Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas hubungan antara kata dan gambar dalam buku berilustrasi, termasuk metafora yang digunakan untuk menjelaskan hubungan tersebut dan tipologi lima jenis buku berilustrasi berdasarkan dominasi kata atau gambar. Dokumen tersebut juga membahas implikasi pentingnya membaca buku berilustrasi secara tidak linear bagi anak-anak.
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku Berilustrasi
1. Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku
Berilustrasi
Seminar Nasional Sastra Anak:Apa Kata Perempuan Peneliti Sastra Anak
Perpustakaan Nasional, Jakarta
21-22 April 2018
Tati D.Wardi, PhD
(tati.wardi@uinjkt.ac.id)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, UIN Jakarta
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Jakarta
2. Latar Belakang
• Di dunia pendidikan, tempat istimewa buku
berilustrasi pada genre sastra anak dapat dirunut
ke pemikir pendidikan Amerika John Dewey yang
menyerukan agar seni dan estetika menjadi bagi
integral dalam praktik pendidikan.
• Format buku berilustrasi terhitung unik karena
ketika dibaca buku berilustrasi memberikan
pembaca pengalaman sastrawi dan estetika visual.
Tak heran ada yang menyebut buku berilustrasi
sebagai barang seni unik (unique art object) yang
jika dibuat dengan kualitas tinggi, nilai estetika
yang ditawarkan melampaui sekedar sosok buku
yang memiliki gambar.
• Variasi penyebutan buku format ini di antaranya
adalah: picture book (terpisah), picturebook
(sambung), illustrated book.
3. Lingkup Diskusi
• Metafora hubungan antara Kata dan Gambar yang sering dipakai para ahli.
• Peran Kata dan Gambar dalam buku berilustrasi—peran apa yang masing-
masing lakukan?
• Tipologi buku berilustrasi (Nikolajeva dan Scott ) yang dianggap paling
komprehensif menyentuh semua spektrum buku berilustrasi.
• Implikasinya untuk orang tua dan praktisi pendidikan.
4. Metafora Hubungan Kata dan Gambar
• Adanya buku berilustrasi menunjukkan fakta
bahwa selain teks verbal, gambar yang memiliki
alur (sequence) punya peran penting dalam
penyampaian makna cerita.
• Buku berilustrasi yang baik adalah perpaduan
interaktif antara alur teks verbal (Kata) dan
Gambar. Kedua alur ini akan terasa tidak
lengkap tanpa keduanya saling menopang.
• Metafora dipinjam para ahli di antaranya dari
seni hingga sains.
• Musikal: Kata adalah ‘tune’ dalam musik,
sementara Gambar adalah ‘accompaniment’.
Juga ada yang bilang Kata dan Gambar dalam
buku berilustrasi adalah seperti penyanyi ‘duet’
yang melantunkan lagu bersama.
5. • Teatrikal: Istilah ‘double act’ digunakan untuk
menggambarkan aksi yang dilakukan oleh Kata dan
Gambar. Pertunjukan teater tanpa kehadiran salah
satunya akan tidak lengkap.
• Tekstil: Buku berilustrasi adalah jalinan rajutan
‘interweaving’ dari pada kata dan gambar.
• Sains: Istilah ‘interference’ dipakai untuk menjelaskan
bagaimana dua gelombang pola (yakni Kata dan
Gambar) berkombinasi untuk membentuk satu pola
baru yang lebih komplek. Metafora sains lain yang
dipakai adalah ‘plate tectonics’ dari pada kata dan
ilustrasi.
6. Bisa kita simpulkan bahwa Kata
dan Gambar adalah dua elemen
yang tidak sama, namun keduanya
sejajar dalam peran mereka
menghasilkan efek estetika secara
total bagi penikmat buku
berilustrasi.
7. Ekologi Kata dan Gambar
• Dengan kehadiran buku berilustrasi yang makin
kompleks para ahli menggunakan istilah-istilah yang
dapat menangkap tren tersebut.
• Istilah ‘ecology’ digunakan untuk menjelaskan
kesalingtergantungan (interdependence) Kata dan
Gambar. Ini adalah pengakuan terhadap kompleksitas
hubungan kata dan gambar termasuk unsur-unsur lain
terkandung dalam buku berilustrasi.
• Sebagai contoh, untuk teks verbal (Kata) faktor
keragaman ukuran kata dan jenis font yang digunakan
ternyata punya kontribusi. Sama halnya dengan gambar/
ilustrasi yang terdapat balon dialog di dalamnya yang
membuat batasan jelas antara kata dan gambar menjadi
tidak benderang.
8. Ekologi Kata dan Gambar
• Contoh paling konkrit dari pespektif ecology ini
terdapat pada buku ‘pop-up’ dan buku-buku yang
memberikan pengalaman kinestetik (sentuhan, suara,
cahaya).Yang kesemua elemen tersebut menyampaikan
makna dan fungsi dalam ecology hubungan saling
ketergantungan Kata dan Gambar di buku berilustrasi.
• Kesimpulan: Kata dan Gambar ternyata sama-sama
memiliki kekuatan dan peran unik dalam
menyampaikan cerita.
9. Mempertegas Peran Kata dan Gambar di buku
berilustrasi
• Para ahli mencoba menjelaskan pola dan
dinamisasi hubungan Kata dan Gambar dalam
buku berilustrasi.
• Nodelman dalam Words About Pictures (1988)
menjelaskan bahwa kata dan gambar dalam buku
berilustrasi tidak seperti cermin antara satu sama
lain, yang tidak bisa berfungsi jika kehilangan salah
satunya. Jika Kata dan alur Gambar dipisahkan,
pembaca akan tetap dapat menikmati alur cerita
dalam versi terpisah tersebut.Versi alur teks
verbal bisa dinikmati tanpa adanya gambar, dan
pembaca bisa mengikuti versi alur gambar—
bahkan memiliki kebebasan untuk memaknai alur
dari versi gambar tersebut.
10. • Menurut Nodelman hal ini akan berubah ketika dua alur tersebut disatukan
dalam satu buku berilustrasi. Di versi ini alur gambar tidak lagi memberikan
kebebasan, karena dengan hadirnya alur teks verbal maka secara dramatis telah
menspesifikasikan narasi dari gambar tersebut.
• Inti dari argumen Nodelman adalah alur gambar dalam buku berilustrasi
menawarkan keluasan interpretasi, namun teks verbal memberi efek terhadap
keluasan alur gambar tersebut.
11. Efek Kata Pada Gambar
• Nodelman meringkasnya dengan tiga efek
teks verbal terhadap alur gambar:
• 1) teks memberikan skema di kepala
pembaca dengan menginformasikan detail-
detail penting yang ditawarkan gambar.
Contohnya, ketika teks verbal menarasikan
emosi gestur dalam sebuah gambar;
• 2) teks verbal dapat menspesifikasikan
tentang hubungan sebab dan akibat,
yang mungkin akan terasa kabur ketika
dinarasikan dalam alur gambar;
• 3) teks verbal menuntun pembaca apa
yang penting (dan tidak penting) dari
sebuah alur gambar.
12. • Di buku berilustrasi, gambar menjadikan kata (teks verbal) lebih spesifik dan
konkrit. Kata membatasi Gambar, dan Gambar juga membatasi Kata.
• Kata dan Gambar punya kekuatan dan kelemahan yang unik dalam
menyampaikan informasi.
• Kata sangat tepat ketika menjelaskan hubungan dari yang detail, sementara
Gambar paling pas dalam memberikan rasa kemenyeluruhan (a sense of the
whole).
14. Nikolajeva and Scott dalam How Picturebooks
Work (2006) menvisualiasikan hubungan Kata
dan Gambar dengan kontinum dengan
meletakkan Word dan Image di titik ekstrim
berlawanan.
Di antara dua titik ekstrim kontinum ini
pengelompokkan didasarkan pada kuantitas Word
dan Image yang dikandung dalam buku
berilustrasi.
Semakin dominan teks verbal maka dalam
kontinum buku itu akan berada di posisi
mendekati titik Word, sebaliknya buku yang
dominan gambar dan miskin teks verbal akan
berada di ujung titik Image.
15. 5 Tipologi Buku Berilustrasi
• Ruang tengah di antara Word dan Image
ini yang menginsipirasi mereka membuat
lima tipologi buku berilustrasi.
• 1) Kata dan Gambar memiliki alur narasi
yang sama (symmetrical) “the plot can
easily be understood from the picture
alone”
16. 5 Tipologi Buku Berilustrasi
• 2) Kata dan Gambar bernarasi yang
saling melengkapi
(complementary) “if words and
images fill each other’s gaps wholly,
there is nothing left for the reader’s
imagination, and the reader remains
somewhat passive.”
17. 5 Tipologi Buku Berilustrasi
• 3) Gambar menambahkan apa
yang dinarasikan oleh Kata
(expanding) “there is a little in
the verbal text that allows
expansion by pictures.”
18. 5 Tipologi Buku Berilustrasi
• 4) Narasi Kata dan
Gambar bertentangan
(counterpoint)
19. 5 Tipologi Buku Berilustrasi
• 5) Narasi Kata dan
Gambar seakan-akan
berjalan mandiri, atau ada
lebih dari satu narasi yang
terjadi (sylleptic).
20. 5 Tipologi Buku Berilustrasi
• Buku-buku berilustrasi yang masuk dalam tipologi ini dianggap memiliki kualitas lebih dari
segi mampu memberikan pembaca akan pengalaman sastrawi dan estetika visual yang total.
21. Implikasi
• Karena ketika membaca buku berilustrasi
pembaca akan bolak-balik antara Kata dan
Gambar, maka cara kita memaknai visual akan
bersamaan bahkan berintegrasi dengan ketika
mereka memaknai teks verbal.
• Profesor Lawrence Sipe di bukunya Storytime
(2008) menyarankan bahwa cara terbaik
membaca buku berilustrasi dengan anak yaitu
dengan tidak linear (straightforward). Perlu
banyak baca ulang (rereading), membalik ke
halaman sebelumnya, membaca tidak terburu-
buru, dan menginterpretasi ulang, dll.
Menurutnya kata dalam buku berilustrasi
memaksa pembaca untuk terus mencari tahu
apa yang akan terjadi. Sementara gambar
mengundang pembaca untuk berlama-lama dan
menikmati.
22. Implikasi
• Pandangan para ahli ini mempunyai konsekuensi
bagi orang tua dan guru untuk bagaimana
menggunakan buku berilustrasi bersama anak-
anak. Orang dewasa dan anak-anak perlu banyak
menyediakan waktu untuk mengeksaminasi dan
menginterpetasikan dengan teliti bagaimana kata
dan gambar saling berhubungan dalam produk seni
yang estetis, dan sastrawi ini.
23. Reference
• Nikolajeva, M., & Scott, C. (2006)). How picturebooks work. NewYork: Routledge.
• Nodelman, P. (1988).Words about pictures :The narrative art of children’s picture books.Athens: University of Georgia
Press.
• Sipe, Lawrence R. (2008). Storytime:Young Children’s Literary Understanding in the Classroom. NewYork:Teachers
College Press.
• Google images
24. Terima Kasih
Tati D.Wardi, PhD
(tati.wardi@uinjkt.ac.id)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, UIN Jakarta
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Jakarta