Kelompok pemikiran tawhid dalam Islam meliputi berbagai aliran seperti Khawarij, Syi'ah, Murji'ah, Mu'tazilah, Asy'ariyah, dan Maturidiyah. Masing-masing aliran memiliki pandangan yang berbeda terkait konsep tawhid, sifat-sifat Tuhan, perbuatan manusia, dan masalah-masalah lainnya.
2. KHAWARIJ
Sejarah kaum khawarij berawal pada zaman setelah
terpilihnya Ali sebagai khalifah pengganti Usman bin
Affan yang terbunuh. Lalu, ada ketidaksepakatan antara
Ali dan Muawiyah selaku gubernur Syam saat itu.
Muawiyah meminta Ali untuk menangkap dan
menghukum pembunuh Usman.
Ketidak puasan atas terjadinya tahkim antara Ali dan
Mu’awiyah telah menyulut sebagian dari tentara Ali
untuk memisahkan diri dan melakukan pemberontakan.
Inilah generasi pertama Khawarij lahir. Mereka menolak
hasil dari tahkim yang menyebabkan kalahnya Ali dan
turunnya dari jabatan sebagai Khalifah. Dengan jumlah
sekitar dua belas ribu orang akhirnya mereka melakukan
pemberontakan. Khawarij bersikap bermusuhan terhadap
Ali maupun terhadap Mu’awiyah. Mereka beranggapan,
orang-orang Islam selain mereka sendiri adalah kafir dan
halal darahnya serta kekayaannya. Dalam tulisan ini akan
diurai sejarah serta perkembangan aliran Khawarij serta
sekte-sekte yang ada didalamnya dan ajaran pokok yang
dianutnya.
2
4. SYI’AH
Sebagian beranggapan bahwa syi’ah telah ada semenjak
masa Nabi, tepatnya pada peristiwa di Sagifah Bani Sa’idah.
Adapula yang mengatakan bahwa munculnya syi’ah dimasa
Usman, yang lainnya lagi mengatakan bahwa ia muncul pasca
Takhim dan terbunuhnya Ali. Bahkan ada yang mengatakan
bahwa Syi’ah baru lahir setelah peristiwa di padang Arbala.
Dalam perjalan sejarah umat Islam kelompok Syi’ah
dinyatakan sebagai mazhab politik yang pertama kali tampil
dalam sejarah peradaban Islam. Untuk mengetahui sebab-sebab
munculnya dapat dilacak melalui serentetan peristiwa yang
terjadi mulai hari-hari prtama meninggalnya RasulullAH SAW,
yaitu pada peristiwa sakhifah, perang jamal,perang siffin,dan
tragedi karbala. Versi lain mengatakan bahwa golongan syi’ah
muncul pada saat pemerintahan Usman bin Affan dan
berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Pada
masa ini dapat disebutkan sebagai zaman pertamakalinya
perang saudara,dan sekaligus zaman ini dapat juga disebut
sebagai zaman baru dalam sejarah perkembangan syi’ah.
6. MURJI’AH
Kelompok ini muncul pertama kali pada masa sahabat yaitu di akhir pemerintahan Uṡmān bin
Affān, setelah tersebarnya berita akan adanya sebagian kelompok yang ingin menurunkan dari
tampuk kepemimpinan, dan munculnya fitnah, yang menyebabkan terbunuhnya Uṡmān, sebagian
sahabat Rasulullah menarik diri dari pertikaan yang terjadi dengan berdalilkan sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Abu Bakar.
ketika perpecahan dan perselisihan semakin membesar, ditambah lagi dengan Khawārij yang
mengkafirkan dengan sangat mudahnya, maka kaum Murji’ah datang sebagai tandingan yang pada
awalnya memiliki teori yang sangat bagus yaitu menangguhkan hukum pelaku dosa besar hanya
kepada Allah.
Pengucapan, meyakini dan mengetahui, yang ketika seorang melakukan maksiat setelah itu, maka
keimanan mereka tidak akan terganggu, karena keimanan itu terpisah dari amal ibadah.Bahkan
sebahagian Murji’ah aliran keras mengatakan bahwasanya keimanan itu hanya percaya didalam
hati, seorang akan tetap beriman walaupun mereka meninggal setelah mengucapkan kalimat
kekufuran, menyembah berhala, membantu kaum Yahudi dan Nasrani dalam memusuhi kaum
Muslimin, beriman kepada trinitas. Adapun Ibnu Taimiyyah mengatakan salah satu perselisihan
yang paling pertama terjadi di kalangan kaum Muslimin adalah permasalahan Iman, yang
mengakibatkan perseteruan sampai pada taraf saling mengkafirkan
6 P R E S E N T A T I O N T I T L E 2 0 X X
7. SEKTE-SEKTE MURJI’AH
MURJI’AH SUNNAH
• Murji’ah Al Jabariah
• Murji’ah Al Qadariyah
• Murjiah Al Khalisah
• MurjiahAl Karramiyah
• Murjiah Al Khawarij
MURJI’AH BI’DAH
8. MU’TAZILAH
Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2
Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin
Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk
Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi
Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M, kemunculan ini adalah karena Wasil bin
Atha’ berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang
berarti ia fasik. Imam Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih
berstatus mukmin.
Kelompok mu’tazilah merupakan kelompok yang sanyat mementingkan akal pikiran
(Rasionalistas). Kelompok mu’tazilah sangat kritis, tidak hanya terhadap hadits nabi dan
cara-cara penafsiran al-Qur’an tetapi juga kritis terhadap pengaruh ajaran filsafat yunani,
seperti Aristoteles, Plato, Neo Platonis, dan sebagainya. Inilah yang memberi inspirasi
sehingga memunculkan ilmu-ilmu baru yang disebut lmu kalam, yang mengompromikan
antara pendapat filsafat dan agama. Oleh sebab itu, mereka lebih mengutamakan akal
pikiran, setelah itu al-Qur’an dan al-Hadits (taqdim al-aql ala an-Nash) (Saehudin,
2016).
10. ASY’ARIYAH
Aliran Asy’ariyah adalah aliran kalam
yang dinisbahkan kepada Abu al-HasanAli
bin Ismail al-Asy’ariyah. Ia keturunan
Abu Musa al-Asy’ari, salah seorang
perantara dalam sengketa antara Ali bin
Abi Thalib dengan Mu’awiyyah. Al-
Asy’ari lahir tahun 260 H/873 M dan
wafat pada 324 H/935 M. al-Asy’ari lahir
di Bashra, namun sebagian besar hidupnya
di Bagdad. Pada waktu kecil ia berguru
pada seorang tokoh Mu’tazilah terkenal,
yaitu al-Jubbai, mempelajari ajaran-ajaran
Mu’tazilah dan mendalaminya. Namun,
pada tahun 912 dia mengumumkan keluar
dari paham Mu’tazilah, dan mendirikaan
teologi baru yang kemudian dikenal
dengan Asy’ariyah.
Abu Hasan al-Asy’ari yang lahir di Basrah pada tahun 260 H dan wafat
pada tahun 330 H. muncul sebagai tokoh yang menonojol bersamaan
dengan munculnya Abu Manshur di Samarkan, Kedua tokoh ini bersatu
dalam melakukan bantahan terhadap aliran Muktazilah.Al-Asy’ari
mempelajari ilmu Kalam dari seorang tokoh Muktazilah yaitu Abu‘Ali al-
Jubbâi. Karena kemahirannya ia selalu mewakili gurunya dalam
berdiskusi.Meskipun demikian pada perkembangan selanjutnya ia
menjauhkan diri dari pemikiranMuktazilah dan condong kepada pemikiran
para Fuqaha dan ahli Hadis, pada hal iasama sekali tidak pernah mengikuti
majlis mereka dan tidak mempelajari ‘aqidahberdasarkan metode
mereka.Ada beberpa alasan yang menyebabkan al-Asy’ari menjauhkan diri
dariMuktazilah seksaligus sebagai penyebab timbulnya aliran teologi yang
dikenal dengan nama al-Asy’ari sebagai berikut:Salah satu penyebab
keluarnya al-Asy’ari dari Muktazilah ialah adanya perdebatan-perdebatan
dengan gurunya Abu ‘Ali al-Jubbâi tentang dasar-dasar paham aliran
Muktazilah yang berakhir dengan terlihatnya kelemahan paham
Muktazilah. Di antara perdebatan-perdebatan itu ialah mengenai soal al-
Ashlah (“keharusan mengerjakan yang terbaik bagi Tuhan”).
11. Ajaran Aliran Asy’ariyah
Sifat Tuhan
Mengakui adanya sifat
Tuhan. Mustahil Tuhan
mengetahui dengan dzat-
Nya. Jika Tuhan mengetahui
dengan dzat-Nya,berarti
Tuhan adalah
pengetahuan(ilm),padaahal
Tuhan adalah yang Maha
Mengetahui(Alim)
Kekuasaan Tuhan
dan Perbuatan
Manusia
Perbuatan manusia
diciptakan
Tuhan,perbuatan kufur
itu buruk,padahal orang
kafir menghendaki
perbuatannya itu bersifat
baik.
Melihat Tuhan
pada Hari
Kiamat
Tuhan dsapat dilihat di
akhirat. Sifat-sifat yang
tak dapat diberikan
kepada Tuhan hanyalah
sifat-sifat yang
membawa kepada
pengertian
diciptakannya Tuhan.
•Kedudukan
Al-Qur ’an
Al-Qur’an sebagai
manifestasi(perwujudan)
Kalamullah yang qadim(
(tidak diciptakan).
Untuk menciptakan itu perlu
kata kun,dan untuk
terciptanya kata kun itu
diperlukan kata kun yang
lain.
Keadilan
Tuhan
Kekuasaan Tuhan mutlak. Ia
tidak berkewajiban
menyiksa orang yang
berbuat dosa,dan tidak
berkewajiban pula memberi
balasan berupa surga kepada
orang yang beriman. Tuhan
bebas berbuat menurut
kehendak-Nya.
1 1 P R E S E N T A T I O N T I T L E 2 0 X X
12. MATURIDIYAH
Aliran Maturidiyah berdiri atas
Prakarsa al-Maturidi pada tahun
pertama abad ke 4H. Al-Maturidi
muncul dari faham teologi Ahl al-
Sunnah wa al-Jamaah,yang berpegang
teguh pada sunnah.
Al-Maturidi dan Asy’ari tampil tampil
Bersama dalam satu social dan
pemikiran yang sama. Mereka datang
untuk memenuhi kebutuhan mendesak
yang menyerukan untuk
menyelamatkan diri dari ekstriminasi
kaum rasional yang berada dibarisan
paling depan adalah
Mu’tazilah,maupun ekstriminasi kaum
tekstualitas.
1 2 P R E S E N T A T I O N T I T L E 2 0 X X
13. Aliran Maturidiyah
Menurut Maturidiyah Samarkand,
akal dapat sampai kepada
kewajiban mengetahui Tuhan.
Jadi, iman lebih dari tasdiq. Iman
menurutnya, harus lebih aktif yang
tidak hanya menerima dan
membenarkan apa yang
disampaikan orang lain. Oleh
karena itu, tasdiq harus diperoleh
dari ma’rifah.
Adapun tasdiq hasil ma’rifah itu
adalah tasdiq yang didapatkan
melalui penalaran akal, dan bukan
sekedar berdasarkan wahyu.
iman menurut Maturidiyah Bukhara
seperti yang dijelaskan oleh al-
Bazdawi ialah tasdiq bi al-qalb dan
tasdiq bi al-lisan. Tasdiq bi al-qalb
artinya menyakini dan
membenarkan dalam hati keesaan
Allah dan rasul-rasul yang diutus-
Nya, sedangkan tasdiq bi al-lisan
adalah mengakui kebenaran seluruh
pokok-pokok ajaran Islam secara
verbal. Jadi, iman adalah tasdiq
yang berisikan pembenaran dengan
kalbu dan pengakuan secara verbal.