2. Pengertian
Eklampsi dalam bahasa yunani
ialah “halilintar” karena serangan
kejang-kejang timbul tiba-tiba
seperti petir.
Eklampsi merupakan kondisi
lanjutan dari preeklampsi yang
tidak teratasi dengan baik. Selain
mengalami gejala preeklampsi
eklampsi merupakan penyakit akut
dengan kejang dan demam dalam
wanita hamil dan wanita nifas,
disertai dengan hipertensi, odem,
3. ETIOLOGI
Eklampsia merupakan komplikasi yang berat dan mengancam nyawa
seseorang. Tanda-tanda serangan eklampsia ada tapi perubahannya sangat cepat
dan ditandai dengan adanya kejang. “Sebelum kejang, ada tanda. Misalnya,
ketegangan di daerah otot muka. Tetapi, itu terjadi sekian detik sebelum
kejang yang sifatnya kaku dan lemas.
Sebagian besar eklampsia adalah lanjutan perburukan, ada yang berat,
ada juga yang ringan. Eklampsia merupakan kumpulan gejala, yang utama
tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin. Pada eklampsia ringan,
tekanan darah 140/90 s.d. < 160/110 dan kadar protein semikuantitatif positif
2; eklampsia berat, tekanan darah > 160/110 dan kadar protein semikuantitatif
lebih dari positif 2. “Lebih dari positif dua berarti kebocoran protein lebih
banyak dan itu menunjukkan tingkat kebocoran ginjal lebih parah dibandingkan
eklampsia ringan,”
6. Klasifikasi dan Macam-macam
Eklampsi
1.Eklampsia ante partum ialah eklampsi
yang terjadi sebelum persalinan (paling
sering setelah 20 minggu kehamilan)
2.Eklampsia intrapartum ialah eklampsia
sewaktu persalinan.
3.Eklampsia postpartum, eklampsia
setelah persalinan.
Klasifikasi Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah:
7.
8. Komplikasi
• Pada Ibu:
1. CVA ( Cerebro Vascular Accident )
2. Edema paru
3. Gagal ginjal
4. Gagal hepar
5. Gangguan fungsi adrenal
6. DIC ( Dissemined Intrevasculer
Coagulopaathy )
7. Payah jantung.
8. Lidah tergigit (kejang)
9. Merangsang persalinan
10. Gangguan pernafasan
• Pada Anak :
1. Prematuritas
2. Gawat janin
3. IUGR (Intra.Uterine Growth
Retardation)
4. Kematianjanin dalam rahim.
9. Faktor predisposisi
• Primigravida, kehamilan ganda, diabetes
melitus, hipertensi essensial kronik, mola
hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas,
riwayat pernah menderita preeklampsia atau
eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita
preeklampsia atau eklamsia, lebih sering
dijumpai pada penderita preeklampsia dan
eklampsia.
10. Organ-organ yang mengalami
perubahan akibat eklampsi
1. Otak
• Pada eklampsi, resistensi pembuluh
darah meninggi, ini terjadi pula pada
pembuluh darah otak. Edema yang
terjadi pada otak dapat menimbulkan
kelainan serebral dan gangguan visus,
bahkan pada keadaan lanjut dapat
terjadi perdarahan.
2. Plasenta dan rahim.
• Aliran darah menurun ke plasenta dan
menyebabkan gangguan plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada penyakit
eklampsi sering terjadi peningkatan
tonus rahim dan kepekaannya terhadap
11. 3. Ginjal.
• Filtrasi glomelurus berkurang oleh
karena aliran ke ginjal menurun.
Hal ini menyebabakan filtrasi
natrium melalui glomelurus
menurun, sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air.
Filtasi glomerulus dapat turun
sampai 50% dari normal sehingga
pada keadaaan lanjut dapat terjadi
oliguria dan anuria.
4. Paru-paru
• Kematian ibu dalam masalah
eklampsi lebih sering disebabkan
oleh edema paru yang
meninbulkan drkompensasi kordis.
12. 5. Mata
• Dapat dijumpai adanya edema
retina dan spasem pembuluh
darah. Bila terdapat hal-hal
tersebut, maka harus dicurigai
terjadinya eklampsi atau
preeklampsi berat. Pada eklampsi
ablasio retina yang disebabkan
edema intra-olu;er dan merupakan
salah satu indikasi untuk
melakukan terminasi kehamilan.
Gejala lain yang menandakan
adanya eklampsi adalah
ditemukanya skotoma, diplopia,
dan ambliopia. Hal ini desebabkan
13. 6. Keseimbangan air dan
elektrolit.
• Pada preeklampsii berat dan
eklampsi , kadar gula darah naik
sementara, asam laktat dan asam
organic lainya naik, sehingga
cadangan alkali akan turun.
Keadaan ini biasanya disebabkan
oleh kejang-kejang. Setelah
konvulsi selesai, zat-zat organik
dioksidasi, dan dilepaskan
natrium yang lalu bereaksi
dengan karbonik sehingga
terbentuk natrium bikarbonat.
Dengan demikian cadangan alkali
dapat kembali pulih normal.
• Oleh beberapa penulis atau ahli
14. Pencegahan
• 1. Memberikan informasi dan edukasi
kepada masyarakat, bahwa eklampsi
bukanlah suatu penyakit kemasukan
(magis), seperti banyak disangka oleh
masyarakat awam.
• 2. Meningkatkan jumlah poliklinik
(balai) pemeriksaan ibu hamil serta
mengusahakan agar semua ibu hamil
memeriksakan kehamilannya sejak
hamil muda.
• 3. Pelayanan kebidanan bermutu,
yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan
kehamilan diamati tanda-tansa
preeklampsi dan mengobatinya sedini
mungkin.
15. Penatalaksaan
Prinsip penatalaksanaan :
1. Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit.
2. Pengangkutan ke rumah sakit.
Sebelum dikirim, berikan obat penenang untuk
mencegah serangan kejang-kejang selama dalam
perjalanan, yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200 mg
atau morfin 10 mg.
3.Tujuan perawatan di rumah sakit ialah menghentikan
konvulsi, mengurangi vasospasme, meningkatkan
dieresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan
yang cepat dan tepat, serta melakukan terminasi
kehamilan setelah 4 jam serangan kejang yang terakhir,
dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
16. 4. Sesampainya di rumah sakit, pertolongan pertama
adalah :
a) Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan.
b) Menghindarkan lidah tergigit dengan mennberikan
tough spatel.
c) Pemberian oksigen
d) Pemasangan infuse dektrosa atauglukosa
10%,20%,40%.
e) Menjaga agar jangan sampai terjadi trauma, serta
dipasang kateter tetap(dauer catheter).
17. 5. Observasi penderita
• Observasi penderita dilakukan di dalam kamar
isolasi yang tenag, dengan lampu redup(tidak
terang), jauh dari kebisingan dan rangsangan .
kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisi
tensi, nadi, respirasi, suhu badan. Reflex, dan
dieresis. Bila memungkinkan dilakukan
funduskopi sekalli sehari. Juga dicatat tingkat
kesadaran danjumlah kejang yang terjadi.
Pemberiaan cairan disesuaikan dengan jumlah
dieresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
Kadar protein urin diperiksa dalam 24 jam
kuantatif.
6. Regim-regim pengobatan :
a) Regim sufas magnesikus.
• Kegunaan MgSO4 adalah untuk mengurangi
kepekaan syaraf pust agar dapat mencegah
konvulsi, menurunkan tekanan darah,
18. • Dosis inisial yang diberikan ialah 8 g
dalam larutan 40 % secara IM ;
selanjutnya tiap 6 jam 4 g, dengan
syarat, refleks patella masih (+),
pernafasan 16 / lebih per menit, diuresis
harus melebihi 600 ml / hari ; selain IM,
sulfas magnesicus dapat diberikan
secara intravena; dosis inisial yang
diberikan adalah 4 g 40% MgSO4 dalam
larutan 10 ml intravena secara perlahan-
lahan, diikuti 8 g IM dan selalu
disediakan kalsium glukonas 1 g dalam
10 ml sebagai antidotum.
b) Regim sodium pentotal.
• Kerja pentotal sodium adalah untuk
menghentikan kejang dengan segera.
Obat ini hanya diberikan di rumah sakit,
karena cukup berbahaya, dapat
menghentikan nafas (apnea). Dosis
inisial suntikan intravena perlahan-lahan
19. c) Regim valium (diazepam).
• Dengan dosis 40 mg dalam 500 cc
glukosa 10% dengan tetesan 30 tetes
per menit. Seterusnya diberikan setiap
2 jam 10 mg dalam infuse atau
suntikan i.m, sampai tidak ada kejang.
Obat ini cukup aman.
d) Regim litik koktil (lytic cocktail)
• Pethidin (100 mg) +
chlorpromazine(50 mg) + promezathin
(50 mg),
• dilarutkan dalam glukosa 5 % 500 ml
dan diberikan secara infus IV. Jumlah
tetesan disesuaikan dengan keadaan
dan tensi penderita. Maka dari itu,
tensi dan nadi diukur tiap 5 menit
dalam waktu setengah jam pertama
20. e) Regim stroganoff
· Pertama kali morfin 20
mg subkutan.
· ½ jam setelah langkah 1 MgSO4
15% 40 cc subcutan.
· 2 jam setelah langkah 1 morfin
20 mg subcutan.
· 5 ½ jam setelah langkah 1 MgSO4
15% 20-40cc subcutan.
· 11 ½ jam setelah langkah 1 MgSO4
15% 10 cc subcutan.
· 19 jam setelah langkah 1 MgSO4
15% 10 cc subcutan.
• Lama pengobatan ini adalah 19 jam, cara ini
sekarang sudah jarang dipakai.
7. Pemberian antibiotika
• Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis
21. 8. Penanganan obtetrik
Setelah pengobatan terdahulu, dilakukan
penilaian tentang status
obstetrikuspenderita : keadaan janin,
keadaan serviks dan sebagainya. Setelah
kejang dapat diatasi, keadaan umum
penderita diperbaiki, kemudian
direncanakan untuk mengakhiri
kehamilan atau mempercepat jalannya
persalinan dengan cara yang aman.
22. Kesimpulan
Eklampsia adalah bentuk kelanjutan dari
preeclampsia yang disertai dengan keadaan
kejang tonik-klonik (grand mal ) yang disusul
dengan koma. Kejang di sini bukan akibat
kelainan neurologis (saraf) dan dapat muncul
sebelum, selama, dan setelah kehamilan.
Namun kejang yang timbul lebih dari 48 jam
postpartum, terutama pada nulipara, dapat
dijumpai sampai 10 hari postpartum.
Sedangkan yang dimaksud dengan
preeclampsia adalah hipertensi disertai
proteinuridan edema (penimbunan cairan
dalam cairan tubuh sehingga ada
pembengkakan pada tungkaidan kaki) akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan.Gejala ini
dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi
penyakit trofoblastik (kelainan plasenta).Fatal
coma tanpa kejang juga bisa diartikan