1. YULI FRANCE DAMANIK |4301416009
KHAFIDHOTUN NI’MAH |4301416029
UMI YASIFUN | 4301416030
ZUYYINA HASANATI | 4301416039
PENGAMPU : Dr. Sri Wardani, M.Si.
STRATEGI PEMBELAJARAN
KIMIA
Dr. Sri Nurhayati, M.Pd.
3. Pengertian dari metode
Langkah-langkah metode tanya
jawab
Ciri-ciri metode tanya jawab
Prinsip metode tanya jawab
Kekurangan dan kelebihan dari metode
tanya jawab
MATERI PEMBAHASAN
Penerapan metode tanya jawab
4. Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optimal.
Pengertian dari metode
5. TUJUAN
Metode tanya jawab harus memperhatikan
langkah-langkah sbb:
Langkah-langkah metode tanya jawab
ALASAN KEMUNGKINAN
JAWABAN
KEMUNGKINAN
PERTANYAAN MENYEDIAKAN
KESEMPATAN BERTANYA
7. Ciri pertanyaan yang baik antara lain :
Langkah-langkah metode tanya jawab
1. Merangsang siswa
untuk berpikir
2. Jelas dan tidak
menimbulkan banyak
penafsiran
3. Singkat dan mudah
dipahami siswa
4. Disesuaikan dengan
kemampuan siswa
8. Langkah-langkah metode tanya jawab
1. Pertanyaan ditujukan
pada seluruh siswa
2. Memberi waktu
kepada siswa untuk
berpikir
3. Setiap siswa diberikan
giliran menjawab
4. Dilakukan dalam
suasana rileks.
Teknik mengajukan pertanyaan antara lain :
9. 1. Tafsirkan jawaban siswa ke
arah yang baik
2. Hargai secara wajar sekalipun
jawaban siswa kurang tepat
3. Pada saat tertentu berikan
kesempatan kepada siswa
lain untuk menilai jawaban
yang diberikan temannya.
Sikap guru terhadap jawaban
siswa antara lain :
Langkah-langkah metode tanya jawab
1. Memberikan keberanian
kepada siswa untuk
bertanya
2. Pertanyaan siswa perlu
disusun secara keseluruhan
3. Pertanyaan harus sesuai
dengan tata tertib.
Sikap guru terhadap pertanyaan
siswa antara lain :
10. Preparasi Sampel
Metode Tanya
jawab
CIRI-CIRI METODE TANYA JAWAB
PERTANYAAN MENGUMPAN SISWA BERPIKIR KRITIS
1. Sebagai ulangan pelajaran .
2. Sebagai selingan dalam
pembicaraan.
3. Untuk merangsang anak didik agar
perhatiannya tercurah kepada
masalah yang sedang dibicarakan.
4. Untuk mengarahkan proses
berfikir.
11. Tujuan Tanya
Jawab
CIRI-CIRI METODE TANYA JAWAB
1. Mengecek dan mengetahui sejauh
mana kemampuan anak didik.
2. Memberi kesempatan anak didik
untuk mengajukan pertanyaan .
3. Memotivasi dan menimbulkan
kompetensi belajar.
4. Melatih anak didik untuk berfikir
dan berbicara secara sitematis.
12. Ciri-ciri
Pertanyaan
yang baik
CIRI-CIRI METODE TANYA JAWAB
1.Bersifat merangsang untuk
berfikir.
2.Mengunakan kata yang jelas.
3.Pertanyaan mengandung satu
penafsiran.
4.Singkat.
5.Mengandung satu masalah.
6.Sesuai taraf kecerdasan atau
pengalaman siswa.
13. Penyebaran (distribution)
Pemberian waktu berfikir
(pausing )
Penggunaan pertanyaan
pelacak (probbing )
Klasifikasi
Meminta peserta didik
memberikan alasan
Meminta kesepakatan
pandangan
Prinsip Metode Tanya Jawab
Meminta ketepatan jawaban
Meminta jawaban yang lebih
relevan
Meminta Contoh
Meminta jawaban yang lebih
kompleks
14. Kekurangan Tanya Jawab
Kekurangan dan Kelebihan Metode Tanya Jawab
1. Tidak puas atas pertanyaan yang
diberikan.
2. Siswa yang tidak aktif, malu kepada
temannya.
3. Siswa yang malas membaca menjadi
tidak aktif ( pasif).
15. Kelebihan Tanya Jawab
Kekurangan dan Kelebihan Metode Tanya Jawab
1. Mengetahui kemampuan peserta didik.
2. Memberikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan.
3. Memotivasi dan menimbulkan kompetesi
belajar
4. Melatih berfikir dan berbicara secara
sistematis.
16. Penerapan Metode Tanya Jawab
Meningkatkan hasil belajar ikatan kimia dengan
metode pebelajaran tanya jawab pada siswa kelas x
di SMAN 1
Assalamu’alaikum wr.wb. Yang kami hormati Dr. Made Pramono, SS., M. Hum. dan Bapak Sopingi, S. Sos., M. Pd. slaku reviewer Monev PKM 5 Bidang, serta rekan-rekan semua yang hadir. Perkenankanlah kami dari Tim PKM-PE Universitas Negeri Semarang, saya Rizka Saputri, dan rekan saya Ulin Nuha, serta Umi Yasifun mempresentasikan hasil penelitian kami yang berjudul “Aktivitas Senyawa Dimethyldecanal sebagai Bahan Aktif Pengendalian Hama Gudang Tribolium castaneum (BARENG).
Reviewer yang saya hormati,
Indonesia merupakan Negara dengan tingkat konsumsi yang tinggi. Berdasarkan data APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Indonesia) 2016, konsumsi tepung terigu Indonesia pada tahun 2016 mengalami pengingkatan sebesar 7% dari tahun 2015 yaitu sebesar 5.482 MT naik menjadi 5.857 MT.
Konsumsi tepung yang tinggi tidak diimbangi dengan produksi yang mencukupi. Hal tersebut dibuktikan dengan masih tingginya impor tepung dari beberapa Negara seperti Australia, Ukraina, Amerika, Bulgaria, Moldova, dan beberapa Negara lainnya.
Salah satu penyebab kurangnya produksi tepung terigu di Indonesia yaitu penurunan kualitas dan kuantitas tepung terigu akibat serangan hama gudang, salah satunya hama gudang Tribolium castaneum. Menurut Yan (2017), Serangan berat yang disebabkan oleh Triboliumcastaneum menyebabkan komoditas tercemar oleh racun benzokuinon (hasil ekskresi kutu tepung) sehingga komoditas tersebut tidak layak untuk dikonsumsi dan menyebabkan tepung berwarna coklat.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan teknologi pengendalian Tribolium castaneum yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Sampai saat ini pengendalian Tribolium castaneum dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia metil bromida. Akan tetapi, penggunaan pestisida kimia sangat berbahaya bagi kesehatan manusia utamanya pada produk pangan yang dikonsumsi secara langsung, tidak ramah lingkungan, serta berbahaya bagi hewan dan tumbuhan nontarget (Tsai, 2010).
Oleh sebab itu, diperlukan pengendalian Tribolium castaneum yang bersifat alami, aman digunakan pada bahan makanan, dan tidak menyebabkan pencemaran pada lingkungan menggunakan senyawa dimethyldecanal yang berasal dari tubuh Tribolium castaneum. Dimethyldecanal merupakan feromon yang diproduksi oleh T. castaneum jantan serta mampu berperan sebagai atraktan baik T. castaneum maupun betina. Seperti feromon pada umunya, dimethyldecanal merupakan senyawa volatile yang mudah menguap sehingga diperlukan teknologi nanopartikel mengurangi tingkat penguapan dimethyldecanal. Pembuatan nanopartikel senyawa dimethyldecanal dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengendalian kutu tepung oleh senyawa dimethyldecanal. Matriks pembawa yang digunakan dalam pembuatan nanopartikel senyawa dimethyldecanal adalah khitosan. Senyawa ini digunakan karena memiliki sifat biokompatibel, biodegradable, dan toksisitas rendah. Inovasi pada penelitian ini adalah pembuatan nanopartikel untuk pencegahan penguapan senyawa dimethyldecanal dan meminimalisir biaya produksi untuk aplikasi penggunaan teknik umpan menggunakan feromon.
Tujuan dr penelitian ini yaitu:
Menganalisis keefektifan dimethyldecanal dalam mempengaruhi perilaku T. castaneum.
Menganalisis keefektifan nanopartikel dimethyldecanal dalam mempengaruhi T. castaneum.
Reviewer yang terhormat, keunggulan dari penelitian ini adalah:
Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
Spesifik untuk Tribolium castaneum, karena dimethyldecanal merupakan feromon yang hanya mempengaruhi Tribolium castaneum.
Reviewer yang terhormat, keunggulan dari penelitian ini adalah:
Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
Spesifik untuk Tribolium castaneum, karena dimethyldecanal merupakan feromon yang hanya mempengaruhi Tribolium castaneum.
Reviewer yang terhormat, keunggulan dari penelitian ini adalah:
Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
Spesifik untuk Tribolium castaneum, karena dimethyldecanal merupakan feromon yang hanya mempengaruhi Tribolium castaneum.
Reviewer yang terhormat, keunggulan dari penelitian ini adalah:
Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
Spesifik untuk Tribolium castaneum, karena dimethyldecanal merupakan feromon yang hanya mempengaruhi Tribolium castaneum.
Reviewer yang terhormat, keunggulan dari penelitian ini adalah:
Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
Spesifik untuk Tribolium castaneum, karena dimethyldecanal merupakan feromon yang hanya mempengaruhi Tribolium castaneum.
Prosedur penelitian yang kami lakukan adalah:
Preparasi sampel. Pada pedelitian ini kami menggunakan t cast jantan yg kami pisahkan pada tahap pupa dengan menggunakan mikroskop stereo. Perbedaaan t cast jantan dan betina terletak pada papila genitalia. T cast jantan memiliki papila genitalia dengan bentuk seperti ujung jari yg kecil, sedang t cast betina memiliki bentuk papila genitalia seperti jari. Pupa jantan selanjutnya kami kembangbiakkan dengan medium tepung terigu dan ragi dengan perbandingan 20:1 (100 gram tepung: 5 gram ragi).
Ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan metode aerasi Head Space Sampling menggunakan charcoal tube
Analisis GC-MS untuk mengetahui keberadaan senyawa dimethyldecanal yang dihasilkan oleh kutu tepung Tribolium castaneum.
Sintesis Nanopartikel dengan menggunakan metode gelasi ionik
Berikutnya yaitu, Karakterisasi nanopartikel menggunakan analisis SEM dan PSA untuk mengetahui morfologi dan ukuran nanopartikel yang terbentuk.
Bioassay Y. Bioasay Y dilakukan untuk mengetahui keteratrikan T. castaneum terhadapt ekstrak dimethyldecanal dan nanopartikel dimethyldecanal. Urutan alat: air pump, flowmeter, akuades, charcoal, tabung Y. Dilakukan sebanyak 20 kalo ulangan. Data yang diambil: ketertarikan T. castaneum (ke control atau perlakuan) dan waktu tempuh.
Prosedur penelitian yang kami lakukan adalah:
Preparasi sampel. Pada pedelitian ini kami menggunakan t cast jantan yg kami pisahkan pada tahap pupa dengan menggunakan mikroskop stereo. Perbedaaan t cast jantan dan betina terletak pada papila genitalia. T cast jantan memiliki papila genitalia dengan bentuk seperti ujung jari yg kecil, sedang t cast betina memiliki bentuk papila genitalia seperti jari. Pupa jantan selanjutnya kami kembangbiakkan dengan medium tepung terigu dan ragi dengan perbandingan 20:1 (100 gram tepung: 5 gram ragi).
Ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan metode aerasi Head Space Sampling menggunakan charcoal tube
Analisis GC-MS untuk mengetahui keberadaan senyawa dimethyldecanal yang dihasilkan oleh kutu tepung Tribolium castaneum.
Sintesis Nanopartikel dengan menggunakan metode gelasi ionik
Berikutnya yaitu, Karakterisasi nanopartikel menggunakan analisis SEM dan PSA untuk mengetahui morfologi dan ukuran nanopartikel yang terbentuk.
Bioassay Y. Bioasay Y dilakukan untuk mengetahui keteratrikan T. castaneum terhadapt ekstrak dimethyldecanal dan nanopartikel dimethyldecanal. Urutan alat: air pump, flowmeter, akuades, charcoal, tabung Y. Dilakukan sebanyak 20 kalo ulangan. Data yang diambil: ketertarikan T. castaneum (ke control atau perlakuan) dan waktu tempuh.
Prosedur penelitian yang kami lakukan adalah:
Preparasi sampel. Pada pedelitian ini kami menggunakan t cast jantan yg kami pisahkan pada tahap pupa dengan menggunakan mikroskop stereo. Perbedaaan t cast jantan dan betina terletak pada papila genitalia. T cast jantan memiliki papila genitalia dengan bentuk seperti ujung jari yg kecil, sedang t cast betina memiliki bentuk papila genitalia seperti jari. Pupa jantan selanjutnya kami kembangbiakkan dengan medium tepung terigu dan ragi dengan perbandingan 20:1 (100 gram tepung: 5 gram ragi).
Ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan metode aerasi Head Space Sampling menggunakan charcoal tube
Analisis GC-MS untuk mengetahui keberadaan senyawa dimethyldecanal yang dihasilkan oleh kutu tepung Tribolium castaneum.
Sintesis Nanopartikel dengan menggunakan metode gelasi ionik
Berikutnya yaitu, Karakterisasi nanopartikel menggunakan analisis SEM dan PSA untuk mengetahui morfologi dan ukuran nanopartikel yang terbentuk.
Bioassay Y. Bioasay Y dilakukan untuk mengetahui keteratrikan T. castaneum terhadapt ekstrak dimethyldecanal dan nanopartikel dimethyldecanal. Urutan alat: air pump, flowmeter, akuades, charcoal, tabung Y. Dilakukan sebanyak 20 kalo ulangan. Data yang diambil: ketertarikan T. castaneum (ke control atau perlakuan) dan waktu tempuh.
Prosedur penelitian yang kami lakukan adalah:
Preparasi sampel. Pada pedelitian ini kami menggunakan t cast jantan yg kami pisahkan pada tahap pupa dengan menggunakan mikroskop stereo. Perbedaaan t cast jantan dan betina terletak pada papila genitalia. T cast jantan memiliki papila genitalia dengan bentuk seperti ujung jari yg kecil, sedang t cast betina memiliki bentuk papila genitalia seperti jari. Pupa jantan selanjutnya kami kembangbiakkan dengan medium tepung terigu dan ragi dengan perbandingan 20:1 (100 gram tepung: 5 gram ragi).
Ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan metode aerasi Head Space Sampling menggunakan charcoal tube
Analisis GC-MS untuk mengetahui keberadaan senyawa dimethyldecanal yang dihasilkan oleh kutu tepung Tribolium castaneum.
Sintesis Nanopartikel dengan menggunakan metode gelasi ionik
Berikutnya yaitu, Karakterisasi nanopartikel menggunakan analisis SEM dan PSA untuk mengetahui morfologi dan ukuran nanopartikel yang terbentuk.
Bioassay Y. Bioasay Y dilakukan untuk mengetahui keteratrikan T. castaneum terhadapt ekstrak dimethyldecanal dan nanopartikel dimethyldecanal. Urutan alat: air pump, flowmeter, akuades, charcoal, tabung Y. Dilakukan sebanyak 20 kalo ulangan. Data yang diambil: ketertarikan T. castaneum (ke control atau perlakuan) dan waktu tempuh.
Hasil analisis Particle Size Analyzer (PSA) menunjukan ukuran nanopartikel yang terbentuk sebesar 350 nm. Analisis visual menggunakanScannin Electron Microscopy (SEM) memperlihat morfologi nanopartikel senyawa dimethyldecanal berbentuk bulat (Gambar 4). Morfologi nanopartikel berbentuk bulat diperoleh dengan menggunakan magnetic stirrer yang menghasilkan penyebaran energi cenderung merata.
Hasil analisis Particle Size Analyzer (PSA) menunjukan ukuran nanopartikel yang terbentuk sebesar 350 nm. Analisis visual menggunakanScannin Electron Microscopy (SEM) memperlihat morfologi nanopartikel senyawa dimethyldecanal berbentuk bulat (Gambar 4). Morfologi nanopartikel berbentuk bulat diperoleh dengan menggunakan magnetic stirrer yang menghasilkan penyebaran energi cenderung merata.
Keberadaan senyawa dimethyldecanal dapat dikonfimasi menggunakan analisis GC-MS. Senyawa dimethyldecanal muncul pada retention time 14,73 dan 14,84. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lewis (2010) yang menunjukan bahwa senyawa dimethyldecanal muncul pada retention time ±14 menit.