2. i
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Projek Bunga Rampai dalam mata kuliah
Bahasa Indonesia Kelas JC yang berjudul “Sekolah Ramah Anak: Program Pendidikan
Untuk Mengupayakan Pendidikan yang Ramah Anak, Ramah Penyandang Disabilitas
dan Gender, Serta Lingkup Pendidikan yang Sehat Dalam Mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 2030”
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih pada Bapak Topik Mulyana, S.S., M.
Hum. sebagai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Kelas JC yang telah membantu kami
dalam mengerjakan proyek ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan projek ini.
Adapun tujuan kami membuat projek ini selain memenuhi Tugas Projek Bunga
Rampai, yaitu agar karya ini dapat menjadi pengetahuan kepada pembaca bahwasannya
untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, terdapat satu poin kritis
yang dapat diupayakan dari berbagai bidang Pendidikan, mengenai pencapaian
pendidikan yang memadai bagi anak-anak yang membutuhkan.
Kami segenap tim penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam
projek ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi
kesempurnaan projek kami. Semoga projek ini dapat membawa pemahaman dan
pengetahuan bagi kita semua tentang “Sekolah Ramah Anak: Program Pendidikan
Untuk Mengupayakan Pendidikan yang Ramah Anak, Ramah Penyandang Disabilitas
dan Gender, Serta Lingkup Pendidikan yang Sehat Dalam Mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 2030”.
23 Januari 2021
Segenap Kelompok 3
3. ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
Matematis dalam Sekolah Ramah Anak
(Vincent Elfran Go – Matematika)........................................................................................... 1
Respon dan Dukungan Internasional terhadap Program Responsif
Gender dan Penyandang Disabilitas
(Josephine Elisabet – Hubungan Internasional).................................................................... 5
Optimalisasi Pembelajaran dalam Menghadapi Problematika
Pendidikan Inklusif
(Hilton Samuel Siagian – Teknik Industri).............................................................................. 9
Edukasi Moral dan Etika Terhadap Pendidikan
(Claresta Gabriel – Manajemen) ........................................................................................... 13
Keuntungan dari program Pendidikan Peminatan Bisnis dalam
Sekolah Ramah Anak
(Bryan Matthew Djaelani – Administrasi Bisnis) ................................................................ 17
4. 1
Matematis dalam Sekolah Ramah Anak
Oleh: Vincent Elfran Go
Matematika merupakan ilmu yang mempelajari besaran, struktur, ruang, dan
perubahan yang dapat diimplementasikan pada aspek-aspek dalam peradaban manusia
melalui pengembangan logika dan abstraksi. Berpikir matematis merupakan proses
dinamis yang memperluas cakupan dan kedalaman pemahaman karena dimungkinkannya
kita meningkatkan kerumitan ide yang bisa ditangani. Anak sekolah dasar harus dilatih
berpikir matematis karena mereka sudah mampu melakukan penalaran pemecahan
masalah secara sederhana.1
Namun, kerap kali kemampuan berpikir matematis tersebut
terhalangi lingkungan psikososial yang tidak mendukung.
Sekolah Ramah Anak atau SRA merupakan program yang diselenggarakan
pemerintah yang dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan anak serta
mempersiapkan anak untuk bertanggung jawab kepada kehidupan yang toleran, saling
menghormati, bekerja sama untuk kemajuan, dan semangat perdamaian. Dalam
merealisasikannya, SRA menerapkan gerakan BARISAN, yang merupakan singkatan
dari sekolah Bersih, Aman, Ramah, Indah, Inklusif, Sehat, Asri, dan Nyaman. Gerakan
ini membuat lingkungan sekolah sangat kondusif untuk mendukung program belajar
mengajar anak-anak dan akan mempengaruhi lingkungan psikososial yang ramah anak.
Menurut Papalia, etc (2009:534-536), perkembangan psikososial pada anak usia sekolah
dasar meliputi kemampuan menginternalisasikan rasa malu dan bangga, kemampuan
memahami secara lebih baik, dan kemampuan mengatur emosi negatif. Anak-anak usia
sekolah dasar cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit dengan orang tuanya
sehingga tidak terlalu dekat dengan orang tuanya. Meskipun demikian, hubungan dengan
orang tua tetap penting. Kelompok teman sebaya yang menjadi lebih penting, umumnya
1
Sabri, 2009, Berpikir Matematis untuk Pemahaman pada Tingakat Kesadaran, hlm. 1.
5. 2
terdiri atas anak-anak yang serupa dalam usia, jenis kelamin, suku bangsa, status
ekonomi, serta tinggal berdekatan atau pergi ke sekolah bersama-sama. Kelompok teman
sebaya membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, memungkinkan
mereka untuk menguji dan mengadopsi nilai-nilai yang bebas dari nilai orang tua,
memberikan mereka rasa memiliki, serta membantu mengembangkan konsep diri dan
identitas gender.
Dalam proses berpikir matematis, kita melakukan proses pengkhususan
(memerhatikan beberapa kasus atau contoh), proses mencari pola dan hubungan, dan
proses peyakinan (membangun keyakinan tentang sesuatu itu benar) di mana semua
proses ini berlangsung dalam konteks pemecahan masalah-masalah matematika.2
Pada
tingkatan sekolah dasar, contoh berpikir matematis dapat berupa aritmatika. Kebanyakan
dari mereka jika ditanya hasil perkalian, akan menjawab karena sudah ada di tabel sesuai
rumus perkalian. Hal ini mungkin akibat dari pembelajaran yang menuntut anak untuk
menghafal perkalian. Mereka menjawab secara otomatis karena sudah menghafal. Jika
kita berpikir secara matematis, anak diajarkan konsep perkalian terlebih dahulu kemudian
diminta untuk melakukan proses pembuktian dari perkalian tersebut. Dengan demikian,
siswa dapat berpikir melalui pemecahan masalah (dalam tahapan tingkat tinggi).
Psikososial atau psikologi sosial merupakan tingkah laku manusia sebagai individu.3
Sherif & Sherif menjelaskan bahwa psikologi sosial adalah ilmu saintifik mengenai
pengalaman dan kebiasaan individu dalam hubungan untuk merangsang situasi sosial.4
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah
ilmu tentang tingkah laku individu dalam interaksi di lingkungan sosialnya.
Berpikir matematis merupakan proses dinamis yang dapat memperlias cakupan
dan kedalaman pemahaman matematika shingga tingkat kerumitan proses berpikirnya
lebih tinggi. Adapun psikologi sosial adalah ilmu tentang tingkah laku individu dalam
interaksi di lingkungan sosialnya. Siswa sekolah dasar, dalam teori Piaget (teori
2
Ibid, hlm. 2.
3
Sarwono, Sarlito Wirawan, 2008, Teori-eori Psikologi Soial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.
2.
4
Ibid, hlm. 3.
6. 3
perkembangan kognitif), termasuk dalam tahapan berpikir operasional konkret. Pada
tahapan ini, siswa harus dilatih berpikir matematis, sehingga mampu berpikir logis dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan sosial anak yang meliputi
orang tua dan teman sebaya adalah penunjangnya. Siswa juga harus berada di lingkungan
ramah anak dengan prinsip provisi, proteksi, dan partisipasi yang saling berkaitan.
Lingkungan psikososial yang baik dan ramah anak akan mendorong anak untuk lebih
mudah dalam berpikir secara matematis. Dengan Sekolah Ramah Anak, tujuan ini dapat
tercapai melalui perealisasian tujuan SRA dan penyediaan fasilitas yang menunjang
pembelajaran demi meningkat psikososial murid-muridnya. Dengan Gerakan BARISAN
juga dengan komponen penting Sekolah Ramah Anak seperti adanya komitmen tertulis
sebagai sebuah kebijakan, adanya partisipasi orang tua, adanya sarana dan prasarana, juga
adanya pendidik yang sudah terlatih dan berkompetensi untuk memahami hak-hak anak,
maka anak-anak yang membutuhkan dapat mendapat pendidikan yang memadai untuk
meningkatkan psikososial anak. Dengan kata lain, program Sekolah Ramah Anak dari
Pemerintah Indonesia yang efektif bagi anak-anak yang membutuhkan haruslah tetap
dikembangkan agar salah satu target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 di bidang
pendidikan dapat tercapai.
Daftar Pustaka
Papalia, Diane E, dkk. 2009. Human Development: Perkembangan Manusia. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sabri. 2009. Berpikir Matematis untuk Pemahaman pada Tingkat Kesadaran.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Febrianti, Titania. (2020, Januari 28). Apa Sih Sekolah Ramah Anak? Ini Informasi
Pentingnya untuk Mama. Popmama. https://www.popmama.com/big-kid/6-9-
7. 4
years-old/titania-febrianti/ini-yang-perlu-mama-ketahui-terkait-sekolah-ramah-
anak/3. 26 Januari 2021.
Mengenal Sekolah Ramah Anak dari Pemerintah Indonesia. (2020, November 20).
https://www.ibudanbalita.com/artikel/mengenal-sekolah-ramah-anak-program-
pemerintah-indonesia. 26 Januari 2021.
Hidayati, Yulia Hidayati. 2017. Berpikir Matematis di Lingkungan Sosial yang Ramah
Anak. Universitas Negeri Surakarta.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/9588/44.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y. 26 Januari 2021.
8. 5
Respon dan Dukungan Internasional terhadap
Program Responsif Gender dan Penyandang
Disabilitas
Oleh: Josephine Elisabet
Indonesia masih mengejar tahap pembangunan menuju kesejahteraan untuk
menghapuskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan sosial, dan melindungi lingkungan.
Namun, cukup sulit untuk mencapai tujuan tersebut dengan cepat, masih ada banyak yang
tertinggal di berbagai aspek pembangunan. Rencana tersebut telah disepakati oleh
Indonesia bersama dengan negara-negara lain di dunia yaitu Sustainable Development
Goals (SDGs). Target yang bisa dicapai Indonesia pada tahun 2030 yaitu menghilangkan
disparitas gender dalam pendidikan, menjamin akses yang sama untuk semua tingkat
pendidikan dan pelatihan kejuruan bagi masyarakat yang rentan termasuk bagi
penyandang disabilitas, masyarakat penduduk asli, dan anak-anak dalam kondisi rentan.
Tetapi, perempuan dan anak saat ini masih menjadi kelompok yang tertinggal yang
seharusnya kesetaraan gender menjadi pelaksanaan dari SDGs. “Isu gender masuk dalam
berbagai bidang pembangunan. Oleh karena itu, kami mendorong seluruh pemangku
kepentingan, baik di tingkat pusat dan daerah untuk melaksanakan Pengarusutamaan
Gender (PUG). PUG menjadi suatu strategi untuk mencapai Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,
aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program
di berbagai bidang kehidupan dan sektor pembangunan,” pungkas Agustina Erni. 5
Kemudian, anak-anak penyandang disabilitas masih belum mendapatkan pendidikan
secara keseluruhan di mana pendidikan yang didapatkan itu terbatas. Maka dari itu
5
Kiwi, “Permasalahan Perempuan dan Anak Harus Ditangani Bersama!”
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2111/permasalahan-perempuan-dan-anak-harus-
ditangani-bersama diakses pada 25 Januari 2021, 20:10
9. 6
pemerintah merencanakan membangun Sekolah Ramah Anak dengan fasilitas dan
menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak. Selain memiliki program-
program pendidikan yang sangat berkualitas, Sekolah Ramah Anak juga menjunjung
tinggi kemanusiaan di mana sekolah tersebut memiliki program yang mendukung
responsif terhadap gender dan penyandang disabilitas. Sekolah responsif gender
merupakan sekolah yang memiliki berbagai aspek seperti aspek akademik, sosial,
lingkungan fisik yang memerhatikan secara seimbang kebutuhan spesifik gender.
Sedangkan, program pendidikan bagi penyandang disabilitas dibentuk supaya semua
anak mendapatkan pendidikan yang sama dan menjadi konstribusi bagi masyarakat yang
menghargai perbedaan individu.
Kesetaraan gender telah menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai berdasarkan
komitmen global Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs), dengan istilah
Planet 50:50 di mana perempuan dan laki-laki bersama-sama setara berperan dan terlibat
dalam pembangunan. Indonesia mendapatkan peran sebagai duta bersama dengan
beberapa perwakilan negara seperti Malawi, Romania, Rwanda, Jepang, dan Swedia.
Tujuan kesetaraan gender salah satunya diwujudkan dengan program pendidikan
responsif gender yang ternyata mendapatkan dukungan banyak dari berbagai negara
global. Sekolah Ramah Anak memilki program yang menyediakan pengetahuan dan
keterampilan dengan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan budaya dan
cerita rakyat. Praktik pembelajaran tersebut dilakukan melalui media audio visual dan
biasanya anak-anak menyukai cerita rakyat sehingga melalui cerita rakyat tersebut bisa
disisipkan nilai-nilai responsif gender di dalamnya. Selanjutnya, menurut Laporan PBB
mengenai Hak Asasi Manusia dan Kecacatan tahun 1991 (UN Rapporteur on Human
Rights and Disabilities) mengemukakan bahwa paling sedikit satu dari sepuluh orang di
mayoritas negara memiliki cacat fisik, mental, atau indera (tunarungu/tunanetra). Angka
anak-anak yang mendapatkan pendidikan bagi semua hanya sebesar 5% yang
membuktikan bahwa angka tersebut masih belum memenuhi semua anak-anak
penyandang disabilitas mendapatkan program pendidikan.
10. 7
Program pendidikan yang responsif terhadap gender dan bagi penyandang
disabilitas tentu harus didukung oleh berbagai pihak supaya mewujudkan cita-cita SGDs
2030 di mana setiap anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa memandang
fisik dan gender. Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kualitas
pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara membangun dan meningkatkan
fasilitas pendidikan yang ramah terhadap anak-anak, penyandang disabilitas dan gender,
serta menyediakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan efektif bagi semua anak.
Lalu, solusi lainnya dengan menyediakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
dengan kualitas unggul sesuai dengan gaya hidup dan kesetaraan gender, serta
penyandang disabilitas bagi seluruh peserta didik. Maka dari itu, program pendidikan ini
mendapat dukungan bagi internasional di mana tujuan pendidikan yang menjadi sasaran
tumpuan pembangunan berkelanjutan dalam era Sustainable Development Goals (SDGs)
hingga 2030 mendapat arahan dari PBB pada 2 Agustus 2015. Dalam suatu pertemuan,
pemimpin ASEAN Lee Hsien Loong berkomitmen terhadap pembangunan dalam
mewujudkan SDGs 2030. Selain itu, dalam upaya pemerhati anak di lingkungan
pendidikan, program tersebut mendapatkan dukungan dengan mitra kerja L-PAMAS
(Lembaga Pemerhati Anak dan Masyarakat) bersama NGO (Non-Government
Organization) berupa donatur yang merupakan NGO internasional bernama Childfund
International.
Daftar Pustaka
DR. Gunawan, R, M.Pd. 2019. Sejarah Pendidikan Inklusif: Konsep Sekolah Ramah
Anak. http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/sejarah-pendidikan-inklusif-konsep-
sekolah-ramah-anak-2/. 24 Januari 2021
Kiwi. 2016. Rapat Evaluasi Pencapaian MDGs Tahun 2015 dan Sosialisasi SDGs di
Provinsi Jawa Timur. http://sdgs.bappenas.go.id/rapat-evaluasi-pencapaian-
mdgs-tahun-2015-dan-sosialisasi-sdgs-di-provinsi-jawa-timur/. 24 Januari 2021
11. 8
Kiwi. 2018. Kolaborasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB/SDGs) di Indonesia. http://sdgs.bappenas.go.id/kolaborasi-dalam-
mencapai-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-tpbsdgs-di-indonesia/. 24 Januari
2021
Kiwi. 2018. Kesetaraan Gender: Perlu Sinergi Antar Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, dan Masyarakat.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1667/kesetaraan-gender-
perlu-sinergi-antar-kementerian-lembaga-pemerintah-daerah-dan-masyarakat. 24
Januari 2021
Sulistiowati, R., D. B. Atika., I. Prihantika., dan S. D. Melinda. 2017. Membangun Etika
Sosial Politik Menuju Masyarakat yang Berkeadilan. Oktober 18. FISIP
Universitas Lampung.
Utomo, S.S. dan U, Ekowati. Pendidikan Responsif Gender Bagi Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan Antropologi 3(1): 41-50.
12. 9
Optimalisasi Pembelajaran dalam Menghadapi
Problematika Pendidikan Inklusif
Oleh: Hilton Samuel Siagian
Kehidupan pendidikan di Indonesia menjadi hal yang sensitif untuk
diperbincangkan. Hasil survei PISA mengenai kemampuan pelajar tiap negara
menyatakan bahwa Indonesia menempati posisi ke-72 dari 77 negara. Terlihat jelas jika
kualitas pendidikan Indonesia masih sangat jauh dari kata cukup. Padahal, pendidikan
menjadi sebuah fondasi kuatnya suatu bangsa yang berkarakter sekaligus kunci dalam
mengatasi permasalahan di negeri ini. Tanpa pendidikan, negara tersebut akan jauh
tertingal dari negara lain. Maka dari itu Indonesia dengan dunia menyepakati rencana
aksi global yakni Sustainable Development Goals (SDGs) yang didalamya merancang
pemerataan pendidikan berkualitas dan inklusif. Penyandang disabilitas sudah seharusnya
mendapat kelayakan pendidikan seperti pelajar pada umumnya. Namun, kita masih dapat
melihat adanya kesenjangan dan kecenderungan dimana siswa dengan keterbelakangan
khusus mendapat pendidikan yang khusus pula. Kebijakan telah ditetapkan pemerintah
untuk mengatasi hal tersebut, namun justru memunculkan dilema bagi lembaga-lembaga
pendidikan formal yang ada.
Pendidikan inklusif adalah pendidikan ramah anak yang dikhususkan bagi
penyandang disabilitas untuk dapat bersekolah dikelas yang sama dengan teman-teman
seusianya.6
Sekitar 460.000 anak Indonesia dengan rentang usia 7 hingga 18 tahun
menyandang disabilitas. Adapun Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 70 Tahun 2009 yang mengatur pendidikan inklusif bagi para peserta didik dengan
kebutuhan khusus. Dengan demikian, seharusnya pendidikan inklusif telah berjalan
kurang lebih 11 tahun lamanya. Ada tiga faktor ketertinggalan negara berkembang dalam
6
Herawati, Nenden Ineu, 2018, “Pendidikan Inklusif”, Jurnal Eduhumaniora Vol. 2 No. 1,
https://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/view/2755/0, diakses pada 30 Januari 2021.
13. 10
hal pendidikan yang salah satunya yaitu ketimpangan pendidikan, ketimpangan ini
disebabkan oleh tidak meratanya sumber daya manusia terutama guru sebagai tenaga
kependidikan.7
Sekolah-sekolah formal yang ada telah didorong pemerintah untuk dapat
merealisasikan pendidikan inklusif yang diharapkan. Namun, hal ini menjadi suatu
dilema bagi para lembaga sekolah. Disatu sisi sekolah formal mengupayakan pendidikan
inklusif ini, tetapi disisi lain kurangnya tenaga pendidik yang mumpuni baik di pelajaran
biasa maupun pemberian pendidikan kepada siswa berkebutuhan khusus. Tidak mudah
bagi tenaga pendidik untuk memiliki keahlian tersebut ditambah dengan usaha untuk
menyatukan lingkungan sekolah formal dengan anak berkebutuhan khusus. Sarana dan
lingkungan sekolah yang belum sepenuhnya aksesibel bagi anak berkebutuhan khusus
juga menjadi faktor penghambat realisasi pendidikan inklusif. Sebagian besar lembaga
pendidikan juga mengalami kesulitan dalam upaya modifikasi kurikulum yang sesuai.
Disamping itu, masih banyaknya masyarakat yang kurang mendukung pendidikan
inklusif ini dengan paradigma mereka bahwa anak berkebutuhan khusus seharusnya
bersekolah di sekolah khusus. Perguruan tinggi pun banyak yang belum berperan aktif
dalam implementasi pendidikan inklusif di Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya
yang mampu menghadapi berbagai hambatan tersebut.
Pendidikan inklusif membutuhkan optimalisasi pembelajaran yang mendukung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa optimalisasi berasal dari kata
optimal artinya terbaik atau tertinggi. Jadi optimalisasi pembelajaran yang dimaksud
yaitu upaya meningkatkan pembelajaran terutama dalam menghadapi berbagai
problematika pendidikan inklusif yang masih ada. Dari 3,9 juta guru yang ada, masih
terdapat 25% guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik, dan 52% guru belum
memiliki sertifikat profesi.8
Guru memegang peran terpenting dalam perkembangan
pendidikan, maka kualitas guru perlu lebih ditekankan. Kualifikasi dan kepemilikan
7
Lowe, Willie, 2019, “Faktor Negara Berkembang Tertinggal Jauh Masalah Pendidikan”,
http://www.refondation-ecole.net/faktor-negara-berkembang-tertinggal-jauh-masalah-pendidikan/,
diakses pada 30 Januari 2021.
8
Yunus, Syarifudin, 2017, “Mengkritisi Kompetensi Guru”, https://news.detik.com/kolom/d-
3741162/mengkritisi-kompetensi-guru, diakses pada 31 Januari 2021.
14. 11
sertifikat profesi bagi setiap guru harus diperketat. Guru sebagai tenaga pendidik perlu
diberikan pembenahan secara menyeluruh yang meliputi pengembangan profesi, jaminan
kesehatan, perlindungan, dan penghargaan terhadap guru melalui Undang-Undang
khusus mengatur tentang guru. Terutama dalam menunjang pendidikan inklusif ini, guru
dituntut untuk bisa memberikan pelayanan pendidikan dan sikap terhadap penyandang
disabilitas. Dengan demikian, besar kemungkinan untuk tenaga pendidik dapat
meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya dalam mengajar. Dalam kegiatan
pembelajaran pendidikan inklusif, pemerintah diharapkan untuk mengalokasikan dana
lebih besar bagi lembaga pendidikan, yakni sekolah agar dapat memenuhi kriteria
sarana/fasilitas yang diperlukan penyandang disabilitas. Berbagai alat bantu, alat
asesmen, alat terapi, dan semua fasilitas yang mendukung pembelajaran bagi berbagai
jenis penyandang disabilitas harus dipersiapkan tiap sekolah. Perubahan kurikulum perlu
dilakukan demi menghindari kebiasaan belajar yang lama. Kurikulum yang dituju yaitu
kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan para penyandang disabilitas disekolah
nanti. Dengan adanya perubahan tersebut diharapkan kegiatan belajar mengajar dalam
pendidikan inklusif dapat terwujud. Banyak penyandang disabilitas yang juga ingin
merasakan lingkungan belajar bersama anak normal pada umumnya. Untuk itu pola pikir
masyarakat terdahulu seharusnya mulai diubah.
Pendidikan inklusif menjadi bagian dari kebijakan pendidikan nasional, akan
tetapi berbagai kendala menghambat terwujudnya pendidikan inklusif ini. Maka
dibutuhkannya optimalisasi pembelajaran yang diharapkan dapat merealisasikan program
ini. Kebijakan telah dibuat, peraturan telah ditetapkan, tetapi apakah pemerintah hanya
akan berhenti di tahap tersebut? Akankah pemerintah konsen terkait hal ini? Dan sampai
kapan Indonesia akan memegang peringkat tersebut?
15. 12
Daftar Pustaka
Anonim. 2019. Survei Pendidikan Dunia, Indonesia Peringkat 72 dari 77 Negara.
https://www.viva.co.id/arsip/1249962-survei-pendidikan-dunia-indonesia-
peringkat-72-dari-77-negara (diakses pada 30 Januari 2021).
Handayani, Titik dan Angga Sisca Rahadian. 2014. Peraturan Perundangan dan
Implementasi Pendidikan Inklusif. https://media.neliti.com/media/publications/
149701-ID-peraturan-perundangan-dan-implementasi-p.pdf (diakses pada 30
Januari 2021).
Zaini, Syam. 2020. Tantangan dan Hambatan Pendidikan Inklusif di Sekolah.
https://metrosulawesi.id/2020/01/28/tantangan-dan-hambatan-pendidikan-
inklusif-di-sekolah/ (diakses pada 31 Januari 2021).
Lailatussaadah. 2015. Upaya Peningkatan Kinerja Guru. Jurnal Intelektualita Vol. 3 No.
1, https://media.neliti.com/media/publications/243106-upaya-peningkatan-kinerja-
guru-01aa1a7f.pdf (diakses pada 31 Januari 2021).
Dewi, Rinita Rosalinda. 2015. Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif.
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/sarana-dan-prasarana-pendidikan-
inklusif.html (diakses pada 31 Januari 2021).
16. 13
Edukasi Moral dan Etika Terhadap Pendidikan
Oleh: Claresta Gabriel
Etika /étika/ n 1 ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
serta kewajiban moral; 2 kumpulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak; 3 asas
perilaku yang menjadi pedoman. Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang
persoalan baik dan buruk atas berdasarkan akal pikiran manusia (Daud Ali, 2008). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Etika” adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang
buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan
akhlak, nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat. Secara garis besar,
pendidikan sendiri adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaanya dengan tujuan agar anak
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain
Menurut Soegarda Poerbakawatja, “Etika adalah filsafat nilai, pengetahuan
tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup
manusia semuannya, terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan”. Etika dan
pendidikan memang memiliki artinya sendiri-sendiri, namun sejatinya arti dari etika
dalam pendidikan adalah sebuah proses pendidikan yang berlangsung secara etis dan
terus-menerus dalam kehidupan seseorang melalui pengajaran dan penekanan terhadap
etika itu sendiri. Proses atau jalannya suatu sistem pendidikan harus disertakan dengan
etika yang baik dan benar, karena di dalam pendidikan kita tidak hanya berbicara tentang
nilai yang baik, namun juga tentang bagaimana etika diterapkan di dalamnya untuk
peserta didik maupun pendidiknya sekalipun.
Pendidik dalam suatu sistem pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk
mengupayakan kesiapan anak bangsa sebagai pelaksana pembangunan nasional yang
kokoh untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pada UUD nomor
17. 14
20 tahun 2003. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam
pengembangan Sumber Daya Manusia, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional
merupakan tugas bagi pendidik dalam menyampaikan pesan etika dan moral sebagai
fondasi bagi anak bangsa dalam menjalankan roda keilmuannya, maka etika dan moral
dalam dunia pendidikan terbangun dalam pengembangan potensi diri bangsa dalam
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan anak bangsa.
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi suatu bangsa dan negara,
pendidikan juga merupakan suatu proses melahirkan atau membentuk generasi penerus
yang berkulitas tinggi. Faud Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa pengertian dari
pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan kebudayaan, yang di mana usaha-usaha tersebut dapat diwariskan
kepada generasi-generasi selanjutnya dan berguna untuk melestarikan kehidupannya.
Sedangkan menurut Jhon Dewey (2003: 69), pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia. Masih banyak pendapat dari para ahli mengenai arti dari pendidikan itu
sendiri, namun bila diringkas menjadi satu, arti dari pendidikan dasarnya adalah usaha
sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam
mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada
anak untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak mampu
melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.
Bisa kita lihat bahwa sangat amat penting untuk mengikutsertakan etika dan moral
dalam suatu sistem pendidikan, maupun itu lewat materi ataupun tingkah laku sehari-hari.
Di sekolah dari tingkat paling rendah sampai paling tinggi pun sangatlah penting untuk
18. 15
menanamkan etika dan moral yang baik karena jika kita berpedidikan namun tidak
mempunyai etika yang baik dan juga moral yang baik, semua gelar ataupun jabatan yang
kita punya akan terlihat sia-sia di mata orang lain. Semua hal tersebut sangatlah berguna
sampai kita tua kelak, sampai umur berapapun, seharusnya manusia bisa bertingkah laku
atau berbuat hal yang benar dan tidak merugikan orang lain. Etika dan moral adalah hal
yang harus atau wajib dalam sistem pendidikan, namun alangkah baik jika adanya faktor
pendukung dari lingkungan sekitar seperti dari komunitas di sekolah atau di kampus,
komunitas di Masjid ataupun Gereja atau tempat ibadah yang lainnya, dan juga tidak
kalah penting dukungan dari keluarga, karena kita hidup 24 jam dengan keluarga maka
setelah dari pendidikan, keluargalah yang sangat berpengaruh terhadap perilaku kita.
Maka dari itu pendidikan adalah hal yang sangat penting, kita bisa melihat perbedaan
orang atau pribadi yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, memang tidak
semua orang yang berpendidikan dijamin sukses, namun karna adanya penanaman
mengenai etika dan moral sepanjang menempuh pendidikan maka orang-orang yang
berpendidikan terlihat dari tingkah laku atau etika dan moral jauh lebih baik dibanding
orang-orang yang tidak berpendidikan.
Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. “Etika”
Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sintem Pendidikan Nasional
Kamus Bahasa Indonesia, hal. 399
Bambang Setyono. (2011). Etika, moral dan bunuh diri lingkungan dalam persepektif
ekologi, cet. I, hal. 47
Ihsan, Fuad H. (2005). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
19. 16
Dewey, Jhon. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.
Internet
“Pengertian Pendidikan”. Diakses 28 Januari 2021.
https://www.silabus.web.id/pengertian-pendidikan-dan-makna-pendidikan/
“Pendidikan di Indonesia”. Diakses 28 Januari 2021.
https://www.kompasiana.com/dinda24/5c812ffb43322f264762c3c5/kualitas-
pendidikan-di-indonesia
“Etika dalam Pendidikan”. Diakses 29 Januari 2021.
https://media.neliti.com/media/publications/137552-etika-dalam-pendidikan-kajian-etis-
tenta-f7756d26.pdf
https://kalbar.kemenag.go.id/id/opini/etika-dan-moral-pendidikan
20. 17
Keuntungan dari program Pendidikan
Peminatan Bisnis dalam Sekolah Ramah Anak
Oleh: Bryan Matthew Djaelani
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa
setiap masyarakat di Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu
berkembang. Pendidikan mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan
diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya. Dalam sekolah
ramah anak pasti banyak hal ilmu dan pendidikan yang dapat di ajarkan kepada anak-
anak dengan cara yang menghargai hak-hak anak dan perlindungan mereka dari
kekerasan. Ilmu pendidikan yang sudah di terapkan dalam sekolah ramah anak
merupakan ilmu-ilmu dasar dalam pelajaran seperti pelajaran IPA, IPS, PKN dan lain-
lainnya. Oleh karena itu kami mengusulkan dengan adanya penambahan dalam program
pendidikan yang bersifat peminatan atau bersifat tidak wajib. Program pendidikan itu
adalah bisnis, sebuah ilmu yang tidak wajib untuk siswa-siswi sekolah ramah anak. Bisnis
itu adalah kegiatan memperjualbelikan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Program pendidikan ini bertujuan untuk membantu siswa-siswi dalam
mencari peminatan, hobi, dan atau bakat untuk kepentingan masa depan mereka sebagai
generasi penerus bangsa. Menambah pengalaman dan melatih kemampuan siswa-siswi
dalam dunia bisnis dalam level yang ringan sangatlah menguntungkan berbagai pihak.
Dalam menambahkan program pendidikan bisnis ini tentunya tidak mudah dalam
membuatnya, pasti membutuhkan rencana dan persiapan yang matang. Yang pertama
adalah merancang program pembelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Yang
kedua adalah mencari sarjana yang dapat mampu membimbing dalam program
pendidikan bisnis dan juga merencanakan program pembelajaran dan kegiatan bersama
dengan sarjana yang akan menjadi pembimbing tersebut. Selanjutnya adalah
mengusulkan dan meminta izin kepada kementerian pendidikan dalam menjalankan
21. 18
program tersebut. Lalu tahap akhir adalah mengumumkan dan mempersiapkan kepada
sekolah ramah anak untuk program pembelajaran bisnis yang bersifat peminatan.
Program pendidikan bisnis ini cukup menguntungkan dan memberikan banyak
dampak yang baik untuk berbagai pihak terutama bagi para siswa-siswi. Keuntungan bagi
para siswa-siswi ialah mereka mendapatkan bekal terhadap bisnis untuk menghadapi ke
masa depan bila lulus dari SMA tidak melanjutkan ke tahap mahasiswa mereka sudah
memiliki ilmu tentang bisnis. Program pendidikan bisnis ini juga menguntungkan bagi
siswa-siswi yang ingin melanjutkan ke tahap mahasiswa, karena mereka sudah
mendapatkan pengalaman terlebih dahulu. Bangsa Indonesia pun diuntungkan karena
siswa-siswi sebagai generasi penerus bangsa telah terbekali dengan ilmu yang membantu
mencerahkan masa depan mereka. Dan program pendidikan ini juga dapat mengurangi
angka kemiskinan bangsa yang tentu saja pasti menguntungkan bangsa Indonesia.
Program pendidikan bisnis ini diadakan karena memiliki faktor yang mendukung
berdirinya. Faktor pendukung yang pertama adalah angka kemiskinan bangsa Indonesia
yang tinggi. Karena angka kemiskinan yang tinggi program pendidikan bisnis ini ada
untuk menekan itu agar dapat berkurang. Siswa-siswi akan belajar soal bisnis supaya
mereka dapat mendirikan usaha milik mereka sendiri. Dengan mereka dapat mendirikan
usaha sendiri masa depan para siswa-siswi akan menjanjikan dan angka kemiskinan akan
sedikit demi sedikit menurun.
Dalam mendirikan program pendidikan bisnis ini tentu saja ada beberapa
tantangan yang cukup sulit di atasi. Contohnya seperti ada beberapa siswa-siswi yang
akan kurang minat untuk mengikuti program pendidikan bisnis tersebut. Dan juga untuk
mencari seorang sarjana untuk mengajar ilmu bisnis itu bukanlah hal yang mudah. Oleh
karena itu, dengan tantangan-tantangan tersebut kami juga memikirkan solusi supaya
dapat mengatasinya. Yang pertama adalah memberikan sertifikat kepada para siswa-siswi
yang sudah mengikuti program pendidikan bisnis supaya di masa yang akan datang siswa
dan siswi akan memiliki bukti bahwa mereka memiliki pengalaman soal bisnis. Lalu
membuat program pendidikan bisnis ini lebih menarik dan terkesan seru untuk diikuti
22. 19
seperti membuat kegiatan pembelajaran yang menghibur namun memberi pengalaman
dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi siswa-siswi. Selanjutnya untuk tantangan mencari
sarjana untuk mengajar ilmu bisnis bisa dari merekrut di perguruan tinggi dan juga
membuka lowongan pekerjaan, upah pun yang akan diberikan harus yang sepadan dan
layak untuk seorang sarjana tersebut.
Program pendidikan bisnis yang bersifat peminatan ini merupakan program yang
sangat menguntungkan bagi berbagai aspek dan pihak bangsa Indonesia. Dengan adanya
program ini maka dapat mengembangkan generasi penerus bangsa dan juga memberi
bekal kepada siswa-siswi agar masa depan mereka menjanjikan. Dan juga dengan adanya
angka kemiskinan bangsa Indonesia yang tinggi, mendorong untuk berdirinya program
pendidikan bisnis ini. Tentu saja tidak lupa dengan adanya tantangan dalam mendirikan
program ini, untuk kedepannya pasti akan ada hal tantangan baru yang akan dihadapi dan
kami pun harus siap untuk mengatasi tantangan tersebut.
Daftar Pustaka
Semang, Fauzia. (2015, November 15). Pentingnya Pendidikan bagi semua orang.
Kompasiana.https://www.kompasiana.com/faica18/564af5b7747e617f0885f68c/
pentingnya-pendidikan-bagi-semua-orang
M.Si, Dr Ir Hj Apiaty Kamaluddin; M.Si, Dr Patta Rapanna, S. E. (2017, juli 31). Bisnis.
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Bisnis
Febrianti, Titania. (2020, Januari 28). Apa Sih Sekolah Ramah Anak ? Ini Informasi
Pentingnya untuk Mama. Popmama. https://www.popmama.com/big-kid/6-9-
years-old/titania-febrianti/ini-yang-perlu-mama-ketahui-terkait-sekolah-ramah-
anak/2