan materi pembelajaran; dan/atau 11.bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas rungu atau Penyandang Disabilitas wicara untuk mendapat layanan pendidikan. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik
  • 11. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Peserta Didik Penyandang Disabilitas Ganda atau Multi Pada Pasal 16, 1. Bentuk Akomodasi yang layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas ganda atau multi berupa: 1. Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas ganda atau multi disediakan dalam bentuk kombinasi dari Akomodasi yang Layak bagi ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 15; dan 2. komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas netra dan Penyandang Disabilitas rungu menggunakan bahasa isyarat raba. 2. Bahasa isyarat raba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Menteri. 3. Menteri dalam menetapkan bahasa isyarat raba sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melibatkan organisasi Penyandang Disabilitas yang mewakili Penyandang Disabilitas netra dan Penyandang Disabilitas rungu. Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Lakukan: Ikuti aktivitas sampai akhir Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik Anak dengan Hambatan Penglihatan (Tunanetra) Layanan khusus dalam pendidikan bagi anak dengan gangguan penglihatan yaitu dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang hambatan penglihatan total. Bagi yang masih memiliki sisa penglihatan diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar. Di samping itu, diperlukan latihan Orientasi dan Mobilitas (OM) yang penerapannya bukan hanya di sekolah, melainkan dapat diterapkan di lingkungan tempat tinggalnya. Seseorang dikatakan hambatan penglihatan total atau buta total (totally blind) jika mengalami hambatan visual yang sangat berat sampai tidak dapat melihat sama sekali. Penyandang buta total mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Orang seperti ini biasanya mempergunakan huruf Braille sebagai media membaca dan memerlukan latihan orientasi dan mobilitas. Hambatan penglihatanan akan berdampak dalam kemampuan kognitif, kemampuan akademis, sosial emosional, perilaku, perkembangan bahasa, perkembangan motorik, orientasi dan mobilitas Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu) Seperti sudah dikemukan sebelumnya, peserta didik yang mengalami hambatan pendengaran perlu Alat Bantu Dengar (ABD), tetapi walaupun telah diberikan pertolongan dengan ABD, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek di bawah ini. a. Aspek Motorik Anak tunarungu yang tidak memiliki hambatan lain dapat mencapai tugas-tugas perkembangan motorik (early major motor milestones), seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang mendengar (Preisler, 1995, dalam Alimin, 2007). Namun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami hambatan pendengaran memiliki kesulitan dalam hal kesimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks. b. Aspek bicara dan bahasa Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang paling banyak dipengaruhi oleh peserta didik hambatan pendengaran. Khususnya anak-anak yang mengalami hambatan pendengaran dibawa sejak lahir. Menurut Rahardja (2006) bagi individu yang congenital atau berat, suara yang keras tidak dapat didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar. Individu ini tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya belajar bahasa bibir. Suara yang dikeluarkan oleh individu dengan hambatan pendengaran biasanya sering sulit untuk dimengerti, karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas suara, dan tekanan suara. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik
  • 12. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu) Kebutuhan pembelajaran peserta didik hambatan pendengaran menurut Gunawan (2011) secara umum tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Akan tetapi, mereka memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 1. Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya. 2. Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru. 3. Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan. 4. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak. 5. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Mental Kognitif Anak dengan Hambatan Intelektual (Tunagrahita) Pendidikan bagi peserta didik anak mengalami hambatan intelektual seharusnya ditujukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Secara umum kebutuhan pembelajaran anak anak mengalami hambatan intelektual adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan anak mengalami hambatan intelektual dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. 2. Perbedaan karakteristik belajar anak anak mengalami hambatan intelektual dengan anak sebayanya, anak anak mengalami hambatan intelektual mengalami masalah dalam hal yaitu: 1. Tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah 2. Melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru 3. Minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Fisik Anak dengan Hambatan Gerak Anggota Tubuh (Tunadaksa) Pendidikan bagi peserta didik anak mengalami hambatan intelektual seharusnya ditujukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Secara umum kebutuhan pembelajaran anak anak mengalami hambatan intelektual adalah sebagai berikut. 1. Perbedaan anak mengalami hambatan intelektual dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. 2. Perbedaan karakteristik belajar anak anak mengalami hambatan intelektual dengan anak sebayanya, anak anak mengalami hambatan intelektual mengalami masalah dalam hal yaitu: 1. Tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah 2. Melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru 3. Minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Perilaku dan Emosi Kebutuhan pembelajaran bagi anak hambatan perilaku dan emosi yang harus diperhatikan oleh guru antara lain adalah: 1. Mengetahui strategi pencegahan dan intervensi bagi individu yang beresiko mengalami gangguan emosi dan perilaku. 2. Menggunakan variasi teknik yang tidak kaku dan keras untuk mengontrol tingkah laku target dan menjaga atensi dalam pembelajaran. 3. Menjaga rutinitas pembelajaran dengan konsisten, dan terampil dalam problem solving dan mengatasi konflik. 4. Merencanakan dan mengimplementasikan reinforcement secara individual dan modifikasi lingkungan dengan level yang sesuai dengan tingkat perilaku. 5. Mengintegrasikan proses belajar mengajar (akademik), pendidikan afektif, dan manajemen perilaku baik secara individual maupun kelompok. 6. Melakukan asesmen atas tingkah laku sosial yang sesuai dan problematik pada siswa secara individual. 7. Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi setiap anak. 8. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi oleh setiap anak. 9. Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan minat anak. 10.Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan sehari-hari, dan contoh dari lingkungan. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya Kebutuhan Pembelajaran Anak Cerdas dan Bakat Istimewa Kebutuhan pembelajaran bagi anak cerdas istimewa dan bakat istimewa adalah sebagai berikut. 1. Program pengayaan horisontal, meliputi: 1. Mengembangkan kemampuan eksplorasi. 2. Mengembangkan pengayaan dalam arti memperdalam dan memperluas hal-hal yang ada di luar kurikulum biasa. 3. Eksekutif intensif dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu. 2. Program pengayaan vertikal, yaitu:
  • 13. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) 1. Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu, atau tingkatan kelas. 2. Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati. 3. Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented dengan para ahli yang ada di masyarakat. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Autism Kebutuhan pembelajaran bagi anak anak autis adalah sebagai berikut: 1. Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam seting kelompok. 2. Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip). 3. Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan. 4. Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat dikendalikan pada hal yang diharapkan. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Kesulitan Belajar Spesifik Peserta didik yang mengalami hambatan belajar spesifik (disleksia, diskalkulia, disgrafia) perlu adanya intervensi yang melibatkan seluruh indera dalam proses belajar mengajarnya. Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah teknik multi sensori. Berikut hal-hal yang harus dilakukan guru dalam menangani di dalam kelas; 1. Perkenalkan belajar alfabet secara sekuensial (berurutan) secara bertahap dan berurut. 2. Alfabet diperkenalkan menggunakan huruf-huruf dari kayu atau plastik, sehingga anak dapat melihat huruf, mengambilnya, merasakannya dengan mata terbuka atau tertutup dan mengucapkan bunyinya. 3. Peserta didik perlu tahu bahwa huruf /i/ muncul sebelum /k/, Alfabet dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yang membuat mudah anak mengingat di kelompok mana huruf tersebut berada. 4. Menyortir dan mencocokkan huruf kapital, huruf kecil, bentuk cetak, dan tulisan tangan dari huruf; melatih keterampilan sequencing dengan huruf dan bentuk-bentuk terpotong; dan melatih menempatkan tiap huruf dalam alfabet dalam hubungannya dengan huruf lain.
  • 14. Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Zainul Hasan (SMP Ibrahimy 1 Sukorejo) Tes Formatif Keberagaman jenis kebutuhan peserta didik 1. Peserta didik yang menunjukkan perilaku unik dan asyik dengan dirinya sendiri, tidak memiliki minat untuk bekerjasama dengan teman-temnnya, enggan berkomunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut lebih tepat menggambarkan ciri perilaku PDBK dengan jenis hambatan.... a) Tunagrahita b) Tuna rungu c) Tuna daksa d) Tuna netra e) Autism 2. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling tepat menggambarkan pernyataan tentang makna keberagaman peserta didik a) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif yang menerima perbedaan peserta didik secara fisik, mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi perbedaan tersebut dalam proses pembelajaran b) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif yang menerima perbedaan peserta didik secara fisik, mental, akademik, sosial budaya dan sekolah berupaya mengakomodasi perbedaan tersebut dalam proses pembelajaran c) Kondisi nyata yang tidak diharapkan di sekolah inklusif yang menerima perbedaan peserta didik secara fisik, mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi perbedaan tersebut dalam proses pembelajaran d) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif tidak menerima perbedaan peserta didik secara fisik, mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi perbedaan tersebut dalam proses pembelajaran e) Kondisi nyata yang ada di sekolah inklusif yang mengharuskan adanya persamaan peserta didik secara fisik, mental, akademik, sosial budaya dan sekolah tidak harus berupaya mengakomodasi perbedaan tersebut dalam proses pembelajaran 3. Keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari inpairment) untuk menmpilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu. Pernyataan ini lebih menggambarkan makna dari... a) Disability b) Impairment c) Under Actuality d) Under Achievment e) Handicapped 4. Dalam pembelajaran dikelas, guru melibatkan anak berkebutuhan khusus untuk terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak berkebutuhan khusus. Sifat kegiatan ini adalah lebih tepat menggambarkan konsep.... a) To live b) To Learn c) To Play d) To Love e) To Work 5. Guru disekolah inklusif yang memiliki peserta didik berkebutuhan dengan hambatan pendengaran harus memberikan layanan kebutuhan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dasar, berupa.. a) Kestabilan Emosi b) Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi c) Kemampuan Activity Daily Living d) Kemampuan Mobilitas e) Kemampuan Berperilaku Adaptif Sumber : gpk.simpkb.id gpk.gtk.kemdikbud.go.id Kementrian Pendidikan, Keudayaan, Riset, dan Teknologi Bimtek Guru Pembimbing Khusus