Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk Pembelajaran
1. Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk
Pembelajaran
Tati D. Wardi, PhD
(tati.wardi@uinjkt.ac.id)
UIN Jakarta/SMRC Jakarta
Festival Literasi Sekolah 2
Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud, Senayan, Jakarta
31 Oktober, 2018
2. Lingkup Bahasan
• Apa itu Buku Pengayaan? Mengapa Buku Pengayaan
Penting dalam Pembelajaran?
• Apakah Teori dan Riset Terkait Buku Pengayaan?
• Seperti Apa Penerapaan Buku Pengayaan? — Contoh
Penerapan dan Praktik Pembelajaran dengan Buku
Pengayaan.
3. Apa dan Mengapa Buku Pengayaan
Menurut Kemendikbud
Apa itu Buku Pengayaan?
• Buku Pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya buku teks pendidikan dasar dan menengah; baik
untuk memperkaya pengetahuan, keterampilan, maupun
pengembangan kepribadian (misal, buku fiksi dan nonfiksi).
• Klasifikasi buku nonteks termasuk: a). Buku Pengayaan
Pengetahuan b). Buku Pengayaan Keterampilan c). Buku
Pengayaan untuk Pengembangan Kepribadian
4. Mengapa Buku Pengayaan Penting?
• Buku nonteks pelajaran berfungsi sebagai bahan pengayaan,
panduan pendidik, atau referensi dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran.
• Penyajian buku menggunakan cara yang longgar, kreatif dan
inovatif, serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang
dan tingkatan kelas atau pembaca umum.
Berbagai sumber dari—Kemendikbud, Puskurbuk
5. Kesimpulan
Buku pengayaan masuk dalam sub-kategori non-teks.
Peran Buku Pengayaan adalah untuk siswa dapat
memperkaya pengetahuan, keterampilan, dan
pengembangan kepribadian (karakter) mereka melalui
buku-buku non-teks yang yang berkesesuaian dengan
tema di buku teks, dan jenjang pendidikan siswa. (Kriteria
buku nonteks dimaksud bisa dilihat di situs ini).
http://bse.kemdikbud.go.id/
6. Penjelasan di atas memiliki kemiripan dengan praktik
pengajaran literasi berbasis riset yang sudah mapan,
yakni: instruksi pembelajaran literasi dengan buku
otentik (literature-based literacy instruction), ahli
terkemuka termasuk
B Lehman, B Kiefer, G Sloan.
7. Teori dan Riset Terkait Buku Pengayaan/
Non-Teks/Otentik
• Premis dasar:
• Buku nonteks (otentik) adalah jantung pembelajaran, dan alat
terbaik untuk pengembangan literasi siswa.
• Literat sejati bukan sekedar tahu cara membaca, tapi mereka
mampu membaca dengan mandiri, merespon bacaan dan kritis,
dan sangat penting adalah mereka baca karena ingin baca.
• Pelajaran Bahasa dan Matpel lain diajarkan dan dipelajari
melalui buku otentik
• The Child as Critic, Sloan, 2003.
8. Apa itu Buku Otentik?
Buku otentik ditulis untuk memenuhi minat baca siswa (reading
for pleasure);
Buku yang oleh pengarang/penerbit dibaca audien luas (tidak
diniatkan untuk pedagogi);
Buku dalam beragam format dan genre: buku berilustrasi/
bergambar, novel, fiksi dan nonfiksi (informatif).
9. Mengapa Buku Otentik Penting?
• Siswa ikut berkutat dalam tema pelajaran (engaged) karena buku
yang dibaca menarik minatnya;
• karena minat siswa akan cenderung haus mencari sendiri bacaan
lain yang satu tema (curiosity).
• Buku Otentik menawarkan susunan bahasa yang kaya (figuratif
dan bersifat informatif), dan relevan dengan penggunaan di
keseharian siswa.
• Guru dan siswa gunakan Buku Otentik untuk menganalisis
komponen bahasanya, misal keluarga kata, studi prefiks, sufiks,
akar kata, sinonim, antonim, parafrase, idiom, kolokasi, dan
bahasa register (penggunaan bahasa yang lazim dalam sebuah
disiplin, bidang, profesi, dst).
10. –(Ciecerski & Bantz, 2015)
“Penggunaan Buku Otentik dalam pembelajaran
menguntungkan siswa karena matpel terasa hidup,
menaikkan tingkat berpikir siswa dan pemahaman
mereka pada tema spesifik yang sedang dibahas
sebuah matpel.”
11. Cara Mengoleksi Buku
Pengayaan yang Berkualitas
• Perkaya koleksi kelas dengan buku fiksi, nonfiksi, informatif,
naratif, bermacam format (buku berilustrasi, novel, dll) memenuhi
ragam minat baca dan lintas jenjang.
• Perbarui koleksi dengan tambahan buku terbitan baru (mengikuti
bahasa dan tema buku terkini).
• Utamakan memilih Buku Pengayaan yang mendapat penghargaan
dan direkomendasikan oleh organisasi penulis, penerbit, dan
kritikus buku. Satu contoh seperti berikut…
13. –(Ciecerski & Bantz, 2015)
“Tujuannya agar siswa mampu menganalisis multi
teks yang dihubungkan oleh topik dan Tema,
sehingga bukan saja tambah pemahaman siswa
akan isi sebuah matpel tapi juga mereka mampu
membandingkan pendekatan cara penulisan
masing-masing pengarang.”
15. Kesetaraan Warga Negara (1-2)
Studi tematik biasanya dimulai dengan sebuah topik, misal
Hidup Rukun (SD 2). Dari topik tersebut kemudian terbangun
menjadi studi tematik, contoh Kesetaraan Warga Negara.
Kegiatan 1: Membaca nyaring buku berilustrasi tentang Cap
Go Meh (Litara) tentang dua sahabat berbeda etnis dan
keyakinan.
Kegiatan 2: Siswa membaca mandiri buku terkait dengan
tema, misal Laskar Pelangi (persahabatan dan interaksi sosial
tokoh-tokoh cerita yang berbeda ras, agama, dan gender).
Kegiatan 3: Respon siswa dari bacaan: menggambar, posisi
kedekatan dengan tokoh. Contoh: di Cap Go Meh, kalau kamu
jadi Lily apa yang kamu rasakan? Dan Jika kamu Nisa,
tindakan atau ucapan apa yang ingin kamu sampaikan ke Lily?
16. Kesetaraan Warga Negara (2-2)
Kegiatan 4: Buku Teks Hidup Rukun digunakan untuk
mengklarifikasi definisi toleransi dan payung hukum hak warga.
Siswa membaca poin di UUD 45 soal kesetaraan warga (hak
dan kewajiban).
Kegiatan 5: Membangun koneksi ke buku yang lain. Sandingkan
2 buku fiksi dan nonfiksi yang se-tema. Misal, buku nonfiksi
biografi Malala (gadis yang memperjuangkan hak untuk sekolah)
disandingkan dengan buku semifiksi Laskar Pelangi (perjuangan
hak mengakses pendidikan).
Kegiatan 6: Membangun koneksi dengan matpel lain, misal
geografi tempat di mana Malala sekolah dan tinggal, dan atau
pulau Belitung yang menjadi latar kisah Laskar Pelangi.
17. Contoh Praktik Penggunaan Buku Otentik
dalam Pembelajaran
Kelas Ms. Oberlin (Wickliffe, Ohio, USA).
+
Wickliffe Progressive Elementary
School—Columbus, Ohio. USA
32. Apa Selanjutnya?
1. Buku pengayaan mensyaratkan ketersediaan buku
nonteks yang memadai. Di mana mendapatkan dukungan
sumber?
2. Guru sebagai lokus kontrol di kelas— guru yang literat
dan luas dan terkini pengetahuannya tentang buku. Guru
rutin mengunjungi toko buku dan perpustakaan agar lebih
terkini informasinya tentang terbitan buku pengayaan/
nonteks/otentik berkualitas.
33. Rujukan
• Pusat Kurikulum dan Buku http://
puskurbuk.kemdikbud.go.id/
• http://lldikti12.ristekdikti.go.id/2014/06/10/penilaian-buku-
nonteks-pelajaran-2.html
• Ciecierski, L. M., & Bintz, W. P. (2015). Using authentic
literature to develop challenging and integrated curriculum.
Middle School Journal, 46(5), 17-25.
• Sloan, G. D. (2003). The child as critic: teaching literature in
elementary and middle schools. 4th ed. New York, N.Y.:
Teachers College Press.
34. Terima Kasih
Tati D. Wardi, PhD
(tati.wardi@uinjkt.ac.id)
Program Magister Penddikan Bahasa Inggris, FITK UIN Jakarta
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Jakarta