SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia masalah perdagangan orang masih menjadi salah satu
ancaman besar dimana setiap tahun hampir ribuan perempuan dan anak di
Indonesia yang harus menjadi korban trafficking yang terkadang tidak pernah
merasa bahwa dirinya adalah korban, pemasalahan ini bukanlah masalah baru dan
tidak hanya terjadi di Indonesia saja melainkan di Negara-negara lain juga terjadi.
Bahkan masalah perdagangan orang sebenarnya telah terjadi sejak abad ke empat
dimana pada masa itu perdagangan orang masih merupaan hal biasa terjadi dan
bukanlah merupakan bentuk suatu kejahatan dimana saat itu masih marak-
maraknya perbudakan manusia dimana seorang manusia dapat diperjual belikan
dan dijadikan sebagai objek keadaan seperti itu terjadi dan marak karena masih
kurangnya pemahaman bahwa setiap manusia memiliki harkat dan derajat yang
sama tanpa adanya perbedaan satu sama lain. Dan hal itu terus mengalami
perkembangan sampai dengan sekarang tanpa dapat dicegah.
Merupakan suatu permasalahan lama yang kurang mendapatkan
perhatian sehingga keberadaannya tidak begitu nampak di permukaan padahal
dalam praktiknya sudah merupakan permasalahan sosial yang berangsur angsur
menjadi suatu kejahatan masyarakat dimana kedudukan manusia sebagai obyek
sekaligus sebagai subyek dari trafficking. Selain masalah utama kurangnya upaya
hukum pencegahan yang kuat bagi para pelaku, masalah ini juga didasari oleh
lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengerti dan paham akan adanya
bahaya yang ditimbulkan dari praktek trafficking.
1
Lemahnya tingkat kesadaran masyarakat ini tentunya akan semakin
memicu praktik trafficking untuk terus berkembang. Dalam hal ini maka selain
mendesak pemerintah untuk terus mengupayakan adanya bentuk formal upaya
perlindungan hukum bagi korban trafficking dan tindakan tegas bagi pelaku maka
diperlukan juga kesadaran masyarakat agar masyarakat juga berperan aktif dalam
memberantas praktek trafficking sehingga tujuan pemberantasan trafficking dapat
tercapai dengan maksimal dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah
dan masyarakat dalam sejarah perkembangan kejahatan, perdagangan perempuan
dan anak-anak termasuk didalam kejahatan yang terorganisir (organized crime)
yang artinya suatu kejahatan yang dilakukan dalam suatu jaringan yang
terorganisir tapi dalam suatu organisasi bawah tanah dan dilakukan dengan cara
canggih karena pengaruh kemajuan tekhnologi informasi dan transformasi
sehingga batas Negara hampir tidak dikenal apalagi dengan pengawasan yang
tidak ketat di daerah perbatasan atau tempat pemeriksaan imigrasi juga
mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang dan sifatnya lintas
Negara.
2
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Perdagangan Orang?
b. Apa saja bentuk-bentuk Perdagangan Orang?
c. Apa saja sumber-sumber Hukum Perdagangan Orang?
d. Bagaimanakah tindak pidana Perdagangan Orang?
e. Apa sanksi bagi pelaku tindak pelaku Perdagangan Orang?
f. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan Perdagangan Orang?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ada sebagai sarana untuk dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Perdagangan Orang (Human Traffickinng)
dari rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas.. Dan diluar ini juga sebagai
tugas pengganti Mid-Semester untuk mata kuliah Delik-delik Diluar Kodifikasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perdagangan Orang
1) Menurut Protokol PBB
Sebelum Undang-undang Tindak Pidana disahkan beberapa waktu yang lalu,
Pengertian tindak pidana perdagangan manusia yang umum paling banyak
digunakan ialah pengertian dari Protokol PBB untuk mencegah, menekan dan
menghukum pelaku tindak pidana perdagangan manusia. Pengertian Perdagangan
manusia dalam protokol PBB yaitu:
1. Perekrutan, pengiriman, penampungan, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk
lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau menerima
pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh
keuntungan agar dapat memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh
persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan
ekploitasi. Ekploitasi termasuk, paling tidak eksploitasi untuk melacurkan
orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau
pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan atau
praktik-praktik serupa perbudakan penghambaan atau pengambilan organ
tubuh.
2. Persetujuan korban perdagangan orang terhadap eksploitasi yang
dimaksud yang dikemukakan dalam subalinea (1) ini tidak relevan jika salah
satu dari cara-cara yang dimuat dalam subalinea (1) digunakan.
3. Perekrutan, pengiriman, penampungan, pemindahan, atau penerimaan
seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai perdagangan orang
bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan
dalam subalinea (1) pasal ini.
4. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun.
4
2) Menurut UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang No.21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ialah sebagai berikut:
"Tindakan perekrutan, penampungan, pengangkutan, pengiriman,
pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penculikan, penggunaan kekerasan, penyekapan,
penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, memberi bayaran atau penjeratan utang atau manfaat,
sehingga dapat memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang
dilakukan antarnegara maupun di dalam negara , demi untuk tujuan
mengeksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi."
2.2 Bentuk-bentuk Perdagangan Orang
1. Kerja Paksa Seks & Eksploitasi seks – baik di luar negeri maupun di
wilayah Indonesia. Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak
dijanjikan bekerja sebagai buruh migran, PRT, pekerja restoran, penjaga
toko, atau pekerjaan-pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa
bekerja pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan. Dalam kasus
lain, berapa perempuan tahu bahwa mereka akan memasuki industri seks
tetapi mereka ditipu dengan kondisi-kondisi kerja dan mereka dikekang di
bawah paksaan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja.
2. Pembantu Rumah Tangga (PRT) – baik di luar ataupun di wilayah
Indonesia. PRT baik yang di luar negeri maupun yang di Indonesia di
trafik ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang termasuk: jam kerja
wajib yang sangat panjang, penyekapan ilegal, upah yang tidak dibayar
atau yang dikurangi, kerja karena jeratan hutang, penyiksaan fisik ataupun
psikologis, penyerangan seksual, tidak diberi makan atau kurang
makanan, dan tidak boleh menjalankan agamanya atau diperintah untuk
5
melanggar agamanya. Beberapa majikan dan agen menyita paspor dan
dokumen lain untuk memastikan para pembantu tersebut tidak mencoba
melarikan diri.
3. Bentuk Lain dari Kerja Migran – baik di luar ataupun di wilayah
Indonesia. Meskipun banyak orang Indonesia yang bermigrasi sebagai
PRT, yang lainnnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak
memerlukan keahlian di pabrik, restoran, industri cottage, atau toko kecil.
Beberapa dari buruh migran ini ditrafik ke dalam kondisi kerja yang
sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau bahkan
tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak di tempat kerja
seperti itu melalui jeratan hutang, paksaan, atau kekerasan.
4. Penari, Penghibur & Pertukaran Budaya – terutama di luar negeri.
Perempuan dan anak perempuan dijanjikan bekerja sebagai penari duta
budaya, penyanyi, atau penghibur di negara asing. Pada saat
kedatangannya, banyak dari perempuan ini dipaksa untuk bekerja di
industri seks atau pada pekerjaan dengan kondisi mirip perbudakan.
5. Pengantin Pesanan – terutama di luar negeri. Beberapa perempuan dan
anak perempuan yang bermigrasi sebagai istri dari orang berkebangsaan
asing, telah ditipu dengan perkawinan. Dalam kasus semacam itu, para
suami mereka memaksa istri-istri baru ini untuk bekerja untuk keluarga
mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau menjual mereka ke industri
seks.
6. Beberapa Bentuk Buruh/Pekerja Anak – terutama di Indonesia.
Beberapa (tidak semua) anak yang berada di jalanan untuk mengemis,
mencari ikan di lepas pantai seperti jermal, dan bekerja di perkebunan
telah ditrafik ke dalam situasi yang mereka hadapi saat ini.
7. Trafficking/penjualan Bayi – baik di luar negeri ataupun di Indonesia.
Beberapa buruh migran Indonesia (TKI) ditipu dengan perkawinan palsu
saat di luar negeri dan kemudian mereka dipaksa untuk menyerahkan
bayinya untuk diadopsi ilegal. Dalam kasus yang lain, ibu rumah tangga
6
Indonesia ditipu oleh PRT kepercayaannya yang melarikan bayi ibu
tersebut dan kemudian menjual bayi tersebut ke pasar gelap.
2.3 Sumber-sumber Hukum mengenai Perdagangan Orang
1. KUHP
7
8
Pasal Isi Pasal
263 Memalsukan surat-surat
277 Mengaburkan asal usul seseorang
278 Pengakuan palsu
285 Perkosaan
286 Persetubuhan dengan perempuan yang pingsan atau tidak berdaya
287 Bersetubuh dengan anak perempuan berusia di bawah 15 tahun
288 Persetubuhan dengan istri yang belum masanya dikawinkan
289 Perbuatan cabul atau asusila
290 Perbuatan asusila yang dilakukan terhadap orang yang tidak berdaya
292-293 Perbuatan cabul dengan anak-anak yang belum dewasa
294 Perbuatan cabul dengan penyalahgunaan kekuasaan
295
Menfasilitasi (memudahkan) perbuatan manusia asusila dengan orang yang
belum dewasa (anak-anak)
296 Memudahkan perbuatan cabul sebagai mata pencaian/pekerjaan/kebiasaan
301
Mempekerjakan orang di bawah umur sebagai pengemis atau pekerjaan
berbahaya
304 Meninggal dalam keadaan sengsara
328 Penculikan
329 Membawa pekerja ke tempat kerja lain daripada yang diperjanjikan
330 Melarikan orang yang belum dewasa dari kekuasaan orang yang berhak
331 Menyembunyikan atau mencabut orang yang belum dewasa dari penyidikan
332 Melarikan perempuan
333 Dengan sengaja dan tanpa hak merampas kemerdekaan seseorang
334
Karena kesalahan (kelalaian: culpa/schuld) terampasnya kemerdekaan orang
lain
335 Memaksa orang lain melakukan/tidak melakukan sesuatu
336 Ancaman dengan kejahatan-kejahatan khusus
351 Penganiayaan
352 Penganiayaan ringan
353 Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu
354 Penganiayaan berat dengan rencana terlebih dahulu
362 Pencurian
365 Pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
368 Pemerasan
369 Penipuan
506 Mucikari (souteneur)
• Untuk Pasal 297 dan Pasal 324 KUHP telah dihapus
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga.
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan.
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.
11. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang.
12. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No.31
Tahun 1991 tentang Penghapusan Korupsi dll.
13. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang.
2.4 Tindak Pidana Perdagangan Orang
9
1) Menurut KUHP
Jika dibandingkan rumusan perdagangan orang dalam KUHP
tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, maka perdagangan orang dalam
KUHP sudah merupakan perbuatan pidana dan diatur secara eksplisit dalam
Pasal 297, tetapi tidak ada definisi secara resmi dan jelas tentang perdagangan
orang dalam pasal tersebut sehingga tidak dapat dirumuskan unsur-unsur tindak
pidana yang dapat digunakan oleh penegak hukum untuk melakukan penuntutan
dan pembuktian adanya tindak pidana perdagangan wanita dan anak-anak d
ibawah umur.
‘’Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum
dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.’’
Dalam pasal tersebut hanya menyebutkan wanita dan anak laki-laki di bawah
umur berarti hanya perempuan dewasa karena wanita sama dengan perempuan
dewasa dan anak laki-laki yang masih di bawah umur yang mendapat
perlindungan hukum dalam pasal tersebut. Adapun laki-laki dewasa dan anak-
anak perempuan tidak mendapat perlindungan hukum. Selain itu, dalam pasal
tersebut juga tidak cukup untuk mencakup berbagai macam bentuk kejahatan
yang terdapat dalam modus perdagangan orang.
2) Menurut UU No. 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan
Orang
Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana
Perdagangan Orang, Pasal ayat (1) berbunyi:
‘’Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan
10
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik
Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).’’
Cara melakukan tindak pidana perdagangan orang dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang merupakan
unsur dari tindak pidana perdagangan orang yaitu dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan
kekuasaan, pemanfaatan posisi kerentanan atau penjeratan utang. Jadi, rumusal
dalam Pasal 2 di atas digunakan sebagai jalan atau cara melakukan tindak pidana
perdagangan orang, yaitu ancaman kekerasan dan kekerasan yang sudah
dijelaskan dalam Bab 1, sedangkan cara penculikan, penyekapan, penipuan, tidak
dijelaskan dalan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, tetapi ditemui dalam pasal-pasal dalam KUHP dan pasal-
pasal yang dikualifikasikan mengatur tindak pidana yang lain dengan tindak
pidana perdagangan orang.
Adapun Ruang Lingkup Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Orang perseorangan, yaitu setiap individu/perorangan yang secara
langsung bertindak melakukan perbuatan pidana perdagangan orang;
2. Kelompok, yaitu kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama
melakukan perbuatan pidana perdagangan orang;
3. Korporasi, yaitu perkumpulan/organisasi yang didirikan dan dapat
bertindak sebagai subjek hukum yang bergerak di bidang usaha yang
dalam pelaksanaannya melakukan penyalahgunaan izin yang
diberikan;
4. Aparat, yaitu pegawai negeri atau pejabat pemerintahan yang diberi
wewenang tertentu namun melakukan penyalahgunaan dari yang
seharusnya dilakukan;
Adapun Ruang Lingkup Korban dalam Undang-Undang Nomor 21
11
Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang pada
Pasal angka 3 adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental,
fisik, dan social diakibatkan tindak pidana perdagangan. Pengertian korban
menurut undnag-undnag tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban Pasal 1 angka 2 yang
menyatakanbahwa korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,
mental, atau kerugian ekonomi diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
2.5 Sanksi Pelaku Tindak Pelaku Perdagangan Orang
• Sanksi Tindak Pidana Perdagangan Orang
12
13
Pasal Tindak Pidana
Pidana
Min.
Pidana
Maks.
Denda
Pidana
Tambahan
2 Perdagangan 3 th 15 th
+120-600 jt
rp
-
3&4
Perdagangan orang ke dalam/ke luar
Indonesia
3 th 15 th
+120-600 jt
rp
-
5 Perdagangan anak melalui adopsi 3 th 15 th
+120-600 jt
rp
-
6
Perdagangan anak ke dalam/ke luar
negeri
3 th 15 th
+120-600 jt
rp
-
7(1)
Perdagangan orang mengakibatkan
luka fisik dan psikis
4 th 20 th
+160-800 jt
rp
-
7(2)
Perdagangan orang mengakibatkan
kematian
5 th
Seumur
hidup
+200 jt-1 M
rp
-
8
Perdagangan orang dilakukan oleh
penyelenggara negara
4 th 20 th
+10-800 jt
rp
Pemberhentian
tdk hormat
9
Menggerakkan orang lain untuk
melakukan tindak pidana tetapi
tidak terjadi
1 th 6 th
+40-240 jt
rp
-
10
Membantu/melakukan percobaan
untuk melakukan tindak pidana
perdagangan orang
3 th 15 th
+120-600 jt
rp
-
11
Merencanakan/melakukan
pemufakatan jahat untuk melakukan
tindak pidana perdagangan orang
3 th 15 th
+120-600 jt
rp
-
12
Menggunakan/memanfaatkan
korban tindak pidana orang 3 th 15 th
+120-600 jt
rp
-
15
Tindak pidana perdagangan orang
dilakukan oleh korporasi: untuk
pengurusan dan untuk korporasi
3 th 15 th
+120-600 jt
rp 360 jt-1
M rp
Pencabutan izin,
Perampasan
kekayaan,
Pencautan status
badan hukum,
Pemecatan
pengurus, dan
Pelarangan
kepada
pengurus
mendirikan
korporasi
bidang usaha
yang sama
16
Tindak pidana perdagangan orang
dilakukan oleh kelompok
terorganisir
4 th 20 th
+160-800 jt
rp
-
17
Tindak pidana perdagangan orang
dilakukan oleh kelompok
terorganisir terhadap anak
4 th 20 th
+160-800
jt rp
-
• Sanksi Tindak Lain yang Berhubungan dengan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
Pasal Tindak Pidana
Pidana
Min.
Pidana
Maks.
Denda
19
Pemalsuan dokumen untuk
mempermudah tindak pidana
perdagangan orang
1 th 7 th
+40-280 jt
rp
20
Saksi palsu, bukti palsu atau barang
bukti palsu
1 th 7 th
+40-280 jt
rp
21 (1)
Penyerang fisik terhadap saksi atau
petugas persidangan
1 th 5 th
+40-200 jt
rp
21 (2)
Penyerang fisik terhadap saksi atau
petugas persidangan berakibat luka
berat
2 th 10 th
+80-400 jt
rp
21 (3)
Penyerang fisik terhadap saksi atau
petugas persidangan berakibat
kematian
3 th 15 th
+120-600 jt
rp
22
Mencegah, merintangi atau
menggagalkan penyidikan,
penuntutan pemeriksaan di
pengadilan
1 th 5 th
+40-200 jt
rp
23
Membantu pelarian pelaku tindak
pidana perdagangan orang
1 th 5 th
+40-200 jt
rp
24
Memberitahukan identitas saksi atau
korban yang harus dirahasiakan
3 th 7 th
+40-280 jt
rp
Sumber: Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana
14
Perdagangan Orang.
2.6 Upaya Pencegahanan dan Penanggulangan Perdagangan Orang
Perdagangan orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak
kejahatan yang kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang
komprehensif dan terpadu. Tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan keahlian
profesional, namun juga pengumpulan dan pertukaran informasi, kerjasama
yang memadai baik sesama aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan,
hakim maupun dengan pihak-pihak lain yang terkait yaitu lembaga pemerintah
(kementerian terkait) dan lembaga non pemerintah (LSM) baik lokal maupun
internasional. Semua pihak bisa saling bertukar informasi dan keahlian profesi
sesuai dengan kewenangan masing-masing dan kode etik instansi. Tidak hanya
perihal pencegahan, namun juga penanganan kasus dan perlindungan korban
semakin memberikan pembenaran bagi upaya pencegahan dan penanggulangan
perdagangan perempuan secara terpadu. Hal ini bertujuan untuk memastikan
agar korban mendapatkan hak atas perlindungan dalam hukum.
Dalam konteks penyidikan dan penuntutan, aparat penegak hukum dapat
memaksimalkan jaringan kerjasama dengan sesama aparat penegak hukum
lainnya di dalam suatu wilayah negara, untuk bertukar informasi dan melakukan
15
investigasi bersama. Kerjasama dengan aparat penegak hukum di negara tujuan
bisa dilakukan melalui pertukaran informasi, atau bahkan melalui mutual legal
assistance, bagi pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan lintas
negara.
Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan meminta
dukungan ILO, dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang
melakukan Program Prevention of Child Trafficking for Labor and Sexual
Exploitation. Tujuan dari program ini adalah :
1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah
Menegah Atas untuk Fmemperluas angka partisipasi anak laki-laki dan
anak perempuan,
2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah
lulus sekolah dasar,
3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan,
4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri,
5. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking
anak.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdagangan Orang (Human Trafficking) merupakan segala sesuatu
bentuk transaksi yang melibatkan manusia sebagai komoditi perdagangan.
Umumnya yang mejadi korban adalah perempuan dan anak-anak dengan
berbagai bentuk perdagangan orang yang mungkin tak asing ditelinga kita.
Oleh karena itu muncullah berbagai macam Undang-Undang yang berkaitan
dengan Perdagangan Orang dan yang paling utama adalah Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
3.2 Saran
Untuk memberantas dan mengurangi trafficking memerluan juga kerja
sama lintas Negara serta peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan. Selain
itu penyedian perangkat hukum yang memadahi untuk skala internasional,
regional bahkan lokal juga penegakan hukum oleh apart hukum untuk
menghambat laju pergerakan jaringan trafficking. Bahkan tindakan pemberian
sanksi yang berat terhadap pelaku trafficking dan perlindungan terhadap korban
juga harus diperhatikan. Dan yang tak kalah pentingnya dengan sosialisasi isu
tentang perdagangan anak dan perempuan terhadap semua komponen masyarakat
sehingga masalah ini mendapat perhatian dan menjadi kebutuhan yang mendesak
untuk diperjuangkan dan mendapatkan penanganan yang maksimal dari semua
pihak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika.
Website:
Serizawa, Ali. Pengertian Perdagangan Orang Menurut: Protokol PBB.
http://www.hukumsumberhukum.com/2014/06/pengertian-perdagangan-manusia-
menurut.html#_ .html diakses 19 Maret 2016
18

More Related Content

What's hot

Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
upaya penegakan ham
upaya penegakan hamupaya penegakan ham
upaya penegakan hamchisdyratna
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptBidangPPdanPA
 
15 Bentuk kekerasan seksual
15 Bentuk kekerasan seksual15 Bentuk kekerasan seksual
15 Bentuk kekerasan seksualCIkumparan
 
Makalah perang dingin
Makalah perang dinginMakalah perang dingin
Makalah perang dinginWarnet Raha
 
5. negara hukum dan ham
5. negara hukum dan ham5. negara hukum dan ham
5. negara hukum dan hamMardiah Ahmad
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALAulia Ulil Fadhilah
 
Antropologi hukum
Antropologi hukumAntropologi hukum
Antropologi hukumdanudanu19
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenMochammad Ridwan
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahanDian Oktavia
 
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukumpengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukumRifa Ramadhani
 
presentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkobapresentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkobatelnong
 
Makalah benda berwujud dan tidak berwujud
Makalah benda berwujud dan tidak berwujud Makalah benda berwujud dan tidak berwujud
Makalah benda berwujud dan tidak berwujud Yeepe
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanyudikrismen1
 
konsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamkonsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamAhmad Rudi
 

What's hot (20)

Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
 
upaya penegakan ham
upaya penegakan hamupaya penegakan ham
upaya penegakan ham
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
 
15 Bentuk kekerasan seksual
15 Bentuk kekerasan seksual15 Bentuk kekerasan seksual
15 Bentuk kekerasan seksual
 
Makalah perang dingin
Makalah perang dinginMakalah perang dingin
Makalah perang dingin
 
5. negara hukum dan ham
5. negara hukum dan ham5. negara hukum dan ham
5. negara hukum dan ham
 
Kelompok 9 otonomi daerah
Kelompok 9   otonomi daerahKelompok 9   otonomi daerah
Kelompok 9 otonomi daerah
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 
Kesetaraan Gender
Kesetaraan GenderKesetaraan Gender
Kesetaraan Gender
 
Antropologi hukum
Antropologi hukumAntropologi hukum
Antropologi hukum
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 
POWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAMPOWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAM
 
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan
 
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukumpengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
 
presentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkobapresentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkoba
 
Makalah benda berwujud dan tidak berwujud
Makalah benda berwujud dan tidak berwujud Makalah benda berwujud dan tidak berwujud
Makalah benda berwujud dan tidak berwujud
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korban
 
konsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamkonsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islam
 

Similar to Human Trafficking

Makalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezhaMakalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezhaberlian_priyandany
 
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docxMAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docxNaomiSitoppul
 
Makalah HAM
Makalah HAMMakalah HAM
Makalah HAMhaery13
 
Human traficking.doc
Human traficking.docHuman traficking.doc
Human traficking.docMeehawk
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Andy Susanto
 
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dollyKonflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dollydodysopril
 
aktiviti pemerdagangan orang
aktiviti pemerdagangan orangaktiviti pemerdagangan orang
aktiviti pemerdagangan orangChun Yong Chin
 
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANGPENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANGGamePlan7
 
Tanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Tanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial AnakTanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Tanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial AnakECPAT Indonesia
 
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di IndonesiaEksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di IndonesiaECPAT Indonesia
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...basrizal82
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)ECPAT Indonesia
 
jurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docx
jurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docxjurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docx
jurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docxRiskyAmnur
 
presentation sosiologi - kriminalitas
presentation sosiologi - kriminalitaspresentation sosiologi - kriminalitas
presentation sosiologi - kriminalitasFaula Abdul
 
Human Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAM
Human Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAMHuman Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAM
Human Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAMShelly Selviana
 
Pencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakat
Pencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakatPencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakat
Pencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakatmusniumar
 

Similar to Human Trafficking (20)

Makalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezhaMakalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezha
 
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docxMAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
 
Makalah HAM
Makalah HAMMakalah HAM
Makalah HAM
 
Human traficking.doc
Human traficking.docHuman traficking.doc
Human traficking.doc
 
human trafficking
human traffickinghuman trafficking
human trafficking
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)
 
Sabtu
SabtuSabtu
Sabtu
 
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dollyKonflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
 
aktiviti pemerdagangan orang
aktiviti pemerdagangan orangaktiviti pemerdagangan orang
aktiviti pemerdagangan orang
 
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANGPENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
 
Tanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Tanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial AnakTanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Tanya & Jawab tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak
 
Childtrafficking
ChildtraffickingChildtrafficking
Childtrafficking
 
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di IndonesiaEksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
 
jurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docx
jurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docxjurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docx
jurnal ekspolitasi anak jalanan dalam fiqh jinayah.docx
 
presentation sosiologi - kriminalitas
presentation sosiologi - kriminalitaspresentation sosiologi - kriminalitas
presentation sosiologi - kriminalitas
 
Human Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAM
Human Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAMHuman Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAM
Human Trafficking (Perdagangan Manusia) sebagai suatu pelanggaran HAM
 
Ham pkn
Ham pknHam pkn
Ham pkn
 
Pencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakat
Pencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakatPencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakat
Pencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban di masyarakat
 

More from Vallen Hoven

Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Vallen Hoven
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Vallen Hoven
 
Prinsip Hukum Islam
Prinsip Hukum IslamPrinsip Hukum Islam
Prinsip Hukum IslamVallen Hoven
 
Sistem hukum dunia
Sistem hukum duniaSistem hukum dunia
Sistem hukum duniaVallen Hoven
 

More from Vallen Hoven (6)

Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
 
Prinsip Hukum Islam
Prinsip Hukum IslamPrinsip Hukum Islam
Prinsip Hukum Islam
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Sistem hukum dunia
Sistem hukum duniaSistem hukum dunia
Sistem hukum dunia
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 

Recently uploaded (6)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 

Human Trafficking

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia masalah perdagangan orang masih menjadi salah satu ancaman besar dimana setiap tahun hampir ribuan perempuan dan anak di Indonesia yang harus menjadi korban trafficking yang terkadang tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah korban, pemasalahan ini bukanlah masalah baru dan tidak hanya terjadi di Indonesia saja melainkan di Negara-negara lain juga terjadi. Bahkan masalah perdagangan orang sebenarnya telah terjadi sejak abad ke empat dimana pada masa itu perdagangan orang masih merupaan hal biasa terjadi dan bukanlah merupakan bentuk suatu kejahatan dimana saat itu masih marak- maraknya perbudakan manusia dimana seorang manusia dapat diperjual belikan dan dijadikan sebagai objek keadaan seperti itu terjadi dan marak karena masih kurangnya pemahaman bahwa setiap manusia memiliki harkat dan derajat yang sama tanpa adanya perbedaan satu sama lain. Dan hal itu terus mengalami perkembangan sampai dengan sekarang tanpa dapat dicegah. Merupakan suatu permasalahan lama yang kurang mendapatkan perhatian sehingga keberadaannya tidak begitu nampak di permukaan padahal dalam praktiknya sudah merupakan permasalahan sosial yang berangsur angsur menjadi suatu kejahatan masyarakat dimana kedudukan manusia sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dari trafficking. Selain masalah utama kurangnya upaya hukum pencegahan yang kuat bagi para pelaku, masalah ini juga didasari oleh lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengerti dan paham akan adanya bahaya yang ditimbulkan dari praktek trafficking. 1
  • 2. Lemahnya tingkat kesadaran masyarakat ini tentunya akan semakin memicu praktik trafficking untuk terus berkembang. Dalam hal ini maka selain mendesak pemerintah untuk terus mengupayakan adanya bentuk formal upaya perlindungan hukum bagi korban trafficking dan tindakan tegas bagi pelaku maka diperlukan juga kesadaran masyarakat agar masyarakat juga berperan aktif dalam memberantas praktek trafficking sehingga tujuan pemberantasan trafficking dapat tercapai dengan maksimal dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam sejarah perkembangan kejahatan, perdagangan perempuan dan anak-anak termasuk didalam kejahatan yang terorganisir (organized crime) yang artinya suatu kejahatan yang dilakukan dalam suatu jaringan yang terorganisir tapi dalam suatu organisasi bawah tanah dan dilakukan dengan cara canggih karena pengaruh kemajuan tekhnologi informasi dan transformasi sehingga batas Negara hampir tidak dikenal apalagi dengan pengawasan yang tidak ketat di daerah perbatasan atau tempat pemeriksaan imigrasi juga mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang dan sifatnya lintas Negara. 2
  • 3. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian Perdagangan Orang? b. Apa saja bentuk-bentuk Perdagangan Orang? c. Apa saja sumber-sumber Hukum Perdagangan Orang? d. Bagaimanakah tindak pidana Perdagangan Orang? e. Apa sanksi bagi pelaku tindak pelaku Perdagangan Orang? f. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan Perdagangan Orang? 1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini ada sebagai sarana untuk dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Perdagangan Orang (Human Traffickinng) dari rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas.. Dan diluar ini juga sebagai tugas pengganti Mid-Semester untuk mata kuliah Delik-delik Diluar Kodifikasi. 3
  • 4. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Perdagangan Orang 1) Menurut Protokol PBB Sebelum Undang-undang Tindak Pidana disahkan beberapa waktu yang lalu, Pengertian tindak pidana perdagangan manusia yang umum paling banyak digunakan ialah pengertian dari Protokol PBB untuk mencegah, menekan dan menghukum pelaku tindak pidana perdagangan manusia. Pengertian Perdagangan manusia dalam protokol PBB yaitu: 1. Perekrutan, pengiriman, penampungan, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan ekploitasi. Ekploitasi termasuk, paling tidak eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan penghambaan atau pengambilan organ tubuh. 2. Persetujuan korban perdagangan orang terhadap eksploitasi yang dimaksud yang dikemukakan dalam subalinea (1) ini tidak relevan jika salah satu dari cara-cara yang dimuat dalam subalinea (1) digunakan. 3. Perekrutan, pengiriman, penampungan, pemindahan, atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai perdagangan orang bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam subalinea (1) pasal ini. 4. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun. 4
  • 5. 2) Menurut UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ialah sebagai berikut: "Tindakan perekrutan, penampungan, pengangkutan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penculikan, penggunaan kekerasan, penyekapan, penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, memberi bayaran atau penjeratan utang atau manfaat, sehingga dapat memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan antarnegara maupun di dalam negara , demi untuk tujuan mengeksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi." 2.2 Bentuk-bentuk Perdagangan Orang 1. Kerja Paksa Seks & Eksploitasi seks – baik di luar negeri maupun di wilayah Indonesia. Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak dijanjikan bekerja sebagai buruh migran, PRT, pekerja restoran, penjaga toko, atau pekerjaan-pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa bekerja pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan. Dalam kasus lain, berapa perempuan tahu bahwa mereka akan memasuki industri seks tetapi mereka ditipu dengan kondisi-kondisi kerja dan mereka dikekang di bawah paksaan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja. 2. Pembantu Rumah Tangga (PRT) – baik di luar ataupun di wilayah Indonesia. PRT baik yang di luar negeri maupun yang di Indonesia di trafik ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang termasuk: jam kerja wajib yang sangat panjang, penyekapan ilegal, upah yang tidak dibayar atau yang dikurangi, kerja karena jeratan hutang, penyiksaan fisik ataupun psikologis, penyerangan seksual, tidak diberi makan atau kurang makanan, dan tidak boleh menjalankan agamanya atau diperintah untuk 5
  • 6. melanggar agamanya. Beberapa majikan dan agen menyita paspor dan dokumen lain untuk memastikan para pembantu tersebut tidak mencoba melarikan diri. 3. Bentuk Lain dari Kerja Migran – baik di luar ataupun di wilayah Indonesia. Meskipun banyak orang Indonesia yang bermigrasi sebagai PRT, yang lainnnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian di pabrik, restoran, industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini ditrafik ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak di tempat kerja seperti itu melalui jeratan hutang, paksaan, atau kekerasan. 4. Penari, Penghibur & Pertukaran Budaya – terutama di luar negeri. Perempuan dan anak perempuan dijanjikan bekerja sebagai penari duta budaya, penyanyi, atau penghibur di negara asing. Pada saat kedatangannya, banyak dari perempuan ini dipaksa untuk bekerja di industri seks atau pada pekerjaan dengan kondisi mirip perbudakan. 5. Pengantin Pesanan – terutama di luar negeri. Beberapa perempuan dan anak perempuan yang bermigrasi sebagai istri dari orang berkebangsaan asing, telah ditipu dengan perkawinan. Dalam kasus semacam itu, para suami mereka memaksa istri-istri baru ini untuk bekerja untuk keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau menjual mereka ke industri seks. 6. Beberapa Bentuk Buruh/Pekerja Anak – terutama di Indonesia. Beberapa (tidak semua) anak yang berada di jalanan untuk mengemis, mencari ikan di lepas pantai seperti jermal, dan bekerja di perkebunan telah ditrafik ke dalam situasi yang mereka hadapi saat ini. 7. Trafficking/penjualan Bayi – baik di luar negeri ataupun di Indonesia. Beberapa buruh migran Indonesia (TKI) ditipu dengan perkawinan palsu saat di luar negeri dan kemudian mereka dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi ilegal. Dalam kasus yang lain, ibu rumah tangga 6
  • 7. Indonesia ditipu oleh PRT kepercayaannya yang melarikan bayi ibu tersebut dan kemudian menjual bayi tersebut ke pasar gelap. 2.3 Sumber-sumber Hukum mengenai Perdagangan Orang 1. KUHP 7
  • 8. 8 Pasal Isi Pasal 263 Memalsukan surat-surat 277 Mengaburkan asal usul seseorang 278 Pengakuan palsu 285 Perkosaan 286 Persetubuhan dengan perempuan yang pingsan atau tidak berdaya 287 Bersetubuh dengan anak perempuan berusia di bawah 15 tahun 288 Persetubuhan dengan istri yang belum masanya dikawinkan 289 Perbuatan cabul atau asusila 290 Perbuatan asusila yang dilakukan terhadap orang yang tidak berdaya 292-293 Perbuatan cabul dengan anak-anak yang belum dewasa 294 Perbuatan cabul dengan penyalahgunaan kekuasaan 295 Menfasilitasi (memudahkan) perbuatan manusia asusila dengan orang yang belum dewasa (anak-anak) 296 Memudahkan perbuatan cabul sebagai mata pencaian/pekerjaan/kebiasaan 301 Mempekerjakan orang di bawah umur sebagai pengemis atau pekerjaan berbahaya 304 Meninggal dalam keadaan sengsara 328 Penculikan 329 Membawa pekerja ke tempat kerja lain daripada yang diperjanjikan 330 Melarikan orang yang belum dewasa dari kekuasaan orang yang berhak 331 Menyembunyikan atau mencabut orang yang belum dewasa dari penyidikan 332 Melarikan perempuan 333 Dengan sengaja dan tanpa hak merampas kemerdekaan seseorang 334 Karena kesalahan (kelalaian: culpa/schuld) terampasnya kemerdekaan orang lain 335 Memaksa orang lain melakukan/tidak melakukan sesuatu 336 Ancaman dengan kejahatan-kejahatan khusus 351 Penganiayaan 352 Penganiayaan ringan 353 Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu 354 Penganiayaan berat dengan rencana terlebih dahulu 362 Pencurian 365 Pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan 368 Pemerasan 369 Penipuan 506 Mucikari (souteneur)
  • 9. • Untuk Pasal 297 dan Pasal 324 KUHP telah dihapus 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. 10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. 11. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. 12. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No.31 Tahun 1991 tentang Penghapusan Korupsi dll. 13. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 2.4 Tindak Pidana Perdagangan Orang 9
  • 10. 1) Menurut KUHP Jika dibandingkan rumusan perdagangan orang dalam KUHP tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, maka perdagangan orang dalam KUHP sudah merupakan perbuatan pidana dan diatur secara eksplisit dalam Pasal 297, tetapi tidak ada definisi secara resmi dan jelas tentang perdagangan orang dalam pasal tersebut sehingga tidak dapat dirumuskan unsur-unsur tindak pidana yang dapat digunakan oleh penegak hukum untuk melakukan penuntutan dan pembuktian adanya tindak pidana perdagangan wanita dan anak-anak d ibawah umur. ‘’Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.’’ Dalam pasal tersebut hanya menyebutkan wanita dan anak laki-laki di bawah umur berarti hanya perempuan dewasa karena wanita sama dengan perempuan dewasa dan anak laki-laki yang masih di bawah umur yang mendapat perlindungan hukum dalam pasal tersebut. Adapun laki-laki dewasa dan anak- anak perempuan tidak mendapat perlindungan hukum. Selain itu, dalam pasal tersebut juga tidak cukup untuk mencakup berbagai macam bentuk kejahatan yang terdapat dalam modus perdagangan orang. 2) Menurut UU No. 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pasal ayat (1) berbunyi: ‘’Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan 10
  • 11. mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).’’ Cara melakukan tindak pidana perdagangan orang dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang merupakan unsur dari tindak pidana perdagangan orang yaitu dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi kerentanan atau penjeratan utang. Jadi, rumusal dalam Pasal 2 di atas digunakan sebagai jalan atau cara melakukan tindak pidana perdagangan orang, yaitu ancaman kekerasan dan kekerasan yang sudah dijelaskan dalam Bab 1, sedangkan cara penculikan, penyekapan, penipuan, tidak dijelaskan dalan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, tetapi ditemui dalam pasal-pasal dalam KUHP dan pasal- pasal yang dikualifikasikan mengatur tindak pidana yang lain dengan tindak pidana perdagangan orang. Adapun Ruang Lingkup Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Orang perseorangan, yaitu setiap individu/perorangan yang secara langsung bertindak melakukan perbuatan pidana perdagangan orang; 2. Kelompok, yaitu kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama melakukan perbuatan pidana perdagangan orang; 3. Korporasi, yaitu perkumpulan/organisasi yang didirikan dan dapat bertindak sebagai subjek hukum yang bergerak di bidang usaha yang dalam pelaksanaannya melakukan penyalahgunaan izin yang diberikan; 4. Aparat, yaitu pegawai negeri atau pejabat pemerintahan yang diberi wewenang tertentu namun melakukan penyalahgunaan dari yang seharusnya dilakukan; Adapun Ruang Lingkup Korban dalam Undang-Undang Nomor 21 11
  • 12. Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang pada Pasal angka 3 adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, dan social diakibatkan tindak pidana perdagangan. Pengertian korban menurut undnag-undnag tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban Pasal 1 angka 2 yang menyatakanbahwa korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, atau kerugian ekonomi diakibatkan oleh suatu tindak pidana. 2.5 Sanksi Pelaku Tindak Pelaku Perdagangan Orang • Sanksi Tindak Pidana Perdagangan Orang 12
  • 13. 13 Pasal Tindak Pidana Pidana Min. Pidana Maks. Denda Pidana Tambahan 2 Perdagangan 3 th 15 th +120-600 jt rp - 3&4 Perdagangan orang ke dalam/ke luar Indonesia 3 th 15 th +120-600 jt rp - 5 Perdagangan anak melalui adopsi 3 th 15 th +120-600 jt rp - 6 Perdagangan anak ke dalam/ke luar negeri 3 th 15 th +120-600 jt rp - 7(1) Perdagangan orang mengakibatkan luka fisik dan psikis 4 th 20 th +160-800 jt rp - 7(2) Perdagangan orang mengakibatkan kematian 5 th Seumur hidup +200 jt-1 M rp - 8 Perdagangan orang dilakukan oleh penyelenggara negara 4 th 20 th +10-800 jt rp Pemberhentian tdk hormat 9 Menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana tetapi tidak terjadi 1 th 6 th +40-240 jt rp - 10 Membantu/melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang 3 th 15 th +120-600 jt rp - 11 Merencanakan/melakukan pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang 3 th 15 th +120-600 jt rp - 12 Menggunakan/memanfaatkan korban tindak pidana orang 3 th 15 th +120-600 jt rp - 15 Tindak pidana perdagangan orang dilakukan oleh korporasi: untuk pengurusan dan untuk korporasi 3 th 15 th +120-600 jt rp 360 jt-1 M rp Pencabutan izin, Perampasan kekayaan, Pencautan status badan hukum, Pemecatan pengurus, dan Pelarangan kepada pengurus mendirikan korporasi bidang usaha yang sama 16 Tindak pidana perdagangan orang dilakukan oleh kelompok terorganisir 4 th 20 th +160-800 jt rp - 17 Tindak pidana perdagangan orang dilakukan oleh kelompok terorganisir terhadap anak 4 th 20 th +160-800 jt rp -
  • 14. • Sanksi Tindak Lain yang Berhubungan dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal Tindak Pidana Pidana Min. Pidana Maks. Denda 19 Pemalsuan dokumen untuk mempermudah tindak pidana perdagangan orang 1 th 7 th +40-280 jt rp 20 Saksi palsu, bukti palsu atau barang bukti palsu 1 th 7 th +40-280 jt rp 21 (1) Penyerang fisik terhadap saksi atau petugas persidangan 1 th 5 th +40-200 jt rp 21 (2) Penyerang fisik terhadap saksi atau petugas persidangan berakibat luka berat 2 th 10 th +80-400 jt rp 21 (3) Penyerang fisik terhadap saksi atau petugas persidangan berakibat kematian 3 th 15 th +120-600 jt rp 22 Mencegah, merintangi atau menggagalkan penyidikan, penuntutan pemeriksaan di pengadilan 1 th 5 th +40-200 jt rp 23 Membantu pelarian pelaku tindak pidana perdagangan orang 1 th 5 th +40-200 jt rp 24 Memberitahukan identitas saksi atau korban yang harus dirahasiakan 3 th 7 th +40-280 jt rp Sumber: Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana 14
  • 15. Perdagangan Orang. 2.6 Upaya Pencegahanan dan Penanggulangan Perdagangan Orang Perdagangan orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang komprehensif dan terpadu. Tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan keahlian profesional, namun juga pengumpulan dan pertukaran informasi, kerjasama yang memadai baik sesama aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, hakim maupun dengan pihak-pihak lain yang terkait yaitu lembaga pemerintah (kementerian terkait) dan lembaga non pemerintah (LSM) baik lokal maupun internasional. Semua pihak bisa saling bertukar informasi dan keahlian profesi sesuai dengan kewenangan masing-masing dan kode etik instansi. Tidak hanya perihal pencegahan, namun juga penanganan kasus dan perlindungan korban semakin memberikan pembenaran bagi upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan secara terpadu. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar korban mendapatkan hak atas perlindungan dalam hukum. Dalam konteks penyidikan dan penuntutan, aparat penegak hukum dapat memaksimalkan jaringan kerjasama dengan sesama aparat penegak hukum lainnya di dalam suatu wilayah negara, untuk bertukar informasi dan melakukan 15
  • 16. investigasi bersama. Kerjasama dengan aparat penegak hukum di negara tujuan bisa dilakukan melalui pertukaran informasi, atau bahkan melalui mutual legal assistance, bagi pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan lintas negara. Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan meminta dukungan ILO, dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang melakukan Program Prevention of Child Trafficking for Labor and Sexual Exploitation. Tujuan dari program ini adalah : 1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atas untuk Fmemperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak perempuan, 2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah lulus sekolah dasar, 3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan penghasilan, 4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk memfasilitasi usaha sendiri, 5. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking anak. 16
  • 17. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perdagangan Orang (Human Trafficking) merupakan segala sesuatu bentuk transaksi yang melibatkan manusia sebagai komoditi perdagangan. Umumnya yang mejadi korban adalah perempuan dan anak-anak dengan berbagai bentuk perdagangan orang yang mungkin tak asing ditelinga kita. Oleh karena itu muncullah berbagai macam Undang-Undang yang berkaitan dengan Perdagangan Orang dan yang paling utama adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 3.2 Saran Untuk memberantas dan mengurangi trafficking memerluan juga kerja sama lintas Negara serta peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan. Selain itu penyedian perangkat hukum yang memadahi untuk skala internasional, regional bahkan lokal juga penegakan hukum oleh apart hukum untuk menghambat laju pergerakan jaringan trafficking. Bahkan tindakan pemberian sanksi yang berat terhadap pelaku trafficking dan perlindungan terhadap korban juga harus diperhatikan. Dan yang tak kalah pentingnya dengan sosialisasi isu tentang perdagangan anak dan perempuan terhadap semua komponen masyarakat sehingga masalah ini mendapat perhatian dan menjadi kebutuhan yang mendesak untuk diperjuangkan dan mendapatkan penanganan yang maksimal dari semua pihak. 17
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Buku: Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Website: Serizawa, Ali. Pengertian Perdagangan Orang Menurut: Protokol PBB. http://www.hukumsumberhukum.com/2014/06/pengertian-perdagangan-manusia- menurut.html#_ .html diakses 19 Maret 2016 18