SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Pengertian informasi adalah: data yang diolah dan dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya. Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data untuk
memberikan keterangan atau pengetahuan. Maka dengan demikian sumber informasi adalah data.
Data adalah kesatuan yang menggambarkan suatu kejadian atau kesatuan nyata.
http://ewawan.com/pengertian-informasi-definisi-informasi.html
Ciri-Ciri Informasi yang Berkualitas
Menurut Mc. Load
Akurasi
Informasi yang dihasilkan benar-benar akurat, data yang dimasukkan dan proses yang digunakan
didalam sistem harus benar sesuai dengan kenyataan atau proses harus sesuai dengan perumusan-
perumusan yang sesai.
Relevansi
Informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi, data yang digunakan untuk diproses seharusnya ada hubungannya dengan masalahnya
sehingga informasi yang diberikan bisa sesuai dengan masalah yang dihadapai.
Ketepatan waktu
Informasi yang dihasilkan tepat waktu, kalau saat ini kita membutuhkan suatu informasi maka
informasi yang kita butuhkan itulah yang kita dapatkan. Informasi tidak datang waktu yang dah
lewat atau sebelumnya.
Kelengkapan
Informasi yang dihasilkan lengkap, informasi yang dihasilan harus lengkap jadi tidak ada kekurangan
sedikitpun tentang informasi yang dicari.
http://ertaufiq.blogspot.com/2010/06/ciri-ciri-sistem.html
Kualitas informasi;
Tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus :
• Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan.
Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan masudnya.
• Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
• Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi
untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.
Metode pengumpulan data / Informasi
1. Pengamatan langsung
2. Wawancara
3. Perkiraan koserponden
4. Daftar pertanyaan
Sekarang ini anak-anak yang tengah gencar memburu ilmu di bangku pendidikan, disisi lain (hampir)
tidak pernah dididik secara serius dalam menumbuhkembangkan ranah emosional dan spiritualnya.
Ranah kecerdasan spiritual yang amat penting peranannya dalam melahirkan generasi yang utuh dan
paripurna justru dalam kenyataanya dikebiri dan dimarjinalkan.
Selama ini penilaian untuk mengukur kecerdasan anak didik (pelajar) masih terjebak pada sebuah
penilaian pada ranah koqnitif semata. Penilaian tidak pernah menjadikan salah satu anak didik atau
pelajar ketika memiliki kepekaan atau kepeduliaan terhadap sesamanya baik dalam lingkungan
sekolahnya maupun masyarakatnya. Pada hal keadaan seperti ini perlu didorong dalam diri pelajar
sebagai bagian dari pencerahan spiritual. Penafian semacam ini dalam penilaian tentunya sangat
terkait dengan kebijakan dan kurikulum pendidikan. Kebijakan dan kurikulum belum memberikan
ruang dan waktu yang cukup berarti untuk memberikan penilaian pada sikap pelajar terkait
kepedulian dan kepekaan siswa/anak didik.
Idealnya, pendidikan harus mampu memberikan proses pencerahan dan katarsis spiritual kepada
peserta didik. Katarsis spiritual yang dimaksud adalah memiliki apresiasi tinggi terhadap masalah
kemanusiaan, kejujuran, keadilan, demokratisasi, toleransi, dan kedamaian hidup. Sehingga mereka
mampu bersikap responsif terhadap segala persoalan yang tengah dihadapi masyarakat dan
bangsanya.
Melalui pencerahan yang berhasil ditimbanya, mereka diharapkan dapat menjadi sosok spiritual
yang menciptakan damai di tengah berkecamuknya kebencian. Mampu menawarkan pengampunan
bila terjadi penghinaan, atau setidaknya dapat melahirkan manusia yang merasa malu ketika
melakukan kesalahan atau keburukan seperti korupsi yang kita ketahui bersama mewabah di negeri
ini.
Anak yang memiliki kecerdasan spiritual dalam hal ini apresiasi yang tinggi terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Mewujudkan diri dalam perikehidupan yang diliputi dengan kesadaran penuh. Perilaku
yang berpedomankan hati nurani, penampilan yang enuine tanpa kepalsuan, kepedulian besar akan
tegaknya etika sosial. Namun sebaliknya bila anak tidak memiliki kecerdasan spiritual; menunjukkan
diri dalam ekspresi eksklusif, dan intoleran serta acuh tak acuh terhadap problem masyarakat dan
bangsanya. Bahkan efeknya seperti apa yang terjadi belakangan ini, yakni konflik atau tawuran antara
pelajar, eks bebas, dan pecandu obat-obat terlarang.
Dengan adanya berbagai fakta tersebut, bisa dikatakan bahwa kondisi pelajar yang masih jauh
mencerminkan sebagai anak terdidik. Dengan demikian pendidikan kita harus bersikap antisipatif
dalam bentuk memberikan sentuhan perhatian yang cukup berarti terhadap ranah spiritual siswa.
Kurikulum dan kebijakan pendidikan harus benar-benar mengakomodasi ranah spiritual siswa secara
proporsional dan substansial.
Mata pelajaran yang terkait dengan pembangunan spiritual anak, selain ditambah alokasi waktunya.
Hendaknya juga tidak sekadar mencekoki siswa dengan setumpuk eori dan hafalan, tetapi harus
benar-benar menyentuh kedalaman dan hakikat spiritual yang membuka ruang kesadaran nurani di
tengah konteks kehidupan sosial-budaya yang majemuk. Hal itu harus didukung oleh semua guru
lintas mata pelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan ke dalam materi ajar.
Pendidikan yang melahirkan SDM yang mempuni dengan kualitas kemanusiaan yang dimiliki oleh
anak didik atau pelajar tentunya kita dapat berharap membawa bangsa ini mampu untuk bersaing
dengan bangsa yang lain. Dalam menumbuhkan SDM tersebut membutuhkan energi yang besar dari
semua elemen pendidikan termasuk pemerintah sebagai penentu kebijakan.
http://www.buletinsia.com/2013/04/pendidikan-sarana-mengasah-spiritual.html
ROGOJAMPI – SMP Negeri 1 Rogojampi menerapkan pendidikan yang seimbang antara kecerdasan
akademik, fisik, dan spiritual. Begitu diluncurkan, program keseimbangan belajar itu disambut baik
seluruh warga sekolah. Dengan belajar seimbang masalah akademik, fi sik, dan spiritual, akan
meningkatkan prestasi siswa.
Sepanjang tahun 2012 ini, sudah segudang prestasi baik akademik maupun non akademik yang telah
dicapai siswa SMPN 1 Rogojampi. Untuk mendampingi prestasi akademik tersebut,
sekolah menyelenggarakan kegiatan spiritual rutin.
Kegiatan itu yakni, membaca Alquran dan surat Yasin yang sudah familiar. Selain itu, ada lagi
kegiatan salat Dhuha secara bergiliran setiap jam istirahat. Tidak ketinggalan, ada Baca Tulis Alquran
wajib bagi siswa yang belum bisa setiap Jumat pukul 06.00 – 07.00.
Seluruh warga sekolah melakukan gerakan Jumat Bersih di lingkungan sekitar. Ending dari kegiatan
tersebut diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang siap dan tangguh dalam
menghadapi perkembangan global yang tidak bisa terbendung saat ini.
Setiap hari di dalam tas sekolah siswa, selain membawa buku mata pelajaran juga didampingi buku
saku surat Yasin. Suatu ikhtiar kita membekaliputra-putri tercinta menyongsong masa depan yang
lebih baik. (radar)
http://www.kabarbanyuwangi.info/siswa-butuh-keseimbangan-akademik-fisik-dan-spiritual.html
Antisipasi Kenakalan Remaja, Siswa Butuh Training
Emotional
Ditulis Oleh Redaksi
Friday, 14 December 2012
PADANG, METRO-Kemerosotan moral serta meningkatnya angka kenakalan pelajar di Kota padang butuh
perhatian dari lembaga pendidikan untuk mencari solusi. Hal tersebur tidak terlepas dari peranan seorang guru
yang menjadi panutan bagi generasi penerus bangsa.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Padang, Indang Dewata mengatakan, selain kewajiban seorang guru
membangun kualitas intelektual siswa. Sekolah, katanya, perlu memberikan training emotional kepada peserta
didik. Hal tersebut sama pentingnya dengan pengembangan ilmu teknologi yang kini gencar dilakukan.
“Untuk mengimbangi perkembangan teknologi informasi maka para siswa harus dibentengi dengan nilai-nilai
budi pekerti luhur dan nilai-nilai religius lewat pembinaan mental dan spiritual,― ujar Indang kepada
POSMETRO, Jumat (14/12).
Disebutkan, dunia pendidikan punya tanggung jawab terhadap berbagai prilaku menyimpang generasi penerus.
Profesi kependidikan, kata dia, harus profesional, mampu memiliki kompetensi sosial, kepribadian sebagai
panutan dalam mengembangkan intelektual tetapi juga budi pekerti.
“Sebab dengan budi pekerti serta nilai iman yang baik, bisa membekali para pelajar dari pengaruh negatif
perkembangan dunia informasi dan teknologi sekarang, agar tidak terjadi lagi kenakalan pelajar “ ungkap
Indang.
Ditambahkan Indang, training emotional tersebut merupakan kegiatan positif dan harus diikuti sekolah-sekolah
yang lain. Karena pembinaan watak dan mental siswa diharapkan bisa mengubah perilaku siswa menjadi lebih
baik.(cr19)
Kemajuan suatu bangsa dapat tercapai ketika semua sektor dalam tatanan negaranya maju. Satu di
antara banyak sektor itu adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sektor paling vital
dalam kehidupan manusia serta kehidupan bernegara, mengapa bisa dikatakan demikian? Contoh
saja kemajuan negara Tirai Bambu dalam sektor teknologinya yang canggih, hal ini dikarenakan
mereka sangat memperhatikan sektor pendidikan mereka sebelumnya. Dengan majunya sektor
pendidikan maka akan menghasilkan SDM yang berkualitas yang kemudian akan menghasilkan karya
tekhnologi yang berkualitas pula. Bila teknologi sudah maju dan menumbuhkan daya jual maka akan
menyokong sektor ekonomi, lalu sektor pembangungan, dan sektor-sektor lainnya. Contoh yang
lebih sederhana adalah anak yang bisa berbicara padahal belum bisa membaca dan menulis, ini
terjadi karena orang tua si anak yang mengajarkan, dengan kata lain si anak telah menjalani proses
pendidikan berbicara dari orang tuanya. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sekecil apapun
perkembangan yang dialami manusia dalam aspek apapun pasti tidak lepas dari peran pendidikan.
Perumpamaan pendidikan seperti mata rantai yang sangat bisa mempengaruhi keutuhan rantai-
rantai lannya dalam kehidupan bernegara.
Dengan sistemiknya pengaruh pendidikan tersebut, maka akan sangat berbahaya jika sektor
pendidikan suatu negara mengalami keterpurukan. Mirisnya, sektor pendidikan di Indonesia saat ini
sedang mengalami hal tersebut, seperti yang diungkapkan Drs. Mangatur Sinaga M.Hum mengenai
wajah pendidikan di Indonesia dewasa ini “potert pendidikan Indonesia dewasa ini adalah
amburadul. Orang-orang yang masuk ke LPDK, seperti FKIP maupun IKIP tidak
memiliki background sebagai guru maupun pendidik(pedagogik), karena kebanyakan mereka berasal
dari SMA, SMK, dsb, maka wajar tidak ada kemampuan pedagogik yang dimiliki karna kemampuan
ini hanya ada dan diajarkan di sekolah khusus untuk menjadi guru, kalaupun ada sangat sedikit
sekali, dan tidak cukup untuk dijadikan bekal. Dengan tidak adanya kemampuan pedagogik ini,
mereka tidak siap untuk dibina menjadi tenaga pengajar sekaligus pendidik. Seharusnya yang boleh
masuk ke FKIP atau IKIP adalah tamatan dari Sekolah Keguruan seperti SPG yang sudah dibekali
kemampuan pedagogik, ….”
Banyak faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan, di antaranya potensi masyarakat, seperti
yang telah disebutkan di atas dan solusinya “…hidupkan kembali sekolah-sekolah guru, apapun
namanya yang penting dirikan lagi, agar orang-orang yang akan dibina dan diasah lagi kemampuan
pedagogiknya di LPDK adalah orang-orang yang memang siap” Mangatur menambahkan. Guru
adalah penentu pertama bagi murid-muridnya, guru yang berkompeten tentu akan menghasilkan
murid yang berkompeten. Untuk itu perlu adanya pelatihan khusus dalam proses menghasilkan
tenaga pendidik yang berkompeten, karena mendidik bukan perkara main-main seperti yang
diutarakan Dosen FKIP PBSI ini“mendidik merupakan usaha sadar dan terencana, yang menentukan
mau jadi apa nanti seorang anak yang didiknya” dan proses ini tentu saja tidak instan. Proses yang
instan akan mengasilkan guru abal-abal, dan guru abal-abal tentu akan membentuk murid yang abal-
abal pula, akan bagaimana masa depan negara ini jika generasi mudanya abal-abal?
Selain masyarakat, hal yang paling utama dalam upaya perbaikan sistem pendidikan yang amburadul
saat ini adalah agama. Seperti yang ditambahkan Mangatur“ agama itu seperti benteng. Apa yang
bisa menghalangi ketika ada sesorang yang pintar namun dia gunakan kepintarannya itu untuk
membuat bom? Agama bukan? Seseorang yang sadar agama tentu tidak akan menggunakan
kepintarannya dalam melakukan hal-hal yang tidak baik seperti itu” lebih lanjut beliau
menambahkan “secara kognitif bisa dikatakan pendidikan sekarang berhasil, namun secara afektif
dan psikomotor belum”.
Hal ini membuktikan bahwa pintar saja tidak cukup untuk menghasilkan generasi yang cemerlang
yang akan sanggup bersaing dimasa depan sebagai pemegang tampuk pemerintahan dengan negara-
negara lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata sistem pendidikan kita telah dirasuki sekulerisme,
paham yang memisahkan agama dari kehidupan, khususnya kehidupan berpendidikan, padahal
agama adalah pengontrol untuk menjaga seseorang dari kemaksiatan meskipun dia pintar, karena
pintar saja tidaklah cukup, harus ada pengontrol kepintarannya. Banyak manusia pintar di Indonesia,
namun mereka korupsi, banyak kaum intelektual di Negri ini, namun mereka melakukan seks bebas,
aborsi, terorisme, dan tawuran. Ini membuktikan bahwa kaum intelektual hasil sistem pendidikan
yang sekuler sekarang ini mengalami krisis moral, padahal pelajaran moral telah diajarkan dalam
pendidikan. “agama adalah puncak segalanya, kemudian filsafat, barulah yang lainnya..” tambah
Mangatur. “guru perlu agama, gak bisa pintar saja.” lanjut beliau, bila diperhatikan tidak banyak
tenaga pendidik yang mengaitkan pelajarannya dengan agama sewaktu mengajar, padahal ini sangat
peniting mengingat agama sebagai pengontrol sikap, selain itu bukankah poin satu dalam Pancasila
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa? Dalam perkuliahan matakuliah agama yang hanya 2 SKS sama
sekali tidak cukup untuk membentuk generasi yang bisa mengontrol kepintarannya. Untuk itu
aplikasi dari kesadaran beragama dalam pendidikan harus ditingkatkan.
Makna pendidikan sangat luas, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sekecil apapun
perkembangan yang dialami manusia dalam aspek apapun pasti tidak lepas dari peran pendidikan.
Cara memperoleh pendidikan sejatinya tidak hanya bisa didapat di lembaga formal seperti sekolah
dan perguruan tinggi, namun juga lembaga non formal, yakni keluarga. Apakah permasalahan
pendidikan dipengaruhi oleh keluarga? Jelas, karena pendidikan pertama manusia justru berasal dari
keluarga. Pembentukan pola pikir dan tindakan anak didik tidak hanya terbentuk saat di sekolah tapi
juga saat di rumah. Pekerjaan Rumah(PR)yang merupakan bentuk pendidikan yang diberikan guru
agar murid mau belajar dirumah, rajin membaca, dan semangat menuntut ilmu akan terjadi jika ada
dukungan dari keluarga.
Negara juga faktor penentu wajah pendidikan, karena seperti yang katakan Mangatur“ Negara
adalah pelegalisasinya (aturan maupun kurikulum pendidikan)” sistem pendidikan berjalan sesuai
kurikulum yang turunkan Dinas Pendidikan, dan Dinas Pendidikan tentu hanya akan mengatur
kurikulum yang selaras dengan tujuan maupun sistem Negara, dan Negara yang punya kuasa untuk
melegalisasi maupun tidak melegalisasi (menyetujui) apapun yang dikeluarkan Dinas. Sistemik
bukan? Dan negara merupakan batang tempat tumbuhnya cabang-cabang seperti pendidikan,
cabang ekonomi, cabang budaya, dan banyak lagi cabang lainnya.
Mengenai sistem Pendidikan yang ternyata dipengaruhi sistem pemerintahan(negara) maka jika kita
tilik ternyata sistem pendidikan sekuler ini telah menghasilkan murid-murid yang study oriented-
hanya berfokus pada belajar- untuk menacapai materi saja. Jika ditanya: Untuk apa belajar mati-
matian? Tentu jawabannya: biar cepet lulus trus cepet dapat kerja dan cari duit yang banyak.
Kapitalistik bukan? Apalagi dengan biaya pendidikan yang tiap tahunnya makin meroket,
mempersulit masyarakat untuk meraih pendidikan, tentu apabila contohnya seseorang yang telah
bersusah payah mengumpulkan biaya demi kuliah, maka ketika tamat maupun menjelang itu dia
akan berusaha mencari cara untuk ‘ganti rugi dana’ yang telah dikeluarkannya. Bisa jadi ini adalah
cikal bakal korupsi. Semakin tahun biaya hidup, khususnya pendidikan semakin mahal, seiring
dengan itu kasus korupsi pun makin menumpuk, dan yang melakukan itu bukan kaum yang tidak
mengecap pendidikan tinggi. Kebanyakan dari mereka justru orang-orang cerdas, namun
menyalahgunakan kecerdasannya. Ironis.
Dari uraian tersebut, jelas sudah bahwa problem pendidikan Indonesia sudah sistemik, saling
berpaut antara keluarga, masyarakat, negara, serta agama. Akar masalahnya karena pendidikan kita
telah dipengaruhi sistem kapitalis-sekuler, sistem yang menjadikan materi sebagai tujuan hidup yang
utama sekaligus membedakan agama dari kehidupan. Jika ingin pendidikan maju dan menghasilkan
generasi yang cemerlang demi masa depan negara yang cerah, sudah saatnya keluarga, masyarakat,
dan negara menyadari dan segera meninggalkan sistem kapitalis-sekuler yang menggerayangi sistem
pendidikan kita dan beralih pada sistem Islam.

More Related Content

What's hot

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakattuti Oktaviani
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterSutikno Java
 
Buku Siswa Kelas 11 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 11 Agama KatolikBuku Siswa Kelas 11 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 11 Agama KatolikKornelis Ruben
 
Pendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eqPendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eqFajar Najiha
 
Lampiran kma-nomor-165-tahun-2014 ok
Lampiran kma-nomor-165-tahun-2014 okLampiran kma-nomor-165-tahun-2014 ok
Lampiran kma-nomor-165-tahun-2014 okMusrifin Padang
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaiwan Alit
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Fandy Neta
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumsman 2 mataram
 
Tugasan 2 Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2
Tugasan 2   Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2Tugasan 2   Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2
Tugasan 2 Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2manivanan
 

What's hot (16)

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakter
 
Buku Siswa Kelas 11 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 11 Agama KatolikBuku Siswa Kelas 11 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 11 Agama Katolik
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
Proposalku
ProposalkuProposalku
Proposalku
 
Tinjauan filosofis anak didik
Tinjauan filosofis anak didikTinjauan filosofis anak didik
Tinjauan filosofis anak didik
 
Pendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eqPendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eq
 
Ulang kaji spp
Ulang kaji sppUlang kaji spp
Ulang kaji spp
 
Lampiran kma-nomor-165-tahun-2014 ok
Lampiran kma-nomor-165-tahun-2014 okLampiran kma-nomor-165-tahun-2014 ok
Lampiran kma-nomor-165-tahun-2014 ok
 
Sp moral kbsm
Sp moral kbsmSp moral kbsm
Sp moral kbsm
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agama
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
 
Sukatan Moral Kbsr
Sukatan Moral KbsrSukatan Moral Kbsr
Sukatan Moral Kbsr
 
Tugasan 2 Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2
Tugasan 2   Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2Tugasan 2   Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2
Tugasan 2 Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral T2
 
Pendidikan karakter melalui kepramukaan
Pendidikan karakter melalui kepramukaanPendidikan karakter melalui kepramukaan
Pendidikan karakter melalui kepramukaan
 

Viewers also liked

Psikologis tokoh novel novel burung burung manyar karya y.b.mangunwijaya
Psikologis tokoh novel novel burung   burung manyar karya y.b.mangunwijayaPsikologis tokoh novel novel burung   burung manyar karya y.b.mangunwijaya
Psikologis tokoh novel novel burung burung manyar karya y.b.mangunwijayamujahidah khilafah (Shintia Minandar)
 

Viewers also liked (19)

Silabusbinakelasix
SilabusbinakelasixSilabusbinakelasix
Silabusbinakelasix
 
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia MProposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
 
Psikologis tokoh novel novel burung burung manyar karya y.b.mangunwijaya
Psikologis tokoh novel novel burung   burung manyar karya y.b.mangunwijayaPsikologis tokoh novel novel burung   burung manyar karya y.b.mangunwijaya
Psikologis tokoh novel novel burung burung manyar karya y.b.mangunwijaya
 
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructusMahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran tematik
Rencana pelaksanaan pembelajaran tematikRencana pelaksanaan pembelajaran tematik
Rencana pelaksanaan pembelajaran tematik
 
Shinmin
ShinminShinmin
Shinmin
 
Tugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudungTugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudung
 
Rppbahasaindonesiasmpberkarakterkelasix
RppbahasaindonesiasmpberkarakterkelasixRppbahasaindonesiasmpberkarakterkelasix
Rppbahasaindonesiasmpberkarakterkelasix
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran tematik
Rencana pelaksanaan pembelajaran tematikRencana pelaksanaan pembelajaran tematik
Rencana pelaksanaan pembelajaran tematik
 
Data pak hadi
Data pak hadiData pak hadi
Data pak hadi
 
Penilaian laporan hasil penelitian tindakan kelas
Penilaian laporan hasil penelitian tindakan kelasPenilaian laporan hasil penelitian tindakan kelas
Penilaian laporan hasil penelitian tindakan kelas
 
Biografi 5 tokoh, transformasi generatif
Biografi 5 tokoh, transformasi generatifBiografi 5 tokoh, transformasi generatif
Biografi 5 tokoh, transformasi generatif
 
Rpp pak nursal saja
Rpp pak nursal sajaRpp pak nursal saja
Rpp pak nursal saja
 
Silabusbinakelasix
SilabusbinakelasixSilabusbinakelasix
Silabusbinakelasix
 
penelitian kuantitatif (keabsahan data)
penelitian kuantitatif (keabsahan data)penelitian kuantitatif (keabsahan data)
penelitian kuantitatif (keabsahan data)
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Jalan kematian
Jalan kematianJalan kematian
Jalan kematian
 
the true way of love (reality story)
 the true way of love (reality story) the true way of love (reality story)
the true way of love (reality story)
 
Tanda si gila
Tanda si gilaTanda si gila
Tanda si gila
 

Similar to Pendidikan Spiritual

Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniMakalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniSoga Biliyan Jaya
 
Resensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariResensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariPamilaNovitasari
 
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingNailal Annisa
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakterBudi Suwarno
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaAndy Nostalgither's
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpattiAfif Faith
 
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docxsoparidah
 
Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013Ifik Firdaus
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaSugeng Riadi
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikanMar Tunis
 
Digital Skill Education Concept:
Digital Skill Education Concept: Digital Skill Education Concept:
Digital Skill Education Concept: VincentElfran
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAimam shofwan
 
Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...
Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...
Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...Siti Nadzirah
 

Similar to Pendidikan Spiritual (20)

Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniMakalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
 
Resensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariResensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sari
 
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
 
Tugas mandiri agama
Tugas mandiri agamaTugas mandiri agama
Tugas mandiri agama
 
Kpf individu
Kpf individuKpf individu
Kpf individu
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpatti
 
Hhhh
HhhhHhhh
Hhhh
 
Lala
LalaLala
Lala
 
4. Pendidikan Karakter
4. Pendidikan Karakter4. Pendidikan Karakter
4. Pendidikan Karakter
 
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
 
Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusia
 
Tinjauan Filosofis Anak Didik
Tinjauan Filosofis Anak DidikTinjauan Filosofis Anak Didik
Tinjauan Filosofis Anak Didik
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 
Digital Skill Education Concept:
Digital Skill Education Concept: Digital Skill Education Concept:
Digital Skill Education Concept:
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
 
Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...
Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...
Peranan kokurikulum dalam mencapai hasrat falsafah pendidikan negara dan kesa...
 

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar)

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar) (20)

Drama sebagai teater
Drama sebagai teaterDrama sebagai teater
Drama sebagai teater
 
Rpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teaterRpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teater
 
hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 
Jurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantikJurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantik
 
draft penting implikatur
draft penting implikaturdraft penting implikatur
draft penting implikatur
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Kisi kisi
Kisi kisiKisi kisi
Kisi kisi
 
Paper peserta diskusi
Paper peserta diskusiPaper peserta diskusi
Paper peserta diskusi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Print peserta
Print pesertaPrint peserta
Print peserta
 
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan dataKriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
 
1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char
 
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacamIstilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Glosarium 181213
Glosarium  181213Glosarium  181213
Glosarium 181213
 
Filologi 181213
Filologi 181213Filologi 181213
Filologi 181213
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Implikatur shintia
 
Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13
 

Pendidikan Spiritual

  • 1. Pengertian informasi adalah: data yang diolah dan dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan keterangan atau pengetahuan. Maka dengan demikian sumber informasi adalah data. Data adalah kesatuan yang menggambarkan suatu kejadian atau kesatuan nyata. http://ewawan.com/pengertian-informasi-definisi-informasi.html Ciri-Ciri Informasi yang Berkualitas Menurut Mc. Load Akurasi Informasi yang dihasilkan benar-benar akurat, data yang dimasukkan dan proses yang digunakan didalam sistem harus benar sesuai dengan kenyataan atau proses harus sesuai dengan perumusan- perumusan yang sesai. Relevansi Informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi, data yang digunakan untuk diproses seharusnya ada hubungannya dengan masalahnya sehingga informasi yang diberikan bisa sesuai dengan masalah yang dihadapai. Ketepatan waktu Informasi yang dihasilkan tepat waktu, kalau saat ini kita membutuhkan suatu informasi maka informasi yang kita butuhkan itulah yang kita dapatkan. Informasi tidak datang waktu yang dah lewat atau sebelumnya. Kelengkapan Informasi yang dihasilkan lengkap, informasi yang dihasilan harus lengkap jadi tidak ada kekurangan sedikitpun tentang informasi yang dicari. http://ertaufiq.blogspot.com/2010/06/ciri-ciri-sistem.html Kualitas informasi; Tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus : • Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan masudnya. • Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. • Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Metode pengumpulan data / Informasi 1. Pengamatan langsung 2. Wawancara 3. Perkiraan koserponden 4. Daftar pertanyaan Sekarang ini anak-anak yang tengah gencar memburu ilmu di bangku pendidikan, disisi lain (hampir) tidak pernah dididik secara serius dalam menumbuhkembangkan ranah emosional dan spiritualnya. Ranah kecerdasan spiritual yang amat penting peranannya dalam melahirkan generasi yang utuh dan paripurna justru dalam kenyataanya dikebiri dan dimarjinalkan. Selama ini penilaian untuk mengukur kecerdasan anak didik (pelajar) masih terjebak pada sebuah penilaian pada ranah koqnitif semata. Penilaian tidak pernah menjadikan salah satu anak didik atau pelajar ketika memiliki kepekaan atau kepeduliaan terhadap sesamanya baik dalam lingkungan sekolahnya maupun masyarakatnya. Pada hal keadaan seperti ini perlu didorong dalam diri pelajar sebagai bagian dari pencerahan spiritual. Penafian semacam ini dalam penilaian tentunya sangat terkait dengan kebijakan dan kurikulum pendidikan. Kebijakan dan kurikulum belum memberikan ruang dan waktu yang cukup berarti untuk memberikan penilaian pada sikap pelajar terkait kepedulian dan kepekaan siswa/anak didik.
  • 2. Idealnya, pendidikan harus mampu memberikan proses pencerahan dan katarsis spiritual kepada peserta didik. Katarsis spiritual yang dimaksud adalah memiliki apresiasi tinggi terhadap masalah kemanusiaan, kejujuran, keadilan, demokratisasi, toleransi, dan kedamaian hidup. Sehingga mereka mampu bersikap responsif terhadap segala persoalan yang tengah dihadapi masyarakat dan bangsanya. Melalui pencerahan yang berhasil ditimbanya, mereka diharapkan dapat menjadi sosok spiritual yang menciptakan damai di tengah berkecamuknya kebencian. Mampu menawarkan pengampunan bila terjadi penghinaan, atau setidaknya dapat melahirkan manusia yang merasa malu ketika melakukan kesalahan atau keburukan seperti korupsi yang kita ketahui bersama mewabah di negeri ini. Anak yang memiliki kecerdasan spiritual dalam hal ini apresiasi yang tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Mewujudkan diri dalam perikehidupan yang diliputi dengan kesadaran penuh. Perilaku yang berpedomankan hati nurani, penampilan yang enuine tanpa kepalsuan, kepedulian besar akan tegaknya etika sosial. Namun sebaliknya bila anak tidak memiliki kecerdasan spiritual; menunjukkan diri dalam ekspresi eksklusif, dan intoleran serta acuh tak acuh terhadap problem masyarakat dan bangsanya. Bahkan efeknya seperti apa yang terjadi belakangan ini, yakni konflik atau tawuran antara pelajar, eks bebas, dan pecandu obat-obat terlarang. Dengan adanya berbagai fakta tersebut, bisa dikatakan bahwa kondisi pelajar yang masih jauh mencerminkan sebagai anak terdidik. Dengan demikian pendidikan kita harus bersikap antisipatif dalam bentuk memberikan sentuhan perhatian yang cukup berarti terhadap ranah spiritual siswa. Kurikulum dan kebijakan pendidikan harus benar-benar mengakomodasi ranah spiritual siswa secara proporsional dan substansial. Mata pelajaran yang terkait dengan pembangunan spiritual anak, selain ditambah alokasi waktunya. Hendaknya juga tidak sekadar mencekoki siswa dengan setumpuk eori dan hafalan, tetapi harus benar-benar menyentuh kedalaman dan hakikat spiritual yang membuka ruang kesadaran nurani di tengah konteks kehidupan sosial-budaya yang majemuk. Hal itu harus didukung oleh semua guru lintas mata pelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan ke dalam materi ajar. Pendidikan yang melahirkan SDM yang mempuni dengan kualitas kemanusiaan yang dimiliki oleh anak didik atau pelajar tentunya kita dapat berharap membawa bangsa ini mampu untuk bersaing dengan bangsa yang lain. Dalam menumbuhkan SDM tersebut membutuhkan energi yang besar dari semua elemen pendidikan termasuk pemerintah sebagai penentu kebijakan. http://www.buletinsia.com/2013/04/pendidikan-sarana-mengasah-spiritual.html ROGOJAMPI – SMP Negeri 1 Rogojampi menerapkan pendidikan yang seimbang antara kecerdasan akademik, fisik, dan spiritual. Begitu diluncurkan, program keseimbangan belajar itu disambut baik seluruh warga sekolah. Dengan belajar seimbang masalah akademik, fi sik, dan spiritual, akan meningkatkan prestasi siswa. Sepanjang tahun 2012 ini, sudah segudang prestasi baik akademik maupun non akademik yang telah dicapai siswa SMPN 1 Rogojampi. Untuk mendampingi prestasi akademik tersebut, sekolah menyelenggarakan kegiatan spiritual rutin. Kegiatan itu yakni, membaca Alquran dan surat Yasin yang sudah familiar. Selain itu, ada lagi kegiatan salat Dhuha secara bergiliran setiap jam istirahat. Tidak ketinggalan, ada Baca Tulis Alquran wajib bagi siswa yang belum bisa setiap Jumat pukul 06.00 – 07.00.
  • 3. Seluruh warga sekolah melakukan gerakan Jumat Bersih di lingkungan sekitar. Ending dari kegiatan tersebut diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang siap dan tangguh dalam menghadapi perkembangan global yang tidak bisa terbendung saat ini. Setiap hari di dalam tas sekolah siswa, selain membawa buku mata pelajaran juga didampingi buku saku surat Yasin. Suatu ikhtiar kita membekaliputra-putri tercinta menyongsong masa depan yang lebih baik. (radar) http://www.kabarbanyuwangi.info/siswa-butuh-keseimbangan-akademik-fisik-dan-spiritual.html Antisipasi Kenakalan Remaja, Siswa Butuh Training Emotional Ditulis Oleh Redaksi Friday, 14 December 2012 PADANG, METRO-Kemerosotan moral serta meningkatnya angka kenakalan pelajar di Kota padang butuh perhatian dari lembaga pendidikan untuk mencari solusi. Hal tersebur tidak terlepas dari peranan seorang guru yang menjadi panutan bagi generasi penerus bangsa. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Padang, Indang Dewata mengatakan, selain kewajiban seorang guru membangun kualitas intelektual siswa. Sekolah, katanya, perlu memberikan training emotional kepada peserta didik. Hal tersebut sama pentingnya dengan pengembangan ilmu teknologi yang kini gencar dilakukan. “Untuk mengimbangi perkembangan teknologi informasi maka para siswa harus dibentengi dengan nilai-nilai budi pekerti luhur dan nilai-nilai religius lewat pembinaan mental dan spiritual,― ujar Indang kepada POSMETRO, Jumat (14/12). Disebutkan, dunia pendidikan punya tanggung jawab terhadap berbagai prilaku menyimpang generasi penerus. Profesi kependidikan, kata dia, harus profesional, mampu memiliki kompetensi sosial, kepribadian sebagai panutan dalam mengembangkan intelektual tetapi juga budi pekerti. “Sebab dengan budi pekerti serta nilai iman yang baik, bisa membekali para pelajar dari pengaruh negatif perkembangan dunia informasi dan teknologi sekarang, agar tidak terjadi lagi kenakalan pelajar “ ungkap Indang. Ditambahkan Indang, training emotional tersebut merupakan kegiatan positif dan harus diikuti sekolah-sekolah yang lain. Karena pembinaan watak dan mental siswa diharapkan bisa mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik.(cr19) Kemajuan suatu bangsa dapat tercapai ketika semua sektor dalam tatanan negaranya maju. Satu di antara banyak sektor itu adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sektor paling vital dalam kehidupan manusia serta kehidupan bernegara, mengapa bisa dikatakan demikian? Contoh saja kemajuan negara Tirai Bambu dalam sektor teknologinya yang canggih, hal ini dikarenakan mereka sangat memperhatikan sektor pendidikan mereka sebelumnya. Dengan majunya sektor pendidikan maka akan menghasilkan SDM yang berkualitas yang kemudian akan menghasilkan karya tekhnologi yang berkualitas pula. Bila teknologi sudah maju dan menumbuhkan daya jual maka akan menyokong sektor ekonomi, lalu sektor pembangungan, dan sektor-sektor lainnya. Contoh yang lebih sederhana adalah anak yang bisa berbicara padahal belum bisa membaca dan menulis, ini terjadi karena orang tua si anak yang mengajarkan, dengan kata lain si anak telah menjalani proses pendidikan berbicara dari orang tuanya. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sekecil apapun perkembangan yang dialami manusia dalam aspek apapun pasti tidak lepas dari peran pendidikan.
  • 4. Perumpamaan pendidikan seperti mata rantai yang sangat bisa mempengaruhi keutuhan rantai- rantai lannya dalam kehidupan bernegara. Dengan sistemiknya pengaruh pendidikan tersebut, maka akan sangat berbahaya jika sektor pendidikan suatu negara mengalami keterpurukan. Mirisnya, sektor pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami hal tersebut, seperti yang diungkapkan Drs. Mangatur Sinaga M.Hum mengenai wajah pendidikan di Indonesia dewasa ini “potert pendidikan Indonesia dewasa ini adalah amburadul. Orang-orang yang masuk ke LPDK, seperti FKIP maupun IKIP tidak memiliki background sebagai guru maupun pendidik(pedagogik), karena kebanyakan mereka berasal dari SMA, SMK, dsb, maka wajar tidak ada kemampuan pedagogik yang dimiliki karna kemampuan ini hanya ada dan diajarkan di sekolah khusus untuk menjadi guru, kalaupun ada sangat sedikit sekali, dan tidak cukup untuk dijadikan bekal. Dengan tidak adanya kemampuan pedagogik ini, mereka tidak siap untuk dibina menjadi tenaga pengajar sekaligus pendidik. Seharusnya yang boleh masuk ke FKIP atau IKIP adalah tamatan dari Sekolah Keguruan seperti SPG yang sudah dibekali kemampuan pedagogik, ….” Banyak faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan, di antaranya potensi masyarakat, seperti yang telah disebutkan di atas dan solusinya “…hidupkan kembali sekolah-sekolah guru, apapun namanya yang penting dirikan lagi, agar orang-orang yang akan dibina dan diasah lagi kemampuan pedagogiknya di LPDK adalah orang-orang yang memang siap” Mangatur menambahkan. Guru adalah penentu pertama bagi murid-muridnya, guru yang berkompeten tentu akan menghasilkan murid yang berkompeten. Untuk itu perlu adanya pelatihan khusus dalam proses menghasilkan tenaga pendidik yang berkompeten, karena mendidik bukan perkara main-main seperti yang diutarakan Dosen FKIP PBSI ini“mendidik merupakan usaha sadar dan terencana, yang menentukan mau jadi apa nanti seorang anak yang didiknya” dan proses ini tentu saja tidak instan. Proses yang instan akan mengasilkan guru abal-abal, dan guru abal-abal tentu akan membentuk murid yang abal- abal pula, akan bagaimana masa depan negara ini jika generasi mudanya abal-abal? Selain masyarakat, hal yang paling utama dalam upaya perbaikan sistem pendidikan yang amburadul saat ini adalah agama. Seperti yang ditambahkan Mangatur“ agama itu seperti benteng. Apa yang bisa menghalangi ketika ada sesorang yang pintar namun dia gunakan kepintarannya itu untuk membuat bom? Agama bukan? Seseorang yang sadar agama tentu tidak akan menggunakan kepintarannya dalam melakukan hal-hal yang tidak baik seperti itu” lebih lanjut beliau menambahkan “secara kognitif bisa dikatakan pendidikan sekarang berhasil, namun secara afektif dan psikomotor belum”. Hal ini membuktikan bahwa pintar saja tidak cukup untuk menghasilkan generasi yang cemerlang yang akan sanggup bersaing dimasa depan sebagai pemegang tampuk pemerintahan dengan negara- negara lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata sistem pendidikan kita telah dirasuki sekulerisme, paham yang memisahkan agama dari kehidupan, khususnya kehidupan berpendidikan, padahal agama adalah pengontrol untuk menjaga seseorang dari kemaksiatan meskipun dia pintar, karena pintar saja tidaklah cukup, harus ada pengontrol kepintarannya. Banyak manusia pintar di Indonesia, namun mereka korupsi, banyak kaum intelektual di Negri ini, namun mereka melakukan seks bebas, aborsi, terorisme, dan tawuran. Ini membuktikan bahwa kaum intelektual hasil sistem pendidikan yang sekuler sekarang ini mengalami krisis moral, padahal pelajaran moral telah diajarkan dalam pendidikan. “agama adalah puncak segalanya, kemudian filsafat, barulah yang lainnya..” tambah
  • 5. Mangatur. “guru perlu agama, gak bisa pintar saja.” lanjut beliau, bila diperhatikan tidak banyak tenaga pendidik yang mengaitkan pelajarannya dengan agama sewaktu mengajar, padahal ini sangat peniting mengingat agama sebagai pengontrol sikap, selain itu bukankah poin satu dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa? Dalam perkuliahan matakuliah agama yang hanya 2 SKS sama sekali tidak cukup untuk membentuk generasi yang bisa mengontrol kepintarannya. Untuk itu aplikasi dari kesadaran beragama dalam pendidikan harus ditingkatkan. Makna pendidikan sangat luas, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sekecil apapun perkembangan yang dialami manusia dalam aspek apapun pasti tidak lepas dari peran pendidikan. Cara memperoleh pendidikan sejatinya tidak hanya bisa didapat di lembaga formal seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun juga lembaga non formal, yakni keluarga. Apakah permasalahan pendidikan dipengaruhi oleh keluarga? Jelas, karena pendidikan pertama manusia justru berasal dari keluarga. Pembentukan pola pikir dan tindakan anak didik tidak hanya terbentuk saat di sekolah tapi juga saat di rumah. Pekerjaan Rumah(PR)yang merupakan bentuk pendidikan yang diberikan guru agar murid mau belajar dirumah, rajin membaca, dan semangat menuntut ilmu akan terjadi jika ada dukungan dari keluarga. Negara juga faktor penentu wajah pendidikan, karena seperti yang katakan Mangatur“ Negara adalah pelegalisasinya (aturan maupun kurikulum pendidikan)” sistem pendidikan berjalan sesuai kurikulum yang turunkan Dinas Pendidikan, dan Dinas Pendidikan tentu hanya akan mengatur kurikulum yang selaras dengan tujuan maupun sistem Negara, dan Negara yang punya kuasa untuk melegalisasi maupun tidak melegalisasi (menyetujui) apapun yang dikeluarkan Dinas. Sistemik bukan? Dan negara merupakan batang tempat tumbuhnya cabang-cabang seperti pendidikan, cabang ekonomi, cabang budaya, dan banyak lagi cabang lainnya. Mengenai sistem Pendidikan yang ternyata dipengaruhi sistem pemerintahan(negara) maka jika kita tilik ternyata sistem pendidikan sekuler ini telah menghasilkan murid-murid yang study oriented- hanya berfokus pada belajar- untuk menacapai materi saja. Jika ditanya: Untuk apa belajar mati- matian? Tentu jawabannya: biar cepet lulus trus cepet dapat kerja dan cari duit yang banyak. Kapitalistik bukan? Apalagi dengan biaya pendidikan yang tiap tahunnya makin meroket, mempersulit masyarakat untuk meraih pendidikan, tentu apabila contohnya seseorang yang telah bersusah payah mengumpulkan biaya demi kuliah, maka ketika tamat maupun menjelang itu dia akan berusaha mencari cara untuk ‘ganti rugi dana’ yang telah dikeluarkannya. Bisa jadi ini adalah cikal bakal korupsi. Semakin tahun biaya hidup, khususnya pendidikan semakin mahal, seiring dengan itu kasus korupsi pun makin menumpuk, dan yang melakukan itu bukan kaum yang tidak mengecap pendidikan tinggi. Kebanyakan dari mereka justru orang-orang cerdas, namun menyalahgunakan kecerdasannya. Ironis. Dari uraian tersebut, jelas sudah bahwa problem pendidikan Indonesia sudah sistemik, saling berpaut antara keluarga, masyarakat, negara, serta agama. Akar masalahnya karena pendidikan kita telah dipengaruhi sistem kapitalis-sekuler, sistem yang menjadikan materi sebagai tujuan hidup yang utama sekaligus membedakan agama dari kehidupan. Jika ingin pendidikan maju dan menghasilkan generasi yang cemerlang demi masa depan negara yang cerah, sudah saatnya keluarga, masyarakat, dan negara menyadari dan segera meninggalkan sistem kapitalis-sekuler yang menggerayangi sistem pendidikan kita dan beralih pada sistem Islam.