Literasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik literasi luar sekolah
Ringkuman:
1. Literasi Dasar meliputi literasi, numerasi, literasi sains, literasi TIK, literasi keuangan, dan literasi budaya yang merupakan keterampilan inti untuk menghadapi tantangan kompleks.
2. Praktik literasi luar sekolah merujuk pada cara individu menciptakan dan berkomunikasi di luar sekolah dengan menggunakan k
2. Lingkup
Diskusi
I. Rangkuman Singkat Tentang Literasi Dasar (sebagai bagian dari Keterampilan Abad 21). Keterampilan
Inti dalam Literasi Dasar, Relevansi dan Kritiknya.
II. Praktik Literasi Luar Sekolah (Out-of School Literacies)
III. Contoh Praktik Literasi Luar Sekolah
IV. Memperluas agenda desain pendidikan yang menjalin literasi luar sekolah: contoh kerangka
Pembelajaran Terhubung (Connected Learning)
V. Penutup
4. I. Literasi Dasar
(Keterampilan Inti)
• Literasi: Kemampuan membaca, memahami dan menggunakan bahasa tertulis
• Numerasi: Kemampuan menggunakan angka dan simbol lain untuk memahami dan
mengekspresikan hubungan kuantitatif
• Literasi bersifat sains: Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan prinsip ilmiah
untuk memahami lingkungan seseorang dan menguji hipotesis
• Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK): Kemampuan untuk menggunakan dan
membuat konten berbasis teknologi, termasuk menemukan dan berbagi informasi, menjawab
pertanyaan, berinteraksi dengan orang lain dan pemrograman komputer
• Literasi keuangan: Kemampuan untuk memahami dan menerapkan aspek konseptual dan
numerik keuangan dalam praktiknya
• Literasi budaya, dan kewarganegaraan (civic): Mampu memahami, mengapresiasi,
menganalisis dan mengaplikasikan ilmu humaniora
(World Economic Forum, 2015)
5. Literasi Dasar
(Keterampilan Inti)
• Literasi Dasar mewakili bagaimana individu menerapkan
keterampilan inti (core skills) untuk tugas sehari-hari.
Literasi Dasar adalah titik awal tumbuh kembang individu.
• Literasi Dasar menjadi dasar individu untuk tumbuh, punya
kemampuan (competencies) hadapi tantangan kompleks
(contoh: berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi), dan
punya kesempatan untuk tumbuhkan kualitas karakter
(character qualities) yang memungkinkan individu tersebut
menghadapi perubahan di lingkungannya (contoh: rasa
ingin tahu, berinisiatif, beradaptasi, dll) (World Economic
Forum, 2015)
6. Keterampilan
Inti dan
Relevansinya
Literasi dan Numerasi menjadi Asesmen
Kompetensi wajib di beberapa jenjang
sekolah (4, 8, 11) dengan mengacu hasil
asesmen PISA.
Sisanya (Literasi bersifat sains, Literasi
TIK, Literasi keuangan, Literasi budaya,
dan kewarganegaraan) mendapat porsi
perhatian tergantung kesiapan konteks
pendidikan.
Dalam konteks luar sekolah, apa upaya
agar supaya Literasi Dasar individu/siswa
ini bisa mendapatkan dukungan untuk
tumbuh?
7. Keterampilan
Literasi Abad 21
dan Kritiknya
Mirra & Garcia (2020). In Search of
the Meaning and Purpose of 21st-
Century Literacy Learning: A Critical
Review of Research and Practice.
Kurang perhatian terhadap
konstruksi sosial dan perbedaan
privilese siswa/individu
Cenderung abai dalam identifikasi
latar belakang komunitas individu.
Lemah dalam hal equity (keadilan
individu mendapat hak belajar
berdasarkan kebutuhannya).
8. II. Praktik Literasi di Luar Sekolah
(out of school literacies)
• Mengacu kepada 6 keterampilan inti (Literasi Dasar) di
atas, literasi luar sekolah adalah praktik literasi
menggunakan keterampilan inti yang individu/siswa
lakukan di keluarga atau komunitas, dan kerap kali
praktik tersebut tidak mendapat tempat di sekolah.
9. • Literasi lebih dari sekedar seperangkat
keterampilan yang seragam untuk
diajarkan dan dipelajari di sekolah.
Lebih luas lagi, literasi di luar sekolah
merujuk pada berbagai cara di mana
makna diciptakan dan
dikomunikasikan.
(Street; Alverman).
Photo by Pisit Heng on Unsplash
10. • Studi literasi perlahan bergeser mulai dari
fokus pada sekolah sebagai unit utama dan
tempat belajar hingga praktik literasi di
berbagai konteks sosial politik, termasuk
keluarga, rumah, dan lingkungan non-sekolah
lainnya. Dipercepat dengan perkembangan
teknologi digital dan media sosial yang telah
menghasilkan literasi baru dan bentuk ekspresi
baru. (Kinloch, 2011).
• Perkembangan ini menyuburkan praktik literasi
luar sekolah, terutama oleh individu/siswa yang
berposisi tidak terwakili dari segi ekonomi,
sosial dan budaya (dan ras kalau di Amerika).
11. • Menggunakan kemajuan alat
ekspresi yang ada, individu
berposisi terpinggirkan ini terlibat
dalam praktik literasi luar sekolah
di berbagai konteks. Mereka
mendisrupsi narasi defisit yang
kerap menempatkan mereka
sebagai individu yang secara
akademik lamban, terbelakang dan
tidak termotivasi.
12. Praktik Literasi di Luar Sekolah:
Contoh Internasional
• Internasional: Shirley Brice Heath (1983) studi etnografi
komunitas hitam, menemukan perbedaan praktik literasi
di keluarga/lingkungan dengan yang diajarkan di
sekolah).
13. Praktik Literasi di Luar
Sekolah: Contoh
Internasional
• Enciso, Volz, Price-Dennis, & Durriyah, (2010) studi
longitudinal siswa imigran Somalia, Burma, Mexico
yang melalui storytelling menyalurkan keunikan
identitas sebagai warga Amerika yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman asing/tidak dikenal di
narasi umum bangsa Amerika.
14. Praktik Literasi di Luar
Sekolah (out of school
literacies): Contoh
Indonesia
• Indonesia: Dewayani & Retnaningdyah (2017)
Suara dari marjin. Menelisik sejumlah praktik literasi
dari komunitas buruh migran (mengemas konsep
literasi digital dan transformasi identitas), anak
jalanan (teks kultural dalam literasi jalanan).
15. IV. Pembelajaran
Terhubung (Connected
Learning): Memanfaatkan
Bandang Teknologi Digital
Teknologi digital dan aktifitas di media
sosial menawarkan kesempatan
menghubungkan praktik literasi siswa di
kelas dengan praktik literasi digital di luar
sekolah.
Connected Learning (pembelajaran yang
terhubung): pembelajaran yang terhubung
secara sosial, didorong oleh minat, dan
berorientasi pada kesempatan pendidikan
bagi individu/siswa berlatar belakang
beragam.
Ito, et al.
16. V. Penutup
• Kemdikbud telah menjadikan asesmen PISA sebagai acuan capaian siswa.
• Konsep Literasi dalam Merdeka Belajar (Tati D Wardi, Opini Kompas, 15 Februari, 2020).
• Kritik PISA: dominan psikologi dan kognitif (kental untuk tujuan kompetisi kerja).
• Saran: perlu kompensasi acuan literasi luar sekolah yang memberi tempat pada siswa/individu
untuk praktik berliterasi luar sekolah. Studi Shirley Brice Heath (komunitas hitam Amerika), Kincloh
(remaja Hitam Amerika), Dewayani & Retnaningdyah ( anak jalanan, buruh migran perempuan),
budaya pop/hobi siswa mendapat tempat di sekolah.
• Tawaran pendekatan: Connected Learning (pembelajaran yang terhubung ) bandang teknologi
digital dan aktifitas di media sosial kesempatan untuk menghubungkan praktik literasi siswa/individu
di luar, dan membuat relevan di konteks sekolah.
17. Referensi
• Brice Heath (1983) Ways with words.
• Dewayani & Retnaningdyah (2017) Suara marjin.
• D Wardi (2020). Konsep literasi dalam Merdeka Belajar. Opini Kompas, 15 Februari.
• Enciso, Volz, Price-Dennis, Durriyah (2010). Story Club and Configurations of Literary and Cross-Cultural
Insight Among Immigrant and Non-Immigrant Youth. 59th Yearbook of the National Reading Conference,
354-366.
• Ito, M., Gutiérrez, K., Livingstone, S., Penuel, B., Rhodes, J., Salen, K., ... Watkins, S.C. (2013).
Connected learning: An agenda for research and design. Irvine, CA: Digital Media and Learning Research
Hub.
• Mirra & Garcia (2020). In Search of the Meaning and Purpose of 21st-Century Literacy Learning: A Critical
Review of Research and Practice, Reading Research Quarterly, 0(0) pp. 1–34.
• Kinloch (2011; 2019).
• World Economic Forum (2015) New vision for education report.
18. Tati L. Durriyah
(Tati D. Wardi),
PhD
• Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, UIN
Jakarta - (tati.wardi@uinjkt.ac.id)
• Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
Jakarta – tati@saifulmujani.com
Greetings to penyelenggara, panelis, peserta webinar.
Cultural and civic literacy: sebagai warga aktif and terlibat dalam proses politik.
Menggunakan analogi klalsik Learn to Read and Read to Learn. Literasi Dasar adalah masa siswa/individu menguasai hal yang bersifat teknis (belajar abjad, mengeja, lancar dll) berlanjut ke melatih penggunaan keterampilan teknis tersebut dalam tugas keseharian.
Sebelum slide selanjutnya, talk about how you’ve started to get familiar with the https://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id/news/2, and found mostly news and activities on PAUD. DIKMAS appeared to open for new ideas and direction on how DIKMAS would focus on. So here’s I offer my ideas (out of school literacies).
Equality vs equity: untuk bisa sama-sama menikmati hak belajar, dan ikut berpartisipasi sebagai warga.
Liteasi, numerasi. Scientific lit, ICT lit, finance lit, cultural and civic. socially and civically engaged