SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Matematika Rekreasional

POLA DAN KEKELIRUAN MATEMATIKA,
TINJAUAN TERHADAP KEMAMPUAN
PENALARAN
Wahidin, M.Pd
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UHAMKA
Email: headymatic@yahoo.com

Abstrak.Matematika adalah ilmu tentang pola.Secara khusus ketika mempelajari
matematika, maka kita mempelajari tentang pola, keteraturan, dan
hubungan.Bahkan dalam pemecahan masalah matematik menjadi lebih mudah jika
menggunakan ataupun menemukan pola.Menemukan pola merupakan salah satu
indikator dari kemampuan penalaran matematik, sehingga mewarnai konstruksi
bangunan matematika.Bahwa matematika itu tidak terpisahkan dengan penalaran itu
sendiri. Mengikuti pola dalam matematika terkadang akan menimbulkan kekeliruan
matematik atau paradoksal, oleh karena itu perlu hati-hati dengan pola, terutama
yang mengarah kepada penalaran induktif. Banyak sekali pengerjaan matematika
yang secara aljabar itu benar, namu pada hakikatnya mengandung kekeliruan yang
fatal ataupun kesalahn konsep.Tulisan ini menyajikan berbagai kekeliruan
matematik yang nampak benar dalam pola-pola tertentu ditinjau dari aspek
kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematik.Pola dan kekeliruan
matematik ini cocok untuk disajikan dalam mengawali ataupun mengakhiri
pemelajaran matematika di kelas, sehingga dapat merangsang berpikir siswa.
Tulisan ini mengetengahkan pola dan kekeliruan matematik pada konsep pecahan,
bilangan prima, barisan-deret takhingga, akar, pengukuran, dan trigonometri.
Sedangkan kemampuan matematik yang dilibatkan adalah analogi, generalisasi,
mencari pola, menyusun konjektur, and pembuktian.
Keywords: pola, kekeliruan matematik, penalaran matematik, pemecahan masalah
matematik.

1. Pendahuluan
Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa, dan
menggejala baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA (Turmudi, 2008).Akan tetapi bagi
sebagian yang lain, penguasaan terhadap matematika menjadi sebuah kebanggaan,
kedigdayaan tersendiri.
Bisa dibayangkan kalau dunia tanpa matematika, dunia tanpa angka nol (bahwasannya
dunia digital dikonstruksi dengan deretan 101010101…). Kita akan banyak kehilangan
teknologi yang berbasis digital.
NCTM(2000), menetapkan standar-standar kemampuan matematik seperti pemecahan
masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi, sebagai tujuan
pembelajaran matematika yang harus dicapai oleh siswa.Semua kemampuan ini harus
Matematika Rekreasional

terintegrasi ke dalam standar isi pelajaran matematika, kemudian diharapkan melampaui
ulangan (ujian nasional) matematika yang sementara ini mengukur hasil belajar rutin.
Sumarmo

(2005)

mengatakan

bahwa

pembelajaran

matematika

hendaknya

mengutamakan daya matematika siswa yang meliputi kemampuan menggali, menyusun
konjektur dan menalar secara logik, menyelesaikan soal yang tidak rutin, dan pemecahan
masalah.
Demikian pula dalam dokumen KTSP (Depdiknas, 2006) menetapkan tujuan
pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan: ... 2) Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; …
Hasil studi NAEP menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan ketika
dihadapkan pada permasalahan yang menuntut kemampuan penalaran maupun kemampuan
pemecahan masalah (Suherman dkk, 2003).
Survei yang dilakukan oleh JICA-IMSTEP pada tahun 1999 di Bandung, kegiatan
bermatematika yang dipandang sulit oleh siswa maupun guru matematika SMP adalah
justifikasi atau pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika,
menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara fakta-fakta yang
diberikan (Suryadi, 2005).

2. Kajian Teori
2.1. Hakikat Matematika
Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti yang berkaitan
dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
konsep (pernyataan) sebagai akibat logis dari kebenaran konsep sebelumnya, sehingga kaitan
antara konsep dalam matematika bersifat konsisten (Depdiknas, 2006). Riedesel, Schwartz,
dan Clements (1996) menulis beberapa alasan kenapa matematika perlu diajarkan, di
antaranya yang bersesuaian dengan tulisan ini, bahwa matematika adalah suatu aktivitas
untuk menemukan dan mempelajari pola maupun hubungan, cara berpikir dan alat untuk
berpikir.
Secara etimologis, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar, ia lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Kemampuan
bernalar ini dapat dilihat dari cara memecahkan persoalan-persoalan matematika maupun
Matematika Rekreasional

persoalan-persoalan

kehidupan

(Suherman,

dkk.,

2003).Matematika

merupakan

penggolongan dan penelaahan tentang pola(Hudoyo, 1990).
2.2. Penalaran Matematik
Shadiq (2004) memandang penalaran sebagai proses pencapaian kesimpulan logis
berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Berkaitan dengan tulisan ini, indikator penalaran
matematik (Sumarmo, 2005), di antaranya siswa dapat: ... 4) Mengunakan pola dan
hubungan untuk menganalisis situasi matematik, 5) Menyusun dan menguji konjektur, 6)
Merumuskan lawan contoh, ...
Depdiknas (2006) menyatakan bahwa materi matematika dan penalaran matematik
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui
penalaran

dan

penalaran

dipahami

dan

dilatihkan

melalui

belajar

materi

matematika.Penalaran menjadi penting untuk memecahkan masalah kehidupan nyata.Secara
garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
2.3. Pola Matematika
Matematika adalah ilmu tentang pola (Sumarmo, 2012).Pola adalah sebuah susunan
yang mempunyai bentuk yang teratur dari bentuk yang satu ke bentuk berikutnya.Ia
mempertahankan keteraturan melalui pengulangan (repetisi). Bahwasannya suatu bentuk
yang sederhana jika diulang-ulang secara teratur maka akan membentuk suatu pola tertentu.
Untuk hal bilangan dalam matematika, jika disusun secara teratur menurut selisih ataupun
perbandingan, maka akan terbentuk pola bilangan.
Menurut Hudoyo (2003), objek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi
lebih dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk, dan struktur. Pada kesempatan yang
lainHudoyo (1990) mengatakan bahwa, matematika sebagai teori logika deduktif yang
berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi materialnya dengan hal-hal yang
ditelaah, penggolongan dan penelaahan tentang pola, berkenaan dengan ide abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.
The process of "doing" mathematics is far more than just calculation or deduction; it
involves observation of patterns, testing of conjectures, and estimation of results.
Mathematics is a science of pattern and order (Hill etall, 1989).
2.4. Kekeliruan Matematik
Matematika Rekreasional

Kekeliruan-kekeliruan dalam matematika pada berbagai buku dan tulisan terangkum
dalam istilah mathematical paradoxal atau mathematical fallacies.Dalam beberapa buku,
kekeliruan matematik juga terangkum dalam konsep Mathematical Recreational.Bahwa
keseriusan dan kekokohan abstraksi matematika perlu disajikan dengan hiburan-hiburan
(oleh guru), sehingga siswa merasakan keindahan matematika yang mereka pelajari.Dalam
pengerjaan matematik berkenaan dengan kekeliruan matematik ini, akan banyak
menggunakan hukum pencoretan.

3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Candamatika
Salah Nanya
2 + … = 5, berapa titik-titiknya?

3

3 + …. = 7, berapa titik-titiknya?

4

4 + .. = 5; berapa titik-titiknya?

2

3 + □ = 8, berapa kotaknya?

1

Salah Nyoret

Salah Paham

3.2. Kekeliruan Pecahan
Materi pecahan untuk siswa kelas VII SMP dapat disajikan dengan menunjukkan
hubungan-hubungan berikut:

Bisa jadi ada siswa yang akan memberlakukan pencoretanseperti di atas dan kemudian
mengklaim bahwa
Matematika Rekreasional

adalah benar yaitu dengan cara menghapuskan saja 2 (Posamentier, 2003).
3.3. Generalisasi yang Keliru
Sebuah generalisasi dapat dibuktikan ketidakbenarannya dengan menyajikan satu
contoh penyangkal.Perumusan lawan contoh sebagai penyangkal ini merupakan salah satu
indikator dari kemampuan penalaran matematik (Sumarmo, 2005). Prinsip pembuktian
dengan contoh penyangkal ini dapat dilihat pada proposisi berikut ini
x A p(x)
Penyangkal
a A -p(a)
Proposisi Bilangan Prima
Perhatikan proposisi
n N n(n + 1) + 41
[n(n + 1) + 41] merupakan bilangan prima untuk semua bilangan asli n (Hudoyo, 2003).
Kita investigasi data-data yang terbentuk untuk beberapa bilangan asli pertama.
n = 1 n(n + 1) + 41 = 1(1 + 1) + 41 = 43
n = 22(1 + 2) + 41 = 47
n = 33(1 + 3) + 41 = 53
n = 44(1 + 4) + 41 = 61
Berdasarkan data-data induktif di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa n(n + 1)
+ 41 adalah bilangan prima. Berikut disajikan hasil untuk semua nilai n ≤ 40
Tabel 1
Nilai n(n + 1) + 41; n ≤ 40
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

n(n + 1) + 41
43
47
53
61
71
83
97
113
131
151

n
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

n(n + 1) + 41
173
197
223
251
281
313
347
383
421
461

n
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

n(n + 1) + 41
503
547
593
641
691
743
797
853
911
971

n
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

n(n + 1) + 41
1033
1097
1163
1231
1301
1373
1447
1523
1601
1681
Matematika Rekreasional

Ternyata untuk 1 ≤ n ≤ 39, memberikan nilai n(n + 1) + 41 yang merupakan bilangan
prima. Sedangkan untuk n = 40 diperoleh
n(n + 1) + 41 = 40(40 + 1) + 41
= 40(41) + 41
= (40 + 1)41
= 41 × 41
= 1681
yang merupakan bilangan kuadrat.

Apakah Bilangan Prima ?
Perhatikan pola penyusunan bilangan deretan 3 dan 1.Apakah bilangan 333 …
31 merupakan bilangan prima?

Sekarang kita observasi untuk n = 1, 2, 3 yang memberikan hasil
31

; prima

331

; prima

3331

; prima

Dapatkah disimpulkan bahwa bilangan dengan deretan angka 3 yang diakhiri dengan
1 merupakan bilangan prima? Sehingga 333 … 31 merupakan bilangan prima.
Kita observasi lagi untuk n = 4, 5, 6, 7 dengan hasil
33331

; prima

333331

; prima

3333331

; prima

33333331

; prima

yang ternyata masih merupakan bilangan prima.
Akan tetapi, untuk n = 8, diperoleh 333333331 yang bukan merupakan
bilangan prima, karena terdapat 17 anggota bilangan asli, sedemikian sehingga
Matematika Rekreasional

Jadi bilangan 333 … 31 tidak dapat digeneralisir sebagai bilangan prima
(Jones, 2007).

3.4. Kekeliruan Pengakaran
Perkalian Bentuk Akar (-1 = 1)
Diketahui

. Juga diketahui bahwa

rumusan ini, kita akan menghitung hasil dari

. Berdasarkan

.

Sebagian dari kita mungkin akan mengerjakannya dengan bentuk

Sebagian yang lain boleh jadi akan mengerjakannya dengan cara

Penyederhanaan Bentuk Akar (-2 = 2)

Tentu saja -2 ≠ 2, lalu mana yang benar?Kita dapat menginvestigasi permasalahan
kekeliruan pengakaran ini dengan menggunakan alat komputasi.
3.5. Kekeliruan Geometri-Pengukuran
Konversi Satuan Massa (1kg = 100ons)
Berikut disajikan masalah konversi satuan dari pengukuran massa yang dinilai sebagai
sebuah kekeliruan. Telah diketahui bahwa
4 kg = 40 ons
½ kg = 5 ons
Kalikan kedua persamaan tersebut, diperoleh (perkalian masing-masing ruas)
(4 × ½) kg = (40 × 5) ons
2 kg = 200 ons
Berarti 1 kg = 100 ons ?
Matematika Rekreasional

Kekeliruan ini menarik untuk menjadi pemicu dalam pembelajaran matematika dengan
pendekatan konflik kognitif, di mana konversi satuan berikut perkalian ataupun faktornya
menjadi penting untuk dikuasai oleh siswa.
Kebenaran pengoperasian konsep konversi satuan ini dapat dilihat sebagai berikut:
4 kg = 40 ons
½ kg = 5 ons
Perkalikankedua persamaan tersebut, memberikan hasil
(4 kg × ½ kg) = (40 ons × 5 ons)
(4 × ½) kg2 = (40 × 5) ons2
2 kg2 = 200 ons2
Berarti 1 kg2 = 100 ons2

; setarakan satuan dalam ons atau kg

1 (10 ons)2 = 100 ons2
100 ons2 = 100 ons2
Kekeliruan konversi pengukuran yang ditampilkan di atas, berkenaan dengan operasi
aljabar 4 kg × ½ kg yang seharusnya dituliskan sebagai 2 kg2, kemudian dikonversikan
kedalam ons2 menjadi 1 kg2 = 100 ons2.
Luas Bangun Datar (64 = 65)
Diberikan bagun datar segitiga dan trapezium seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3
Puzzle Segi Empat

Bangun-bangun tersebut disusun membentuk persegi dan persegi panjang berikut:

Gambar 4
Susunan Puzzle Segi Empat
Matematika Rekreasional

Luas persegi = 64 cm2 sedangkan luas persegi panjang = 65 cm2. Padahal keduanya tersusun
dari segitiga dan trapesium yang sama.
3.6. Kekeliruan Aljabar
Faktor Aljabar (2 = 1)
Hasil pemikiran yang keliru umumnya menjadi perhatian bagi murid-murid yang
belajar matematika (Sobel-Maletsky, 2002)
Andaikanx = y ; dikalikan x
x2 = xy

; dikurang y2

x2 – y2= xy – y2; difaktorkan
(x – y)(x + y) = y(x – y); dibagi (x – y)*
(x + y) = y
2y = y

; ganti x dengan y
; dibagi y

2=1
Kesalahan yang dilakukan di sini adalah pembagian dengan (x – y)*, padahal x = y,
berarti kita telah melakukan pembagian dengan nol (tak terdefinisi).
Sistem Persamaan Linier 3 Variabel
Diberikan paket harga makanan sebagai berikut:
Tabel 2
Daftar Harga Paket Makanan
Makanan
Gorengan
Teh manis
Nasi uduk
Total Harga

Paket I
7
5
3
Rp 30.000,-

Paket II
10
7
4
Rp 45.000,-

Tentukan harga yang harus dibayarkan apabila membeli masing-masing satu buah gorengan,
teh manis, dan nasi uduk.
Permasalahan ini dapat dimodelkan menjadi:
10 G + 7 T + 4 N = 45.000
7 G + 5 T + 3 N = 30.000
Nampak bahwa sistem persamaan linier tiga variabel yang tidak diketahui hanya dengan dua
persamaan.Jelas menurut aturannya SPLTV tidak dapat diselesaikan.
Untuk mencari harga G + T + N, kita cukup melakukan manipulasi pengali, yaitu
persamaan pertama dikali 3 sedangkan persamaan kedua dikali 2, sehingga didapat
Matematika Rekreasional

21G + 15T + 9N = 90.000
20G + 14T + 8N = 90.000

–

G + T + N =0

; GRATIS

Akan ada yang mempersoalkan kenapa gratis?Itu mustahil.Ya namanya juga hiburan
matematika.Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa berpikir secara keseluruhan terkadang
lebih baik dari pada berpikir parsial.
3.7. Kekeliruan Deret Takhingga
Deret ganti Tanda(0 = 1)
Diberikan deret ganti tanda jenis deret takhingga.
S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + …
Tugas

kita

sekarang

adalah

menghitung

jumlah

deret

tersebut,

dengan

mengelompokkannya dalam (1 – 1).
S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + …= (1 – 1) + (1 – 1) + (1 – 1) + …= 0 + 0 + 0 + 0 + …= 0
Pengelompokkan bentuk lain:
S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 +…= 1 – (1 – 1) – (1 – 1) – (1 – 1) …= 1 – 0 – 0 – 0 – …= 1
Deret Pangkat(-1 adalah Positif)
Deret takhingga berikut merupakan deret pangkat dengan bilangan pokok 2.
S2 = 1 + 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + …

(*)

Dituliskan dengan notasi sigma, yaitu

Deret ini jelas memberikan hasil bilangan yang positif.
Deret (*) dapat kita ubah bentuknya seperti di bawah ini
S2 – 1 = 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + …

(**)

Kalikan persamaan (*) dengan 2, diperoleh
2S2 = 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + … (***)
Dari (**) dan (***) didapat bahwa
2S2 = S2 – 1
S2 = -1
Hasilnya bilangan negatif, sedangkan jelas diketahui sebelumnya bahwa S2 merupakan
bilangan positif.
Matematika Rekreasional

Kekeliruan ini terjadi karena kita melakukan suatu operasi hitung terhadap sesuatu
yang takhingga. Kita tidak dapat memprediksi ujung dari S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + …,
apakah -1 atau 1? Sehingga tidak dapat menentukan jumlahnya. Begitu pula deretS2, bahwa
2S2 ≠ S2 – 1, yang sesungguhnya deret S2 tidak dapat ditentukan jumlahnya, karena
merupakan deret takhingga dengan r> 1.
3.8. Kekeliruan Trigonometri (0 = 4)
Kita telah mengetahui salah satu identitas trigonometri, yaitu

Penemuan dan pembuktian rumus ini dapat menggunakan sistem koordinat kutub ataupun
teorema Pythagoras, untuk hal tersebut, dapat dilihat pada buku kalkulus ataupun buku-buku
trigonometri. Sekarang kita akan melakukan manipulasi aljabar untuk identitas tersebut.

Pada bentuk yang terakhir ini, akan menjadi keliru jika kita mensubstitusikan nilainilai sudut tertentu. Misalnya jika diambil nilai x = 270O, tentu dengan hasil cos 270O = 0 dan
sin 270O = -1; sehingga didapat solusi

Untuk nilai x = 180O, maka cos 180O = -1 dan sin 180O = 0; yang memberikan hasil

Jelas 0 ≠ 4 dan 1 ≠

. Padahal nilai x = {180O, 270O} akan memberikan

kesamaan yang benar jika disubstitusikan ke

.
Matematika Rekreasional

4. Kesimpulan
Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan, dan hubungan.Pengenalan dan
penemuan pola membantu dalam membuat konjektur, generalisasi, dan pemecahan masalah
matematik.Beberapa

pola

dalam

matematika

terkadang

menimbulkan

kekeliruan

matematika, sehingga penalaran induktif tidak sepenuhnya bisa diterima sebagai
kebenaran.Pola dan kekeliruan matematik ini cocok untuk disajikan dalam mengawali
ataupun mengakhiri pebelajaran matematika di kelas, sehingga dapat merangsang berpikir
siswa.
5. Daftar Rujukan
Depdiknas.(2006). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs. Jakarta: Dirjen
Manajemen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional.
Hudoyo, H. (1985). Teori Belajar dalam PBM Matematika. Jakarta: Depdikbud.
NCTM.(2000). Principles and Standards for School Mathematics.Reston, VA : NCTM
Hill, Shirley A. Griffiths, Phillip A. and Bucy, J. Fred. (1989). Everybody Counts: A Report
to the Nation on the Future of Mathematics Education. NRC-Mathematical Sciences
Education Board. Washington D.C.: National Academy Press.
Hudoyo, Herman.1990. StrategiMengajarBelajarMatematika. Malang: IKIP Malang.
_______. (2003). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika. Malang:
Depdiknas-JICA-UM.
Jones, Tim Glynee. (2007). The Book of Numbers. London: Arcturus.
Posamentier, Alfred S. (2003). Math Wonders, to Inspirate Teachers and Students. Virginia
USA: ASCD.
Riedesel, C. A., Schwartz, J. E., and Clements, D. H. (1996).Teaching Elementary School
Mathematics. Boston: Allyn & Bacon.
Shadiq, F. (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah, dan Komunikasi Dalam Pembelajaran
Matematika. Disajikan pada Diklat Instruktur Matematika SMP Jenjang Dasar, 10–23
Oktober (2004). Dirjen Dikdasmen PPPG Matematika Jogjakarta.
Suherman, E. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Depdiknas-JICA-UPI.
Suherman, E. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Kompetensi
Siswa. Makalah disajikan dalam acara Diklat Pembelajaran bagi Guru-guru Pengurus
MGMP Matematika di LPMP Jawa Barat tanggal 10 Desember 2004: Tidak
Diterbitkan.
Sumarmo, U. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi.Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika SMPN I
Tasikmalaya.[12 Februari 2005].
____________. (2012). Bahan Belajar Proses Berpikir Matematik. Bandung: Program S2
Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi. [tidak diterbitkan].
Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta
Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP.Disertasi PPs UPI: Tidak
diterbitkan.
Matematika Rekreasional

Turmudi.(2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (berparadigma
Eksploratif dan Investigasi). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

More Related Content

What's hot

1 hakikat matematika
1 hakikat matematika1 hakikat matematika
1 hakikat matematikashinzenmi
 
Tabii matematik , nilai dan peranan
Tabii matematik , nilai dan perananTabii matematik , nilai dan peranan
Tabii matematik , nilai dan perananmohdsanusisidik
 
Pengertian matematik
Pengertian matematikPengertian matematik
Pengertian matematiksyedx
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaAhmad Isroil
 
Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Tree Myutz
 
Unit8 konsep dasar_pemodelan_matematika
Unit8 konsep dasar_pemodelan_matematikaUnit8 konsep dasar_pemodelan_matematika
Unit8 konsep dasar_pemodelan_matematikamukmin91
 
Wawasan matematika dan wawasan pendidikan matematika
Wawasan matematika dan wawasan pendidikan matematikaWawasan matematika dan wawasan pendidikan matematika
Wawasan matematika dan wawasan pendidikan matematikaDavid Sigalingging
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Rudy Krabay
 
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XIIStandar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XIIRian Maulana
 
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Ig Fandy Jayanto
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIKModul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIKfadhielahya
 
Bab ii tesis pendidikan agama islam
Bab ii tesis pendidikan agama islam Bab ii tesis pendidikan agama islam
Bab ii tesis pendidikan agama islam FathurRahman189
 
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaKemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaJujun Muhamad Jubaerudin
 

What's hot (20)

1 hakikat matematika
1 hakikat matematika1 hakikat matematika
1 hakikat matematika
 
Tabii matematik , nilai dan peranan
Tabii matematik , nilai dan perananTabii matematik , nilai dan peranan
Tabii matematik , nilai dan peranan
 
Pengertian matematik
Pengertian matematikPengertian matematik
Pengertian matematik
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
 
Wawasan matematika
Wawasan matematikaWawasan matematika
Wawasan matematika
 
Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika
 
Unit8 konsep dasar_pemodelan_matematika
Unit8 konsep dasar_pemodelan_matematikaUnit8 konsep dasar_pemodelan_matematika
Unit8 konsep dasar_pemodelan_matematika
 
Wawasan matematika dan wawasan pendidikan matematika
Wawasan matematika dan wawasan pendidikan matematikaWawasan matematika dan wawasan pendidikan matematika
Wawasan matematika dan wawasan pendidikan matematika
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1
 
Tajuk 3
Tajuk 3Tajuk 3
Tajuk 3
 
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XIIStandar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
 
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
 
Penalaran Matematika
Penalaran MatematikaPenalaran Matematika
Penalaran Matematika
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
 
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIKModul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
 
Algebraic thinking
Algebraic thinkingAlgebraic thinking
Algebraic thinking
 
Bab ii tesis pendidikan agama islam
Bab ii tesis pendidikan agama islam Bab ii tesis pendidikan agama islam
Bab ii tesis pendidikan agama islam
 
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaKemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Similar to Pola Prima

05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdfTripuspitaSari13
 
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 Sudrajat16
 
Pengertian matematika
Pengertian matematikaPengertian matematika
Pengertian matematikaLukman
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalargampangmain
 
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKACP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
CP Mapel Matematika.doc
CP  Mapel Matematika.docCP  Mapel Matematika.doc
CP Mapel Matematika.docDarmiatimimi1
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahLukman
 
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docxMODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docxAswarliansyah
 
Makalah dasar dasar pendidikan mipa
Makalah dasar   dasar pendidikan mipaMakalah dasar   dasar pendidikan mipa
Makalah dasar dasar pendidikan mipaFela Aziiza
 
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...Matematika FKIP UHAMKA Jakarta, Indonesia
 
Hakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptxHakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptxTsaqib2
 
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxCP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxhendrafebrianto3
 
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptxTsaniyatulFikriyah
 
Konsep Dasar Bilangan Berpangkat.docx
Konsep Dasar Bilangan Berpangkat.docxKonsep Dasar Bilangan Berpangkat.docx
Konsep Dasar Bilangan Berpangkat.docxZukét Printing
 

Similar to Pola Prima (20)

Kompetensi Matematika
Kompetensi Matematika Kompetensi Matematika
Kompetensi Matematika
 
Aa
AaAa
Aa
 
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
 
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
 
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
 
Pengertian matematika
Pengertian matematikaPengertian matematika
Pengertian matematika
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalar
 
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKACP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
 
CP Mapel Matematika.doc
CP  Mapel Matematika.docCP  Mapel Matematika.doc
CP Mapel Matematika.doc
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docxMODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
 
Makalah dasar dasar pendidikan mipa
Makalah dasar   dasar pendidikan mipaMakalah dasar   dasar pendidikan mipa
Makalah dasar dasar pendidikan mipa
 
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
 
Hakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptxHakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptx
 
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxCP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
 
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
 
Silabus kdm i
Silabus  kdm iSilabus  kdm i
Silabus kdm i
 
Konsep Dasar Bilangan Berpangkat.docx
Konsep Dasar Bilangan Berpangkat.docxKonsep Dasar Bilangan Berpangkat.docx
Konsep Dasar Bilangan Berpangkat.docx
 

More from Matematika FKIP UHAMKA Jakarta, Indonesia (8)

Pembagian bilangan bulat
Pembagian bilangan bulatPembagian bilangan bulat
Pembagian bilangan bulat
 
Belanja kreatif
Belanja kreatifBelanja kreatif
Belanja kreatif
 
Belanja kreatif
Belanja kreatifBelanja kreatif
Belanja kreatif
 
Pita kotak perhiasan
Pita kotak perhiasanPita kotak perhiasan
Pita kotak perhiasan
 
Pita kotak perhiasan
Pita kotak perhiasanPita kotak perhiasan
Pita kotak perhiasan
 
Hati hati generalisasi
Hati hati generalisasiHati hati generalisasi
Hati hati generalisasi
 
Wahidin uhamka mathematical fallacies
Wahidin uhamka mathematical fallaciesWahidin uhamka mathematical fallacies
Wahidin uhamka mathematical fallacies
 
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsdAnalisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
 

Pola Prima

  • 1. Matematika Rekreasional POLA DAN KEKELIRUAN MATEMATIKA, TINJAUAN TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN Wahidin, M.Pd Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UHAMKA Email: headymatic@yahoo.com Abstrak.Matematika adalah ilmu tentang pola.Secara khusus ketika mempelajari matematika, maka kita mempelajari tentang pola, keteraturan, dan hubungan.Bahkan dalam pemecahan masalah matematik menjadi lebih mudah jika menggunakan ataupun menemukan pola.Menemukan pola merupakan salah satu indikator dari kemampuan penalaran matematik, sehingga mewarnai konstruksi bangunan matematika.Bahwa matematika itu tidak terpisahkan dengan penalaran itu sendiri. Mengikuti pola dalam matematika terkadang akan menimbulkan kekeliruan matematik atau paradoksal, oleh karena itu perlu hati-hati dengan pola, terutama yang mengarah kepada penalaran induktif. Banyak sekali pengerjaan matematika yang secara aljabar itu benar, namu pada hakikatnya mengandung kekeliruan yang fatal ataupun kesalahn konsep.Tulisan ini menyajikan berbagai kekeliruan matematik yang nampak benar dalam pola-pola tertentu ditinjau dari aspek kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematik.Pola dan kekeliruan matematik ini cocok untuk disajikan dalam mengawali ataupun mengakhiri pemelajaran matematika di kelas, sehingga dapat merangsang berpikir siswa. Tulisan ini mengetengahkan pola dan kekeliruan matematik pada konsep pecahan, bilangan prima, barisan-deret takhingga, akar, pengukuran, dan trigonometri. Sedangkan kemampuan matematik yang dilibatkan adalah analogi, generalisasi, mencari pola, menyusun konjektur, and pembuktian. Keywords: pola, kekeliruan matematik, penalaran matematik, pemecahan masalah matematik. 1. Pendahuluan Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa, dan menggejala baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA (Turmudi, 2008).Akan tetapi bagi sebagian yang lain, penguasaan terhadap matematika menjadi sebuah kebanggaan, kedigdayaan tersendiri. Bisa dibayangkan kalau dunia tanpa matematika, dunia tanpa angka nol (bahwasannya dunia digital dikonstruksi dengan deretan 101010101…). Kita akan banyak kehilangan teknologi yang berbasis digital. NCTM(2000), menetapkan standar-standar kemampuan matematik seperti pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi, sebagai tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai oleh siswa.Semua kemampuan ini harus
  • 2. Matematika Rekreasional terintegrasi ke dalam standar isi pelajaran matematika, kemudian diharapkan melampaui ulangan (ujian nasional) matematika yang sementara ini mengukur hasil belajar rutin. Sumarmo (2005) mengatakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya mengutamakan daya matematika siswa yang meliputi kemampuan menggali, menyusun konjektur dan menalar secara logik, menyelesaikan soal yang tidak rutin, dan pemecahan masalah. Demikian pula dalam dokumen KTSP (Depdiknas, 2006) menetapkan tujuan pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan: ... 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; … Hasil studi NAEP menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada permasalahan yang menuntut kemampuan penalaran maupun kemampuan pemecahan masalah (Suherman dkk, 2003). Survei yang dilakukan oleh JICA-IMSTEP pada tahun 1999 di Bandung, kegiatan bermatematika yang dipandang sulit oleh siswa maupun guru matematika SMP adalah justifikasi atau pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika, menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara fakta-fakta yang diberikan (Suryadi, 2005). 2. Kajian Teori 2.1. Hakikat Matematika Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep (pernyataan) sebagai akibat logis dari kebenaran konsep sebelumnya, sehingga kaitan antara konsep dalam matematika bersifat konsisten (Depdiknas, 2006). Riedesel, Schwartz, dan Clements (1996) menulis beberapa alasan kenapa matematika perlu diajarkan, di antaranya yang bersesuaian dengan tulisan ini, bahwa matematika adalah suatu aktivitas untuk menemukan dan mempelajari pola maupun hubungan, cara berpikir dan alat untuk berpikir. Secara etimologis, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar, ia lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Kemampuan bernalar ini dapat dilihat dari cara memecahkan persoalan-persoalan matematika maupun
  • 3. Matematika Rekreasional persoalan-persoalan kehidupan (Suherman, dkk., 2003).Matematika merupakan penggolongan dan penelaahan tentang pola(Hudoyo, 1990). 2.2. Penalaran Matematik Shadiq (2004) memandang penalaran sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Berkaitan dengan tulisan ini, indikator penalaran matematik (Sumarmo, 2005), di antaranya siswa dapat: ... 4) Mengunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik, 5) Menyusun dan menguji konjektur, 6) Merumuskan lawan contoh, ... Depdiknas (2006) menyatakan bahwa materi matematika dan penalaran matematik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.Penalaran menjadi penting untuk memecahkan masalah kehidupan nyata.Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. 2.3. Pola Matematika Matematika adalah ilmu tentang pola (Sumarmo, 2012).Pola adalah sebuah susunan yang mempunyai bentuk yang teratur dari bentuk yang satu ke bentuk berikutnya.Ia mempertahankan keteraturan melalui pengulangan (repetisi). Bahwasannya suatu bentuk yang sederhana jika diulang-ulang secara teratur maka akan membentuk suatu pola tertentu. Untuk hal bilangan dalam matematika, jika disusun secara teratur menurut selisih ataupun perbandingan, maka akan terbentuk pola bilangan. Menurut Hudoyo (2003), objek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk, dan struktur. Pada kesempatan yang lainHudoyo (1990) mengatakan bahwa, matematika sebagai teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi materialnya dengan hal-hal yang ditelaah, penggolongan dan penelaahan tentang pola, berkenaan dengan ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. The process of "doing" mathematics is far more than just calculation or deduction; it involves observation of patterns, testing of conjectures, and estimation of results. Mathematics is a science of pattern and order (Hill etall, 1989). 2.4. Kekeliruan Matematik
  • 4. Matematika Rekreasional Kekeliruan-kekeliruan dalam matematika pada berbagai buku dan tulisan terangkum dalam istilah mathematical paradoxal atau mathematical fallacies.Dalam beberapa buku, kekeliruan matematik juga terangkum dalam konsep Mathematical Recreational.Bahwa keseriusan dan kekokohan abstraksi matematika perlu disajikan dengan hiburan-hiburan (oleh guru), sehingga siswa merasakan keindahan matematika yang mereka pelajari.Dalam pengerjaan matematik berkenaan dengan kekeliruan matematik ini, akan banyak menggunakan hukum pencoretan. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Candamatika Salah Nanya 2 + … = 5, berapa titik-titiknya? 3 3 + …. = 7, berapa titik-titiknya? 4 4 + .. = 5; berapa titik-titiknya? 2 3 + □ = 8, berapa kotaknya? 1 Salah Nyoret Salah Paham 3.2. Kekeliruan Pecahan Materi pecahan untuk siswa kelas VII SMP dapat disajikan dengan menunjukkan hubungan-hubungan berikut: Bisa jadi ada siswa yang akan memberlakukan pencoretanseperti di atas dan kemudian mengklaim bahwa
  • 5. Matematika Rekreasional adalah benar yaitu dengan cara menghapuskan saja 2 (Posamentier, 2003). 3.3. Generalisasi yang Keliru Sebuah generalisasi dapat dibuktikan ketidakbenarannya dengan menyajikan satu contoh penyangkal.Perumusan lawan contoh sebagai penyangkal ini merupakan salah satu indikator dari kemampuan penalaran matematik (Sumarmo, 2005). Prinsip pembuktian dengan contoh penyangkal ini dapat dilihat pada proposisi berikut ini x A p(x) Penyangkal a A -p(a) Proposisi Bilangan Prima Perhatikan proposisi n N n(n + 1) + 41 [n(n + 1) + 41] merupakan bilangan prima untuk semua bilangan asli n (Hudoyo, 2003). Kita investigasi data-data yang terbentuk untuk beberapa bilangan asli pertama. n = 1 n(n + 1) + 41 = 1(1 + 1) + 41 = 43 n = 22(1 + 2) + 41 = 47 n = 33(1 + 3) + 41 = 53 n = 44(1 + 4) + 41 = 61 Berdasarkan data-data induktif di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa n(n + 1) + 41 adalah bilangan prima. Berikut disajikan hasil untuk semua nilai n ≤ 40 Tabel 1 Nilai n(n + 1) + 41; n ≤ 40 n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 n(n + 1) + 41 43 47 53 61 71 83 97 113 131 151 n 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 n(n + 1) + 41 173 197 223 251 281 313 347 383 421 461 n 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 n(n + 1) + 41 503 547 593 641 691 743 797 853 911 971 n 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 n(n + 1) + 41 1033 1097 1163 1231 1301 1373 1447 1523 1601 1681
  • 6. Matematika Rekreasional Ternyata untuk 1 ≤ n ≤ 39, memberikan nilai n(n + 1) + 41 yang merupakan bilangan prima. Sedangkan untuk n = 40 diperoleh n(n + 1) + 41 = 40(40 + 1) + 41 = 40(41) + 41 = (40 + 1)41 = 41 × 41 = 1681 yang merupakan bilangan kuadrat. Apakah Bilangan Prima ? Perhatikan pola penyusunan bilangan deretan 3 dan 1.Apakah bilangan 333 … 31 merupakan bilangan prima? Sekarang kita observasi untuk n = 1, 2, 3 yang memberikan hasil 31 ; prima 331 ; prima 3331 ; prima Dapatkah disimpulkan bahwa bilangan dengan deretan angka 3 yang diakhiri dengan 1 merupakan bilangan prima? Sehingga 333 … 31 merupakan bilangan prima. Kita observasi lagi untuk n = 4, 5, 6, 7 dengan hasil 33331 ; prima 333331 ; prima 3333331 ; prima 33333331 ; prima yang ternyata masih merupakan bilangan prima. Akan tetapi, untuk n = 8, diperoleh 333333331 yang bukan merupakan bilangan prima, karena terdapat 17 anggota bilangan asli, sedemikian sehingga
  • 7. Matematika Rekreasional Jadi bilangan 333 … 31 tidak dapat digeneralisir sebagai bilangan prima (Jones, 2007). 3.4. Kekeliruan Pengakaran Perkalian Bentuk Akar (-1 = 1) Diketahui . Juga diketahui bahwa rumusan ini, kita akan menghitung hasil dari . Berdasarkan . Sebagian dari kita mungkin akan mengerjakannya dengan bentuk Sebagian yang lain boleh jadi akan mengerjakannya dengan cara Penyederhanaan Bentuk Akar (-2 = 2) Tentu saja -2 ≠ 2, lalu mana yang benar?Kita dapat menginvestigasi permasalahan kekeliruan pengakaran ini dengan menggunakan alat komputasi. 3.5. Kekeliruan Geometri-Pengukuran Konversi Satuan Massa (1kg = 100ons) Berikut disajikan masalah konversi satuan dari pengukuran massa yang dinilai sebagai sebuah kekeliruan. Telah diketahui bahwa 4 kg = 40 ons ½ kg = 5 ons Kalikan kedua persamaan tersebut, diperoleh (perkalian masing-masing ruas) (4 × ½) kg = (40 × 5) ons 2 kg = 200 ons Berarti 1 kg = 100 ons ?
  • 8. Matematika Rekreasional Kekeliruan ini menarik untuk menjadi pemicu dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan konflik kognitif, di mana konversi satuan berikut perkalian ataupun faktornya menjadi penting untuk dikuasai oleh siswa. Kebenaran pengoperasian konsep konversi satuan ini dapat dilihat sebagai berikut: 4 kg = 40 ons ½ kg = 5 ons Perkalikankedua persamaan tersebut, memberikan hasil (4 kg × ½ kg) = (40 ons × 5 ons) (4 × ½) kg2 = (40 × 5) ons2 2 kg2 = 200 ons2 Berarti 1 kg2 = 100 ons2 ; setarakan satuan dalam ons atau kg 1 (10 ons)2 = 100 ons2 100 ons2 = 100 ons2 Kekeliruan konversi pengukuran yang ditampilkan di atas, berkenaan dengan operasi aljabar 4 kg × ½ kg yang seharusnya dituliskan sebagai 2 kg2, kemudian dikonversikan kedalam ons2 menjadi 1 kg2 = 100 ons2. Luas Bangun Datar (64 = 65) Diberikan bagun datar segitiga dan trapezium seperti gambar di bawah ini: Gambar 3 Puzzle Segi Empat Bangun-bangun tersebut disusun membentuk persegi dan persegi panjang berikut: Gambar 4 Susunan Puzzle Segi Empat
  • 9. Matematika Rekreasional Luas persegi = 64 cm2 sedangkan luas persegi panjang = 65 cm2. Padahal keduanya tersusun dari segitiga dan trapesium yang sama. 3.6. Kekeliruan Aljabar Faktor Aljabar (2 = 1) Hasil pemikiran yang keliru umumnya menjadi perhatian bagi murid-murid yang belajar matematika (Sobel-Maletsky, 2002) Andaikanx = y ; dikalikan x x2 = xy ; dikurang y2 x2 – y2= xy – y2; difaktorkan (x – y)(x + y) = y(x – y); dibagi (x – y)* (x + y) = y 2y = y ; ganti x dengan y ; dibagi y 2=1 Kesalahan yang dilakukan di sini adalah pembagian dengan (x – y)*, padahal x = y, berarti kita telah melakukan pembagian dengan nol (tak terdefinisi). Sistem Persamaan Linier 3 Variabel Diberikan paket harga makanan sebagai berikut: Tabel 2 Daftar Harga Paket Makanan Makanan Gorengan Teh manis Nasi uduk Total Harga Paket I 7 5 3 Rp 30.000,- Paket II 10 7 4 Rp 45.000,- Tentukan harga yang harus dibayarkan apabila membeli masing-masing satu buah gorengan, teh manis, dan nasi uduk. Permasalahan ini dapat dimodelkan menjadi: 10 G + 7 T + 4 N = 45.000 7 G + 5 T + 3 N = 30.000 Nampak bahwa sistem persamaan linier tiga variabel yang tidak diketahui hanya dengan dua persamaan.Jelas menurut aturannya SPLTV tidak dapat diselesaikan. Untuk mencari harga G + T + N, kita cukup melakukan manipulasi pengali, yaitu persamaan pertama dikali 3 sedangkan persamaan kedua dikali 2, sehingga didapat
  • 10. Matematika Rekreasional 21G + 15T + 9N = 90.000 20G + 14T + 8N = 90.000 – G + T + N =0 ; GRATIS Akan ada yang mempersoalkan kenapa gratis?Itu mustahil.Ya namanya juga hiburan matematika.Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa berpikir secara keseluruhan terkadang lebih baik dari pada berpikir parsial. 3.7. Kekeliruan Deret Takhingga Deret ganti Tanda(0 = 1) Diberikan deret ganti tanda jenis deret takhingga. S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + … Tugas kita sekarang adalah menghitung jumlah deret tersebut, dengan mengelompokkannya dalam (1 – 1). S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + …= (1 – 1) + (1 – 1) + (1 – 1) + …= 0 + 0 + 0 + 0 + …= 0 Pengelompokkan bentuk lain: S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 +…= 1 – (1 – 1) – (1 – 1) – (1 – 1) …= 1 – 0 – 0 – 0 – …= 1 Deret Pangkat(-1 adalah Positif) Deret takhingga berikut merupakan deret pangkat dengan bilangan pokok 2. S2 = 1 + 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + … (*) Dituliskan dengan notasi sigma, yaitu Deret ini jelas memberikan hasil bilangan yang positif. Deret (*) dapat kita ubah bentuknya seperti di bawah ini S2 – 1 = 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + … (**) Kalikan persamaan (*) dengan 2, diperoleh 2S2 = 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + … (***) Dari (**) dan (***) didapat bahwa 2S2 = S2 – 1 S2 = -1 Hasilnya bilangan negatif, sedangkan jelas diketahui sebelumnya bahwa S2 merupakan bilangan positif.
  • 11. Matematika Rekreasional Kekeliruan ini terjadi karena kita melakukan suatu operasi hitung terhadap sesuatu yang takhingga. Kita tidak dapat memprediksi ujung dari S1 = 1 – 1 + 1 – 1 + 1 – 1 + …, apakah -1 atau 1? Sehingga tidak dapat menentukan jumlahnya. Begitu pula deretS2, bahwa 2S2 ≠ S2 – 1, yang sesungguhnya deret S2 tidak dapat ditentukan jumlahnya, karena merupakan deret takhingga dengan r> 1. 3.8. Kekeliruan Trigonometri (0 = 4) Kita telah mengetahui salah satu identitas trigonometri, yaitu Penemuan dan pembuktian rumus ini dapat menggunakan sistem koordinat kutub ataupun teorema Pythagoras, untuk hal tersebut, dapat dilihat pada buku kalkulus ataupun buku-buku trigonometri. Sekarang kita akan melakukan manipulasi aljabar untuk identitas tersebut. Pada bentuk yang terakhir ini, akan menjadi keliru jika kita mensubstitusikan nilainilai sudut tertentu. Misalnya jika diambil nilai x = 270O, tentu dengan hasil cos 270O = 0 dan sin 270O = -1; sehingga didapat solusi Untuk nilai x = 180O, maka cos 180O = -1 dan sin 180O = 0; yang memberikan hasil Jelas 0 ≠ 4 dan 1 ≠ . Padahal nilai x = {180O, 270O} akan memberikan kesamaan yang benar jika disubstitusikan ke .
  • 12. Matematika Rekreasional 4. Kesimpulan Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan, dan hubungan.Pengenalan dan penemuan pola membantu dalam membuat konjektur, generalisasi, dan pemecahan masalah matematik.Beberapa pola dalam matematika terkadang menimbulkan kekeliruan matematika, sehingga penalaran induktif tidak sepenuhnya bisa diterima sebagai kebenaran.Pola dan kekeliruan matematik ini cocok untuk disajikan dalam mengawali ataupun mengakhiri pebelajaran matematika di kelas, sehingga dapat merangsang berpikir siswa. 5. Daftar Rujukan Depdiknas.(2006). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs. Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional. Hudoyo, H. (1985). Teori Belajar dalam PBM Matematika. Jakarta: Depdikbud. NCTM.(2000). Principles and Standards for School Mathematics.Reston, VA : NCTM Hill, Shirley A. Griffiths, Phillip A. and Bucy, J. Fred. (1989). Everybody Counts: A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. NRC-Mathematical Sciences Education Board. Washington D.C.: National Academy Press. Hudoyo, Herman.1990. StrategiMengajarBelajarMatematika. Malang: IKIP Malang. _______. (2003). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika. Malang: Depdiknas-JICA-UM. Jones, Tim Glynee. (2007). The Book of Numbers. London: Arcturus. Posamentier, Alfred S. (2003). Math Wonders, to Inspirate Teachers and Students. Virginia USA: ASCD. Riedesel, C. A., Schwartz, J. E., and Clements, D. H. (1996).Teaching Elementary School Mathematics. Boston: Allyn & Bacon. Shadiq, F. (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah, dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Disajikan pada Diklat Instruktur Matematika SMP Jenjang Dasar, 10–23 Oktober (2004). Dirjen Dikdasmen PPPG Matematika Jogjakarta. Suherman, E. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Depdiknas-JICA-UPI. Suherman, E. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Kompetensi Siswa. Makalah disajikan dalam acara Diklat Pembelajaran bagi Guru-guru Pengurus MGMP Matematika di LPMP Jawa Barat tanggal 10 Desember 2004: Tidak Diterbitkan. Sumarmo, U. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi.Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika SMPN I Tasikmalaya.[12 Februari 2005]. ____________. (2012). Bahan Belajar Proses Berpikir Matematik. Bandung: Program S2 Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi. [tidak diterbitkan]. Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP.Disertasi PPs UPI: Tidak diterbitkan.
  • 13. Matematika Rekreasional Turmudi.(2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (berparadigma Eksploratif dan Investigasi). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.