SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
THE GEOLOGY OF IRIAN JAYA
KELOMPOK 3
Irian Jaya merupakan provinsi yang berada paling timur di
Indonesia dan terletak bagian barat pulau New Guinea.
Secara umum Fisiografi Pulau Papua dibagi menjadi 3
bagian yaitu (Van, Bemmelen (1949) :
1. Bagian Peninsula Barat (kepala burung), yang
terhubung dengan bagian badan utama dari pulau
tersebut oleh bentuk leher yang menyempit. Terletak
pada 1300 – 1350 BT (panjang).
2. Bagian Daratan Utama (badan), yang terletak pada
1350 – 143,50 BT (panjang).
3. Bagian Timur (ekor burung), yang terletak pada 143,50
– 1510 (panjang).
Regional Geological Setting
Geologi Irian Jaya sangatlah kompleks, merupakan hasil dari
pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Australia dan Pasifik.
Kebanyakan evolusi tektonik pada masa cenozoic berasal dari
pertemuan dua lempeng ini.
Secara umum, dari utara sampai selatan, maka geologi Irian Jaya
dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Continental, Oceanic dan
Transitional. Setiap wilayah geologi memiliki karakteristik masing-
masing seperti stratigrafi, magmatik, dan sejarah tektonik.
1. Continental, terdiri dari sedimen yang merupakan bagian dari
kraton Australia.
2. Samudera, terdiri dari batuan ofiolit dan kompleks volkanik busur
kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik.
3. Transit, daerah yang mengandung batuan metamorf regional dan
terdeformasi kuat, sebagai produk interaksi antara dua lempeng.
Papua, bagian barat dari Pulau New Guinea adalah ekspresi
permukaan dari batas utara deformasi blok kontinen Australia
dan lempeng Pasifik. Secara topografi, Papua dianalogikan
berbentuk seperti bagian tubuh burung dan di bagi menjadi :
1. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-
baratlaut sepanjang wilayah tengah/Central Range.
Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi
oleh pegunungan tengah masif dan central range. Daratan
di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang
dinamakan Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh
pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme dengan
relief yang sedang.
• Central range: berupa plateau dengan lebar sampai
dengan 100 km yang memanjang dari danau Paniai di
barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat
dari peta geologi, terlihat bahwa sebagian besar terdiri
dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini.
• Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak
ditemui moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di
sayap selatan tetapi sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah
yang terjal.
• Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang
perlengkungan yang membendung air dari sungai Jawee.
• Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte
berkomposisi batuan plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km
menerus dari Papua Nugini sampai Irian Jaya.
• Meervlakte: merupakan
cekungan intramountain dan
dataran aluvial sepanjang
300 km dan lebar 50 km
yang mengalami subsiden
aktif sejak Miosen Tengah
sampai sekarang, dengan
kecepatan subsiden lebih
cepat daripada sedimentasi
Umumnya berupa swamp
yang disalurkan oleh sungai
Idenburg dan meander
Ruffaer.
2. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah struktur
dari barat timur (tubuh) menjadi N-NW (leher).
• Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk
yang umumnya tersesarkan dan berupa antiklin,
didominasi oleh lipatan berarah utara sampai barat laut
• Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat
punggungan batuan metamorf. Punggungan memiliki
sistem drainase tertutup mengikuti sayap punggungan.
• Weyland Range: berupa pegunungan masif yang
menghubungkan bagian leher dengan tubuh burung.
3. Kepala burung: terdiri dari batuan metamorf dan batuan
granit. Bagian batuan metamorf terpotong di bagian utara
dan NE oleh lembah linier bidang erosi di Sorong dan
sesar Ransiki. struktur sesar berarah barat-timur.
Secara geomorfologi di bagi menjadi:
• Satuan morfologi perbukitan: daerah tengah dan utara,
penampakan morfologi: bagian yang bergelombang.
• Satuan morfologi perbukitan dengan pola kelurusan
dan gua-gua: bagian tengah peta, berupa karst.
• Satuan morfologi dataran: daerah datar hingga agak
bergelombang lemah dengan ketinggian kurang dari 100
m dpl.
Secara litoteknik, Irian Jaya dapat
dibagi menjadi 4 mandala, yaitu:
1. New Guinea foreland/foreland basin (Arafura
Platform): mencakup Laut Arafura dan dataran pantai
selatan yang terletak pada Lempeng Australia. Terdiri
dari sedimen Pliosen marin dan non-marin yang tidak
termetamorfkan dan sedimen Holosen silisiklastik
yang menutupi karbonat Kenozoikum dan batuan
silisiklastik Mesozoikum.
2. Jalur perlipatan dan sesar naik Central Range:
tersusun atas jalur orogenik yang memanjang Barat-
Timur. Jalur perlipatan dan sesar naik melibatkan
batuan Paleozoikum sampai Tersier yang berasal dari
benua Australia.
3. Jalur metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit:
jalur ofiolit Irian Jaya dan jalur metamorfik
Ruffaer dipisahkan oleh jalur sesar, jalur
ofiolit Irian Jaya ditutupi oleh aluvium yang
berasal dari Depresi Meervlakte.
4. Kompleks busur kepulauan Melanesia:
Depresi Meervlakte/cekungan pantai utara
dan Jalur sesar naik Mamberamo.
Mendala struktur daerah irian jaya
1. Irian Jaya Bagian Timur
• Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)
(JSNNG) merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas,
terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini
melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New
Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur
sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT
merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik.
Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh
batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT,
di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo.
Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh
sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini
diduga aktif sebelum orogen melanesia.
• Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT)
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan
panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya.
Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat.
Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan
penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang
berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini
terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping
new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat
intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini
juga menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan
sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan
sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang
diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT.
Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar
sungkup. Mamberamo (the mamberamo thrust belt) dan mengawali alih
tempat gautier (the gautier offset).
• Jalur sesar naik mamberamo
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan
terdiri dari sesar anak dan sesar geser (shear) sehingga
menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo
dan batuan kerak pasifik yang ada di bawahnya. (gb.
3). William, drr (1984) mengenali daerah luas dengan
pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar
sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih
(shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini
menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur
ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa
kilometer, umumnya terdiri dari lempung terkersikkan
dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar
ukuran fragmen beberapa milimeter hingga ratusan
meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan
membentuk teras-teras sungai.
2. Irian Jaya Bagian Barat
• Zona sesar sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa
sesar mengiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen.
Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan
mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh
potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai
adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat
dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan
dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan sedimen
cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat.
Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut,
tetapi di pantai utara menunjukkan harga
anomali positif tinggi.
Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini
dibentuk oleh batuan kerak samudera.
lima kilometer kearah barat daya batuan
kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta,
terdiri dari lava bawah laut dan batuan
gunung api busur kepulauan.
• Zona Sesar Wandamen
Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari
belokan Sesar Ransiki ke Utara dan membentuk batas tepi timur
laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai
sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher
burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari
batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup
paparan dan batuan sediment yang berasal dari lereng benua.
Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar
sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam
dan zona perlipatan isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur
di tandai bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar
Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang
tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas
satuan ini diendapkan kelompok batu gamping New Guenia.
Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini
merupakan bagian dari barat laut JSNPT.
• Alur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)
Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi
relative rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut.
Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga
mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang
resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan
panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km
dibagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment
klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batu gamping New
Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan
dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher
burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara
zona perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan
zona Sesar Wandemen (Dow, drr.,1984)
Setting Tektonik
Ada 3 model struktur dan tektonisme yang diajukan untuk menjelaskan
tentang Papua:
1. Model pembalikan polaritas subduksi (pembalikan busur) (Dewey and
Bird, 1970; Hamilton, 1979; Milsom, 1985; Dow et al. 1988; Katili,
1991)yang menyatakan bahwa lempeng benua Australia menunjam ke
arah utara, diikuti tumbukan (collision) dan penunjaman Lempeng Pasifik
ke arah selatan pada Palung New Guinea.
2. Model Zippering (Ripper and McCue, 1983; Cooper and Taylor, 1987)
yang menyatakan bahwa di bagian timur pulau Papua, terdapat dua
subduksi lempeng samudera yang merupakan kemenerusan ke arah
barat dari subduksi lempeng Solomon.
3. Model perubahan sudut penunjaman yang menyatakan bahwa subduksi
Lempeng Australia berubah sudut penunjaman menjadi vertikal tanpa
pembalikan arah subduksi.
Persamaan ketiga model tersebut di atas adalah bahwa semua menyatakan
bahwa bagian selatan dari Pulau Irian disusupi oleh batas lempeng pasif utara
dari benua Australia yang mengandung sedimen tebal dari sedimen
silisiklastik Mesozoikum berubah secara berangsur menjadi lapisan karbonat
Kenozoikum.
Sedangkan perbedaan utama yang terjadi adalah
peristiwa tumbukan dengan busur kepulauan.
1. Berdasarkan perubahan dari sedimentasi karbonat menjadi
sedimentasi klastik yang luas akibat pengangkatan orogenesis,
tumbukan berawal sejak Miosen Akhir. (Visser and Hermes, 1966;
Dow and Sukamto, 1984; Dow et al., 1988)
2. Berdasarkan umur batuan metamorf pada Papua Nugini,
tumbukan berawal sejak Oligosen Awal (Pigram et al., 1989;
Davies, 1990)
3. Untuk menjelaskan hal ini, Dow et al., 1988; mengajukan
kemungkinan bahwa Papua merupakan hasil dari dua tumbukan
yang berbeda antara kontinen dan busur kepulauan, yaitu selama
Oligosen dan selama Miosen (Orogenesis Melanesia)
4. Quarles van Ufford, 1996 mengajukan kemungkinan bahwa pada
Pulau Papua terjadi dua peristiwa orogenesis yang berbeda secara
ruang dan waktu.
• Orogenesis Kepulauan pada Eosen-Oligosen terjadi pada daerah
Ekor Burung pada bagian paling Timur dari Pulau Papua (Nugini).
Pembentukan dan erosi yang tercatat selama Oligosen dan sedimen
klastik yang lebih muda pada Aure Trough.
• Orogenesis Central Range dimulai pada Miosen Tengah dan
menyebabkan penyebaran sedimen klastik yang luas. Orogenesis ini
dibagi menjadi tahap sebelum tumbukan dan tahap tumbukan.
Tahap sebelum tumbukan berkaitan dengan metamorfisme pada
sedimen batu pasif, sedangkan tahap tumbukan terjadi ketika
pengapungan (buoyancy) litosfer Australia menghentikan subduksi,
deformasi melibatkan basement kristalin dari lempeng benua
Australia. Dilaminasi tumbukan terjadi antara 7-3 juta tahun yang
lalu, menyebabkan aktivitas magma tahap akhir dan pengangkatan
pegunungan sebanyak 1-2 km. Proses ini memicu pergerakan sesar
mendatar mengiri dengan arah Barat-Timur yang mendominasi
tektonik resen pada Pulau Papua bagian Barat.
Sumber :
http://demimaki.wordpress.com/geohistory/pe
mbentukan-pulau-papua/ diakses pada tanggal
7 Okt 2014
Darman, Herman dan F.Hasan Sidi. An Outline of
Geology of Indonesia. IAGI. 2000.
Nama Kelompok 3:
1. Utami A610120007
2. Nurul Fahminingrum A610120011
3. Swastika Nugraheni A610120026
4. Seno W A610120020
5. Hernanda A610120004
6. Lail A610100041

More Related Content

What's hot

Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMario Yuven
 
Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)
Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)
Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)Estrela Bellia Muaja
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorfniaramadanti1
 
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...Hidayat Muhammad
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanALAM SEKITAR
 
Geologi struktur rosette
Geologi struktur rosetteGeologi struktur rosette
Geologi struktur rosettetaufiqrafie
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...YOHANIS SAHABAT
 
Buku geologi sulawesi armstrong sompotan
Buku geologi sulawesi armstrong sompotanBuku geologi sulawesi armstrong sompotan
Buku geologi sulawesi armstrong sompotanArmstrong Sompotan
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimenWahidin Zuhri
 
genesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaangenesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaandesra99
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi4211410001
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Aulia Nofrianti
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
 

What's hot (20)

Makalah Hotspot & Mantle Plume
Makalah Hotspot & Mantle PlumeMakalah Hotspot & Mantle Plume
Makalah Hotspot & Mantle Plume
 
Kekar
KekarKekar
Kekar
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
 
Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)
Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)
Manifestasi panas bumi (estrela bellia muaja, geotermal b semester dua)
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisikaMakalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
 
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 
Skala waktu-geologi
Skala waktu-geologiSkala waktu-geologi
Skala waktu-geologi
 
Geologi struktur rosette
Geologi struktur rosetteGeologi struktur rosette
Geologi struktur rosette
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Buku geologi sulawesi armstrong sompotan
Buku geologi sulawesi armstrong sompotanBuku geologi sulawesi armstrong sompotan
Buku geologi sulawesi armstrong sompotan
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimen
 
genesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaangenesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaan
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
 

Similar to Geologi Irian Jaya (Papua)

Similar to Geologi Irian Jaya (Papua) (20)

KONDISI RELIEF PULAU-PULAU DI INDONESIA
KONDISI RELIEF PULAU-PULAU DI INDONESIAKONDISI RELIEF PULAU-PULAU DI INDONESIA
KONDISI RELIEF PULAU-PULAU DI INDONESIA
 
Tektonofisik
TektonofisikTektonofisik
Tektonofisik
 
Tugas gi
Tugas giTugas gi
Tugas gi
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesiaMakalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesia
 
PPT KELOMPOK 6.pptx
PPT KELOMPOK 6.pptxPPT KELOMPOK 6.pptx
PPT KELOMPOK 6.pptx
 
The geology of sumatra
The geology of sumatraThe geology of sumatra
The geology of sumatra
 
The Geology of Java
The Geology of JavaThe Geology of Java
The Geology of Java
 
The Geology of Borneo
The Geology of BorneoThe Geology of Borneo
The Geology of Borneo
 
The Geology of Sumatra
The Geology of SumatraThe Geology of Sumatra
The Geology of Sumatra
 
Baritocekungan
BaritocekunganBaritocekungan
Baritocekungan
 
Geotektonik papua
Geotektonik papuaGeotektonik papua
Geotektonik papua
 
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
 
Jawa (2)
Jawa (2)Jawa (2)
Jawa (2)
 
Ppt jatim
Ppt jatimPpt jatim
Ppt jatim
 
Kuliah 1 Geo Regional Indonesia
Kuliah 1 Geo Regional IndonesiaKuliah 1 Geo Regional Indonesia
Kuliah 1 Geo Regional Indonesia
 
Lipatan itu terdiri atas batuan yang mudah tererosi sementara batuan pada sin...
Lipatan itu terdiri atas batuan yang mudah tererosi sementara batuan pada sin...Lipatan itu terdiri atas batuan yang mudah tererosi sementara batuan pada sin...
Lipatan itu terdiri atas batuan yang mudah tererosi sementara batuan pada sin...
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
 
Tugas fixx pemetaan praktikum
Tugas fixx pemetaan praktikumTugas fixx pemetaan praktikum
Tugas fixx pemetaan praktikum
 
2 tektonisme
2   tektonisme2   tektonisme
2 tektonisme
 
Posisi indonesia terhadap lempeng dunia
Posisi indonesia terhadap lempeng duniaPosisi indonesia terhadap lempeng dunia
Posisi indonesia terhadap lempeng dunia
 

More from Swastika Nugraheni,S.Pd

Bab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan Dunia
Bab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan DuniaBab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan Dunia
Bab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan DuniaSwastika Nugraheni,S.Pd
 
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim DuniaBab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim DuniaSwastika Nugraheni,S.Pd
 
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim DuniaBab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim DuniaSwastika Nugraheni,S.Pd
 
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan BaratAnalisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan BaratSwastika Nugraheni,S.Pd
 

More from Swastika Nugraheni,S.Pd (10)

Bab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan Dunia
Bab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan DuniaBab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan Dunia
Bab 2 Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia Dan Dunia
 
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim DuniaBab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Proses Maritim Dunia
 
Bab 4 Bumi Sebagai Ruang Kehidupan
Bab 4 Bumi Sebagai Ruang KehidupanBab 4 Bumi Sebagai Ruang Kehidupan
Bab 4 Bumi Sebagai Ruang Kehidupan
 
Kualitas dan kuantitas penduduk
Kualitas dan kuantitas pendudukKualitas dan kuantitas penduduk
Kualitas dan kuantitas penduduk
 
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaan
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaanBab 2 pengetahuan dasar pemetaan
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaan
 
Bab 1 Pengetahuan Dasar Geografi
Bab 1 Pengetahuan Dasar GeografiBab 1 Pengetahuan Dasar Geografi
Bab 1 Pengetahuan Dasar Geografi
 
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim DuniaBab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim Dunia
Bab 1 Posisi Strategis Indonesia sebagai Proses Maritim Dunia
 
Chapter 3 Wind Erosion
Chapter 3 Wind ErosionChapter 3 Wind Erosion
Chapter 3 Wind Erosion
 
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan BaratAnalisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
 
Ppt lempeng tektonik2003
Ppt lempeng tektonik2003Ppt lempeng tektonik2003
Ppt lempeng tektonik2003
 

Recently uploaded

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

Geologi Irian Jaya (Papua)

  • 1. THE GEOLOGY OF IRIAN JAYA KELOMPOK 3
  • 2. Irian Jaya merupakan provinsi yang berada paling timur di Indonesia dan terletak bagian barat pulau New Guinea. Secara umum Fisiografi Pulau Papua dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Van, Bemmelen (1949) : 1. Bagian Peninsula Barat (kepala burung), yang terhubung dengan bagian badan utama dari pulau tersebut oleh bentuk leher yang menyempit. Terletak pada 1300 – 1350 BT (panjang). 2. Bagian Daratan Utama (badan), yang terletak pada 1350 – 143,50 BT (panjang). 3. Bagian Timur (ekor burung), yang terletak pada 143,50 – 1510 (panjang).
  • 3.
  • 4. Regional Geological Setting Geologi Irian Jaya sangatlah kompleks, merupakan hasil dari pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Australia dan Pasifik. Kebanyakan evolusi tektonik pada masa cenozoic berasal dari pertemuan dua lempeng ini. Secara umum, dari utara sampai selatan, maka geologi Irian Jaya dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Continental, Oceanic dan Transitional. Setiap wilayah geologi memiliki karakteristik masing- masing seperti stratigrafi, magmatik, dan sejarah tektonik. 1. Continental, terdiri dari sedimen yang merupakan bagian dari kraton Australia. 2. Samudera, terdiri dari batuan ofiolit dan kompleks volkanik busur kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik. 3. Transit, daerah yang mengandung batuan metamorf regional dan terdeformasi kuat, sebagai produk interaksi antara dua lempeng.
  • 5. Papua, bagian barat dari Pulau New Guinea adalah ekspresi permukaan dari batas utara deformasi blok kontinen Australia dan lempeng Pasifik. Secara topografi, Papua dianalogikan berbentuk seperti bagian tubuh burung dan di bagi menjadi : 1. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat- baratlaut sepanjang wilayah tengah/Central Range. Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh pegunungan tengah masif dan central range. Daratan di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang dinamakan Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme dengan relief yang sedang. • Central range: berupa plateau dengan lebar sampai dengan 100 km yang memanjang dari danau Paniai di barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat dari peta geologi, terlihat bahwa sebagian besar terdiri dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini.
  • 6.
  • 7.
  • 8. • Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak ditemui moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di sayap selatan tetapi sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah yang terjal. • Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang perlengkungan yang membendung air dari sungai Jawee. • Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte berkomposisi batuan plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km menerus dari Papua Nugini sampai Irian Jaya. • Meervlakte: merupakan cekungan intramountain dan dataran aluvial sepanjang 300 km dan lebar 50 km yang mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah sampai sekarang, dengan kecepatan subsiden lebih cepat daripada sedimentasi Umumnya berupa swamp yang disalurkan oleh sungai Idenburg dan meander Ruffaer.
  • 9. 2. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah struktur dari barat timur (tubuh) menjadi N-NW (leher). • Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk yang umumnya tersesarkan dan berupa antiklin, didominasi oleh lipatan berarah utara sampai barat laut • Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat punggungan batuan metamorf. Punggungan memiliki sistem drainase tertutup mengikuti sayap punggungan. • Weyland Range: berupa pegunungan masif yang menghubungkan bagian leher dengan tubuh burung.
  • 10. 3. Kepala burung: terdiri dari batuan metamorf dan batuan granit. Bagian batuan metamorf terpotong di bagian utara dan NE oleh lembah linier bidang erosi di Sorong dan sesar Ransiki. struktur sesar berarah barat-timur. Secara geomorfologi di bagi menjadi: • Satuan morfologi perbukitan: daerah tengah dan utara, penampakan morfologi: bagian yang bergelombang. • Satuan morfologi perbukitan dengan pola kelurusan dan gua-gua: bagian tengah peta, berupa karst. • Satuan morfologi dataran: daerah datar hingga agak bergelombang lemah dengan ketinggian kurang dari 100 m dpl.
  • 11. Secara litoteknik, Irian Jaya dapat dibagi menjadi 4 mandala, yaitu: 1. New Guinea foreland/foreland basin (Arafura Platform): mencakup Laut Arafura dan dataran pantai selatan yang terletak pada Lempeng Australia. Terdiri dari sedimen Pliosen marin dan non-marin yang tidak termetamorfkan dan sedimen Holosen silisiklastik yang menutupi karbonat Kenozoikum dan batuan silisiklastik Mesozoikum. 2. Jalur perlipatan dan sesar naik Central Range: tersusun atas jalur orogenik yang memanjang Barat- Timur. Jalur perlipatan dan sesar naik melibatkan batuan Paleozoikum sampai Tersier yang berasal dari benua Australia.
  • 12. 3. Jalur metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit: jalur ofiolit Irian Jaya dan jalur metamorfik Ruffaer dipisahkan oleh jalur sesar, jalur ofiolit Irian Jaya ditutupi oleh aluvium yang berasal dari Depresi Meervlakte. 4. Kompleks busur kepulauan Melanesia: Depresi Meervlakte/cekungan pantai utara dan Jalur sesar naik Mamberamo.
  • 13.
  • 14. Mendala struktur daerah irian jaya 1. Irian Jaya Bagian Timur • Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG) (JSNNG) merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen melanesia.
  • 15. • Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT) JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m. Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
  • 16. • Jalur sesar naik mamberamo Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak pasifik yang ada di bawahnya. (gb. 3). William, drr (1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen beberapa milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan membentuk teras-teras sungai.
  • 17. 2. Irian Jaya Bagian Barat • Zona sesar sorong Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen. Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif tinggi. Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
  • 18. • Zona Sesar Wandamen Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan batuan sediment yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan isoklinal. Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas satuan ini diendapkan kelompok batu gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.
  • 19. • Alur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt) Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan zona Sesar Wandemen (Dow, drr.,1984)
  • 20. Setting Tektonik Ada 3 model struktur dan tektonisme yang diajukan untuk menjelaskan tentang Papua: 1. Model pembalikan polaritas subduksi (pembalikan busur) (Dewey and Bird, 1970; Hamilton, 1979; Milsom, 1985; Dow et al. 1988; Katili, 1991)yang menyatakan bahwa lempeng benua Australia menunjam ke arah utara, diikuti tumbukan (collision) dan penunjaman Lempeng Pasifik ke arah selatan pada Palung New Guinea. 2. Model Zippering (Ripper and McCue, 1983; Cooper and Taylor, 1987) yang menyatakan bahwa di bagian timur pulau Papua, terdapat dua subduksi lempeng samudera yang merupakan kemenerusan ke arah barat dari subduksi lempeng Solomon. 3. Model perubahan sudut penunjaman yang menyatakan bahwa subduksi Lempeng Australia berubah sudut penunjaman menjadi vertikal tanpa pembalikan arah subduksi. Persamaan ketiga model tersebut di atas adalah bahwa semua menyatakan bahwa bagian selatan dari Pulau Irian disusupi oleh batas lempeng pasif utara dari benua Australia yang mengandung sedimen tebal dari sedimen silisiklastik Mesozoikum berubah secara berangsur menjadi lapisan karbonat Kenozoikum.
  • 21. Sedangkan perbedaan utama yang terjadi adalah peristiwa tumbukan dengan busur kepulauan. 1. Berdasarkan perubahan dari sedimentasi karbonat menjadi sedimentasi klastik yang luas akibat pengangkatan orogenesis, tumbukan berawal sejak Miosen Akhir. (Visser and Hermes, 1966; Dow and Sukamto, 1984; Dow et al., 1988) 2. Berdasarkan umur batuan metamorf pada Papua Nugini, tumbukan berawal sejak Oligosen Awal (Pigram et al., 1989; Davies, 1990) 3. Untuk menjelaskan hal ini, Dow et al., 1988; mengajukan kemungkinan bahwa Papua merupakan hasil dari dua tumbukan yang berbeda antara kontinen dan busur kepulauan, yaitu selama Oligosen dan selama Miosen (Orogenesis Melanesia) 4. Quarles van Ufford, 1996 mengajukan kemungkinan bahwa pada Pulau Papua terjadi dua peristiwa orogenesis yang berbeda secara ruang dan waktu.
  • 22. • Orogenesis Kepulauan pada Eosen-Oligosen terjadi pada daerah Ekor Burung pada bagian paling Timur dari Pulau Papua (Nugini). Pembentukan dan erosi yang tercatat selama Oligosen dan sedimen klastik yang lebih muda pada Aure Trough. • Orogenesis Central Range dimulai pada Miosen Tengah dan menyebabkan penyebaran sedimen klastik yang luas. Orogenesis ini dibagi menjadi tahap sebelum tumbukan dan tahap tumbukan. Tahap sebelum tumbukan berkaitan dengan metamorfisme pada sedimen batu pasif, sedangkan tahap tumbukan terjadi ketika pengapungan (buoyancy) litosfer Australia menghentikan subduksi, deformasi melibatkan basement kristalin dari lempeng benua Australia. Dilaminasi tumbukan terjadi antara 7-3 juta tahun yang lalu, menyebabkan aktivitas magma tahap akhir dan pengangkatan pegunungan sebanyak 1-2 km. Proses ini memicu pergerakan sesar mendatar mengiri dengan arah Barat-Timur yang mendominasi tektonik resen pada Pulau Papua bagian Barat.
  • 23. Sumber : http://demimaki.wordpress.com/geohistory/pe mbentukan-pulau-papua/ diakses pada tanggal 7 Okt 2014 Darman, Herman dan F.Hasan Sidi. An Outline of Geology of Indonesia. IAGI. 2000.
  • 24. Nama Kelompok 3: 1. Utami A610120007 2. Nurul Fahminingrum A610120011 3. Swastika Nugraheni A610120026 4. Seno W A610120020 5. Hernanda A610120004 6. Lail A610100041