3. • Untuk mengerti filesystem di Linux, kita perlu sedikit mengubah
pengertian yang telah kita anut selama ini terhadap filesystem, khususnya
file system di system operasi Windows. Oleh karena itu, modul ini
memerlukan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Pemahaman terhadap filesystem di Windows
2. Pemahaman komputer secara umum, misalnya apa itu direktori, dsbnya.
Dalam modul ini, yang dimaksud dengan filesystem adalah suatu cara
pengorganisasian file dan direktori di dalam suatu media penyimpanan
(misalnya harddisk).
1. Direktori / Partisi
Filesytem di dalam Linux sebenarnya ada persamaan dengan Windows,
misalnya kedua OS ( Operating System ) ini sama-sama mengenai istilah
‘root directory’. Di dalam Windows tidak terdapat direktori bernama
‘root’, tapi sebenarnya yang dimaksud dengan root direktori dalam
Windows adalah ketika user berada dalam prompt C:/. Root direktori ini
adalah tempat awal dimana nantinya semua direktori akan bercabang.
4. 2. Linux Tidak Mengenal ‘Drive C, Drive D’ Dll
Disinilah perbedaan cara organisasi file dari Linux. Kita bisa katakan
bahwa /etc, /boot, dll itu adalah ‘partisi’ seperti yang dikenal dalam
Windows (walaupun tidak sama persis. Sebab Windows hanya mengenal 1
partisi utama dan partisi extended. Sedangkan di dalam Linux kita bisa
membuat direktori atau partisi itu sangat banyak). Jadi /etc, /boot,
/home itu bisa dikatakan sebagai partisi, tetapi jangan
mengunci dalam pengertian filesystem Windows.
Sebenarnya kita bisa saja membuat direktori bernama ‘C’ atau ‘D’, tapi hal
ini tidak ada gunanya atau hubungannya dengan organisasi file/direktori
dalam Linux.
Dalam Linux, file-file dikelompokkan lebih berdasarkan fungsi, jadi
misalnya: semua file konfigurasi akan berada dalam direktori /etc.
Sedangkan Windows menggolongkan file berdasarkan Program, Misalnya
program WinZip, maka boleh dibilang semua file program WinZip akan
berada dalam direktori C:/Program Files/Winzip (kecuali bila diinstall
dalam direktori lain).
5. 2. Penamaan File
Sistem penamaan file di dalam Linux lebih fleksibel. Dalam artian, tidak
semua file memerlukan extension seperti halnya di dalam Windows. Jadi
tidak akan ditemukan file berextension ‘exe’ atau ‘com’ di dalam Linux.
File-file aplikasi di Linux tidak memerlukan extension. Extension file dalam
Linux hanya berguna untuk menandakan apa fungsi dari file itu, misalnya
extension ‘conf’ untuk file konfigurasi (misalnya: named.conf), extension
’sh’ untuk file script.
3. Device = Nama File
Satu lagi yang menarik dari Linux. Device-device seperti floppy disk,
harddisk, CDROM, modem, dll, ditulis dalam bentuk sebuah file. Device
?device tersebut dapat dilihat dalam direktori /dev/ (device).
4. Daftar Direktori Dalam Linux
Seluruh informasi yang tersimpan dalam Linux berada pada sebuah
struktur file. Sistem file yang tersusun dalam direktori-direktori
yang menyerupai struktur tree (seperti pohon dengan akar berada diatas
dan cabang dibawah).
6. Firewall adalah kombinasi dari hardware dan
software yang berfungsi untuk memisahkan sebuah
jaringan menjadi dua atau lebih untuk menjaga
keamanan data
Cara Kerja Firewall
- Semua komunikasi jaringan melewati firewall
- Hanya lalu lintas data dari jaringan terpercaya yang
diperbolehkan lewat oleh firewall
- Firewall memiliki kemampuan melindungi komputer
dari serangan berbahaya yang berasal dari internet
7. Fungsi Firewall
Secara garis besar, firewall dapat melakukan hal-hal seperti
berikut:
1. Mengatur dan mengontrol lalu lintas jaringan.
2. Melakukan autentifikasi terhadap akses.
3. Melindungi sumber daya dalam jaringan private.
4. Mencatat semua kejadian dan melaporkan kepada administrator.
8. Snort adalah NIDS yang bekerja dengan menggunakan signature detection,
berfungsi juga sebagai sniffer dan packet logger.
Snort memiliki beberapa komponen yang tiap komponennya mempunyai tugas
masing-masing. Pada saat ada paket network yang melewati Ethernet di
tempat snort dipasang, maka ada beberapa hal yang dilalui:
Packet capture library – akan memisahkan paket data yang melalui
ethernet card untuk selanjutnya digunakan oleh snort.
Packet decoder – mengambil data di layer 2 yang dikirim dari packet
capture library (proses 1). Pertama ia akan memisahkan Data link (seperti
ethernet, TokenRing, 802.11) kemudian protokol IP, dan selanjutnya paket
TCP dan UDP. Setelah pemisahan data selesai, snort telah mempunyai
informasi protokol yang dapat diproses lebih lanjut
9. Preprocessor - Selanjutnya dilakukan analisis (preprocessor)
atau manipulasi terhadap paket sebelum dikirim ke detection
engine. Manipulasi paket dapat berupa ditandai, dikelompokan
atau malah dihentikan.
Detection Engine.- Inilah jantung dari snort. Paket yang
datang dari packet decoder akan ditest dan dibandingkan
dengan rule yang telah ditetapkan sebelumnya. Rule berisi
tanda-tanda (signature) yang termasuk serangan.
Output.- Output yang dihasilkan berupa report dan alert.
Ada banyak variasi output yang dihasilkan snort, seperti teks
(ASCII), XML, syslog, tcpdump, binary format, atau
Database (MySQL, MsSQL, PostgreSQL, dsb).
11. A wireless site survey, sometimes called an RF site survey or wireless
survey, is the process of planning and designing a wireless network, to
provide a wireless solution that will deliver the required wireless
coverage, data rates, network capacity, roaming capability and Quality of
Service (QoS). The survey usually involves a site visit to test for RF
interference, and to identify optimum installation locations for access
points. This requires analysis of building floor plans, inspection of the
facility, and use of site survey tools. Interviews with IT management and
the end users of the wireless network are also important to determine
the design parameters for the wireless network.
As part of the wireless site survey, the effective range boundary is set,
which defines the area over which signal levels needed support the
intended application. This involves determining the minimum signal to
noise ratio (SNR) needed to support performance requirements.
Wireless site survey can also mean the walk-testing, auditing, analysis or
diagnosis of an existing wireless network, particularly one which is not
providing the level of service required
12. Visualize Wi-Fi Coverage using Google Earth
With VisiWave, you can use Google Earth to
visualize your wireless networks. VisiWave
directly creates a Google Earth KML file that
fully depicts your WiFi coverage within Google
Earth's free viewer. You can tilt, spin, and fly
your way around graphic representations of your
network's wireless characteristics within Google
Earth
13. above image for a larger sample. Or, if you have Google Earth installed
view a fully operational sample site survey in Google Earth.
14. Wi-Spy Support
VisiWave integrates tightly with MetaGeek's Wi-Spy™ spectrum
analyzer device. Plug in a Wi-Spy and VisiWave automatically uses
it to get an accurate interference reading for your survey area.
Or use a Wi-Spy to create an interference graph that clearly
shows any problem areas. Then use Chanalyzer to investigate any
potential interference locations