Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan mata kuliah ISBD. Terdapat latar belakang pemikiran yang mendasari pendekatan interdisipliner dalam ISBD untuk memecahkan masalah sosial dan budaya. Juga dijelaskan visi, misi, tujuan, dan bahan kajian ISBD serta beberapa model pembelajaran seperti pemecahan masalah dan pembelajaran kontekstual.
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR PEMIKIRAN
1. Latar Belakang Paedagogis
a. Memberikan posisi yang seimbang antara dosen dan
mahasiswa dalam proses pembelajaran
b. Meningkatkan mutu dan hasil pendidikan dengan
menjadikan bidang-bidang ilmu yang ada sebagai alat
untuk mengkaji fenomena dan problem sosial serta
budaya yang terjadi sehingga seseorang mampu
memecahkan masalah sosial dan budaya tersebut.
Sejalan dengan 4 pilar pembelajaran (UNESCO) sbb:
3. 4 Pilar Pembelajaran (UNESCO) 1988:
1. Learning to know (pembelajaran untuk tahu).
2. Learning to do (pembelajaran untuk berbuat).
3. Learning to be (untuk membangun jati diri).
4. Learning to live together (pembelajaran
untuk hidup bersama secara harmonis) =
tidak mungkin dikembangkan secara
speculative thinking.
4. 2. Dasar Yuridis
a. UU No. 20/2003
- psl 40 ayat 1 butir e: memberi kesempatan pada
dosen meningkatkan kualitas pembelajaran dgn
dukungan sarana prasarana & fasilitas yang
memadai.
- psl 40 ayat 2 butir a: memberi kewajiban pendidik
& tenaga kependidikan menciptakan suasana yg
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis &
dialogis.
- perubahan peran dosen ini berhubungan erat
dengan Visi MBB di PT- Keputusan Dirjen Dikti
Depdiknas RI No. 38/2002.
5. VISI Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat:
• Psl 1: mahasiswa memiliki landasan pengeta-
huan, wawasan & keyakinan sbg bekal hidup
bermasyarakat selaku individu & makhluk
sosial yg beradab serta bertanggung jawab
thdp sumber daya alam & lingkungannya.
• Psl 2: memberikan dasar2 nilai estetika, etika
& moral pada mahasiswa
• Hal tsb tidak bisa dicapai hanya dgn memberi-
kan konsep2.
6. • Psl 5: metode pembelajaran harus menempat-
kan mahasiswa sebagai subjek didik, mitra dlm
proses pembelajaran, anggota masyarakat &
warga negara.
Akhirnya PT diharapkan mampu menghasilkan
mahasiswa yg unggul secara
intelektual, anggun secara moral, kompeten
menguasai IPTEK serta memiliki komitmen
tinggi untuk berbagai peran sosial.
7. Harapan DIKTI=Deklarasi UNESCO Oktober
1988 ttg Kesepakatan PT, yg intinya sbb :
1. Pend. Tinggi abad XXI harus memainkan peran sbg suatu
komponen vital dari pemb. budaya, sosial, ekonomi & politik
sbg suatu tiang penyangga dalam pembentukan
kemampuan masyarakat untuk demokrasi & perdamaian.
2. DIKTI harus merancang fungsi prospektifnya melalui analisis
berkelanjutan ttg kegawatan sosial, ekonomi, budaya &
kecendrungan politik serta bertindak sbg pemandu dlm
mengatasi bencana, mampu melihat ke masa depan, meng-
antisipasi & menyiapkan peringatan pertama.
3. DIKTI harus sadar akan peranannya sbg pelayan
masyarakat & harus berusaha agar terjamin keseimbangan
antara misi pendidikan dan misi sosial.
8. B. Visi, Misi, Tujuan & Bahan ISBD
Visi ISBD: mahasiswa selaku individu &
makhluk sosial yang beradab memiliki
landasan pengetahuan, wawasan serta
keyakinan untuk bersikap kritis, peka &
arif dalam menghadapi persoalan sosial &
budaya yang berkembang di masyarakat.
9. Misi ISBD :
a. Memberikan pengetahuan & wawasan ttg keragam-
an, kesetaraan & martabat manusia sbg individu &
makhluk sosial dlm kehidupan masyarakat.
b. Memberikan dasar2 nilai
estetika, etika, moral, hukum & budaya sbg
landasan utk menghormati & menghargai antara
sesama manusia shg akan terwujud masyarakat yg
tertib, teratur & sejahtera.
c. Memberikan dasar2 utk memahami masalah sosbud
serta mampu bersikap kritis, analitis & responsif utk
memecahkan masalah tsb secara arif di masyarakat
10. Tujuan ISBD :
a. Mengembangkan kesadaran mahasiswa utk me-
nguasai pengetahuan ttg teragaman & kesetaraan
manusia sbg individu & makhluk sosial dalam
kehidupan masyarakat.
b. Menumbuhkan sikap kritis, peka & arif pada maha-
siswa dlm memahami & memecahkan masalah
sosbud dgn landasan nilai estetika, etika, moral &
hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Memberikan landasan pengetahuan & wawasan yg
luas serta keyakinan kpd mahasiswa sbg bekal
hidup bermasyarakat, selaku individu & makhluk
sosial yg beradab dlm mempraktikkan pengetahu-
an akademis & keahliannya.
11. • ISBD termasuk kategori General Education
(pend.umum) yg bertujuan membina individu
(mahasiswa) utk menjadi warga masyarakat
& warga negara yg baik, yaitu pend.yang
berkenaan dgn pengembangan keseluruhan
kepribadian seseorang dalam kaitannya
dengan masyarakat & lingkungan hidup.
12. • Pendd.umum mrpk proses pembangkitan
makna2 yg esensial yg membimbing pelaksa-
naan hidup manusia melalui perluasan &
pendalaman makna2.
• Makna tsb meliputi enam pola yaitu: simbolik,
empirik, estetik, sinoetik, etik dan sinoptik.
13. • Makna simbolik meliputi
bahasa, matematika, isyarat2, upacara2, tanda
2 kebesaran dan sebangsanya.
• Makna empirik mencakup ilmu
kealaman, hayati, kemanusiaan serta
mengembangkan kemampuan
teoritis, konseptual, analitis, generalisasi
berdasarkan fakta & kenyataan yg bisa
diamati.
• Makna estetik meliputi berbagai seni.
• Makna sinoetik berkenaan dgn perasaan, ke-
san, penghayatan & kesadaran yg mendalam.
Di dalamnya termasuk empati, simpati, dll.
15. • Dengan demikian ISBD terdiri dari disiplin2 il-
mu sosial & humaniora beserta kegiatan dasar
manusia, sedangkan metode berfikirnya
mengadopsi IPA, serta menggunakan disiplin
ilmu pendidikan & psikologi pendidikan untuk
teori belajar & mengajarnya yg akan menggu-
nakan makna2 esensial disiplin ilmu2 sosial &
ilmu budaya sbg pisau analisis utk memecah-
kan masalah sosial & budaya yg ada dalam
kehidupan masyarakat.
16. Jika dikaji secara historis, studi sosial & studi
kebudayaan memiliki tujuan yg beragam, yaitu:
1. Mendidik mahasiswa ahli di bidang ilmu. Karena itu
kurikulum disusun secara terpisah.
2. Menumbuhkan WN yg baik. Karena itu program
pengajaran hrs dikorelasikan bahkan diintegrasikan.
3. Kompromi antara pendapat pertama & kedua.
Karena itu, tujuan pelajaran harus mampu mengem-
bangkan dasar2 utk jadi ahli dibidang ilmu tertentu
serta mampu memecahkan masalah sosbud ketika
mahasiswa terjun di masyarakat.
4. ISBD juga mempelajari bahan2 sifatnya tabu atau
controversial (ekonomi, politik, sejarah, hukum &
moral, dll).
17. Dengan demikian bahan ISBD harus lebih
banyak memperhatikan:
a. Kebutuhan & minat mahasiswa.
b. Masalah2 sosbud.
c. Ketrampilan berfikir (khususnya menyelidik).
d. Pemeliharaan & pemanfaatan lingk. alam.
e. Kegiatan dasar manusia yg dicantumkan dlm prodi.
f. Organisasi kurikulum (integrated, correlated & separated).
g. Pendekatan yg bervariasi (struktural, fungsional & interfield).
h. Iklim kls (lab demokrasi, improvisasi & apresiasi).
i. Evaluasi (kognitif, afektif & psikomotor) + proses.
j. Diperkaya bukan hanya oleh ilmu2 sosbud + agama, sains &
teknologi.
18. C. Pentingnya Pendekatan
Interdispliner dalam ISBD
• Agar mahasiswa dapat melihat masalah sosbud
secara lebih luas & komprehensif, sehingga di
kemudian hari mereka dapat berperan serta
memecahkan masalah2 sosial.
• Pendekatan ini cocok dgn tuntutan psl 5 ayat 1
Keputusan Dirjen Dikti yg menghendaki penggunaan
pendekatan multidisiplin secara integratif untuk me-
mecahkan maslah sosbud, karena hakikat masalah
itu sangat komplek shg memerlukan kajian dari ber-
bagai disiplin ilmu baik secara interdisipliner
(berbagai disiplin ilmu secara terpadu), crossdisipliner
(penggunaan dua disiplin dari sudut pandang yg
berbeda) atau transdisipliner.
19. Berbagai pendekatan multidisiplin
dalam pembelajaran ISBD :
1. Pendekatan Strukturil : beberapa disiplin
ilmu sosial/budaya digunakan sbg alat
untuk mengkaji masalah, tapi salah satu
struktur disiplin tertentu masih dominan
sbg pisau analisis. Contoh :
Banjir
(Geografi)
Antropologi Sejarah
Ilmu PolitikEkonomi
Korupsi
(Ilmu Hukum)
Ilmu Politik Ekonomi
SosiologiSejarah
20. 2. Pendekatan Fungsional
Bertitik tolak dari masalah sosbud yg terdapat dlm
masyarakat/lingkungan dimana mahasiswa terlibat
secara langsung. Karena itu, pendekatan ini tidak
berangkat dari satu disiplin ilmu, karena
luasnya, identitas setiap disiplin ilmu tidak
kelihatan. Con :
Pergaulan Bebas
di Luar Nikah
Latar Belakang Faktor Penyebab
Sikap Masyarakat
Alternatif
Solusi
Aturan Pengendali
Anarkhi Pasca
Reformasi
Faktor
Historis
Faktor
Politik
Faktor
Kultural
Faktor
Sosiologi
Faktor
Yuridis
21. 3. Pendekatan Interfield
Bertitik tolak dari ruanglingkup yg luas, dibantu
ilmu sosial & ilmu alam, Miss: masalah
humanities dgn tema Kebudayaan/HAM. Con :
The Humanities
Tema: HAM
Agama
SosialIPA
Bahasa
Bidang Lain
Teknologi
Seni
Pendidikan
22. D. Beberapa Alternatif
Model Pembelajaran ISBD
1. Model pemecahan masalah: suatu model
pembelajaran yg melibatkan mahasiswa
kpd suatu masalah agar dipecahkan.
Masalah tsb harus mengandung kesulitan
baik yg bersifat psikis maupun fisis. Model
ini menuntut kemampuan utk melihat
sebab akibat, mengobservasi
problem, mencari hubungan antara
berbagai data yg terkumpul, kemudian
menarik kesimpulan yg mrpk hasil
pemecahan masalah.
23. Langkah2 Pemecahan Masalah :
1. Merasakan adanya masalah.
2. Merumuskan masalah.
3. Menetapkan hipotesis/asumsi.
4. Menetapkan sumber data yg akan dijadikan
obyek penelitian.
5. Membuat instrumen penelitian.
6. Melakukan pengumpulan data.
7. Melakukan klasifikasi & analisis data
8. Menguji hipotesis/pembahasan hasil penelitian
9. Rekomendasi.
24. 2. Model Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning/CTL)
Latar Belakang :
• Sejauh ini pendidikan kita masih didomi-
nasi oleh pandangan bahwa pengetahu-
an sbg perangkat fakta2 yg harus
dihafal.
• Anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan di ciptakan alamiah.
• Belajar akan lebih bermakna jika anak
„mengalami‟ apa yg dipelajarinya, bukan
„mengetahuinya‟.
25. • Pembelajaran yg berorientasi target pe-
nguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetensi „mengingat‟ jangka
pendek, tapi gagal dalam membekali anak
meme-cahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang.
• Dan itulah yang terjadi di kelas-kelas
sekolah kita.
26. Pengertian :
• Pendekatan kontekstual mrpk konsep belajar
yg membantu dosen mengaitkan antara materi
yg diajarkan dgn situasi dunia nyata maha-
siswa & mendorong membuat hubungan
antara pengetahuan yg dimilikinya dgn pe-
nerapannya dalam kehidupan mereka sbg
anggota keluarga dan masyarakat.
27. • Dalam konteks itu, mahasiswa perlu
mengerti apa makna belajar, manfaatnya,
dalam status apa mereka & bagaimana
mencapainya.
• Mereka sadar bahwa apa yg mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti.
• Dengan begitu mereka memposisikan diri
sbg org yg memerlukan bekal bagi hidupnya
nanti & berupaya menggapainya.
• Dalam upaya itu mereka memerlukan dosen
sbg pengarah & pembimbing.
28. • Di sini model pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil.
• Dalam kelas kontekstual, tugas dosen:
membantu mahasiswa mencapai tujuannya.
Artinya, dosen lebih banyak berurusan dgn
model drpd memberikan informasi sehingga
mahasiswa „menemukan sendiri‟ sesuatu yg
baru (pengetahuan & keterampilan).
29. • Kontekstual hanya sebuah model pembe-
lajaran. Seperti halnya model pembelajaran
yg lain, kontekstual dikembangkan dgn
tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif & bermakna. Model kontekstual
dapat dijalankan tanpa harus mengubah
kurikulum & tatanan yg ada.
30. 3. Model Pembelajaran Menemukan (Inquiry)
Siklus Inquiry:
• Observasi (Observation)
• Bertanya (Questioning)
• Mengajukan dugaan (Hipotesis)
• Pengumpulan data (Data gathering)
• Penyimpulan (Conclusion)
Kata kunci dari model inquiry: siswa menemukan
sendiri, Con: menemukan perilaku baik & buruk
sbg warga negara (PPKN).
31. Langkah2 kegiatan inquiry:
• Merumuskan masalah.
• Mengamati/melakukan observasi.
• Menganalis & menyajikan dlm tulisan, gam-
bar, laporan, bagan, tabel & karya lainnya.
• Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya
pada pembaca, teman sekelas, guru/yg lain.
Beda inquiry dgn pemecahan masalah: dlm
inquiry pemecahan masalahnya sampai kpd
tingkat yakin, & relatif terbuka utk isu2 terakhir
32. 4. Permodelan (Modeling)
• Dalam sebuah pembelajaran selalu ada
model yg bisa ditiru. Guru memberi model
ttg bagaimana cara belajar, mengerjakan
sesuatu dsb.
• Guru bukan satu2nya model, bisa juga
siswa & dpt juga di datangkan dari luar, con:
guru PPKN mendatangkan seorg veteran
kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta
bertanya jawab dgn tokoh tsb.
33. 5. Model Pembelajaran Portofolio
a. Pengertian
Di lapangan pemerintahan: menunjuk pada
menteri yg tidak membawahi departemen/
menteri negara/minister without portofolio.
Dalam konteks pendidikan = wujud benda
fisik, yaitu bundel, yakni dokumentasi hasil
pekerjaan mahasiswa spt tugas, pretest dll.
Bisa juga diartikan sbg kegiatan sosial
paedagogis yg terdapat dlm pikiran
mahasiswa yg berujud pengetahuan, sikap
& keterampilan (Budimansyah).
34. Model pembelajaran berbasis portofolio mrpk
pembelajaran yg melibatkan mahasiswa
secara aktif dan kooperatif mulai dari
menentukan masalah secara
demokratis, mengumpulkan & mengoleksi
data, menampilkan data, menentukan solusi
permasalahan sehingga dia mampu menilai &
mempengaruhi kebijakan umum dari hasil
temuannya.
35. a. Langkah2 Pembelajaran Berbasis Portofolio:
1). Mengidentifikasi masalah
- apakah masalah itu penting (sdr/masyarakat)
- lembaga mana yg bertanggungjawab
mengatasinya.
- kebijakan apa yg telah diambil
- apa keuntungan/kerugian dari kebijakan itu
- apakah kebijakan itu dapat diperbaiki
- adakah silang pendapat thdp kebijakan itu di
masyarakat
- dimana informasi lebih banyak ttg hal tsb
- adakah masalah lain yg lebih berguna dikaji klpk lain
36. 2).Memilih masalah untuk kajian kelas:
a). Menyusun daftar masalah ditulis dipapan
tulis.
b). Melakukan pemungutan suara dgn cara:
mengemukakan alasan pentingnya
masalah bagi mahasiswa/masyarakat &
tersedianya sumber informasi.
37. 3). Mengumpulkan informasi ttg masalah yg
akan dikaji kelas: mengunjungi langsung
sumber informasi, melalui telpon & buat janji
utk wawancara, melalui surat.
Informasi disusun secara sistematis:
• Faktor penyebab/latar belakang
• Pandangan individu/masyarakat
• Dasar yuridis, historis, sosiologis, ekonomis &
kultural
• Kebijakan publik ttg masalah
• Faktor yg mendukung & menghambat
Hal tsb disusun dalam satu bundel (portofolio)
38. 4). Mengembangkan Portofolio Kelas
Siswa dibagi atas 4 Kelompok :
(1) Kelompok yg akan menjelaskan masalah :
a. Seberapa serius masalah itu bagi masyarakat
b. Seberapa luas tersebarnya
c. Mengapa masalah tsb harus ditangani pemerintah
d. Haruskah individu/masya ikut bertanggung jawab
e. Adakah aturan hukum utk mengatasinya, adakah
memadai, dilaksanakan/tidak
f. Adakah silang pendapat di masya ttg masalah itu
g. Adakah individu/klpk yg berpihak pada masalah tsb
h. Adakah pihak yg bertanggung jawab
39. (2) Klpk yg mengkaji berbagai kebijakan
alternatif untuk memecahkan masalah.
a. Kebijakan2 apakah yg diusulkan
b. Apakah keuntungan/kerugian dari setiap
kebijakan
40. (3) Klpk yg mengusulkan kebijakan
publik untuk mengatasi masalah.
a. Kebijakan apa yg diyakini klpk untuk
mengatasi masalah
b. Keuntungan/kerugian dari kebijakan tsb
c. Bgmn hub. kebijakan tsb dgn nilai-moral
& hukum yg berlaku
d. Tingkat pemerintah/lembaga yg bertang-
gung jawab melaksanakan kebijakan
tsb, mengapa ?
41. (4) Klpk yg mengusulkan rencana tindakan
• Rencana mencakup langkah2 yg dpt diambil
agar kebijakan diterima & dilaksanakan.
• Klpk mana yg akan mendukung/menentang
di masyarakat
• Langkah2 meyakinkan klpk yg menentang
• Penjelasan thdp pemerintah mana klpk yg
mendukung/menentang & upaya
meyakinkannya.
Proses pembuatan usulan melibatkan
seluruh warga kelas.
42. Keharusan masing2 kelompok:
a. Menampilkan kajiannya secara grafis (peta,
gambar, foto, tabel dll).
b. Mengidentifikasi sumber informasi (TV,
lembaga/orang, bahan cetak dll).
c. Hasil pekerjaan diletakkan pada bundel
dokumentasi portofolio ( klpk 1= di Bab I
dst)
43. 5). Penyajian Portofolio (Show-Case)
Langkah-langkah :
(1). Persiapan :
a.Memastikan bundel (4 bab) tersusun rapi
b.Menyiapkan panel empat muka
c. Mempersiapkan penyajian lisan
d.Menyiapkan ruangan yg representatif
e.Mengundang juri
f. Menetapkan moderator
44. (2) Pembukaan
Dilakukan oleh moderator dengan
menginformasikan masalah yang dikaji.
(3) Penyajian lisan tiap kelompok dari klpk 1 - 4
Teknisnya: moderator memanggil satu klpk maju – memper-
kenalkan anggota – memaparkan materi 7 – 10 menit –
tanya jawab dgn juri dst dilanjutkan klpk berikutnya
(4) Tanggapan hadirin (10 menit)
(5) Pengumuman dewan juri
Tujuan utama semua itu: untuk berbagi ide & pengalaman
belajar yg akan menumbuhkan etos demokrasi
45. 6) Kriteria Penilaian Portofolio
a. Kelengkapan
b. Kejelasan
c. Informasi (akurat, dukungan fakta &
hubungannya dengan masalah)
d. Dukungan (penjelasan yg mendalam
secara interdisipliner)
e. Data grafis
f. Dokumentasi
g. Argumentasi (rasional, ilmiah, nilai moral-
hukum)
46. BAB II
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A. Pengertian
• Ada 164 definisi kebudayaan (Kroeber dan Kluckhohn)
secara harfiah kata “kebudayaan” dari kata Sanskerta
buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yg berarti “budi”
atau “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat
diartikan : “hal2 ybs dgn akal”. Sarjana lain mengupas
kata budaya sbg suatu perkembangan dari majemuk
budi-daya, yg berarti “daya dari budi”. Karena itu
mereka membedakan “budaya” dari “kebudayaan”.
Demikianlah “budaya” adalah “daya dari budi” yang
berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan “kebudayaan”
adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
47. Pengertian budaya/kebudayaan
menurut para ahli:
E.B.Taylor: kebudayaan adalah keseluruhan yg
bersifat rumit (kompleks) yg mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat
dll kemampuan serta kebiasaan2 yg didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
R.Linton: kebudayaan adalah serangkaian
kepercayaan, nilai2 dan cara berlaku (kebiasaan) yg
dipelajari & yg pada umumnya dimiliki bersama oleh
para warga dari suatu masyarakat.
48. • Dalam bhs Inggris, kata budaya berasal dari
kata culture, Belanda = cultuuur, Latin = colera
• Colera: mengolah, mengerjakan, menyubur-
kan, mengembangkan tanah (bertani).
Pengertian ini berkembang jadi culture: segala
daya & aktivitas manusia utk mengolah & me-
ngubah alam.
49. Koentjaraningrat: kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan & hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yg dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
Selo Soemardjan & Solaeman Soemadi:
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa &
cipta manusia dalam masyarakat.
Herkovits: kebudayaan adalah bagian dari
lingkungan hidup yg diciptakan oleh manusia
50. Kesimpulan
• Kebudayaan/budaya menyangkut keseluruhan
aspek kehidupan manusia baik materil/non-
materil.
• Sebagian besar ahli yg mengartikan kebuda-
yaan seperti ini lebih banyak dipengaruhi oleh
pandangan evolusionisme (kebudayaan akan
berkembang dari tahapan yg sederhana
menuju tahapan yg lebih kompleks)
51. Wujud kebudayaan: suatu rangkaian tindakan
dan aktivitas manusia yg berpola.
Koentjaraningrat membaginya atas 3:
B. Wujud kebudayaan
1. Wujud kebudayaan sbg suatu kompleks dari
ide2, gagasan, nilai2, norma2, peraturan dsb =
wujud ideal dari kebudayaan = sistem budaya
=adat/adat-istiadat.
2. Wujud kebudayaan sbg suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat = sistem sosial.
3. Wujud kebudayaan sbg benda2 hasil karya
manusia = kebudayaan fisik.
52. C. Substansi (Isi) Utama Budaya
1. Sistem pengetahuan: mrpk akumulasi
perjalanan hidupnya dalam memahami:
a. alam sekitarnya
b. alam flora & fauna di daerahnya
c. zat bahan entah & benda2 di lingkungannya
d. tubuh manusia
e. sifat2 & tingkah laku sesama manusia
53. 3 cara memperoleh pengetahuan:
• Pengalaman langsung
• Pendidikan formal & in/non formal
• Petunjuk2 yg bersifat simbolik atau disebut
Komunikasi simboliks
54. 2. Nilai
• Nilai adalah sesuatu yg baik yg selalu
diinginkan, dicita2kan & dianggap penting
oleh seluruh manusia sbg anggota
masyarakat. Karena itu sesuatu dikatakan
memiliki nilai apabila berguna & berharga
(nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik
(nilai moral/etis), religius (nilai agama).
• C.Kluchohn mengemukakan bahwa yg
menentukan orientasi nilai budaya manusia
di dunia adalah lima dasar yg bersifat
universal
55. 5 masalah dasar dlm kehidupan manusia
•Masalah Dasar Orientasi Nilai – Budaya
Dalam hidup
•Hakekat Hidup (HK) Hidup itu buruk Hidup itu baik Hidup itu buruk,tetapi
manusia wajib berikhti-
ar supaya hidup itu
menjadi baik
•Hakekat Karya(MK) Karya itu untuk Karya itu utk Karya itu utk menam-
Nafkah hidup kedudukan, bah karya
kehormatan
•Persepsi Manusia orientasi kema- kemasa lalu orientasi kemasa depan
Ttg Waktu(MW) sa kini
•Terhadap Alam(MA) Tunduk pd alam selaras dgn alam menguasai alam
•Manusia Dgn Horizontal (goro) Vertikal Individualisme
Sesamanya(MM) tergantung pd
penguasa
56. 3. Pandangan Hidup
• Pandangan hidup mrpk pedoman bagi suatu
bangsa/masyarakat dlm mengatasi berbagai
masalah yg dihadapinya.
• Di dalamnya terdapat konsep nilai kehidupan
yg dicita2kan oleh suatu masyarakat.
• Karena itu, pandangan hidup mrpk nilai2 yg
dianut oleh suatu masyarakat yg dipilih
secara selektif oleh individu, kelompok atau
bangsa.
57. 4. Kepercayaan
• Kepercayaan mengandung arti yg lebih
luas dari agama & kepercayaan terhadap
Tuhan YME.
• Pada dasarnya manusia punya naluri utk
menghambakan diri pada yg maha tinggi
sbg refleksi dari ketidakmampuan manusia
dlm menghadapi tantangan hidup.
58. 5. Persepsi
• Persepsi/sudut pandang: suatu titik tolak
pemikiran yg tersusun dari seperangkat kata2
yg digunakan utk memahami kejadian/gejala
dlm kehidupan.
• Persepsi terdiri atas:
- persepsi sensorik: persepsi dengan
menggunakan salah satu indra manusia.
- persepsi telepati: kemampuan pengetahuan
kegiatan mental individu lain.
- persepsi clairvoyance: kemampuan melihat
peristiwa ditempat lain.
59. 6. Etos Budaya
• Etos/jiwa kebudayaan mrpk watak khas dari
suatu kebudayaan yg nampak dari luar oleh
org asing melalui benda budaya, kegemaran
dll spt: org Batak yg mengamati kebudayaan
Jawa yg memancarkan keselarasan &
kesuraman, lamban dll. Sebaliknya
kebudayaan Batak menurut org Jawa yg
agresif, kasar, kurang
sopan, tegas, konsekuensi & berbicara apa
adanya.
60. D. Sifat-sifat Budaya
Meskipun setiap kebudayaan
berbeda, tapi punya sifat yg berlaku
umum:1. Kebudayaan terwujud & tersalurkan melalui
perilaku manusia.
2. Kebudayaan telah lahir terlebih dahulu
mendahului lahirnya suatu generasi tertentu
& tdk akan mati dgn habisnya generasi ybs.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia & di
wujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan2 yg berisi
kewajiban2 tindakan yg diterima &
ditolak, dilarang & yg diizinkan.
61. E. Sistem Budaya
Dalam sistem budaya terbentuk unsur2 yg
saling berkaitan satu sama lain, sehingga
tercipta tata kelakuan manusia yg terwujud
dalam unsur kebudayaan sbg satu kesatuan.
1. Unsur kebudayaan (Bronislaw Malinowski:
a. Sistem norma yg memungkinkan kerja-sama
antara para anggota di dlm masyarakat di
dlm upaya menguasai alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi.
c. Alat-alat & lembaga atau petugas pendd.
d. Organisasi kekuatan.
62. 2. Menurut Melville J. Herkovits:
a. Alat-alat teknologi.
b. Sistem ekonomi.
c. Keluarga.
d. Kekuasaan politik.
63. 3. Koentjaraningrat:
a. Bahasa
b. Sistem pengetahuan
c. Organisasi sosial
d. Sistem peralatan hidup & teknologi
e. Sistem mata pencaharian
f. Sistem religi
g. Kesenian
64. Sistem kebudayaan suatu daerah akan meng-
hasilkan jenis2 kebudayaan yg berbeda yg dpt
dikelompokkan atas 2:
1. Kebudayaan material: hasil cipta, karsa yg
berujud benda, barang alat pengolahan
alam, spt: gedung, pabrik, jalan, rumah dsb.
2. Kebudayaan non-materil: mrpk hasil
cipta, karsa yg berujud kebiasaan, adat-
istiadat, ilmu pengetahuan dsb, spt: volkways
(norma ke-laziman, mores (norma
kesusilaan), norma hukum, mode (fashion).
65. F. Manusia sbg Pencipta & Pengguna
Kebudayaan
Kebudayaan memiliki peran:
a. Sbg pedoman hubungan antarmanusia
atau kelompoknya.
b. Wadah utk menyalurkan perasaan2 &
kemampuan2 lain.
c. Sbg pembimbing kehidupan &
penghidupan manusia.
66. d. Pembeda manusia dgn binatang
e. Petunjuk ttg bagaimana manusia harus
bertindak & berperilaku dlm pergaulan.
f. Pengaturan agar manusia dpt mengerti
bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika
berhubungan dgn org lain.
g. Sbg modal dasar pembangunan.
67. G. Pengaruh Budaya thdp Lingkungan
• Budaya yg dikembangkan oleh manusia
akan berpengaruh pada lingkungan.
• Suatu kebudayaan akan memancarkan ciri
khas yg tampak dari luar.
• Dengan menganalisis pengaruh akibat
budaya thdp lingkungan akan diketahui
kenapa lingkungan yg berbeda meng-
hasilkan kebudayaan yg berbeda pula
68. Bbrp variabel yg berhubungan dgn
masalah kebudayaan & lingkungan :
• Physical Environment, menunjuk pada
lingkungan natural spt: temperatur, curah
hujan, iklim, wilayah geografis, flora & fauna.
• Cultural Social Environment, meliputi aspek2
kebudayaan beserta proses sosialisasinya spt:
norma2, adat istiadat & nilai2.
• Environmental Orientation and
Representation, mengacu pada persepsi &
kepercayaan kognitif yg berbeda2 pada setiap
masyarakat mengenai lingkungannya.
69. • Environmental Behavior and Process, meliputi
bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial.
• Out Carries Product, meliputi hasil tindakan
manusia spt: membangun
rumah, komunitas, kota beserta usaha2
manusia dlm memodifikasi lingkungan fisik spt:
budaya pertanian & iklim.
70. • Kebudayaan yg berlaku & dikembangkan dlm
lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola
tata laku, norma, nilai & aspek kehidupan
lainnya yg akan menjadi ciri khas suatu
masyarakat dgn masyarakat lainnya.
Kesimpulan
71. H. Proses & Perkembangan Kebudayaan
• Kebudayaan mengalami perubahan &
perkembangan sejalan dgn perkembangan
manusia.
• Perkembangan kebudayaan thdp dinamika
kehidupan seseorg bersifat kompleks &
memiliki eksistensi & berkesinambungan &
juga menjadi warisan sosial.
• Kebudayaan suatu klpk tidak akan terhindar
dari pengaruh kebudayaan klpk lain (fusi).
72. • Pengadopsian suatu kebudayaan tidak
terlepas dari pengaruh faktor2 lingkungan fisik.
• Kebudayaan dari suatu klpk sosial tdk secara
komplet ditentukan oleh lingkungan fisik
saja, namun lingkungan tsb sekadar memberi
peluang utk terbentuknya sebuah kebudayaan
yg akan terus berkembang seiring majunya
teknologi & komunikasi.
• Perubahan tsb ada yg
cepat/lambat, dikehendaki/tidak.
• Hal terpenting dlm proses pengembangan
kebudayaan adalah adanya kontrol sosial dari
masyarakat.
73. I. Problematika Kebudayaan
• Hambatan budaya yg berkaitan dgn
pandangan hidup & sistem kepercayaan.
• Berkaitan dgn perbedaan persepsi/sudut
pandang.
• Berkaitan dgn faktor psikologi/kejiwaan.
• Masyarakat yg terasing & kurang komunikasi
dgn masyarakat luar.
• Sikap tradisionalisme yg berprasangka buruk
terhadap hal2 baru.
74. • Sikap etnosentrisme: mengagungkan budaya
sendiri & menganggap rendah budaya suku
bangsa lain.
• Perkembangan IPTEK sbg hasil kebudayaan
seringkali disalahgunakan oleh manusia.
75. BAB III
KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
Sering terdapat perbedaan pendapat para ahli
ttg kedua hal tsb:
a. Bierens De Hann: peradaban=seluruh kehidupan
sosial, politik, ekonomi & teknik (kegunaan praktis).
Kebudayaan berasal dari hasrat & gairah yg lebih
murni yg berada di atas tujuan yg praktis.
b. Oswal Speng: kebudayaan=wujud dari keseluruhan
kehidupan adat, industrial filsafat dsb, peradaban=
kebudayaan yg sudah mati.
I. Pengertian
76. c. Koentjaraningrat: peradaban=bagian dari
kebudayaan yg halus & indah, spt: kesenian.
Konsep kebudayaan: perkembangan kebuda-
yaan yg telah mencapai tingkat tertentu (inte-
lektual, keindahan, teknologi, spiritual) masya-
rakatnya.
Kebudayaan mrpk kelanjutan yg bertahap ke
arah yg semakin kompleks (ke 7 unsur kebu-
dayaan terintegrasi menjadi satu sistem
budaya).
77. d. Gordyn Chillde: peradaban maju pertama2
muncul di daerah Mesopotamia (8000-4000
SM), Mesir (5000-3000 SM), Lembah Sungai
Indus di India (2600-2400 SM), Cina Utara
(2500-300 SM), Peru Amerika Latin (2500-
500 SM). Penemuan yg paling penting adalah
kemajuan & kepandaian bercocok tanam
disamping penemuan teknologi baru.
78. • Peradaban mrpk tahapan tertentu dari kebuda-
yaan masyarakat tertentu pula, yg telah men-
capai kemajuan tertentu yg dicirikan oleh
tingkat IPTEKS yg telah maju.
• Dengan demikian, masyarakat tsb telah
mengalami proses perubahan sosial yg
berarti, sehingga taraf kehidupannya makin
kompleks.
Kesimpulan:
79. II. Hakekat Hidup Manusia
Memiliki tiga fungsi yg saling berkaitan:
a. Sebagai makhluk Tuhan
b. Sebagai makhluk individu
c. Sebagai makhluk sosial-budaya
80. III. Peradaban dan Perubahan Sosial
1. Pengertian dan Cakupan Perubahan Sosial
• Perubahan sosial mrpk gejala yg melekat di setiap
masyarakat.
• Perubahan2 yg terjadi di dlm masyarakat akan me-
nimbulkan ketidaksesuaian antara unsur2 sosial yg
ada sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan
yg tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat ybs.
81. • Wilbert Moore: perubahan sosial=perubahan
struktur sosial, pola perilaku & interaksi sosial.
Setiap perubahan yg terjadi dlm struktur masya
atau dlm organisasi sosial=perubahan sosial.
Perubahan sosial ≠ perubahan kebudayaan
Perubahan kebudayaan mengarah pada per-
ubahan unsur2 kebudayaan yg ada. Contoh:
- Perubahan sosial: perubahan peran istri
dalam keluarga modern (Organisasi Sosial).
- Perubahan kebudayaan: penemuan baru spt
radio, TV, Komputer yg dpt mempengaruhi
lembaga2 sosial (Teknologi).
82. Unsur2 Kebudayaan (Koentjaraningrat):
a. Bahasa
b. Sistem pengetahuan
c. Organisasi sosial
d. Sistem peralatan hidup & teknologi
e. Sistem mata pencaharian
f. Sistem religi
g. Kesenian
83. • William F.Ogburn: ruang lingkup perubahan
sosial mencakup unsur2 kebudayaan yg ma-
teriil & immaterial (pengaruh yg besar pd im).
• Kingsley Davis: perubahan sosial=perubahan
yg terjadi dlm fungsi & struktur
masyarakat, perubahan dlm hubungan sosial
atau perubah-an thdp keseimbangan hub.
sosial.
84. • Gillin dan Gillin: perubahan sosial karena per-
ubahan cara hidup yg disebabkan perubahan
kondisi geografis, kebudayaan materiil, kom-
posisi penduduk, ideologi maupun difusi.
• Selo Soemardjan: perubahan sosial mencakup
bermacam perubahan dlm lembaga2 masya yg
mempengaruhi sistem
sosialnya, norma, nilai2, sikap dan pola tingkah
laku dari kelompok di dlm masyarakat.
Perubahan sosial=perubahan kebudayaan
(penerimaan cara2 baru/perbaikan cara masya
dlm memenuhi kebutuhannya).
85. • Perbedaan konsep perubahan
kebudayaan dengan perubahan sosial
tergantung pada penggunaan konsep
kebudayaan dan konsep sosial yang
digunakan seseorang (Lauer).
• Karena perubahan kebudayaan dan
sosial berhubungan erat, perbedaan
keduanya dilecehkan saja (Woods).
86. • Perubahan sosial tdk dpt dilepaskan dari
perubahan kebudayaan karena kebudayaan
mrpk hasil dari adanya masyarakat, sehingga
tdk ada kebudayaan bila tdk ada masyarakat
yg mendukungnya & tdk satupun masyarakat
yg tdk memiliki kebudayaan.
• Perubahan sosial: perubahan yg terjadi dlm
masyarakat akibat dinamika anggota masyara-
kat & yg tdk berani melakukan perubahan, tdk
akan dpt melayani tuntutan dinamika anggota-
nya yg selalu berkembang.
87. Perubahan yg terjadi dalam masya-
rakat dapat dianalisis dari segi:
1. Arah/proses perubahan sosial
2. Bentuk perubahan sosial
Ad.1. Arah/Proses Perubahan Sosial
a.Teori Evolusi Unilinier (Garis Lurus Tunggal), abad
ke-19 sesudah revolusi industri & Perancis.
Menurut teori ini manusia & masyarakat mengalami
perkembangan sesuai dgn tahapan tertentu dari yg
sederhana – kompleks (sempurna), yg dipelopori
oleh August Comte & Herbert Spencer.
88. b. Teori Multilinear
Ada gejala keteraturan yg nyata dan signifikan
dlm perubahan sosial/kebudayaan yg dihasil-
kan dari adaptasi terhadap lingkungan.
Kebudayaan berkembang menurut sejumlah
garis yg berbeda, spt: sebatang pohon yg ber-
cabang banyak.
• Teori evolusi mungkin akurat dlm jangka
pendek dari suatu sistem ekonomi tertentu.
• Org Barat yakin bahwa kemajuan dari hari ke
hari takkan pernah berakhir.
89. c. Teori Siklus
• Perubahan punya pola melingkar, tidak punya
titik awal maupun akhir.
• Org Yunani, Romawi & Cina membayangkan
kehidupan lebih terperangkap dlm lingkaran
sejarah yg luas dibanding menurut garis lurus
tertentu.
• Org Cina yakin bahwa periode yg teratur & yg
kacau, yg makmur & yg suram adalah
perjalanan yg wajar (normal) dari sejarah
manusia dan memandang sejarah sbg
serentetan lingkaran tanpa ujung.
90. Ibnu Khaldun (1332-1406) melukis-
kan 5 tingkatan teori siklus
1. Nomaden berhasil menghancurkan seluruh
penentangnya & mendirikan kerajaan baru.
2. Terjadi konsolidasi kekuatan karena penguasa
baru memperkokoh pengendaliannya atas
kawasan yg baru dikuasainya.
3. Tingkat kesenangan & kesentosaan, kemewah-
an meningkat, terjadi pengembangan
kebudayaan.
4. Di tingkat ini kedamaian terus berlanjut.
5. Tingkat kehancuran.
91. 2. Teori dan Bentuk Perubahan Sosial
a. Teori Sebab-Akibat (Causation Problem)
Bbrp pendekatan ttg sebab2 perubahan sosial
1). Analisis Dialektis (thesis antysynthesis)
Perubahan pada suatu bagian sistem
membawa perubahan pada bagian lain &
menimbulkan akibat yg tdk diinginkan
(konflik), yg mendorong perubahan sosial
lebih lanjut, meluas & mendalam (Hegell
Marx).
92. 2). Teori Tunggal Mengenai Perubahan
Sosial
• Teori tunggal menerangkan sebab2 perubah-
an sosial/pola kebudayaan dgn menunjukkan
kepada satu faktor penyebab (spt: kepribadi-
an atau teknologi).
• Teori tunggal/deterministik menurut Soerjono
Soekamto tdk bertahan lama, timbul pola
analisis yg lebih cermat & lebih didasarkan
fakta.
93. Menurut Ibnu Khaldun perubahan
cendrung merembes, terjadi di
semua institusi sosial;
agama, keluarga, pemerintah, ekon
omi dsb semuanya terlibat dalam
proses perubahan itu.
94. III. A. Teori2 tentang Pembangunan:
1. Teori Modernisasi (1950)
2. Teori Ketergantungan & Keterbelakangan
(teori dependensi) 1960
3. Teori Sistem Ekonomi Dunia (1970)
95. 1. Teori Modernisasi
Lahir sbg produk 3 peristiwa dunia setelah PD II
a. Munculnya AS sbg kekuatan dominan dunia
b. Saat bersamaan terjadi perluasan gerakan
komunis sedunia.
c. Lahirnya negara2 merdeka baru di Asia,
Afrika dan Amerika Latin.
96. Implikasinya bagi Dunia Ketiga:
a. Teori modernisasi membantu memberikan
secara implisit pembenaran hubungan kekuat-
an yg yg bertolak belakang antara masyarakat
tradisional (Dunia Ketiga) dan modern
(AS/Eropa Barat).
b. Teori modernisasi menilai ideologi komunisme
sbg ancaman pembangunan negara Dunia
Ketiga.
c. Teori modernisasi mampu memberikan
legitimasi ttg perlunya bantuan
asing, khususnya dari AS.
97. 2. Teori Dependensi
• Bila teori modernisasi lebih banyak melihat
permasalahan pembangunan dari sudut
kepentingan AS & negara maju lainnya, sedang
teori dependensi sebaliknya.
• Pertamakali muncul di Amerika Latin sbg jawaban
atas kegagalan program yg dijalankan Komisi
Ekonomi PBB utk Amerika Latin (KEPBBAL)=
ekspor bahan pangan/mentah-impor barang utk
proses industrialisasi & krisis teori Marxis
ortodoks=tahapan revolusi industri borjuis sebelum
melampaui revolusi sosialis proletar (buruh) di
Amerika latin.
98. Asumsi dasar:
a. Keadaan ketergantungan dilihat sbg suatu ge-
jala yg sangat umum di seluruh Dunia Ketiga.
b. Ketergantungan dilihat sbg kondisi yg diakibat-
kan oleh faktor luar.
c. Permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya
sbg masalah ekonomi, yg terjadi akibat me-
ngalirnya surplus ekonomi dari Dunia Ketiga
ke nagara maju + merosotnya nilai tukar per-
dagangan.
d. Keadaan ketergantungan sbg suatu hal yg
mutlak bertolak belakang dgn pembangunan.
99. Implikasi kebijaksanaan:
• Secara filosofis teori dependensi menghendaki
meninjau kembali pengertian “pembangunan”.
Pembangunan tdk tepat diartikan sekadar proses
industrialisasi, peningkatan keluaran & produktivitas
tapi peningkatan standar hidup setiap penduduk di
negara Dunia Ketiga.
• Jika teori modernisasi menganjurkan menjalin
hubungan yg lebih dekat (bantuan
keuangan, teknologi, budaya dsb) dgn Barat, teori
dependensi menganjurkan sebaliknya dgn model
pembangunan “berdiri di kaki sendiri” – dan diganti
dgn suasana pembangunan yg sosialistik.
100. 3. Teori Sistem Dunia
Latar belakang:
a. Negara2 di Asia Timur
(Jepang, Taiwan, Korsel, Hong Kong &
Singapura) terus mam-pu mencapai
pertumbuhan ekonomi tinggi.
b. Adanya krisis di berbagai negara sosialis
(pecahnya RRC & Uni Sovyet).
c. Munculnya krisis di AS, Perang
Vietnam, embargo minyak th
1975, membangun aliansi antara
Washington, Beijing & Tokyo dll.
101. Beda dependensi dgn sistem dunia
a. Dependensi memfokuskan analisanya pada tingkat
nasional, sedang sistem dunia menjadikan dunia itu
sendiri sbg unit analisa.
b. Dependensi menfokuskan pada masa jaya &
bangkrutnya suatu negara, sistem dunia mem-
pelajari dinamika sejarah sistem ekonomi dunia.
c. Dependensi menggambarkan dunia atas model dwi-
kutub, sistem dunia dgn model tri-kutup, yakni
sentral, semi-pinggiran & pinggiran.
d. Dengan model tri-kutub, sistem dunia selamat dari
tuduhan model yg deterministik & kaku.
e. Sistem dunia memiliki arena kajian yg lebih luas
(negara terbelakang, maju, sosialis dll)…..B
102. Teori perubahan sosial menurut Moore
1. Evolusi rektilinier yg sangat sederhana
2. Evolusi melalui tahap-tahap
3. Evolusi yg terjadi dgn tahap kelajuan yg tidak
serasi
4. Evolusi bercabang yg mewujudkan
perubahan
5. Evolusi menurut siklus2 tertentu dgn
kemunduran jangka pendek
103. 6. Siklus2 yg tidak mempunyai kecendrungan
7. Pertemuan logistis yg digambarkan oleh
populasi
8. Pertumbuhan logistis terbalik yg tergambar &
angka motivasi
9. Pertumbuhan ekspenarisial yg tergambar
melalui tanda-tanda
10.Primitivisme.
104. Bentuk2 perubahan sosial menurut
Soerjono Soekanto
1. Perubahan yg terjadi secara lambat & cepat
a. yg lambat=evolusi; perubahan yg memakan waktu
ribuan/ratusan th, berkelanjutan dari bentuk yg
lebih rendah/sederhana ke bentuk yg lebih tinggi/
kompleks, mencerminkan perubahan sospol,
ekonomi yg bersifat gradual & relatif damai.
b. yg cepat=revolusi; perubahan yg berlangsung dlm
waktu yg relatif pendek, tiba2, radikal & menyelu-
ruh, mencerminkan perubahan sospol, ekonomi
yg bersifat cepat, fundamental & relatif meng-
gegerkan.
105. 2. Perubahan2 yg pengaruhnya kecil & besar
a. yg kecil=perubahan pada unsur struktur
sosial yg tdk membawa pengaruh langsung
atau tdk berarti bagi masyarakat.
b. Perubahan yg pengaruhnya besar spt
proses industrialisasi pada masyarakat
agraris.
106. 3. Perubahan yg dikehendaki & tidak diinginkan
a. yg dikehendaki bila seseorg dapat
kepercayaan sebagai pemimpin.
b. yg tidak dikehendaki dapat berlangsung di
luar jangkauan pengawasan masyarakat &
dapat menimbulkan akibat yg tdk diinginkan.
107. B. Penyebab Perubahan
Faktor intern & ekstern yg menyebabkan
perubahan menurut Soerjono Soekanto:
a. Faktor Intern
- Bertambah & berkurangnya penduduk
- Adanya penemuan2 baru, spt: discovery,
invention dan inovasi
- Konflik dlm masyarakat
- Pemberontakan dlm tubuh masyarakat
108. b. Faktor Ekstern
- faktor alam yg ada disekitar masyarakat
yg berubah
- pengaruh kebudayaan lain dgn adanya
kontak kebudayaan antara dua kebudayaan
atau lebih yg berbeda.
110. Model Spindler di atas memperlihatkan
secara analitis berbagai faktor yang
berinteraksi dalam proses perubahan sosial
budaya. Dalam sistem sosial budaya itu
sendiri ada 4 komponen yang saling
berinteraksi yang digambarkan oleh panah
yang menuju ke kedua arah, yaitu
individu, interaksi sosial, lingkungan dan
kebudayaan itu sendiri.
111. Difusi: penyebaran unsur2 kebudayaan dari satu
tempat ke tempat lain di muka bumi yang dibawa
oleh kelompok2 manusia yang bermigrasi.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tersebut
dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu :
1. Tanpa ada perpindahan kelompok2 manusia
atau bangsa2 dari satu tempat ke tempat
lain, tetapi oleh karena ada individu2 tertentu
yang membawa unsur2 kebudayaan itu
hingga jauh sekali, spt: pedagang &
pelaut, pendeta agama Budha, Nasrani dan
kaum muslimin.
112. 2. Pertemuan2 antara individu2 dalam suatu
kelompok manusia dengan individu2
kelompok2 tetangga, yang dapat berlangsung
dengan berbagai cara :
a. Hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu
masing2 hampir tidak berubah (hubungan
symbiotic), spt suku bangsa Afrika (tani) dgn
Negrito (berburu) = barter.
b. Pemasukan secara damai melalui para pedagang
dan penyiar agama (penetration
pacifique, sehingga unsur2 kebudayaan asing
masuk tanpa sengaja.
c. Pemasukan dengan tidak
damai, paksaan, peperangan, serangan
penakhlukan
113. 3. Difusi terjadi melalui serangkaian pertemu-
an antara suatu deret suku2 bangsa.
Misalkan unsur kebudayaan dapat difusikan
dari suku bangsa A ke B, ke C, ke D dst.
4. Difusi terjadi dengan cepat tanpa kontak
langsung dengan individu2 tapi karena
adanya alat2 penyiaran yang sangat
efektif, spt: TV, radio, surat kabar dll.
5. Unsur2 kebudayaan itu biasanya menyebar
dlm kompleks2 (kultur kompleks), spt :
penyebaran mobil yg diikuti oleh
jalan, perbengkelan dll.
114. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul
bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu
sendiri.
115. C. Keseimbangan
• Keseimbangan sosial adalah syarat yg harus
dipenuhi agar masyarakat berfungsi
sebagaimana mestinya.
• Keseimbangan sosial mrpk situasi dimana se-
genap lembaga sosial berfungsi & saling me-
nunjang.
116. • Robert Mac Iver: perubahan2 sosial mrpk per-
ubahan dlm hubungan2 sosial/perubahan thdp
keseimbangan hubungan sosial.
• Perubahan sosial yg terjadi dlm masyarakat dpt
menimbulkan ketidakseimbangan hubungan2
sosial karena ada unsur2 dlm masyarakat yg
berubah jadi cepat/lambat . Keadaan demikian
disebut cultural lag.
117. IV. Modernisasi
1. Konsep Modernisasi
Modernisasi dimulai di Italia abad ke-15 &
tersebar ke sebagian besar dunia Barat dlm
5 abad berikutnya & kini ke seluruh dunia.
Manifesto proses modernisasi pertama kali
terlihat di Inggris dgn meletusnya revolusi
industri (abad 18), yg mengubah cara
produksi tradisional ke modern.
118. • Modernisasi: suatu transformasi total kehidup-
an bersama yg tradisional/pra modern dlm arti
teknologi serta organisasi sosial, kearah pola2
ekonomis & politis yg menjadi ciri2 negara2
Barat yg stabil.
• Karakteristik umum modernisasi menyangkut
aspek2 sosio-demografis masyarakat yg
digambarkan dgn istilah gerak sosial. Artinya
proses unsur2 sosial ekonomis & politis
menunjukan peluang2 ke arah pola2 baru
melalui sosialisasi & pola2 perilaku.
119. • Hal yg sangat berpengaruh dlm penerimaan
atau penolakan modernisasi: sikap &
nilai, manfaat unsur yg baru & kesepadanan
dgn unsur2 kebudayaan yg lama.
• Modernisasi dpt bertentangan dgn
kebudayaan yg telah ada/memerlukan pola2
baru atau menggantikan unsur2 yg lama.
120. Modernisasi masyarakat adalah suatu
proses transformasi yg mengubah cara:
a. Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tum-
buhnya kompleks industri yg besar, dimana
produksi barang konsumsi & sarana dibuat
secara massal.
b. Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yg
modern memerlukan masyarakat nasional dgn
integrasi yg baik.
121. • Modernisasi menurut Cyril Edwin Black: rang-
kaian perubahan cara hidup manusia yg kom-
pleks & saling berhubungan, mrpk bagian
pengalaman yg universal & yg dlm banyak
kesempatan mrpk harapan bagi kesejahteraan
manusia.
• Koentjaraningrat; modernisasi mrpk usaha pe-
nyesuaian hidup dgn konstelasi dunia skrg
ini, baik fisik material maupun sikap mentalnya
yg maju, berfikir rasional, berjiwa
wiraswasta, berorientasi ke masa depan dst.
122. • Schorrl: modernisasi adalah proses penerapan
IPTEK ke dlm semua segi kehidupan manusia
dgn tingkat yg berbeda2 tetapi tujuan utamanya
mencari hidup yg lebih baik.
• Smith; modernisasi adalah proses yg dilandasi
dgn seperangkat rencana & kebijaksanaan yg
disadari utk mengubah masyarakat ke arah
kehidupan masyarakat yg kontemporer yg
dinilai lebih maju.
123. 2. Syarat-syarat Modernisasi
• Cara berfikir ilmiah
• Sistem administrasi negara yg baik
• Sistem pengumpulan data yg baik
• Penciptaan iklim komunikasi massa yg baik
• Tingkat organisasi yg tinggi
• Sentralisasi wewenang dlm pelaksanaannya
124. 3. Ciri-ciri Modernisasi
• Kebutuhan materi & ajang persaingan
kebutuhan manusia.
• Kemajuan teknologi & industrialisasi, individu-
alisasi, sekularisasi, diferensiasi & akulturasi.
• Modernisasi banyak memberikan kemudahan
bagi manusia.
• Berkat jasanya, hampir semua keinginan
manusia terpenuhi.
125. • Modernisasi juga melahirkan teori baru.
• Mekanisme masyarakat berubah menuju
prinsip & logika ekonomi serta orientasi
kebendaan yg berlebihan.
• Kehidupan seseorg dicurahkan utk bekerja &
menumpuk kekayaan.
126. Faktor yg menghambat modernisasi
1. Keyakinan yg kuat terhadap tradisi.
2. Sikap yg tdk toleran terhadap penyimpangan2
3. Pendd. & perkembangan ilmiah yg tertinggal
Namun utk mengimbanginya juga perlu pendd &
perkembangan ilmiah guna mencegah keterting-
galan budaya. Tetapi modernisasi yg terlalu cepat
juga tdk dikehendaki krn masyarakat tdk sempat
melakukan reorganisasi.
127. BAB IV
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
& MAKHLUK SOSIAL
A. INDIVIDU & MASYARAKAT
1. Manusia sebagai makhluk individu
Dlm bhs Latin individu=individuum: tak terbagi
Dlm bhs Inggris=in (tdk) – divided (terbagi)
atau suatu kesatuan.
Unsur manusia sbg makhluk individu: mrpk
kesatuan dari jasmanis & rohani, fisik & psikis,
raga & jiwa.
Tidak ada manusia yg memiliki fisik/psikis yg
persis sama.
128. • Ciri seorg individu mudah dikenali lewat ciri fisik
/biologisnya (kurus/langsing), sifat/karakternya
(sabar/cerewet).
• Seorg individu: perpaduan genotipe (faktor
keturunan yg dibawa sejak lahir) dan fenotipe
(dipengaruhi lingkungan fisik/sosial) – memiliki
kebiasaan khas=kepribadian.
• Kepribadian: keseluruhan perilaku individu
yang merupakan hasil interaksi fisik/psikis yang
dibawa sejak lahir + lingkungan.
129. 2. Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia dikatakan makhluk sosial karena :
a. Di dalam hidupnya manusia tidak lepas dari
pengaruh org lain (di masyarakat, di
rumah, di sekolah & di lingkungan yg lebih
besar).
b. Ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor di
luar dirinya, spt tunduk pada aturan, norma
masyarakat, keinginan mendapat respon
/pujian dari org lain.
c. Ada dorongan utk berinteraksi dgn org lain yg
didasari kesamaan ciri/kepentingan.
130. d. Manusia tdk akan bisa hidup sbg manusia jika
tdk hidup ditengah2 manusia.
e. Berbeda dgn hewan yg utk mempertahankan
hidupnya dibekali insting, manusia dibekali dgn
akal (insting manusia terbatas), yg akan ber-
kembang bila ia hidup & belajar di tengah2
manusia.
131. Cooley memberi nama looking-glass self utk
melihat bahwa seseorg dipengaruhi org lain.
Looking-glass self terbentuk melalui 3 tahap :
a. Seseorg punya persepsi ttg pandangan org
lain terhadap dirinya.
b. Seseorg punya persepsi ttg penilaian org lain
terhadap penampilannya.
c. Seseorg punya perasaan terhadap apa yg di-
rasakannya sbg penilaian org lain terhadapnya
132. a. Play stage: seorg anak kecil mulai belajar me-
ngambil peranan org2 yg berada disekitarnya.
b. Game stage: seorg anak tdk hanya telah me-
ngetahui peranannya, tapi juga telah menge-
tahui peranan org lain dgn siapa ia berinteraksi.
c. Generalized others: anak mampu berinteraksi
dgn org lain krn telah memahami peranannya &
peranan org lain dgn siapa dia berinteraksi.
Ketiganya melalui sosialisasi.
Menurut George Herbert Mead pengembangan
diri manusia berlangsung melalui 3 tahap :
133. • Tidak selamanya interaksi berjalan dgn
baik, kadang menimbulkan hal negatif
(prejudice)
• Prejudice: prasangka negatif thdp org lain yg
tdk didasarkan pengetahuan, pengalaman atau
bukti2 yg cukup memadai. Org tsb bersifat tdk
rasional & berada di bawah sadar shg sukar di
ubah meskipun diberi penyuluhan, pendidikan/
bukti2 yg menyangkal kebenaran prasangka yg
dianut.
134. Kesimp - manusia dikatakan sbg
makhluk sosial, karena :
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu
penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi
dengan orang lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia
hidup di tengah2 manusia.
135. 3. Manusia sbg Makhluk yg Berhubungan
dengan Lingkungan Hidup
Ada 3 paham berkenaan dgn hubungan manusia dgn
alam, yaitu paham:
a. Determinisme (Charles Darwin, Friederich Ratzel &
Elsworth Huntington).
- Determinisme alam menempatkan manusia
sbg makhluk yg tunduk pada alam.
Charles Darwin (evolusi): makhluk hidup (tumbuh
an,hewan, manusia), secara berkesinambungan
dari waktu ke waktu mengalami perkembangan
(di dlmnya ada perjuangan hidup, seleksi alam).
Dlm proses tsb faktor alam sangat menentukan.
136. - Ratzel: meskipun dipandang sbg makhluk yg
dinamis populasi manusia dgn perkembangan
kebudayaannya serta mobilitasnya ditentukan
oleh kondisi alam.
- Huntington: iklim sangat menentukan
perkembangan kebudayaan manusia
(determinisme iklim).
137. b. Posibilisme Optimis Teknologi
• Alam tdk lagi dipandang sbg faktor yg
menentukan.
• Kemampuan manusia memanfaatkan alam
lingkungannya secara optimis memberikan
kemungkinan penerapan teknologi dlm
memecahkan masalah hubungan manusia
dengan alam lingkungannya.
138. c. Optimisme/Determinisme Teknologi
• Teknologi dgn penerapannya bukan lagi sbg
“alternatif”, tapi telah menjadi “keyakinan” yg
menjamin hidup kemanusiaan, yg mengarah
pada ketergantungan teknologi.
• Hal ini bisa menghasilkan manusia yg
atheis, padahal teknologi mrpk produk
budaya.
• Utk itu keluarga & sekolah mrpk lembaga yg
sangat bermakna dlm membina individu
menjadi makhluk sosial
139. B. Pengertian Masyarakat & Ciri2nya
Masyarakat (berasal dari bhs Inggris- society
/socius: kawan, atau bhs Arab-syaraka: ikut
serta/berpartisipasi) adalah sekumpulan
manusia yg saling bergaul/berinteraksi + ikatan
lain yg khusus.
Komunitas (community): hampir =
masyarakat, tapi komunitas lebih khusus krn
dicirikan oleh ikatan lokasi dan kesadaran
wilayah atau di sebut juga masyarakat
setempat.
140. Ciri/Unsur masyarakat (Krech yg
dikutip Nursyid):
1. Kumpulan orang
2. Sudah terbentuk dengan lama
3. Sudah memiliki system social/struktur sosial
sendiri.
4. Memiliki kepercayaan, sikap & perilaku yg
dimiliki bersama
141. Unsur masyarakat (Krech, Crutchfield
& Ballachey):
1. Kolektivitas interaksi manusia yg terorganisasi
2. Kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yg
sama.
3. Memiliki kecendrungan utk memiliki
keyakinan, sikap & bentuk tindakan yg sama.
142. Unsur masyarakat (Fairchild):
1. Kelompok manusia
2. Adanya keterpaduan/kesatuan diri
berlandaskan kepentingan utama.
3. Adanya pertahanan dan kekekalan diri.
4. Adanya kesinambungan.
5. Adanya hubungan yg pelik diantara anggota.
143. Unsur/ciri masyarakat (Horton & Hunt):
1. Kelompok manusia.
2. Yg sedikit banyak memiliki kebebasan dan
bersifat kekal.
3. Menempati suatu kawasan.
4. Memiliki kebudayaan.
5. Memiliki hubungan dalam kelompok ybs.
144. Ciri2 masyarakat (Soerjono Soekanto):
• Manusia yang hidup bersama.
• Bercampur untuk waktu yang cukup
lama.
• Mereka sadar bahwa mereka mrpk suatu
kesatuan.
• Mereka merupakan suatu sistem hidup
bersama.
Tidak ada perbedaan yg prinsipil dari berbagai
konsep di atas, justru yg ada mengenai
persamaannya.
145. Persamaannya :
1. Masyarakat itu mrpk kelompok/kolektivitas
manusia yg melakukan antar hubungan.
2. Sedikit banyak bersifat kekal.
3. Berlandaskan perhatian & tujuan bersama.
4. Telah melakukan jalinan secara berkesinam-
bungan dalam waktu yg relatif lama.
5. Menempati kawasan tertentu.
6. Adanya kebudayaan yg dihasilkan masyarakat
tersebut.
146. Kesimpulan :
1. Kumpulan orang.
2. Sudah terbentuk dengan lama.
3. Sudah memiliki sistem & struktur sosial
tersendiri.
4. Memiliki kepercayaan (nilai), sikap & perilaku
yg dimiliki bersama.
5. Adanya kesinambungan & pertahanan diri.
6. Memiliki kebudayaan.
147. Pengertian Masyarakat Setempat
(Community) atau Komunitas & Ciri2nya
• Community (masyarakat setempat)/komunitas
merupakan bagian dari kelompok masyarakat
(society) dalam lingkup yg lebih kecil, serta lebih
terikat oleh tempat (teritorial).
• Soerjono Soekanto menterjemahkan community
dengan “masyarakat setempat”, istilah yg juga
menunjuk warga sebuah desa, kota, suku atau
suatu bangsa.
• Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
148. Kesimpulan:
• Masyarakat setempat (community): suatu
wilayah kehidupan sosial yg ditandai oleh suatu
derajat hubungan sosial yg tertentu. Dasarnya
adalah lokalitas dan perasaan.
• Jadi unsur community: adanya wilayah/lokalitas
dan perasaan saling ketergantungan atau
saling membutuhkan yg disebut community
sentiment.
149. Unsur community sentiment:
• Seperasaan (anggota memposisikan diri
sebagai bagian dari kelompok).
• Sepenanggungan (anggota masyarakat sadar
akan peranannya dalam kelompok).
• Saling memerlukan (setiap anggota komunitas
tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri).
150. Beda society dengan community
• Society sifatnya lebih umum & luas, sedangkan
community lebih terbatas & juga dibatasi oleh
kawasan serta jumlah warganya.
• Namun ditinjau dari aktivitas
hubungannya, lebih erat pada community
daripada society & persatuannya juga lebih
erat.
151. C. Masyarakat Desa dan Kota (Perbedaan)
Desa ditandai dgn kehidupan yg
tenang, saling mengenal, keke-
luargaan, goro, usia & ketokohan,
kebanyakan sbg petani/nelayan,
makanan sbg alat memenuhi
kebutuhan biologis, jenis
pekerjaan yg sama.
Kota ditandai dgn kehidupan yg
ramai, wilayah luas, penduduk-
nya banyak, hubungan tidak e-
rat, mata pencaharian macam2,
makanan sbg alat memenuhi
kebutuhan sosial, spesialisasi.
Solidaritas Mekanik (saling ke-
tergantungan) antar warga krn
persamaan dlm pekerjaan .
Ferdinand Tonnies: Gemain-
schaft/paguyuban; kelompok
masyarakat dimana anggota-
nya terikat secara emosional.
Solidaritas organik (Emile Dur-
kheim)=saling ketergantungan
krn perbedaan pekerjaan.
Geselschaft/patembeyan:
ikatan diantara anggotanya
kurang kuat dan bersifat
rasional.
152. Perbandingan Solidaritas Mekanik dan Organik
SM ASPEK SO
- Rendah
- Kuat
- Represif
- Rendah
- Pola-pola
normatif
- Komunitas
- Rendah
- Primitif
(pedesaan)
Pembagian kerja
Kesadaran kolektif
Hukum yang dominan
Individualitas
Konsensus yg penting
terhadap:
Yg menyimpang dihukum
Saling ketergantungan
Sifat
Tinggi
Lemah
Restitutif
Tinggi
Nilai abstrak &
Umum
Badan2kontrol
Tinggi
Industrial -
perkotaan
153. D. Interaksi Sosial & Pelapisan Sosial
• Interaksi sosial: proses2 sosial yg
menunjuk pada hubungan2 sosial yg
dinamis, antara orang perorang dengan
sekelompok manusia.
• Interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas2 sosial.
154. Definisi para ahli:
• H. Booner: interaksi sosial adalah
hubungan antara 2 individu/lebih, dimana
kelakuan individu yg satu
mempengaruhi, mengubah/memperbaiki
individu yg lain atau sebaliknya.
• Gillin and Gillin: interaksi sosial adalah
hubungan2 orang2 secara
individual, antar kelompok, orang dengan
kelompok.
155. Dengan demikian interaksi sosial
merupakan hubungan timbal balik
antara individu dengan
individu, antar kelompok dengan
kelompok & antara individu dengan
kelompok.
156. Faktor2 yg mendasari interaksi sosial
1. Faktor imitasi (peniruan)
Imitasi dapat membawa seseorg untuk
memenuhi kaidah2 yg berlaku.
2. Faktor sugesti, dibedakan: pengaruh psikis
a. Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri
sendiri yg datang dari dirinya sendiri.
b. Heterosugesti, yaitu sugesti yg datang
dari orang lain.
157. • Arti sugesti & imitasi dalam interaksi sosial
adalah hampir sama.
• Bedanya: dalam imitasi orang yg satu
mengikuti yang lain,
pada sugesti seseorang memberikan
pandangan/sikap dari dirinya, lalu diterima
oleh orang lain diluarnya.
158. 3. Faktor identifikasi
Dalam psikologi identifikasi berarti
dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan orang lain
4. Faktor simpati
Simpati adalah faktor tertariknya orang
yg satu terhadap orang yang lain.
159. Syarat2 terjadinya Interaksi Sosial
1. Adanya kontak sosial
Berasal dari bahasa Latin:
“con”=bersama2, “tanga”=menyentuh.
Kontak=bersama2 menyentuh (dapat
terjadi tanpa kontak secara fisik).
160. • Kontak sosial: ada yg bersifat positif yg
mengarah pada suatu kerjasama, dan ada
yg bersifat negatif (pertentangan/tidak
terjadi interaksi).
• Kontak sosial dapat terjadi dalam 3
bentuk, yaitu: antara orang
perorangan, orang perorangan dengan
suatu kelompok/sebaliknya dan antara
kelompok manusia dengan kelompok
manusia lain.
• Kontak sosial dapat bersifat primer
(hubungan langsung) dan bersifat
sekunder (melalui perantara)
161. 2. Adanya komunikasi
Komunikasi adalah proses
menyampaikan pesan dari satu
pihak (komunikator) ke pihak lain
(komunikasi) sehingga terjadi
pengertian bersama.
162. Dua Macam Proses dalam Interaksi Sosial
(Gillin and Gillin)
• Proses Asosiatif, yang terbagi dalam
3 bentuk: akomodasi, asimilasi &
akulturasi
• Proses Disosiatif, persaingan yang
meliputi “Contravention” dan
pertentangan/pertikaian
163. • Akomodasi: klpk minoritas menyesuaikan
diri dgn kebudayaan klpk dominan tanpa
berpartisipasi secara penuh di dalamnya.
• Akulturasi atau akulturasi kultural: klpk
minoritas telah mengadopsi norma2
prilaku dari kebudayaan klpk
dominan, namun belum diterima klpk
dominan secara lebih akrab.
• Assimilasi atau assimilasi struktural/
melting pot: kebudayaan klpk minoritas
melebur ke dalam kebudayaan klpk
dominan secara sosial dan kultural.
164. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
1. Bentuk Interaksi Asosiatif:
a. Kerjasama (Cooperation) :
Kerjasama merupakan kerja tim
(teamwork) dan merupakan karakteristik
dari suatu hubungan di mana orang-orang
bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang tidak bisa mereka capai
secara individu (sendirian). Sebagian
besar hubungan yang terjadi memiliki
unsur-unsur kerjasama.
165. Bentuk Kerjasama
• Bargaining, perjanjian pertukaran
barang & jasa antara 2 organisasi/lebih.
• Cooperation, proses penerimaan unsur2
baru dalam kepemimpinan/pelayanan
politik dalam suatu organisasi.
• Coalition, kombinasi antara 2
organisasi/ lebih yg punya tujuan yg
sama.
166. b. Akomodasi (Accommodotion): adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi dengan
bentuk:
- Coercion, bentuk akomodasi yg prosesnya
dilaksanakan karena adanya paksaan.
- Compromise, pihak yg terlibat masing2
mengurangi tuntutannya demi
penyelesaian perselisihan.
167. - Arbitration, cara mencapai compromise
bila pihak yg berhadapan tidak sanggup
menyelesaikannya.
- Mediation, dengan mengundang pihak
ketiga yang netral.
- Conciliation, usaha mempertemukan pihak
yg berselisih bagi tercapainya persetujuan
bersama.
168. - Tolerantion, bentuk akomodasi tanpa
persetujuan yg formil bentuknya.
- Stelemate, bentuk akomodasi, dimana
pihak yg berkepentingan punya keduduk-
an yg seimbang, berhenti pada titik
tertentu dalam melakukan pertentangan.
- Adjudication, yaitu perselisihan perkara di
pengadilan.
169. 2. Bentuk Interaksi Disosiatif
a. Persaingan (Competition)
Persaingan yg dilakukan oleh individu/
kelompok untuk mendapatkan keuntung-
an bagi dirinya dengan menarik perhatian/
mempertajam prasangka yg ada tanpa
menggunakan kekerasan.
Persaingan terjadi karena orang2 tidak
selamanya mungkin bisa memperoleh
tujuannya melalui kerjasama.
170. Kompetisi diartikan sebagai perebutan/per-
juangan terhadap sumber2 langka yg
menjadi tujuan bersama yg diatur oleh
aturan2 yg telah ditetapkan & disepakati
bersama, di mana perhatian mereka
ditujukan kepada tujuan yg akan dicapai dan
bukan pada para kompetitor (pesaing).
Aturan2 tsb biasanya menentukan kondisi2 di
mana kemenangan akan dianggap sbg hal
yg wajar (adil) & kekalahan akan dianggap
hal yg lumrah. Bila aturan/norma tsb
dilanggar, maka kompetisi bisa meledak
menjadi konflik.
171. b. Kontravensi.
Kontrovensi berbeda dengan persaingan/
pertentangan. Kontravensi ditandai oleh
ketidakpastian pada seseorang, perasaan
tidak suka yang disembunyikan &
kebencian terhadap kepribadian
orang, tetapi tidak sampai jadi
pertentangan/ pertikaian.
172. c. Pertentangan (Conflict)
Pertentangan: bentuk interaksi individu/
kelompok yang berusaha mencapai
tujuannya dengan jalan menentang pihak
pihak lain disertai ancaman/kekerasan.
Bentuk2 pertentangan: pertentangan
pribadi, rasional (karena perbedaan ras),
pertentangan kelas sosial & pertentangan
politik.
173. Konflik merupakan interaksi sosial yg terwu-
jud dalam bentuk perebutan/perjuangan
antara dua orang/lebih terhadap sumber2
langka dlm bentuk obyek/nilai yg sangat
berharga yg tidak diatur oleh aturan2 yg
disepakati bersama. Ia bisa jadi mencakup
usaha2 utk menghancurkan/menetralisir
lawan2 seseorang. Coser mengemukakan
bahwa apabila perebutan atas sumber2
langka tidak diatur oleh aturan2 bersama
maka akan terjadi konflik.
174. Suatu kelompok kadang-kadang mempu-
nyai lebih banyak pengaruh sosial atau
politik serta lebih banyak menikmati
keuntungan-keuntungan ekonomis krn
mereka mrpk kelompok
dominan, sementara yang lainnya
merasa keberatan atas situasi sosial
yang demikian. Akibatnya, bentrokan
antar klpk etnis, agama, ras dan kategori
sosial lainnya di berbagai tempat dan
daerah di dunia ini meningkat.
175. E. Stratifikasi Sosial dalam
Kehidupan Masyarakat
• Stratifikasi sosial: penempatan seseorg pada
posisi sosial tertentu, tinggi/rendah, superior
atau inferior yg biasanya akan terlihat ketika
mereka saling berhubungan satu sama lain.
• Stratifikasi pada awalnya mrpk istilah geografi
yg menunjukkan adanya perbedaan di antara
lapisan2 tanah/karang. Analogi ini juga ber-
laku untuk masyarakat berdasarkan kriteria
tertentu.
176. Beberapa kriteria umum dalam penentuan
status dalam stratifikasi sosial, yaitu:
• Kekayaan dlm berbagai bentuk yg diketahui
oleh masyarakat yg diukur dalam kuantitas
atau dinyatakan secara kualitatif.
• Daya guna fungsional seseorg dlm pekerjaan
• Keturunan yg menunjukkan reputasi keluarga
• Agama yang menunjukkan tingkat kesalehan
• Ciri-ciri biologis, termasuk umur dan jenis
kelamin.
177. Dimensi Stratifikasi Sosial (Max Weber)
a. Dimensi kekayaan: membentuk formasi
sosial yang disebut kelas.
b. Dimensi kekuasaan: membentuk partai.
c. Dimensi prestise: membentuk status.
178. Sesuatu disebut kelas, bila:
• Sejumlah orang sama2 punya suatu
komponen tertentu yang merupakan
sumber dalam kesempatan hidup mereka.
• Komponen itu secara eklusif tercermin
dalam kepentingan ekonomi berupa
pemilikan benda2 & kesempatan untuk
memperoleh pendapatan.
• Hal itu terlihat dalam kondisi komoditas/
pasar tenaga kerja.
179. • Ketiga kondisi itu disebut situasi kelas
• Bila sekelompok org berada pada situasi yg
sama dinamakan kelas.
• Kelas bukanlah komunitas, ia hanya
merupakan dasar bagi tindakan komunal
• Dalam prakteknya situasi kelas ditentukan
oleh situasi pasar
180. • Jika kelompok kelas mengejar kepentingan
ekonomi dalam transaksi pasar,
• Pembahasan partai berkaitan dengan
pencapaian kekuasaan sosial, tidak dengan
gaya hidup karena relevansinya kurang.
181. • Berbeda dengan kelas, kelompok status
merupakan komunitas.
• Bila kelompok kelas ditentukan situasi
kelas, maka kelompok status ditentukan
oleh situasi status.
• Situasi status: komponen tipikal dari
kehidupan/nasib manusia yg ditentukan
oleh penilaian sosial (positif/negatif) atau
yg khusus terhadap kehormatan (honor).
• Kelompok kelas tidak selalu berkaitan
dengan status.
182. • Pada setiap status, kehormatan status
dapat dicerminkan dari gaya hidup.
• Menurut Melvin Tumin, gaya hidup &
peluang hidup merupakan konsekuensi
dari stratifikasi sosial.
• Istilah gaya hidup merujuk pada perbeda-
an karakteristik dari sekelompok status.
• Peluang hidup ditandai oleh perbedaan
kelas ekonomi yg ditandai oleh peranan
individu dalam produksi.
183. • Gaya hidup disebut juga subkultur, yaitu
strata gaya hidup yg berbeda dari yang
lainnya dalam kerangka budaya pada
umumnya.
• Gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh
nilai & norma yg berada disekelilingnya
terutama pada masyarakat yang masih
ketat norma2nya.
• Melvin Tumin: gaya hidup yg sama belum
tentu menggambarkan sosioekonomi yg
sama, demikian sebaliknya.
184. 1. Dengan mempertanyakan gaya hidup dari
mereka yg memiliki posisi sosioekonomi yg
sama atau,
2. Ciri2 sosioekonomi yg bagaimana dari
mereka yg memiliki gaya hidup yg sama.
Tumin mengajukan 2 pendekatan yg berbeda:
185. Studi gaya hidup dapat digunakan:
• Indikator untuk menentukan dimana
tingkat seseorang berada.
• Sebagai penghargaan atas konsekuensi
dari adanya ketidaksamaan dengan yang
lain.
• Sebagai teknik untuk menetapkan
keabsahan tingkat kehormatan seseorang
yg berada pada level/status baru.
186. Pengelompokan dimensi gaya hidup
(Nas & Sande)
• Dimensi Morfologis; merujuk pada lingkungan
& aspek geografis.
• Hubungan Sosial & Jaringan Kerja;(dibagi 3):
(1). Penghapusan keterikatan atas lingkung-
an, etnis, suku & keeratan di berbagai
bidang,
(2). Segregasi=menekankan pada berbagai
kegiatan tanpa ikatan yg akrab,
(3). Isolasi: tanpa ada ikatan mendalam pada
bidang apapun.
187. 3. Penekanan pada bidang kehidupan
(domain); yang menjadi prioritasnya.
4. Makna gaya hidup; terhadap bidang2
kehidupan.
5. Dimensi simbolik; simbol2 yang digunakan
dalam hidupnya.
188. Keberhasilan peniruan gaya hidup
tergantung pada:
• Kemampuan orang yang meniru.
• Penerimaan kelompok luar yang dijadikan
acuan.
• Dalam posisi individu sudah keluar dari
suatu kelompok & belum diterima sebagai
anggota kelompok yang diacu, maka ia
berada pada posisi pinggiran/marginal
man.
189. Ada 2 kemungkinan yg bisa dilakukan:
1. Apabila ia dapat mengafiliasikan dirinya
dengan kelompok acuan dengan baik, ia
akan berhasil.
2. Bila kemungkinan di atas tidak terjadi
(kurang mampu/struktur kelompoknya
ketat), maka ia akan kehilangan akar
sosialnya.
190. BAB V
MANUSIA, NILAI,
MORAL DAN HUKUM
A. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan
1. Nilai dan Moral sebagai Materi Pendidikan
Salah satu bidang filsafat yang berhubungan
dengan cara manusia mencari hakikat
sesuatu adalah aksiologi.
191. Aksiologi: bidang filsafat nilai yang mencari
hakikat sesuatu yang memiliki 2 kajian utama:
a. Estetika: berhubungan dengan
keindahan
b. Etika: kajian baik/buruk, benar salah.
192. • Bidang filsafat di atas baru muncul abad
ke-19 meskipun dapat ditelusuri ke masa
Plato.
• Tapi karena manusia selalu berhubungan
dengan persoalan baik/buruk, maka
pembicaraan estetika/etika melangkah
jauh ke depan untuk mengkaji persoalan
nilai & moral sebagaimana mestinya.
193. • Persoalan estetika begitu komplek karena
selera orang berbeda2, seperti: warna &
bentuk.
• Akan tetapi lebih mudah menemukan
standar etika, seperti:
keadilan, kejujuran, keikhlasan dsb.
194. • Meskipun demikian, ada alat ukur yang
sama pada manusia, yaitu akal.
• Akal mempertimbangkan apa yang dipilih,
mengapa memilih dan resiko akibat
pilihannya.
195. 3 makna etika (Bertens):
• Etika berarti nilai dan norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
• Etika berarti kumpulan asas/nilai
moral, yang dimaksud disini adalah kode
etik.
• Etika berarti ilmu tentang baik & buruk =
filsafat moral.
196. • Etika (Yunani) ethos & ethikos:
kesusilaan, perasaan batin,
kecendrungan utk melakukan suatu
perbuatan.
• Perkataan lain=kesusilaan: Moral(Latin)
mores-mos: kesusilaan, tabiat atau
kelakuan = ajaran kesusilaan
197. Ciri-Ciri Nilai Moral:
1. Nilai moral berkaitan dgn pribadi yg
bertanggung jawab, krn nilai moral
mengakibatkan bahwa seseorg bersalah
atau tidak bersalah.
2. Nilai moral berkaitan dengan hati nurani.
3. Nilai moral mewajibkan.
4. Nilai moral bersifat formal, artinya tdk ada
nilai moral yg murni terlepas dari nilai2 lain.
198. Dalam pendidikan, tiap orang
punya orientasi serta strategi
yang berbeda dalam
pengembangan pendidikan
nilainya.
199. 2. Nilai moral diantara pandangan
objektif dan subjektif manusia
• Nilai berhubungan dengan sikap seseorang
sebagai warga masyarakat, suatu
bangsa, pemeluk agama dan sebagai
warga dunia.
• Manusia memaknai nilai dalam 2 konteks:
a. sesuatu yang objektif: nilai telah ada
dengan sendirinya, tanpa hadirnya
subjek yang menilainya.
b. sesuatu yang subjektif: nilai sangat
tergantung pada subjek yang menilai.
200. 2 kategori nilai objektif/nilai subjektif
1. Apakah objek itu memiliki nilai karena kita
mendambakannya/kita mendambakannya
karena objek itu memiliki nilai?
2. Apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang
memberikan nilai pada objek, atau kita me-
ngalami preferensi karena kenyataan bah-
wa objek tersebut memiliki nilai mendahului
dan asing bagi reaksi psikologis badan
organis kita (Frondizi).
201. Apakah nilai itu objektif/subjektif :
1. Apakah kecendrungan, selera, kehendak
akan menentukan nilai suatu objek?
2. Apakah suatu objek tadi
diperhatikan, diinginkan karena memang
memiliki nilai? (Lasyo).
202. • Dua pemikiran (subjektif/objektif) di atas
berdampak pada berbagai situasi di mana
manusia hidup & mempersepsi
kehidupannya.
• Ini juga berkaitan erat dengan pendidikan
tatkala dihubungkan dengan isi nilai yang
harus diajarkan, al: nilai agama=mutlak).
203. 3. Nilai di antara Kualitas Primer dan
Kualitas Sekunder (Frondizi)
1. Kualitas primer: kualitas dasar yang tanpa
itu objek tidak dapat menjadi ada, seperti:
berat batu sudah ada sebelum batu itu di
pahat (patung).
Kualitas primer ini merupakan bagian dari
eksistensi objek, objek tidak ada tanpa
adanya kualitas primer.
204. 2. Kualitas sekunder: kualitas yang dapat
ditangkap oleh pancaindera seperti:
warna, rasa, bau, dsb.
Kualitas ini terpengaruh oleh tingkat subj-
ektifitas seperti halnya kualitas primer,
kualitas sekunder juga merupakan bagian
dari eksistensi atau realitas objek.
205. • Persamaannya: bersatunya kualitas
primer dan kulitas sekunder tersebut
pada objek.
• Perbedaannya terletak pada keniscayaannya:
- Kualitas primer harus/pasti ada.
- Kualitas sekunder tergantung pada subjek
penilai.
Contoh: eksistensi gunung itu ada, tapi apa
warnanya hijau, biru tergantung manusia
yang menilai.
206. • Selanjutnya Frondisi: nilai bukan benda/
unsur benda, melainkan sifat, kualitas,
yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan
“baik”.
• Menurut Husserl: nilai itu milik semua
objek, nilai tidaklah independen yakni tidak
memiliki kesubstantifan.
207. Dengan demikian:
• Nilai hanyalah merupakan
“kemungkinan”, sebelum ada objek yang
ditempati.
• Nilai tidak memiliki eksistensi yang
riil, karena nilai merupakan sifat & kualitas.
• Oleh karena itu nilai bersifat parasitis.
• Jadi nilai bukan kualitas primer maupun
bukan kualitas sekunder.
• Kualitas nilai adalah nilai.
208. 4. Metode Menemukan & Hierarki
Nilai dalam Pendidikan
• Nilai berhubungan erat dengan kegiatan
manusia, yaitu menimbang.
• Menimbang: kegiatan manusia menghu-
bungkan sesuatu dengan sesuatu, lalu
diambil keputusan, spt:
berguna/tidak, baik/buruk dsb.
• Penilaian dihubungkan dengan unsur2
yang ada pada manusia, seperti
jasmani, cipta, karsa, rasa & keyakinan
209. Sesuatu dipandang bernilai, karena:
• Sesuatu itu berguna disebut nilai kegunaan.
• Benar dipandang bernilai disebut nilai
kebenaran.
• Indah dipandang bernilai disebut nilai
keindahan (estetis).
• Bila dipandang baik disebut nilai moral (etis).
• Relegius dipandang bernilai disebut nilai
keagamaan.
210. Polaritas dan hierarki nilai:
• Nilai menampilkan diri dalam aspek positif
dan negatif yang sesuai (polaritas) seperti:
baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
• Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu
hierarki urutan pentingnya, seperti: nilai
religius lebih penting dari nilai keindahan.
211. 6 klasifikasi nilai (Nicholas Rescher)
yang didasarkan atas:
1. Pengakuan, yaitu pengakuan subjek tentang
yang harus dimiliki
seseorang/kelompok, miss: nilai
profesi, kesukuan/kebangsaan.
2. Objek yang dipermasalahkan, yaitu cara
mengevaluasi sesuatu objek dengan ber-
pedoman pada sifat tertentu objek yang di
nilai, seperti: manusia dinilai dari kecerdas-
annya, bangsa dinilai dari keadilan
hukumnya.
212. 3. Keuntungan yang diperoleh, yaitu menurut
keinginan, kebutuhan, kepentingan/minat
seseorang yang diwujudkan dalam
kenyataan. Contoh: kategori nilai
ekonomi, keuntungan yang diperoleh
berupa produksi, nilai moral – kejujuran.
4. Tujuan yang akan dicapai, yaitu berdasar-
kan tipe tujuan tertentu sebagai reaksi
keadaan yang dinilai. Contoh: nilai
akreditasi pendidikan.
213. 5. Hubungan antara pengemban nilai
dengan keuntungan:
a. Nilai dengan orientasi pada diri sendiri
(nilai egosentris) yaitu dapat memperoleh
keberhasilan dan ketentraman.
b. Nilai dengan orientasi pada orang lain,
yaitu orientasi kelompok:
- nilai yang berorientasi pada keluarga –
hasilnya kebanggaan keluarga.
- nilai yang berorientasi pada profesi –
hasilnya nama baik profesi.
214. - Nilai yang berorientasi pada bangsa –
hasilnya patriotisme.
- nilai yang berorientasi pada masyarakat
– hasilnya keadilan sosial.
- nilai yang berorientasi pada
kemanusiaan, yaitu nilai universal.
6. Hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri
dengan hal lain yang lebih baik, dimana
nilai tertentu secara hierarkis lebih kecil
dari nilai lainnya.
215. Nilai dipandang penting oleh setiap orang, namun
tingkat kepentingannya tersebut tidaklah sama.
Hierarki nilai menurut Max Scheller:
1. Nilai kenikmatan: nilai yang mengenakkan/
tidak, berkaitan dengan indera manusia.
2. Nilai kehidupan: nilai yang penting bagi
kehidupan.
3. Nilai kejiwaan: nilai yang tergantung pada
keadaan jasmani maupun lingkungan.
4. Nilai kerohanian: moralitas nilai dari yang
suci dan tidak suci.
216. Hierarki nilai (Notonagoro):
1. Nilai material: segala sesuatu yang
berguna bgi unsur jasmani manusia.
2. Nilai vital: segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian: segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia.
217. Nilai kerohanian dibedakan atas:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada
akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2. Nilai keindahan/estetis, bersumber pada
unsur perasaan/rasa manusia.
3. Nilai kebaikan/moral, bersumber pada
unsur kehendak/karsa manusia.
4. Nilai religius, merupakan nilai kerohanian
tertinggi & mutlak yang bersumber pada
kepercayaan/keyakinan manusia.
218. Hierari nilai (dekade P4) - Kaelan:
1. Nilai dasar/dasar ontologis:
hakikat, esensi, inti sari atau makna yang
terdalam dari nilai2 tersebut yang bersifat
universal karena me-nyangkut hakikat
kenyataan objektif segala sesuatu, miss:
hakikat Tuhan, manusia dsb.
2. Nilai instrumental: merupakan suatu pedo-
man yang dapat diukur/diarahkan, suatu
eksplitasi dari nilai dasar, miss: norma moral
dalam kehidupan sehari2, kebijakan/strategi
dalam kehiduan negara.
219. 3. Nilai praksis: merupakan penjabaran lebih
lanjut dari nilai instrumental dalam kehidup-
an nyata.
Sementara itu ada yang membedakan nilai
intstrinsi dan ekstrinsik, nilai objektif dan
subjektif (dua2nya bukan hierarki tapi
klasifikasi).
220. Kesimpulan:
• Nilai yang tertinggi selalu berujung pada
nilai yang terdalam dan terabstrak bagi
manusia.
• Pendidikan pada hakikatnya merupakan
upaya membimbing peserta didik meyakini
nilai yang paling hakiki, terdalam & paling
dasar.
• Kebenaran nilai moral itu sangat relatif
221. 5. Pengertian Nilai
Nilai itu penting dan selalu berhubungan
dengan manusia. Berikut beberapa definisi:
1). Cheng: nilai merupakan sesuatu yang
potensial, dalam arti terdapat hubungan
yang harmonis dan kreatif, sedangkan
kualitas merupakan atribut atau sifat
yang seharusnya dimiliki.
222. 2). Dictiobary of Sociology: nilai adalah ke-
mampuan yang diyakini terdapat pada
suatu objek untuk memuaskan hasrat
manusia, yaitu kualitas objek yg menye-
babkan tertariknya individu/kelompok.
3). Frankena: nilai dan filsafat dipakai untuk
menunjukkan kata bendaabstrak yg
artinya “keberhagaan/kebaikan” dan kata
kerja yg artinya suatu tindakan kejiwaan
tertentu dalam menilai/melakukan
penilaian.
223. 4). Lasyo: nilai bagi manusia merupakan
landasan/motivasi dalam segala tingkah
laku/perbuatannya.
5). Arthur W.Comb: nilai adalah kepercaya-
an2 yang digeneralisir yang berfungsi se-
bagai garis pembimbing untuk menyelek-
si tujuan serta perilaku yang akan dipilih
untuk dicapai.
6). Jack R.Fraenkel: nilai adalah gagasan-
konsep tentang sesuatu yang dipandang
pentingoleh seseorang dalam hidup.
224. 7). Charles R.Knikker: nilai adalah sekelom-
pok sikap yang menggerakkan perbuatan/
keputusan yang dengan sengaja menolak
perbuatan.
8). Dardji Darmodiharjo: nilai adalah yang ber-
guna bagi kehidupan manusia jasmani
dan rohani.
9). Encyclopedia Britanica: nilai adalah
kualitas objek yang menyangkut jenis
apresiasi/minat.
225. Kesimpulan: …B/6
1. Ada yang melihat nilai sebagai kondisi
psikologis.
2. Ada yang memandangnya sebagai objek
ideal.
3. Ada juga yang mengklasifikasikan mirip
dengan status benda.
226. Upaya mereduksi nilai - kondisi psikologis
terjadi bila dihubungkan dengan hal2:
1. Sesuatu yang menyenangkan/kenikmatan.
2. Identik dengan yang diinginkan.
3. Merupakan sasaran perhatian.
hal ini bisa dilihat dari definisi
Cheng, Frankena, Arthur W.Comb, Charles
Knikker.
227. Beda nilai dengan objek ideal:
1. Objek ideal itu bersifat ideal, sedangkan
nilai itu tidak riil.
2. Keindahan adalah nilai, sedangkan ide
tentang keindahan ditangkap melalui
intelektual.
3. Keindahan ditangkap melalui emosi, ide
tentang keindahan ditangkap melalui
intelektual.
4. Menurut Lotze nilai itu tidak ada, objek ideal
itu ada.
228. Pereduksian nilai dengan status
benda disebabkan:
1. Kekacauan dimulai dengan kenyataan
bahwa nilai tidak ada dalam dirinya
sendiri tapi tergantung penopangnya.
2. Kebutuhan adanya penopang bagi nilai
menjadikan nilai sebagai eksistensi yang
“parasitis”.
Akibatnya nilai bagaikan kualitas
objek/status objek bahkan benda.
229. 6. Makna Nilai bagi Manusia
• Sudut pandang tentang nilai yang berbeda
(sudut psikologis, objek ideal/status benda)
sehingga menghasilkan kesimpulan yang
berbeda/bervariasi.
• Sebenarnya nilai itu dapat dan harus me-
nyentuh seluruhnya.
230. Kesimpulan dari pendapat di atas:
1. Nilai itu penting bagi manusia
2. Yang penting dalam pendidikan: keyakinan
individu pada nilai harus menyentuh sampai
hirarki nilai tertinggi krn:
a. nilai tertinggi menghasilkan kepuasan yang
lebih mendalam.
b. kepuasan jangan dikacaukan dengan
kenikmatan.
c. semakin kurang kerelatifan nilai, semakin
tinggi keberadaannya, nilai tertinggi dari
semua nilai adalah nilai mutlak.
231. B. Problematika Pembinaan Nilai Moral
• Persoalan merosotnya integritas intensitas dalam
keluarga, serta terputusnya komunikasi yang
harmonis antara orang tua dengan anak, meng-
akibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam
pembinaan nilai moral anak.
• Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk
memperjelas nilai yang harus dipegang bahkan
sebaliknya menambah kebingungan nilai bagi
anak.
• Dalam hal ini institusi pendidikan perlu menfasili-
tasi peserta didik untuk mengklarifikasi nilai.
232. 2. Pengaruh teman sebaya terhadap
pembinaan nilai moral
• Pengaruh pertemanan dapat berdampak
positif dan negatif bagi anak.
• Perbedaan sudut pandang keluarga dan
temannya jadi masalah tersendiri bagi anak.
• Upaya pendidikan, adalah membimbing anak
keluar dari kebingungan nilai serta menemu-
kan nilai hakiki yang harus jadi pegangan.
233. 3. Pengaruh figur otoritas terhadap
perkembangan nilai moral individu.
• Setiap figur otoritas, masing2 menawarkan
nilai yang berbeda, menambah bingungnya
nilai bagi anak, seperti: AS dengan HAM,
demokrasi melalui pengrusakan dsb.
• Untuk itu lembaga pendidikan perlu meng-
upayakan agar peserta didik mampu mene-
mukan nilai dirinya tanpa harus bertentang-
an dengan nilai2 yang hidup & berkembang
di masyarakat.
234. 4. Pengaruh media komunikasi
terhadap perkembangan nilai moral
• Anak akan memungut sejumlah nilai dari
media baik positif termasuk pengaruh
negatifnya.
• Dalam kondisi kurangnya kesempatan
besama keluarga, akan muncul kebingungan
anak dalam menentukan mana yang baik/
buruk, benar/salah.
• Disinilah peran institusi pendidikan, melaku-
kan klarifikasi nilai.
235. 5. Pengaruh otak/berpikir terhadap
perkembangan nilai moral
• Dalam konteks pendidikan, berpikir dimak-
nai sebagai proses yang berhubungan de-
ngan penyelidikan & pembuatan keputusan.
• Dimanapun keputusan diambil, pertimbang-
an nilai pasti terlibat & dimanapun penyeli-
dikan berlangsung akan selalu melibatkan
tujuan.
• Beberapa tujuan mungkin menunjukkan
indikator nilai.
236. 6. Pengaruh informasi terhdap
perkembangan nilai moral
Informasi yang dihasilkan (yang dapat me-
ngubah keyakinan, sikap & nilai) sangat
tergantung pada faktor2 sbb:
a. Bagaimana informasi itu diperkenalkan
(input).
b. Kredibilitas si pembawa informasi.
c. Dalam kondisi bagaimana informasi itu
disampaikan atau diterima.
237. d. Sejauhmana tingkat dan sifat konflik yang
terjadi dengan keyakinan yang telah ada.
e. Level penerimaan individu yaitu motivasi
individu untuk berubah.
f. Level kesiapan individu untuk menerima
informasi baru serta mengubah tingkah
lakunya.
238. ISBD sebagai sebuah studi memfasilitasi
agar konflik nilai, moral & lemahnya supre-
masi hukum dapat dikritisi, dianalisis & dicari
solusinya sehingga kebingungan nilai, tidak
jelasnya rujukan & orientasi moral akan
dapat dikurangi.
239. C. Manusia dan Hukum
• Hukum merupakan tuntunan sehingga
tercipta keteraturan (ketertiban) hubungan
individu dengan individu lain di sekitarnya.
• Jadi manusia – masyarakat – hukum tidak
dapat dipisahkan.
• Hukum yang baik merupakan pencermin-
an dari nilai yang ada dalam masyarakat.
240. D. Hubungan Hukum dan Moral
• Terdapat hubungan yg erat antara keduanya.
• Artinya hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai
moralitas, sebaliknya moral juga membutuh-
kan hukum (diundangkan/dilembagakan
dalam masyarakat), meskipun tidak semua-
nya diwujudkan dalam bentuk hukum.
• Kualitas moral terletak pada bobot moral
yang menjiwainya.
241. Perbedaannya:
1. Hukum lebih dikodifikasikan drpd moralitas.
2. Hukum membatasi diri pada tingkah laku
lahiriah, moral menyangkut sikap batin
seseorang.
3. Sangsi hukum (dari luar & dipaksakan) dan
moral (dari dalam=hati nurani) berbeda.
4. Hukum didasarkan kehendak masyarakat
yg akhirnya jadi kehendak negara, moral
didasarkan norma2 moral (oleh: K. Bertens).
242. Menurut Gunawan Setiardja:
1. Hukum memiliki dasar yuridis, moral
dasarnya hukum alam.
2. Hukum bersifat heteronom (dari luar diri
manusia), moral bersifat otonom (dari diri
sendiri).
3. Hukum secara lahiriah dapat dipaksakan,
moral secara lahiriah terutama batiniah
tidak dapat dipaksakan.
243. 4. Sangsi hukum bersifat yuridis
(lahiriah), moral berbentuk sangsi kodrati
(batiniah) = menyesal, malu dsb.
5. Hukum mengatur kehidupan manusia
dalam negara, moral mengatur kehidupan
manusia sebagai manusia.
6. Hukum tergantung waktu dan
tempat, moral secara objektif tidak
tergantung waktu dan tempat.
244. BAB VI
Manusia, Keragaman & Kesederajatan
A. Makna Keragaman dan Kesederajatan
1. Makna Keragaman
Keragaman: suatu kondisi dalam masya-
rakat dimana terdapat perbedaan2 dalam
berbagai bidang, terutama suku bangsa
& ras, agama & keyakinan, ideologi, adat
kesopanan serta situasi ekonomi.
245.
246. 2. Makna Kesederajatan
• Kesederajatan adalah suatu kondisi
dimana dalam perbedaan & keragaman
yang ada manusia tetap memiliki satu
kedudukan yang sama dan satu tingkatan
hierarki.
247. B. Unsur2 Keragaman dalam Masyarakat:
1. Suku bangsa dan ras (dari Aceh – Papua)
2. Agama dan keyakinan (5 agama)
3. Ideologi dan politik (Pancasila & parpol)
4. Tata krama (adat & kesopanan)
5. Kesenjangan ekonomi
6. Kesenjangan sosial (masyarakat majemuk:
etnis, geografis, kultural, religius).
248. C. Pengaruh Keragaman terhadap Kehidupan
Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan
Kehidupan Global
• Negara Indonesia berdiri dilatarbelakangi
oleh masyarakat majemuk (etnis, geogra-
fis, kultural & religius)-memerlukan kebu-
dayaan nasional sbg pedoman kehidupan
berbangsa & bernegara.
• Perbedaan itu juga dapat menimbulkan
ketegangan yang disebabkan sifat dasar
masyarakat.
249. Sifat dasar masyarakat majemuk (Van
de Berghe):
1. Terjadi segmentasi/pembagian ke dalam
kelompok2 yang sering kali memiliki
kebudayaan yg berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yg terbagi2 ke dalam
lembaga2 yang bersifat non-komplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus tentang
nilai sosial yang bersifat dasar.
250. 4. Relatif sering terjadi konflik antar
kelompok.
5. Secara relatif Integrasi sosial tumbuh di
atas paksaan & saling ketergantungan
ekonomi.
6. Ada dominasi politik oleh suatu kelompok
terhadap kelompok lain.
251. Beberapa masalah yg menggoyahkan
persatuan dan kesatuan bangsa:
1. Disharmonisasi: tidak adanya penyesuaian
atas keragaman antar manusia.
2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau
kelompok tertentu.
3. Ekslusivisme, rasialis bersumber dari
superior diri.
252. Faktor penyebab diskriminasi:
1. Persaingan yg semakin ketat dalam
berbagai bidang kehidupan, terutama
ekonomi.
2. Tekanan & intimidasi, biasanya dari
kelompok yang dominan.
3. Ketidakberdayaan kelompok miskin
sehingga terus terpuruk jadi korban
diskriminasi.
253. Faktor penyebab disintegrasi bangsa:
1. Kegagalan kepemimpinan.
2. Krisis ekonomi yang berlangsung lama
(amat signifikan sbg awal krisis lain).
3. Krisis politik (perpecahan elit politik)
4. Krisis sosial yg dimulai dari disharmoni &
bermuara pada konflik (suku, agama, ras).
5. Demoralisasi tentara dan polisi.
6. Intervensi asing.
254. Teori penyebab konflik:
1. Teori hubungan masyarakat
Konflik yg sering muncul di masyarakat
karena polarisasi yg terus
terjadi, ketidakpercayaan & permusuhan
antar kelompok, perbedaan bisa
dilatarbelakangi SARA bahkan ideologi
politiknya.
255. 2. Teori identitas
Konflik disebabkan identitas yg terancam
yg berakar pada hilangnya sesuatu atau
penderitaan masa lalu yang tidak
terselesaikan.
3. Teori kesalahpahaman antarbudaya:
ketidakcocokan dalam cara2 berkomuni-
kasi antar budaya yg berbeda.
256. 4. Teori transformasi: konflik terjadi
karena ketidaksetaraan &
ketidakadilan yg muncul sebagai
masalah sosial budaya & ekonomi.
257. Solusi dari berbagai masalah
di atas adalah: Bhinneka
Tunggal Ika yang diwujudkan
melalui integrasi nasional
atau integrasi kebudayaan.
258.
259. Faktor pendorong perubahan sosial:
1. Faktor yang berada dari luar
masyarakat.
2. Perubahan yang terjadi karena
pengaruh dari dalam.
260. Faktor yg berasal dari luar masyarakat:
1. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yg timbul
bila suatu kelompok manusia dgn suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
yg lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menye-
babkan hilangnya kepribadian kebudaya-
an itu sendiri.
261. 2. Difusi adalah penyebaran unsur2 kebu-
dayaan dari satu tempat ke tempat lain di
muka bumi yang dibawa oleh kelompok2
manusia yang bermigrasi.
3. Penetrasi:
Penetrasi Violent: masuknya unsur2 kebu-
dayaan asing secara paksa, spt: Spanyol
& Portugis ke Amerika Latin sehingga
kebudayaan Maya & Inka musnah.
Penetrasi Pasifique: masuknya unsur
kebudayaan asing tanpa sengaja &
paksaan, spt: masuknya agama Hindu,
Budha & Islam ke Indonesia.
262. 4. Invansi: masuknya unsur2 kebudayaan asing ke
dalam kebudayaan setempat dengan
penakhlukan – penjajahan.
5. Asimilasi: proses sosial yg timbul bila ada
- Golongan2 manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda
- Saling bergaul langsung secara intensif untuk
waktu yang lama, sehingga
- Kebudayaan golongan2 tadi masing2 ber-
ubah sifatnya yang khas dan juga unsurnya
masing2 berubah wujudnya menjadi unsur2
kebudayaan campuran.
263. 6. Hibridisasi: perubahan kebudayaan yg
disebabkan perkawinan campuran.
7. Milenarisasi: salah satu bentuk gerakan
kebangkitan yg berusaha mengangkat
golongan masyarakat bawah yg tertindas
& telah lama menderita dalam kedudukan
sosial yg rendah dan memiliki ideologi
subkultural yang baru.
264. Perubahan yg terjadi karena
pengaruh dari dalam:
1. Sistem pendidikan yg maju:
- Inovasi: pembaruan kebudayaan yang
khusus mengenai unsur teknologi dan
ekonomi.
- Discovery: suatu penemuan dari suatu
unsur kebudayaan yang baru, baik berupa
suatu alat, suatu ide baru, yang diciptakan
oleh seorang individu, atau suatu rang-
kaian dari beberapa individu dalam
masyarakat yang bersangkutan.
265. - Invention. Discovery baru menjadi invention
apabila masyarakat sudah mengakui, menerima
dan menerapkan penemuan baru itu.
- Enkulturasi/pembudayaan. Dalam proses ini
seorang individu mempelajari & menyesuaikan
alam pikiran serta sikapnya dgn adat, sistem
norma & berbagai peraturan yg hidup dalam
kebudayaannya, dimulai dari lingkungan
keluarga, teman sebaya dan masyarakatnya
266. 2. Menghargai hasil karya orang lain.
3. Adanya keterbukaan di dalam
masyarakat
4. Adanya toleransi terhadap perbuatan2
yg menyimpang.
5. Penduduk yang heterogen.
267. BAB VII
MANUSIA, SAINS,
TEKNOLOGI DAN SENI
A. Pengertian
1. Sains/Ilmu: cara mencari tahu tentang
alam semesta secara sistematis
melalui proses penemuan, bukan
hanya kumpulan pengetahuan berupa
fakta, konsep dan prinsip2.
268. 2. Teknologi:
- sarana/aktivitas yg dengannya manusia
berusaha mengubah atau menangani
lingkungannya.
- segenap keterampilan manusia menggu-
nakan sumber2 daya alam untuk meme-
cahkan masalah2 yg dihadapi dalam
kehidupan.
- suatu sistem penggunaan berbagai
sarana yg tersedia untuk mencapai
tujuan2 praktis yg ditentukan.
269. a. Teknologi Modern, ciri2nya:
• Padat modal.
• Mekanis elektris.
• Menggunakan bahan impor.
• Berdasarkan penelitian mutakhir, dll.
270. b. Teknologi Madya, ciri2nya:
• Padat karya.
• Dapat dikerjakan oleh keterampilan
setempat.
• Menggunakan alat setempat.
• Berdasarkan alat penelitian.
271. c. Teknologi Tradisional, ciri2nya:
• Bersifat padat karya.
• Menggunakan keterampilan setempat.
• Menggunakan alat setempat.
• Menggunakan bahan setempat.
• Berdasarkan kebiasaan atau pengamatan.
272. 3. Seni
• Seni: keahlian dalam membuat karya yg
bermutu (kehalusan, keindahan dsb).
• Konsep pendidikan yg memerlukan ilmu &
seni: proses/upaya sadar manusia mem-
bimbing dengan sesama secara beradap.
Karena itu budi bahasapun adalah suatu
seni.
273. B. Makna Sains, Teknologi dan Seni
Bagi Manusia
1. Perkembangan teknologi: dapat menda-
tangkan kemakmuran bagi manusia.
Cabangnya: teknologi
modern, hutan, gedung, transportasi dll.
Hasilnya:
- Penggunaan teknologi nuklir (untuk
sinar rontgen, memperbaiki bibit,
mendapatkan energi tinggi).
- Penggunaan teknologi hutan
274. • Sudah sifat manusia tidak pernah
puas, akan berusaha mendapatkan
kemudahan, miss: dengan teknik modern.
• Hal ini karena teknologi memungkinkan:
- tersedianya sarana & prasarana
penunjang kegiatan ilmiah.
- meningkatnya kemakmuran materi &
kesehatan masyarakatnya.
275. 2. IPTEK dan Nilai
• Perkembangan IPTEK sangat cepat.
Untuk itu masyarakat Indonesia harus
memiliki kemampuan beradaptasi &
memanfaatkannya.
• Selain itu sikap mental & nilai hidup
harus mengarah terhadap nilai tersebut.
• Teknologi dapat membawa bencana
sekaligus dapat meningkatkan kesejah-
teraan hidupnya.
276. Dua komponen utama teknologi:
• Hardware aspect: peralatan yg
memberikan bentuk pola teknologi
sebagai objek material.
• Software aspect: sumber informasi yg
memberikan penjelasan mengenai hal2
peralatan fisik/material tersebut.
277. C. Manusia sebagai Subjek dan
Objek IPTEK
Berkat kemajuan IPTEK manusia dapat
menciptakan alat2 perlengkapan yg
canggih yg memungkinkan manusia
melakukan kegiatan lebih efektif & efesien
dalam berbagai bidang, spt: bidang
pertanian, peternakan, perikanan, bidang
kedokteran & kesehatan, bidang
telekomunikasi, bidang hankam
278. D. Dampak Penyalahgunaan IPTEK
bagi Kehidupan
1. Nuklir. Efek yg ditimbulkannya (bom
nuklir) merusak sel tubuh seperti kanker.
2. Polusi. Polutan dapat merusak lingkung-
an melalui berbagai aktivitas manusia
spt: kegiatan
industri, pertambangan, pertanian, transp
ortasi.
3. Pencemaran sosial budaya.
279. Suatu zat dikatakan polutan, bila:
• Kadarnya melebihi batas normal.
• Berada pada tempat yang tidak
semestinya.
• Berada pada waktu yang tidak tepat