2. Irian Jaya merupakan provinsi yang berada paling timur di
Indonesia dan terletak bagian barat pulau New Guinea.
Secara umum Fisiografi Pulau Papua dibagi menjadi 3
bagian yaitu (Van, Bemmelen (1949) :
1. Bagian Peninsula Barat (kepala burung), yang
terhubung dengan bagian badan utama dari pulau
tersebut oleh bentuk leher yang menyempit. Terletak
pada 1300 – 1350 BT (panjang).
2. Bagian Daratan Utama (badan), yang terletak pada
1350 – 143,50 BT (panjang).
3. Bagian Timur (ekor burung), yang terletak pada 143,50
– 1510 (panjang).
3.
4. Regional Geological Setting
Geologi Irian Jaya sangatlah kompleks, merupakan hasil dari
pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Australia dan Pasifik.
Kebanyakan evolusi tektonik pada masa cenozoic berasal dari
pertemuan dua lempeng ini.
Secara umum, dari utara sampai selatan, maka geologi Irian Jaya
dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Continental, Oceanic dan
Transitional. Setiap wilayah geologi memiliki karakteristik masing-
masing seperti stratigrafi, magmatik, dan sejarah tektonik.
1. Continental, terdiri dari sedimen yang merupakan bagian dari
kraton Australia.
2. Samudera, terdiri dari batuan ofiolit dan kompleks volkanik busur
kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik.
3. Transit, daerah yang mengandung batuan metamorf regional dan
terdeformasi kuat, sebagai produk interaksi antara dua lempeng.
5. Papua, bagian barat dari Pulau New Guinea adalah ekspresi
permukaan dari batas utara deformasi blok kontinen Australia
dan lempeng Pasifik. Secara topografi, Papua dianalogikan
berbentuk seperti bagian tubuh burung dan di bagi menjadi :
1. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-
baratlaut sepanjang wilayah tengah/Central Range.
Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi
oleh pegunungan tengah masif dan central range. Daratan
di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang
dinamakan Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh
pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme dengan
relief yang sedang.
• Central range: berupa plateau dengan lebar sampai
dengan 100 km yang memanjang dari danau Paniai di
barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat
dari peta geologi, terlihat bahwa sebagian besar terdiri
dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini.
6.
7.
8. • Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak
ditemui moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di
sayap selatan tetapi sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah
yang terjal.
• Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang
perlengkungan yang membendung air dari sungai Jawee.
• Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte
berkomposisi batuan plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km
menerus dari Papua Nugini sampai Irian Jaya.
• Meervlakte: merupakan
cekungan intramountain dan
dataran aluvial sepanjang
300 km dan lebar 50 km
yang mengalami subsiden
aktif sejak Miosen Tengah
sampai sekarang, dengan
kecepatan subsiden lebih
cepat daripada sedimentasi
Umumnya berupa swamp
yang disalurkan oleh sungai
Idenburg dan meander
Ruffaer.
9. 2. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah struktur
dari barat timur (tubuh) menjadi N-NW (leher).
• Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk
yang umumnya tersesarkan dan berupa antiklin,
didominasi oleh lipatan berarah utara sampai barat laut
• Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat
punggungan batuan metamorf. Punggungan memiliki
sistem drainase tertutup mengikuti sayap punggungan.
• Weyland Range: berupa pegunungan masif yang
menghubungkan bagian leher dengan tubuh burung.
10. 3. Kepala burung: terdiri dari batuan metamorf dan batuan
granit. Bagian batuan metamorf terpotong di bagian utara
dan NE oleh lembah linier bidang erosi di Sorong dan
sesar Ransiki. struktur sesar berarah barat-timur.
Secara geomorfologi di bagi menjadi:
• Satuan morfologi perbukitan: daerah tengah dan utara,
penampakan morfologi: bagian yang bergelombang.
• Satuan morfologi perbukitan dengan pola kelurusan
dan gua-gua: bagian tengah peta, berupa karst.
• Satuan morfologi dataran: daerah datar hingga agak
bergelombang lemah dengan ketinggian kurang dari 100
m dpl.
11. Secara litoteknik, Irian Jaya dapat
dibagi menjadi 4 mandala, yaitu:
1. New Guinea foreland/foreland basin (Arafura
Platform): mencakup Laut Arafura dan dataran pantai
selatan yang terletak pada Lempeng Australia. Terdiri
dari sedimen Pliosen marin dan non-marin yang tidak
termetamorfkan dan sedimen Holosen silisiklastik
yang menutupi karbonat Kenozoikum dan batuan
silisiklastik Mesozoikum.
2. Jalur perlipatan dan sesar naik Central Range:
tersusun atas jalur orogenik yang memanjang Barat-
Timur. Jalur perlipatan dan sesar naik melibatkan
batuan Paleozoikum sampai Tersier yang berasal dari
benua Australia.
12. 3. Jalur metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit:
jalur ofiolit Irian Jaya dan jalur metamorfik
Ruffaer dipisahkan oleh jalur sesar, jalur
ofiolit Irian Jaya ditutupi oleh aluvium yang
berasal dari Depresi Meervlakte.
4. Kompleks busur kepulauan Melanesia:
Depresi Meervlakte/cekungan pantai utara
dan Jalur sesar naik Mamberamo.
13.
14. Mendala struktur daerah irian jaya
1. Irian Jaya Bagian Timur
• Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)
(JSNNG) merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas,
terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini
melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New
Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur
sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT
merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik.
Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh
batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT,
di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo.
Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh
sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini
diduga aktif sebelum orogen melanesia.
15. • Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT)
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan
panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya.
Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat.
Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan
penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang
berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini
terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping
new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat
intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini
juga menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan
sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan
sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang
diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT.
Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar
sungkup. Mamberamo (the mamberamo thrust belt) dan mengawali alih
tempat gautier (the gautier offset).
16. • Jalur sesar naik mamberamo
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan
terdiri dari sesar anak dan sesar geser (shear) sehingga
menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo
dan batuan kerak pasifik yang ada di bawahnya. (gb.
3). William, drr (1984) mengenali daerah luas dengan
pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar
sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih
(shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini
menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur
ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa
kilometer, umumnya terdiri dari lempung terkersikkan
dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar
ukuran fragmen beberapa milimeter hingga ratusan
meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan
membentuk teras-teras sungai.
17. 2. Irian Jaya Bagian Barat
• Zona sesar sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa
sesar mengiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen.
Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan
mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh
potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai
adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat
dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan
dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan sedimen
cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat.
Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut,
tetapi di pantai utara menunjukkan harga
anomali positif tinggi.
Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini
dibentuk oleh batuan kerak samudera.
lima kilometer kearah barat daya batuan
kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta,
terdiri dari lava bawah laut dan batuan
gunung api busur kepulauan.
18. • Zona Sesar Wandamen
Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari
belokan Sesar Ransiki ke Utara dan membentuk batas tepi timur
laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai
sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher
burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari
batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup
paparan dan batuan sediment yang berasal dari lereng benua.
Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar
sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam
dan zona perlipatan isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur
di tandai bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar
Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang
tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas
satuan ini diendapkan kelompok batu gamping New Guenia.
Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini
merupakan bagian dari barat laut JSNPT.
19. • Alur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)
Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi
relative rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut.
Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga
mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang
resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan
panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km
dibagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment
klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batu gamping New
Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan
dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher
burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara
zona perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan
zona Sesar Wandemen (Dow, drr.,1984)
20. Setting Tektonik
Ada 3 model struktur dan tektonisme yang diajukan untuk menjelaskan
tentang Papua:
1. Model pembalikan polaritas subduksi (pembalikan busur) (Dewey and
Bird, 1970; Hamilton, 1979; Milsom, 1985; Dow et al. 1988; Katili,
1991)yang menyatakan bahwa lempeng benua Australia menunjam ke
arah utara, diikuti tumbukan (collision) dan penunjaman Lempeng Pasifik
ke arah selatan pada Palung New Guinea.
2. Model Zippering (Ripper and McCue, 1983; Cooper and Taylor, 1987)
yang menyatakan bahwa di bagian timur pulau Papua, terdapat dua
subduksi lempeng samudera yang merupakan kemenerusan ke arah
barat dari subduksi lempeng Solomon.
3. Model perubahan sudut penunjaman yang menyatakan bahwa subduksi
Lempeng Australia berubah sudut penunjaman menjadi vertikal tanpa
pembalikan arah subduksi.
Persamaan ketiga model tersebut di atas adalah bahwa semua menyatakan
bahwa bagian selatan dari Pulau Irian disusupi oleh batas lempeng pasif utara
dari benua Australia yang mengandung sedimen tebal dari sedimen
silisiklastik Mesozoikum berubah secara berangsur menjadi lapisan karbonat
Kenozoikum.
21. Sedangkan perbedaan utama yang terjadi adalah
peristiwa tumbukan dengan busur kepulauan.
1. Berdasarkan perubahan dari sedimentasi karbonat menjadi
sedimentasi klastik yang luas akibat pengangkatan orogenesis,
tumbukan berawal sejak Miosen Akhir. (Visser and Hermes, 1966;
Dow and Sukamto, 1984; Dow et al., 1988)
2. Berdasarkan umur batuan metamorf pada Papua Nugini,
tumbukan berawal sejak Oligosen Awal (Pigram et al., 1989;
Davies, 1990)
3. Untuk menjelaskan hal ini, Dow et al., 1988; mengajukan
kemungkinan bahwa Papua merupakan hasil dari dua tumbukan
yang berbeda antara kontinen dan busur kepulauan, yaitu selama
Oligosen dan selama Miosen (Orogenesis Melanesia)
4. Quarles van Ufford, 1996 mengajukan kemungkinan bahwa pada
Pulau Papua terjadi dua peristiwa orogenesis yang berbeda secara
ruang dan waktu.
22. • Orogenesis Kepulauan pada Eosen-Oligosen terjadi pada daerah
Ekor Burung pada bagian paling Timur dari Pulau Papua (Nugini).
Pembentukan dan erosi yang tercatat selama Oligosen dan sedimen
klastik yang lebih muda pada Aure Trough.
• Orogenesis Central Range dimulai pada Miosen Tengah dan
menyebabkan penyebaran sedimen klastik yang luas. Orogenesis ini
dibagi menjadi tahap sebelum tumbukan dan tahap tumbukan.
Tahap sebelum tumbukan berkaitan dengan metamorfisme pada
sedimen batu pasif, sedangkan tahap tumbukan terjadi ketika
pengapungan (buoyancy) litosfer Australia menghentikan subduksi,
deformasi melibatkan basement kristalin dari lempeng benua
Australia. Dilaminasi tumbukan terjadi antara 7-3 juta tahun yang
lalu, menyebabkan aktivitas magma tahap akhir dan pengangkatan
pegunungan sebanyak 1-2 km. Proses ini memicu pergerakan sesar
mendatar mengiri dengan arah Barat-Timur yang mendominasi
tektonik resen pada Pulau Papua bagian Barat.